Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan antenatal yang dilakukan

setelah kunjungan antenatal pertama sampai memasuki persalinan. Sebelum

memulai pemeriksaan, bidan harus menjelaskan pada ibu dan keluarga apa

yang akan dilakukan. Berikan mereka waktu untuk mengajukan pertanyaan

sehingga mereka dapat memahami pentingnya kunjungan ulang tersebut.

Pada kunjungan pertama perlu ditentukan apakah ibu sedang hamil, dan

bila hamil maka perlu ditentukan umur kehamilannya. Pada setiap

pemeriksaan kehamilan dengan melihat dan meraba ditentukan apakah ibu

sehat dan janin tumbuh dengan baik. Tinggi fundus uteri sesuai dengan

perhitungan umur kehamilan dan pada umur kehamilan lebih lanjut

ditentukan letak janin.

Banyak ibu merasa malu membuka bajunya dan memperlihatkan bagian

tubuhnya, hal ini perlu diperhatikan oleh bidan untuk menjaga privasi pasien

tutuplah bagian tubuhnya ibu dengan kain, sehingga hanya bagian tubuh yang

diperiksa saja yang terbuka. Ibu hendaknya diperiksa dengan sentuhan yang

hati-hati dengan sikap bersahabat sambil menjelaskan apa yang akan

dilakukan dan alasan melakukannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi dari asuhan kehamilan kunjungan ulang?
2. Bagaimana Mengevaluasi penemuan Masalah?

1
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Definisi dari asuhan kehamilan kunjungan ulang
2. Untuk mengetahui evaluasi penemuan Masalah

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kunjungan Ulang

Antenatal Care atau ANC adalah asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum

persalinan atau prenatal care. Kunjungan ulang adalah setiap kali kunjungan

antenatal yang dilakukan setelah kunjungan antenatal pertama sampai

memasuki persalinan. Kunjungan ulang adalah kesempatan untuk melanjutkan

pengumpulan data yang diperlukan untuk mengelola masa kehamilan dan

merencanakan kelahiran serta asuhan bayi baru lahir.

Dalam ANC setidaknya ibu melakukan kunjungan 4 kali selama

kehamilan. Kunjungan ulang dilakukan/dijadwal setiap 4 minggu sekali

sampai umur 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sekali sampai umur

kehamilan 36 minggu dan setiap minggu sampai bersalin.

2.2 Mengevaluasi Penemuan Masalah

1. Mengevaluasi penemuan yang terjadi serta aspek - aspek yang menonjol

pada wanita hamil

a. Oleh karena telah banyak dilakukan pengkajian mengenai riwayat ibu

dan pemeriksaan lengkap selama kunjungan antenatal pertama, maka

kunjungan ulang difokuskan pada pendeteksian komplikasi-

komplikasi, mempersiapkan kelahiran, kegawat daruratan,

pemeriksaan fisik yang terfokus dan pembelajaran.

b. Pada tahap ini bidan menginventarisasi beberapa masalah yang

terjadi beserta aspek - aspek yang menonjol yang membutuhkan

penanganan dan pemberian KIE

3
Sebelum melakukan pemeriksaan, bidan hendaknya meninjau kembali data

pasien pada kunjungan pertama, untuk mendapatkan informasi tentang :

1) Biodata

2) Usia kehamilan

3) Temuan data :

a) Riwayat obstetric

b) Riwayat perawatan medis

c) Riwayat kelurga

d) Riwayat kehamilan

e) Periksasan fisik awal

f) Pemeriksaan panggul awal

4) Masalah-masalah yang ditemukan pada kunjungan sebelumnya, penangan

dan evaluasi efektifitas pengobatan

5) Masalah dan kebutuhan, perencanaan dan pelaksanaan intruksi

6) Pengobatan spesifik, pengobatan dan diet yang di perlukan untuk wanita

yang bertanggung jawab.

7) Pemeriksaan laboraterium :

a. Hasil normal atau tidak

b. Perlu mengulang pemeriksaan lab atau tidak

c. Perlu penelitian lebih lanjut atau tidak.

2. Mengevaluasi data dasar

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status

kesehatan klien, kemampuam klien untuk mengelola kesehatan dan

4
keperawatannya terhadap dirinya sendiri, dan hasil konsultasi dari medis

atau profesi kesehatan lainnya

a. Pada tahap ini bidan melakukan evaluasi data dasar yang

dipertimbangkan dalam menegakkan diagnosis pada kunjungan

yang pertama

b. Evaluasi tersebut dapat dicermati pada table berikut ini

DATA DASAR PERTIMBANGAN

UNTUK

Amenore Diagnosis kehamilan

Tanggal menstruasi terakhir Diagnosis kehamilan

Keluhan yang disampaikan pasien Diagnosis konseling

Hasil pemeriksaan fisik Diagnosis kehamilan

- Kenaikan BB

- Tes urin kehamilan (tes HCG)

positif

- Cloasma gravidarum

- Perubahan pada payudara

- Linea nigra

- Tanda Chadwick

- Tanda hegar

5
3. Mengevaluasi keefektifan manajemen/asuhan

a. Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang sudah

dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya.

b. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang dilakukan

pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta memastikan aspek

mana yang efektif agar tetap dipertahankan.

c. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah

1. Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang sudah

dilakukan pada kunjungan sebelumnya.

2. Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal yang berfokus

pada pemantauan kesehatan ibu dan janin

d. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain sebagai

berikut:

1) Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses pemberian

asuhan pada kunjungan sebelumnya

2) Hal - hal yang membuat pasien kurang merasa nyaman

3) Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan

kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu

4) Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada

kunjungan yang lalu setelah dilakukan penatalaksanaan.

Tafsiran dari hasil tindakan yang telah di ambil adalah penting untuk menilai

keefektifan asuhan yang diberikan. Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus

dari penelitian ketepatan tindakan. Kalau kriteria tujuan tidak tercapai, proses

6
evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga

dapat mencapai tujuan.

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam

rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada

klien. Manajemen kebidanan menyangkut pemberian pelayanan yang utuh

dan menyeluruh dari kepada kliennya, yang merupakan suatu proses

manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan pelayanan

yang berkualitas melalui tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang

disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan pelayanan

yang benar sesuai dengan keputusan tindakan klinik yang dilakukan

dengan tepat, efektif dan efisien.

2. Standar 7 langkah Varney, yaitu :

3.3.1 Langkah I : Pengkajian

Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien, untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara:

1) Anamnesa

2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan

tanda-tanda vital

3) Pemeriksaan fisik

4) Pemeriksaan penunjang

7
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan

kepada dokter dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan

konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Tahap ini merupakan

langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga

kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan

menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang

komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan

sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan klien yang

sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan

apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.

3.3.2 Langkah II : Merumuskan masalah/masalah kebidanan

Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi yang akurat atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah

tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan

penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang

dialami wanita yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil

pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Diagnosa

kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan.

8
3.3.3 Langkah III : Mengantisipasi diagnosa/masalah kebidanan

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnose potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan

dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya

merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga

merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potesial

tidak terjadi.

3.3.4 Langkah IV : Menetapkan kebutuhan tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter

dan/untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota

tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini

mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan

kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama asuhan primer

periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita

tersebut bersama bidan terus-menerus. Pada penjelasan diatas

menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai

dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah

bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk

mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah

sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan

emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya.

Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan

secara mandiri, kolaborasi atau yang bersifat rujukan.

9
3.3.5 Langkah V : Merencanakan asuhan secara menyaluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini

merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau

diagnosa yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan

yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari masalah yang berkaitan

tetapi juga dari krangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut

seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan konseling dan apakah perlu merujuk klien

bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-

kultural atau masalah psikologi. Setiap rencana asuhan haruslah

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar

dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan

melaksanakan rencana tersebut. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan

benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date

serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.

3.3.6 Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti

yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman

dan efisien. Perencanaan ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh

bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

10
lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan tetap

bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam

kondisi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani

klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam

penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab

terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang menyeluruh

tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya

serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.

3.3.7 Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan

sebagaimana telah diidentifikasidi dalam diagnosa dan masalah.

Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar-benar

efektif dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah proses

penatalaksanaan umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas

proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi

pada proses klinis, karena proses penatalaksanaan tersebut

berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir

tergantung pada klien dan situasi klinik:

a. Bidan melakukan penilaian mengenai efektifitas asuhan yang

sudah dilaksanakan pada kunjungan sebelumnya

11
b. Kegiatan ini bertujuan agar hal yang kurang efektif yang

dilakukan pada asuhan sebelumnya tidak terulang lagi serta

memastikan aspek mana yang efektif agar tetap dipertahankan

c. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh bidan adalah

1. Menanyakan kembali kepada pasien mengenai apa yang

sudah dilakukan pada kunjungan sebelumnya

2. Melakukan pemeriksaan fisik terutama hal-hal yang

berfokus pada pemantauan kesehatan ibu dan janin

d. Beberapa hal yang perlu ditanyakan kepada pasien antara lain

sebagai berikut:

1. Kesan pasien secara keseluruhan mengenai proses

pemberian asuhan pada kunjungan sebelumnya

2. Hal - hal yang membuat pasien kurang merasa nyaman

3. Peningkatan pengetahuan pasien mengenai perawatan

kehamilan hasil dari proses KIE yang lalu

4. Berkurangnya ketidaknyamanan yang dirasakan pada

kunjungan yang lalu setelah dilakukan penatalaksanaan

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Kunjungan ulang adalah kesempatan untuk melanjutkan pengumpulan
data yang diperlukan untuk mengelola masa kehamilan dan
merencanakan kelahiran serta asuhan bayi baru lahir
2. Mengevaluasi penemuan yang terjadi serta aspek - aspek yang menonjol
pada wanita hamil, Mengevaluasi data dasar, mengevaluasi keefektifan
manajemen/asuhan
3.2 Saran
Diharapkan kunjungan atau pemeriksaan selama masa hamil dilakukan
secara rutin dan ibu hamil harus berkonsultasi segera apabila terjadi suatu
keluhan, walaupun belum sampai pada waktu untuk kunjungan ulang yang
ditentukan

13
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :


Salemba Medika

Romauli, Suryati. 2011. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Nuha


Medika

14

Anda mungkin juga menyukai