Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB)

menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan puluh

persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti

dukun. Dukun di masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap

sebagai tokoh masyarakat..

Masyarakat masih memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena

pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan

pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.

Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu

terobosan dengan melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan

tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan merupakan salah satu tugas

dan tanggung jawab bidan.  Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap

dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak

dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan

ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun bersalin, dukun peraji.

Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal

yang terkait dengan reproduksi wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah

berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam keluarga atau karena ia

merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis

dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul

1
komplikasi ia tidak mampu untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya,

dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman dan kurang professional.

Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat

bekerjasama dengan dukun bayi dalam mengurangi angka kematian dan angka

kesakitan (Prawirohardjo, 2005).

Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas

pelayanaan kesehatan. Delapan puluh persen  persalinan di masyarakat masih di tolong

oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di masyarakat masih memegang

peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih

memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh

dukun di anggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah

melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk mengatasi

permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan

melakukan kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah

dengan melakukan pembinaan dukun.

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat

pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan

sesuai dengan fungsi dan tugasnya.

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh

tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang

bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-

alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang

perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi

serta pencatatan kelahiran dan kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya

2
menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan dukun dengan tujuan

menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan

maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-

tempat pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan

masyarakat departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader

yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu

dan anak. Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat

serta pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan                    .

            Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng

atau partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang

atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga

kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa

peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari kader ?

2. Apa peran fungsi kader ?

3. Bagaimana pembetukan kader ?

4. Apa tujuan pembentukan kader ?

5. Bagaimana strategi menjaga eksistensi kader ?

6. Apa definisi dari dukun bayi ?

7. Apa tujuan pembinaan dukun bayi ?

3
8. Bagaimana langkah pembinaan dukun bayi ?

9. Klasifikasi pembinaan dukun bayi ?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi dari kader.

b. Untuk mengetahui peran fungsi kader.

c. Untuk mengetahui bagaimana pembetukan kader.

d. Untuk mengetahui tujuan pembentukan kader.

e. Untuk mengetahui bagaimana strategi menjaga eksistensi kader.

f. Untuk mengetahui definisi dari dukun bayi.

g. Untuk mengetahui tujuan pembinaan dukun bayi.

h. Untuk mengetahui bagaimana langkah pembinaan dukun bayi.

i. Untuk mengetahui klasifikasi pembinaan dukun bayi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kader

Kader kesehatan masyarakat merupakan sekelompok orang yang berasal dari

masyarakat yang dipilih oleh masyarakat sendiri dan dilatih oleh petugas kesehatan

guna menangani segala bentuk masalah-maalah kesehatan baik dialami individu,

keluarga maupun masyarakat sehingga mampu menjalin kerja sama dengan

berkolaborasi dan koordinasi dengan pelayanan pemberian Kesehatan (Kementrian

Kesehatan RI, 2012).

Selain itu, kader juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok masyaraka yang

dianggap mempunyai hubungan yang paling dekat dengan unit masyarakat. Kader ialah

tenaga sukarela yang dipilih sendiri oleh dan dari masyarakat yang mempunyai

kewajiban dan tugas untuk meningkatkan drajat kesehatan serta mengembangkan

kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara kesehatan dan cara bekerja sama

diberbagai kegiatan masyarakat salah satunya melalui program posyandu. (Kementrian

Kesehatan RI, 2010)

Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta

pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat

melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari

sebuah tim kesehatan.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau

partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau

bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader

5
kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan

secukupnya oleh masyarakat setempat.

B. Peran Fungsi Kader

Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:

a. Perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa.

c. Upaya penyehatan dilingkungan.

d. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita.

e. Bermasyarakatan keluarga sadar gizi.

Kader di tunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas

kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa

Negara yaitu :

a. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan.

b. Melaksanakan pengobatan yang sederhana.

c. Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah

melahirkan.

d. Menolong persalinan.

e. Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.

f. Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi.

g. Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.

h. Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.

i. Melakukan penyuntikan imunisasi.

j. Pemberian motivasi KB.

6
k. Membagikan alat-alat KB.

l. Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan

kebiasaan sehat secara umum.

m. Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.

n. Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya

memastikan diagnosis.

o. Penenganan penyakit menular.

p. Membantu kegiatan di klinik.

q. Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS.

r. Membina kegiatan UKS secara teratur.

s. Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan

pelaporan.

C. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan

karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.

Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah

ditetapkan.Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa

pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara

tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk

tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :

a. Calon kader yang kan dilatih.

b. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.

c. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.

d. Adanya perlengkapan yang memadai.

7
e. Pendanaan yang cukup

f. Adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader ).

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis

bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.

Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.

Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama,

pkk, dan sector lain.

Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang

digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan,

dan praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah :

a. Pengantar tentang posyandu.

b. Persiapan posyandu.

c. Kesehatan ibu dan anak.

d. Keluarga berencana.

e. Imunisasi

f. Gizi

g. Penangulangan diare.

h. Pencatatan dan pelaporan

D. Tujuan Pembentukan Kader

Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, khususnya dibidang

kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat

bukanlah sebagai objek tetapi merupakan dari pembengunan itu sendiri. Pada

8
hakikatnya, kesehatan dipolakan mengikutsertakan masyarakat secara aktif dan

bertanggung jawab.

Keikutsertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiansi pelayanan adalah atas

dasar pemikiran bahwa terbatasnya daya dan dana dalam oprasional pelayanan

kesehatan akan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang ada

seoptimal mungkin. Pola piker semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama

yang berbunyi , meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam

bidang kesehatan.

Menurut K. Santoso (1979), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata

tingkat desa mampu melaksanakan beberapa kegiatan yang sederhana tetapi tetap

berguna bagi masyarakat kelompoknya. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan

berikut ini :

1. Pengobatan ringan sederhana, pemberian obat cacing, pengobatan terhadap diare,

serat pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana, dan lain-lain.

2. Penimbangan dan penyuluhan gizi.

3. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,

pemberian distribusi obat atau alat kontrasepsi KB, penyuluhan dalam upaya

menanamkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS)

4. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan serat

pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.

5. Penyelenggaraan dana sehat, poskesdes, dan lain-lain.

9
E. Strategi Menjaga Eksistensi Kader

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat

selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.

a. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan

oleh bidan desa maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu.

b. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin

tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu.

c. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua

kader di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga

diberikan rewards.

d. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk

kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan

setiap tahun.

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau

pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.

Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau

bahkan lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta

masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :

a. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan

( promosi bidan siaga).

b. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.

c. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana.

d. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu.


10
e. Promosi tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan

sayang ibu.

F. Definisi Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat

untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.

(Dep Kes RI. 1994 : 2)

Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita

yang mendapat kepercayaan serta memiliki ketrampilan menolong persalinan secara

tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara turun temurun belajar

secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta

melalui petugas kesehatan.

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.

2. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf 

3. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi

karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan untuk menolong

sesama 

4. Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap.

Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan

dukun hanyalah pekerjaan sambilan.

5. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari

masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang diterima tidak

sama setiap waktunya.

11
6. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang

berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :

1. Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.

2. Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.

3. Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.

4. Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan

diri sendiri, ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.

5. Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh

tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus.

2. Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh

tenaga kesehatan atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian

ibu dan bayi, antara lain :

1. Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari

luar sewaktu melakukan pertolongan pada ibu bersalin.

2. Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-

ngurut rahim pada waktu kala III.

12
3. Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan

tidak mau merujuk ke puskesmas atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan

dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun. 

G. Tujuan Pembinaan Dukun Bayi

1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan.

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin dengan bidan karena bidan :

a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat

memberikan pelayanan dan pemantauan yang memadai dengan

memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.

b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.

c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan

benar.

d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya

dalam persalinan sehingga dapat melakukan rujukan secara tepat.

2. Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya.

3. Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya.

H. Langkah Pembinaan Dukun Bayi

Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan

dari masing-masing daerah atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang

dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah yang dapat

dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut :

13
1. Fase I : pendaftaran Dukun

a. Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar.

b. Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka

dalam penanganan kehamilan dan persalinan.

2. Fase II : Pelatihan

a. Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assessment.

b. Diberikan sertifikat.

c. Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan

kesehatan ibu.

d. Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek

3. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih

a. Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih.

b. Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun.

I. Klasifikasi Pembinaan Dukun Bayi

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:

1. Promosi Bidan Siaga

Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan

melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa untuk bekerja sama

dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat memberikan imbalan jasa yang sasuai

apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun

bayi dapat di libatkan dalam perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut

dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan

memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan

14
(bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut

semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan

Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan

pada ibu hamil, sehingga materi tentang pengenalan terhadap ibu hamil yang

beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan, persalinan, nifas, dan rujukan

merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan

deteksi dini kegawatan atau tanda bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan

segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:

a. Pengenalan golongan resiko tinggi

b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan

c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan

d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas

3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan

a. Tetanus neonatorum

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :

1) Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak

bisa menetek.

2) Mulut mencucu seperti mulut ikan.

3) Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.

4) Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :

1) Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.

15
2) Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau

diberi bermacam-macam ramuan.

4. Penyuluhan Gizi dan KB

a. Gizi pada ibu hamil

1) Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat

sehat lima  sempurna.

2) Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.

3) Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari

seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-lain.

4) Tidak ada pantangan makan selama hamil.

5) Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.

b. Gizi pada bayi

5. Pencatatan kelahiran dan kematian

Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang

ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan Kelurahan.

Hambatan Dan Solusi Dalam Pembinaan Dukun

Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun

di masyarakat di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Sikap dukun yang kurang kooperatif

b. Kultur yang kuat

c. Sosial ekonomi

d. Tingkat pendidikan

16
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry dan Makfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Praktik

Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Isnawati, Iin Aini, dkk. 2019. Buku Ajar Konsep Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa Di

Masyarakat. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.

Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika.

Prof. Dr. Azwar, Azrul. MPH. 2002. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : tim revisi edisi

2007.

17

Anda mungkin juga menyukai