Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH HIPERTIROID

Pemenuhan tugas ISS KMB II


Dosen Pembimbing : Dr.Ns. Ratna Hidayati, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat

Disusun oleh:
Agustina Purwitasari (201801001)
Aisah cahyaningsih (201801002)
Aiysah nur Fitriani (201801003)
Alisa Nur Sabrina (201801004)
Amanda Pratiwi (201801006)
Anastasia Holo (201801007)
Andyka Rifky M. (201801009)
Anggi Ajeng P. (201801011)
Anggita Restiana E. (201801012)
Angglelia Permata K. (201801013)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami haturkan
sholawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah mengantarkan
kita ke zaman yang terang benderang.

Makalah ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah KMB II prodi S-1
Keperawatan tingkat II Stikes Karya Husada Kediri, makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber dan berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua, penulis dengan tangan terbuka menerima kritik maupun saran
yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata kami berharap makalah “MAKALAH HIPERTIROID” ini dapat menjadi bahan
informasi dan penunjang bagi kita semua.

Pare, 23 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………….4

1. 1 Latar Belakang……………………………………………………………………….4

1. 2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………6

1. 3 Tujuan………………………………………………………………………………..6

BAB 2 PEMBAHASAN…………………………………………………………………..6

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………..23

3. 1 Kesimpulan………………………………………………………………………23

3. 2 Saran……………………………………………………………………………..23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………24


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormone-hormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh.
Sejumlah hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya pada
hormone tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai reaksi
kimia di hampir semua sel tubuh.
Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua terbesar di
Indonesia setelah diabetes.Hipertiroid suatu penyakit yang tidak menular yang dapat
ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit kelenjar tiroid.
Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut
Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Kelebihan suatu
hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh,
termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh.
Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi. Berdasarkan
data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan
14% perempuan memiliki kadar TSHrendah yang menunjukkan kecurigaan adanya
hipertiroid, meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar.Pada
provinsi jawa tengah prevalensi yang terdoagnosis hipertiroid 0,5%. Proporsi segmen
masyarakat kota semarang khususnya yang mengonsumsi
300 μg/L atau lebih, cukup besar yaitu 47,8 persen. Konsumsi iodium di atas 300
μg/L berisiko hipertiroid yang dipicu oleh iodium (Iodine Induced Hyperthyroid, IIH).
Hasil pemeriksaan di Indonesia 2 sudah banyak yang memiliki kadar iodium dalam urine
>300 μg/L,artinya memiliki kecenderungan menderita hipertiroid (Supadmidkk,2007).
Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan seorang pasien
dalam menjalani suatu terapi. Kepatuhan merupakan suatu sikap pasien mengikuti
instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi kebiasaan yang berhubungan dengan
kesehatan tentang penggunaan obat berdasarkan resep. Kepatuhan dalam mengkonsumsi
obat merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit-penyakit kronis,
memperhatikan kondisi-kondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam mengkonsumsi obat
harian menjadisalah satu fokus dalam mencapai derajat kesehatan pasien,dalam hal ini
perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana pasien mengikuti atau mentaati perencanaan
pengobatan yang telah disepakati oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan
sasaran-sasaran terapeutik.
Dengan demikian adanya kelainan ataupun gangguan yang terjadi pada kelenjar atau
pusat penyekresi hormone ini maka dapat mempengaruhi segala aktifitas kimia tubuh
(metabolisme). Sehingga pada klien dengan gangguan tiroid (hipertiroiditisme atau
hipotiroidisme) yang mana merupakan suatu penyakit yang menyerang kelenjar tiroid,
akan merasa terganggu untuk melakukan aktifitas dikarenakan efek dari kelainan tersebut
yang sangat mempengaruhi proses metabolisme dalam tubuh.
Pengobatan hipertiroid bertujuan untuk memproduksi hormone tiroid yang berebihan
dengan cara menekan produksi hormone tiroid (obat anti tiroid) atau merusak jaringan
tiroid (yodium radioaktif, tiriodektomi subtotal). Tindakan selanjutnya setelah
tiriodektomi dengan melakukan perawatan luka dengan memberitahu pasien agar tidak
melaukan gerakan- gerakan yang dapat membuka insisi.
1.2 Rumusan Masalah
a) Bagaimana anatomi dan fisiologi kelenjar dan hormone tiroid ?
b) Bagaimana definisi hipertiroid ?
c) Bagaimana etiologi penyebab hipertiroid?
d) Bagaimana klasifikasi hipertiroid?
e) Bagaimana patofisiologi hipertiroid?
f) Bagaimana pemeriksaan penunjang hipertiroid ?
g) Apa saja komplikasi yang terjadi pada klien hipertiroid?
h) Bagaimana penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien dengan hipertiroid?
i) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien hipertiroid ?

1.3 Tujuan penulisan


a) Mahasiswa dapat memahami anatomi dan fisiologi kelenjar dan hormone tiroid
b) Mahasiswa dapat memahami definisi hipertiroid
c) Mahasiswa dapat memahami etiologi penyebab hipertiroid
d) Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi hipertiroid
e) Mahasiswa dapat memahami patofisiologi hipertiroid
f) Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang hipertiroid
g) Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada klien hipertiroid
h) Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan yang harus diberikan pada kien
dengan hipertiroid
i) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada klien hipertiroid
BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID

Kelenjar tiroid merupakan organ yang bentuknya seperti kupu-kupu dan terletak pada
leher bagian bawah di sebelah anterior trakea. Kelenjar tiroid terdiri dari dua buah lobus
lateral yang dihubungkan oleh ithmus yang tipis di bawah kartilago trikoidea di leher. Dan
merupakan salah satu kelenjar endokrin terbesar, yang normalnya memiliki panjang kurang-
lebih 5 cm serta lebar 3 cm dan berat 30 gram (Bruner & Suddarth, 2002).
Kelenjar tiroid terdiri atas banyak sekali folikel-folikel yang tertutup (diameternya
antara 100 sampai 300 mikrometer) yang dipenuhi dengan bahan sekretorik yang disebut
koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid. Unsur utama dari koloid adalah glikoprotein
tiroglobulin besar yang mengandung hormone di dalam molekul-molekulnya. Begitu hormon
yang disekresikan sudah masuk kedalam folikel, hormon itu harus diabsorbsikan kembali
melalui epitel folikel kedalam darah, sebelum dapat berfungsi di dalam tubuh (Guyton &
Hall, 2008).
Dengan kata lain secara mikroskopis kelenjar tiroid terdiri dari gelembung-gelembung
berisi koloid yang dibungkus oleh selapis sel folikel. Regulasi hormone tiroid adalah sebagai
berikut : hipotalamus sebagai master glend mensekresikan TRH (Tyrotopine Realising
hormone ) untuk mengatur sekresi TSH oleh hipofisis anterior. Kemudian tirotropin atau
TSH (Tyroid Stimulating Hormon) dari hipofisis anterior meningkatkan sekresi tirroid
dengan perantara cAMP. Mekanisme ini mempunyai umpan balik negatif , apabila hormone
tiroid yang disekresikan berlebih, sehingga menghambat sekresi TRH ataupun TSH. Bila
jumlah hormone tiroid tidak mencukupi maka terjadi efek yang sebaliknya. Sedangkan,
sistem hormonal terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh,
seperti pengaturan kecepatan reaksi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan
melewati membrane sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan
sekresi. Hormone tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut
sistem endokrin.
Produksi hormone tiroid : proses sintesis hormone dimulai di bagain otak yang
disebut hipotalamus. Hipotalamus melepaskan tyrotropin realizing hormone (TRH).
Kemudian TRH berjalan melalui pleksus vena yang terletak di tangkai hipofisis ke kelenjer
pituitary, juga di otak sebagai tanggapan, kelenjar pituitary kemudian mengeluarkan Tyroid
Stimulating Hormon (TSH) ke dalam darah. Perjalanan TSH ke kelenjar tiroid dan
merangsang tiroid untuk menghasilkan dua hormone tiroid, L-Tiroksin (T4) dan
triiodothyronine (T3). Kelenjar tiroid juga perlu jumlah yang cukup yodium diet untuk dapat
menghasilkan T4 dan T3.
Peraturan produksi hormone tiroid untuk mencegah kelebihan produksi atau
rendahnya produksi hormone tiroid kelenjar pituitary dapat merasakan beberapa banyak
hormone dalam darah dan menyesuaikan produksi hormone sesuai. Misalnya, ketika ada
terlalu banyak hormone tiroid dalam darah. TRH dan produksi TSH keduanya menurun.
Pengaruh jumlah ini adalah untuk mengurangi jumlah TSH dilepaskan dari kelenjar pituitary
dan mengurangi produksi hormone tiroid dalam darah normal. Cacat pada jalur-jalur
peraturan dapat mengakibatkan hipotirodisme atau hipertirodisme.
Fungsi utama hormon tiroid T3 dan T4 adalah mengendalikan aktifitas metabolic
seluler. Kedua hormone ini bekerja sebagai alat pacu umum dengan mempercepat proses
metabolisme. Efeknya pada kecepatan metabolisme sering ditimbulkan oleh peningkatan
kadar enzim-enzim spesifik yang turut berperan dalam konsumsi oksigen dan oleh perubahan
sifat responsive jaringan terhadap hormone yang lain. Hormone tiroid mempengaruhi
replikasi sel dan sangat penting bagi perkembangan otak. Adanya hormone tiroid dalam
jumlah yang adekuat juga diperlukan untuk pertumbuhan normal. Melalui efeknya yang luas
terhadap metabolisme seluler, maka hormone tiroid sangat mempengaruhi setiap system yang
penting. Penyakit-penyakit kelenjar tiroid dapat berupa :
a. Pembentukan hormone tiroid yang berlebihan (hipertitodisme)
b. Defisiensi produksi hormone (hipotirodisme)
c. Pembesaran tiroid (Goiter) tampa bukti adanya pembentukan hormone tiroid
abnormal. Selaian itu, pasien yang memiliki penyakit sistemik dapat mengalami perubahan
metabolism tiroksin dan fungsi tiroid.
Kelenjar tiroid berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolism di berbagai
jaringan agar optimal,merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel ditubuh,
mengatur metabolisme lemak dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan dan
pematangan normal. Fungsi tiroid diaturoleh hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone = TSH = Tirotropin) dari hipofisisanterior. Kelenjar tiroid merupakan organ
terbesar dari sistem endokrin. Gangguan organ inimemberikan manifestasi klinik tersering
dibandingkan dengan organ lainnya dari sistemendokrin.Fungsi utama hormon tiroid adalah
mempertahankan derajat yang lebih tingggi. Kelenjar tiroid termasuk salah satu alat tubuh
yang sensitif dan dapat bereaksi terhadap berbagai rangsang.
Pada masa pubertas, kehamilan, dan stress, kelenjar dapat membesar dan berfungsi
lebih aktif. Fungsi tiroid juga dipengaruhi oleh hipofise. Yodium dari makanan dan minuman
diabsorpsi oleh usus halus bagian atas dan lambung dan kira-kira sepertiga hingga
setengahnya ditangkap oleh kelenjar tiroid, sisanya dikeluarkan melalui urin. Tiroid
mempunyai daya yang kuat untuk menarik yodium secara selektif, kemudian dikonsentrasi.
Yodium yang ditangkap oleh sel tiroid akan diubah menjadi hormon melalui 7
tahapyaitu: (1) tahap trapping, (2) tahap oksidasi, (3) tahap coupling, (4) tahap penimbunan
storage,(5) tahap deidonasi, (6) tahap proteolisis, (7) tahap pengeluaran hormon dari kelenjar
tiroid.

2.2 Definisi Hipertiroid


Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana
terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis
merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan
tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012). Angka kejadian
pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-
40 tahun.

2.3 Etiologi Hipertiroid


Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan
karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu
tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid
atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid
dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis
pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut,
tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum
kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga
karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi
pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis
permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.

2.4 Klasifikasi Hipertiroid


Dapat di bedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu:
 Hipertiroid Primer : terjadinya Hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu
sendiri, contohnya :
 Penyakit grave

 Functioning adenoma
 Toxic multinodular goiter

 Tiroiditis
 Hipertiroid Sekunder : jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,
contohnya :
 Tumor hipofisis

 Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar


 Pemasukan iodium berlebihan

Klasifikasi struma
Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) menurut American society for study of goiter
membagi :
1. Struma Non Toxic Diffusa
2. Struma Non Toxic Nodusa
3. Struma Toxic Diffus
4. Struma Toxic Nodus

Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa
toksik. Istlah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana
struma diffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak tidak di berikan
tindakan medis sementara nodusa akan memperlihat benjolan yang secara klinik teraba satu
atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik).
Struma diffuse toksik (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan
tubuh di pengaruhi oleh hormone tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering ini
adalah penyakit Grave (gondok eksoflamik/exophtalmic goiter), bentuk tiroktosikosis yamg
paling banyak di temukan diantara hipertiroidisme lainnya.
Struma non toksik sama halnya dengan struma toksik yang di bagi menjadi sturma
diffuse non toksik dan struma nodusam non toksik. Struma non toksik disebabkan oleh
kekurangan yodium yang kronik. Struma ini disebut sebagai simple goiter, struma endemic,
atau goiter koloid yang sering di temukan di daerah yang air minumnya kurang sekali
mengandung yodium dan goitrogen yang menghambat sintesa hormone olet zat kimia.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari hipertiroid diantaranya:
a) Penderita sering secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan
terus merasa khawatir dan klien tidak dapat duduk diam.
b) Denyut nadi yang abnormal yang ditemukan pada saat istirahat dan beraktivitas yang
diakibatkan peningkatan dari serum T3 dan T4 yang merangsang epinefrin dan
mengakibatkan kinerja jantung meningkat hingga mengakibatkan HR meningkat.
Peningkatan denyut nadi berkisar secara konstan antara 90 dan 160 kali permenit,
tekanan darah sistolik akan meningkat.
c) Tidak tahan panas dan berkeringat banyak diakibatkan karena peningkatan
metabolisme tubuh yang meningkat maka akan menghasilkan panas yang tinggi dari
dalam tubuh sehingga apabila terkena matahari lebih, klien tidak akan tahan akan
panas.
d) Kulit penderita akan sering kemerahan (flusing) dengan warna ikansalmon yang khas
dan cenderung terasa hangat, lunak dan basah.
e) Adanya Tremor
f) Eksoftalmus yang diakibatkan dari penyakit graves, di manapenyakit ini otot-otot
yang menggerakkan mata tidak mampu berfungsi sebagaimana mesti, sehingga sulit
atau tidak mungkin menggerakkan mata secara normal atau sulit mengkoordinir
gerakan mata akibatnya terjadi pandangan ganda,kelopak mata tidak dapat menutup
secara sempurna sehingga menghasilkan ekspresi wajah seperti wajah terkejut.
g) Peningkatan selera makan namun mengalami penurunan berat badan yang progresif
dan mudah lelah.
h) Perubahan defekasi dengan konstipasi dan diare.
i) Pada usia lanjut maka akan mempengaruhi kesehatan jantung.
j) Gondok (biasanya, yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid).
2.6 WOC/Patofisiologi

Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat,
peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik
lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme
hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum
pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa
mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
PATHWAY
Penyakit Graves(Antibody
reseptor TSH merangsang Nodul tiroid
Tiroiditis
aktivitas tiroid) toksik

Sekresi hormone
tiroid yang
berlebihan

Hipertiroidisme

Hipermetabolisme Aktivitas simpatik Gerakan kelopak


meningkat berlebihan mata relative lambat
terhadap bola mata

Perubahan konduksi
listrik jantung Infiltrasi limfosit,
sel mast ke jaringan
Berat badan Ketidakseimbanga orbital dan otot
n energy dengan
kebutuhan tubuh
Beban kerja jantung
meningkat eksoftalmus

Kurang Perubahan
kelelahan
informas nutrisi
i kurang Resiko
Aritmia, takikardi kerusakan
dari
kebutuhan integritas

Defisit Resiko
pengetahuan penurunan curah
jantung
2.7 Komplikasi

Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat hipertiroid adalah sebagai berikut :
 Masalah jantung
Kelebihan hormone tiroid ini bisa membuat jantung berdetak lebih cepat. Akibatnya
kerja jantung lebih berat. Havard Health Publishing menyebut kondisi itu bisa
menyebabkan berbagai masalah, yaitu:
1. Ritme jantung yang tidak normal
Beberapa gangguan jantung bisa jadi akibat tiroid yang dirangsang secara
berlebihan. Kondisi paling umum adalah sinus takikardi, yaitu detak jantung
dengan kecepatan tak normal yang bisa mencapai 100 detak/menit dan fibrilasi
atrial dimana irama yang tidak teratur di ruang atas jantung.
2. Tekanan darah tinggi
Kondisi hipertiroid membuat pembuluh darah relaks, menurunkan tekanan
darah diastolic. Namun kelebihan hormone yang diproduksi kelenjar tiroid
juga bisa meningkatkan kontraksi jantung dan menyebabkan peningkatan
tekana sistolik.
3. Nyeri dada
Jika jantung berdetak lebih kuat dan memompa lebih banyak darah, otot
jantung membutuhkan lebih banyak oksigen. Jika pasien penderita hipertiroid
juga mengalami penyumbatan pada arteri coroner, mereka mungkin akan
merasakan nyeri dada yang dinamakan angina. Angina terjadi ketika arteri
coroner menyempit karena tidak bisa membawa semuua kelebihan darah yang
diminta otot jantung.
4. Tulang rapuh
Salah satu komplikasi hipertiroid yang tidak dirawat adalah tulang yang rapuh
dan melemah (osteoporosis). Kekuata tulang salah satunya dipengaruhi oleh
jumlah kalsium dan mineral yang dikandungnya. Kelebihan hormone tiroid
mengganggu kemampuan tubuh untuk memasukkan kalsium ke dalam tulang.
5. Masalah mata
Pasien dengan oftalmopati Graves kemungkinan bermasalah dengan matanya.
Masalah itu termasuk mata menonjol, merah atau bengkak, sensivitas terhadap
cahaya, dan penglihatan kanur atau ganda. Jika tidak ditangani, beberapa
masalah mata akibat hipertiroid bisa mengakibatkan kehilangan penglihatan.
6. Kulit merah dan bengkak
Dalam kasus langka, pasien dengan penyakit Graves dapat memiliki
dermophaty Graves. Kondisi ini bisa berpengaruh pada kulit, menyebabkan
merah dan bengkak. Hal ini biasanya terjadi pada tulang kering atau bengkak.
7. Tirotoksikosis
Komplikasi ini adalah kondisi terjadinya peningkatan gejala secara tiba-tiba
yang bisa menyebabkan demam, denyut nadi cepat, bahkan delirium.

2.8 Penatalaksanaan

Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat


hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.Tiga
pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri
kepala,mual muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan
sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi
hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang
mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf
kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.

2.9 Asuhan Keperawatan

Ny. Y 29 th. Datang ke rs sejahtera mengeluh badan terasa lemah, cepat lelah, mual,
jantung berdebar-debar, mengeluh penglihatan kabur, diare sudah lebih dari 4 hari, ada
gangguan menstruasi dengan hasil pemeriksaan wajah pasien tampak pucat, tampak lemas,
td 130/80 Mmhg, nadi 110x/menit, suhu 38˚c, pernapasan 30x/menit, bb 45 kg dan tb 158
cm, dengan tingkat kesadaran apatis. Pada akral tremor dibagian tangan, geisak berat
badan turun drastic, rambut rontok, pada daerah leher di palpasi teraba benjolan pada kulit
pasien muncul ruam, telapak tangan kemerahan

Analisis data

No. Pengkajian Etiologi Problem


1. Ds: , klien mengatakan cepat Hormone tiroid Penurunan curah
lelah, jantungnya berdebar- meningkat jantung
debar
Do: TD 130/80 Mmhg, nadi
Metabolisme tubuh
110x/menit, nafas pendek, meningkat
kien cemas dan tegang

Kerja curah jantung


meningkat

Terjadi takikardi

Irama jantung/denyut
berubah

Penurunan curah
jantung
2. Ds: klien mengatakan Hormone tiroid Kelelahan
badannya lemah meningkat
Do: klien tampak pucat dan
lemas Hipermetabolik

Kebutuhan energy
meningkat

Mudah lelah
3. Ds: klien mengatakan sering hormone tiroid
mual dan badannya terasa meningkat
lemah
Do: BB klien menurun meningkatnya proses
meskipun nafsu makan glikogenesis

bertambah
pembakaran lemak
meningkat

suplai nutrisi tidak


adekuat

kurangnya pemenuhan
nutrisi bagi tubuh

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan cuah jantung yang berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energy.
3. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan metabolism.
Diagnosa Kep. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Penurunan curah Setelah dilakukan  Observasi tanda-  Mengetahui tanda-
jantung tindakan tanda vital klien tanda vital klien
berhubungan keperawatan selama  Catat tanda dan  Mengetahui adanya
dengan takikardi 3x24 jam di harapkan gejala adanya penurunan curah
dan peningkata penurunan curah penurunan curah jantung
produksi hormone jantung klien dapat jantung  Untuk mengurangi
tiroid yang tida teratasi.  Batasi aktivitas klien kelelahan dan dan
terkkontrol Dengan Kritera  Anjurkan klien untuk keletihan
Hasil: menurunkan stress  Mengetahui apakah
 Tanda – tanda ada nyeri dada.
vital  dalam batas  Lingkungan yang
normal. nyaman dapat
 Dapat mentoleransi mengurangi stress
aktivitas,tidak ada klien
kelelahan
Keletihan Setelah dilakukan  Observasi respon  Mengetahui tingkat
berhubungan tindakan kardiorespirasi aktivitas yang di
dengan keperawatan selama terhadapat aktivitas . toleransi secara
ketidasembangan 3x24 jam keletihan  Ajarkan teknik dan fisiologis
energi dan klien dapat teratasi. manajemen aktivitas  Mencegah
kebutuhan tubuh Dengan Kriteria  Dorong klien dan terjadinya kelelahan
Hasil: keluarga untuk  Mengurangi
 Kemampuan mengespresikan keletihan
aktivitas klien perasaannya.  Mengetahui
adekuat  Catat aktivitas yang kelethan dan
 tidak ada takikardi meningkat keletihan kelelahan klien
dan palpitasi dalam melakukan
 Keseimbangan aktivitas
aktivitas dan
istirahat
Perubahan nutrisi Setelah dilakukan  Observasi pola  Mengetahui pola
kurang dari tindakan nutrisi klien dan nutrisi klien
kebutuhan tubuh keperawatan selama perubahan yang
3x24 jam diharapkan terjadi  Mengetahui berat
kebutuhan nutrisi  Timbang berat badan badan klien
klien terpenuhi. klien  Mengidentifikasi
Dengan Kriteria  Observasi faktor  factor penyebab
Hasil: penyebab gangguan  Lingkungan
 BB klien kembali pemenuhan nutrisi nyaman
normal  Monitor lingkungan meningkatkan
selama makan nafsu makan
 Kolaborasi dengan  Menentukan
ahli gizi untuk kebutuhan kalori
menentukan kalori dan nutrisi klien
dan nutrisi klien

No. Diagnosa Impementasi Evaluasi


1. Penurunan curah jantung  Mengobservasi tanda-tanda S:Dapat mentoleransi
berhubungan dengan vital klien aktivitas,tidak ada
takikardi dan peningkata  Mencatat tanda dan gejala kelelahan
produksi hormone tiroid yang adanya penurunan curah O: Tanda – tanda
tida terkkontrol jantung vital  dalam batas
 Membatasi aktivitas klien normal

 Menganjurkan klien untuk A: masaah teratasi


menurunkan stress
P: intervensi
dihentikan
2. Keletihan berhubungan  Mengobservasi respon S: Kemampuan
dengan ketidasembangan kardiorespirasi terhadapat aktivitas klien
energi dan kebutuhan tubuh aktivitas . adekuat
 Mengajarkan teknik dan
O:tidak ada takikardi
manajemen aktivitas
dan palpitasi
 Mendorong klien dan Keseimbangan
keluarga untuk aktivitas dan istirahat
mengespresikan
A: masalah teratasi
perasaannya.
 Mencatat aktivitas yang P: intervensi
meningkat keletihan dihentikan
3. Perubahan nutrisi kurang dari  Mengobservasi pola nutrisi S: klien mengatakan
kebutuhan tubuh klien dan perubahan yang mual berkurang
terjadi
O: BB klien kembali
 Menimbang berat badan
normal
klien
A: masalah teratasi
 Mengobservasi faktor 
penyebab gangguan P: intervensi
pemenuhan nutrisi dihentikan
 Memonitor lingkungan
selama makan
 Berkolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
kalori dan nutrisi klien

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem endokrin merupakan salah satu dari dua sistem kontrol utama tubuh.
Hormone-hormon endokrin dibawa oleh system sirkulasi ke sel di seluruh tubuh. Sejumlah
hormone endokrin mempengaruhi banyak jenis sel tubuh. Seperti halnya pada hormone
tiroksin (tiroid) akan mempengaruhi peningkatan kecepatan berbagai reaksi kimia di hampir
semua sel tubuh.

Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi


hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun, kekurangan yodium (iodium),
peradangan pada kelenjar tiroid atau tiroiditis, faktor genetic, pasca melahirkan, gangguan
pada kelenjar pituitari atau hipofisis. Pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik
atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan
seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami masalah tentang
gangguan atau kelainan serta asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan tiroid seperti
kelebihan produksi kelenjar tiroid (hipertitoid).

Daftar Pustaka
Bruner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Guyton & Hall, (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta :EGC
Baradero, Mary, dkk. 2009.Klien Gangguan Endokrin : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Supadmi dkk,(2007). Hubungan Hipertiroid dengan Aktivitas Kerja. Berita Kedokteran
Masyarakat, Vol. 23, No. 3.
Tarwoto,dkk.2012. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin. Jakarta: CV
Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai