Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BERAT BADAN


LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1


Dengan dosen pembimbing
Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns.,
M.Kep

Oleh kelompok 6

Ine Lusiana (P17220194048)


Anis Mahmudah (P17220194051)
Ismatuz Zuhriyah (P17220194070)
Rahil Salsabilaning D (P17220194071)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
November 2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan tanggal 03


November 2020

Pembimbing

Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M.Kep Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns.,
M.Kep
NIP: NIP:

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas matakuliah
Keperawatan Anak tentang “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERAT
BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)” Dalam penyusunan makalah ini, kami
tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep.,
Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik berupa
materil dan juga spiritual.
3. Semua rekan-rekan yang telah membantu dan bekerja sama sehingga
tersusun makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
bagi pembaca.

Lawang, 03 November 2020

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul …..............................................................................…...................i


Lembaran Pengesahan …..............................................................................…......ii
Kata Pengantar …..............................................................................….................iii
Daftar Isi …..............................................................................…..........................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …..............................................................….....................1
1.2 Tujuan Penulisan …....................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan…..................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian BBLR …………………………...............................................3
2.2 Penyebab BBLR ….....................................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Klinis BBLR..................................................................4
2.4 Patofisiologi BBLR ...................................................................................5
2.5 Komplikasi BBLR ….................................................................................6
2.6 Prognosis BBLR.…....................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang BBLR …..............................................................7
2.8 Penatalaksanaan Medis BBLR …...............................................................8
2.9 Asuhan Keperawatan BBLR
2.9.1 Pengakajian …..................................................................................9
2.9.2 Diagnosa Keperawatan…................................................................12
2.9.3 Rencana Tindakan Keperawatan …................................................13
2.9.4 Implementasi Tindakan Keperawatan …........................................17
2.9.5 Evaluasi Keperawatan …................................................................17

BAB III SIMPULAN DAN SARAN …..............................................................19


Daftar Pustaka ….................................................................................................20

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal
ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena
masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar
& Rustam, 1998)
Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby
dengan low birth weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah =
BBLR), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature.
Beberapa tahun terakhir ini kasus BBLR sangat meningkat. Melihat
dari kejadian itu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlah
terhadap para ibu yang mengalami kehamilan yang beresiko karena dilihat
dari frekuensi BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6- 10,8 %, di Negara
berkembang berkisar antara 1-43%. Dapat dibandingkan dengan rasio antara
Negara maju dan Negara berkembang adalah 1:4. (Mochtar & Rustam, 1998).
Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih
besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi
menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik
maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin
rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya
dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia,
pendarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-
kadang dijumpai kerusakan syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang
rendah dan gangguan lainnya.

1
2

1.2 Tujuan Penulisan


1. Apa itu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
2. Apa penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
3. Bagaimana tanda dan gejala klinis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
4. Bagaimana patofisiologi infeksi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
5. Bagaimana komplikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
6. Bagaimana prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?

1.3 Manfaat Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
2. Untuk mengetahui penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
4. Untuk mengetahui patofisiologi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
5. Untuk mengetahui komplikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
6. Untuk mengetahui prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Definisi bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalaha bila
berat badannya kurang dari 2.500 gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap
bayi prematur atau berdasarkan umur kehamilan, yaitu kurang dari
37  minggu. Ternyata tidak semua bayi dengan berat badan lahir rendah,
bermasalah sebagai prematur, tetapi terdapat beberapa kriteria sebagai
berikut. (Manuaba, 2007).
BBLR ialah kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2.500
gram.
a. Berat badan lahir rendah, sesuai dengan umur kehamilannya, menurut
perhitungan hari pertama haid terakhir.
b. Bayi dengan ukuran kecil masa kehamilan (KMK), artinya bayi yang
berat badannya kurang dari persentil ke 10 dari berat sesungguhnya yang
harus dicapai, menurut umur kehamilannya.
c. Atau berat badan lahir rendah ini disebabkan oleh kombinasi keduanya
artinya:
1) Umur hamilnya belum waktu untuk lahir
2) Tumbuh-kembang intrauteri, mengalami gangguan sehingga terjadi
kecil untuk masa kehamilannya.

2.2 Penyebab Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Menurut (Suryadi dan Yuliani, 2006) yang dikutip oleh (Pambayun,
2014) penyebab dari anak BBLR yaitu :
a) Faktor Ibu
1) Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien
misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

3
2) Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun

4
5

3) Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap


timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat pada golongan
social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang
kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula
kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, ternyata lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir
perkawinan yang sah.
4) Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan pecandu
obat narkotik.
a) Faktor Janin
Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan
kelainan kromosom
b) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi
radiasi dan zat-zat tertentu.

2.3 Tanda dan Gejala Klinis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Menurut (Prawirohardjo. 2005) yang dikutip oleh (Pambayun, 2014)
tanda anak dengan BBLR yaitu :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
6

2.4 Patofisiologi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Menurut (Ngastiyah, 2005) yang dikutip oleh (Pambayun, 2014)
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya
bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti
adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada
bayi prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru
pada dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom
gawat napas sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar
lainnya pada bayi premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang
inadekuat. Bila prematuritas bayilebih dari dua bulan, system pencernaan dan
absorpsi hampir selalu inadekuat. Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga
bayi premature harus menjalani diet rendah lemak. Lebih jauh lagi, bayi
premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan
oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan tersebut
dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma
globulin, serta bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan
7

daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas
dalam tubuh

2.5 Komplikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Menurut (Pambayun, 2014) yang dikutip dari (Potter, 2005)
komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara lain yaitu :
a. Hipotermia.
b. Hipoglikemia.
c. Gangguan cairan dan elektrolit.
d. Hiperbilirubinemia.
e. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
f. Paten suktus arteriosus.
g. Infeksi.
h. Perdarahan intraventrikuler.
i. Apnea of prematuruty.
j. Anemia
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu :
a. Gangguan perkembangan.
b. Gangguan pertumbuhan.
c. Gangguan penglihatan (retionopati).
d. Gangguan pendengaran.
e. Penyakit paru kronis.
f. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit.
g. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.
8

2.6 Prognosis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Apabila cepat ditangani dengan resusitasi yang baik dan pemberian
nutrisi yang tepat, prognosis bayi dengan berat badan lahir rendah cukup baik.
Hanya saja, bayi prematur dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko
kematian lebih tinggi hingga 20 kali lipat dibandingkan dengan bayi cukup
bulan.
Menurut sebuah penelitian di Jepang, metode persalinan pada bayi
dengan BBLR ternyata mempengaruhi survival rate pada bayi terutama pada
bayi dengan kategori BBLASR. Angka survival rate bayi dengan BBLASR
yang melalui metode persalinan sectio cesarea lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang lahir melalui metode persalinan spontan per vaginam.
Terlepas dari metode persalinan bayi yang ikut mempengaruhi survival
rate pada bayi dengan BBLR, angka survival rate secara global pada bayi
BBLR baik dengan kategori BBLSR maupun BBLASR cukup beragam di
setiap negara, sehingga prognosis juga dipengaruhi oleh cara tenaga medis
menangani kasus tersebut di masing-masing negara.
Selain itu, prognosis dapat menjadi lebih buruk apabila bayi dengan
BBLR adalah bayi prematur karena risiko komplikasi lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Bayi prematur dengan berat
badan lahir rendah memiliki risiko kematian lebih tinggi hingga 20 kali lipat
dibandingkan dengan bayi cukup bulan.

2.7 Pemeriksaan Penunjang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


1. Pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (misal : foto thorax )
9

2.8 Penatalaksanaan Medis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


Menurut (Prawirohardjo Sarwono, 2005), penanganan bayi dengan
berat badan lahir rendah adalah sebagai berikut :
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis
lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur
terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan
sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
3. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju”.
Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu
dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa
dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
4. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2
yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
10

5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan

Umur/hari Jumlah ml/kg BB


1 50- 65

2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
11

2.9 Asuhan Keperawatan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)


2.9.1 Pengkajian
Pengkajian pada bayi prematur dilakukan dari ujung rambut
hingga ujung kaki, meliputi semua sistem pada bayi. Pengkajian diawali
dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan harus dilakukan
dengan teliti (Proverawati & Sulistorini, 2010). Menurut Surasmi, dkk
(2003), pengakajian pada bayi prematur meliputi :
1) Pengkajian umum pada bayi Pengkajian umum pada bayi antara lain
meliputi:
a. Penimbangan berat badan.
b. Pengukuran panjang badan dan lingkar kepala.
c. Mendiskripsikan bentuk badan secara umum, postur saat
istirahat, kelancaran pernapasan, edema dan lokasinya.
d. Mendiskripsikan setiap kelainan yang tampak.
e. Mendiskripsikan tanda adanya penyulit seperti warna pucat,
mulut yang terbuka, menyeringai, dan lain-lain.
2) Masalah yang berkaitan dengan ibu
Masalah-masalah tersebut antara lain adalah hipertensi,
toksemia, plasenta previa, abrupsio plasenta, inkompeten servikal,
kehamilan kembar, malnutrisi, diabetes mellitus, status sosial
ekonomi yang rendah, tiadanya perawatan sebelum kelahiran
(prenatal care), riwayat kelahiran prematur atau aborsi, penggunaan
obat-obatan, alkohol, rokok, kafein, umur ibu yang di bawah 16
tahun atau di atas 35 tahun, latar pendidikan rendah, kehamilan
kembar, kelahiran prematur sebelumnya dan jarak kehamilan yang
berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, golongan darah dan faktor Rh.
3) Pengkajian bayi pada saat kelahiran
12

Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu,


rendahnya berat badan saat kelahiran (kurang dari 2500 gram),
lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, bayi terlihat kurus,
kepala relatif lebih 44 besar dari pada badan dan 3 cm lebih lebar
dibanding lebar dada, nilai Apgar pada 1 sampai 5.
4) Kardiovaskular
Pada bayi prematur denyut jantung rata-rata 120-160/menit
pada bagian apikal dengan ritme yang teratur, pada saat kelahiran
kebisingan jantung terdengar pada seperempat bagian interkostal,
yang menunjukkan aliran darah dari kanan ke kiri karena hipertensi
atau atelektasis paru.
5) Gastrointestinal
Pada bayi prematur terdapat penonjolan abdomen,
pengeluaran mekonium biasanya terjadi dalam waktu 12 jam, reflek
menelan dan mengisap yang lemah, tidak ada anus dan
ketidaknormalan kongenital lain.
6) Integumen
Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda atau merah,
kekuning-kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna,
sedikit vernix caseosa dengan rambut lanugo di sekujur tubuh, kulit
tampak transparan, halus dan mengkilap, edema yang menyeluruh
atau pada bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku
pendek belum melewati ujung jari, rambut jarang atau bahkan tidak
ada sama sekali, terdapat petekie atau ekimosis.
7) Muskuloskeletal
Pada bayi prematur tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna yang masih lembut dan lunak, tulang tengkorak
dan tulang rusuk lunak, gerakan lemah dan tidak aktif atau letargik.
8) Neurologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis
tampak resisten dan gerak reflek hanya berkembang sebagian.
Reflek menelan, mengisap dan batuk masih lemah atau tidak efektif,
13

tidak ada atau menurunnya tanda neurologis, mata biasanya tertutup


atau mengatup apabila umur kehamilan belum mencapai 25-26
minggu, suhu tubuh tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar,
kejang dan mata berputarputar yang bersifat sementara tapi bisa
mengindikasikan adanya kelainan 47 neurologis.
9) Pernapasan
Pada bayi prematur jumlah pernapasan rata-rata antara 40-60
kali/menit dan diselingi dengan periode apnea, pernapasan tidak
teratur, flaring nasal melebar (nasal melebar), terdengar dengkuran,
retraksi (interkostal, suprasternal, substernal), terdengar suara
gemerisik saat bernapas.
10) Perkemihan
Pengkajian sistem pekemihan pada bayi dapat dilakukan
dengan cara mengkaji jumlah, warna, pH, berat jenis urine dan hasil
laboratorium yang ditemukan. Pada bayi prematur, bayi berkemih 8
jam setelah kelahirandan belum mampu untuk melarutkan ekskresi
ke dalam urine.
11) Reproduksi
Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia mayora
yang belum berkembang atau belum menutupi labia minora. Pada
bayi lakilaki skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga
yang kecil dan testis belum turun ke dalam skrotum.
12) Temuan sikap
Tangis bayi yang lemah, bayi tidak aktif dan terdapat
tremor.

2.9.2 Diagnosa
Menurut Doenges (2000) yang dikutip oleh (Malem , 2017),
rumusan masalah (diagnosa) pada bayi dengan berat lahir rendah adalah
sebagai berikut :
a. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
sistem pernafasan.
14

b. Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis, kurang


pengetahuan.
c. Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi berhubungan
dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
d. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas
fungsi imunologik.
e. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
f. Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
2.9.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana keperawatan adalah strategi perawat yang isinya kegiatan
dan tindakan yang disusun serta akan dilakukan untuk mencapai tujuan
dan kriteria hasil yang dibuat berdasarkan SMART (Spesifik,
Measureable, Achieveable, Realita, Time).
Diagnosa I : Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
imaturitas sistem pernafasan.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keparawatan 3x24 jam tidak terjadi
gangguan pola nafas(nafas efektif)
Kriteria Hasil : Akral hangat. Tidak ada sianosis. Tangisan aktif dan kuat
RR : 30-40x/menit. Tidak ada retraksi otot pernafasan
Intervensi :
a. Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi). Rasional :
pengawasan ketat dibutuhkan karena organ pernafasan yang tidak
sempurna.
b. Atur posisi kepala lebih tinggi. Rasional : Melancarkan jalan
nafas.
c. Monitor keefektifan jalan nafas. Rasional : Monitor yang tepat
akan memudahkan tindakan pada bayi. Jika perlu dapat dilakukan
suction.
d. Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap 4 jam. Pertahankan pemberian
O2. Rasional : Dengan kemampuan organ pernafsaan yang tidak
15

kuat maka bayi membutuhkan bantuan pemberian O2 untuk


memenuhi kebutuhannya.
e. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Rasional :
Mencegah hipotermi yang dapat memperparah kondisi dan organ
pernafasan bayi.
f. Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat. Kolaborasii
untuk X foto thorax. Rasional : Memberikan gambaran organ
pernafasan bayi.
Diagnosa II : Kecemasan orang tua berhubungan dengan situasi krisis,
kurang pengetahuan.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil : Orang tua tampak tenang. Orang tua tidak bertanya-tanya
lagi. Orang tua berpartisipasi dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua. Rasional : Cemas berlebihan
ditunjukkan orangtua karena tidak memahami kondisi bayi, tidak
ada pamahaman bahwa kondisi bayi akan menunjukkan perbaikan
akan memperburuk kondisi orang tua dan bayi.
b. Beri penjelasan tentang keadaan bayinya. Rasional : Membantu
menganalisa masalah secara sederhana dengan mandiri.
c. Libatkan keluarga dalam perawatan bayinya. Rasional : Orang tua
akan terlatih dalam meerawat BBLR.
d. Berikan support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai
oleh orang tua. Rasional : Sebagai motivasi orag tua.
e. Latih orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum
bayi pulang. Rasional : Perawatan mandiri harus sudah dapat
dilakukan ketika bayi sudah pulang.
Diagnosa III : Resiko tinggi tidak efektifnya termoregulasi : hipotermi
berhubungan dengan mekanisme pengaturan suhu tubuh immature
Tujuan : Setelah mendapatkan tindakan keperawatan 3x24 jam tidak
terjadi gangguan terumoregulasi
Kriteria Hasil :Badan hangat. Suhu : 36,5-37C
16

Intervensi :
a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C.
Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari
hipotermia.
b. Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang
basah oleh urine atau feces. Rasional : Popok yang basak akan
mempercepat kehilangan panas pada bayi sehingga berisiko besar
terjadi hipotermia.
c. Hindarkan untuk sering membuka penutup. Rasional : Dapat
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolism.
d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil. Rasional :
Mempertahankan suhu bayi semakin baik.
Diagnosa IV : Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan
immaturitas fungsi imunologik.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
infeksi
Kriteria Hasil :Tidak ada tanda-tanda. Infeksi (tumor, dolor, rubor, calor,
fungsiolaesa).Suhu tubuh normal (36,5-37C)
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional : Termasuk di dalamnya
(tumor, dolor, rubor, calor, fungsiolaesa).
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Rasional : Tindakan aseptic dibutukan untuk mencegah infeksi
silang.
c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat masuk ruang
bayi dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan. Rasional :
Mencegah bayi terkontaminasi dengan zat-zat pathogen yang
mungkin terbawa dari baju dan tangan ibu dari luar ruangan.
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat. Rasional : ASI dapat
menambah kekebalan tubuh bayi secara alami, dan PASI (susu
formula) terkini juga mengandung antibody yang baaik untuk
mencegah infeksi.
17

e. Kolaborasi. Berikan antibiotika sesuai program. Lakukan


perawatan tali pusat setiap hari. Rasional : Antibiotik dibutuhkan
untuk menekan infeksi, dan tali pusat yg tidak terawatt dng baik
dapat menjadi pencetus awal infeksi.
Diagnosa V : Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan
Tujuan : Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
nutrisi
Kriteria Hasil : Diet yang diberikan habis tidak ada residu. Reflek
menghisap dan menelan kuat. BB meningkat 100 gr/3hr.
Intervensi :
a. Kaji refleks menghisap dan menelan. Rasional : Mengetahui
kemampuan fungsi pencernaan bayi.
b. Monitor input dan output. Raional : Indikator langsung
keadekuatan nutrisi.
c. Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin. Rasional :
Membantu pemenuhan nutrisi.
d. Sendawakan bayi sehabis minum. Rasional : Menambah
kemampuan lambung untuk menampung dan mencerna nutrisi.
e. Timbang BB tiap hari. Rasional : Berat badan bayi diharapkan
meningkat setiap saatnya.
Diagnosa VI : Resiko gangguan integritas kulit : tipisnya jaringan kulit,
imobilisasi.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria hasil : Suhu 36,5-37 C. Tidak ada lecet atau kemerahan pada
kulit. Tanda-tanda infeksi (-)
Intervensi :
a. Observasi vital sign. Rasional : Memberikan informasi tanda-tanda
vital.
b. Observasi tekstur dan warna kulit. Raional : Kulit bayi akan
terlihat berbeda dengan kulit bayi lainnya, teksturnya mungkin
berkerut dengan warna kemerahan, pucat atau transparan.
18

c. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic dan cuci tangan


sebelum dan sesudah kontak dengan bayi. Rasional : Mencegah
infeksi silang dan kerusakan integritas kulit yang dapat
mengakibatkan infeksi.
d. Jaga kebersihan kulit bayi. Ganti pakaian setiap basah. Jaga
kebersihan tempat tidur. Rasional : Mencegah iritasi kulit pada
bayi
e. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam. Monitor suhu dalam incubator.
Rasional : Mencegah penekanan pada kulit bayi dan suhu yang
baik akan menjaga kelembapan kulit sehingga dapat menurunkan
risiko.

2.9.4 Implementasi Tindakan Keperawatan


Dalam proses keperawatan, pelaksanaan atau implemnetasi adalah
tahap dimana perawat melaksanakan / menerapkan semua rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Pada situasi nyata sering implementasi
jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa
menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
yang terbiasa adalah rencana tidak tertulis yaitu yang dipikirkan, dirasakan
ini yang dilaksanakan, hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat
jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal (Keliat, 2000)
yang dikutip oleh (Malem, 2017).

2.9.5 Evaluasi
Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2004) evaluasi merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil.
19

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan
yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan
berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan (evaluasi hasil) (Nursalam, 2008).
1. Evaluasi proses (evalusi formatif)
Fokus pada evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi
tersebut. Metode pengumpulan data evaluasi ini menggunakan analisis
rencana asuhan keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok,
wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisaanya dapat menggunakan sistem SOAP.
2. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Fokus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada perubahan
perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan.
Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisien.
Metode pelaksanaannya terdiri dari close chart audit, wawancara pada
pertemuan terakhir asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi
berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami tentang Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada bayi. Agar saat menjalankan praktik keperawatan
anak di Rumah Sakit nanti, dapat memahami dengan baik dan dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan benar, dan juga makalah ini tentunya
menjadi penambah ilmu.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul Hidayat. (2004). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba


Medika.
ARIFIN, R. A. Z. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR
DENGAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF DI PAVILIUN ANGGREK
RSUD JOMBANG [PhD Thesis]. Universitas Pesantren Tinggi
Darul’Ulum.
Malem, E. Y. (2017). KTI BBLR. Academia, p.
https://www.academia.edu/6799737/KTI
Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. EGC.
MUFIDAH, L. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN
PENURUNAN SUHU TUBUH (HIPOTERMI) PADA BERAT BADAN
LAHIR RENDAH (BBLR) [PhD Thesis]. Universitas Airlangga.
Mochtar, & Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri. EGC.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika.
Pambayun, N. (2014, Oktobber). Asuhan Keperawatan Anak -BBLR. Academia.
https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_BBLR
Prawirohardjo Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka.
SULISTYOWATI, E. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN BBLR
DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS DI RUANG PERISTI
RUMAH SAKIT Dr. SOEDIRMAN KEBUMEN [PhD Thesis]. STIKES
MUHAMMADIYAH GOMBONG.

Anda mungkin juga menyukai