Oleh kelompok 6
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M.Kep Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep., Ns.,
M.Kep
NIP: NIP:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tugas matakuliah
Keperawatan Anak tentang “ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BERAT
BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)” Dalam penyusunan makalah ini, kami
tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep.,
Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing.
2. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik berupa
materil dan juga spiritual.
3. Semua rekan-rekan yang telah membantu dan bekerja sama sehingga
tersusun makalah ini.
Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak
demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan
bagi pembaca.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
3
2) Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun
4
5
2.3 Tanda dan Gejala Klinis Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Menurut (Prawirohardjo. 2005) yang dikutip oleh (Pambayun, 2014)
tanda anak dengan BBLR yaitu :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
h. Otot hipotonik lemah
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
k. Kepala tidak mampu tegak
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
m. Nadi 100 – 140 kali / menit
6
daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik sehingga
bayi premature beresiko mengalami infeksi, system integumen dimana
jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system termoregulasi
dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana
mestinya sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas
dalam tubuh
5. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi
yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki
ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus
menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas, lepaskan semua asessoris dan
tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada
bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah
secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan
2 100
3 125
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150
11
2.9.2 Diagnosa
Menurut Doenges (2000) yang dikutip oleh (Malem , 2017),
rumusan masalah (diagnosa) pada bayi dengan berat lahir rendah adalah
sebagai berikut :
a. Resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
sistem pernafasan.
14
Intervensi :
a. Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37C.
Rasional : Mempertahankan suhu bayi untuk terhindar dari
hipotermia.
b. Beri popok dan selimut sesuai kondisi. Ganti segera popok yang
basah oleh urine atau feces. Rasional : Popok yang basak akan
mempercepat kehilangan panas pada bayi sehingga berisiko besar
terjadi hipotermia.
c. Hindarkan untuk sering membuka penutup. Rasional : Dapat
menyebabkan fluktuasi suhu dan peningkatan laju metabolism.
d. Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil. Rasional :
Mempertahankan suhu bayi semakin baik.
Diagnosa IV : Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan
immaturitas fungsi imunologik.
Tujuan : Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
infeksi
Kriteria Hasil :Tidak ada tanda-tanda. Infeksi (tumor, dolor, rubor, calor,
fungsiolaesa).Suhu tubuh normal (36,5-37C)
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional : Termasuk di dalamnya
(tumor, dolor, rubor, calor, fungsiolaesa).
b. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.
Rasional : Tindakan aseptic dibutukan untuk mencegah infeksi
silang.
c. Anjurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat masuk ruang
bayi dan sebelum dan/sesudah kontak cuci tangan. Rasional :
Mencegah bayi terkontaminasi dengan zat-zat pathogen yang
mungkin terbawa dari baju dan tangan ibu dari luar ruangan.
d. Barikan gizi (ASI/PASI) secara adekuat. Rasional : ASI dapat
menambah kekebalan tubuh bayi secara alami, dan PASI (susu
formula) terkini juga mengandung antibody yang baaik untuk
mencegah infeksi.
17
2.9.5 Evaluasi
Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2004) evaluasi merupakan tahap
akhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan
dalam menghubungkan tindakan keperawatan dengan kriteria hasil.
19
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan
yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan
berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan (evaluasi hasil) (Nursalam, 2008).
1. Evaluasi proses (evalusi formatif)
Fokus pada evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi
tersebut. Metode pengumpulan data evaluasi ini menggunakan analisis
rencana asuhan keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok,
wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisaanya dapat menggunakan sistem SOAP.
2. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Fokus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada perubahan
perilaku atau status kesehatan klien pada akhir asuhan keperawatan.
Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir asuhan keperawatan secara
paripurna. Evaluasi hasil bersifat objektif, fleksibel, dan efisien.
Metode pelaksanaannya terdiri dari close chart audit, wawancara pada
pertemuan terakhir asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi
berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan
lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin
tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan
berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal,
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat
daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan kepada para pembaca
khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami tentang Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada bayi. Agar saat menjalankan praktik keperawatan
anak di Rumah Sakit nanti, dapat memahami dengan baik dan dapat
melakukan tindakan keperawatan dengan benar, dan juga makalah ini tentunya
menjadi penambah ilmu.
20
21
DAFTAR PUSTAKA