Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

(BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. AULYA HAPPY ARDITIA (1901011)


2. LINTANG SETIANINGRUM (1901030)
3. MUKHLIS NUR HUDAF (1901033)
4. RISA NUR HIDAYAH (1901042)
5. YANUWAR ROMADHAN (1901052)

S1 Ilmu Keperawatan Tingkat II


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya-Nya
sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Pada BBLR” ini dalam
waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang. Dengan
adanya penulisan makalah ini semoga dapat membantu dalam pembelajaran kita dan bisa
menyelesaikan masalah-masalah, yang khususnya dalam ruang lingkup ilmu keperawatan.
Penulis menyadari bahwa susunan pembuatan makalah ini belum mencapai hasil yang
sempurna. Oleh karena itu, kritikan dan saran sangat diharapkan yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan selamat membaca dan semoga makalah ini dapat
membantu pembaca dalam mengupas imajinasi mengenai hal-hal yang masih belum
diungkapkan dalam membahas Asuhan Keperawatan Pada BBLR.

Klaten, 20 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN

BAB II. TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI BBLR
2. ETIOLOGI BBLR
3. MANIFESTASI KLINIS BBLR
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5. KOMPLIKASI
6. PATOFISIOLOGI
7. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA
3. INTERVENSI
4. IMPLEMENTASI
5. EVALUASI

BAB IV. PENUTUP

1. KESIMPULAN
2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian
bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi.Masalah
yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang
relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis,
sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar.
Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ
belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati ,
ginjal, metabolisme dan system kekebalan.
Masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi
parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah
dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam
Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek
kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi
berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari
tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai
46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.Frekuensi kejadian bayi
lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study)
adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat
lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %.Di bangsal Neonatus RSCM (1986)
penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia,
imaturitas .
(Saifudin, Abdul Bari dkk ,2007)
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi BBLR?
b. Apa saja etiologi BBLR?
c. Apa saja manifestasi klinis dari BBLR?
d. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari BBLR?
e. Bagaimana komplikasi dari BBLR?
f. Apa saja patofisiologis BBLR?
g. Bagaimana penatalaksanaan keperawatan BBLR?
h. Bagaimana asuhan keperawatan pada BBLR?

3. TUJUAN
a. Untuk mengetahui definisi BBLR.
b. Untuk mengetahui etiologi BBLR.
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis BBLR.
d. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi BBLR.
e. Untuk mengetahui komplikasi dari BBLR.
f. Untuk mengetahui patofisiologis BBLR.
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan keperawatan pada BBLR.
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada BBLR.
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. DEFINISI BBLR

Menurut Jitowiyono dan Weni (2011: 76) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi
dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.  Sedangkan menurut Hassan dan Husein (2005:
1051-1052) dahulu bayi baru lahir kurang dari 2500 gram disebut premature.  Untuk
mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal Medicine II di London (1970),
telah disusun definisi sebagai berikut:
1.      Preterm infant (premature) atau bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259 hari).
2.      Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
sampai 42 minggu (259-293 hari).
3.      Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau
lebih (294 hari atau lebih).
Berdasarkan pengertian yang diterangkan di atas bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
1.         Prematur murni
Masa getasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa getasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.

2.         Dismature
Bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa getasi
itu.  Berarti bayi mengalami retradasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya.
          Menurut Deslidel et al (2011: 107) berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram. Menurut beratnya dibedakan menjadi:
1.      Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) berat lahir 1000-2500 gram.
2.      Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram.
3.      Bayi Berat Lahir Rendah Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram.

2. ETIOLOGI BBLR

Menurut  Maryunani dan Eka (2013: 316-319) penyebab BBLR dengan prematur murni
dan dismatur berbeda, berikut perbedaan antara keduanya:
A. Prematur murni
a. Faktor ibu
1) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
2) Gizi saat hamil kurang
3) Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 35 tahun
4) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
5) Penyakit menahun ibu
a) Hipertensi
b) Gangguan pembuluh darah
6) Perdarahan antepartum, kelainan uterus, hidramnion
7) Faktor pekerjaan yang terlalu berat
b. Faktor kehamilan:
1) Hamil dengan hidramnion
2) Hamil ganda
3) Perdarahan antepartum
4) Preeklamsia
5) Eklamsi
6) Ketuban pecah dini
c. Faktor janin:
1) Cacat bawaan
2) Infeksi dalam rahim
3) Kehamilan ganda
4) Anomali kongenital
d. Faktor kebiasaan:
1) Pekerjaan yang terlalu berat
2) Perokok

B. Dismature
e. Faktor ibu
1)
1) Hipertensi
1)
2) Penyakit ginjal kronik
1)
3) Perokok
1)
4) Penderita hipertensi
1)
5) Penderita diabetes militus yang berat
1)
6) Toksemia
1)
Hipoksia ibu
2) Gizi buruk
3) Pemakai narkoba dan peminum alkohol
f. Faktor uteri dan plasenta
1) Kelainan pembuluh darah
2) Insersi tali pusat yang tidak normal
3) Uterus bicornis
4) Infark plasenta
5) Sebagian plasenta lepas
g. Faktor janin
1) Gemeli
2) Kelainan kromosom
3) Cacat bawaan
4) Infeksi dalam kandungan (toxoplasmosis, rubella, herpez, sifilis, sitomegalo
virus)

3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jitowiyono dan Weni (2011: 78-79) manifestasi klinis dari BBLR
prematuritas murni dan BBLR dismaturitas berbeda, berikut manifestasi klinis
dari  BBLR prematuritas murni dan BBLR dismaturitas :
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis
BBLR Prematuritas BBLR Dismaturitas
1.       Kulit tipis dan transparan, tampak
1.       Kulit pucat/ bernod
mengkilat dan licin. 2.       Mekonium kering
2.       Kepala lebih besar dari badan 3.       Vernix caseosa tipis/ tidak ada
3.       Lanugo banyak terutama pada dahi,
4.       Jaringan lemak di bawah kulit tipis
pelipis telinga dan lengan. 5.       Tali pusat berwarna kuning
4.       Lemak subkutan kurang kehijauan
5.       Ubun-ubun dan sutura lebar 6.       Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
6.       Genetalia belum sempurna, labia
minor belum tertutup oleh labia mayor
(pada wanita), testis belum turun (pada
laki-laki)
7.       Pembuluh darah kulit banyak terlihat
8.       Bayi lebih banyak tidur dari pada
bangun
9.       Rambut tipis dan halus
10.    Tulang rawan dan daun telinga imatur
11.    Bayi masih dalam posisi fetal
12.    Pergerakan kurang dan lemah
13.    Pernafasaan belum teratur dan sering
terjadi apnoe
14.  Reflek menhisap dan menelan kurang

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut pantiawati (2010 :19-23) dan  pemeriksaan yang dapat dilakukan pada BBLR,
diantaranya:
1.      Pemeriksaan Ballard
Ballard merupakan penilaian maturitas  neonatus berdasarkan 7 tanda kematangan fisik dan
6 tanda kematangan neuromuskular.  Penilaian dilakukan dengan cara:
a.       Menilai 7 tanda kematangan fisik
Tabel 2.2 Ciri Kematangan Fisik Menurut Ballard
Nilai 0 1 2 3 4 5
Kulit Mer Merah Perm Daera Seper Ret
ah muda ukaan h ti ak-
sepe licin/ meng pucat kertas reta
rti halus elupa retak- , k,
agar tampa s retak, retak men
trans k vena denga vena lebih geru
para n/ jaran dala t
n tanpa g m,
ruam, tidak
sediki ada
t vena vena
meni
pis
Lanu Tida Banya Meni meng Umu
go k k pis hilan mnya
ada g tidak
ada
Lipat Tida Tanda Hany Lipat Lipat
an k merah a an an
plant ada sangat lipata 2/3 diselu
ar sedikit n anteri ruh
anteri or telapa
or k
yang
melin
tang
Payu Ham Areola Areol Areol Areol
dara pir datar, a a a
tidak tidak sepert lebih penu
ada ada i titik, jelas, h
tonjol tonjol tonjol tonjol
an an 1- an 3- an 5-
2 mm 4 mm 10
mm
Daun Data Sediki Bentu Bentu Tulan
telin r, t knya k g
ga tetap melen lebih semp rawa
terli gkung baik, urna, n
pat , lunak lunak mem tebal,
lambat , balik teling
memb muda seketi a
alik h ka kaku
mem
balik
Kela Skro Testis Testis Testis
min mu turun, diba berga
laki- m sediki wah, ntung
laki koso t ruga rugan ,
ng, ya rugan
tidak bagus ya
ada dala
ruga m
Kela Klit Labia Klitor
min oris mayo is dan
pere dan r dan labia
mpua labia minor minor
n min sama a
or meno ditutu
men njol pi
onjo labia
l mayo
ra

b.      Menilai 6 tanda kematangan neurologik


Tabel 2.3 Kematangan Neuromuskular
c.       Hasil penilaian aspek kematangan fisik dan neurologik dijumlah
d.      Jumlah nilai kedua aspek kematangan  tersebut dicocokan dengan tabel patokan
tingkat menurut Ballard
Tabel 2.4 Penilaian Tingkat Kematangan
No Nilai Minggu
1. 5 26
2. 10 28
3. 15 30
4. 20 32
5. 25 34
6. 30 36
7. 35 38
8. 40 40
9. 45 42
10. 50 44

2.      Tes kocok (shake test) dianjurkan untuk bayi kurang bulan.


Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan amnion
0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95% dicampur
dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15 menit dengan
tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1).    (+)       : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk         cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2).    (-)        : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya
paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3).    Ragu    : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
3.      Darah rutin
Menurut Green dan Judith (2012: 867) darah rutin merupakan salah satu pemeriksaan yang
dilakukan pada BBLR untuk mendeteksi anemia atau kehilangan darah (penurunan
Hematrokrit dan Hemoglobin), penurunan sel darah mereh dan trombosit serta
abnormalitas hitung sel darah putih dan diferensial yang dapat mengindikasikan infeksi.
4.      Glukosa serum
Menurut Green dan Judith (2012: 866) jika chemstrip atau dextrostix menunjukan kurang
dari 45 mg/dl (chemstrip atau dextrostix untuk mendeteksi adanya hipoglikemia).
5.      Kadar elektrolit serum
Menurut Green dan Judith (2012: 867) pemeriksaan kadar elektrolit serum dilakukan untuk
menentukan kalium, natrium, magnesium dan kadar elektrolit lainnya.
6.      Analisa gas darah (tergantung klinis)
Menurut Green dan Jidith (2012: 867) pemeriksaan analisa gas darah dilakukan untuk
mengetahui perubahan PH, PO2, PCO2 atau HCO3 yang mengidentiikasi asidosis, sepsis,
dan masalah pernafasaan.

7.      Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang bulan,
dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan
penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white lung .
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.

8.      Analisis Feses
Menurut Green dan Judith (2012: 867) untuk mendeteksi darah samar, yang mungkin
merupakan tanda NEC (Feses pertama biasanya positif karena darah tertelan selama
pelahiran).

5. KOMPLIKASI
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
b. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk
yang berikutnya
d. Asfiksia neonetorum
e. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

6. PATOFISIOLOGI
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur
kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat,
pekerjaan yang terlalu berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan
pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot
hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin,
dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia,  dan
malformasi konginetal.

7. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Menurut Deslidel et al (2011: 109-110) penatalaksanaan BBLR meliputi 3 tahap yaitu:
1) Ante intrapartum
Setiap persalinan dipertahankan aterm.  Apabila ada gawat janin, kehamilan dipertahankn
paling tidak sampai maturitas janin optimal setelah usia kehamilan lewat 35 minggu,
karena pada usia tersebut organ tubuh dapat berfungsi optimal di luar rahim.  Kendala
perawatan bayi kurang bulan di negara berkembang adalah adanya komplikasi membran
hialin.
a.       Bila ada gawat janin, lakukan resusitasi intrauterin yaitu tindakan untuk
mempertahankan kehamilan dengan pemberian tokolitik dan mencegah infeksi dengan
pemberian antibiotik yang aman untuk bayi.
b.      Apabila kehamilan kurang dari 35 minggu dan tidak dapat dipertahankan, ibu diberi
kortikosteroid dosis tunggal untuk mempercepat pematangan paru janin.
c.       Beberapa jam sebelum persalinan dimulai, kolaborasi dengan spesialis anak untuk
memberikan informasi bahwa akan lahir anak dengan BBLR pada ibu yang beresiko,
seperti ketuban pecah dini, hipertensi dalam kehamilan, pre-eklamsia berat,
dekompensasi kordis, TBC, infksi TORCH, dan lain-lain.

2) Penatalaksanaan di kamar bersalin


Hal yang harus dilakukan sebelum bayi lahir adalah:
a.       Pra-resusitasi
1)        Menyiapkan alat resusitasi dan fasilitas perawatan bayi serta memeriksa
kelengkapan dan fungsi alat.
a)        Meja resusitasi, lampu penghangat dan penerang
b)        Penghisap lendir disposabel dan pompa penghisap bayi
c)        Ambulans inkubator
d)       Oksigen dengan flowmeter
e)        Status dan tanda identitas bayi-ibu
2)        Memberi informasi keperawat intensif tentang akan ada bayi dengan BBLR
untuk persiapan perawatan bayi.  Dokter anak akan memeriksa kembali semua
persiapan, tim resusitasi juga dipersiapkan.
b.      Resusitasi
Resusitasi pada bayi prematur memerlukan intervensi yang lebih cepat dan produktif
serta difokuskan pada stabilisasi suhu dan oksigen.  Resusitasi dilakukan tahap sesuai
dengan kondisi bayi dengan menentukan nilai Apgar pada menit 1 dan 5 untuk
menentukan diagnosis (ada/ tidaknya asfiksia) dan prognosis bayi.
c.       Pasca-resusitasi
Pasca-resusitasi melakukan pemeriksaan fisik diagnostik secara sistematis dan lengkap
menentukan masa gestasi dan pertumbuhan janin, menentukan diagnosis kerja,
melakukan perawatan tali pusat, memberi tetes mata dan vitamin K, memberi identitas
pada bayi dan ibu yang sama.  Indikasi perawatan BBLR pada bayi BBLR pada bayi
premtur, cukup bulan dalam 3 perawatan, yaitu :
1)      Perawatan I rawat gabung (rooming in) yaitu BBLR sampai 2250 gram, sehat tanpa
komplikasi.
2)      Perawatan II/ perawatan khusus/ intermedelate care/ high care yaitu bayi
memerlukan perawatan khusus untuk observasi dan penanganan klinik.
3)      Perawatan III/ perawat intensif neonatus/ neonatal in intensive care unit.

3) Penatalaksanaan di kamar bayi


Secara umum perawatan BBLR adalah :
a.       Mempertahankan suhu tubuh
Menurut Jitowiyono dan Weni (2011: 80-81) ada beberapa cara mempertahankan suhu
tubuh bayi, yaitu dengan cara :
1)        Menggedong bayi dengan menggunakan selimut bayi yang dihangatkan
terlebih dahulu
2)        Menidurkan bayi di dalam inkubator
3)        Bayi harus dalam keadan kering
4)        Suhu lingkungan harus dijaga, seperti: jendela dan pintu dalam keadaan
tertutup untuk mengurangi hilangnya panas dari tubuh bayi melalui proses radiasi
dan konfeksi.
b.      Mempertahankan oksigenasi
Menurut Maryunani dan Eka (2013:320) cara mempertahankan oksigenasi atau
pernapasan dengan memposisikan bayi terlentang atau tengkurap dalam inkubator, dada
dan abdomen harus dipaparkan untuk mengobservasi pernapasan dan beri tambahan
oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
c.       Memenuhi kebutuhan nutrisi
Menurut Maryunani dan Eka (2013: 319-320) cara memenuhi nutrisi pada bayi dengan
BBLR adalah dengan memberikan minuman sedikit demi sedikit dengan frekuensi yang
sering. Karena alat pencernaan bayi belum sempurna, lambung kecil dan enzim belum
matang.
d.      Mencegah dan mengatasi infeksi
Menurut Maryunani dan Eka (2013: 320) bayi prematuritas mudah sekali mengalami
infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna.  Oleh karena itu tindakan preventif sudah
dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).
e.       Memenuhi kebutuhan psikologis
f.       Program imunisasi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a.    Biodata pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin .
Bidata penanggung jawab meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku
atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
b.    Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus
BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
e) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
f) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
g) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
2) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a. Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c. Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
d. Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
e. Latar belakang sosial budaya
Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu merokok,
ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau
pantang makanan tertentu.
f. Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu
jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan
mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan
psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan BBLR karena
memerlukan perawatan yang intensif
g. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
h. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia
benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 °C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara
120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering
pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur .
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
j. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
k. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
l. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
m. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
o. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek

p. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
q. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah  arcus costae     pada
garis papila  mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau
tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2
jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
r. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
s. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
t. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna
dari feses.
u. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
v. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf
pusat atau adanya patah tulang
(Doenges E marlyn,2007)

2. Diagnosa yang mungkin muncul


a.       Ketidakefektifan pola nafas  b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
b.      Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau
perubahan suhu lingkungan
c.       Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
d.      Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi
e.       Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas peristaltic di dalam
system gastrointestinal
f.       Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat
g.      Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi

3. Intervensi Keperawatan
a.    Dx : Ketidakefektifan pola nafas   b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Pola nafas yang
efektif
Kriteria hasil :
1.        Kebutuhan oksigen  menurun
2.        Nafas spontan, adekuat
3.        Tidak sesak.
4.        Tidak ada retraksi
Rencana Tindakan :
a) Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b) Beri posisi semifowler
R/  : Mengurangi rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
c) Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang akan memperberat depresi
pernapasan pada bayi  
R/: mengetahui obat-obatan yang memperberat depresi pernapasan pada
bayi
d) Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan
R/ :Mengetahui irama, kedalaman dan frekuensi pernapasan
e) Kolaborasi pemberian oksigen dengan metode yang sesuai.
R/:memenuhi kecukupan oksigen dalam tubuh

b.    Diagnosa : Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi


termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam suhu bayi stabil
Kreteria hasil: Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Akral hangat
Rencana Tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai.
R/: Menurunkan risiko hipotermi / hipertermi.
c. Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas.
R/: Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber
dingin/panas.
d. Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu.
R/: Memantau terjadinya peningkatan / penurunan suhu tubuh.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat sesuai dengan indikasi :  fenobarbital
R/: Memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hiportemia dan
hipertermia.

c.    Diagnosa : Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam Integritas kulit baik
Kriteria hasil : Tidak ada rash, Tidak ada iritasi,Tidak plebitis
Rencana tindakan :
a. Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b. Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet pada daerah
yang tertekan.
R/: Memantau adanya kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet.
c. Lakukan perawatan tali pusat.
R/: Menjaga tali pusat dalam keadaan baik.
d. Gunakan plester non alergi dan seminimal mungkin
R/: Menurunkan terjadinya gangguan integritas kulit
e. Kolaborasi pemeriksaan darah rutin
R/: Memantau hasil pemeriksaan laboratorium.
f. Kolaborasi pemberian antibiotika.
R/: Obat-obatan sangat penting dalam proses penyembuhan.

d.   Diagnosa : Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d ketidakmampuan menerima nutrisi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam nutrisi adekuat
Kriteria hasil : Berat badan naik 10-30 gram / hari, Tidak ada edema, Protein dan
albumin darah dalam batas normal
Rencana Tindakan :
a.    Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Catat intake dan output
R/: Memantau jumlah cairan masuk dan keluar.
c.    Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat.
R/: Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
d.   Timbang berat badan setiap hari
R/: Timbang berat badan setiap hari
e.    Kolaborasi dalam pemberiantotal parenteral nutrition kalau perlu
R/: Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi.

e.    Diagnosa : Disfungsi motilitas gastrointestinal b/d ketidakadekuatan aktivitas


peristaltic di dalam system gastrointestinal
Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam system
gastrointestinal berfungsi dengan baik
Kriteria hasil : tidak ada kram abdomen, tidak ada nyeri abdomen, tidak ada diare, nafsu
makan meningkat, peristaltic usus dalam batas normal 15-30x/menit
Rencana tindakan :
a.    Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Monitor bising usus
R/: Mengetahui frekuensi bising usus yang normal
c.    Monitor status cairan dan elektrolit
R/: Mengetahui banyaknya ciaran dan elektrolit dalam tubuh
d.   Catat intake dan output secara akurat
R/:Mengetahui intake dan output dalam tubuh secara adekuat
e.    Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit(membran mukoso
kering, sianosis)
R/: mengetahui adanya tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
f.    Kolaborasi dengan ahli gizi jumlah kalori dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan
R/:Terpenuhinya kalori dalam tubuh

f.     Diagnosa : Resti Infeksi b/d pertahanan imunologis tidak adekuat


Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam pasien tidak
memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteria hasil : Suhu 36,5 0C -37,5 0C, Darah rutin normal, Tidak ada tanda-tanda infeksi
Rencana tindakan :
a.    Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Kaji adanya tanda – tanda infeksi
R/:Mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
c.    Lakukan isolasi bayi lain yang menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi
R/: Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan terjadinya infeksi  yang lebih
luas
d.   Sebelum dan setelah menangani bayi, lakukan pencucian tangan
R/:Untuk mencegah adanya infeksi
e.    Yakinkan semua peralatan yang kontak dengan bayi bersih dan steril
R/:untuk mencegah infeksi
f.    Cegah personal yang mengalami infeksi menular untuk tidak kontak langsung
dengan bayi.
R/:untuk mencegah infeksi lebih lanjut pada bayi
g.   Kolaborasi pemberian antibiotik
R/: untuk mencegah infeksi menyebar luas ketempat lain

g.    Diagnosa : Ikterus neonatus b/d bilirubin tidak konjugasi dalam sirkulasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan leperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam batas normal, status nutrisi
adekuat, tidak ada respon alergi sistemik
Rencana Tindakan :
a.    Kaji TTV bayi
R/ :untuk mengetahui keadaan umum pasien
b.   Amati tanda-tanda ikterus
R/:Mengrtahui tanda-tanda ikterus yang abnormal
c.    Kaji tanda-tanda dehidrasi
R/: untuk mengetahui adanya tnda-tnada dehidrasi
d.   Obsevasi peningkatan bilirubin serum
R/:Mengetahui adanya peningkatan bilirubin serum atau tidak
e.    Timbang BB setiap hari
R/: mengetahui adanya peningkatan BB atau tidak
f.    Kolaborasi dalam pemberian fototerapi
R/: untuk memberikan tindakan lebih lanjut

4. Implementasi
            Implemetasi merupakan tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan guna mencapai tujuan pasien sesuai yang telah ditentukan (Asmadi, 2010, p. 16).
Dalam melakukan asuhan keperawatan bayi berat lahir rendah (BBLR) perawat harus
mempertahankan suhu tubuh bayi serta mencegah terjadinya resiko infeksi karena faktor
imunitas bayi yang immature. Oleh karena itu resiko infeksi dilakukan cuci tangan sebelum
maupun sesudah (Pantiawati, 2010, p. 22).

5. Evaluasi
                  Pada tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah dilakukan.
Evaluasi perkembangan kesehatan klien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan di dapat.

BAB IV

PENUTUP
1. KESIMPULAN

Masa neonatus dan beberapa minggu sesudahnya masih merupakan masa yang rawan karena
disamping kekebalan yang masih kurang juga gejala penyakit spesifik. Pada periode-periode
tersebut tidak dapat dibedakan/sulit dibedakan dengan penyakit lain sehingga sulit dideteksi
pada usia minggu-minggu pertama kelainanyang timbul banyak yang berkaitan dengan masa
kehamilan/proses persalinan sehingga perlu penanganan segera dan khusus.
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh
kembang selanjutnya, sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.

2. SARAN

Setiap hasil karya tidak ada yang sempurna dan pasti mempunyai beberapa kekurangan.
Adapun saran-saran untuk kemajuan makalah yang telah dibuat oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatkan pengawasan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada bayi barulahir
dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://nurunnashihah.blogspot.com/2016/12/asuhan-keperawatan-pada-bblr-bayi-
berat.html
2. https://samoke2012.wordpress.com/2019/06/19/asuhan-keperawatan-pada-bayi-
berat-lahir-rendah-bblr-dengan-hipotermia-di-ruang-perinatologi-rsd-dr-soebandi-
jember-nurul-marifatul-mabruroh-14-401-16-071/
3. http://askep-bayi-bblr.blogspot.com/2011/09/askep-bblr.html?m=1
4. https://icoel.wordpress.com/askep-anak-2/askep-anak/asuhan-keperawatan-bblr/
5. https://bangsalsehat.blogspot.com/2018/02/Askep-BBLR-Lengkap-doc-dan-
pdf.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai