Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. ANAK AGUNG ISTRI WULAN KRISNANDARI D, S.Kep., M.S

OLEH:
I DEWA AYU NANDA ARISMA PUTRI
(2314901032)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2023
A. Pengertian BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
1. BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah)
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram tanpa memperhitungkan masa gestasinya. BBLR merupakan salah
satu faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kematian pada perinatal dan
neonatal (Steven, 2014). Penyebab utama terjadinya BBLR dibedakan menjadi 2 yaitu
kelahiran premature dan janin tumbuh lambat (Intrauterine Growth Retardation / IUGR).
Bayi BBLR dengan Intrauterine Growth Retardatio (IUGR) merupakan bayi yang lahir
cukup bulan akan tetapi berat badannya kurang karena terganggunya pertumbuhan janin
ketika masih didalam rahim (Septa & Darmawan, 2013).
2. Klasifikasi
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi dengan berat badan lahir
rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin, 2001) :
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
b. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1500
c. Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
a. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
b. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
c. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang dilahirkan
dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
b. Dismaturitas Dismaturitas : bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi itu.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya BBLR diuraikan menjadi beberapa kelompok penyebab
menurut (Maryunani, 2014) sebagai berikut :
1. BBLR yang disebabkan oleh Prematuritas Penyebab kelahiran bayi premature dengan
BBL, antara lain :
a. Janin : Gawat janin, kehamilan kembar, eritoblastosis, hydrop nonimun.
b. Plasenta : Plasenta previa, solusio plasenta.
c. Uterus : Uterus bicornis, incompeten serviks (serviks lemah).
d. Maternal : Preeklampsia, penyakit kronis (penyakit jantung sianotik),
penyalahgunaan obat.
e. Lain-lain : Ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenik.
2. BBLR yang disebabkan oleh Pertumbuhan Janin Terhambat (Intrauterine Growth
Retardatio). Pertumbuhan janin yang terhambat pada BBLR dipengaruhi oleh faktor
pada fetus atau janin, maternal dan plasenta yang diuraikan sebagai berikut :
a. Faktor fetus atau janin Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kelahiran
BBLR dengan pertumbuhan janin yang terhambat antara lain :
1) Faktor genetik
2) Kelainan kromosom, misalnya trisomi 13, 18, 21.
3) Kelainan bawaan, misalnya anensefalus, atresia gastrointestinum, dan
sindrom potter.
4) Infeksi bawaan seperti Rubella.
5) Penyakit metabolisme pada saar lahir, mialnya galaktosemia dan
feniketonuria.
b. Faktor Maternal Beberapa faktor maternal yang dapat mempengaruhi terjadinya
kelahiran BBLR dengan pertumbuhan janin yang terhambat, antara lain :
1) Pre-eklampsia dan eklampsia
2) Penyakit renovaskuler kronis
3) Malnutrisi (terutama pada ibu yang sangat kekurangan protein, maka
prematur/BBLR akan terjadi lebih sering).
4) Hipoksemia maternal yang berkaitan dengan penyakit jantung kongenital
tipe sianotik dan anemia bulan sabit (sickle cell anemia).
5) Faktor maternal lain, seperti status ekonomi yang rendah, usia ibu yang
muda, anak pertama dan multiparitas dan usia ibu tua.
c. Faktor Plasenta Beberapa faktor plasenta yang mempengaruhi terjadinya
kelahiran BBLR dengan pertumbuhan janin antara lain :
1) Insufisiensi faktor plasenta akibat kelainan maternal seperti preeklampsia
dan eklampsia atau akibat kehamilan lewat waktu.
2) Berbagai masalah anatomis seperti infark multiple, trombosis vaskuler
umbilikal dan hemangioma.
3) Kembalian kembar mungkin terkait dengan masalah plasenta bermakna
seperti anastomose vaskuler abnormal.
4. Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi dipengaruhi oleh beberapa factor
antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat, penyakit
menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok. BBLR biasanya
disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan, cacat bawaan,
infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan
panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,
lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik
lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur kehamilan
kurang dari 37 minggu. Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah
Sindrom aspirasi mekonium, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin, dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu, hiperbilirubinemia, patent
ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia,
anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing
enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal.
5. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut

4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat kurang dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala lebih besar.
g. Kulit tipis, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
h. Otot hipotonik lemah.
i. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
j. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
k. Kepala tidak mampu tegak.
l. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
m. Nadi 100 – 140 kali / menit.
6. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,sehingga
alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam
alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia
7. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
a. Pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR menurut Nurarif, dkk (2015) yaitu:
1) Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000 –
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bilaada sepsis)
2) Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebihmenandakan
polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia atauhemoragic perinatal).
3) Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungandengan anemia atau
hemolisis berlebih ).
4) Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
5) Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelahkelahiran rata
– rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga. Pemantauan
elektrolit (Na, K, Cl) :biasanya dalam batas normal pada awalnya.
6) Pemeriksaan analisa gas darah untuk menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada:
a) PH : 7,35-7,45
b) TCO2 : 23-27 mmol/L
c) PCO2 : 35-45 mmHg
d) PO2 : 80-100 mmHg
e) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
8. Penatalaksanaan Medis
a. Medis
1) Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4) Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang
tepat
b. Penanganan secara umum:
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2) Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu
tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan
antara 35,50 C s/d 370C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk bayi
dengan berat kurang dari 2000 gram
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat
tidak adanya alveolus dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30- 35
% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
5) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi.
6) Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya
hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan
melalui kateter ( sonde) terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
B. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan
yang muncul pada pasien neonatus dengan BBLR. Berikut merupakan pengkajian yang
dilakukan pada bayi neonatus dengan BBLR:
a. Identitas Neonatus dan penanggung jawab
b. Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat masa lalu meliputi prenatal, intranatal, post natal, riwayat penyakit
terdahulu, riwayat imunisasi dan riwayat penyakit pada keluarga.
d. Karakteristik neonatus yang meliputi pemeriksaan fisik
e. Karakteristik orang tua, karakteristik lingkungan tempat tinggal.
f. Kebutuhan edukasi keluarga/pengasuh.
g. Perencanaan pulang.
h. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik lainnya yang dilakukan.
i. Pemeriksaan pertumbuhan neonatus.
j. Pemeriksaan usia gestasi (Ballard Score)
k. Protokol penatalaksanaan risiko trauma kulit pada neonatus.
l. Pengkajian resiko jatuh.
Data Fokus pada pengkajian meliputi:
a. Data Subjektif
1) Keluhan sesak pada bayi
2) Riwayat panas/dingin pada bayi
3) Riwayat nutrisi pada bayi (kuat atau tidak nya pada pola nutrisi)
4) Kelemahan pada bayi
5) Pengeluaran urine
6) BBL
7) usia kehamilan pada saat bayi lahir.
b. Data Objektif
1) BBL
2) TTV (suhu, nadi respirasi, tekanan darah)
3) Warna kulit bayi
4) Akral dingin/hangat
5) Kekuatan pada refleks sucking pada bayi
2. Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Resiko infeksi
d. Termogulasi Tidak Efektif
e. Pola nafas tidak efektif
f. Defisit Nutrisi
g. Ansietas (orang tua)
h. Defisit Pengetahuan
3. Perencanaan
No No. Dx Kep Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Resiko Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
Infeksi keperawatan selama ... X
Observasi Observasi
24 jam diharapkan tidak
terjadi infeksi dengan 1. Monitor tanda dan gejala 1. Untuk mendapatkan

kriteria hasil : infeksi (dolor, kalor, perawatan apabila terjadi


rubor, tumor, dan fungsi tanda-tanda infeksi guna
1. Tidak ada tanda infeksi.
laesa) setiap 8 jam. mempercepat penanganan
2. Tidak ada peningkatan
2. Monitor suhu tubuh setiap agar tidak terjadi infeksi
suhu tubuh.
8 jam. yang parah.
3. Jumlah leukosit dalam
2. Peningkatan suhu tubuh
batas normal (3.5 -10
merupakan salah satu tanda
ribu/uL).
adanya infeksi.
Terapeutik Terapeutik

3. Pertahankan teknik aseptik 3. Teknik aseptik dapat


dan cuci tangan sebelum mencegah kontaminasi
dan sesudah kontak bakteri masuk ke luka
dengan lingkungan dan insisi sehingga
pasien. menurunkan risiko
terjadinya infeksi .
4. Batasi pengunjung dan 4. Melakukan pembatasan
penunggu pasien. pengunjung untuk
meminimalisir
kemungkinan terjadinya
penyebaran virus atau
bakteri.
Edukasi Edukasi

5. Jelaskan tanda dan gejala 5. Untuk mengetahui tanda


infeksi . dan gejala infeksi .
Kolaborasi Kolaborasi

6. Kolaborasi pemeriksaan 6. Terjadinya peningkatan


darah lengkap (WBC). WBC atau leukosit
7. Kolaborasi dalam menandakan terjadinya
pemberian obat antibiotik infeksi dalam tubuh pasien.
7. Obat antibiotik membantu
menghambat bakteri
ataupun pertumbuhan
bakteri penyebab infeksi.
2 Defisit Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi Manajemen Nutrisi
Nutrisi keperawatan selama .... X Observasi
Observasi
24 jam diharapkan nutrisi 1 Identifikasi status nutrisi
terpenuhi dengan kriteria 2 Identifikasi alergi dan 1 Timbang BB setiap hari
hasil: intoleransi makanan untuk mencapai BB ideal
3 Identifikais makanan yang 2 Untuk mengetahui susu
1. Berat badan meningkat .
disukai yang tidak cocok
2. Panjang badan
4 Identifikasi kebutuhan 3 Hanya boleh ASI dan susu
bertambah.
kalori dan jenis nutrient formula BBLR
3. Proses tumbuh
5 Identifikasi perlunya 4 Untuk mecapai
kembang membaik.
pengunaan selang pertumbuhan yang optimal
Tidak ada tanda-tanda
nasogastric 5 Untuk memasukan
malnutrisi.
6 Monitor asupan makanan makanan
7 Monitor berat badan 6 Beri ASI atau susu formula
8 Monitor hasil 7 Untuk mengetahui
pemeriksaan laboratorium pencapain nutrisi
8 Untuk mengetahui nilai
laboratorium

Terapeutik Terapeutik
9 Lakukan oral hygine
9 Supaya bibir bersih dan
sebelum makan, jika perlu
tidak ada bakteri
10 Hentikan pemberian
10 Untuk melatih kekuatan
makan melalui selang
menelan dan untuk
OGT/NGT
mengetahui kemampuan
makan secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi

Edukasi Edukasi
11 Ganti posisi pasien selama
11 Untuk menghindari
6 jam (miring kanan-kiri)
terjadinya tekanan pada
kulit bayi

Kolaborasi Kolaborasi

12 Berikan trofic feeding 12 Untuk mengetahui diet yang

ASI 20 cc tiap 3 jam sesuai dengan kebutuhan


nutrisi pasien

3 Termogulasi Setelah dilakukan asuhan Regulasi Temperatur Regulasi Temperatur


Tidak keperawatan selama .... X
Observasi Observasi
Efektif 24 jam diharapkan suhu
tubuh bayi tetap pada 1. Monitor tanda – tanda 1. Suhu tubuh menentukan

rentang normal dengan vital (Suhu, Nadi, RR, termoregulasi didalam

kriteria hasil : SPO2) setiap 6 jam . tubuh.


2. Monitor warna dan suhu 2. Kehilangan panas dapat
1. Suhu tubuh dalam batas kulit. terjadi waktu kulit
normal (36,5℃-37,5℃) dipanjankan pada
. lingkungan yang dingin
2. Tidak ada peningkatan atau panas.
suhu tubuh. Terapeutik Terapeutik
3. Kulit dan ekstremitas 3. Memberikan kehangatan
3. Bedong bayi segera
hangat dan rasa nyaman kepada
untuk mencegah
bayi sesuai dengan
kehilangan panas .
kebutuhan.
4. Gunakan topi bayi untuk
4. Menggunakan linen dan
mencegah kehilangan
selimut untuk menjaga
panas.
kehangatan bayi.
5. Gunakan matras
5. Untuk menghindari
penghangat, selimut
kehilangan panas.
hangat untuk menaikan
6. Membuat bayi menjadi
suhu tubuh.
lebih bersih dan nyaman.
6. Melakukan perawatan
bayi (mempersiapkan
perlengkapan bayi seperti
baju popok,sarung tangan
dan sarung kaki,
mebersihkan bayi dengan
air hangat, dan mengganti
popok bayi).

Edukasi Edukasi

7. Jelaskan cara pencegahan 7. Hipotermia harus dikenali

hipotermi karena terpapar dan diobati dengan tepat

udara dingin . waktu untuk menghindari

Kolaborasi komplikasi.
Kolaborasi
8. Demontrasikan teknik
8. Metode kangguru adalah
perawatan metode
teknik skin to skin
kangguru (PMK) untuk
memberi perhantaran
bayi BBLR.
panas dari ibu/ayah ke bayi
sehingga suhu tubuh dalam
batas normal dengan tetap
menyelimuti bayi .
4. Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi kegiatan
yaitu validasi, recana keperawatan, mendokumentasikan rencana, memberikan askep
dalam pengumpulan data, serta melaksanakan anjuran dokter dan kententuan RS,
melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi pada klien.
Menurut Rohmah (2012) implementasi realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru.
Menurut peneliti implementasi yang dilakukan pada studi kasus pada kedua klien
dengan masalah hipotermi sudah sesuai dengan teori dan hasil studi kasus, sehingga tidak
ada kesenjangan antara hasil laporan studi kasus dengan teori. Adapun implementasi yang
dapat dilakukan oleh peneliti kasus ini, hanya dapat dilakukan selama 3 hari rawat. Hal ini
disebabkan karena secara umum kondisi kesehatan pasien yang terus membaik.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang terencana dan sistematis dari mengumpulkan,
mengelompokkan, menganalisa dan membandingkan status kesehatan klien dengan tujuan
yang diharapkan, dan menentukan tingkat pencapaian tujuan. Hal ini merupakan aktifitas
yang berkelanjutan yang meliputi klien, keluarga, perawat dan anggota tim kesehatan lain.
Langkah evaluasi dari proses keperwatan mengukur respon klien ke arah pencapaian
tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam
fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau sumber eksternal.
Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses keperawatan sebelumnya
telah efektif dengan menelaah respon klien dan membandingkannya dengan perilaku yang
disebutkan pada kriteria hasil.
C. WOC

Kontrol suhu imatur

Permukaan tubuh relative lebih


luas

Pemapan dengan suhu luar

Kehilangan panas

Termoregulasi Tidak
Efektif
Daftar Pustaka
Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, Volume 3 Edisi 20. Jakarta:EGC.Herdman,
Stevens, L. M., Lynm, C., & Glass, R. M. (2014). Low birth weight. Journal of the
American Medical Association, 287(2), 270.
https://doi.org/10.1001/jama.287.2.270
Septa, W., & Darmawan, M. (2013). Faktor Risiko Bayi Berat Badan Lahir Rendah di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia,
3(8), 45–51.
T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi 2012-2014/
Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike Budhi Subekti.
Jakarta: EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC . Jakarta: Media Action.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. (1st ed.).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved
from Indonesia. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Purwanto, Fitri. 2001. Buku Pedoman Rencana Asuhan Keperawtan Bedah Anak.
Jakarta : Amarta Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from Jakarta. Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id
Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.innappni.or.id

Anda mungkin juga menyukai