Anda di halaman 1dari 21

A.

Definisi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir (Hasan, 2017).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2015).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (<37minggu) atau pada bayi cukup bulan (Pubjiadi, 2015).
B. Etiologi
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
1. Factor genetik atau kromosom
2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa
kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan
sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan
lahir rendah yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau
diatas 35 tahun.
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah, perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah
dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital missal : rubella (Saputra 2015).
C. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa
gestasinya. Berdasarkan derajatnya BBLR diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok antara lain :
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan
berat lahir 1500–2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight
(VLBW) dengan berat badan lahir 1000–1499 gram.
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth
weight (ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow &
Newell, 2005).
Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat di bagi menjadi dua golongan
yaitu :
1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai
dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar
dari badannya, kulit tipis, transparan, lemak subkutan kurang,
tangisnya lemah dan jarang.
2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan berat
badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk usia
kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin (Saputra 2015).

D. Tanda dan Gejala


1. Prematuriktas Murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari
30 cm.
b. Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
c. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
d. Kepala lebih besar daripada badan
e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
f. Lemak subkutan kurang
g. Ubun-ubun dan sutura lebar
h. Rambut tipis dan halus
i. Tulang rawan dan daun telinga immature
j. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
k. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (perempuan)
l. Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
m. Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnue
n. Reflek tonick neck lemah
o. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
2. Dismastur
Preterm sama dengan bayi prematur murni
a. Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput, tipis
b. Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
c. Jaringan lemak dibawah kulit tipis
d. Banyak tampak agresif, kuat dan aktif
e. Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Pantiawati, 2015).
Gambaran klinis atau ciri-ciri BBLR, yaitu:
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Jaringan lemak subkutan tipis/ kurang
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala lebih besar
g. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak
h. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
i. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif
pada lengan atau sikunya
j. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea
k. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus
l. Kepala tidak mampu tegak, fungsi saraf belum/ tidak efektif dan
tangisan lemah
m. Pernafasan 40 - 50 kali/ menit
n. Nadi 100 - 400 kali/ menit (Pantiawati, 2015).
E. Patofisiologi
Berat badan lahir rendah dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
faktor ibu, faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit
yang diderita ibu, usia ibu saat hamil kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35
tahun, keadaan sosial ekonomi. Faktor janin meliputi hidramnion, kehamilan
ganda, kelainan kromosom. Faktor lingkungan meliputi tempat tinggal,
radiasi, dan zat- zat beracun. Dimana faktor-faktor tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga
mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Hal tersebut dapat mengakibatkan bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi,
maka bayi dituntut untuk beradaptasi pada kehidupan ekstrauterin sebelum
organ dalam tubuhnya berkembang secara optimal.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil
ganda, perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari
45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm kepala lebih besar, kulit tipis,
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot hipotonik lemah,
pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom
aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit
membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari
35 minggu, hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel
otak, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan
darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal (Pantiawati, 2015).
F. Pathway
G. Komplikasi
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorum.
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati (Maryanti
2017).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks
pada bayi dengan penyakit membran hyalin karena kekurangan
surfaktan berupa terdapatnya retikulogranular pada parenkim dan
bronkogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white
lung .
b. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu
dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau
perdarahan intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur
otak garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.
2. Laboratorium
a. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai
23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada
sepsis ).
b. Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga.
f. Pemantauan elektrolit ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal
pada awalnya.
a). Pemeriksaan Analisa gas darah (Idriansari,, 2016).
I. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin
besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus
dilakukan didalam incubator.
b. Mempertahankan suhu tubuh Bayi dengan berat lahir rendah,
mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi
akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50 C s/d 370
c. Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan
dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam
suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian
lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C,
bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300C untuk
bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
d. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator
terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi
dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi
dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi
pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
e. Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah
serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan
surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan
menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa
yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
f. Pencegahan infeksi Bayi preterm dengan berat rendah,
mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun
khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
g. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu
mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI
merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter( sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative
memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
2. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan
antibiotik yang tepat (Idriansari,, 2016).
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
Meliputi pengkajian awal melakukan pendataan identititas bayi secara
lengkap selanjutnya menimbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada
permintaan dengan menggunakan timbangan elektronik. mengukur
panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala, adanya lokasi
edema. Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk,
hipotonia, tidak responsive, dan apnea, penggunaan otot penapasan
tambahan cuping hidung atau retraksi substernal, interkostal atau
subklavikular. menentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
melakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas. Selanjutnya
pada kardiovaskular tentukan denyut jantung dan iramanya. Jelaskan
bunyi jantung, termasuk adanya bising. Apakah ada sianosis pucat,
plethora, jaundis, dan bercakbercak. Lihat warna dasar kuku,
membran mukosa, dan bibir. Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan,
tingkat aktivitas terhadap rangsang, dan evaluasi sesuai masa
gestasinya.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/
kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
3. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
6. Resiko ketidakefektifan perpusi jaringan serebral berhubungan dengan
hiperbilirubin
7. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan struktur kulit imatur,
penurunan status nutrisi dan prosedur invasif.
L. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Ketidakefektifan pola Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi,
selama 3x24 jam diharapkan Ketidakefektifan Lakukan
nafas berhubungan
pola nafas terkontrol dengan indicator: 2. fisioterapi dada jika perlu, Keluarkan sekret dengan
dengan maturitas pusat 1. Respiratory status : ventilasi batuk atau
2. respiratory status : airway patency 3. suction, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
pernafasan,
3. vital sign status tambahan, Atur
keterbatasan Kriteria hasil 4. intake untuak cairan mengoptimalkan keseimbangan,
Monitor
perkembangan otot, 1. mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 5. repirasi dan status O2 , nadi, suhu, dan RR
penurunan energi/ dan dyspneu ( mampu mengeluarkan 6. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
sputum, mampu bernafas dengan mudah, 7. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
kelelahan,
tidak ada pursed lips) keseimbangan.
ketidakseimbangan 2. menunjukkan jalan nafas yang paten 8. Monitor respirasi dan status O2
3. Tanda – tanda vital dalam rentang normal 9. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
metabolik.
10. Pertahankan jalan nafas yang paten
11. Atur peralatan oksigenasi
12. Monitor aliran oksigen
13. Pertahankan posisi pasien
Bersihan jalan nafas Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
tidak efektif 3x24 jam diharapkan Bersihan jalan nafas 2. Berikan O2
berhubungan dengan tidak efektif dengan : 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
maturitas pusat 1. Respiratory status : Ventilation 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
pernafasan, 2. Respiratory status : Airway patency 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
keterbatasan Kriteria hasil : 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
perkembangan otot, 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
penurunan energi/ suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 8. Berikan bronkodilator
kelelahan, dan dyspneu (mampu mengeluarkan 9. Monitor status hemodinamik
ketidakseimbangan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
metabolik. pursed lips) 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
2. Menunjukkan jalan nafas yang paten keseimbangan.
(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, 12. Monitor respirasi dan status O2
frekuensi pernafasan dalam rentang 13. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
normal, tidak ada suara nafas abnormal) mengencerkan sekret
3. Mampu mengidentifikasi kan dan 14. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
mencegah faktor yang penyebab. penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi
4. Saturasi O2 dalam batas normal
5. Foto thorak dalam batas normal
Hipotermi berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Temperature regulation
3x24 jam diharapkan Hipotermi dengan : 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam
dengan kontrol suhu
1. Thermoregulation 2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
imatur dan penurunan 2. Thermoregulation : neonate 3. Monitor TD, nadi, dan RR
Kriteria Hasil : 4. Monitor warna dan suhu kulit
lemak tubuh subkutan
1. Suhu tubuh dalam rentang normal 5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
2. Nadi dan RR dalam rentang normal 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan
akibat panas
9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi terjadinya keletihan
dan penanganan emergency yang diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
12. Berikan anti piretik jika perlu
Monitor Vital Sign
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Ketidak seimbangan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama Nutrition management
nutrisi kurang dari 3x24 jam diharapkan Ketidak seimbangan 1. Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
berhubungan dengan 1. Nutritional status jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
ketidakmampuan 2. Nutritional status : food and fluid intake 3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
mencerna nutrisi karena 3. Nutritional status : nutrien intake 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
imaturitas 4. Weight control vitamin C
Kriteria hasil 5. Beri substansi gula
1. Adanya peningkatan berat 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
badanpengecapan dari menelan serat untuk mencegah konstipasi
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 7. Berikan makanan yang terpilih
badan 8. Ajarkan pasien bagaimana cara membuat catatan
3. Mempu mengidentifikasi kebutuhan makanan harian
nutrisi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
4. Tidak ada tandatanda malnutrisi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
pengecapan dari menelan yang dibutuhkan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang Nutrition monitoring
berartu 1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitoring adanya penurunan berat badan
3. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
4. Monitor lingkungan selama makan
5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
jam makan
6. Monitor kulit kering dan peubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
patah
9. Monitor mula muntah
10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, kan kadar
Ht
11. Monitor pertumbuhan dan perkmbangan
12. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan, jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake nutrisi
14. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik, papila
lidah, dan cavitas oral
15. Catat adanya lidah berwarna magenta scarlet
Resiko infeksi Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 1. Pertahankan tekhnik isolasi
berhubungan dengan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi
2. batasi pengunjung
pertahanan imunologis terkontrol dengan indicator:
yang kurang. 1) Immune Status 3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
2) Knowledge : Infection control saat berkunjung dan setelah berkunjung
3) Risk control
Kriteria hasil: meninggalkan pasien
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
2. Mendeskripsikan proses penularan
5. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya, keperawatan
3. Menunjukkan kemampuan untuk
6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
mencegah timbulnya infeksi
4. Jumlah leukosit dalam batas normal 7. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
alat
Resiko ketidakefektifan Setelah dilakuakan asuhan keperawatan 1. Pasang foto therapy dan eye protector
selama 3x24 jam diharapkan Resiko
perpusi jaringan 2. Ukur tanda tanda vital
ketidakefektifan perpusi jaringan serebral
serebral berhubungan dengan indicator: 3. Jaga kehangatan bayi
dengan hiperbilirubin Kriteria hasil: 4. Beri minum sesuai kebutuhan
1. Pasang foto therapy dan eye protector
2. Ukur tanda tanda vital Jaga kehangatan 5. Pantau intake output
bayi Beri minum sesuai kebutuhan Pantau 6. Cek kembali kadar bilirubin
intake output
Kerusakan integritas Setelah dilakuakan asuhan keperawatan Preassure Management
selama 3x24 jam Kerusakan integritas kulit 1. k/baby oil pada daerah yang tertekan
kulit berhubungan
dengan indicator: 2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakain yang
dengan struktur kulit 1. Tissue integrity : skin and mucous longgar
membranes 3. Hindari kerutan pada tempat tidur
imatur, penurunan
2. Hemodyasis akses 4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
status nutrisi dan Kriteria Hasil : 5. Mobilisasi pasien
1. Integritas kulit yang baik bisa 6. Monitor kulit akan adanya kemerahan
prosedur invasif.
dipertahankan 7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yag
2. lesi pada kulit tertekan
3. Perfusi jaringan baik 8. Monitor aktifitas dan mobilisasi pasien
4. Menunjukan pemahaman dalam proses 9. Monitor status nutisi pasien
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 10. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sedera berulang Insision site care
5. Mempu melindungi kulit dan 1. Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
mempertahankan kelembaban kulit dan penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan,
perawatan alami klip atau straples
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada rea insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau staples,
menggunankan lidi kapas streril
5. Gunakan preparat antiseptik, sesuai program
6. Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbukan (tidak dibalut) sesuai
program
M. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi
pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana
tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan
tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus
menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik
(Hidayat, 2015).
A. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Hidayat, 2015).
Menurut Rohman dan Walid (2016), evaluasi keperawatan ada 2 yaitu:
1. Evaluasi proses (formatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai
tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-
menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.
2. Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir
tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah
keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan.
Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan
kerangka waktu yang ditetapkan
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, R. 2017. Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 11. Jakarta : FKUI


Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Pudjiadi Antonius, H. Hegar Badriul, dkk. 2015. Pedoman Pelayanan
Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI
Saputra. 2015. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tangerang:
Binapura Aksara.
Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: NuhaMedika.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi,
dan Balita.Jakarta:Trans Info Media.
NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC
Idriansari, A. 2016. Pengaruh Development Care Terhadap Fungsi
Fisiologis Dan Perilaku Tidur Terjaga Bayi Berat Lahir
Rendah Di Rsup Fatmawati Jakarta. Program Magister Ilmu
Keperawatan Depok.

Hari /tanggal Catatan Ttd


Lembar konsul
Nama : Yuliana Rahma Sarita
Ruang : Rg. Bayi

LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI RUANG BAYI RSUD Dr. H MOCH ANSARI SALEH

BANJARMASIN
Yuliana Rahma Sarita
1114901210365

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DARUL AZHAR
BATULICIN
2022

Anda mungkin juga menyukai