Anda di halaman 1dari 16

A.

Definisi
Ileus obstruktif adalah gangguan aliran normal isi usus akibat
hambatan mekanik atau sumbatan pada usus, sehingga terjadi akumulasi
isi usus pada bagian proksimal obstruksi (Rauf & Kusuma, 2021)
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi
dapat akut ataupun kronik, partial atau total. Intestinal obstruksion terjadi
karena isi usus tidak bisa melewati saluran gastrointestinal (Nurarif &
Kusuma, 2015).

B. Etiologi
Menurut Indrayani (2013) penyebab terjadinya ileus obstruksi pada
usus antaralain:
1. Hernia Inkarserata
Disebabkan karena usus masuk ke dalam kantong hernia dan terjepit
oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruktif (penyempitan)
dan strangulasi usus ( sumbatan usus menyebabkan terhentinya aliran
darah ke usus
2. Non hernia inkaserata, antaralain:
a) Adhesi atau pelekatan usus
Dapat disebabkan riwayat operasi intrabdominal sebelumnya atau
proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa pelengketan
tunggal ataupun multiple bisa setempat ataupun luas.
b) Invanginasi (intususepsi)
Sering ditemukan pada anak, berupa intusepsi ileosekal yang
masuk naik ke kolon ascendens dan bisa terus sampai keluar
rektum.
c) Askariasis
Cacaing askaris yang hidup di usus halus jejunum dapt
mengakibatkan obstruksi yang terjadi karena adanya gumpalan
padat dari sisa makanan atau cacing yang mati karena pemberian
obat cacing.
d) Volvulus
Keadaan dimana usus mengalami pemutiran usus yang abnormal
terhadap aksis usus ataupun terhadap aksis pesase (gangguan
perjalanan makan) terganggu.
e) Tumor
Tumor yang menimbulkan invaginasi, terutama disebabkan oleh
kumpulan metastasis di perioneum atau mesenterium yang
menekan usus.
f) Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dai
saluran empedu ke duodenum atu usus helus dan menyebabkan
batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Indrayani (2013) tanda dan gejala ileus obstruktif adalah sebagai
berikut:
1. Mekanik sederhana, usus halus atas ditandai dengan kram pada
abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah, peningkatan
bising usus, nyeri tekan abdomen
2. Mekanik sederhana, usus halus bawah ditandai dengan kram signifikan
midabdomen, distensi berat, bisisng usus meningkat, nyeri tekan
abdomen
3. Mekanik sederhana, kolon, ditandai dengan kram abdomen mulai
tengah sampai bawah, distensi yang muncul terakhir, kemudian terjadi
muntah, peningkatan bisisng usus dan nyeri tekan abdomen
4. Obstruksi mekanik parsial, dapat terjad bersama granulomatosa usus
pada penyakit chron, gejalanya kram, nyeri abdomen dan distensi
ringan
5. Strangulasi, gejala berkembang cepat, nyeri hebat terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, mutah persisten biasanya bisisng usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat.

D. Klasifikasi
Menurut Pasaribu (2012) klasifikasi ileus obstruktif adalah sebagai
berikut:
1. Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya ileus obstruktif dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Obstruksi biasa (simple obstruksion) yaitu penyumbatan mekanis
di dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antalain
karena atresia usus atau neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus
disertai oklusi pembuluh darah seperti hernia strangunalis,
intusepsi, adhesi dan volvusus.
2. Menurut letak sumbatannya
Menurut letak sumbatannya, ileus obstruktif dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruktif rendah, bila mengenai usus besar
3. Menurut etiologinya
Menurut etiologinya maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Lesi ekstrinsik ( ekstralumanial) yaitu yang disebabkan oleh
adhesi, hernia, neoplasma san abses intaabdominal
b) Lesi intrinsik yaitu dalam dinding usus, biasanya terjadi kelainan
kongenitasl, inflamasi, neoplasma, traumatik dan intususpensi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) penyebabnya dapat berada
didalam usus, misalnya benda asing atau batu empedu
4. Menurut stadiumnya
Menurut stadiumnya dibagi menjadi 3 yaitu:
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa lewat
b) Obstruksi sederhana (simple obstruktion) sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.

E. Patofisiologi
Pada ileus obstruktif akan terjadi gangguan cairan tubuh, keseimbangan
elektrolit dan efek mekanis yang meningkatkan tekanan intralumenier
usus. Aliran isi usus yang terperangkap akan meningkatkan tekanan
intralumen yang dapat menekan saluran limfatik pada mukosa usus
sehingga menyebabkan edema limfatik pada dinding usus dan akan terjadi
peningkatan tekanan hidrostatik intralumen yang dapat menarik cairan
elektrolit dan protein kedalam lumen usus dan menyebabkan dehidrasi.
Kehilangan cairan dari muntah dan hilangnya kemampuan absorpsi usus
menyebabkan dehidrasi bertambah berat. Muntah menyebabkan hilangnya
kalium, hidrogen, dan ion klorida. Dehidrasi yang signifikan akan
merangsang reabsopsi bikarbonat pada tubulus proksimal ginjal dan
mengakibatkan bikarbonat meningkat sehingga terjadi alkalosis metabolik
(Rauf & Kusuma, 2021).

F. Patway
G. Pemeriksaan penunjang
Menurut (Rauf & Kusuma, 2021) pemeriksaan penunjang untuk ileus
obstruktif adalah sebagi berikut:
1. Laboratorium
Pemeriksaan melputi pemeriksaan darah lengkap, panel-panel
metabolisme, dan laboratorium untuk persiapan operasi dan mencari
komplikasi yabg sudah terjadi.
2. Radiologi
a) Foto polos abdomen 3 posisi
Dilatasi usus disertai sengan air-fluid level, dapat negatif pada
obstruksi usus bagian proksimal. Pada foto supine kita dapat
memastikan obstruksi usus halus jika didapati gambar dilatasi usus
berada di bagian sentral foto, adanya plica sirkularis, tidak terdapat
udara pada kolondan adanya multiple air fluid level pada foto
uprght/LLD. Adanya udara bebas pada foto upright menandakan
suatu perforasi.
b) CT Scan Abdomen
CT Scan abdomen dapat dilakukan pada kasus dengan dugaan
obstruksi usus dimana pemeriksaan klinis dan foto polos abdomen
tidak menghasilkan diagnosis definiti atau ragu. CT Scan senditif
ntyk mendeteksi obstruksi tingkat tinggi dan dapat menentukan
penyebab obstruksi pada sebagian besar pasien.
c) Foto kontras fluoroskopi
Pada pasien stabil dengan kecurigaan obstruksi usus parsial dimana
manajemen konservatif awal tidak berhasil maka dapat dilakukan
pemeriksaan foto kontras fluoroskopi. Penggunaan bhan kontras
larut dalam air makadapat ditentukan letak sumbatannya dan dapat
menjadi terapi pada sebagian kasus sumbatan usus halus.

d) Ultrasonografi Abdomen (USG)


Pada pasien dengan obstruktif letak tinggi, evaluasi USG memiliki
sensitivitas tinggi untuk menentukan obstruksi usus dengan
ketersedian CT scan yang luas maka pada pasien yang akan stabil
USG tegantikan dengan CT scan.
e) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI lebih sensitif dari pada CT Scan dalam mengevaluasi ileus
obstruksi. Dengan memasukan kontras kedalam duodenum, MRI
dapat menentukan lokasi dan penyebab obstruksi usus lebih baik
dari CT Scan.

H. Penatalaksanaan
Menurut Indrayani (2013) penatalaksanaan untuk ileus obstruktif adalah
sebagai berikut:
1. Perawatan
Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit menghilangkan
peregangan dan muntah dengan kompresi memperbaiki peritonitis dan
syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
2. Farmakologi
Obat antibiotik dapat diberikan untuk memebantu mengobati atau
mencegah infeksi dalam perut, obat analgesik untuk mengurangi rasa
nyeri
3. Tindakan Bedah
a) Kolostomi
Kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan)
antara usus dan dinding perut. Kolostomi dapat menghilangkan
udara atau cairan dari usus.
b) Stent
Merupakan suatu tabung logam kecil memperluas daerah usus
yang tersumbat dengan menyisipkan stent kedalam usus
menggunakan ruang lingkup (tabung anjang ditekuk tipis). Stent
dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan lewat.
Menggunakan stent juga dapat mengurangi gejala sebelum operasi.

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut Nurarif & Kusuma (2015) adalah
sebagi berikut:
1. Nyeri aku b.d agen cidera fisiologis
2. Konstipasi b.d ketidakcukupan asupan cairan
3. Ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebuduhan tubuh b.d
ketidakmampuan meabsopsi nutrien
4. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
5. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit b.d disfungsi intestinal
6. Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
7. Hipertermi b.d penyakit
8. Ganguan pola tidur b.d ganguan
J. Intervensi keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen cidera Tujuan: NIC
fisiologis - pengendalian nyeri -lakukan pengkajian nyeri secara
- tingkat nyeri komprehensif termasuk lokasi,
kriteria hasil karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
- memperlihatkan pengendalian faktor presipitasi
nyeri yang dibuktikan oleh -observasi nonverbal dari ketidaknyamanan
indikator: -evaluasi pengalaman nyeri
- sering mengalami awitan nyeri -informasikan kepada pasien tentang prosedur
- sering menggunakan tindakan yang dapat meningkatkan nyeri dan
pencegahan tawarkan strategi koping
- sering melaporkan nyeri dapat -kolaborasi pemberian analgesik dengan
dikendalikan dokter
2 Konstipasi b.d ketidakcukupan Tujuan: defekasi NIC
cairan Kriteria hasil: - monitor tanda dan gejala konstipasi
- tidak mengalami gangguan - kaji dan dokumentasikan (warna dan
kostipasi konsistensi feses pasca operasi, bising
- tidak ada gangguan feses lunak usus)
dan membentuk - pantau tanda dan gejala tuptur usus atau
- tidak mengalami gangguan peritonotis
mengeluarkan feses tanpa - identifikasi faktor (misalnya pengobatan,
bantuan tirah baring, dan diet) yang dapat
- tidak ada darah dalam feses menyebabkan atau berkontribusi
- tidak nyeri saat defekasi terhaadap konstipasi
3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Tujuan: NIC
dari kebutuhan tubuh b.d - nutritional status: food and - kaji adanya alergi makanan
ketidakmampuan meabsorpsi fluid - kolaborasi dengan ahli gizi untuk
pasien - intake menentukan jumlah kalori
- nutrient intake - yakinkan diet yang dimakan
- weight control mengandung tinggi serat untuk
kriteria hasil: mencegah konstipasi
- adanya peningkatan berat - berikan makanan yang terpilih
badan
- berat badan ideal
- tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
- tidak terjadi penurunan
BB yang berarti
4 Ansietas b.d kekhawatiran Tujuan: NIC
mengalami kegagalan - tingkat ansietas - kaji dan observasi tingkat kecemasan
- pengendalian diri terhadap pasien termasuk reaksi fisik
ansietas - gali bersama pasien mengenai teknik yang
- konsentrasi berhasil dan tidak berhasil menurunkan
- koping cemas
Kriteria Hasil: - bimbing antipasi
- ansitas berkurang - ajarkan anggota keluarga mengenai
- menunjukan pengendalian serangan panik atau gejala penyakit
diri terhadap ansietas - berikan obat untuk menurunkan ansietas
jika perlu
5 Kekurangan volume cairan dan Tujuan: NIC:
eletrolit b.d disfungsi intestinal - fluid balance - Monitor status hidrasi
- ydration - Monitor masukan makanan dan cairan
- nutritional status - Kolaborasi pemberian cairan iv
- intake - Monitor status nutrisi
kriteria hasil: - Monitor vital sign
- mempertahankan urin output
- TTV dalam batas normal
- Tidak ada tanda dehidrasi
- Elastisitas turgor kulit baik
6 Resiko infeksi b.d Tujuan: NIC
ketidakadekuatan pertahanan tubuh - Immune status - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
sekunder - Knowlwdge pasien lain
- Risk control - Indtrusikan pengunjung untuk selalu
Kriteria hasil: mencuci tangan
- Pasien bebas dari tanda - Pertahankan lingkungan aseptik selama
dan gejala infeksi pemasangan alat
- Mendeskripsikan proses - Monitor tanda dan gejala infeksi
penularan penyakit - Ajarkan cara menghindari infeksi
- Menunjukan kemamouan
untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukan perilaku
hidup sehat
7 Hipertermi b.d penyakit Tujuan: NIC
- termogulasi - pantau hidrasi
- tanda-tanda vital - pantau tekanan darah, denyut nadi dan
kriteria hasil: frekuensi pernafasan.
- suhu tetap normal - Regulasi suhu
- keseimbangan cairan tetap - Berikan obat antipiretik jika perlu
stabil
- komplikasi seperti kejang
dapat dihindari
8 Gangguan pola tidur b.d ganguan Tujuan: NIC
- Anxiety reduction - Jelaskan efek tidur yang adekuat
- Comfort level - Fasilitas untuk mempertahankan
- Pain level aktivitas sebelum tidur
- Rest: extent dan pattern - Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Sleep: extent and pattern - Kolaborasi pemeberian obat tidur
Kriteria hasil: - Instrusikan untuk memomitor tidur
- Jumlah jam tidur dalam batas - Monitor kebutuhan tidur pasien setiap
normal hari
- Pola tidur dan kualitas tidur
dalam batas normal
- Perasaan segar sesudah tidur
atau istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal-
hal yang meningkatkan tidur
DAFTAR PUSTAKA

Indrayani, M.N.(2013). Diagnosis dan tata laksana ileus obstruktif. Universitas


udayana: Denpasar

Nurarif A.H & Kusuma H.(2015).aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan nanda dan nic noc. Edisi revisi jilid 2. Media
action:Yogyakarta

Pasaribu, N.(2012). Karakteristi penderita ileus obstruktif yang dirawat inap di


Rsud Dr. Pringadi medan tahun 2008-2010. Universitas sumatra utara:
sumatra utara

Rauf, M & Kusuma,M.I.(2021). Bedah emergensi bidang digestif. CV. Bintang


pustaka madani: Yogyaka

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen13 halaman
    LP Diare
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat Pada Orang Dewasa
    Format Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat Pada Orang Dewasa
    Dokumen4 halaman
    Format Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat Pada Orang Dewasa
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke
    LP Stroke
    Dokumen12 halaman
    LP Stroke
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen21 halaman
    LP BBLR
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Askep Bayi BBLR
    Askep Bayi BBLR
    Dokumen16 halaman
    Askep Bayi BBLR
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Asfiksia
    LP Asfiksia
    Dokumen14 halaman
    LP Asfiksia
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penahuluan Waham-1
    Laporan Penahuluan Waham-1
    Dokumen8 halaman
    Laporan Penahuluan Waham-1
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Resume Ruang Ok
    Resume Ruang Ok
    Dokumen3 halaman
    Resume Ruang Ok
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Askep SC-1
    Askep SC-1
    Dokumen25 halaman
    Askep SC-1
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Askep SC
    Askep SC
    Dokumen25 halaman
    Askep SC
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP SC
    LP SC
    Dokumen25 halaman
    LP SC
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen21 halaman
    LP Kista Ovarium
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Askep Diare
    Askep Diare
    Dokumen26 halaman
    Askep Diare
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • KPD 2
    KPD 2
    Dokumen14 halaman
    KPD 2
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Ileus
    LP Ileus
    Dokumen16 halaman
    LP Ileus
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-1
    Daftar Pustaka-1
    Dokumen33 halaman
    Daftar Pustaka-1
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Eni
    Bab 4 Eni
    Dokumen17 halaman
    Bab 4 Eni
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP. Rasa Aman Nyaman
    LP. Rasa Aman Nyaman
    Dokumen10 halaman
    LP. Rasa Aman Nyaman
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    LP Hipertensi
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Askep Diare
    Askep Diare
    Dokumen26 halaman
    Askep Diare
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • Isnasaroh
    Isnasaroh
    Dokumen28 halaman
    Isnasaroh
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Dokumen10 halaman
    LP Hipertensi
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Diare
    LP Diare
    Dokumen13 halaman
    LP Diare
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Ileus
    LP Ileus
    Dokumen16 halaman
    LP Ileus
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat
  • LP Gagal Ginjal
    LP Gagal Ginjal
    Dokumen19 halaman
    LP Gagal Ginjal
    Isna Saroh
    Belum ada peringkat