WAHAM
ANISA ALIVIANTI
NIM. 1114170581
BATULICIN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA
WAHAM
A. Definisi Waham
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita
normal. Waham adalah keyakinan yang salah dan menetap dan tidak dapat
dibuktikan dalam kenyataan. (Harold K, 2010 & Stuart & Sundeen, 2008).
Menurut Depkes (2010) waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai
dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis
oleh orang lain.
B. Klasifikasi Waham
Menurut Budi, (2006) Klasifikasi Waham Sebagai berikut:
a. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
e. Waham somatik
Keyakinan bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f. Waham nihilistic
Keyakinan bahwa seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
C. Penyebab Masalah
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4. Faktor biologi
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
di otak, atau perubahan pada sel kortik dan limbic.
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamine, noreepineprin, dan zat halusinogen laiinya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptive
E. Pohon Masalah
Effect Kerusakan komunikasi verbal
I
s
Causa Harga diri rendah kronis
F. Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologi
2. Pasien hiperaktif/agitasi anti psikotik low potensial
3. Penarikan diri high potensial
4. Psikoterapi
5. ECT tipe katonik
6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif
H. Diagnosa Keperawatan
1. Waham
I. Rencana Tindakan Keperawatan
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Membantu orientasi 1. Mendiskusikan masalah yang
realita dirasakan keluarga dalam
2. Mendiskusikan merawat pasien
kebutuhan yang tidak 2. Menjelaskan pengertian, tanda
terpenuhi gejala dan jenis waham yang
3. Membantu pasien dialami pasien beserta proses
memenuhi kebutuhannya terjadinya
4. Menganjurkan pasien 3. Menjelaskan cara-cara
memasukkan dalam merawat pasien waham.
jadwal kegiatan harian.
SP 2 SP 2
1. Mejadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pasien mempraktikkan cara merawat
2. Berdiskusi tentang pasien dengan waham
kemampuan yang 2. Melatih keluarga melakukan
dimiliki cara merawat langsung kepada
3. Melatih kemampuan pasien waham.
yang dimiliki.
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal 1. Membantu keluarga membuat
kegiatan harian pasien jadwal aktivitas dirumah
2. Memberikan pendidikan termasuk minum obat
kesehatan tentang 2. Mendiskusikan sumber
penggunaan obat secara rujukan yang bisa dijangkau
teratur keluarga.
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, (2003) Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr.
Amino Gonohutomo.
Keliat Budi A. (2006) Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. dan Sundden, S.J. ( 2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC
Yosep Iyus, (2009), Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung : Refika Aditama