Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Disusun Oleh:

Nama              : Wahyudi Nuridin


NIM                : 820163110

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/ 2020
Jln. Ganesha I, Purwosari, Kudus 59316, Telp/Fax. +62 291 437 218
Website: www.umkudus.ac.id Email: sekretariat@umkudus.ac.id
LAPORAN PENDAULUAN WAHAM
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

B. Rentan Respon
Adaptif Mal Adaptif

Pikiran logis Proses pikir Gangguan proses pikir :


Persepsi akurat Kadang ilusi Waham
Emosi konsisten Emosi +/- PSP : halusinas
Perilaku sesuai Perilaku tidak sesuai Kerusakan emosi
Hubungan sosial Menarik diri Perilaku tidak sesuai
Isolasi sosial terorganisir

C. Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi otak Menurut
Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan menilai dan
menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan kemampuan berespons
terganggu, tampak dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku
verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan asosiasi, efek, ambivalen,
autistik, serta gangguan atensi dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.

D. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi,
klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi
tidak efektif

2. Faktor sosial budaya


Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham
3. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan
4. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau
perubahan pada sel kortikal dan lindik
5. Faktor genetik

E. Faktor presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab
waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang
menyenagkan.

F. Klasifikasi
1. Waham agama
Keyakinan klien terhadap sesuatu agama secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan terhadap kemampuan yang disampaikan secara
berlebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan
3. Waham somatik
Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya yang disampaikan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan
4. Waham curiga
Klien mempunyai kenyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau menodai dirinya yang disampaikan secara berlebihan dan ditolak
sesuai kenyataan
5. Waham sisip pikir
Klien menyakini bahwa ada fikiran orang lain yang disisipkan atau dimasukkan
kedalam fikiran yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan
6. Waham nihilistik
Klien nyakin bahwa dirinya sudah tidak didunia atau meninggal yang dismpaikan
secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
7. Waham siar fikir
Klien yakin bahwa ada orang lain yang mengetahui apa yang dia butuhkan walaupun
tidak mengatakan pada orang tersebut apa yang dinyatakan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan
(Yosep iyus, 2009)

G. Tanda dan Gejala


1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri
3. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
10. Berbicara kasar
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
(Yosep iyus, 2009)
H. Pohon Masalah
Kerusakan komunikasi verbal Resiko menciderai diri, orang lain
dan lingkungan

Perubahan proses pikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


(Nita Fitria, 2010)

I. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan kesadaran
klien
(Yosep iyus, 2009)

J. Diagnosa
Perubahan proses pikir : waham

K. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Perubahan Setelah 3x SP Pasien
proses pikir : pertemuan klien SP I
waham mampu mengontrol Membina hubungan saling percaya,
waham dengan mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
kriteria hasil : terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan,
1. Klien dapat mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang
berorientasi tidak terpenuhi.
terhadap realitas 1. Membantu orientasi realita
secara bertahap 2. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak
2. Klien mampu terpenuhi
berinteraksi 3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan
dengan orang 4. Membimbing pasien dalam memasukkan
lain dan jadwal harian
lingkungan
3. Klien SP II
menggunakan Mengidentifikasi kemampuan kognitif pasien
obat dengan dan membantu mempraktikkannya
prinsip enam 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan (SP I)
benar 2. Berdiskusi tentang kemampuan yang
dimiliki
3. Melatih kemampuan yang dimiliki

SP III
Mengajarkan dan melatih cara minum obat
yang benar
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien (SP II
& SP II)
2. Memberikan penkes tentang penggunaan
obat teratur
3. menganjurkan klien memasukan dalam
jadwal harian

SP Keluarga
SP 1
Membina hubungan saling percaya dengan
keluarga, mengidentifikasi masalah,
menjelaskan proses terjadinya masalah dan
membantu pasien patuh minum obat
1. Mmendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Menjelaskan tanda dan gejala, jenis
waham beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat pasien

SP II
Melatih keluarga cara merawat pasien
1. Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien waham
2. Melatih keluarga mempraktikkan jadwal
harian dirumah termasuk kinum obat

SP III
Membuat perencanaan pulang bersama
keluarga
1. Membantu keluarga membuat jadwal
harian dirumah termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up pasien setelah
pulang
STRATEGI PELAKSANAAN KOMUNIKASI PADA PASIEN DENGAN
WAHAM

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya ; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan ; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

ORIENTASI :
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Citto, saya perawat yang dinas pagi ini di Ruang
melati. Saya dinas dari jam 07.00–14.00, saya yang akan membantu perawatan bapak hari ini.
Nama bapak siapa? senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bapak R rasakan sekarang?”
“Berapa lama bapak R mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang pak?”

KERJA :
“Saya mengerti pak R merasa bahwa pak R adalah seorang Nabi, tapi sulit bagi saya untuk
mempercayainya, karena setahu saya semua Nabi tidak hidup didunia ini, bisa kita lanjutkan
pembicaraan yang tadi terputus pak?”
“Tampaknya pak R gelisa sekali, bias pak R ceritakan kepada saya apa yang pak R rasakan?”
“Oooo, jadi pak R merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk
mengatur diri pak R sendiri?”
“Siapa menurut pak R yang sering mengatur-atur diri pak R?”
“Jadi teman pak R yang terlalu mengatur-atur ya pak, juga adik pak R yang lain?”
“Kalau pak R sendiri inginnya seperti apa?”
“Ooo, Bagus pak R sudah punya rencana dan jadwal unutk diri sendiri.”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut pak R.”
“Wah, bagus sekali, jadi setiap harinya pak R ingin ada kegiatan di luar rumah sakit karena
bosan kalau dirumah sakit terus ya?”
TERMINASI :
“Bagimana perasaan pak R setelah berbincang-bincang dengan saya?”
“Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini pak R coba lakukan, setuju pak?”
“Bagaimana kalau bincang-bincang kita saat ini kita akan lanjutkan lagi.”
“Saya akan datang kembali dua jam lagi.”
“Kita akan berbincang-bincang tentang kemampuan yang pernah pak R miliki?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini saja pak R?”
DAFTAR PUSTAKA

1. Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama
2. Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
3. Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
4. S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai