Anda di halaman 1dari 9

A.

PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan atau persepsi palsu yang tetap tidak dapat di ubah meskipun
ada bukti yang membantahnya . Gangguan proses piker waham mengacu pada suatu
kondisi seseorang yang menampilkan satu atau lebih khayalan ganjil selama paling
sedikit satu bulan. Waham merupakan suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan
secara kuat atau terus menerus, tetai tidak sesuai dengan kenyataan. Klien meyakini
bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada di dalam isi pikirannya (Myers,dkk,2017)
Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

B. JENIS-JENIS WAHAM
1. Waham Kebesaran
Keyakinan klien yang berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasaan. Penderita
merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, orang yang pandai sekali, orang kaya.
2. Waham Berdosa
Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan sesuatu dosa yang besar .
penderita percaya sudah selayaknya ia di hukum berat.
3. Waham Dikejar
Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau kelompok orang
yang bermaksud berbuat jahat padanya.
4. Waham Cemburu
Selalu cemburu pada orang lain.
5. Waham Somatik atau Hipokondria
Keyakinan tentang sebagai penyakit yang berada dalam tubuhnya seperti ususnya
yang membusuk, otak yang mencair
6. Waham Keagamaan
Keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan.
7. Waham Nahilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi di dunia atau sudah meninggal.
8. Waham Pengaruh
Klien merasa pikiran,emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengruhi oleh orang lain
atau kekuatan.
C. RENTANG RESPON

Adaptif Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan


2. Persepsi akurat menyimpang ilusi prosespikir:
3. Emosi konsisten 2. Reaksi emosiaonal waham
dengan berlebihan atau 2. Halusinasi
penagalaman kurang 3. Kesulitan
4. Perilaku sesuai 3. Ilusi memproses emosi
5. Hubungan 4. Perilaku aneh tak 4. Ketidakteraturan
sosial lazim dalam perilaku
5. Menarik diri 5. Isolasi sosial

D. PENYEBAB

a. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal
ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.

2. Faktor sosial budaya


Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham.

3. Faktor psikologi
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.

4. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak
atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.

5. Faktor genetik
Diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan
dengan respon biologis yang maladaptif etik
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di
asingkan dari kelompok.
2. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasannya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Menolak makan.
2. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri.
3. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan.
4. Gerakan tidak terkontrol.
5. Mudah tersinggung.
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan.
8. Menghindar dari orang lain.
9. Mendominasi pembicaraan.
10. Berbicara kasar.
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
(Yosep iyus, 2009)

F. AKIBAT

Klien dengan waham dapat berakibat terjadinya resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat
melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

G. PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmaka
a. Obat anti psikosis: Penotizin
b. Obat anti depresi: Amitripilin
c. Obat Anti ansietas: Diasepam, bromozepam, clobozam
d. Obat anti insomnia: Phneobarbital
2. Psikoterapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
4) Berikan kesempatan klien mengemukaan pendapat
5) Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau aktivitas
lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena
masalah sebagian orang merupakan persaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi musik
Dengan musik klien terhibur,rileks dan bermain untuk mengebalikan kesadaran
klien
(Yosep iyus, 2009)

H. POHON MASALAH

Resiko kerusakan komunikasi verbal

Perbuhan proses berfikir : waham

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

(Sumber : Stuart, 2013)

I. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Masalah Keperawatan Yang Muncul
 Gangguan proses berfikir: waham
 Gaangguan harga diri rendah:harga diri rendah
b. Data Yang Perlu Dikaji
1. Gangguan proses pikir: waham
DS: Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya(tentang agama, kebesaran,
kecurigaan,keadaaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
DO: Klien tampak tidak mempunyai teman ,curiga, bermusuhan, merusak
(diri,orang lain, lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah
tersinggung.
2. Gangguan harga diri rendah.
DS: Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa,tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
DO: Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatife
tindakan, ingin mencederai diri sendiri.
c. Diagnosa Keperawatan :Gangguan proses berfikir: waham
d. Strategi Pelaksanaan Individu
1. SP 1:Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.
2. SP 2 : Mengidentifikasi kemampuan kognitif pasien dan membantu
mempraktikkannya.
3. SP 3: Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar
e. Strategi Pelaksanaan Keluarga
1. SP 1: Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasi
masalah, menjelaskan proses terjadinya masalah dan membantu pasien patuh
minum obat.
2. SP 2: Melatih keluarga cara merawat pasien.
3. SP 3: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
DAFTAR PUSTAKA

1. Yosep, iyus, 2009. Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama
2. Fitria , Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
3. S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
4. Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2013.Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:
EGC
5. Kusumawati & Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Gangguan proses berfikir: waham
Pertemuan Pertama

1. Kondisi Pasien

DS: Klien mengatakan ia memiliki Toserba, sibuk bisnis, dan ingin mendirikan partai.
Klien selalu mengulang-ulang kemampuan yang dimilikinya.

DO: Klien terlihat mondar – mandir dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.

2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan
a. Tujuan umum
 Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
 Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar
b. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut :
 Ekspresi wajah bersahabat
 Menunjukkan rasa senang
 Bersedia berjabat tangan
 Bersedia menyebutkan nama
 Ada kontak mata
 Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
 Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya
 Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap
4. Intervensi
 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
 Sapa klien dengan rama baik verbal maupun nonverbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Identifikasi kebutuhan klien
 Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien)
 Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya
 Masukkan dalam jadwal harian klien

5. Strategi Pelaksanaan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi.

1. Orientasi
 Salam terapeutik
“assalamualaikum pak....bertemu lagi dengan saya, masih kenal tidak dengan saya ?
nama saya....bisa dianggil....saja. bapak ingat ?seperti kemarin, hari ini saya
bertugas disini dari 07.00 – 12.00 siang nanti”
 Evaluasi / Validasi
“ bagaimana perasaan bapak hari ini ? tidurnya semalam nyenyak tidak ? sekarang
bapak ada keluhan tidak ? bagaimana giginya ? sudah sembuh ?”
 Kontrak
“ baiklah, sesuai janji kemarin, hari ini kita akan ngobrol yah pak ? bagaimana kalau
hari ini kita bercakap – cakap tentang bidang yang bapak sukai ? dimana kita
duduk ? berapa lama ? bagaimana kalau 10 menit ?”
2. Kerja
“ bidang apakah yang bapak sukai ? kemarin bapak sempat mengatakan memiliki
toserba, apakah bapak suka dengan bisnis ? mengapa bapak menyukainya ?
bagaimana dengan politik ? apakah bapak juga menyukainya ? karena beberapa hari
yang lalu bapak juga mengatakan kepada saya ingin membuat partai politik biru,
benar pak ? mana yang lebih bapak sukai bisnis atau politik ? mengapa bapak lebih
menyukai itu ? karena sekaarang bapak sedang berada disini, apakah menurut
bapak, bapak bisa menjalankan bidang yang bapak nikmati tersebut ? bagaimana
caranya ? apakah bisa kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari – hari ?”
3. Terminasi
 Evaluasi subjectif
“ bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap – cakap ?“
 Evaluasi Objectif
“ jadi bidang apa yang bapak sukai ?”
 Rencana tindak lanjut
“ setelah kita tahu bidang yang bapak sukai, bagaimana kalau besok kita ngobrol
tentang potensi atau kemampuan lain yang bapak miliki ?”
 Kontrak yang akan datang
Topik : “ bagaimana kalau besok kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan
yang bapak miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan disini, bapak
setuju ?”
Waktu : “ kira – kira kita besok bertemu jam berapa ? bagaimana kalau jam 10
saja ? sampai ketemu besok ya.”
Tempat : “ bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrol ?”

Anda mungkin juga menyukai