Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

A. Kasus (Masalah Utama)


Waham

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Definisi
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain (Yosep, 2014).
Waham terbagi 5 kategori yaitu:
a. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan khusus atau
kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan berulang-ulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
c. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
d. Waham somatik
Keyakinan bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang
penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e. Waham nihilistic
Keyakinan bahwa seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2) Faktor Sosial Budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
3) Faktor Psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peranganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
4) Faktor Biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel
diotak, atau perubahan pada sel kortik dan limbik.

b. Faktor presipitasi
Faktor-faktor yang dapatmencetuskanperilakukekerasansering kali
berkaitan dengan (Yosep, 2009):
1) Faktor Sosial Budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
2) Faktor Biokimia
Dopamine, noreepineprin, dan zat halusinogen lainya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
3) Faktor Psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

3. Rentang respon

4. Tanda dan gejala


a. Kognitif :
1) Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata.
2) Individu sangat percaya pada keyakinannya.
3) Sulit berfikir realita.
4) Tidak mampu mengambil keputusan

b. Afektif:
1) Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2) Afek tumpul

c. Prilaku dan Hubungan Sosial:


1) Hipersensitif
2) Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
3) Depresi
4) Ragu-ragu
5) Mengancam secara verbal
6) Aktifitas tidak tepat
7) Streotif
8) Impulsive
9) Curiga

d. Fisik
1) Higiene kurang
2) Muka pucat
3) Sering menguap
4) BB menurun

C. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri, orang lain, dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori: waham

Harga Diri Rendah Kronis

Gangguan interaksi sosial

Inefektif Koping Individu


D. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
1. Pengkajian
Kerusakan komunikasi : verbal
a. Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
b. Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan
kontak mata kurang
Perubahan isi pikir : waham
a. Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
1) Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan
dan menetap?
2) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3) Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh dan
tidak nyata?
4) Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
5) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
lain atau kekuatan dari luar?
7) Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan
lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

b. Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

E. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham

F. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Tujuan
a. Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap
b. Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
c. Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar
2. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan berinteraksi
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.
b. Tindakan mendukung atau membantah waham klien
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman
d. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
e. Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena dapat
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
f. Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa
memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien berhenti
membicarakannya.
g. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
h. Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat lalu
dan saat ini
i. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang dimilikinya
j. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
k. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien
l. Berbicara dalam konteks realita
m. Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian yang
sesuai
n. Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat, jenis,
dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar)
o. Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa
konsultasi

3. Untuk Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien
2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi oleh wahamnya
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara
optimal
b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien
2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah,
follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk
klien.
3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan

Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
Sp 1 Sp 1
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala 1. Mendiskusikan masalah yang
waham dirasakan keluarga dalam merawat
2. Bantu orientasi realita: panggil nama, pasien
orientasi waktu, orang dan tempat/ 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
lingkungan. gejala waham, dan jenis waham yang
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak dialami pasien beserta proses
terpenuhi. terjadinya
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien
realistis. waham
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan 4. Latih cara mengetahui kebutuhan klien
harian pemenuhan kebutuhan dan mengetahui kemampuan klien.
5. Anjurkan membantu klien sesuai
jadwal dan memberi pujian.
SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien dan berikan pujian. membimbing klien, berikan pujian
2. Diskusikan kemampuan yang 2. Latih cara memenuhi kebutuhan klien
dimiliki. 3. Latih cara melatih kemampuan yang
3. Latih kemampuan yang dipilih, dimiliki klien
berikan pujian 4. Anjurkan membantu klien sesuai
4. Masukkan pada jadwal kegiatan jadwal dan beri pujian
pemenuhan dan kegiatan yang telah
dilatih
SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Membantu keluarga membuat jadual
kebutuhan klien dan berikan pujian. aktivitas di rumah termasuk minum
2. Jelaskan tentang 6 benar obat yang obat
diminum dan tanyakan manfaatnya 2. Mendiskusikan sumber rujukan yang
3. Masukkan pada jadwal kegiatan bisa dijangkau keluarga
pemenuhan dan kegiatan yang telah 3. Anjurkan membantu klien jadwal dan
dilatih memberikan pujian
SP SP
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 dan 3 membimbing klien melaksanan
dan berikan pujian. kegiatan yang telah dilatih dan minum
obat, berikan pujian
2. Diskusikan kebutuhan lain dan cara
2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM,
memnuhinya
tanda kambuh dan rujukan
3. Diskusikan kemampuan yang 3. Anjurkan membantu pasien sesuai
dimiliki dan memilih yang akan jadwal dan memberikan pujian
dilatih
4. Masukkan pada jadwal kegiatan
pemenuhan dan kegiatan yang telah
dilatih dan minum obat
SP SP
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
kebutuhan klien, kegiatan 1,2 dan 3 membimbing pasien memenuhi
dan berikan pujian. kebutuhan klien, membimbing klien
melaksakan kegiatan yangtelah
2. Niali kemampuan yang telah mandri
dilatih dan minum obat, berikan
3. Nilai apakah frekuensi munculnya
pujian
waham berkurang. Apakah waham 2. Nilai kemmapuan keluarga merawat
terkontrol klien
3. Nialai kemampuan klien melakukan
kontrol ke RSJ/ PKM

Contoh Strategi Pelaksanaan


SP 1 pasien
Orientasi
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Rizky, panggil saya Kiki saya
mahasiswa UMB, saya merawat bapak/ibu selama 1 minggu.Nama bapak/ibu
siapa, senangnya dipanggil apa?”“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa
yang bapak/ibu rasakan sekarang?”“Berapa lama bapak/ibu mau kita
berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15menit?” “Dimana enaknya kita
berbincang-bincang, bapak/ibu?”
Kerja
“Saya mengerti bapak/ibu merasa bahwa bapak/ibu adalah seorang nabi, tapi
sulitbagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah
tidakadalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus
bapak/ibu?”“Tampaknya bapak/ibu gelisah sekali, bisa mas ceritakan apa
yangbapak/ibu rasakan?”“O... jadi bapak/ibu merasa takut nanti diatur-atur oleh
orang lain dan tidak punyahak untuk mengatur diri sendiri?”“Siapa menurut
bapak/ibu yang sering mengatur-atur diri bapak/ibu?”“Jadi ibu yang terlalu
mengatur-ngatur ya bapak/ibu, juga kakak dan adik bapak/ibu
yanglain?”“Kalau bapak/ibu sendiri inginnya seperti apa?”“O... bagus mas
sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri” “Coba kita tuliskan rencana
dan jadual tersebut bapak/ibu”“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya bapak/ibu
ingin ada kegiatan diruangan iniya
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah berbincang-bincang dengan
saya?””Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”“Bagaimana kalau
jadwal ini bapak/ibucoba lakukan, setuju bapak/ibu?”“Bagaimana kalau saya
datang kembali dua jam lagi?””Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang
pernah bapak/ibu miliki? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di sini lagi?”

SP 2 pasien
Orientasi
Selamat pagi mas bapak/ibu, bagaimana perasaannya saat ini? Bagus!” “Apakah
bapak/ibu sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran bapak/ibu?”
“Bagaimana kalau kita bicarakan hobi tersebut sekarang?” “Dimana enaknya
kita berbincang-bincang tentang hobi bapak/ibu tersebut?” “Berapa lama
bapak/ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit tentang hal
tersebut?”
Kerja
“Apa saja hobby bapak/ibu? Saya catat ya bapak/ibu, terus apa lagi?”“Wah..,
rupanya bapak/ibu pandai main catur ya, tidak semua orang bisa bermain
caturseperti itu lho bapak/ibu”(atau yang lain sesuai yang diucapkan pasien).
“Bisa bapak/ibu ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main catur,
siapa yangdulu mengajarkannya kepada bapak/ibu, dimana?”“Bisa bapak/ibu
peragakan kepada saya bagaimana bermain catur yang baik itu?”“Wah..baik
sekali permainannya”“Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak/ibu ini
ya, berapa kali sehari/seminggubapak/ibu mau bermain catur?”“Apa yang
bapak/ibu harapkan dari kemampuan bermain catur ini?”“Ada tidak hobi atau
kemampuan bapak/ibuyang lain selain bermain catur?”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dankemampuan bapak/ibu?” “Setelah ini coba bapak/ibu lakukan latihan catur
sesuai dengan jadwal yang telah kitabuat ya?”“Besok kita ketemu lagi ya
bapak/ibu?”“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di ruang tamu saja,
ya setuju?”“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus
bapak/ibuminum, setuju?

SP 3 pasien
Orientasi
“Selamat pagi bapak/ibu.”“Bagaimana bapak/ibu sudah dicoba latihan
caturnya? Bagus sekali” “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana
kalau sekarang kitamembicarakan tentang obat yang
bapak/ibuminum?”“Dimana kita mau berbicara? Di ruang tamu ini
saja?”“Berapa lama bapak/ibu mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Kerja
“bapak/ibuberapa macam obat yang diminum/ Jam berapa saja obat
diminum?”“bapak/ibu perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya juga tenang”“Obatnya ada tiga macam bapak/ibu, yang warnanya
oranye namanya CPZ gunanya agartenang, yang putih ini namanya THP
gunanya agar rileks, dan yang merah jambu ininamanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali seharijam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”. “Bila nanti setelah minum obat mulut bapak/ibu terasa
kering, untuk membantumengatasinya bapak/ibu bisa banyak minum
”.“Sebelum minum obat ini bapak/ibumengecek dulu label di kotak obat
apakahbenar nama bapak/ibu tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus
diminum, jamberapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya
sudah benar” “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan
besar harus diminumdalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya
bapak/ibu tidak menghentikansendiri obat yang harus diminum sebelum
berkonsultasi dengan dokter”.
Terminasi :
Bagaimana perasaan mas R setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang
bapak/ibu minum?. Apa saja nama obatnya? Jam berapa minumobat?”“Mari
kita masukkan pada jadwal kegiatan bapak/ibu. Jangan lupa minum obatnya dan
nantisaat makan minta sendiri obatnya pada perawat”“Jadwal yang telah kita
buat kemarin dilanjutkan ya bapak/ibu!”“bapak/ibu, besok kita ketemu lagi
untuk melihat jadwal kegiatan yang telah dilaksanakan.
Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna. (2006). Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa.


Jakarta : FIK, Universitas Indonesia

Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika

Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Yosep, I & Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawtan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.
Banjarmasin, September 2019

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(…………….…………..…………) (…………………………………..…)

Anda mungkin juga menyukai