Anda di halaman 1dari 14

1.

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi

tubuh dan menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang

ditimbulkan sering menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi

organ. Jika disertai dengan hipotensi maka dinamakan Syok sepsis. ( Linda

D.U, 2006)
Syok septic adalah suatu bentuk syok yang menyebar dan

vasogenik yang dicirikan oleh adanya penurunan daya tahan vaskuler

sistemik serta adanya penyebaran yang tidak normal dari volume vaskuler

(Hudak & Gallo, 1996).


Syok septic adalah infasi aliran darah oleh beberapa organisme

mempunyai potensi untuk menyebabkan reaksi pejamu umum toksin ini.

Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan perfusi jaringan yang

mengancam kehidupan (Brunner & Suddarth vol. 3 edisi 8, 2002).

Menurut M. A Henderson (1992) Syok septic adalah syok akibat

infeksi berat, dimana sejumlah besar toksin memasuki peredaran darah. E.

colli merupakan kuman yang sering menyebabkan syok ini.

Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang

menyebar luas yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada

kasus trauma, syok septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat

beberapa jam ke rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada pasien-

pasien dengan luka tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium

dengan isi usus.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa syok septic adalah infasi aliran

darah oleh beberapa organisme mempunyai potensi untuk menyebabkan

reaksi pejamu umum toksin. Hasilnya adalah keadaan ketidak adekuatan

perfusi jaringan yang mengancam kehidupan.


B. Etiologi
Microorganisme dari syok septic adalah bakteri gram-negatif.

Namun demikian, agen infeksius lain seperti bakteri gram positif dan virus

juga dapat menyebab syok septic. (Brunner & Suddarth vol. 1 edisi 8,

2002).
1. Infeksi bakteri aerobik dan anaerobik
a. Gram negatif seperti : Echerichia coli, Kebsiella sp, Pseudomonas

sp, Bacteroides sp, dan Proteus sp.


b. Gram positif seperti : Stafilokokus, Streptokokus dan

Pneumokokus.
2. Infeksi viral, fungal,dan riketsia
3. Kerusakan jaringan , yang dapat menyababkan kegagalan penggunaan

oksigen sehingga menyebabkan MOSF.


4. Pertolongan persalinan yang tidak heginis pada partus lama.

Faktor dan Resiko Sepsis

a. Faktor – faktor pejamu


- Umur yang ekstrim
- Malnutrisi
- Kondisi lemah secara umum
- Penyakit kronis
- Penyalagunaan obat dan alkohol
- Neutropenia
- Splenektomi
- Kegagalan banyak organ
b. Faktor – faktor yang berhubungan
- Penggunaan kateter invasif
- Prosedur-prosedur operasi
- Luka karena cidera atau terbakar
- Prosedur diagnostik invasif
- Obat-obatan (antibodi, agen-agen sitotoksik, steroid).
C. Patofisiologi
Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif

yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif

ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas

arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.

Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan

terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan


permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke

intertisial yang terlihat sebagai udem.


Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak disebabkan oleh

penurunan perfusi jaringan melainkan karena ketidakmampuan sel untuk

menggunakan oksigen karena toksin kuman. Gejala syok septik yang

mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan syok hipovolemia

(takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5 cc/kg/jam, tekanan

darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi). Pasien-pasien

sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir normal,

mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir

normal, dan tekanan nadi yang melebar.

Pathway
Infasi Kuman

Pelepasan Indotoksin

Disfungsi dan kerusakan endotel dan disfungsi organ multipel

SEPSIS

Perubahan Perubahan ambilan Terhambatnya

Terganggunya

fungsi miokarium dan penyerapan O2 fungsi sistem

pencernaan

mitokondria

Kontraksi jantung Suplai 02 terganggu Kerja sel Reflek ingin

menurun menurun muntah


Curah jantung Sesak Penurunan Nafsu makan

turun sistem imun menurun

Reduksi darah Gangguan Resti infeksi Gangguan

terganggu pemenuhan O2 pemenuhan

kebutuhan nutrisi

Gangguan

perfusi jaringan

D. Manifestasi Klinis
Syok sepsis terjadi dalam dua fase yang berbeda :
1. Fase pertama disebut sebagai fase hangat (Hiperdinamik)
- Hipotensi
- Takikardi
- Takipnea
- Alkalosis respiratorik
- Curah jantung (CJ) tinggi dengan TVS (Tahanan Vaskuler

Vistemik) rendah.
- Kulit dingin, pucat
- Hipertermia/hipotermia
- Perubahan status mental
- Poliuria
- SDP meningkat
- Hiperglikemia
2. Fase lanjut disebut fase dingin (hipodinamik)
- Hipotensi
- Takikardia
- Takipnea
- Asidosis metabolik
- CJ rendah dengan TVS tinggi
- Kulit hangat, kemerahan
- Hipotermia
- Status mental memburuk
- Disfungsi organ dan selular (spt, ARDS, KIT, oliguria)
- SDP menurun, dan Hipoglisemia

E. Klasifikasi
1. Sepsis onset dini
- Merupakan sepsis yang berhubungan dengan komplikasi obstertik.
- Terjadi mulai dalam uterus dan muncul pada hari-hari pertama

kehidupan (20 jam pertama kehidupan)


- Sering terjadi pada bayi prematur, lahir ketuban pecah dini, demam

impratu maternal dan coricomnionitis.


2. Sepsis onset lambat
- Terjadi setelah minggu pertama sampai minggu krtiga

kelahiran
- Ditemukan pada bayi cukup bulan
- Infeksi bersifat lambat, ringan dan cenderung bersifat local

F. Komplikasi
1. Meningitis
2. Hipoglikemi
3. Aasidosis
4. Gagal ginjal
5. Disfungsi miokard
6. Perdarahan intra cranial
7. Icterus
8. Gagal hati
9. Disfungsi system saraf pusat
10. Kematian
11. Sindrom distress pernapasan dewasa (ARDS)

G. Pemeriksaan Penunjang

Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan

mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan-

pemeriksaan yang antara lain:

1. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi

organisme penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat

yang paling efektif.


2. SDP : Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena

hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebalumnya,

diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000) d4engan

peningkatan pita (berpindah kekiri) yang mengindikasikan produksi

SDP tak matur dalam jumlah besar.


3. Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan

menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi

ginjal.
4. Trombosit : penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5. PT/PTT : mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang

diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.


6. Laktat serum : Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati,

syok
7. Glukosa Serum : hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan

glikoneogenesis dan glikonolisis di dalam hati sebagai respon dari

puasa/ perubahan seluler dalam metabolisme


8. BUN/Kreatinin : peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,

ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau

kegagalan hati.
9. GDA : Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi

sebelumnya. Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik

dan asidosis metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme

kompensasi
10. EKG : dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan

distritmia menyerupai infark miokard.

Gambaran Hasil laboratorium :

1. WBC > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% bentuk immature

2. Hiperglikemia > 120 mg/dl

3. Peningkatan Plasma C-reaktif protein

4. Peningkatan plasma procalcitonin.

5. Serum laktat > 1 mMol/L

6. Creatinin > 0,5 mg/dl

7. INR > 1,5

8. APTT > 60

9. Trombosit < 100.000/mm3

10. Total bilirubin > 4 mg/dl


11. Biakan darah, urine, sputum hasil positif.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


1) Medis
Pengobatan terbaru syok septic mencakup mengidentifikasi

dan mengeliminasi penyebab infeksi. Pengumpulan specimen urin,

darah, sputum dan drainase luka dilakukan dengan teknik aseptic.

Antibioktik spectrum luas diberikan sebelum menerima laporan

sensitifitas dan kultur untuk meningkatkan ketahanan hidup pasien

(Roach, 1990).
Preparat sefalosporin ditambah amino glikosida diresepkan

pada awalnya. Kombinasi ini akan memberikan cangkupan antibiotic

sebagaian organism gram negative dan beberapa gram positif. Saat

laporan sensitifitas dan kultur tiba, antibiotik diganti dengan antibiotic

yang secra lebih spesifik ditargetkan pada organisme penginfeksi dan

kurang toksin untuk pasien.


Setiap rute infeksi yang potensial harus di singkirkan seperti :

jalur intravena dan kateter urin. Setiap abses harus di alirkan dan area

nekrotik dilakukan debidemen. Dukungan nutrisi sangat diperlukan

dalam semua klasifikasi syok. Oleh karena itu suplemen nutrisi

menjadi penting dalam penatalaksanaan syok septic. Suplemen tinggi

protein harus diberikan 4 hari dari awitan syok. Pemberian makan

entral lebih dipilih daripada parenteral kecuali terjadi penurunan

perfusi kesaluran gastrointestinal.


2) Keperawatan
a. Perawat harus sangat mengingat resiko sepsis dan tingginya

mortalitas yang berkaitan dengan syok septic.


b. Semua prosedur infasive harus dilakukan dengan teknik aseptic

yang tepat,
c. Selain itu jalur intravena, insisi bedah, luka trauma, kateter urin dan

luka dekubitus dipantau terhadap tanda-tanda infeksi.


d. Perawat berkolaborasi dengan anggota tim perawat lain.
e. Perawat memantau pasien dengan ketat terhadap reaksi menggigil

yang lebih lanjut.


f. Perawat memberikan cairan intravena dan obat-obatan yang

diresepkan termasuk antibiotic untuk memulihkan volume vascular.

2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1) Pengkajian Primer
Selalu menggunakan pendekatan ABCDE.
 Airway
- yakinkan kepatenan jalan napas
- berikan alat bantu napas jika perlu (guedel atau nasopharyngeal)
- jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli

anestesi dan bawa segera mungkin ke ICU


 Breathing
- kaji jumlah pernasan lebih dari 24 kali per menit merupakan gejala

yang signifikan
- kaji saturasi oksigen
- periksa gas darah arteri untuk mengkaji status oksigenasi dan

kemungkinan asidosis
- berikan 100% oksigen melalui non re-breath mask
- auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi di dada
- periksa foto thorak
 Circulation
- kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda

signifikan
- monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
- periksa waktu pengisian kapiler
- pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar
- berikan cairan koloid – gelofusin atau haemaccel
- pasang kateter
- lakukan pemeriksaan darah lengkap
- siapkan untuk pemeriksaan kultur
- catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau temperature

kurang dari 36oC


- siapkan pemeriksaan urin dan sputum
- berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
 Disability
Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien

sepsis padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji

tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.


 Exposure
Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka

dan tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.


2) Pengkajian Sekunder
 Aktivitas dan istirahat
- Subyektif : Menurunnya tenaga/kelelahan dan insomnia
 Sirkulasi
- Subyektif : Riwayat pembedahan jantung/bypass cardiopulmonary,

fenomena embolik (darah, udara, lemak)


- Obyektif : Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya

hipoksemia), hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock)


- Heart rate : takikardi biasa terjadi
- Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic)

dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering

menunjukkan normal
- Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis

biasa terjadi (stadium lanjut)


 Integritas Ego
- Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat dengan

kematian
- Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel, perubahan

mental.
 Makanan/Cairan
- Subyektif : Kehilangan selera makan, nausea
- Obyektif : Formasi edema/perubahan berat badan,

hilang/melemahnya bowel sounds


 Neurosensori
- Subyektif atau Obyektif : Gejala truma kepala, kelambatan mental,

disfungsi motorik
 Respirasi
- Subyektif : Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi

pulmolal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air

hunger”
- Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting
 Rasa Aman
- Subyektif : Adanya riwayat trauma tulang/fraktur, sepsis, transfusi

darah, episode anaplastik


 Seksualitas
- Subyektif atau obyektif : Riwayat kehamilan dengan komplikasi

eklampsia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2, edema paru


2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

dan preload
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

cardiac output yang tidak mencukupi


5. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai

dan kebutuhan oksigen


6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 edema paru

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Airway Managemen :
- Buka jalan nafas
keperawatan selama ... x 24 jam . - Posisikan pasien untuk memaksimalkan

pasien akan : ventilasi ( fowler/semifowler)


- TTV dalam rentang normal - Auskultasi suara nafas , catat adanya suara
- Menunjukkan jalan napas yang
tambahan
paten - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Mendemostrasikan suara napas
alat jalan nafas buatan
yang bersih, tidak ada sianosis - Monitor respirasi dan status O2
- Monitor TTV.
dan dypsneu.

2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload

dan preload.

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Cardiac care :
- catat adanya tanda dan gejala penurunan
keperawatan selama ... x 24 jam .
cardiac output
pasien akan : - monitor balance cairan
- Menunjukkan TTV dalam rentang - catat adanya distritmia jantung
- monitor TTV
normal - atur periode latihan dan istirahat untuk
- Tidak ada oedema paru dan tidak
menghindari kelelahan
ada asites - monitor status pernapasan yang
- Tidak ada penurunan kesadaran
- Dapat mentoleransi aktivitas dan menandakan gagal jantung.

tidak ada kelelahan.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment :
- Observasi tanda-tanda vital tiap 3 jam.
keperawatan selama ... x 24 jam . - Beri kompres hangat pada bagian lipatan

pasien akan : tubuh ( Paha dan aksila ).


- Suhu tubuh dalam rentang normal - Monitor intake dan output
- Tidak ada perubahan warna kulit - Monitor warna dan suhu kulit
- Berikan obat anti piretik
dan tidak ada pusing Temperature Regulation
- Nadi dan respirasi dalam rentang - Beri banyak minum ( ± 1-1,5 liter/hari)

normal sedikit tapi sering


- Ganti pakaian klien dengan bahan tipis

menyerap keringat.

6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan cardiac

output yang tidak mencukupi

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Management sensasi perifer:
- Monitor tekanan darah dan nadi apikal
keperawatan selama ... x 24 jam .
setiap 4 jam
pasien akan : - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi
- Tekanan sisitole dan diastole
kulit jika ada lesi
dalam rentang normal - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya
- Menunjukkan tingkat kesadaran
peka terhadap panas atau dingin
yang baik - Kolaborasi obat antihipertensi

7. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Activity Therapy
- Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
keperawatan selama ... x 24 jam . - Bantu klien memenuhi kebutuhan

pasien akan : aktivitasnya sesuai dengan tingkat


- Berpartisipasi dalam aktivitas
keterbatasan klien
fisik tanpa disertai peningkatan - Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat

tekanan darah nadi dan respirasi membantu dan meningkatkan kekuatan fisik
- Mampu melakukan aktivitas
klien.
sehari-hari secara mandiri - Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL
- TTV dalam rentang normal
- Status sirkulasi baik klien
- Jelaskan pada keluarga dan klien tentang

pentingnya bedrest ditempat tidur.

8. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan & Kriteria hasil Intervensi


( NOC) (NIC)
Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
- Kaji tingkat kecemasan
keperawatan selama ... x 24 jam . - Jelaskan prosedur pengobatan perawatan
- Beri kesempatan pada keluarga untuk
pasien akan :
Setelah dilakukan tindakan bertanya tentang kondisi pasien
- Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang
keperawatan selama ... x 24 jam .
akan dilakukan terhadap pasien dan
pasien akan :
- Mampu mengidentifikasi dan manfaatnya bagi pasien.
- Beri dorongan spiritual.
mengungkapkan gejala cemas
- TTV normal
- Menunjukkan teknik untuk

mengontrol cemas
DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedoteran. Jakarta: EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan

Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan

Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC

Setyohadi ,Bambang dkk.(2006), Buku ajar penyakit dalam .Jakarta .

Fakultas Kedokteran UI.

Prof Dr. H.Rab.tabirin .(1998), Agenda Gawat Draurat ,Bandung. PT

Alumni.
Banjarmasin, Oktober 2019

Preseptor Akademik,

(..............................)

Anda mungkin juga menyukai