Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

PERUBAHAN ISI PIKIR ( WAHAM )

DosenPembimbing :

Mariani,S,.Kep,.Ns.MPH

Disusun Oleh:
Lailatulfadilah
( 14401.18.19011 )

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2021
1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya waham.
Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau
berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar
belakang budaya (Keliat, 2013).

b. Klasifikasi Waham
Ada beberapa tipe waham yang ditemukan pada kasus, yaitu
kasus kebesaran, agama adanya curiga. Menurut W.F.Maramis
a) Waham kejadian
Mempunyai psaien yaitu bahwa ada orang lain atau komplotan
yang sedang mengganggu bahkan sedang ditipu, dimata-matai atau
kejelekannya sedang diancam oleh orang lain
b) Waham kebesaran
Yaitu bahwa ia punya kekuatan, pendidikan, kepandaian atau
kekerasan yang luas biasa, diantaranya bahwa dia ratu adil, dapat
membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan rumah atau mobil
c) Waham keagamaan
Waham dengan tema keagamaan, misalnya : dia mengaku
sebagai dari sejuta umat
d) Waham somatik
Klien yaitu tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau
terserang penyakit, diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
e) Waham curiga
Klien yakin bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai diri sendiri, diucapkan berulang kali
tapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham nihilistik
Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi didunia /
meninggal, diucapkan berulang kali teetapi tidak sesuai dengan
kenyataan.
c. Proses terjadinyamasalahWaham
Proses terjadinyawahamsecaraumumadalahganguankonsepdiri
:hargadirirendah. Hargadirirendahdimanifestasikandenganperasaan yang
negatifterhadapdirisendiri, termasukhilangnyapercayadiridanhargadiri,
merasagagalmencapaikeinginan.
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham
dapat terjadi pada orang-orang dengan status social dan ekonomi
sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara
social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjamgam antara realita
dengan self ideal sangat tinggi. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa dia eksis di dunia. Dapat dipengaruhi jug
oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
2. kembang (life span history).
Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan
tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system smuanya sangat rendah.
3. Fase control internal eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apaapa yang dikatakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting, dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak konfrontatif berkepanjangan
dengan alas an pengakuan klien tidak merugikan orng lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsinya norma (super
ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase Comforting
Klienmerasanyamandengankeyakinandankebohongannyasertamen
ganggapbahwasemua orang
samayaituakanmempercayaidanmendukungnya.
Keyakinanseringdisertaihalusinasipadasaatklienmenyendiridarilingkun
gannya.Kemudianklienlebihseringseringmenyendiridanmenghindariint
eraksi social (isolasisosial)
d. Tanda dan gejala :
 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
 Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
 Takut, kadang panik
 Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
 Ekspresi tegang, mudah tersinggung.
e. EtiologiWaham (Faktor Predisposisi dan Presipitasi)
1) Faktor predisposisi
a) Klien
 Beberapa gangguan mental dan fisik : waham, paranopid,
skizofrenia, , keracunan zat tertentu pada otak dan gangguan
pada pendenagran
 Faktor sosial budaya : proses tumbuh kembang yang tidak
tuntas, misalnya rasa saling percaya yang tiadak terbina,
kegagalan dalam mengungkapkan perasaan dan pikiran,
proses kehilangan yang berkepanjangan
b) Lingkungan yang tidak terapeutik
Sering diancam, tidak dihargai atas jerih payah,
kehilangan pekerjaan, support sistem yang kurang, tidak
mempunyai teman dekat, atau tidak mempunyai orang
dipercaya.
c) Interaksi
 Provokasi : sikap orang lain yang terlalu menguasai, curiga,
kaku, tidak toleran terhadap klien
 Anatisipasi : perhatian, penampilan, persepsi dan isi mpikir
 Konflik : fantasi yang tidak terselesaikan, sudah dapat
memfokuskan pikiran dan sudah dapat mengorganisasikan
pikiran terhadap suatu permasalahan.
2) Faktor presipitasi
a) Internal
Merasa gagal, kehilangan sesuatu yang sangat bermakna
secara berulang, ketakutan karena adanya penyakit fisik
b) Eksternal
Adanya serangan fisik, kehilangan hubungan yang
penting dengan orang lain , adanya keritikan dari orang lain.
f. Rentang Respon

g. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi
verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas,
kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak
mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:
1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
4. Mata merah, wajah agak merah.
5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
h. Mekanisme Koping
Hal ini merupakan usaha langsung dalam menanggulangi stres
yang berorientasi pada tugas yang meliputi usaha pemecahan langsung
untuk menanggulangi ancaman yang ada . Mekanisme koping yang di
gunakan pada klien waham adalah:
1. Denial : menghindari kenyataan yang tidak di inginkan dengan
mengabaikan atau tidak mengakui kenyataan
2. Proyeksi: mengatakan harapan, pikiran, perasaan, motivasi sendiri
sebagai harapan, pikiran, perasaan, atau motivasi orang lain.
3. Disosiasi atau regresi: memisahkan diri dengan lingkungan dan
berfikir seperti anak-anak (Setyoadi&Krishariyadi 2011)

i. Penatalaksanaan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) penanganan pasien dengan gangguan
jiwa waham antara lain:
Psikofarmalogi
a. Litium karbonat Jenis litium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium
masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan
bipolar.Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah minum
obat litium, obat ini juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi
intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
b. Haloperidol Merupakanobatan tipsikotik pertama dari turunan
butirofenol. Mekanisme kerjanya yang pastitidak diketahui.Haloperidol
efektif untuk pengobatan kelainan tingkah laku berat pada anak-anak
yang sering membangkang dan eksplosif. Haloperidol juga efektif
untuk pengobatan jangka pendek, pada anak yang hiperaktif juga
melibatkan aktivitas motoric berlebih disertai kelainan 18 tingkah laku,
seperti : impulsive, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati
yang labil dan tidak tahan frustasi
c. Karbamazepin
Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor,
serta neuralgi trigeminal.Karbamazepin secara kimiawi tidak
berhubungan dengan obatan tikolvusan lain maupun obat-obat lain
yang digunakan untuk mengobati nyeri pada neuralgi trigeminal.
1. Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik low potensial
Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi
untuk pengamanan pasien.Hal ini berkaitan dengan penggunaan
obat anti psikotik untuk pasien waham.
a. Anti psiko sisa tipikal (olanzapine, risperidone) pilihan awal
Risperidone table 1 mg, 2 mg, 3 mg atau Clozapine tablet 25 mg,
100 mg.
b. Tipikal (Chlorpromazine, haloperidol), chlorpromazine 25-100 mg,
efektif untuk menghilangkan gejala positif.
d. Penarikan diri high potensial
Selama seorang mengalami waham, dia cenderung menarik diri dari
pergaulan dengan orang lain dan cenderung asyik dengan dunianya
sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu, salah satu
penatalaksanaannya ditekankan pada gejala dari waham itu sendiri,
yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin
biasanya dialami sesaat sebelum waktu yang dijadwalkan berikutnya,
penarikan diri dari lingkungan sosial.
e. ECT tipekatatonik
Electro Convulsive Terapi (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus
listrik melewati otak untuk memicu kejang singkat.Hal ini tampaknya
menyebabkan perubahan dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi
gejala penyebab mental tertentu, seperti skizofrenia katatonik.ECT bias
menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika obat-obatan tidak
membantu meredakan katatonik episode.
f. Psikoterapi
Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun
psikoterapi juga penting.Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua
orang, terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses
terapi yang memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam
psikoterapia dalam terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
terapi suportif
BAB III
A. Pohon Masalah

Resiko tinggi mencederai diri,


orang lain dan lingkungan

Perubahan isi
pikir: waham

Gangguan konsep
diri: harga diri
rendah

B. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
2. Kerusakan komunikasi : verbal
3. Perubahan isi pikir : waham
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.

C. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Perawat yang kontak dengan pasien melakukan perkenalan dan
kontrak dengan pasien terlebih dahulu tenang : nama pasien. Panggilan
pasien, nama perawat, tujuan, waktu pertemuan, dan topic
pembicaraan.
2. Keluhan utama / Alasan masuk
Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang kerumah sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga
untuk mengatasi masalah dan perkembangan yang telah dicapai.
Tanyakan pada keluarga / klien ,apakah klien pernah mengalami
gangguan kejiwaan pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan lingkungan , kekerasan dalam
keluarga dan tindakan criminal. Dapat dilakukan pengkajian pada
keluarga dan factor yang mungkin mengakibatkan terjadinya gangguan
3. Data yang Perlu Dikaji

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan


- Data subjektif
Klien memberi kata-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal pada
seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak
barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri
- Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan
melempar barang-barang.
b. Kerusakan komunikasi : verbal
- Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
- Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang
didengar dan kontak mata kurang
c. Perubahan isi pikir : waham ( ………….)
- Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama,
kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
- Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan,
merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat
waspada, tidak tepat menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah
klien tegang, mudah tersinggung.
d. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri
- Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

D. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan komunikasi verbal
2. Perubahan isi pikir : waham
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

E. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Diagnosa I : Perubahan isi pikir : waham
Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
Tujuan khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat
Tindakan :
a. Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri,
jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kontrak yang jelas topik, waktu, tempat).
b. Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat
menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda"
disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung
disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham
klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi:
katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat
yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan
klien sendirian.
d. Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan
perawatan diri
g) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
Tindakan :
- Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang
realistis.
- Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada
waktu lalu dan saat ini yang realistis.
- Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari - hari
dan perawatan diri).
- Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai
kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa
klien sangat penting.
h) Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Tindakan :
- Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
- Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama
di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
- Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya
waham.
- Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien
dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
- Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk
menggunakan wahamnya.
i) Klien dapat berhubungan dengan realitas
Tindakan :
- Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain,
tempat dan waktu).
- Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi
realitas.
- Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
j) Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Tindakan :
- Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi,
efek dan efek samping minum obat.
- Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama
pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
- Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat
yang dirasakan.
- Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
k) Klien dapat dukungan dari keluarga
Tindakan :
- Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga
tentang: gejala waham, cara merawat klien, lingkungan
keluarga dan follow up obat.
- Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

- Diagnosa II : gangguan konsep diri : harga diri rendah


Tujuan umum : Klien dapat mengendalikan waham.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
c. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
d. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
e. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
l) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harag diri rendah.
- Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
- Diagnosa III : harga diri rendah.
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
optimal.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan
prinsipkomunikasi terapeutik :
- Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
- Jelaskan tujuan pertemuan
- Jujur dan menepati janji
- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
- Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
klien
c. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki.
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.

d. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.


- Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.
- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaannya.
e. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan
setiap hari.
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
- Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien
lakukan.
f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.
- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan.
- Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah
- Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
- Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara mearwat
klien dengan harag diri rendah.
- Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat.
- Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN


PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM
Pertemuan :I
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang bos yang kaya dan
mempunyai toko emas yang banyak.
O : Klien tampak mendominasi pembicaraan, isi pembicaraan tidak sesuai
dengan realitas.
2. DiagnosaKeperawatan
Gangguan proses pikir : waham
3. Tujuan Keperawatan :
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2) Membantu orientasi realita pada klien
3) Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- SP I :
1) Bantu orientasi realita pada klien
2) Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh klien
3) Bantu pasien memenuhi kebutuhannya
4) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Susana, saya
mahasiswa keperawatan dari Stikes Banyuwangi yang akan praktek di
ruangan ini selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari
pukul 07.00-14.00, saya yang akan merawat Bapak pagi ini.”
a. Evaluasi/validasi :

“Bagaimana perasaan bapak hari ini ?Nama Bapak siapa?Senangnya


dipanggil apa?”
b. Kontrak

Topik : “Bapak, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang


Bapak rasakan sekarang?”
Tempat : “Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?”
Waktu : “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit?”
2. Fase Kerja
“Saya mengerti Bapak merasa bahwa Bapak adalah seorang…., tapi yang
Bapak rasakan tidak dirasakan oleh orang lain”
“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang Bapak
rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak
punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapamenurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik Bapak
yang lain?”
“Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”
3. Fase Terminasi
a. EvaluasiSubyektif
“ Bagaimanaperasaanbapak… setelahkitaberbincang-bincang ?
b. EvaluasiObyektif
“Coba bapak sebutkan hal apa saja yang tadi sudah kita
perbincangkan.”
c. RencanaTindaklanjut
“ karena waktu kita sudah habis kali ini, bagaimana kalau kita
lanjutkan besog pagi.”
d. Kontrak
 Topik :Bagaimana kalau besok kita berbicara tentang hobi bapak?.
 Tempat :maudimanakitadiskusi ?
 Waktu :“Besog jam 9 pagi y pak, kalau begitu saya pamit dulu.
Selamat Pagi pak.”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN


PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM
Pertemuan : II
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang bos yang kaya dan
mempunyai toko emas yang banyak.
O : Klien tampak mendominasi pembicaraan, isi pembicaraan tidak sesuai
dengan realitas.
2. DiagnosaKeperawatan
Gangguan proses pikir : waham
3. Tujuan Keperawatan :
1) Melatih kemampuan yang dimiliki klien
4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan saling percaya dengan klien
- SP II :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Diskusikan tentang kemampuan yang dimiliki
3) Latih kemampuan yang dimiliki
C. Strategi Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi pak, kita bertemu lagi hari ini ya pak.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimanaperasaanbapakhariini ? Bagus!”
c. Kontrak
Topik : “Apakah Bapak sudah mengingat-ingat apa saja hobi
atau kegemaran Bapak?Bagaimana kalau kita bicarakan
hobi tersebut sekarang?”
Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi
Bapak tersebut?”
Waktu : “Berapa lama Bapak mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 20 menit tentang hal tersebut?”

2. Fase Kerja
1) “Apa saja hobibapak? Saya catat ya Pak, terus apa lagi?”
2) “Wah.., rupanya Bapak pandai main volley ya, tidak semua orang bisa
bermain volley seperti itu lho Pak”
3) “Bisa Bapak ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main
volley, siapa yang dulu mengajarkannya kepada Bapak, dimana?”
4) “Bisa Bapak peragakan kepada saya bagaimana bermain volley yang
baik itu?”
5) “Wah..baik sekali permainannya”
6) “Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak ini ya, berapa kali
sehari/seminggu Bapak mau bermain volley?”
7) “Apa yang Bapak harapkan dari kemampuan bermain volley ini?”
8) “Ada tidak hobi atau kemampuan Bapak yang lain selain bermain
volley?”
3. Fase Terminasi
a. EvaluasiSubyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan Bapak?”
e. EvaluasiObyektif
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat ya?”
f. RencanaTindaklanjut
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan
ini. Nanti kita bertemu lagi ya pak.”
g. Kontrak
 Topik : “Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang
harus Bapak minum, setuju?”
 Tempat : “Di kamar makan saja, ya setuju?”
 Waktu : “Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? “Kalai
begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) TINDAKAN KEPERAWATAN


PERUBAHAN ISI PIKIR : WAHAM
Pertemuan : III
Hari/tanggal : ……………
Nama Klien : Tn. ……..
Ruangan : …………….

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
S : Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang bos yang kaya dan
mempunyai toko emas yang banyak.
O : Klien tampak mendominasi pembicaraan, isi pembicaraan tidak sesuai
dengan realitas.
2. DiagnosaKeperawatan
Gangguan proses pikir : waham
3. Tujuan Keperawatan :
1) Melatih pasine menggunakan obat secara teratur
4. Tindakan Keperawatan
- Pertahankan saling percaya dengan klien
- SP III :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
3) Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik :
“Selamat pagi pak.”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”
c. Kontrak
 Topik : “Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu
bagaimana kalau sekarang kita membicarakan
tentang obat yang Bapak minum?”
 Tempat : “Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
 Waktu : “Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30
menit?

2. Fase Kerja
1) “Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat
diminum?”
2) “Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga
tenang”
3) “Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar rileks,
dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran jadi
teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam”.
4) “Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering,untuk
membantumengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-isap
es batu”.
5) “Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar”
6) “Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi
sebaiknya Bapak tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.

3. Fase Terminasi
a. EvaluasiSubyektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang bang B minum?
b. EvaluasiObyektif
“Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum obat?”
h. Rencana Tindak lanjut
“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak?Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
i. Kontrak
 Topik : “Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal
kegiatan yang telah dilaksanakan.
 Tempat : “Bagaimana kalau kita bertemu di tempat yang
sama?”
 Waktu : “Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10? Kalau
begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi, Sujono. Purwanto, Teguh.2009.Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


EGC.

Kusumawati, HY. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Surbakti. 2010. Gangguan Kebahagiaan Anda dan Solusinya.Jakarta: PT. Elex


Media Komputindo.

Direja, AHS. 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:NuhaMedika.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Ed 1. 2016. Definisi dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI

Yosep.2014.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai