Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Tinjauan Medis.

1. Pengertian.

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian

realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat

intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus

internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau informasi secara akurat.

(Linka, 2015)

Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara

kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam

Firdaus, 2016).

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian

realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat

intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus

internal dan ekternal melalui proses interaksi atau informasi secara akurat

(Keliat, 2000 dalam Kusumawati & Hartono, 2015).

2. Psikodinamika.

Menurut Yosep (2015), adapun proses terjadinya waham, yaitu: 

a.   Fase lack of human need 

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien

baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat

terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat

DITA YUNIAR | P07120319091 1


terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakuakn

kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi

terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat

tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang

sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman

dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat

pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi

juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span

history).

b. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya

kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan

harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan

standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat

lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi

komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki

kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang

melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari

aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support

system semuanya sangat rendah.

DITA YUNIAR | P07120319091 2


c. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau

apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan

tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi

klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk

diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan

menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum

terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba

memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak

benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena besarnya

toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi

pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan

alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

d. Fase environment support

Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien

menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran

karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan

kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang ditandai

dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

e.  Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

DITA YUNIAR | P07120319091 3


mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering

menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).

f.  Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap

waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham

yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau

kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham

bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat

menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk

menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya

kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan

dosa besar serta konsekuensi sosial.

Kerusakan Resiko mencederai diri


Effect.
komunikasi sendiri, orang lain, dan
verbal lingkungan

Gangguan proses pikir;


Core problem waham

Harga diri
Causa
rendah

Gambar 2.1 Pohon Masalah.

DITA YUNIAR | P07120319091 4


3. Faktor Predisposisi.

Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir, yaitu:

a. Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal

seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir

dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

b. Faktor sosial budaya.

Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan

timbulnya waham.

c. Faktor psikologis.

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat

menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap

kenyataan.

d. Faktor biologis.

Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel di

otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.

4. Faktor Presipitasi.

Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir: waham,

yaitu :

a. Faktor sosial budaya.

DITA YUNIAR | P07120319091 5


Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang

berarti atau diasingkan dari kelompok.

b. Faktor biokimia.

Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat

menjadi penyebab waham pada seseorang.

c. Faktor psikologis.

Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk

mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk

menghindari kenyataan yang menyenangkan.

5. Tanda dan Gejala.

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat); Cara berpikir magis

dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara

(tangensial, neologisme, sirkumtansial)

b. Fungsi persepsi; Depersonalisasi dan halusinasi

c.   Fungsi emosi; Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek

tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen

d.  Fungsi motorik; Imfulsif à gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme,

stereotopik à gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak

dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.

e. Fungsi sosial : kesepian

f. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah. Dalam tatanan

keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul adalah

DITA YUNIAR | P07120319091 6


gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.

(Firdaus, 2016).

6. Klasifikasi Waham.

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenisnya meliputi :

a. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran

atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai

kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!”

atau, “Saya punya tambang emas.”

b.  Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok

yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang

kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh

saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri

dengan kesuksesan saya.”

c. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu

agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak

sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus

menggunakan pakaian putih setiap hari.”

d. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya

terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.”

(Kenyataannya pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-

tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).

DITA YUNIAR | P07120319091 7


e. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di

dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai

kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini

adalah roh-roh”.

f. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang

disisipkan ke dalam pikirannya.

g. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa

yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya

kepada orang tersebut

h. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh

kekuatan di luar dirinya. (Linka, 2015).

Kategori Waham :

a. Waham sistematis: konsisten,  berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi

walaupun hanya secara  teoritis.

b. Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis

tidak mungkin. (Yosep, 2015).

7. Rentang Respon.

Gambar 7.1 Rentang respon.

Adaptif Maladaptif

a. Pikiran logis a. Kadang proses a. Gangguan


b. Persepsi akurat pikir terganggu. proses pikir.
c. Emosi konsisten b. Ilusi b. Perubahan
dengan c. Emosi berlebihan. proses emosi.
pengalaman d. Perilaku tdk biasa. c. Perilaku
d. Interaksi sosial. disorganisasi.
e. Menarik dirivv
d. Isos

DITA YUNIAR | P07120319091 8


8. Mekanisme Koping.

a. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih

dimiliki klien.

b. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial

keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan

keluarga memberikan asuhan. (Linka, 2015)

9. Dampak yang Ditimbulkan.

Akibat yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan

lingkungan. Tanda dan gejala:

a. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,

kebesaran, kecurugaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. Klien tampak tidak mempunyai orang lain.

c. Curiga.

d. Bermusuhan.

e. Merusak (diri, orang lain, lingkungan).

f. Takut, sangat waspada.

g. Tidak dapat menilai lingkungan atau lingkungan.

h. Ekspresi wajah tegang.

i. Mudah tersinggung ( Firdaus, 2016).

DITA YUNIAR | P07120319091 9


B. Tinjauan Keperawatan.

1. Pengkajian.

Data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi pikir: waham

(Yosep, 2015), adalah:

Data subyektif.

a. Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat.

b. Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus..

Data obyektif.

a. Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya..

b. Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang.

c. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Masalah yang Lazim Muncul.

a.  Gangguan proses pikir: waham

b. Risiko perilaku kekerasan

c. Isolasi sosial

d. Harga diri rendah kronik

DITA YUNIAR | P07120319091 10


3. Intervensi Keperawatan.

N KLIEN KELUARGA
O SP1P SPIK
1 Membantu Orientasi realita Mendiskusikan masalah yang
dirasakan keluarga dalam merawat
2 Mendiskusikan kebutuhan yang pasien
tidak terpenuhi
Menjelaskan pengertian,tanda dan
3 Membantu pasien memenuhi gejala waham dan jenis waham
kebutuhannya yang dialami pasien beserta proses
terjadinya
4 Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian Menjelaskan cara-cara merawat
pasien waham
SP2P SP2K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Melatih keluarga mempraktikkan
harian pasien cara merawat pasien dengan waham

2 Berdiskusi tentang kemampuan Melatih keluarga mempraktikkan


yang dimiliki cara merawat langsung kepada
pasien  waham
3 Melatih kemampuan yang
dimiliki

SP3P SP3K
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas di rumah termasuk
minum obat ( discharge planing )
2 Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan Menjelaskan follow- uf pasien
obat secara teratur setelah pulang
3
Menganjurkan pasien memasukan
dalam jadwal kegiatan harian

Sumber; Firdaus,2016

DITA YUNIAR | P07120319091 11


Daftar Pustaka.

Firdaus , 2016. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Salemba Medika; Yogyakarta.

Kusumawati dan Hartono, 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. TIM; Yogyakarta.

Linka, 2015. Asuhan Keperawatan Jiwa ed. II. BITI; Palembang

Yosep, 2015. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama; Bandung.

DITA YUNIAR | P07120319091 12

Anda mungkin juga menyukai