Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Bernanda Andrilyus Pelafu
Desy Indah Lestari
Eny Natalia
Magdalena Maria Silalahi
Resa Rukmana

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2012
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

1. Masalah Utama keperawatan


Perubahan proses pikir : Waham.
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
1) Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara kukuh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
realita normal (Stuart dan Sundeen, 1998 dalam Fitria, 2009).
2) Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Depkes RI, 2000
dalam Fitria, 2009).
3) Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal
melalui proses interaksi atau informasi secara akurat (Keliat, 1999 dalam Fitria,
2009).
4) Waham adalah suatu gangguan jiwa dimana orang tersebut berpikir bahwa ia
memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat atau terkenal (Yosep, 2010).
b. Macam-macam waham menurut Yosep (2010) antara lain :
1) Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “saya ini titisan bung Karno, punya banyak perusahaan, punya rumah
diberbagai negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”
2) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai
kenyataan.
Contoh: “banyak polisi mengintai saya, tentangga saya inggin menghancurkan
hidup saya, suster akan meracuni makanan saya”
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakai putih setiap hari agar masuk surga”
4) Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Sum-sum tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh
saya banyak kotoran, tubuh saya membusuk, tubuh saya menghilang.”
5) Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang ada disini adalah roh-
roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunai.”
c. Faktor predisposisi dan presipitasi
1). Faktor predisposisi
a) Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal seseorang.
Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir dengan gangguan
persepsi. Klien menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual
dan emosi tidak efektif.
b) Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham.
c) Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan dapat menimbulkan
ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan.
d) Faktor biologis.
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak pembesaran ventrikel di ota,
dan perubahan pada sel kortikal dan limbik.
2) Faktor presipitasi
a) Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang berarti atau
diasingkan dari kelompok.
b) Faktor biokimia
Dopamin, noripineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat menjadi
penyebab waham pada seseorang.
c) Faktor psikologis
Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya kemampuan untuk mengatasi
masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan
yang menyenangkan (Fitria,2009).
d. Proses terjadinya / psikodinamika
Waham terjadi dalam 6 fase (Yosep, 2010) :
1) Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas, contohnya orang miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong untuk
melakukan kompensasi yang salah. Ada juga yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sangat
berpengalaman. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia
eksis di dunianya. Dapat juga dipengaruhi oleh rendahnya penghargaan saat
tumbuh kembang.
2) Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
kenyataan dengan harapan serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Contohnya saat
lingkungan sudah banyak yang kaya menggunakan teknologi yang canggih,
berpendidikan tinggi seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi
lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh dari aspek pendidikan
klien, materi, dan pengaruh support sistem semuanya sangat rendah.
3) Fase control internal external.
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting dan diterima
lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar mencoba memberikan
koreksi bahwa yang dikatakan klien tidak benar. Tetapi hal ini tidak dilakukan
secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
4) Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannnya
menyebabkan kilen merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma yang ditandai dengan tidak
adanya lagi persaan dosa saat berbohong.
5) Fase Comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya.
Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari
lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan mnghindari
interaksi sosial (isolasi sosial).
6) Fase Improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi. Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekalai untuk mengguncang
keyakinan kien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religius
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi
sosial.
e. Tanda dan gejala
Tanda adan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham menurut Fitria
(2009) adalah sebagai berikut :
1) Menolak makan
2) Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3) Ekspresi wajah sedih atau gembira atau ketakutan
4) Gerakan tidak terkontrol
5) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
6) Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan
7) Menghindar dari orang lain
8) Mendominasi pembicaraan
9) Berbicara kasar
10) Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
f. Rentang respon

Respon adaptif Respon Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang proses pikir  Gangguan isi pikir


 Persepsi akurat terganggu halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Perubahan proses
dengan pengalaman  Emosi berlebihan emosi
 Perilaku sesuai  Berperilaku yang  Prilaku tidak
 Hubungan sosial tidak biasa terorganisir
harmonis  Menarik diri  Isolasi sosial

Sumber : keliat (2006)

g. Dampak atau akibat yang di timbulkan


Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi,
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain
yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

3. Analisa data
No Data Masalah
1 1) Data subjektif : Perubahan proses
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya pikir : Waham
(tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan (........)
dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan,
2) Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan),
takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung, klien biasanya
berdandan dengan baik tetapi terlihat sedikit
eksentrik dan aneh,klien biasanya cerdik ketika
dilakukan pemeriksaan dan dapat memanipulasi
data.

4. Diagnosa keperawatan
Perubahan proses pikir : Waham
Kemungkinan diagnosa keperawatan lain menurut Fitria (2009) yang akan muncul :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan
b. Isolasi Sosial
c. Harga diri rendah
5. Rencana Tindakan Keperawatan.

NO DIAGNOSA PERENCANAAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWA TUJUAN KRITERIA
TAN EVALUASI
1 Gangguan Pasien mampu : Setelah............perte SP.1 SP.1
Proses pikir : 1. Berorientasi muan pasien dapat 1. Identifikasi 1. Dengan mengetahui
Waham kepada realitas memenuhi kebutuhan pasien kebutuhan klien yang belum
secara bertahap kebutuhannya 2. Bicara konteks terpenuhi perawat dapat
2. Mampu realita (tidak merencanakan untuk
berinteraksi mendukung atau memenuhinya dan lebih
dengan orang membantah waham memperhatikan kebutuhan
lain dan pasien) klien tersebut sehingga klien
lingkungan 3. Latih pasien untuk merasa nyaman dan aman
3. Menggunakan memenuhi 2. Menghadirkan realitas dapat
obat dengan kebutuhannya membuka pikiran bahwa
prinsip 6 benar 4. Masukkan dalam realitas itu lebih benar dari
jadwal harian pasien pada apa yang dipikirkan klien
sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang
ada
3. Membantu klien untuk dapat
memenuhi kebutuhannya
secara mandiri
4. Dapat mengarahkan klien
untuk melakukan kegiatan
harian

Setelah.......pertem SP.2 SP.2


uan pasien mampu 1. Evaluasi kegiatan 1. Mengetahui evaluasi atau
menyebutkan yang lalu (SP.1) kemajuan klien dari
kegiatan yang 2. Identifikasi potensi sebelumnya agar dapat
sudah dilakukan kemampuan yang menentukan proses / tindakan
dan mampu dimiliki selanjutnya.
menyebutkan serta 3. Pilih dan latih 2. Dengan mengetahui
memilih potensi/kemampuan kemampuan yang dimiliki
kemampuan yang yang dimiliki klien maka akan memudahkan
dimiliki 4. Masukkan dalam perawat untuk mengarahkan
jadwal kegiatan kegiatan yang bermanfaat bagi
pasien klien dari pada hanya
memikirkannya
3. Memperoleh dan menggali
kemampuan yang dimiliki
klien
4. Mempermudah klien dan
mengarahkan klien untuk
melakukan kegiatan harian

Setelah......pertemu SP.3 1. Mengetahui evaluasi atau


an pasien dapat 1. Evaluasi kegiatan kemajuan klien dari
menyebutkan yang lalu (SP.1 & sebelumnya agar dapat
kegiatan yang 2) menentukan proses / tindakan
sudah dilakukan 2. Pilih kemampuan selanjutnya.
dan mampu yang dapat 2. Dengan mengetahui
memilih dilakukan kemampuan yang dimiliki
kemampuan lain 3. Pilih dan latih klien maka akan memudahkan
yang dimiliki potensi kemampuan perawat untuk mengarahkan
lain yang dimiliki kegiatan yang bermanfaat bagi
4. Masukkan dalam klien dari pada hanya
jadwal kegiatan memikirkannya
pasien 3. Memperoleh dan menggali
kemampuan lain yang dimiliki
klien
4. Mempermudah klien dan
mengarahkan klien untuk
melakukan kegiatan harian
Keluarga mampu : Setelah.....pertemua SP.1
1. Mengidentifika n keluarga mampu 1. Identifikasi masalah 1. Dengan mengetahui masalah
si waham mengidentifikasi keluarga dalam keluarga dalam merawat
pasien masalah dan merawat pasien pasien, perawat dapat
2. Memfasilitasi mampu 2. Jelaskan proses menentukan langkah yang
pasien untuk menjelaskan cara terjadinya waham dapat dilakukan.
memenuhi merawat pasien 3. Jelaskan tentang 2. Dengan menjelaskan proses
kebutuhannya cara merawat pasien terjadinya waham keluarga
3. Mempertahank waham dapat mempunyai pemahaman
an program 4. Latih (simulasi) yang baik mengenai waham
pengobatan cara merawat sehingga dapat menerima
pasien secara 5. RTL keadaan anggota keluarganya.
optimal keluarga/jadwal 3. Tingkat pengetahuan keluarga
merawat pasien dapat meningkat sehingga
dapat membantu proses
penyembuhan pasien.
4. Latihan meningkatkan
keterampilan keluarga dalam
merawat klien.
5. RTL dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan membuat
perencanaan yang dapat
dilakukan kepada pasien.
Setelah.......pertem SP 2
uan keluarga 1. Evaluasi kegiatan 1. Dengan adanya evaluasi,
mampu yang lalu (SP.1) perawat dapat mengetahui
menyebutkan 2. Latih keluarga cara apakah intervensi dapat
kegiatan yang merawat (langsung dilanjutkan atau masih
sesuai dilakukan ke pasien) mempertahankan intervensi
dan mampu 3. RTL keluarga selanjutnya.
memperagakan 2. Latihan meningkatkan
cara merawat keterampilan keluarga dalam
merawat klien.
pasien 3. RTL dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan membuat
perencanaan yang dapat
dilakukan kepada pasien.

Setelah.....pertemua SP.3
n keluarga mampu 1. Evaluasi 1. Kemampuan keluarga yang di
mengidentifikasi kemampuan evaluasi dapat dijadikan tolak
masalah dan keluarga ukur untuk intervensi
mampu 2. Evaluasi selanjutnya
menjelaskan cara kemampuan pasien 2. Kemampuan pasien yang di
merawat pasien 3. RTL Keluarga : evaluasi dapat dijadikan tolak
 Follow up ukur untuk intervensi
 Rujukan selanjutnya.
3. RTL dapat digunakan untuk
mengevaluasi dan membuat
perencanaan yang dilakukan
kepada pasien.
6. Daftar Pustaka
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP ). Jakarta : Salemba
Medika.
Keliat, Budi A. (2006). Proses keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC.
Townsend M.C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri; Pedoman
Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai