Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

OLEH :

I Komang Gunawan (C2121121)


Ni Luh Putu Charisma Indiradewi (C2121122)
I Kadek Yoga Ari Surya (C2121123)
Ni Putu Ari Indriyani (C2121124)
Luh Ari Suantari (C2121125)
Ni Kadek Ratih Neoni (C2121126)
Ni Made Pradnya Putri (C2121127)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA USADA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Proses Pikir: Waham

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon
stimulus internal dan ekternal melalui proses interaksi atau informasi secara
akurat (Keliat, 2006).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan
tingkat intelektual dan latar belakang budaya, ketidakmampuan merespon
stimulus internal dan eksternal melalui proses iteraksi atau informasi secara
akurat (Yosep, 2009).
Waham adalah keyakinan terhadap sesuatu yang salah dan secara
kukuh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2010).

2. Faktor Predisposisi
Menurut Direja (2011), faktor predisposisi dari gangguan isi pikir,
yaitu:
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan menganggu hubungan interpersonal
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stres dan ansietas yang berakhir
dengan gangguan persepsi, klien menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham.
c. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda atau bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan.
d. Faktor biologis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran vertikel
di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
e. Faktor genetic

3. Faktor Presipitasi
Menurut Direja (2011) faktor presipitasi dari gangguan isi pikir:
waham, yaitu :
a. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Dopamine, norepineprin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang.
c. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.

4. Mekanisme Koping
1. Klien : identifikasi koping kekuatan dan kemampuan yang masih
dimiliki klien.
2. Sumber daya dan duungan sosial : pengetahuan keluarga, finansial
keluarga, waktu dan tenaga keluarga yang tersedia, kemampuan
keluarga memberikan asuhan.
5. Proses terjadinya
Menurut Yosep (2009), adapun proses terjadinya waham, yaitu:
a. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk
melakuakn kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial
dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self
ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang yang dianggap sangat cerdas, sangat
berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham
terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history).
b. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi mengahadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adequate karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan
hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
d. Fase environment support
Ada beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering diserati halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindari interkasi sosial (isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
menggung kayakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya kayakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta konsekuensi sosial.
6. Klasifikasi, Jenis dan Sifat Masalah
Proses berpikir meliputi 3 aspek yaitu bentuk pikiran, isi pikiran
dan arus pikiran. Menurut Kaplan, berfikir merupakan aliran gagasan,
symbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan, dimulai oleh suatu
masalah atau tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi pada
kenyataan.
a. Gangguan Bentuk Pikir
Dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari pemikiran
rasional, logic dan terarah pada tujuan.
1) Dereisme/ pikiran dereistik
Titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi antara proses
mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses
mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan,
logika atau pengalaman.
2) Pikiran otistik
Menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi adalah dari
dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham,
atau halusinasi. Cara berfikir seperti ini hanya akan memuaskan
keinginannya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
seitarnya yang tidak terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan
sekitarnya. Hidup dalam alam pikirannya sendiri.
3) Bentuk pikiran non realistic
Bentu pikiran yang sama sekali tidak berdasaran pada kenyataan,
mengambil sesuatu kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal.
b. Gangguan Arus Pikir
Yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran yang
timbul dalam berbagai jenis :
1) Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu ide, pikiran
atau tema secara berlebihan.
2) Asosiasi longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada
hubungannya satu sama lain, misalnya “saya mau makan semua
orang dapat berjalan-jalan”. Bila ekstrim, maka akan terjadi
inkoherensi.
3) Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu
kalimat pun sudah sulit ditangap atau diikuti maksudnya.
4) Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin
lambat sekali atau sangat cepat.
5) Benturan : piiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah
sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan mengapa ia
berhenti.
6) Logorea : banyak bicara, kata-kata dikeluaran bertubi-tubi
tanpa kontrol, mungkin koherent atau incoherent.
7) Pikiran melayang (flight of ideas) :perubahan yang mendadak
lagi cepat dalam pembicaraan, sehingga satu ide yang belum
selesai diceritakan sudah disusul oleh ide yang lain.
8) Asosiasi bunyi : mengucapkan perkataan yang mempunyai
persamaan bunyi, misalnya pernah disengar “saya mau makan”
diutarakan seakan berontak.
9) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tida dipahami
oleh umum, misalnya : saya radiitu, semua partinum.
10) Irelevansi : isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya
dengan pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
11) Pikiran berputar-putar (circumstantiality) : menuju secara tidak
langsung kepada ide pkok dengan menambahan banyak hal yang
remeh-remeh yang majemuk dan tidak relevan.
12) Main-main dengan kata-kata : membuat sejak secara tidak
wajar.
13) Afasi : mungkin sensori (tidak atau sukar mengerti biacara
orang lain) atau motorik (tidak dapat atau sukar bicara), sering
kedua-duanya sekaligus dan terjadi kerusakan otak.
c. Gangguan Isi Pikir
Dapat terjadi baik pada isi pikiran nonverbal maupun pada isi pikiran
yang diceritakan misalnya :
1) Kegembiraan yang luar biasa (ecstasy) : dapat timbul secara
mengambang pada orang yang normal selama fase permulaan
narkosa (anastesi umum)
2) Fantasi : isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diharapkan/ diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata.
3) Fobia : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau
keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien,
biarpun diketahui bahwa hal itu irasional adanya.
4) Obsesi : Isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul, biarpun
tidak dikendalikannya dan diketahui bahwa hal itu tidak wajar atau
tidak mungkin.
5) Preokupasi : Pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja yang
biasanya berhubungan dengan keadaan yang bernada emosional
yang kuat.
6) Pikiran yang tak memadai (Inadequate) : pikiran yang
ekstrinsik, tidak cocok dengan banyak hal, terutama dalam
pergaulan dan pekerjaan seseorang.
7) Pikiran bunuh diri (Suicide thoughts / ideation) : mulai dari
kadang-kadang memikirkan hal bunuh dari sampai terus menerus
memikirkan cara bagaimana ia dapat membunuh dirinya
8) Pikiran hubungan : pembicaraan orang lain, benda-benda, atau
sesuatu kejadian dihubungkan dengan dirinya.
9) Rasa terasing (aleanasi) : perasaan bahwa dirinya sudah
menjadi lain, berbeda asing, umpamanya heran, siapakah dia itu
sebenarnya, rasanya ia berbeda sekali dengan orang lain.
10) Pikiran isolasi sosial (social isolation) : rasa terisolasi, tersekat,
terkunci, terpencil dari masyarakat, rasa ditolak, tidak disukai
orang lain, rasa tidak enak bila berkumpul dengan orang lain, lebih
suka menyendiri.
11) Pikiran rendah diri : Merendahkan, menghinakan dirinya
sendiri, menyalahkan dirinya tentang suatu hal yang pernah atau
tidak pernah dilakukannya.
12) Merasa dirugikan oleh orang lain : menghina atau menyangka
ada orang lain yang telah merugikannya, sedang mengambil
keuntungan dari dirinya, atau sedang mencelakakannya.
13) Merasa dirinya dalam bidang seksual : acuh tak acuh tentang
hal seksual, kegairahan seksual berkurang secara umum
(hiposeksualitas).
14) Rasa salah : sering mengatakan ia telah bersalah; ini bukanlah
waham dosa.
15) Pesimisme : mempunyai pandangan yang suram mengenai
banyak hal pada bidangnya.
16) Sering curiga : mengutarakan ketidakpercayaannya kepada
orang lain; buan waham curiga.
17) Waham : keyakinan tentang sesuatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataannya atau tidak cocok dengan intelegensi
dan latar belakang kebudayaannya, biarpun dibutikan kemustahilan
hal itu.

Menurut Direja (2011) dan Azizah (2011), adapun jenis-jenis


waham, yaitu :
a) Waham Kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau berlebihan yang berbeda dengan orang lain,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
b) Waham Agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
c) Waham Curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
d) Waham Somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
e) Waham Nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
f) Waham Dosa
Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salah atau
berbuat dosa atau perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g) Waham yang bizar terdiri dari:
1) Sisp pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran
orang lain disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
2) Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide
dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak pernah
secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien bahwa
pikiran, emosi dan perbuatannya selalu
dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan di luar dirinya yang
aneh.

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2006), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2
golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).

2) Golongan kedua (atypical)


Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone
(Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine
(Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat
diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai
tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan
jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam
ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran
listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009).

d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).

8. Rentang Respon Sosial


Menurut Stuart and Sundeen (2010) waham merupakan salah satu
respon persepsi paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi.
Rentang respon tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Respon Adaptif Respon maladaptif

Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses


pikir / delusi / waham
Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosi Sulit berespon emosi
dengan pengalaman berlebihan atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau Perilaku disorganisasi
tidak biasa
Berhubungan sosial Menarik diri Isolasi sosial

Dari rentang respon neurobiologik diatas digambarkan bahwa bila


klien/individu mendapat suatu stressor maka individu akan berespon
menuju respon adaptif maupun respon maladaptif. Bila individu berespon
adaptif, cenderung dapat berpikir logis, persepsi akurat, emosi konsisten
dengan pengalaman, perilaku sesuai dan dapat berhubungan sosial. Bila
individu berespon antara respon adaptif dan maladaptif maka akan
menimbulkan pemikiran kadang – kadang menyimpang, ilusi, reaksi
emosional berlebihan atau berkurang, perilaku ganjil dan menarik diri.
Namun bila individu berespon maladaptif maka cenderung mengalami
kelainan pemikiran/delusi/waham, halusinasi, ketidakmampuan untuk
mengalami emosi, ketidakteraturan dan isolasi sosial.
III.
a. Pohon Masalah
Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien
dengan waham adalah sebagai berikut:
Risiko Perilaku Effect

Kekerasan Gangguan proses Core Problem

Pikir: Waham Causa

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Kronik

b. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
gangguan isi pikir: waham (Fitria, 2009), adalah:
a. Gangguan proses pikir: waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik
Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan isi
pikir: waham (Fitria, 2009 dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1) Klien mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang paling hebat
2) Klien mengatakan bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan
khusus.
b. Data obyektif
1) Klien terus berbicara tentang kemampuan yang dimilikinya.
2) Pembicaraan klien cenderung berulang-ulang
3) Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
IV. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir: Waham

V. Rencana Keperawatan ( terlampir )


DIAGNOSA PERENCANAAN
INTERVENSI
KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI
Gangguan proses 1. Klien dapat 1. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 1 :
pikir: waham membina hubungan setiap kali intraksi selama 15 menit, 1. Bina hubungan saling percaya dengan
menggunakan prinsip komunikasi terapeutik :
saling percaya. klien menunjukkan ekspresi wajah
a. Sapa klien dengan nama baik verbal
bersahabat, menunjukkan rasa maupun non verbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
senang, ada kontak mata, mau
c. Tanyakan nama lengkap klien dan
berjabat tangan, mau menyebutkan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan
nama, mau menjawab salam, mau
e. Jujur dan menepati janji
duduk berdampingan dengan f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien
apa adanya.
perawat, mau mengutarakan masalah
g. Berikan perhatian kepada klien dan
yang dihadapi perhatikan kebutuhan dasar
2. Klien dapat 2. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 2 :
mengidentifikasi
1. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan
perasaan yang setiap kali intraksi selama 15 menit
pikirannya.
muncul secara
2. Diskusikan dengan klien pengalaman yang
berulang dalam dapat menceritakan ide-ide dan
dialami selama ini.
pikiran klien,
3. Dengarkan pernyataan klien dengan empati tanpa
perasaan yang muncul secara
mendukung/menentang pernyataan wahamnya
berulang dalam pikirannya.

3. Klien dapat 3. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 3


mengidentifikasi setiap kali intraksi selama 15 menit 1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang
tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi
stressor/pencetus klien dapat menyebutkan kejadian-
faktor pencetus wahamnya.
wahamnya, kejadian sesuai dengan urutan 2. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-
kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut,
waktu serta harapan/kebutuhan
cemas maupun perasaan tidak dihargai.
dasar yang tidak terpenuhi, seperti : 3. Diskusikan kebutuhan/harapan yang belum
terpenuhi.
harga diri, rasa aman dan
4. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi
sebagainya. kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian
traumatik.
Dapat menyebutkan hubungan
5. Diskusikan dengan klien antara kejadian
antara kejadian traumatis atau traumatik dengan wahamnya.
kebutuhan tidak terpenuhi dengan
wahamnya.
4. Klien dapat 4. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 4 :
mengidentifikasi setiap kali intraksi selama 15 menit 1. Bantu klien mengidentifikasi keyakinan yang
salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah
wahamnya, klien dapat menyebutkan
siap) :
perbedaan pengalaman nyata a. Diskusikan dengan klien
pengalaman wahamnya tanpa
dengan pengalaman wahamnya
beragumentasi.
b. Katakan kepada klien akan keraguan
perawat terhadap pernyataan klien.
c. Diskusikan dengan klien respon perasaan
terhadap wahamnya.
d. Bantu klien membedakan situasi nyata
dengan situasi yang dipersepsikan salah
oleh klien.
5. Klien dapat 5. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 5 :
mengidentifikasi setiap kali intraksi selama 15 menit 1. Diskusikan dengan klien pengalaman-
pengalaman yang tidak menguntungkan sebagai
konsekuensi dari klien dapat menjelaskan gangguan
akibat dari wahamnya.
wahamnya, fungsi hidup sehari-hari yang 2. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah
masalah yang membutuhkan bantuan orang lain.
diakibatkan ide-ide/pikirannya
3. Diskusikan dengan klien orang/tempat ia
yang tidak sesuai dengan meminta bantuan apabila wahamnya timbul/sulit
dikendalikan.
kenyataan.
6. Klien dapat 6. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 6 :
melakukan tehnik setiap kali intraksi selama 15 menit 1. Diskusikan hobi/ aktivitas yang disukainya.
2. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas
distraksi sebagai klien dapat melakukan melakukan
yang membutuhkan perhatian dan ketrampilan
cara menghentikan aktivitas yang konstruktif sesuai fisik.
3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang
pikiran terpusat pada dengan minatnya yang dapat
membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu.
wahamnya, mengalihkan fokus klien dari 4. Libatkan klien dalam TAK orientasi realita.
5. Beri reinforcement positif setiap upaya klien yang
wahamnya.
positif.
7. Klien dapat 7. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 7 :
dukungan keluarga, setiap kali intraksi selama 15 menit 1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga
sebagai pendukung untuk mengatasi waham.
klien dapat menjelaskan tentang :
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu
pengertian waham, tanda dan klien mengatasi waham.
3. Jelaskan kepada keluarga tentang : pengertian,
gejala waham, penyebab dan akibat
tanda dan gejala, penyebab dan akibat, cara
merawat klien waham.
waham, cara merawat klien waham 4. Latih keluarga cara merawat klien waham
5. Beri pujian kepada keluarga atas ketelibatannya
dan dapat mempraktekan cara
merawat klien.
merawat klien waham.

8. Klien dapat 8. Setelah 3 kali interaksi dengan SP 8 :


setiap kali intraksi selama 15 menit
memanfaatkan obat 1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
klien dapat menyebutkan manfaat
kerugian tidak minum obat.
dengan baik. minum obat, kerugian tidak minum
2. Pantau klien saat penggunaan obat.
obat, efek samping dan efek terapi.
3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan
Klien dapat mendemonstrasikan
benar.
penggunaan obat dengan benar.
4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
Klien dapat menyebutkan akibat
konsultasi dengan dokter.
berhenti minum obat tanpa
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
konsultasi dokter.
dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
VI. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan

pada klien (keliat, dkk 2009)

Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan waham yaitu :


1. Klien dapat mengontrol wahamnya.
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

2. Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran

klien.

3. Klien dapat mengidentifikasi stressor atau pencetus wahamnya ( triggers faktor ).

4. Klien dapat mengidentifikasi wahamnya.

5. Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi dari wahamnya.

6. Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran yang

terpusat pada wahamnya.

7. Klien mendapat dukungan keluarga.

8. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.


ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. K Umur : 30 Tahun
Tanggal MRS : 7 September 2022 No. CM : 667789
Alamat : Jl. Surapati Denpasar Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : BelumMenikah Pekerjaan : Tidak Bekerja
Sumber Data : Pasien dan Keluarga
Bentuk Tubuh : Kurus

II. ALASAN MASUK


Alasan klien masuk adalah karena klien meresahkan masyarakat, bicara terus-menerus,
menghancurkan barang-barang, merasa dirinya adalah calon bupati, gubernur dan merasa
dirinya paling hebat. Klien tampak inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis,
tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti, mudah marah dan mudah
tersinggung.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
( √ ) ya, tahun 2020 ( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya di RSJ Bangli
3. Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya Fisik - - - -
Aniaya Seksual - - - -
Penolakan - - - -
Kekerasan Dalam Keluarga - - - -
Tindakan Kriminal - - - -
Jelaskan :
Keluarga klien mengatakan pernah masuk RSJ sebelumnya pada tahun 2020, keluarga
klien mengatakan sudah mengalami hal seperti ini sejak 2 tahun yang lalu dan sudah
berulang kali diantar keluarga kerumah sakit jiwa. Klien tidak pernah mengalami
aniaya fisik, aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan
kriminal.
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?
( ) ya ( √ ) tidak
5. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Keluarga klien mengatakan bahwa klien terkena PHK karena dampak dari pandemi
Covid-19. Akibat dari itu klien merasa sedih karena tidak dapat melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi karena keterbatasan biaya, klien merasa malu
dan merasa bahwa hidupnya menjadi terbengkalai.

IV. FAKTOR PREPITASI


Keluarga klien mengatakan klien sering merasa cemas jika tidak ada keluarga atau orang
terdekat di sekitar klien sehingga klien sering berteriak dengan suara yang keras.

V. PERSEPSI DAN HARAPAN KLIEN DAN KELUARGA


1. Persepsi Klien Atas Masalahnya
Klien mengatakan merasa malu dan kurang percaya diri dengan kondisinya saat ini
2. Persepsi Keluarga Atas Masalahnya
Keluarga klien mengatakan apa yang terjad pada klien adalah takdir yang tidak bisa
dihindari
3. Harapan Klien Sehubungan Dengan Pemecahan Masalah
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan dapat bekerja seperti dulu
4. Harapan Keluarga Sehubungan Dengan Pemecahan Masalah
Keluarga klien berharap agar klien segera sembuh dan dapat beraktivitas seperti
sebelum sakit

VI. KOPING DAN HARAPAN KLIEN/KELUARGA


1. Koping Klien Terhadap Masalah Yang Dihadapi
Klien mengatakan merasa malu dan kurang percaya diri dengan kondisinya saat ini.
Klien merasa tidak berguna dan terkadang mengurung diri di kamar.
2. Koping Keluarga Terhadap Masalah Yang Dihadapi Klien
Keluarga pasien mengatakan selalu mengontrol pemberian obat kepada klien dan
selalu kontrol ke RSJ bila sakit yang diderita pasien kumat.

VII. PEMERIKSAAN FISIK

1. TD: 130/80 N: 80X/menit S: 36,2oC P: 22X/Menit

2. BB: 75 kg TB: 175 cm

3. Keluhan Fisik: Klien mengatakan tidak memiliki keluhan fisik

VIII. KELUARGA

GENOGRAM

KETERANGAN:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Tinggal serumah
1. Pola Pengambilan Keputusan

Dalam keluarga klien yang berhak mengambil keputusan adalah ayah klien

2. Persepsi Peran dalam Keluarga

Klien mengatakan perannya sebagai anak

3. Persepsi Kemampuan Keluarga

Ayah klien mengatakan untuk saat ini masih bisa merawat klien

IX. PSIKOSOSIAL

1. Konsep Diri

Citra Tubuh: Klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada yang cacat

Ideal Diri: Klien merasa malu karena klien dirawat di RSJ dan ingin cepat pulang ke

rumah. Dia sangat malu hanya lulus SD

Harga diri: Klien mengatakan merasa malu berada di RSJ dan merasa bosan dan sedih

Identitas: Klien anak tunggal, klien hanya lulusan SD yang saat ini tidak memiliki

pekerjaan

Peran: Klien berperan sebagai anak

2. Hubungan Sosial

Klien mengganggap bahwa keluarganya adalah orang yang sangat berarti dalam

hidupnya, terutama orangtuanya dan abang sepupunya. Klien tidak mengikuti

kegiatan di kelompok/masyarakat. Klien mengatakan mempunyai berhubungan baik

dengan orang lain dan teman-temannya

3. Spiritual

Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Hindu dan yakin dengan agamanya.

Kegiatan Ibadah : Klien ikut melakukan ibadah selama dirawat

4. Status Mental
Penampilan: Klien rapi dan bersih, klien mandi 2x sehari menggunakan shampo dan

sabun dan menggosok gigi nya.

Pembicaraan: Klien saat diberikan pertanyaan kadangkadang menjawab tidak

nyambung.

Masalah keperawatan: Waham (Waham Kebesaran)

5. Aktivitas Motorik: Klien tampak tegang ketika diajak berkomunikasi, Masalah

keperawatan: Waham (Waham Kebesaran)

6. Alam Perasaan: Klien sedih karena tinggal di RSJ terlebih keluarga jarang datang

menjenguk. Klien sangat rindu dengan keluarganya, Masalah keperawatan : Harga

Diri Rendah

7. Afek: Afek klien datar, klien menjawab pertanyaan dari perawat

Interaksi selama wawancara: Selama komunikasi, klien selalu mempertahankan

bahwa dirinya adalah seorang artis Andi Lau dan Ultraman

8. Persepsi: Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensori

9. Proses Pikir: Klien berfikir seperti Flight of idea. Klien pada saat di ajak berbicara

tidak nyambung, menjawabnya tidak tepat pada fokus pertanyaan dari pembicaraan,

Masalah keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)

10. Isi Pikir: Klien mengatakan terobsesi menjadi seorang artis yaitu Andi Lau dan

Ultraman. Klien merasa dirinya ganteng, Masalah keperawatan : Waham (Waham

Kebesaran)

11. Tingkat kesadaran: Klien tampak bingung dengan sekelilingnya karena teman-

temannya bukan artis dan ultraman, Masalah keperawatan : Waham (Waham

Kebesaran)

12. Memori: Klien tidak ada gangguan daya ingat. Klien mampu mengingat suatu hal.

13. Tingkat konsentrasi berhitung : Klien mampu berkonsentrasi cukup baik dan klien

mampu berhitung sederhana tanpa bantuan orang lain


14. Kemampuan penilaian: Klien mampu menilai mana yang lebih diutamakan dalam

mengambil keputusan

15. Daya tilik diri: Klien merasa bahwa dirinya adalah seorang artis dan ultraman

walaupun dia bukanlah seorang tokoh seperti yang ia katakana, Masalah

keperawatan : Waham (Waham Kebesaran)

X. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan, Minum, BAB/BAK

Pasien dapat mengambil makan dan minum dan dapat kekamar mandi untuk

BAB/BAK.

2. Mandi, berpakaian/berhias

Pasien mengatakan dapat mandi dan berpakaian secara mandiri

3. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : 13.00 WIB s/d 16.30 WIB, tidur malam lama : 22.00 WIB s/d 05.00

WIB, kegiatan sebelum/sesudah : sembahyang

XI. MEKANISME KOPING

Klien mampu berbicara dengan orang lain dengan baik, klien juga mampu berolahraga. Pada

saat diajak berbicara reaksi lambat/berlebih

XII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Klien mengatakan bahwa ia tidak tamat SD, Klien mengatakan pernah gagal dalam

pekerjaannya

XIII. ASPEK MEDIK

Diagnosa medis : Skizofrenia Paranoid Terapi medis yang diberikan: Resperidon tablet 2 mg

3x1 , Depakote tablet 3x1


B. Analisis Data

No Data Masalah Keperawatan


1 Subjektif : Gangguan Proses Pikir
Klien merasa dirinya adalah calon bupati, : Waham (Waham
Kebesaran)
gubernur dan merasa dirinya paling hebat.
Objektif :
Klien tampak bingung, banyak bicara dan
hiperaktif. Klien tampak inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti, mudah marah dan mudah
tersinggung.
C. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir : Waham (Waham Kebesaran)

D. Pohon Masalah
Kerusakan Komunikasi Verbal

Perubahan proses pikir: Waham

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri

Rendah
Koping Individu Inefektif

E. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan Proses Pikir : Sp1:
Waham (Waham Kebesaram) Latihan orientasi realita :
Subjektif : orientasi orang, tempat, dan
Klien merasa dirinya adalah waktu serta lingkungan sekitar
calon bupati, gubernur dan Sp2:
merasa dirinya paling hebat Minum obat secara teratur
Sp 3:
Melatih cara pemenuhan
Objektif : kebutuhan dasar
Klien tampak bingung, banyak Sp 4:
bicara danhiperaktif. Klien Melatih kemampuan positif yang dimiliki
tampak inkoheren (gagasan
satu dengan yang lain tidak
logis, tidak berhubungan,
secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti, mudah marah dan
mudah tersinggung.
F. Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

Hari/tgl Implementasi Evaluasi


Kamis 7 1. Data : S : Senang
September Tanda dan gejala : banyak O:
2022 berbicara, hiperaktif, wajah - Klien mampu
Pukul tegang, bingung, inkoheren, melakukan latihan
10:00 WIB flight of idea. merasa dirinya orientasi realita :
adalah calon bupati, gubernur panggil nama, waktu,
dan merasa dirinya paling hebat. orang dan
tempat/lingkungan
.
dengan mandiri
Diagnosa Keperawatan
Klien mampu
Waham
mimum obat secara
teratur dan mampu
2. Tindakan keperawatan:
menyebutkan
Sp 1 Waham :
manfaat dari obat
- Mengidentifikasi penyebab, tanda
yang di minum dan
dan gejala, serta akibat dari
waktu minum obat
waham
dengan bantuan
- Menjelaskan cara
A : Waham (+)
mengendalikan waham dengan
orientasi realita: panggil nama,
P : Latihan :
orientasi waktu, orang dan
- Orientasi realita :
tempat/lingkungan.
panggil nama,
- Melatih klien orientasi realita
orientasi waktu,
: panggil nama, orientasi
orang dan
waktu, orang dan
tempat/lingkungan.
tempat/lingkungan.
- Minum obat secara
teratur 3x1
Sp 2 Waham :
- Risperidon 2 mg (3 x
- Minum obat secara teratur
1)Depakote 250mg
- Menjelaskan tentang obat
yang diminum (6 benar)
- Mendiskusikan manfaat minum (3x1)
obat dan kerugian tidak minum
obat dengan klien
- Melatih klien cara minum
obat secara teratur
RTL :
Sp 3 Waham
1. Menjelaskan cara memenuhi
kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi akibat wahamnya
dan kemampuan memenuhi
kebutuhannya
2. Melatih cara memenuhi
kebutuhan dasar klien
yangtidak terpenuhi akibat
wahamnya dan kemampuan
memenuhi
kebutuhannya
Jumat 8 1. Data : S : Senang
September Tanda dan gejala : banyak O:
2022 berbicara, hiperaktif, wajah - Klien mampu
Pukul tegang, bingung, inkoheren, memenuhi kebutuhan
10:00 WIB flight of idea. merasa dirinya dasar dengan mandiri
adalah calon bupati, gubernur seperti :
dan merasa dirinya paling hebat. - Makan 3xsehari

- Mandi 2xsehari
Sp 3 Waham - Olahraga 2xsehari
1. Menjelaskan cara memenuhi A : Waham (+)
kebutuhan klien yang tidak
terpenuhi akibat wahamnya P:
dan kemampuan memenuhi - Pemenuhan
kebutuhannya kebutuhan dasar
2. Melatih cara memenuhi :
- Makan 3xsehari
kebutuhan dasar klien yang - Mandi 2xsehari
tidak terpenuhi akibat - Olahraga 2xsehari
wahamnya dan
kemampuan
memenuhi kebutuhannya
4.RTL:
Sp 4 Waham
- Menjelaskan kemampuan
positif yang dimiliki
klien
- Mendiskusikan kemampuan
positif yang dimiliki klien
- Melatih kemampuan
positif yang dipilih
Sabtu 9 1. Data : S : Senang
September O:
2022 - Klien mampu
Pukul
10:00 WIB melakukan kemampuan
Tanda dan gejala : banyak berbicara,
positif yang dimiliki
hiperaktif, wajah tegang, bingung,
dengan motivasi
inkoheren, flightof idea. merasa
- Menggambar
dirinya adalah calon bupati, gubernur
- Menulis cerita
dan merasa dirinya paling hebat.
- Menyanyi
2. Diagnosa Keperawatan:
A : Waham (+)
Waham
3. Tindakan keperawatan:
Sp 4 Waham
P:
- Menjelaskan kemampuan
- Pasien melakukan
positif yang dimiliki
kemampuan positif
klien
yang dimiliki :
- Mendiskusikan kemampuan
- Menggambar
positif yang dimiliki klien
- Menulis cerita
- Melatih kemampuan
- Menyanyi
positif yang dipilih
RTL :
Waham : Follow up dan evaluasi
SP 1-4 Waham
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.

Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stuart dan Sunden, 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed 5. Jakarta. EGC

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditam

Anda mungkin juga menyukai