Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULAN

WAHAM

Disusun Oleh:
DESY LESTARI SARAGIH
NIM P1337420921055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2021
LAPORAN PENDAHULAN

WAHAM

A. Proses TerjadinyaMasalah
1. Defenisi Waham
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian
realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz, 2003).
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat
terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Keliat, 2006).
Yoseph (2009) menyatakan bahwa waham merupakan suatu
keyakinan tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau
tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang kebudayaannya,
keyakinan tersebut dipertahankan secara kokoh dan tidak dapat diubah-
ubah.
2. Proses TerjadinyaWaham
Aziz (2003) menyatakanbahwa proses terjadinya waham dibagi menjadi
enam yaitu :
a. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang (life span
history).
b. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal  yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak
sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien
adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,
kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi
sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya
toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi  tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
d. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran
karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya
kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (Super Ego) yang
ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial (Isolasi sosial).
f. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap
waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham
yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
3. Etiologi
Aziz (2003)mengemukakan bahwa etiologi waham dapat dijelaskan
melalui 3 teori, yaitu:
a. Teori psikodinamika
Perkembangan emosi lambat kurangnya perhatian Ibu yang
menyebabkan kehilangan perlindungan dan gagal membuktikan rasa
percaya dengan orang lain, sehingga individu selalu hati-hati dalam
mengucapkan gangguan harga diri, kehilangan kontrol, takut / cemas,
sikap curiga terhadap orang lain dan sikap umum yang digunakan yatu
proyeksi.
b. Teori dinamika keluarga
Beberapa teori percaya bahwa orang yang paranoid mempunyai orang
tua yang berkarakter keras, banyak permintaan dan yang ingin
segalanya sempurna, sering marah, mengutamakan kepertingan
pribadi, mencurigai individu, sehingga pengalaman yang didapat dari
dulunya akan mempengaruhi kepribadian seseorang.
c. Teori biologi
Muncul karena adanya berapa kekuatan atau pengaruh dari beberapa
penyakit individu yang keluarganya mempunyai gejala penyakit yang
sama, contohnya: pad anak kemabar, jika salah satu terkena
skizofrenia, maka 58 % kemungkinan akan terkena pada anak yang
satunya.
4. Tanda dan Gejala
Kusumawati dan Hartono (2010) menyatakan bahwa ada beberapa tanda
dan gejala waham, yaitu:
a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan
pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial).
b. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi.
c. Fungsi emosi
Afek tumpul ataukurang respon emosional, afek datar, afek tidak
sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen.
d. Fungsi motorik
e. Imfulsif ataugerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik
ataugerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi
stimulus yang jelas, katatonia.
f. Fungsi sosial : kesepian
g. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.
h. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering
muncul adalah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi
sensori : halusinasi.
B. a. PohonMasalah
Masalah keperawatan untuk kasus di atas dapat digambarkan dalam
pohon masalah berikut.

Akibat Kerusakankomunikasi verbal Resikomencederaidirisendiri,


orang lain danlingkungan

Gangguan proses pikir:


MasalahUtama
Defisitperawatand
iri:
Gangguankonsepdiri: mandi&berhias
Penyebab
HargaDiriRendah

b. MasalahKeperawatandan data yang perlu dikaji:


Dari pohonmasalah di atas di dapatmasalahkeperawatanberikutini:
1. Resiko mencederai diri
2. Gangguan proses pikir: waham
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Gangguan konsepdiri: HDR
5. Defisit Perawatan Diri: mandi dan berhias.

Data yang perludikaji MasalahKeperawatan


a. Data Subjektif Gangguan proses
1. Klienmengatakanbahwadirinyaadalah orang yang pikir: Waham
paling hebat.
2. Klienmengatakanbahwaiamemilikikebesarankeku
asaankhusus
b. Data Objektif
1. Klienterusberbicaratentangkemampuan yang
dimilikinya.
2. Pembicaraankliencenderungberulang-ulang.
3. Isi pembicaraantidaksesuidengankenyataan.

C. Diagnosis Keperawatan:
Diagnosis keperawatandaripohonmasalahadalah:
1. Gangguan proses pikir: Waham
D. Rencanatindakankeperawatan
Rencanatindakankeperawatankesehatanjiwauntukkliendenganmasalahutamaga
ngguansensori/persepsi: halusinasipendengaran, yaitu:
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
NO DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN
DX KEPERAWATAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI RASIONAL
1. Gangguan proses TUM
pikir: Waham Kliendapatmelakuka
nkomunikasi.

TUK 1 1.1 Klienmaumembalassala 1.1.1 Binahubungansalingpercayadenga 1.1 Hubungansalingperca


Kliendapatmembina m, maumenjabattangan, nklien: berisalamterapeutik yamerupakandasarunt
hubungansalingperc klienmaumenyebutkanna (panggilnamaklien), ukkelancaranhubunga
aya ma, klienmautersenyum, sebutkannamaperawat, ninteraksinya.
klienmaukontakmata, jelaskantujuaninteraksi,
klienmaumengetahuina ciptakanlingkungan yang tenang,
maperawat buatkontrak yang jelas.
1.1.2 Janganmembantahdanmendukung
wahamklien :
 Katakanperawatmenerimakey
akinanklien :
“sayamenerimakeyakinanand
a”disertaidenganekspresimen
erima.
 Katakana
perawattidakmendukung :
“sukarbagisayauntukmemper
cayainya”
disertaiekspresiragutapiempat
i.
 Tidakmembicarakanisiwaham
klien.
1.1.3 Yakinkanklienberadadalamkeada
anamandanterlindung
 Andaberada di tempataman,
kami akanmenemanianda.

 Gunakanketerbukaandankejuj
uran
 Jangantinggalkankliensendiri
an.
1.1.4 Observasiapakahwahamklienmen
ggangguaktifitassehari-
haridanperawatandiri.

TUK 2 2.1 Klienmampumengident 2.1.1 Beripujianpadapenampilandanke 2.1 Denganmengetahuike


Kliendapatmengiden ifikasikemampuan mampuanklien yang realistis. mampuan yang
tifikasikemampuan yang dimiliki. 2.1.2 Diskusikandenganklienkemampu dimilikiklien,
yang dimiliki. an yang makaakanmemudahk
dimilikipadawaktulaludansaatini anperawatuntukmeng
yang realistis (hati- arahkankegiatan yang
hatiterlibatdiskusitentangwahamk bermanfaatbagikliend
lien). aripadahanyamemikir
2.1.3 Tanyakanapa yang kannya.
biasadilakukan
(kaitkandenganaktivitassehari-
haridanperawatandiri)
kemudiananjurkanuntukmelakuka
nnyasaatini.
2.1.4 Jikaklienselaluberbicaratentangw
ahamnya,
dengarkansampaikebutuhanwaha
mtidakada.
Perawatperlumemperhatikanbahw
aklienpenting.

TUK 3 3.1 Klienmampumengident 3.1.1 Observasikebutuhankliensehari- 3.1 Denganmengetahuike


Kliendapatmengiden ifikasikebutuhan yang hari. butuhanklien yang
tifikasikebutuhan tidakterpenuhi. 3.1.2 Diskusikankebutuhanklien yang belumterpenuhiperaw
yang tidakterpenuhi tidakterpenuhibaikselama di atdapatmerencanakan
rumahmaupun di rumahsakit (rasa untukmemenuhinyada
takut, ansietas, marah) nlebihmemperhatikan
3.1.3 Hubungkankebutuhan yang kebutuhankientersebu
tidakterpenuhidantimbulnyawaha tsehunggaklienmerasa
m. nyamandanaman.
3.1.4 Tingkatkanaktivitas yang
dapatmemenuhikebutuhanklienda
nmemerlukanwaktudantenaga
(aktivitasdapatdipilihbersamaklie
n, jikamungkinbuatjadwal)
3.1.5 Atursituasi agar
klienmempunyaiwaktuuntukmeng
gunakanwahamnya.
TUK 4 4.1 Klienmampumengungk 4.1.1 Berbicaradengankliendalamkonte 4.1 Menghadirkanrealitasd
Kliendapatberhubun apkankeyakinannyases ksrealitas (realitasdiri, realitas apatmembukapikiranb
gandenganrealitas. uaidengankenyataan. orang lain, tealitastempat, ahwarealitaitulebihben
danrealitaswaktu) ardaripadaapa yang
4.1.2 Sertakankliendalamterapiaktivitas dipikirkankliensehingg
kelompokorientasirealitas akliendapatmenghilang
4.1.3 Berikanpujianpadatiapkegiatanpo kanwaham yang ada.
sitif yang dilakukanklien.
TUK 5 5.1 Keluargakliendapat : 5.1.1 Diskusikandengankeluarga : 5.1 Dukungandanperhatian
Kliendapatdukungan  Menyebutkancarame  Gejalawaham keluargadalammerawat
keluarga. rawatkliendenganwa  Cara merawatnya klienakanmambentu
ham  Lingkungankeluarga proses
 Mengungkapkan  Follow-updanobat. penyembuhanklien.
rasa 5.1.2 Anjurkankeluargamelaksanakan5.
puasdalammerawatk 1.1denganbantuanperawat.
lien.
TUK 6 6.1 Kliendapatmenyebutka 6.1.1 Diskusikandengankliendankeluar 6.1 Penggunaanobat yang
Kliendapatmenggun nobat-obat yang gatentangobat, dosis, frekuensi, secarateraturdanbenara
akanobatdenganbena diminumdankegunanny efeksamping, kanmempengaruhi
r. a (jenis, waktu, dosis, danakibatpenghentian. proses
efek ). 6.1.2 Diskusikanperasaankliensetelahm penyembuhandanmem
akanobat. berikanefekdanefeksa
6.1.3 Berikanobatdenganprinsip 5 mpingobat.
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz.(2003). PedomanAsuhanKeperawatanJiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino


Gondoutomo.

Keliat, Budi Anna. (2006). Proses KeperawatanKesehatanJiwa.


Jakarta:Penerbitbukukedokteran EGC.

Kusumawati dan Hartono. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta: Salemba.

Yoseph.(2009). KeperawatanJiwa. Bandung: RefikaAditama.

Anda mungkin juga menyukai