Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang menyebabkan terjadinya gejala


perangsangan meningen seperti sakit kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan jumlah
leukosit pada liquor cerebrospinal (LCS). Berdasarkan durasi dari gejalanya, meningitis dapat
dibagi menjadi akut dan kronik. Meningitis akut memberikan manifestasi klinis dalam rentang
jam hingga beberapa hari, sedangkan meningitis kronik memiliki onset dan durasi berminggu-
minggu hingga berbulan-bulan. Pada banyak kasus, gejala klinik meningitis saling tumpang
tindih karena etiologinya sangat bervariasi.

Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial akut merujuk
kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki onset gejala meningeal dan
pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidis, Haemophilus influenzae. Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis
seperti Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.

Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon selular nonpiogenik
yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda. Penderita biasanya menunjukkan gejala
meningeal akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa
pemeriksaan laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan berasal
dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus (HSV).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari meningitis TB?


2. Apakah etiologi dari meningitis TB?

3. Apakah patofisiologis dari meningitis TB?

4. Apakah manifestasi klinis dari meningitis TB?

5. Apakah penatalaksanaan medis dari meningitis TB?

6. Apakah penatalaksaan keperawatan dari meningitis TB?

7. Apakah pemeriksaan rangsangan meningeal dari meningitis TB?

8. Apakah pemeriksaan penunjang dari meningitis TB?

9. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari meningitis TB

2. Untuk mengetahui etiologi dari meningitis TB

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari meningitis TB

4. Untuk mengetahui manifestasi dari meningitis TB

5. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari meningitis TB

6. Untuk menngetahui apa saja keperawatan dari meningitis TBUntuk menngetahui apa saja
pemeriksaan rangsangan meningeal dari meningitis TB

7. Untuk menngetahui pemeriksaan penunjang dari meningitis TB

8. Untuk menngetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya


meningitis

9. Untuk menngetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

A. PENGERTIAN

Meningitis adalah inflamasi lapisan di sekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan
oleh bakteria atau virus. Meningitis diklasifikasikan sebagai meningitis septik atau aseptic.
Bentuk aseptic mungkin merupakan dampak primer atau sekunder dari limfoma, leukemia, atau
HIV. Bentuk septik disebabkan oleh bakteria seperti streptococcus pneumonia dan Neisseria
meningitides.

Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis Tuberculosis adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua
selaput meningen di sekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh kuman
Tuberculosa.

B. ETIOLOGI

Penyebab utama terjadinya meningitis TB adalah kuman Mycobacterium Tuberculosa varian


homoris. Meningitis TB adalah radang selaput otak akibat komplikasi TB primer. Meningitis
tuberculosa merupakan akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru.

3
Terjadinya meningitis bukannya karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudia pecah kedalam rongga arachnoid.

Pada pemeriksaan hitologis, merupakan meningoensefalitis. Peradangan ditemukkan


sebagian besar pada dasar otak, terutama pada batang otak tempat terdapat eksudat dan tuberkel.
Eksudat yang serofibrinosa dan gelatinosa dapat menimbulkan obstruksi pada sisterna basalis
dan mengakibatkan hidrocepalus serta kelainan pada syaraf otak.

C. MANIFESTASI KLINIS
 Sakit kepala dan demam sering kali menjadi gejala awal; demam cendrung tetap
tinggi selama proses penyakit; sakit kepala biasanya tidak kunjung hilang atau
berdenyut dan sangat parah akibat iritasi meningeal.
 Iritasi meningeal memunculkan sejumlah tanda lain yang dikenali dengan baik
sebagai tanda umum semua jenis meningitis:
 Kaku duduk adalah tanda awal
 Tanda kernig positif: ketika berbaring dengan paha difleksikan pada abdomen,
pasien tidak dapat mengekstensikan tungkai secara komplet.
 Tanda brudzinski positif: memfleksikan leher pasien menyebabkan fleksi lutut
dan pinggul; fleksi pasif pada ekstremitas bawah di satu sisi tubuh menghasilkan
pergerakan yang serupa di ekstremitas sisi lain.
 Fotofobia (sensivitas terhadap cahaya) biasa terjadi.
 Ruam (N. Meningitidis): berkisar dari ruam petekie dengan lesi purpura sampai
area ekimosis yang luas
 Disorientasi dan gangguan memori; manifestasi perilaku juga sering terjadi. Saat
penyakit berlanjut, pasien dapat mengalmai latergi, tidak responsive, dan koma.
 Kejang dapat terjadi dan merupakan akibat dari area iritabilitas di otak, ICP
meningkat sekunder akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus;
tanda awal peningkatan ICP mencangkup penurunan tingkat kesadaran dan deficit
motoric local

4
 Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10% pasien meningitis meningokokal,
memunculkan tanda-tanda septicemia yang berlebihan: awitan demam tinggi, lesi
purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi
intravascular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak; kematian dapat terjadi
beberapa jam setelah awitan infeksi.

PATHWAY

Faktor-faktor predisposisi mencakup: ISNA, otitis media, mastoiditis,


anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis

Invansi kuman ke jaringan serebral via vena nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid

Reaksi peradangan jaringan serebral

Eksudat meningen Gannguan metabolism serebral Hipoperfusi

Thrombus daerah korteks dan aliran


darrah serebral

Kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, kerusakan endotel,


dan nekrosis pembuluh darah

Infeksi /septicemia jaringan otak

Iritasi meningen

Sakit kepala dan demam Perubahan fisiologis intrakrnial

Hipertermi Nyeri akut Edema serebral dan peningkatan TIK Peningkatan permeabilitas darah ke otak
Regiditas nukal, 5
tanda kerning
Penekanan area
dan Brudzinki
fokal kortikal
Risiko
positif injuri
Kejang Takut
Adhesi Perubahan tingkat kesadaran, Perubahan Perubahan Bradikardi
menyebabkan perubahan prilaku, gastrointestinal system
kelumpuhan disorientasi, fotofobia, pernapasan:
saraf peningkatan sekresi ADH cheyne-stokes Perubahan
Mual dan perfusi
muntah jaringan otak
Koma
Risiko deficit
Kematian cairan Ketidskefektifan Ketidak Risiko gangguan
pola napas efektifan perfusi perifer
bersihan
jalan napas

Cemas

Prosedur invansif Kelemahan fisik Peningkatan permeabilitas


lumbal pungsi kapiler dan retensi cairan

Gangguan ADL
Risiko kelebihan volume cairan

6
D. PATOFISIOLOGI
Organisme penyebab memasuki aliran darah, melintasi sawar darah-otak, dan memicu
reaksi inflamasi di meninges. Tanpa memperhatikan agens penyebabnya, inflamasi terjadi di
subaraknoid dan pia mater. Kemudian, terjadi peningkatan tekanan intra kranial (ICP). Infeksi
meningeal biasanya muncukl melalui satu dari dua cara berikut : melalui aliran darah akibat
infeksi lain (selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatic pada tulang
wajah). Meningitis bacterial atau meningokokal juga muncul sebagai infeksi oportunis pada
pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari penyakit lyme.
Meningitis bacterial adalah bentuk meningitis paling berat. Pathogen bakteria yang paling
sering dijumpai adalah N. Meningitis (meningitis meningukokal) dan S.Pneumoniae, yang
meupakan penyebab 80% kasus meningitis pada individu dewasa. haemophilus influinzae yang
dulu merupakan penyebab tersering meningitis pada anak-anak. Namun, karena adanya
vaksinasi, infeksin oleh organisme ini kini jarang dijumpai di Negara maju.

E. PENATALAKSANAAN MEDIS
 Vankomisin hidroklorida dikombinasikan dengan salah satu sefalosporin ( mis., natrium
seftriakson, natrium sefotaksim) diberikan melalui injeksi intravena (IV).
 Deksametason (decadron) telah terbukti bermanfaat sebagai terapi pelengkap pada terapi
meningitis bacterial akut dan meningitis pneumokokal.
 Dehidrasi dan syok ditangani dengan pengembang volume cairan

7
 Kejang, yang dapat tejadi di awal perjalanan penyakit dikontol dengan menggunakan
fenitoin (Dilantin)
 Peningkatan ICP ditangani sebagaimana mestinya

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Prognosis sangat bergantung pada asuhan suportif yang diberikan. Intervensi keperawatan
yang terkait mencakup:
 Kaji status neurologis dan tanda-tanda vital secara continue. Tentukan oksigenasi dai
nilai gas darah arteri dan oksimetri denyut nadi.
 Masukkan slang endotrakea bermanset (trakeostomi), dan posisikan pasien pada ventilasi
mekanis sesuai program
 Kaji tekanan darah (biasanya dipantau dengan menggunakan slang arterial) untuk
mendeteksi syok insipien, yang terjadi sebelum gagal jantung atau pernafasan.
 Penggantian cepat cairan IV dapat diprogramkan, tetapi hati-hati jangan sampai
menghidrasi pasien secara berlebihan karena pasien beresiko mengalami edema serebral
 Turunkan demam yang tinggi untuk mengurangi beban kebtuhan oksigen pada jantung
dan otak.
 Lindungi pasien dari cedera sekunder akibat aktivitas kejang atau perubahan tingkat
kesadaran (LOC).
 Pantau berat badan setiap hari; elektrolit serum; dan volume, berat jenis, dan osmolalitas
urine, terutama jika pasien diduga mengalami sindrom ketidaktepatan hormone
antidiuretic (SIADH).
 Cegah komplikasi yang disebabkan oleh imobilitas seperti ulkus tekan dan pneumonia.
 Lakukan upaya mengendalikan infeksi sampai 24 jam setelah dimulainya terapi antibiotic
(rabas oral dan nasal dianggap menular).
 Informasikan keluarga mengenai kondisi pasien dan izinkan keluarga melihat pasien pada
interval waktu yang tepat.

PEMERIKSAAN RANGSANGAN MENINGEAL

1. Pemeriksaan Kaku Kuduk

8
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan Tanda Kerning

Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri.
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak
dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.

3. Pemeriksaan Bruduzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan
cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan Bruduzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
 Glukosa serum : Meningkat (meningitis).

9
 LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
 Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
 Elektrolit darah : Abnormal.
 ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
 Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat”
infeksi     atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
 MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;   
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
 EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau    
voltasenya meningkat (abses).
 Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
kranial.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Secara Teoritis

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, penurunan kesadaran (koma)
dan kejang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk pada pengkajian pasien
meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infaksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya,sakit kepala dan demam
adalah gejala awal yang sering, sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang
selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk
dilakukan pengkajian lebih mendalam. Bagaimana sifat timbulnya kejang dan

10
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan
dalam menurunkan keluhan kejang tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien
mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis. Tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immonologis pada masa
sebelumnya. Riwayat penyakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien trauma apabila
ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosa. Pengkajian pemakaian
obat yang sering digunakan pasien seperti pemakaian obat kortikosteroid. Pemakaian
jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resisten pemakaian antibiotic).

5. Riwayat Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya .dan perubahan peran pasien
dalam keluarga dan masyarakat. serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pernafasan
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan bernafas adalah adanya riwayat
infeksi sinus atau paru, adanya peningkatan kerja pernapasan (tahap awal),
perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
2) Aktivitas
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan aktivitas adalah pasien mengalami
perasaan tidak enak ( malaise), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya,
mengelami masalah berjalan/kelumpuhan, keterbatasan dalam rentan gerak.
3) Makan dan Minum

11
Data yang biasaya ditemukan pada kebutuhan makan dan minum adalah adanya
kehilangan napsu makan dan minum (anoreksia), kesulitan menelan (pada periode
akut) dan mengalami mual muntah.
4) Eliminasi
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan eliminasi adalah adanya
inkotinensia dan retensi.
5) Istirahat dan Tidur
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan istirahat tidur adalah adanya
kesulitan tidur/ tidak bias terjaga saat tidur/ sering terbangun saat bangun karena
rasa nyeri kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat
pareslisia).
6) Kebersihan Diri
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan kebersihan atau hygiene adalah
ketergantungan sebagian terhadap semua kebutuhan perawatan diri/tergantung
sepenuhnya (pada periode akut).
7) Pengaturan Suhu Tubuh
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan pengaturan suhu tubuh adalah suhu
badan meningkat diaphoresis dan menggigil.
8) Rasa Nyaman
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan rasa nyaman adalah sakit kepala
(berdenyut dengan hebat frontal hebat frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan leher/punggung kaku, nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri.
Pasien juga merasa kaku pada semua persyarafan yang terkena kehilangan sansasi
(kerusakan pada saraf cranial) dan ketulian (pada minitis / encephalitis) atau
mungkin hipersensitipitas terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman /
sentuhan.
9) Rasa Aman
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan rasa nyaman adalah adanya
kecemasan akibat penyakitnya yang ditandai dengan pasien tampak terus terjaga,
perilaku distraksi/gelisah mengangis/mengeluh.
10) Sosialisasi dan Komunikasi

12
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan sosialisasi dan komunikasi adalah
adanya gangguan bicara seperti tidak jelas/tidak bermakna/tidak ada suara. Seiring
dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
11) Prestasi dan Produktivitas
Kebanyakan tidak mengetahui penyebab dan cara menangani penyakit meningitis.
12) Ibadah
Data yang biasanya didapat pada kebutuhan ibadah adalah pasien beribadah
ditempat tidur karena kelemahan fisik yang dialami oleh pasien.
13) Rekreasi
Tidak ingin melakukan aktivitas atau tidak ingin pergi dari tempat tidur.
14) Belajar
Ingin mengetahui cara-cara mengatasi sesak yang dialami

7. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa CSS dan fungsi lumbal
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, gluksa menurun, kultur positif terhadap
beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur
viru biasanya hanya dengan procedure khusus.
2. Glukosa serum: meningkat
3. LDH serum: meningkat pada meningitis bakteri
SDP: meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah: abnormal
4. LED: meningkat
Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine dapat mengidentifikasikan daerah “pusat”
infeksi/mengidentifikasi tipe penyebab infeksi.
5. MRI/CT Scan: dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukurran/letak vetrikel;
hematum daerah serebral, hemoragik maupun tumor

13
B. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
4. Kekurangan volume cairan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan tekanan
intakranial
7. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
8. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola Respiratori status : ventilation Airway management :


nafas Respiratori status : airway - Buka jalan nafas,
Defenisi : inspirasi dan/ atau patency gunakan teknik
ekspirasi yang tidak Vital sign status chin lift atau jaw
memberi ventilasi Kriteria hasil : trust bila perlu
Batasan karakteristik:  Mendemonstrasikan - Posisikan pasien
 Perubahan batuk efektif dan suara untuk
kedalaman nafas yang bersih, tidak memaksimalkan
pernafasan ada sianosis dan ventilasi
 Perubahan ekskursi dyspnea (mampu - Identifikasi
dada mengeluarkan sputum, pasien perlunya
 Mengambil posisi mampu bernafas pemasangan alat

14
tiga titik dengan mudah, tidak jalan nafas buatan
 Bradipneu ada pursed lips) - Pasang mayo bila
 Penurunan tekanan  Menunjukkan jalan perlu
ekspirasi nafas yang paten (klien - Lakukan
 Penurunan ventilasi tidak merasa tercekik, fisioterapi dada
semenit irama nafas, frekuensi jika perlu

 Penuirunan kapasitas pernafasan dalam - Keluarkan secret

vital rentang normal, dan dengan batuk atau

 Dipneu tidak ada suara nafas section


abnormal) - Auskultasi suara
 Peningkatan diameter
 Tanda-tanda vital nafas, catat
anterior posterior
dalam rentang normal adanya suara
 Pernafasan cuping
(tekanan darah, nadi, tambahan
hidung
pernafaan) - Lakukan suction
pada mayo
- Berikan
Faktor yang berhubungan:
bronkodilator bila
 Ansietas
perlu
 Posisi tubuh
- Berikan pelembab
 Deformitas tulang
udara kassa basah
 Deformitas dinding
NaCl lembab
dada
- Monitor respirasi
 Keletihan
dan status O2
 Sindrom hipoventilasi
Oxygen therapy
 Gangguan - Bersihkan mulut,
musculoskeletal hidung dan secret
 Kerusakan neurologis trakea
 Imaturitas neurologis - Pertahankan jalan
 Obesitas nafas yang paten
 Nyeri - Monitor adanya
 Keletihan otot kecemasn pasien

15
pernafasan cedera terhadap
medulla spinalis oksigenasi
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum
selama dan
setelah aktivitas
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakefektifan bersihan Respiratory status : Airway suction
jalan nafas - ventilation - pastikan
Defenisi : - airway patency kebutuhan oral /
Ketidakmampuan untuk Kriteria hasil : tracheal
membersihkan sekresi atau  mendemonstrasikan suctioning
obstruksi dari saluran batuk efektif dan suara - auskultasi suara
pernafasan untuk nafas yang bersih, tidak nafas sebelum
mempertahankan kebersihan ada sianosis dan dan sesudah
jalan nafas . dyspnea (mampu suctioning.
Batasan karakteristik : mengeluarkan sputum, - Informasikan
 Tidak ada batuk mampu bernafas pada klien dan
 suara nafas tambahan dengan mudah, tidak keluarga tentang

 perubahan frekuensi ada lips) suctioning

nafas  menunjukkan jalan - Minta klien nafas

 perubahan irama nafas yang paten (klien dalam sebelum

nafas tidak merasa tercekik, suction dilakukan

 sianosis irama nafas, frekuensi - Berikan O2


pernafasan dalam dengan
 kesulitan berbicara
rentang normal, tidak menggunakan
atau mengeluarkan
ada suara nafas nasal untuk
suara
abnormal) memfasilitasi
 penurunan bunyi
 mampu suction

16
nafas mengidentifikasikan nasotrakeal
 sputum dalam jumlah dan mencegah factor - Monitor status
yang berlebihan yang dapat oksigen pasien
 batuk yang tidak menghambat jalan - Ajarkan keluarga
efektif nafas. bagaimana cara
 gelisah melakukan

 mata terbuka lebar suction

faktor-faktor yang - Hentikan suction

berhubungan: dan berikan

 lingkungan: oksigen apabila

- perokok pasif pasien

- mengisap asap menunjukkan

- merokok bradikardi,
peningkatan
 obstruksi jalan nafas :
saturasi O2, dll
- spasme jalan nafas
Airway managemen
- mokus dalam jumlah
- Buka jalan nafas,
yang berlebihan
gunakan teknik
- eksudat dalam jalan
chin lift atau jaw
alveoli
trust bila perlu
 materi asing dalam
- Posisikan pasien
jalan nafas.
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
- Pasang mayo bial
perlu
- Lakukan

17
fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
- Lakukan suction
pada mayo

3 Hipertermia Thermoregulation : Fever treatment:


Defenisi : Kriteria hasil : - Monitor suhu
Peningkatan suhu tubuh  Suhu tubuh dalam sesering mungkin
diatas kisaran normal rentang normal - Monitor IWL
Batasan karakteristik :  Nadi dan RR dalam - Monitor warna
 Konvulsi rentang normal dan suhu kulit
 Kulit kemerahan Tidak ada perubahan warna - Monitor TD,

 Peningkatan suhu kulit Nadi, dan RR

tubuh diatas kisaran - Monitor

normal penurunan tingkat

 Kejang kesadaran

 Takikardi - Monitor intake dn


output
 Takipnea
- Berikan anti
 Kulit terasa hangat
piretik
Faktor yang berhubungan
- Berikan
:
pengobatan unruk
 Anastesia
mengatasi
 Penurunan respirasi

18
 Dehidrasi - Penyebab demam
 Pemajanan - Selimuti pasien
lingkungan yang - Lakukan tapid
panas sponge
 Penyakit - Kolaborasi

 Pemakaian pakaian pemberian cairan

yang tidak sesuai intravena

dengan suhu - Kompres pasien

lingkungan pada lipatan paha

 Peningkatan laju dan aksila

metabolism - Tingkatkan
sirkulasi udara
 Medikasi
- Monitor suhu
 Trauma
minimal tiap 2
 Aktivitas berlebihan
jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontiniu
- Monitor TD, Nadi
dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah.
4. Kekurangan volume - Fluid balance Fluid managemen :
cariran - Hydration - Timbang
Defenisi : - Nutritional status popok/pembalut
Penurunan cairan - Intake jika diperlukan
intravascular, interstisial, Kriteria hasil : - Pertahankan
dan/ atau intraseluler. Ini  Mempertahankan urine catatan intake dan
mengacu pada dehidrasi, output sesuai dengan output yang
kehilangan cairan saa tanpa usia dan BB, BJ urine akurat

19
ada perubahan pada natrium normal, HT Normal - Monitor status
Batasan karakteristik :  Tekanan darah, nadi, hidrasi
 Perubahan status suhu tubuh dalam - Monitor vital sign
mental batas normal - Monitor masukan
 Penurunan tekanan  Tidak ada tanda-tanda makanan / cairan
darah dehidrasi dan hitung intake
 Penurunan tekanan  Elastisitas turgor kulit kalori harian
nadi baik, membrane - Kolaborasikan

 Penurunan volume mukosa lembab, tidak pemberian cairan

nadi ada rasa haus yang IV

 Penurunanturgor berlebihan - Monitor status

kulit nutrisi

 Penurunan turgor - Berikan cairan IV

lidah pada suhu


ruangan
 Penurunan haluaran
- Dorong masukan
urin
oral
 Penurunan pengisisan
- Dorong keluarga
vena
untuk membantu
 Membrane mukosa
pasien makan
kering
- Kolaborasi
 Kulit kering
dengan dokter
 Peningkatan
- Atur
hematocrit
kemungkinan
 Peningkatan suhu
transfuse
tubuh
- Persiapan
 Peningkatan
transfusi
frekuensi nadi
 Peningkatan
konsentrasi urin
 Penurunan berat

20
badan
 Haus
 Kelemahan
Faktor yangt berhubungan
:
- Kehilangan cairan
aktif
- Kegagalan
mekanisme regulasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi - Nutritional status : food Nutrition
kurang dari kebutuhan and fluid management :
tubuh - Intake - Kaji adanya alergi
Definisi : - Weigh control makanan
Asupan nutrisi tidak cukup Kriteria hasil : - Kolaborasi
untuk memenuhi kebutuhan  Adanya peningkatan dengan ahli gizi
metabolic berat badan sesuai untuk
dengan tujuan menentukan
 Berat badan ideal jumlah kalori dan
sesuai dengan tinggi nutrisi yang
badan dibutuhkan pasien
 Mampu - Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan
 Tidak ada tanda-tanda protein dan
malnutrisi vitamin C
 Menunjukkan - Berikan substansi
peningkatan fungsi gula
pengecapan dari - Yakinkan diet
menelan yang dimakan
 Tidak terjadi penuruna mengandung
berat badan yang tinggi serat untuk

21
berarti mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi )
- Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan n
utrisi yang
dibutuhkan
Nutrition monitoring :
- BB pasein dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah ativitas
yang biasa

22
dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Monitor turgor
kulit

6 Resiko ketidakefektifan - Circulation status Peripheral sensation


perfusi jaringan otak - Tissue prefusion : management
Defenisi : cerebral - Monitor adanya
Beresiko mengalami Kriteria hasil : daerah tertentu
penurunan sirkulasi jaringan  Mendemonstrasikan yang hanya peka
otak yang dapat mengganggu status sirkulasi yang terhadap panas/
kesehatan ditandai dengan : dingin/ tajam/
Batasan karakteristik:  Tekanan systole dan tumbul
 Massa tromboplastin diastole dalam rentang - Monitor adanya
parsial abnormal yang diharapkan paretese
 Massa protrombin  Tidak ada ortostatik - Instruksikan
abnormal sekmen hipertensi keluarga untuk
ventrikel kiri akinetik  Tidak ada tanda tanda mengobservasi
 Ateroklerosis aerotik peningkatan kulit jika ada isi

 Diseksi arteri intracranial (tidak lebih atau laserasi

 Fibrilasi atrium dari 15 mmHg) - Gunakan sarung


 Mendemonstrasikan tangan untuk
 Miksoma atrium
kemampuan kognitif proteksi
 Tumor otak
 Berkomunikasi dengan - Batasi gerakan
 Stenosis carotid
jelas dan sesuai dengan pada kepala, leher
 Aneurisme serebri
kemampuan dan punggung

23
 Embolisme  Menunjukkan - Monitor
 Trauma kepala perhatian, konsentrasi kemmpuan BAB

 Hipertensi dan orientasi - Monitor adanya

 Neuplasma otak  Memproses informasi tromboplebitis


 Membuat keputusan - Diskusikan
 Sindrom sick sinus
dengan benar mengenai
 Penyalahgunaan zat
Menunjukkan fungsi penyebab
 Terapi trobolitik
sensori motori cranial perubahan sensasi
yang utuh : tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan
involunter

7. Nyeri akut - Pain level Pain managemen :


Defenisi : - Pain control - Lakukan
Pengalaman sensori dan - Comfort level pengkajian nyeri
emosional yang tidak Kriteria hasil : secara
meyenangkan yang muncul  Mampu mengontrol komprehensif
akibat kerusakan jaringan nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,
yang aktual atau potensial nyeri, mampu karakteristik,
atau digambarkan dalam hal menggunakan tehnik durasi, frekuensi,
kerusakan sedemikian rupa nonfarmakologi untuk kualitas dan
Batasan karakteristik : mengurangi nyeri, faktor presipitasi
 Perubahan selera mencari bantuan ) - Observasi reaksi
makan  Melaporkan bahwa nonverbal dari
 Perubahan tekanan nyeri berkurang dengan ketidaknyamanan
darah menggunakan - Gunakan teknik
 Perubahan frekuensi manajemen nyeri komunikasi
jantung  Mampu mengenali traupetik untuk

 Perubahan frekuensi nyeri (skala, intensitas, mengetahui

pernafasan frekuensi dan tanda pengalaman nyeri


nyeri )

24
 Laporan isyarat  Menyatakan rasa pasien
 Perilaku distraksi nyaman setelah nyeri - Kaji kultur yang
(mis., berjalan berkurang mempengaruhi
mondar mandir respon nyeri
mencari orang lain Analgesic
dan atau aktifitas Administration :
lain, aktifitas yang - Tentukan lokasi,
berulang ) karakteristik,
 Sikap melindungi kualitas, dan
area nyeri derajat nyeri

 Indikasi nyeri yang sebelum

dapat diamati pemberian obat

 Perubahan posisi - Cek instruksi

untuk menghindari dokter tentang

nyeri jenis obat, dosis,

 Gangguan tidur dan frekuensi


- Cek riwayat
Faktor yang
alergi
berhubungan :
- Pilih analgesic
Agen cedera (mis.,
yang diperlukan
biologis, zat
atau kombinasi
kimia,fisik,
dari analgesic
psikologis
ketika pemberian
lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesic
tergantung tipe dn
beratnya nyeri
- Berikan analgesic
tepat waktu
terutama saat

25
nyeri hebat
- Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
8. Hambatan mobilitas fisik - Joint movement : active Exercise therapy :
Definisi: keterbatasan pada - Mobility level ambulation
pergerakan fisik tubuh atau - Self care : ADLs - Monitor vital sign
satu atau lebih ekstremitas - Transfer performance sebelum / sesudah
secara mandiri dan terarah Kriteria hasil : latihan dan lihat
Batasan karakteristik :  Klien meningkat dalam respon pasien saat
 Penurunan waktu aktivitas fisik latihan
reaksi  Mngerti tujuan dari - Konsultasikan
 Kesulitan membolak peningkatan mobilitas dengan terapi
balik posisi  Memverbalisasikan fisik tentang
 Melakukan aktivitas perasaan dalam rencana ambulasi
lain sebagai meningkatkan kekuatan sesuai dengan
pengganti pergerakan dan kemampuan kebutuhan
(mis,meningkatkan berpindah - Bantu klien untuk
perhatian pada  Memperagakan menggunakan
aktivitas orang penggunaan alat tongkat saat
lain,mengendalikan Bantu untuk mobilisasi berjalan dan
perilaku ,focus pada cegah terhadap
aktivitas sebulum cedera
sakit) - Ajarkan pasien

 Dyspnea setelah atau tenaga

beraktivitas kesehatan lain

 Perubahan cara tentang teknik

berjalan ambulasi

 Gerakan bergetar - Kaji kemampuan


pasien dalam
 Keterbatasan

26
kemampuan ambuilasi
melakukan
keterampilan motoric
halus
 Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
 motoric kasar
 Keterbatsan rentang
motoric sendi
 Tremor akibat
pergerakan
 Ketidakstabilan
postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang
berhubungan :
 Intoleransi aktivitas
 Perubahan
metabolism selular
 Ansietas
 Indeks masa tubuh
diatas parental ke 75
sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Fisik tidak bugar
 Penurunan ketahanan

27
tubuh
 Penurunan kendali
otot
 Penurunan massa
otot
 Malnutrisi
 Gangguan
musculoskeletal
 Gangguan
neuromuscular
 Agens obat
 Ketidaknyamanan
 Kerusakan integritas
struktur tulang
 Program pembatasan
gerak

28
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Anak : An. F
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 10 April 2007
Umur : 12 Tahun
Nama Ibu : Ny. Y
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : JL. Sumatera, Kel.Damai, Kec.Binjai Utama
Tanggal Masuk RS : 8 Oktober 2019 Jam 16.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2019 Jam 15.00 WIB
No.REG : 187657
Diagnosa Medis : Meningitis TB

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. Y
Hubungan : Ibu Kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL.S.Hatta, km.17,8

29
II. KELUHAN UTAMA

Keluarga pasien mengatakan pasien kejang 3 hari disertai demam 2 minggu dan
batuk disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa bergerak sejak terjadi nya kejang.

III.RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


Keluarga pasien mengatakan pasien kejang disebabkan oleh proses perjalanan
penyakit meningitis. Keluarga pasien mengatakan pasien demam 3 hari dan tidak tidak bisa
menggerakkan kaki kanan dan kaki kirinya sejak terjadinya kejang, keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu berjalan dan menopang badannya sendiri, Pasien tampak
lemah dan kesulitan dalam melakukan aktivitas, pasien tampak berbicara tidak jelas, sulit
mengungkapkan kata-kata. Bagian yang sulit digerakkan adalah tangan kanan dan kaki
kanan. Kaki kanan dan kaki kiri sulit digerakkan setelah pasien mengalami penyakit
meningitis.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


.Keluarga pasien mengatakan pasien tidak pernah menderita/mengalami kejang,
epilepsy, trauma kepala, radang selaput otak, ostitis media akut. Penyakit yang pernah
diderita anak yaitu panas, batuk, pilek tetapi jarang terjadi. Jika kondisinya memburuk
pasien beristirahat dan mengkonsumsi obat Paracetamol di minum 2 kali dalam sehari dari
dokter atau pelayanan kesehatan. Jika kondisi sudah membaik pasien tidak minum obat lagi.
Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan, obat, cuaca maupun kontak terhadap zat. Pasien tidak pernah mendapat imunisasi.

V. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


Postnatal : Pada waktu hamil ibu secara rutin memeriksakan kehamilannya
sebanyak 9 kali

30
Intranatal : Lahir cukup bulan, ditolong bidan, partus spontan langsung menangis.
Postnatal : ASI sejak lahir sampai 1 ½ tahun, bubur susu, 4 bulan sampai 8 bulan,
nasi tim 8 bulan-1 tahun. Nasi biasa, 1 tahun sampai sekarang.

VI. RIWAYAT IMUNISASI


Ibu mengatakan bahwa imunisasi anaknya sudah lengkap. Reaksi setelah mendapat
imunisasi DPT anak panas tetapi tidak kejang, sembuh dengan meminum obat yang
diberikan petugas kesehatan.

VII. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

: Pria : Meninggal

: Wanita : Serumah

: Pasien : Cerai

Kesimpulan : Tidak ada dalam riwayat penyakit keluarga yang sama.

31
VIII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia
B. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Keluarga pasien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya
C. Konsep Diri
1. Body Image : Menyukai seluruh bagian tubuhnya karena itu pemberian Tuhan
2. Ideal Diri : Pasien ingin segera pulang
3. Harga Diri : Pasien khawatir akan keadaannya.
4. Peran Diri : Dalam keluarga pasien berperan sebagai anak
D. Keadaan Emosi
Labil, karena kondisi penyakit yang dialaminya
E. Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik
F. Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Pasien dengan orang lain baik
G. Kegemaran
Pasien gemar bermain game
H. Daya Adaptasi
Pasien mampu beradaptasi dengan orang lain

XI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum:
 Lemah
 Kesadaran Apatis
B. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 38,5 °C

32
Tekanan darah : 140/80 mmhg
TB/BB : 135cm/26 kg
Nadi : 120 x/i
RR : 34x/i
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan Rambut
a. Kepala
- Bentuk : Simetris, tidak ada masalah
- Kebersihan : Kulit kepala bersih
b. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
- Kebersihan : Bersih
- Jenis dan struktur rambut : Halus dan lembut
c. Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris
2. Mata
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Palpebra : Membuka
Pupil : Isokor
Konjungtiva : Anemis

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Lubang hidung : Tidak ada masalah
c. Cuping hidung : Pernapasan cuping (+)

4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kiri dan kanan
b. Ukuran telinga : Normal
c. Lubang telinga : Tidak ada masalah

33
d. Ketajaman Pendengaran : Baik

5. Mulut dan Faring


a. Keadaan bibir : Sedikit lembab
b. Keadaan gusi dan gigi : Tidak ada masalah
c. Keadaan lidah : Normal
d. Orofaring : Normal
6. Leher
a. Posisi trachea : Simetris
b. Thyroid : Tidak ada pembesaran
c. Suara : Tidak jelas
d. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : Teraba,kuat
f. Denyut nadi karotis : Teraba,teratur

7. Pemeriksaan Integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : Kembali >3 detik

8. Kelembaban : Sedikit lembab

9. Kelainan pada kulit : Tidak ada

10. Pemeriksaan Thorax Dada


1. Inspeksi Thorax
a. Bentuk thorax : Normal
b. Pernapasan : Takipnea

34
Frekuensi : 34x/i
Irama : Bebas
c. Tanda kesulitan bernapas : Ada

2. Pernapasan Paru
a. Palpasi getaran suara : Vocal fremitus kiri lebih kuat
b. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
c. Auskultasi : Suara nafas sedikit ronchi
3. Pemeriksaan Jantung
Auskultasi : Irreguler
11. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan masa : Tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
Peristaltic usus : Normal
3. Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : Tidak ada
b. Benjolan masa : Tidak ada
c. Hepar : Tidak ada
d. Tanda acites : Tidak ada
e. Lien : Tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Timpani
b. Pemeriksaan acites : Tidak ada tanda acites

12. Pemeriksaan Neurologi


1. Tingkat kesadaran (GCS) : Apatis, GCS 8 E2, M4, V2
E2: Membuka mata saat ada rangsangan nyeri
M4: Menangis lemah

35
V2: Ekstensi abnormal
2. Status mental
a. Kondisi emosi : Normal
b. Orientasi : Baik
c. Proses berfikir : Tidak normal
d. Motivasi : Baik
e. Persepsi : Positif
f. Bahasa : Kurang jelas

3 Nervus Cranialis
a. N.I (Olfaktorius)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penciuman
Cara Pemeriksaan : Pasien memejamkan mata, disuruh membedakan
bau yang dirasakan( kopi, teh, dll)
Hasil Pemriksaan : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau yang dirasakan
b. N.II (Optikus)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penglihatan
Cara Pemeriksaan : Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat melakukan snelend card dengan baik
c. N.III ( Okulomotorius)
Fungsi : Saraf motoric untuk mengangkat kelopak mata
keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler.
Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil dan inspeksi kelopak mata.
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat memutar bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil baik dan inspeksi kelopak mata baik.
d. N.V (Trigeminus)
Fungsi : Saraf motoric, gerakan mengunya, sensasi wajah,
lidah dan gigi, reflex kornea dan reflex kedip

36
Cara Pemeriksaan : Menggerakkan rahang kesemua sisi, pasien
memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi, menyentuh
permukaan kornea dengan kapas
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat menggerakan rahang kesemua sisi,
pasien dapat memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi
dan dapat menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
e. N.VI (Abducens)
Fungsi : Saraf motoric, deviasi mata ke lateral
Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil dan inspeksi kelopak mata.
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat memutar bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil baik dan inspeksi kelopak mata baik
f. N.VII (Facialis)
Fungsi : Saraf motoric, untuk ekspresi wajah
Cara pemeriksaan : Senyum, bersiul, mengangkat alis mata, menutup
kelopak mata dengan tahanan dan menjulurkan lidah untuk membedakkan
gula dan garam
Hasil Pemeriksaan : Tidak normal, pasien tidak dapat senyum, bersiul,
mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan dan
menjulurkan lidah untuk membedakkan gula dan garam.
h N.VIII (Auditorius)
Fungsi : Saraf sensorik untuk pendengaran dan
keseimbangan
Cara Pemeriksaan : Test webber dan rinne
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat melakukan test webber dan rinne

i N.IX (Glosoparingeus)

Fungsi : Saraf sensorik dan motoric, untuk sensasi rasa


Cara Pemeriksaan : Membedakkan rasa asin dan asam
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat membedakkan rasa asin dan asam.

j N. X (Vagus)

37
Fungsi : Saraf sensorik dan motoric reflex muntah dan
menelan
Cara Pemeriksaan : Menyentuh faring posterior, pasien menelan
saliva, disuruh mengucap ahh…
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat Menyentuh faring posterior, pasien
menelan saliva, disuruh mengucap ahh…

3. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : Sulit
b. Tes jari hidung :-
c. Pronasi-supinasi : -
d. Kekuatan Otot
4444 2233
4444 2233

4. Reflek
a. Reflek bisep : Kontraksi otot bisep, sedikit supinasi lengan
bawah
b. Reflek trisep : Ada kontraksi
c. Reflek branchioradialis : Ada kontraksi
d. Reflek patellar : Ada kontraksi
e. Reflek tendon achiles : Ada gerakan
f. Reflek plantar :-

13. Pola Kebiasaan Sehari-hari


A. Pola Tidur
1. Waktu tidur : 6-7 Jam
2. Waktu bangun : Pagi hari jam 05.00 Wib
3. Masalah tidur : Tidak ada
4. Hal yang mempermudah tidur : Menonton TV
5. Hal yang mempermudah bangun :-

38
B. Pola Eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 1X/hari
Karakter feses : Lunak
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan BAB : Tidak ada
Masalah eliminasi BAB : Tidak ada
2. BAK
Pola BAK : Lancar
Karakter urin : Kuning jernih
Nyeri : Tidak
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan obat : Menggunakan pispot karena belum bisaa
mobilisasi
Masalah eliminasi BAK : Tidak ada masalah
C. Pola Makan
Diet : Makan berserat
Pola diet : Sedikit tapi sering
BB sebelum MRS : 28kg
BB sesudah MRS : 26kg
Jumlah dan jenis diet : Nasi lembek
Kesulitan mengunyah :-
Masalah pola makan :-
Upaya mengatasinya :-

D. Pola Minum
Jenis minuman : Air mineral
Pola minum : Baik
Kesulitan minum : Tidak ada

39
Upaya mengatasinya :-
E. Kebersihan Diri
Sebelum sakit mandi 2x sehari dengan bersih, sesudah sakit hanya
dimandikan dengan keadan baring menggunakan air hangat.
F. Pola Kegiatan/Aktivitas
Dibantu sebagian oleh keluarga

14. Hasil Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik


1. Diagnosa medis
 Meningitis TB

2. Pemeriksaan diagnostic/ penunjang


Tanggal: 9 Oktober 2019
Darah Rutin
Hemoglobin: 10,7
Leokosit: 6,5 10
Eritrosit: 3,66
Hematocrit: 33 %
Trombosit: 104.000
MCV: 89
MCH: 29,2
Limfosit %: 29,50
Monosit %: 4,90
Eusinofil %: 3,80%
Basophil%: 0,5%
Netrofil%: 3,99%

Analisa Cairan Otak

 Warna Putih Keruh


 LDH 389
 Total Protein 32.00

40
 Jumlah Leukosit 0.029
 Jumlah Eritrosit 0,006
 Glukosa 52
 Ph 8,0%’
 MN Sel 72,4%
 PMN Sel 27,6 %

X. PENATALAKSANAAN TERAPI MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS RUTE

1. Injeksi Ceftriaxon 1 gr/12 jam IV

2. Injeksi Ranitidine 1/2mg/12 jam IV

3. Injeksi Prednisolos 250mg/24jam IV

3. IVFD Nacl 0,9% 20 gtt/m IV

5. Paracetaol 250mg/8 jam PO

6. Zink 1x20mg/24 jam PO

Diazepam 2x2mg/12 jam PO

Resperido 1x1mg/24 jam PO

XI RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Keluarga pasien mengatakan pasien kejang 3 hari disertai demam 2 minggu dan batuk
disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa bergerak sejak terjadi nya kejang.

41
XII MASALAH KEPERAWATAN

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan proses inflamasi


ditandai dengan ibu mengatakan anaknya tidak sadar, merintih dan gelisah
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
ditandai dengan ibu mengatakan anaknya susah bernapas dan susah tidur.
3. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu mengatakan
anaknya selalu merintih nyeri di kepala.
4. Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan ibu mengatakan
anaknya gelisah, badannya panas dan susah tidur.
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan otot neuromuscular,
penuruan kekuatan/ketahanan otot ditandai dengan ibu mengatakan anaknya
dalam melakukan aktivitas (mandi, makan) dibantu oleh ibunya.

B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS: - Ibu mengatakan anaknya tidak Invasi bakteri Perubahan perfusi


sadar, merintih dan gelisah ↓ jaringan
Proses peradangan
DO:

TTV :
perubahan ditemukan
 T=38,5 °C
sebagian besar pada dasar
 Tekanan darah: 140/80 mmhg
otak atau batang otak
 Nadi : 120 x/i

 RR : 34x/i vasodilatasi
 Tingkat kesadaran apatis ↓
 GCS : 8, E2, M4, V2 penurunan pada kekanan
onkotik

perpindahan cairan dari
intrasel ke ekstra sel

42

vili arachnoideus

Proses reabsorbsi
tertahan
akumulasi cairan
terhadap eksudat dan
tuberkel
obstruksi pada sistem
basalis

penurunan suplai ke otak
dan jaringan

resiko perubahan perfusi
jaringan serebral

2. DS : Mikroorganisme (bakteri, Gangguan


- Ibu mengatakan anaknya susah virus) pertukaran gas
bernapas dan susah tidur melekat pada sisi epitel
DO : mukosa nasofaring
- Kesadaran : apatis ↓
- GCS : 8 (E2, V2, M4) kolonisasi
- Pupil : Isokor ↓
- TTV : menembus membran
- TD : 140/90 mmHg mukosa
- N : 120 x/mnt ↓
- RR : 34 x/mnt memperbanyak diri
- Temp : 38,5oC dalam aliran darah
- Klien tampak rewel dan gelisah ↓
- O2 nasal terpasang, kebutuhan

43
o2 2 L/ mnt bateriemia

blood brain barrier

vairan serebrospinal

inflamasi

perdarahan pada ruang
epidural dan subdural

kerusakan pembuluh
darah bersekat

penumpukan darah
meningkat

fungsi otak terganggu

pelepasan listrik
mendadak tidak
terkontrol

kejang

3. DS: luka, trauma, kelainan Nyeri


- Ibu mengatakan bahwa anaknya sistem syarap pusat
selalu merintih nyeri di kepala ↓
mikro organisme
DO :
(bakteri/virus)
- Skala nyeri 5

44
melekat pada sel epitel
mukosa nasofaring

kolonisasi

menembus membran
mukosa

memperbanyak diri
dalam aliran darah

bakterimea

blood brain barier

cairan serebro spinal

inflamasi

pelepasan zat vasoaktif
(histamin, bradikinin,
prostaglandin)

hipotalamus

korteks serebri

Nyeri

3. DS: Invasi bakteri, virus Hipertermi

45
- Ibu mengatakan anaknya ↓
gelisah, badannya panas dan mekanisme perubahan
susah tidur tubuh membentuk
antobody
DO:

- T= 38,5
antibodi difagosit oleh
- Badan teraba panas
magrofag
- Terpasang infus Nacl 0.9% di

kaki sebelah kanan.
sistem imunitas imatur

zat pirogen interleukin 1
&2

menstimulasi
hipotalamus regio
anterior

Peningkatan suhu
tubuh/hipertermi
5
DS: Inflamasi Kerusakan mobilitas
- Ibu mengatakan bahwa anaknya ↓ fisik
dalam aktifitas (mandi, makan) peradangannpada ruang
dibantu oleh ibunya epidural dan subdural
- ↓
DO : Kaki kanan dan kiri tidak bisa kerusakan pembuluh
digerakkan darah bersekat
- Kekuatan otot ↓
4444 2233 penumpukan darah

46
4444 2233 tekanan dalam otak
- Lemah meningkat

fungsi otak terganggu

penurunan kesadaran

pemasukan O2 tidak
adekuat

hipoksia jaringan

penurunan metabolisme

penurunan produk energi

kurang energi

mobilitas fisik terganggu

C. PRIORITAS MASALAH

1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan proses inflamasi


2. Perubahan pola napas berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
3. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi
4. Hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan otot neuromuscular, penuruan
kekuatan/ketahanan otot.

47
D. INTERVENSI

DIAGNOSA TUJUAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL


KEPERAWATAN (NOC) ((NIC)

1. Perubahan Setelah diakukan 1. Meningggikan 1. Peningkatkan aliran


perfusi jaringan asuhan keperawatan kepala vena dari kepala akan
berhubungan 2x24jam, menurunkan TIK
dengan memperthankan
peningkatan perfusi jaringan 2. Memperthankan 2. Memudahkan aliran
tekanan serebral yang adekuat kepala dan leher balik vena
intrakranial kriteria hasil: 3. Berikan tindakan 3. Meningkatkan
- TTV normal kenyamanan istirahat dan
- Sakit kepala misalnya masase menurunkan stimulasi
berkurang pada punggung, beri sensori yang
- Tingkat lingkungan yang berlebihan
kesadaran tenang
membaik 4. Mengetahui keadaan
4. Pantau TTV umum

Ts
       

2. Gangguan Setelah diakukan 1. Monitor frekwensi 1. Tipe dan pola


pertukaran gas asuhan keperawatan pola dan irama pernafasan
berhubungan 2x24jam, oksigenisasi pernafasan merupakan tanda
dengan yang adekuat dapat – tanda yang
peningkatan dipertahankan dengan berat dan
TIK KH: peningkatan TIK /
- Klien tampak darah serebral
rileks yang terkena

48
2. Observasi kulit, 2. Adanya sianosis
kuku, membran menunjukkan
mukosa hipoksia

3. Berikan O2 sesuai 3. Terjadinya


kebutuhan asidosis dapat
menghambat
masuknya O2
kesel yang dapat
meperburuk
iskemi serebral
4. Ubah posisi secara 4. Memobilisasi
teratur dan nyaman sekret dan
meningkatkan
kelancaran syaraf.
3. Nyeri Setelah dilakukan 1. Observasi skala 1. Mengidentifikasi
berhubungan asuhan keperawatan nyeri, intensitas intervensi yang
dengan adanya 2x24 jam nyeri hilang nyeri, lokasi nyeri tepat dengan hasil
proses infeksi dengan kriteria hasil: observasi
2. Pertahankan tirah 2. Menurunkan
- Skala nyeri 1
baring, bantu gerakan yang
- Klien tenang.
kebutuhan dapat
- Keadaan
keperawatan klien meningkatkan
umum baik
nyeri
3. Berikan klien dalam 3. Menurunkan
posisi yang nyaman iritasi dan
-
rangsangan
meningeal
4. Menghilangkan
4. Lakukan tindakan
nyeri yang berat
kolaborasi, berikan

49
analgesik sesuai
terapi

4. Hipertermi Setelah dilakukan 1. Monitor suhu tubuh 1. Peningkatan Suhu


berhubungan asuhan keperawatan dan tanda vital Menunjukkan
dengan proses 2x24 jam diharapkan 2. Berikan pakaian Infeksi
inflamasi / proses suhu tubuh normal yang tipis dan 2. Membantu
penyakit ditandai dengan menyerap keringat, Penggunaan Suhu
kriteria : hindari selimut tebal Panas
3. Berikan kompres 3. Membantu
- Suhu tubuh 36-
hangat dan hindari Demam. Es /
37oC
penggunaan alkohol Alkohol
- Klien tenang
4. Tirah baring kurangi Menyebabkan
tidak gelisah
aktivitas fisik Kedinginan. P↑
- Keadaan
Suhu Tubuh
umum baik
Secara Aktual.
1.
Alkohol Dapat
Mengekpresikan
-
Keringat
4. Aktivitas Yang
Meninjau,
Membutuhkan
Banyak Energi
Sehingga Terjadi
Peningkatan Suhu

5. Imobilisasi Setelah dilakukan 1. Ubah posisi secara 1. Perubahan posisi


berhubungan asuhan keperawatan teratur yang teratur
dengan kerusakan 2x24 jam diharapkan menyebabkan

50
neuromuskuler, mempertahankan penyebaran
penurunan fungsi optimal dari terhadap BB dan
kekuatan/ketahana pergerakan dengan meningkatkan
n otot kriteria hasil: sirkulasi darah
bagian tubuh
- Kekuatan otot
2. Bantu pasien untuk 2. Mempertahankan
meningkat
melakukan latihan mobilisasi dan
- Rentang gerak
rentang gerak fungsi sendi
tidak terbatas

3. Berikan perawatan 3. Meningkatkan


kulit atau masase, sirkulasi dan
pertahankan pakaian elastisitas kulit
agar tetap bersih dan dan menurunkan
bebas dari kerutan resiko terjadinya
ekskoreasi kulit

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian

Pengkajian pernafasan pada teori, ada didapatkan suatu perbedaan dengan pengkajian
pernafasan pada kasus. Dimana, dalam pengkajian pernafasan pada teori timbul gejala seperti :
riwayat infeksi sinus atau paru, adanya peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah. Sedangkan, pengkajian pernafasan pada kasus, tidak

51
didapatkan pasien mengalami tanda dan gejala seperti yang ada pada teori tersebut. Dan
pengkajian pernafasan pada pasien tidak mengalami masalah (dalam batas normal).

Pengkajian makanan/cairan pada teori, ada didapatkan suatu perbedaan dengan pengkajian
makanan/cairan pada kasus. Dimana, dalam pengkajian makanan/cairan pada teori timbul gejala
seperti : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi lidah dan
tenggorokan dengan tanda: kesulitan menelan. Sedangkan, pengkajian makanan/cairan pada
kasus, tidak didapatkan pasien mengalami tanda dan gejala seperti yang ada pada teori tersebut.
Pasien tidak mengalami mual muntah, nafsu makan menurun, kehilangan sensasi lidah dan
tenggorokan, dan bahkan tidak mengalami gangguan menelan. Pengkajian makanan/cairan pada
pasien tidak mengalami masalah (dalam batas normal).

B. Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan dalam teori: Kekurangan volume cairan b.d menurunnya


intake cairan, kehilangan cairan abnormal tidak ada di diagnosa kasus karena pasien
tidak mengalami kekurangan volume cairan
2. Diagnosa keperawatan dalam teori: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d anoreksia, lemah, mual, muntah tidak ada di diagnosa kasus karena pasien
tidak mengalami masalah nutrisi pada tubuh.

C Intervensi Keperawatan

1. Intervensi keperawatan dalam teori: Kekurangan volume cairan b.d menurunnya intake
cairan, kehilangan cairan abnormal tidak ada di intervensi kasus karena pasien tidak
mengalami kekurangan volume cairan
2. Intervensi keperawatan dalam teori: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
60
tubuh b.d anoreksia, lemah, mual, muntah tidak ada di intervensi kasus karena pasien
tidak mengalami masalah nutrisi pada tubuh.

D Evaluasi

Setelah dilakukan implementasi 2x24 jam pasien sudah sadar, pasien merintih kesakitan
dan gelisah, badannya panas dan pasien alam beraktivitas (makan, minum ) masih
dibantu oleh ibunya/keluraga.

52
BAB V
61
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari teori dan kasus dapat disimpulkan Meningitis TB adalah reaksi peradangan
yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen di sekeliling otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh kuman Tuberculosa ditandai dengan An F kejang 3 hari

53
disertai demam 2 minggu dan batuk disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa
bergerak sejak terjadi nya kejang.

B Saran

Diharapkan agar keluarga lebih aktif dalam proses penyembuhan pasien seperti:
1. Membantu pasien dalam melakukan ROM yang telah diajarkan perawat di RS.
2. Membantu Memberi kompres hangat pada daerah frontal dan aksila
3. Membantu pasien dalam membersihkan tubuhnya.

62

54

Anda mungkin juga menyukai