PENDAHULUAN
Meningitis juga dapat dibagi berdasarkan etiologinya. Meningitis bakterial akut merujuk
kepada bakteri sebagai penyebabnya. Meningitis jenis ini memiliki onset gejala meningeal dan
pleositosis yang bersifat akut. Penyebabnya antara lain Streptococcus pneumoniae, Neisseria
meningitidis, Haemophilus influenzae. Jamur dan parasit juga dapat menyebabkan meningitis
seperti Cryptococcus, Histoplasma, dan amoeba.
Meningitis aseptik merupakan sebutan umum yang menunjukkan respon selular nonpiogenik
yang disebabkan oleh agen etiologi yang berbeda-beda. Penderita biasanya menunjukkan gejala
meningeal akut, demam, pleositosis LCS yang didominasi oleh limfosit. Setelah beberapa
pemeriksaan laboratorium, didapatkan peyebab dari meningitis aseptik ini kebanyakan berasal
dari virus, di antaranya Enterovirus, Herpes Simplex Virus (HSV).
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
6. Untuk menngetahui apa saja keperawatan dari meningitis TBUntuk menngetahui apa saja
pemeriksaan rangsangan meningeal dari meningitis TB
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Meningitis adalah inflamasi lapisan di sekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan
oleh bakteria atau virus. Meningitis diklasifikasikan sebagai meningitis septik atau aseptic.
Bentuk aseptic mungkin merupakan dampak primer atau sekunder dari limfoma, leukemia, atau
HIV. Bentuk septik disebabkan oleh bakteria seperti streptococcus pneumonia dan Neisseria
meningitides.
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang tipis/encer yang
mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan oleh bakteri, virus,
riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
Meningitis Tuberculosis adalah reaksi peradangan yang mengenai salah satu atau semua
selaput meningen di sekeliling otak dan medulla spinalis yang disebabkan oleh kuman
Tuberculosa.
B. ETIOLOGI
3
Terjadinya meningitis bukannya karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran
hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak,
sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudia pecah kedalam rongga arachnoid.
C. MANIFESTASI KLINIS
Sakit kepala dan demam sering kali menjadi gejala awal; demam cendrung tetap
tinggi selama proses penyakit; sakit kepala biasanya tidak kunjung hilang atau
berdenyut dan sangat parah akibat iritasi meningeal.
Iritasi meningeal memunculkan sejumlah tanda lain yang dikenali dengan baik
sebagai tanda umum semua jenis meningitis:
Kaku duduk adalah tanda awal
Tanda kernig positif: ketika berbaring dengan paha difleksikan pada abdomen,
pasien tidak dapat mengekstensikan tungkai secara komplet.
Tanda brudzinski positif: memfleksikan leher pasien menyebabkan fleksi lutut
dan pinggul; fleksi pasif pada ekstremitas bawah di satu sisi tubuh menghasilkan
pergerakan yang serupa di ekstremitas sisi lain.
Fotofobia (sensivitas terhadap cahaya) biasa terjadi.
Ruam (N. Meningitidis): berkisar dari ruam petekie dengan lesi purpura sampai
area ekimosis yang luas
Disorientasi dan gangguan memori; manifestasi perilaku juga sering terjadi. Saat
penyakit berlanjut, pasien dapat mengalmai latergi, tidak responsive, dan koma.
Kejang dapat terjadi dan merupakan akibat dari area iritabilitas di otak, ICP
meningkat sekunder akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus;
tanda awal peningkatan ICP mencangkup penurunan tingkat kesadaran dan deficit
motoric local
4
Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10% pasien meningitis meningokokal,
memunculkan tanda-tanda septicemia yang berlebihan: awitan demam tinggi, lesi
purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok dan tanda koagulasi
intravascular diseminata (DIC) terjadi secara mendadak; kematian dapat terjadi
beberapa jam setelah awitan infeksi.
PATHWAY
Invansi kuman ke jaringan serebral via vena nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid
Iritasi meningen
Hipertermi Nyeri akut Edema serebral dan peningkatan TIK Peningkatan permeabilitas darah ke otak
Regiditas nukal, 5
tanda kerning
Penekanan area
dan Brudzinki
fokal kortikal
Risiko
positif injuri
Kejang Takut
Adhesi Perubahan tingkat kesadaran, Perubahan Perubahan Bradikardi
menyebabkan perubahan prilaku, gastrointestinal system
kelumpuhan disorientasi, fotofobia, pernapasan:
saraf peningkatan sekresi ADH cheyne-stokes Perubahan
Mual dan perfusi
muntah jaringan otak
Koma
Risiko deficit
Kematian cairan Ketidskefektifan Ketidak Risiko gangguan
pola napas efektifan perfusi perifer
bersihan
jalan napas
Cemas
Gangguan ADL
Risiko kelebihan volume cairan
6
D. PATOFISIOLOGI
Organisme penyebab memasuki aliran darah, melintasi sawar darah-otak, dan memicu
reaksi inflamasi di meninges. Tanpa memperhatikan agens penyebabnya, inflamasi terjadi di
subaraknoid dan pia mater. Kemudian, terjadi peningkatan tekanan intra kranial (ICP). Infeksi
meningeal biasanya muncukl melalui satu dari dua cara berikut : melalui aliran darah akibat
infeksi lain (selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatic pada tulang
wajah). Meningitis bacterial atau meningokokal juga muncul sebagai infeksi oportunis pada
pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari penyakit lyme.
Meningitis bacterial adalah bentuk meningitis paling berat. Pathogen bakteria yang paling
sering dijumpai adalah N. Meningitis (meningitis meningukokal) dan S.Pneumoniae, yang
meupakan penyebab 80% kasus meningitis pada individu dewasa. haemophilus influinzae yang
dulu merupakan penyebab tersering meningitis pada anak-anak. Namun, karena adanya
vaksinasi, infeksin oleh organisme ini kini jarang dijumpai di Negara maju.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Vankomisin hidroklorida dikombinasikan dengan salah satu sefalosporin ( mis., natrium
seftriakson, natrium sefotaksim) diberikan melalui injeksi intravena (IV).
Deksametason (decadron) telah terbukti bermanfaat sebagai terapi pelengkap pada terapi
meningitis bacterial akut dan meningitis pneumokokal.
Dehidrasi dan syok ditangani dengan pengembang volume cairan
7
Kejang, yang dapat tejadi di awal perjalanan penyakit dikontol dengan menggunakan
fenitoin (Dilantin)
Peningkatan ICP ditangani sebagaimana mestinya
F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Prognosis sangat bergantung pada asuhan suportif yang diberikan. Intervensi keperawatan
yang terkait mencakup:
Kaji status neurologis dan tanda-tanda vital secara continue. Tentukan oksigenasi dai
nilai gas darah arteri dan oksimetri denyut nadi.
Masukkan slang endotrakea bermanset (trakeostomi), dan posisikan pasien pada ventilasi
mekanis sesuai program
Kaji tekanan darah (biasanya dipantau dengan menggunakan slang arterial) untuk
mendeteksi syok insipien, yang terjadi sebelum gagal jantung atau pernafasan.
Penggantian cepat cairan IV dapat diprogramkan, tetapi hati-hati jangan sampai
menghidrasi pasien secara berlebihan karena pasien beresiko mengalami edema serebral
Turunkan demam yang tinggi untuk mengurangi beban kebtuhan oksigen pada jantung
dan otak.
Lindungi pasien dari cedera sekunder akibat aktivitas kejang atau perubahan tingkat
kesadaran (LOC).
Pantau berat badan setiap hari; elektrolit serum; dan volume, berat jenis, dan osmolalitas
urine, terutama jika pasien diduga mengalami sindrom ketidaktepatan hormone
antidiuretic (SIADH).
Cegah komplikasi yang disebabkan oleh imobilitas seperti ulkus tekan dan pneumonia.
Lakukan upaya mengendalikan infeksi sampai 24 jam setelah dimulainya terapi antibiotic
(rabas oral dan nasal dianggap menular).
Informasikan keluarga mengenai kondisi pasien dan izinkan keluarga melihat pasien pada
interval waktu yang tepat.
8
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan rotasi
kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada
pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
2. Pemeriksaan Tanda Kerning
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi panggul
kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri.
Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak
dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
3. Pemeriksaan Bruduzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala dengan
cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada leher.
4. Pemeriksaan Bruduzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan
terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Analisa CSS dari fungsi lumbal :
Meningitis bakterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut, jumlah sel darah putih
dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus
biasanya hanya dengan prosedur khusus.
Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
9
LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
Elektrolit darah : Abnormal.
ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah “pusat”
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
MRI / CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel;
hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis) atau
voltasenya meningkat (abses).
Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
kranial.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi, penurunan kesadaran (koma)
dan kejang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis
kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul
seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk pada pengkajian pasien
meningitis biasanya didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari
infaksi dan peningkatan TIK. Keluhan tersebut diantaranya,sakit kepala dan demam
adalah gejala awal yang sering, sakit kepala berhubungan dengan meningitis yang
selalu berat dan sebagai akibat iritasi meningen. Demam umumnya ada dan tetap
tinggi selama perjalanan penyakit. Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk
dilakukan pengkajian lebih mendalam. Bagaimana sifat timbulnya kejang dan
10
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang dan tindakan apa yang telah diberikan
dalam menurunkan keluhan kejang tersebut.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi keluhan sekarang meliputi pernahkah pasien
mengalami infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis. Tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immonologis pada masa
sebelumnya. Riwayat penyakit TB paru perlu ditanyakan pada pasien trauma apabila
ada keluhan batuk produktif dan pernah menjalani pengobatan obat anti TB yang
sangat berguna untuk mengidentifikasi meningitis tuberculosa. Pengkajian pemakaian
obat yang sering digunakan pasien seperti pemakaian obat kortikosteroid. Pemakaian
jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resisten pemakaian antibiotic).
5. Riwayat Psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting
untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya .dan perubahan peran pasien
dalam keluarga dan masyarakat. serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari
harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
6. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pernafasan
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan bernafas adalah adanya riwayat
infeksi sinus atau paru, adanya peningkatan kerja pernapasan (tahap awal),
perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
2) Aktivitas
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan aktivitas adalah pasien mengalami
perasaan tidak enak ( malaise), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya,
mengelami masalah berjalan/kelumpuhan, keterbatasan dalam rentan gerak.
3) Makan dan Minum
11
Data yang biasaya ditemukan pada kebutuhan makan dan minum adalah adanya
kehilangan napsu makan dan minum (anoreksia), kesulitan menelan (pada periode
akut) dan mengalami mual muntah.
4) Eliminasi
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan eliminasi adalah adanya
inkotinensia dan retensi.
5) Istirahat dan Tidur
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan istirahat tidur adalah adanya
kesulitan tidur/ tidak bias terjaga saat tidur/ sering terbangun saat bangun karena
rasa nyeri kepala ( mungkin merupakan gejala pertama dan biasanya berat
pareslisia).
6) Kebersihan Diri
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan kebersihan atau hygiene adalah
ketergantungan sebagian terhadap semua kebutuhan perawatan diri/tergantung
sepenuhnya (pada periode akut).
7) Pengaturan Suhu Tubuh
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan pengaturan suhu tubuh adalah suhu
badan meningkat diaphoresis dan menggigil.
8) Rasa Nyaman
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan rasa nyaman adalah sakit kepala
(berdenyut dengan hebat frontal hebat frontal) mungkin akan diperburuk oleh
ketegangan leher/punggung kaku, nyeri pada gerakan ocular, tenggorokan nyeri.
Pasien juga merasa kaku pada semua persyarafan yang terkena kehilangan sansasi
(kerusakan pada saraf cranial) dan ketulian (pada minitis / encephalitis) atau
mungkin hipersensitipitas terhadap kebisingan, adanya halusinasi penciuman /
sentuhan.
9) Rasa Aman
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan rasa nyaman adalah adanya
kecemasan akibat penyakitnya yang ditandai dengan pasien tampak terus terjaga,
perilaku distraksi/gelisah mengangis/mengeluh.
10) Sosialisasi dan Komunikasi
12
Data yang biasanya ditemukan pada kebutuhan sosialisasi dan komunikasi adalah
adanya gangguan bicara seperti tidak jelas/tidak bermakna/tidak ada suara. Seiring
dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
11) Prestasi dan Produktivitas
Kebanyakan tidak mengetahui penyebab dan cara menangani penyakit meningitis.
12) Ibadah
Data yang biasanya didapat pada kebutuhan ibadah adalah pasien beribadah
ditempat tidur karena kelemahan fisik yang dialami oleh pasien.
13) Rekreasi
Tidak ingin melakukan aktivitas atau tidak ingin pergi dari tempat tidur.
14) Belajar
Ingin mengetahui cara-cara mengatasi sesak yang dialami
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa CSS dan fungsi lumbal
Meningitis bacterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel
darah putih dan protein meningkat, gluksa menurun, kultur positif terhadap
beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negative, kultur
viru biasanya hanya dengan procedure khusus.
2. Glukosa serum: meningkat
3. LDH serum: meningkat pada meningitis bakteri
SDP: meningkat dengan peningkatan neotrofil (infeksi bakteri)
Elektrolit darah: abnormal
4. LED: meningkat
Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine dapat mengidentifikasikan daerah “pusat”
infeksi/mengidentifikasi tipe penyebab infeksi.
5. MRI/CT Scan: dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukurran/letak vetrikel;
hematum daerah serebral, hemoragik maupun tumor
13
B. DIGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
4. Kekurangan volume cairan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
6. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan tekanan
intakranial
7. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
8. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
14
tiga titik dengan mudah, tidak jalan nafas buatan
Bradipneu ada pursed lips) - Pasang mayo bila
Penurunan tekanan Menunjukkan jalan perlu
ekspirasi nafas yang paten (klien - Lakukan
Penurunan ventilasi tidak merasa tercekik, fisioterapi dada
semenit irama nafas, frekuensi jika perlu
15
pernafasan cedera terhadap
medulla spinalis oksigenasi
- Monitor TD, nadi,
RR, sebelum
selama dan
setelah aktivitas
- Monitor suhu,
warna, dan
kelembapan kulit
2. Ketidakefektifan bersihan Respiratory status : Airway suction
jalan nafas - ventilation - pastikan
Defenisi : - airway patency kebutuhan oral /
Ketidakmampuan untuk Kriteria hasil : tracheal
membersihkan sekresi atau mendemonstrasikan suctioning
obstruksi dari saluran batuk efektif dan suara - auskultasi suara
pernafasan untuk nafas yang bersih, tidak nafas sebelum
mempertahankan kebersihan ada sianosis dan dan sesudah
jalan nafas . dyspnea (mampu suctioning.
Batasan karakteristik : mengeluarkan sputum, - Informasikan
Tidak ada batuk mampu bernafas pada klien dan
suara nafas tambahan dengan mudah, tidak keluarga tentang
16
nafas mengidentifikasikan nasotrakeal
sputum dalam jumlah dan mencegah factor - Monitor status
yang berlebihan yang dapat oksigen pasien
batuk yang tidak menghambat jalan - Ajarkan keluarga
efektif nafas. bagaimana cara
gelisah melakukan
- merokok bradikardi,
peningkatan
obstruksi jalan nafas :
saturasi O2, dll
- spasme jalan nafas
Airway managemen
- mokus dalam jumlah
- Buka jalan nafas,
yang berlebihan
gunakan teknik
- eksudat dalam jalan
chin lift atau jaw
alveoli
trust bila perlu
materi asing dalam
- Posisikan pasien
jalan nafas.
untuk
memaksimalkan
ventilasi
- Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas buatan
- Pasang mayo bial
perlu
- Lakukan
17
fisioterapi dada
jika perlu
- Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
- Lakukan suction
pada mayo
Kejang kesadaran
18
Dehidrasi - Penyebab demam
Pemajanan - Selimuti pasien
lingkungan yang - Lakukan tapid
panas sponge
Penyakit - Kolaborasi
metabolism - Tingkatkan
sirkulasi udara
Medikasi
- Monitor suhu
Trauma
minimal tiap 2
Aktivitas berlebihan
jam
- Rencanakan
monitoring suhu
secara kontiniu
- Monitor TD, Nadi
dan RR
- Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah.
4. Kekurangan volume - Fluid balance Fluid managemen :
cariran - Hydration - Timbang
Defenisi : - Nutritional status popok/pembalut
Penurunan cairan - Intake jika diperlukan
intravascular, interstisial, Kriteria hasil : - Pertahankan
dan/ atau intraseluler. Ini Mempertahankan urine catatan intake dan
mengacu pada dehidrasi, output sesuai dengan output yang
kehilangan cairan saa tanpa usia dan BB, BJ urine akurat
19
ada perubahan pada natrium normal, HT Normal - Monitor status
Batasan karakteristik : Tekanan darah, nadi, hidrasi
Perubahan status suhu tubuh dalam - Monitor vital sign
mental batas normal - Monitor masukan
Penurunan tekanan Tidak ada tanda-tanda makanan / cairan
darah dehidrasi dan hitung intake
Penurunan tekanan Elastisitas turgor kulit kalori harian
nadi baik, membrane - Kolaborasikan
kulit nutrisi
20
badan
Haus
Kelemahan
Faktor yangt berhubungan
:
- Kehilangan cairan
aktif
- Kegagalan
mekanisme regulasi
5. Ketidakseimbangan nutrisi - Nutritional status : food Nutrition
kurang dari kebutuhan and fluid management :
tubuh - Intake - Kaji adanya alergi
Definisi : - Weigh control makanan
Asupan nutrisi tidak cukup Kriteria hasil : - Kolaborasi
untuk memenuhi kebutuhan Adanya peningkatan dengan ahli gizi
metabolic berat badan sesuai untuk
dengan tujuan menentukan
Berat badan ideal jumlah kalori dan
sesuai dengan tinggi nutrisi yang
badan dibutuhkan pasien
Mampu - Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk
kebutuhan nutrisi meningkatkan
Tidak ada tanda-tanda protein dan
malnutrisi vitamin C
Menunjukkan - Berikan substansi
peningkatan fungsi gula
pengecapan dari - Yakinkan diet
menelan yang dimakan
Tidak terjadi penuruna mengandung
berat badan yang tinggi serat untuk
21
berarti mencegah
konstipasi
- Berikan makanan
yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi )
- Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian
- Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan n
utrisi yang
dibutuhkan
Nutrition monitoring :
- BB pasein dalam
batas normal
- Monitor adanya
penurunan berat
badan
- Monitor tipe dan
jumlah ativitas
yang biasa
22
dilakukan
- Monitor interaksi
anak atau orang
tua selama makan
- Monitor
lingkungan
selama makan
- Monitor turgor
kulit
23
Embolisme Menunjukkan - Monitor
Trauma kepala perhatian, konsentrasi kemmpuan BAB
24
Laporan isyarat Menyatakan rasa pasien
Perilaku distraksi nyaman setelah nyeri - Kaji kultur yang
(mis., berjalan berkurang mempengaruhi
mondar mandir respon nyeri
mencari orang lain Analgesic
dan atau aktifitas Administration :
lain, aktifitas yang - Tentukan lokasi,
berulang ) karakteristik,
Sikap melindungi kualitas, dan
area nyeri derajat nyeri
25
nyeri hebat
- Evaluasi
efektivitas
analgesic, tanda
dan gejala
8. Hambatan mobilitas fisik - Joint movement : active Exercise therapy :
Definisi: keterbatasan pada - Mobility level ambulation
pergerakan fisik tubuh atau - Self care : ADLs - Monitor vital sign
satu atau lebih ekstremitas - Transfer performance sebelum / sesudah
secara mandiri dan terarah Kriteria hasil : latihan dan lihat
Batasan karakteristik : Klien meningkat dalam respon pasien saat
Penurunan waktu aktivitas fisik latihan
reaksi Mngerti tujuan dari - Konsultasikan
Kesulitan membolak peningkatan mobilitas dengan terapi
balik posisi Memverbalisasikan fisik tentang
Melakukan aktivitas perasaan dalam rencana ambulasi
lain sebagai meningkatkan kekuatan sesuai dengan
pengganti pergerakan dan kemampuan kebutuhan
(mis,meningkatkan berpindah - Bantu klien untuk
perhatian pada Memperagakan menggunakan
aktivitas orang penggunaan alat tongkat saat
lain,mengendalikan Bantu untuk mobilisasi berjalan dan
perilaku ,focus pada cegah terhadap
aktivitas sebulum cedera
sakit) - Ajarkan pasien
berjalan ambulasi
26
kemampuan ambuilasi
melakukan
keterampilan motoric
halus
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motoric kasar
Keterbatsan rentang
motoric sendi
Tremor akibat
pergerakan
Ketidakstabilan
postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor yang
berhubungan :
Intoleransi aktivitas
Perubahan
metabolism selular
Ansietas
Indeks masa tubuh
diatas parental ke 75
sesuai usia
Gangguan kognitif
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan
27
tubuh
Penurunan kendali
otot
Penurunan massa
otot
Malnutrisi
Gangguan
musculoskeletal
Gangguan
neuromuscular
Agens obat
Ketidaknyamanan
Kerusakan integritas
struktur tulang
Program pembatasan
gerak
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Anak : An. F
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/ Tgl Lahir : Medan, 10 April 2007
Umur : 12 Tahun
Nama Ibu : Ny. Y
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : JL. Sumatera, Kel.Damai, Kec.Binjai Utama
Tanggal Masuk RS : 8 Oktober 2019 Jam 16.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 10 Oktober 2019 Jam 15.00 WIB
No.REG : 187657
Diagnosa Medis : Meningitis TB
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. Y
Hubungan : Ibu Kandung
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : JL.S.Hatta, km.17,8
29
II. KELUHAN UTAMA
Keluarga pasien mengatakan pasien kejang 3 hari disertai demam 2 minggu dan
batuk disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa bergerak sejak terjadi nya kejang.
30
Intranatal : Lahir cukup bulan, ditolong bidan, partus spontan langsung menangis.
Postnatal : ASI sejak lahir sampai 1 ½ tahun, bubur susu, 4 bulan sampai 8 bulan,
nasi tim 8 bulan-1 tahun. Nasi biasa, 1 tahun sampai sekarang.
Keterangan :
: Pria : Meninggal
: Wanita : Serumah
: Pasien : Cerai
31
VIII. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia
B. Persepsi Klien Tentang Penyakitnya
Keluarga pasien mengatakan tidak tau tentang penyakitnya
C. Konsep Diri
1. Body Image : Menyukai seluruh bagian tubuhnya karena itu pemberian Tuhan
2. Ideal Diri : Pasien ingin segera pulang
3. Harga Diri : Pasien khawatir akan keadaannya.
4. Peran Diri : Dalam keluarga pasien berperan sebagai anak
D. Keadaan Emosi
Labil, karena kondisi penyakit yang dialaminya
E. Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik
F. Hubungan Dengan Orang Lain
Hubungan Pasien dengan orang lain baik
G. Kegemaran
Pasien gemar bermain game
H. Daya Adaptasi
Pasien mampu beradaptasi dengan orang lain
32
Tekanan darah : 140/80 mmhg
TB/BB : 135cm/26 kg
Nadi : 120 x/i
RR : 34x/i
C. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala dan Rambut
a. Kepala
- Bentuk : Simetris, tidak ada masalah
- Kebersihan : Kulit kepala bersih
b. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Merata
- Kebersihan : Bersih
- Jenis dan struktur rambut : Halus dan lembut
c. Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris
2. Mata
Bentuk : Simetris kiri dan kanan
Palpebra : Membuka
Pupil : Isokor
Konjungtiva : Anemis
3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Simetris
b. Lubang hidung : Tidak ada masalah
c. Cuping hidung : Pernapasan cuping (+)
4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris kiri dan kanan
b. Ukuran telinga : Normal
c. Lubang telinga : Tidak ada masalah
33
d. Ketajaman Pendengaran : Baik
7. Pemeriksaan Integumen
a. Kebersihan : Bersih
b. Kehangatan : Hangat
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : Kembali >3 detik
34
Frekuensi : 34x/i
Irama : Bebas
c. Tanda kesulitan bernapas : Ada
2. Pernapasan Paru
a. Palpasi getaran suara : Vocal fremitus kiri lebih kuat
b. Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
c. Auskultasi : Suara nafas sedikit ronchi
3. Pemeriksaan Jantung
Auskultasi : Irreguler
11. Pemeriksaan Abdomen
1. Inspeksi
a. Bentuk abdomen : Simetris
b. Benjolan masa : Tidak ada
c. Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
Peristaltic usus : Normal
3. Palpasi
a. Tanda nyeri tekan : Tidak ada
b. Benjolan masa : Tidak ada
c. Hepar : Tidak ada
d. Tanda acites : Tidak ada
e. Lien : Tidak ada
4. Perkusi
a. Suara abdomen : Timpani
b. Pemeriksaan acites : Tidak ada tanda acites
35
V2: Ekstensi abnormal
2. Status mental
a. Kondisi emosi : Normal
b. Orientasi : Baik
c. Proses berfikir : Tidak normal
d. Motivasi : Baik
e. Persepsi : Positif
f. Bahasa : Kurang jelas
3 Nervus Cranialis
a. N.I (Olfaktorius)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penciuman
Cara Pemeriksaan : Pasien memejamkan mata, disuruh membedakan
bau yang dirasakan( kopi, teh, dll)
Hasil Pemriksaan : Pasien dapat memejamkan mata dan dapat
membedakan bau yang dirasakan
b. N.II (Optikus)
Fungsi : Saraf sensorik, untuk penglihatan
Cara Pemeriksaan : Dengan snelend card, dan periksa lapang pandang
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat melakukan snelend card dengan baik
c. N.III ( Okulomotorius)
Fungsi : Saraf motoric untuk mengangkat kelopak mata
keatas, kontriksi pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler.
Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil dan inspeksi kelopak mata.
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat memutar bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil baik dan inspeksi kelopak mata baik.
d. N.V (Trigeminus)
Fungsi : Saraf motoric, gerakan mengunya, sensasi wajah,
lidah dan gigi, reflex kornea dan reflex kedip
36
Cara Pemeriksaan : Menggerakkan rahang kesemua sisi, pasien
memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi, menyentuh
permukaan kornea dengan kapas
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat menggerakan rahang kesemua sisi,
pasien dapat memejamkan mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi
dan dapat menyentuh permukaan kornea dengan kapas.
e. N.VI (Abducens)
Fungsi : Saraf motoric, deviasi mata ke lateral
Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil dan inspeksi kelopak mata.
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat memutar bola mata, menggerakkan
konjungtiva, reflex pupil baik dan inspeksi kelopak mata baik
f. N.VII (Facialis)
Fungsi : Saraf motoric, untuk ekspresi wajah
Cara pemeriksaan : Senyum, bersiul, mengangkat alis mata, menutup
kelopak mata dengan tahanan dan menjulurkan lidah untuk membedakkan
gula dan garam
Hasil Pemeriksaan : Tidak normal, pasien tidak dapat senyum, bersiul,
mengangkat alis mata, menutup kelopak mata dengan tahanan dan
menjulurkan lidah untuk membedakkan gula dan garam.
h N.VIII (Auditorius)
Fungsi : Saraf sensorik untuk pendengaran dan
keseimbangan
Cara Pemeriksaan : Test webber dan rinne
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat melakukan test webber dan rinne
i N.IX (Glosoparingeus)
j N. X (Vagus)
37
Fungsi : Saraf sensorik dan motoric reflex muntah dan
menelan
Cara Pemeriksaan : Menyentuh faring posterior, pasien menelan
saliva, disuruh mengucap ahh…
Hasil Pemeriksaan : Pasien dapat Menyentuh faring posterior, pasien
menelan saliva, disuruh mengucap ahh…
3. Fungsi Motorik
a. Cara berjalan : Sulit
b. Tes jari hidung :-
c. Pronasi-supinasi : -
d. Kekuatan Otot
4444 2233
4444 2233
4. Reflek
a. Reflek bisep : Kontraksi otot bisep, sedikit supinasi lengan
bawah
b. Reflek trisep : Ada kontraksi
c. Reflek branchioradialis : Ada kontraksi
d. Reflek patellar : Ada kontraksi
e. Reflek tendon achiles : Ada gerakan
f. Reflek plantar :-
38
B. Pola Eliminasi
1. BAB
Pola BAB : 1X/hari
Karakter feses : Lunak
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan BAB : Tidak ada
Masalah eliminasi BAB : Tidak ada
2. BAK
Pola BAK : Lancar
Karakter urin : Kuning jernih
Nyeri : Tidak
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan obat : Menggunakan pispot karena belum bisaa
mobilisasi
Masalah eliminasi BAK : Tidak ada masalah
C. Pola Makan
Diet : Makan berserat
Pola diet : Sedikit tapi sering
BB sebelum MRS : 28kg
BB sesudah MRS : 26kg
Jumlah dan jenis diet : Nasi lembek
Kesulitan mengunyah :-
Masalah pola makan :-
Upaya mengatasinya :-
D. Pola Minum
Jenis minuman : Air mineral
Pola minum : Baik
Kesulitan minum : Tidak ada
39
Upaya mengatasinya :-
E. Kebersihan Diri
Sebelum sakit mandi 2x sehari dengan bersih, sesudah sakit hanya
dimandikan dengan keadan baring menggunakan air hangat.
F. Pola Kegiatan/Aktivitas
Dibantu sebagian oleh keluarga
40
Jumlah Leukosit 0.029
Jumlah Eritrosit 0,006
Glukosa 52
Ph 8,0%’
MN Sel 72,4%
PMN Sel 27,6 %
Keluarga pasien mengatakan pasien kejang 3 hari disertai demam 2 minggu dan batuk
disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa bergerak sejak terjadi nya kejang.
41
XII MASALAH KEPERAWATAN
B. ANALISA DATA
42
↓
vili arachnoideus
↓
Proses reabsorbsi
tertahan
akumulasi cairan
terhadap eksudat dan
tuberkel
obstruksi pada sistem
basalis
↓
penurunan suplai ke otak
dan jaringan
↓
resiko perubahan perfusi
jaringan serebral
43
o2 2 L/ mnt bateriemia
↓
blood brain barrier
↓
vairan serebrospinal
↓
inflamasi
↓
perdarahan pada ruang
epidural dan subdural
↓
kerusakan pembuluh
darah bersekat
↓
penumpukan darah
meningkat
↓
fungsi otak terganggu
↓
pelepasan listrik
mendadak tidak
terkontrol
↓
kejang
44
melekat pada sel epitel
mukosa nasofaring
↓
kolonisasi
↓
menembus membran
mukosa
↓
memperbanyak diri
dalam aliran darah
↓
bakterimea
↓
blood brain barier
↓
cairan serebro spinal
↓
inflamasi
↓
pelepasan zat vasoaktif
(histamin, bradikinin,
prostaglandin)
↓
hipotalamus
↓
korteks serebri
↓
Nyeri
45
- Ibu mengatakan anaknya ↓
gelisah, badannya panas dan mekanisme perubahan
susah tidur tubuh membentuk
antobody
DO:
↓
- T= 38,5
antibodi difagosit oleh
- Badan teraba panas
magrofag
- Terpasang infus Nacl 0.9% di
↓
kaki sebelah kanan.
sistem imunitas imatur
↓
zat pirogen interleukin 1
&2
↓
menstimulasi
hipotalamus regio
anterior
↓
Peningkatan suhu
tubuh/hipertermi
5
DS: Inflamasi Kerusakan mobilitas
- Ibu mengatakan bahwa anaknya ↓ fisik
dalam aktifitas (mandi, makan) peradangannpada ruang
dibantu oleh ibunya epidural dan subdural
- ↓
DO : Kaki kanan dan kiri tidak bisa kerusakan pembuluh
digerakkan darah bersekat
- Kekuatan otot ↓
4444 2233 penumpukan darah
↓
46
4444 2233 tekanan dalam otak
- Lemah meningkat
↓
fungsi otak terganggu
↓
penurunan kesadaran
↓
pemasukan O2 tidak
adekuat
↓
hipoksia jaringan
↓
penurunan metabolisme
↓
penurunan produk energi
↓
kurang energi
↓
mobilitas fisik terganggu
C. PRIORITAS MASALAH
47
D. INTERVENSI
Ts
48
2. Observasi kulit, 2. Adanya sianosis
kuku, membran menunjukkan
mukosa hipoksia
49
analgesik sesuai
terapi
50
neuromuskuler, mempertahankan penyebaran
penurunan fungsi optimal dari terhadap BB dan
kekuatan/ketahana pergerakan dengan meningkatkan
n otot kriteria hasil: sirkulasi darah
bagian tubuh
- Kekuatan otot
2. Bantu pasien untuk 2. Mempertahankan
meningkat
melakukan latihan mobilisasi dan
- Rentang gerak
rentang gerak fungsi sendi
tidak terbatas
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian pernafasan pada teori, ada didapatkan suatu perbedaan dengan pengkajian
pernafasan pada kasus. Dimana, dalam pengkajian pernafasan pada teori timbul gejala seperti :
riwayat infeksi sinus atau paru, adanya peningkatan kerja pernapasan (tahap awal), perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah. Sedangkan, pengkajian pernafasan pada kasus, tidak
51
didapatkan pasien mengalami tanda dan gejala seperti yang ada pada teori tersebut. Dan
pengkajian pernafasan pada pasien tidak mengalami masalah (dalam batas normal).
Pengkajian makanan/cairan pada teori, ada didapatkan suatu perbedaan dengan pengkajian
makanan/cairan pada kasus. Dimana, dalam pengkajian makanan/cairan pada teori timbul gejala
seperti : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut, kehilangan sensasi lidah dan
tenggorokan dengan tanda: kesulitan menelan. Sedangkan, pengkajian makanan/cairan pada
kasus, tidak didapatkan pasien mengalami tanda dan gejala seperti yang ada pada teori tersebut.
Pasien tidak mengalami mual muntah, nafsu makan menurun, kehilangan sensasi lidah dan
tenggorokan, dan bahkan tidak mengalami gangguan menelan. Pengkajian makanan/cairan pada
pasien tidak mengalami masalah (dalam batas normal).
B. Diagnosa Keperawatan
C Intervensi Keperawatan
1. Intervensi keperawatan dalam teori: Kekurangan volume cairan b.d menurunnya intake
cairan, kehilangan cairan abnormal tidak ada di intervensi kasus karena pasien tidak
mengalami kekurangan volume cairan
2. Intervensi keperawatan dalam teori: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
60
tubuh b.d anoreksia, lemah, mual, muntah tidak ada di intervensi kasus karena pasien
tidak mengalami masalah nutrisi pada tubuh.
D Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi 2x24 jam pasien sudah sadar, pasien merintih kesakitan
dan gelisah, badannya panas dan pasien alam beraktivitas (makan, minum ) masih
dibantu oleh ibunya/keluraga.
52
BAB V
61
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari teori dan kasus dapat disimpulkan Meningitis TB adalah reaksi peradangan
yang mengenai salah satu atau semua selaput meningen di sekeliling otak dan medulla
spinalis yang disebabkan oleh kuman Tuberculosa ditandai dengan An F kejang 3 hari
53
disertai demam 2 minggu dan batuk disertai sesak, kaki kanan dan kaki kiri tidak bisa
bergerak sejak terjadi nya kejang.
B Saran
Diharapkan agar keluarga lebih aktif dalam proses penyembuhan pasien seperti:
1. Membantu pasien dalam melakukan ROM yang telah diajarkan perawat di RS.
2. Membantu Memberi kompres hangat pada daerah frontal dan aksila
3. Membantu pasien dalam membersihkan tubuhnya.
62
54