Anda di halaman 1dari 34

DESAIN INOVATIF BERDASARKAN EVIDENCE BASED

NURSING PRACTICE (EBNP) KEPERAWATAN GERONTIK


STUDI KASUS : HIDROTERAPI RENDAM KAKI AIR
HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN NY. H DENGAN HIPERTENSI

DESY LESTARI SARAGIH


NIM : P13374209201055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan global
yang perlu ditanggani secara serius karena angka prevalensi dan tingkat
keganasan yang tinggi yaitu berupa kecacatan maupun kematian. Hipertensi
diderita oleh orang dari berbagai sub-sub kelompok, hal ini membuktikan
bahwa penderita hipertensi sangat heterogen (Dewi & Familia, 2010). Data
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa
biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu
pada tahun 2016 sebesar 2,8 Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun 2018
sebesar 3 Triliun rupiah (Kemenkes RI, 2019).
Secara global, penyakit kardiovaskular memiliki kurang lebih sebanyak 17
juta kematian setiap tahunnya. Sedangkan kematian akibat hipertensi di
seluruh dunia mencapai 9,4 juta kematian setiap tahunnya. Data World Health
Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar 1,13 Miliar orang di
dunia mengalami hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
hipertensi. Jumlah penderita hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi (WHO, 2015). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar tahun 2018,
proporsi terbesar dari keseluruhan Penyakit Tidak Menular adalah hipertensi,
yaitu sebesar 57,87%. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah
pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 34,1%. Kemudian prevalensi hipertensi pada lansia di Indonesia yang
berusia 55 - 64 tahun menunjukkan 45,9%, pada usia 65 - 74 sebesar 57,6%,
dan 63,8% untuk usia > 75 tahun (Kemenkes RI, 2018).
Di Jawa Tengah jumlah penduduk berisiko (> 18 th) yang dilakukan
pengukuran tekanan darah pada tahun 2017 tercatat sebanyak 8.888.585
orang atau 36,53%. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 1.153.371
orang atau 12,98% dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan
jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar 13,10
2
%, lebih rendah dibanding pada kelompok laki-laki. Prevalensi hipertensi
pada lansia di Jawa Tengah pada usia 55 - 64 tahun sebesar 58,84% , pada
usia 65 - 74 tahun sebesar 61,6%, dan pada usia > 75 tahun sebesar 65,5%
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2017). Sedangkan di Kabupaten
Purbalingga jumlah kasus Hipertensi tahun 2018 yang ditemukan sebanyak
29.363 kasus (17,39%) dari 168.805 orang usia ≥18 tahun yang dilakukan
pengukuran tekanan darah tinggi di puskesmas dan jaringannya (Dinas
Kesehatan Kabupaten Purbalingga, 2018).
Faktor resiko Hipertensi yang tidak dapat diubah/dikontrol adalah umur,
jenis kelamin, riwayat keluarga dan genetik. Sedangkan faktor yang dapat
dikontrol diantaranya kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak
jenuh, penggunaan minyak bekas pakai, kebiasaan konsumsi minum-
minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan
estrogen (Kemenkes, 2014). Sedangkan pada lanjut usia hipertensi
disebabkan terjadinya perubahan pada penurunan elastisitas dinding aorta,
katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah, kehilangan elastisitas pembuluh darah dan meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan menurunya kontraksi
dan volume (Aspiani, 2014)
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada penderita hipertensi diantaranya
sakit kepala/rasa berat di tengkuk, pusing, jantung berdebar-debar, mudah
Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan
(Kemenkes, 2014). Namun pada beberapa kasus tidak menunjukkan gejala
apapun sehingga hal ini menjadikan Hipertensi disebut sebagai silent killer.
Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan komplikasi
seperti stroke, serangan jantung, ginjal, demensia dan sebagainya
(Nurrahmani, 2015). Angka kematian penyakit jantung yang disebabkan
karena hipertensi sebesar 49% dan 51% kematian karena penyakit stroke.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit
jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3
3
juta kematian pada tahun 2030 (Kemenkes, 2014). Hal tersebut menunjukkan
bahwa diperlukan penatalaksanaan yang tepat untuk mengatasi atau
mengontrol hipertensi pada lansia.
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua cara yaitu non
farmakologis dan farmakologis. Secara farmakologi, penatalaksanaannya
dengan memberikan obat antihipertensi. Namun kebiasaan mengkonsumsi
obat anti hipertensi atau terapi medis dapat berakibat pada ginjal dan
kerusakan hati sehingga dilakukan upaya lain untuk membantu
mengendalikan hipertensi salah satunya dengan pemberian terapi
komplementer sebagai terapi non farmakologi (Triyanto, 2014).
Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa menggunakan agen obat
dalam proses terapinya (Triyanto, 2014). Berbagai terapi nonfarmakologis
yang disarankan sebagai terapi pendamping terapi medis disebut juga terapi
alternatif dan terapi komplementer. National Center for Complementary and
Alternative Medicine (NCCAM) menyebutkan terapi komplementer adalah
sekelompok perawatan kesehatan, praktek, dan produk yang saat ini tidak
dianggap sebagai bagian dari pengobatan konvensional (Synder & Lindquist,
2010). Pemberian terapi non farmakologis relatif praktis, efisien dan dapat
menekan pengeluaran. (Kadri & Fitrianti, 2019).
Salah satu terapi komplementer untuk mengontrol tekanan darah adalah
hidroterapi berupa rendam kaki menggunakan air hangat. Rendam kaki
dengan menggunakan air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi tubuh.
Terapi rendam kaki dengan air hangat adalah terapi dengan cara merendam
kaki hingga batas 10- 15 cm diatas mata kaki menggunakan air hangat .
Secara ilmiah terapi merendam kaki dengan air hangat dapat memperbaiki
mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi . Efek dari rendam kaki
menggunakan air hangat menghasilkan energi kalor yang bersifat mendilatasi
pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah juga meransang saraf yang
ada pada kaki untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan
perubahan tekanan darah.

4
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan intervensi terapi
komplementer rendam kaki air hangat kepada pasien dengan hipertensi.
B. Tujuan
1. Umum
Tujuan umum adalah untuk menggambarkan efek rendam kaki air
hangat terhadap tekanan darah pasien hipertensi.
2. Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran respon klien sebelum diberikan
hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat terhadap tekanan
darah.
2. Mengidentifikasi gambaran respon klien sesudah diberikan
hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat terhadap tekanan
darah.
C. Manfaat
1. Bagi klien
Adanya hidroterapi rendam kaki dengan air hangat dapat membantu
pasien hipertensi dalam mengontrol tekanan darahnya.
2. Pelayanan keperawatan
Sebagai bahan kajian untuk menyiapkan klien yang memiliki hipertensi
3. Institusi pendidikan
Sebagai salah satu bacaan ilmiah penerapan evidence based nursing pada
tekanan darah pasien hipertensi.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep masalah keperawatan (Hipertensi)
2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang mengalami
peningkatan diatas normal. Hipertensi merupakan kondisi dimana
tekanan darah sistol lebih dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih
dari 80 mmHg (Priyanto, Mulia & Nurhayati, 2020). Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa penderita
hipertensi yang berusia di atas 18 tahun mencapai 25,8 persen dari
jumlah keseluruhan penduduk Indonesia.

Klasifikasi menurut derajat hipertensi


Sumber: JNC, 2003. Journal Watch, New Hypertension Guidelines: JNC 7

2.1.2 Tekanan Darah Tekanan Darah


No Derajat Hipertensi
Sisotlik Diastolik
1 Normal < 130 mmHg < 85 mm Hg

2. Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

3. Stadium 1 (Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg


Ringan)

4. Stadium 2 (Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg


Sedang)

5. Stadium 3 (Stadium Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

6. Stadium 4 (Hipertensi ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg


Maligna)

Etiologi penyakit
2.1.2.1 Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Hipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui
peyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat
95% kasus (Smeltzer & Bare, 2001). Banyak faktor yang

6
mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, genetik, usia,
lingkungan, sistem renin angiotensin dan sistem saraf
otonom. Faktor-faktor lainya yaitu merokok, konsumsi garam
berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang
berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalam
Rahmadani, 2011).
2.1.2.2 Hipertensi sekunder
Hipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua
prevalensi hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui,
misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis
kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit
endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali), koarktasio
aorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-
obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalam Rahmadani,
2011).
2.1.3 Gejala hipertensi
Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak
mempunyai gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan
darahnya dan hanya diidentifikasi dengan pemeriksaan tekanan darah
saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang dapat menganggap
sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan tanda-tanda
meningkatnya tekanan darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian
kecil yang terjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011).
Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan
hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih
dan denyut jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi
(Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang umumnya terjadi
pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan
lain-lain (Wiryowidagdo, 2002; dalam Sagala, 2010). Kushartanti
(2008) menyebutkan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku
7
tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan
sesak nafas. Menurut Smeltzer & Bare (2001) faktor yang
mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan
vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ
yang divaskularisasi.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah


Menurut Potter & Perry (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah seseorang terdiri dari:
a) Usia
Tekanan darah orang dewasa meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Satu dari lima pria berusia 35-44 tahun
memiliki tekanan darah tinggi. Angka tersebut meningkat dua
kali lipat pada usia antara 45-54 tahun. Sekitar 50% dari
orang yang berusia 55-64 tahun diperkirakan mengalami
hipertensi dan pada usia 65 tahun keatas diperkirakan jumlah
kasus hipertensi semakin meningkat (Hadibroto et al, 2006).
Semakin bertambah usia seseorang dihubungkan dengan
penurunan elastisitas pembuluh darah yang dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Smeltzer & Bare,
2001).
b) Stres
Kondisi stres pada seseorang secara terus menerus cenderung
akan meningkatkan rangsangan saraf simpatis. Peningkatan
rangsangan saraf simpatis yang terjadi terus menerus
mengakibatkan peningkatan kerja jantung dan tahanan
vaskular perifer. Efek stimulasi saraf simpatis yang
berlangsung secara terus menerus akan meningkatkan
tekanan darah (Hadibroto et al, 2006).
c) Ras

8
Frekuensi hipertensi pada orang Afrika dan Amerika
cenderung lebih tinggi daripada orang Eropa. Kematian yang
dihubungkan dengan hipertensi juga lebih banyak pada orang
Afrika dan Amerika. Kecenderungan populasi ini terhadap
hipertensi dihubungkan dengan faktor genetik dan
lingkungan (Potter & Perry, 2006).
d) Medikasi
Terapi obat yang diresepkan oleh dokter kepada pasien
kadang memberikan efek perubahan tekanan darah yang
signifikan. Perawat harus mengkaji secara detail terapi obat
yang diprogramkan kepada pasien untuk memastikan
pengukuran tekanan darah (Potter & Perry, 2005).
e) Jenis kelamin
Secara klinis tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari
tekanan darah pada anak laki-laki dan perempuan. Setelah
pubertas pria cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memeiliki
tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria dengan usia
yang sama (Tambayong, 2000).
Smeltzer & Bare (2001) juga menyebutkan bahwa terdapat
beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi tekanan darah
pada seseorang. Merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol,
obesitas, stres, medikasi dan kurang berolahraga/aktivitas
fisik merupakan faktor yang juga berpengaruh pada kondisi
hipertensi primer.
2.1.5 Penatalaksanaan hipertensi
2.1.5.1 Penatalaksanaan farmakologis
Terapi farmakologis merupakan terapi pemberian obat
anti hipertensi kepada pasien. Pemberian obat anti hipertensi
yang biasa dijumpai dimasyarakat yaitu diuretik, ACE
inhibitor, beta blocker, angiotensin reseptor bloker, dan
9
calcium antagonist (Renatasari, 2009). Pendapat lain
menurut European Society of Hypertension (2003); dalam
Departemen Kesehatan (2006), menyebutkan bahwa
kombinasi obat anti hipertensi yang paling baik yaitu ACE
inhibitor, beta blocker, diuretic dan calcium antagonist.
Terapi farmakologis menggunakan obat-obatan diatas
selain membantu menurunkan tekanan darah pada pasien
ternyata memiliki efek samping yang bervariasi pada masing-
masing jenis obatnya. Antagonis aldosteron dan penahan
kalium dapat meyebabkan hiperkalemia. ACE inhibitor dapat
menyebabkan gagal ginjal pada pasien dengan renal arteri
stenosis dan merupakan kontraindikasi pada perempuan
hamil atau pada pasien dengan sejarah angioedema.
Penyekat reseptor angiotensin memberikan efek yaitu
resiko hipotensi dan dapat menyebabkan hiperkalemia pada
pasien dengan penyakit ginjal kronis. Penyekat reseptor
angiotensin juga dapat menyebabkan gagal ginjal pada pasien
dengan renal arteri stenosis. Pasien dengan terapi penyekat
beta akan memberikan efek samping berupa rebound
hypertension.
Efek samping lain dari penyekat beta yaitu dapat
menyebabkan eksaserbasi asma bila selektifitas hilang.
Antagonis kalsium dapat menyebabkan pelepasan simpatetik
reflex berupa takhikardia, pusing, sakit kepala, flushing, dan
edema perifer. Antagonis kalsium juga dapat menyebabkan
heart block (Stringer, 2008).
2.1.5.2 Penatalaksanaan nonfarmakologis
Efek samping yang tidak sedikit pada pemberian terapi
farmakologis membuat pasien hipertensi menggunakan cara
selain mengkonsumsi obat. Terapi nonfarmakologis
merupakan terapi alternatif yang sering digunakan oleh
10
pasien hipertensi dalam membantu menurunkan tekanan
darah dan gejala lainnya.
Menurut Gunawan (2001) dan Bakri, (2003); dalam
Renatasari (2009) menyatakan bahwa pengobatan
nonfarmakologis yang dapat diberikan pada pasien hipertensi
yaitu berupa pengurangan asupan garam, membatasi
konsumsi lemak, membatasi rokok dan menghindari alkohol,
penurunan berat badan bagi pasien gemuk dan olahraga.
Rekomendasi yang diberikan sebagai terapi
nonfarmakologis berupa pemeliharaan berat badan normal
sesuai BMI (body mass index) dan diet makanan segar seperti
buah, sayur dan produk susu rendah lemak. Rekomendasi
lainnya berupa pengurangan diet garam tidak lebih dari 100
meq/L atau kira-kira 1 sendok teh; menghindari minum-
minuman berakohol dan melakukan aktivitas fisik seperti
olahraga, aerobik, jalan kaki 30 menit/hari dalam beberapa
hari/minggu (Depkes, 2006).
2.2 Konsep intervensi keperawatan (Hidroterapi)
2.2.1. Rendam Kaki Menggunakan Air hangat
Secara ilmiah air hangat mempunyai dampak fisiologis bagi
tubuh. Pertama berdampak pada pembuluh darah dimana hangatnya
air membuat sirkulasi darah menjadi lancar, yang kedua adalah faktor
pembebanan di dalam air yang akan menguatkan otot-otot dan
ligament yang mempengaruhi sendi tubuh (Hembing, 2000).
Hidroterapi rendam air hangat sangat mudah dilakukan oleh semua
orang, tidak membutuhkan biaya yang mahal, dan tidak memiliki efek
samping yang berbahaya (Potter & Perry, 2006).
Pada pengobatan tradisional Tiongkok, telapak kaki merupakan
titik awal dan akhir dari enam merdian. Terdapat lebih dari 60 titi
akupuntur di telapak kaki yang berhubungan dengan empedu,
kandung kemih, lambung, limpa, hati, dan ginjal. Merendam kaki
11
dalam air hangat dapat membantu membuka meridian yang tersumbat
dan meningkatkan sirkulas darah di seluruh tubuh.
Prinsip kerja dari terapi ini yaitu dengan menggunakan air
hangat yang bersuhu 40,5 – 43 oC selama 20-30 menit secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan menyebabkan pelebaran pemsbuluh darah dan dapat menurunkan
ketegangan otot. Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan
sirkulasi darah, mengurangi edema, meningkakan relaksasi otot,
menyehatkan jantung, mengendorkan otot-otot, menghilangkan
setress, meringankan rasa sakit, meningkatkan permeabilitas kapiler,
memberikan kehangatan pada tubuh sehingga sangat bermanfaat
untuk terapi penurunan tekanan darah pada kasus hipertensi. Terapi
rendam kaki air hangat ini memiliki banyak manfaat, namun dalam
beberapa kasus terapi ini justru menjadi kontra indikasi, yaitu pada
kasuspenyakit jantung dengan kondisi yang parah, orang yang
memiliki tekanan darah rendah, serta penderita diabetes karena kulit
pasien diabetes akan mudah rusak walaupun hanya dengan air hangat.
2.2.2. Pengaruh Terapi Rendam Kaki Air Hangat Terhadap Status
Kardiovaskuler Pasien Hipertensi
Terapi rendam air hangat ini memiliki pengaruh terhadap status
kardiovasuler pasien dengan hipertensi. Air hangat yang memiliki
dampak fisiologis pada tubuh berupa peningkatan sirkulasi darah
dengan memperlebar pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen
yang dipasok ke jaringan serta menguatkan otot-otot dan ligamen.
Terapi rendam kaki air hangat mamu mengurangi tingkat stress
dengan cara merangsang produksi endorphin yang memiliki sifat
analgesik.
Terapi redam kaki air hangat ini mampu menurunkan frekuensi
nadi dan menurunkan tekanan darah dengan cara pelebaran pembuluh
darah dan penurunan setress. Tekanan darah yang menurun akan
berdampak pula terhadap pernafasan pasien. Tekanan darah yang
12
normal juga mengakibatkan nilai Ankle Branchial Indeks pasien
menjadi normal yang mengindikasikan kenormalan tekanan darah di
seluruh tubuh.
Prinsip kerja dari terapi ini adalah dengan menggunakan air
hangat yang bersuhu 38-40oC selama 20-30 menit secara konduksi
dimana terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan dapat menurunkan
ketegangan otot. Terapi rendam kaki menggunakan air hangat ini
memiliki banyak manfaat, namun pada beberapa kasus menjadi kontra
indikasi, yaitu pada kasus penyakit jantung dengan kondisinya yang
parah, orang yang memiliki tekanan darah rendah, serta penderita
diabetes. Karena kulit pasien diabetes akan mudah rusak walaupun
hanya dengan menggunakan air hangat (Damayan, 2014).

13
2.3 Review artikel
No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil

1 Dewi Hartinah, 2019 Quasi 20 orang Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada
Andy Sofyan, experiment efek hidroterapi terhadap tekanan darah. Pada
Siswanto, dan with pre-test kelompok intervensi diberikan hidroterapi
and post-test selama ± 15 menit, 1 kali sehari selama 5 hari
Ahmad Nur S
administered berturut-turut, sedangkan pada kelompok
to non- kontrol responden tidak diberikan hidroterapi
equivalent dari observasi awal rentang (pre-test) hingga
control group observasi akhir (post-test) selama 5 hari.
Penurunan tekanan darah rata-rata darah
sistolik 19 mmHg dan diastolik 4 mmHg,
dengan ρ-value 0.000 untuk sistolik dan ρ-
value 0.0443 untuk diastolik. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa hidroterapi
mempengaruhi tekanan darah pasien hipertensi

2 Sudaryati, N. L. G.1 2019 Quasy 15 orang Setelah penelitian selesaidiperoleh hasil bahwa
, Sudiartawan, I experiment sebelum dilakukan intervensi hydrotherapi
P.1 , Dwi-Mertha- dengan one rendam kaki,terdapat sebanyak 0 % penderita
Adnyana, group pretest yang tergolong ke dalam kategori normal,
post test 13,32 % kategori prehipertensi, 60,08 %
design kategori hipertensi derajat I dan 26,60 %
kategori hipertensi derajat II. Setelah diberikan
intervensi terdapat 13,32 % penderita
tergolong kedalam kategori normal, 66,68 %
kategori prehipertensi, 20,00 % kategori
hipertensi derajat I dan tidak ada penderita
yang tergolong kedalam kategori hipertensi
derajat II. Penurunan sebesar 20-30 mmHg
untuk tekanan darah sistolik dan 0-10 mmHg
untuk tekanan darah diastolic setelah
dilakukan intervensi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa
hydrotherapi rendam kaki efektif digunakan
untuk menurunkan tekanan darah pada
14
penderita hipertensi.
No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil

3 Nutrisia Nu’im 2018 Quesi 31 orang Hasil penelitian setelah Responden diberi
Haiya, experiment campuran merendam air hangat dan garam
without selama 5 kali dalam 5 minggu selama 15-30
Iwan Ardian,
control group menit. Secara statistik berdasarkan hasil

Iskim Luthfi design Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p 0,002


lebih kecil dari 0,05. Kesimpulannya,
hidroterapi memberi
berdampak pada penurunan tekanan darah
pada lansia

4 Salmah Arafah 2019 Eksperiment 15 orang Hasil penelitian menggunakan ada pengaruh
Design yang signifikan antara hasil pengukuran
tekanan darah sistolik setelah rendam kaki
menggunakan air hangat. Dan berdasarkan
hasil uji Wilcoxon, ada pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah
(p-value = 0,000). Kesimpulan : Dari hasil
penelitian ini, rendam kaki dengan
menggunakan air hangat sangat efektif
menurunkan tekanan darah pada kasus
hipertensi.

5 Try Putra Farmana 2020 True- 34 Hasil analisis menggunakan uji statistik
Edison siringoring Eksperimen responden wilcoxon dengan tingkat kepercayaan (α =
Safruddin dengan 0,05). Berdasarkan hasil uji wilcoxon
rancangan menunjukkan bahwa ada penurunan rerata
penelitian Pre tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
and post test dan setelah dengan nilai p-Value = < 0,05.
control group Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan
design.. : dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh
rendam kaki dengan air hangat terhadap
tekanan darah pasien hipertensi

15
BAB III
METODE PENULISAN

A. Rancangan solusi yang ditawarkan


Step 0: Menumbuhkan semangat berpikir kritis (bertanya dan menyelidiki)
Perancang mengobservasi masalah di keluarga
Step 1: Menanyakan pertanyaan klinik dengan menggunakan PICO/PICOT
format
P : hipertensi
I : hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat
C:-
O : penurunan tekanan darah
T:
Step 2: Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelititan) yang
paling relevan dengan PICO/PICOT
Perancang mencari artikel mengenai pengaruh hidroterapi rendam kaki
dengan air hangat untuk menurunkan tekanan darah dari jurnal
Step 3: Melakukan penilaian kritis terhadap bukti-bukti (artikel penelititan)
Menerapkan kritisi jurnal dengan prinsip validity, reability, importance
Step 4: Mengintegrasikan bukti-bukti (artikel penelititan) terbaik dengan
pandangan ahli serta memperhatikan keinginan dan manfaatnya bagi pasien
dalam membuat keputusan atau perubahan
Perancang menentukan keputusan dengan konsultasi bersama pembimbing
klinik, sesuai kebutuhan pasien dan artikel penelitian yang terbaik.
Step 5: Mengevaluasi outcome dari perubahan yang telah diputuskan
berdasarkan bukti-bukti.
Perancang melakukan evaluasi intervensi dan mengkaji ulang manfaat
intervensi dalam perubahan pelayanan berdasar EBP dengan kualitas baik.
Step 6: Menyebarluaskan hasil dari EBP
Perancang menyusun proposal hingga presentasi laporan hasil dari intervensi
yang telah dilakukan sebagai penerapan EBP
B. Target dan luaran
Kriteria inklusi ditujukan pada klien dengan hipertensi usia dewasa
yang tidak memliki kontraindikasi dilakukannya rendam kaki dengan air
hangat. Luaran yang diharapkan adalah penurunan tekanan darah pada klien
hipertensi.
C. Prosedur pelaksanaan
1. Membawa peralatan mendekati responden.
2. Posisikan klien dalam posisi duduk di kursi.
3. Masukan air hangat ke dalam baskom sebanyak 2100cc dengan suhu
400C.
4. Jika kaki tampak kotor cuci terlebih dahulu lalu keringkan.
5. Celupkan dan rendam kaki sampai mata kaki biarkan selama 15 menit.
6. Tutup baskom dengan handuk untuk menjaga suhu.
7. Lakukan pengukuran suhu setiap 5 menit, jika suhu turun tambahkan air
hangat sampai suhu sesuai kembali.
8. Setelah selesai (15 menit), angkat kaki lalu keringkan dengan handuk.
9. Rapikan peralatan.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Setelah dilakukan intervensi terapi rendam kaki dengan air hangat selama
5 hari didapatkan hasil sebagai berikut:
No Hari, tanggal Pre Post Keterangan
1 Senin, 30 180/100 mmHg 160/90 mmHg Mengalami
November 2020 penurunan
2 Selasa, 01 160/100 mmHg 150/90 mmHg Mengalami
Desember 2020 penurunan
3 Rabu, 02 November 160/100 mmHg 160/100 mmHg Tetap
2020
4 Kamis, 03 160/100 mmHg 150/90 mmHg Mengalami
Desember 2020 penurunan
5 Jumat, 04 Desember 150/100 mmHg 140/90 mmHg Mengalami
2020 penurunan

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa setelah


mendapatkan terapi rendam kaki dengan air hangat setaip harinya
mengalami penurunan tekanan darah.

B. PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas
rendam kaki air hangat dalam menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi. Pada hari ke-1 nilai tekanan darah sebelum intervensi adalah
180/100 mmHg dan setelah dilakukan intervensi menjadi 160/100 mmHg
atau mengalami penurunan sebesar 10 mmHg pada tekanan darah sistolik
dan diastolik. Pada hari ke-2, nilai tekanan darah sebelum intervensi
adalah 160/100 mmHg dan setelah dilakukan intervensi menjadi 150/90
mmHg atau mengalami penurunan sebesar 10 mmHg pada tekanan darah

18
sistolik dan diastolik. Kemudian pada hari ke-3 nilai tekanan darah
sebelum intervensi adalah 150/90 mmHg dan setelah dilakukan intervensi
nilainya tetap 150/90 mmHg. Hari ke-4 nilai tekanan darah sebelum
intervensi adalah 160/100 mmHg dan setelah dilakukan intervensi
menjadi 150/90 mmHg atau mengalami penurunan sebesar 10 mmHg
pada tekanan darah sistolik. Sedangkan pada hari ke-5 nilai tekanan darah
sebelum intervensi adalah 150/100 mmHg dan setelah dilakukan
intervensi menjadi 140/90 mmHg atau mengalami penurunan sebesar 10
mmHg pada tekanan darah sistolik. Jika dibandingkan tekanan darah pada
hari pertama dan ke lima maka terjadi penurunan tekanan darah dari
180/100 mmHg menjadi 140/90 mmHg.
Hampir setiap setelah pelaksanaan terapi rendam kaki dengan air
hangat tekanan darah pasien mengalami penurunan. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang berjudul “The Effect of Hydrotherapy on
Blood Pressure of the Hypertensive Patients in Public Hospital of RA
Kartini Jepara” oleh Dewi Hartinah, dkk tahun 2019, berpendapat bahwa
secara ilmiah, air hangat dengan suhu 32-35 ° C dinyatakan memiliki
dampak fisiologis pada tubuh. Hangatnya air membuat sirkulasi darah
lancar. Air hangat diketahui memiliki dampak fisiologis pada tubuh. Jadi,
air hangat dapat digunakan dalam terapi untuk memulihkan otot sendi
yang kaku dan menyembuhkan stroke. Melalui metode yang lebih mudah
dan murah ini dapat dijadikan salah satu alternatif pengobatan
nonfarmakologi bagi penderita hipertensi (Hartinah et al., 2019).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudaryati, dkk
tahun 2019 dengan judul “Effectiveness Of Granting Hydrotherapy Of
Foot Lam In Hypertension Patients In Banjar Sri Mandala, Kelurahan
Dauhwaru, Jembrana Regency” menyatakan bahwa Hydrotherapi rendam
kaki dapat melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan
darah menurun. Dalam hal ini, hydrotherapi rendam kaki dapat
mengurangi tahanan perifer, penurunan tahanan perifer dicerminkan
dengan penurunan tekanan diastolik (Sudaryati et al., 2019).

19
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nutrisia Nu’im,dkk tahun 2018
dengan judul “Hydroterapy in Influencing The Changes of Elderly Blood
Pressure” menjelaskan bahwa hidroterapi / merendam kaki dengan air
hangat dengan garam membantu meredupkan otot tegang, dan
memperlancar peredaran darah. Manfaat lainnya dari Hydroterapi yaitu
menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang mengakibatkan
relaksasi dalam tubuh, dan menyebabkan tekanan darah menurun.
Manfaat maksimal dari hidroterapi akan terlihat dalam 20 menit setelah
melakukan terapi (Nu’im Haiya et al., 2018).
Penelitian serupa yang dilakukan oleh Salmah Arafah tahun 2019
dengan judul “Pengaruh Rendam Kaki dengan Menggunakan Air Hangat
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar” menyatakan bahwa ada pengaruh
yang signifikan pada tekanan darah sistolik setelah diberikan terapi
Hydroterapi (Arafah, 2019). Didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Try Putra Farmana tahun 2020 dengan judul “Rendam Kaki dengan
Air Hangat Terhadap Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi”
menjelaskan bahwa efek dari rendam kaki menggunakan air hangat
menghasilkan energi kalor yang bersifat mendilatasi pembuluh darah dan
melancarkan peredaran darah juga merangsang saraf yang ada pada kaki
untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan
perubahan tekanan darah (Farmana et al., 2020). Peneliti berasumsi
bahwa perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah diberikan
terapi diiakibatkan oleh beberapa faktor yaiu usia, aktivitas dan respon
tubuh seseorang terhadap panas. Faktor-faktor tersebut ini sangat
mempengaruhi hasil dari terapi rendam kaki dengan air hangat terhadap
tekanan darah pada penderita hipertensi.

20
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil dan pemnahasan maka dapat disimpulkan bahwa
hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat dapat mempengaruhi
tekanan darah pada pasien hipertensi. Pasien yang telah mendapatkan
intrevensi selama 5 hari bertutu-turut mengalami penurunan tekanan darah.
Intervensi diberikan selama 10-15 menit di sore hari.
Manfaat lain yang diperoleh adalah dapat memperlancar peredaran
darah. Peneliti berasumsi bahwa perbedaan tekanan darah pada pasien
hipertensi setelah diberikan terapi diiakibatkan oleh beberapa faktor yaiu usia,
aktivitas dan respon tubuh seseorang terhadap panas. Faktor-faktor tersebut
ini sangat mempengaruhi hasil dari terapi rendam kaki dengan air hangat
terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi.

B. Saran
1. Institusi pendidikan
Penerapan evidence based nursing dapat memperbaruhi kurikulum
pembelajaran utamanya terkait efek rendam kaki dengan air hangat
terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi yang berpedoman
pada kaidah ilmiah berdasar bukti dengan jangka waktu terupdate dan
dapat diaplikasikan.
2. Pelayanan keperawatan
Penerapan evidence based nursing dapat dijadikan acuan dalam
melakukan hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Trans Info Media.


Dewi, S., & Familia, D. (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+ Plus
Books.
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten
Purbalingga Tahun 2018 (Issue 21). DKK Purbalingga.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Profil kesehatan Profinsi Jawa
Tengah Tahun 2017. 3511351(24), 1–112.
Kadri, H., & Fitrianti, S. (2019). Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Relaksasi
Otot Progresif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota
Jambi. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 1(2), 138.
https://doi.org/10.36565/jak.v1i2.40
Kemenkes, 2014. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(Pusdatin) Hipertensi. Infodatin.
https://doi.org/10.1177/109019817400200403
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https://doi.org/1 Desember 2013
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html
Nurrahmani, U. (2015). Stop Hipertensi! Familia Pustaka Keluarga.
Synder, M., & Lindquist, R. (2010). Complementary and Alternative Therapies in
Nursing (Sixth). Springer Publishing Company.
Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Graha Ilmu.
WHO. (2015). A Global brief oh hypertension. Global Public Health Crisis.

22
LINK VIDEO TERAPI KOMPLEMENTER

1. https://drive.google.com/file/d/1PN6uqLFN1Zwlo-XKmO18SntTJeMJOaxr/view?
usp=drivesdk

Pengaruh Hidroterapi (Rendam Kaki Air Hangat)


Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi
23
Yudi May Hendra Sinurat1, Wien1
1
Profesi Ners Poltekkes Semarang

Abstrak
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan global yang
perlu ditangani secara serius karena angka prevalensi dan tingkat keganasan yang tinggi
yaitu berupa kecacatan maupun kematian. Selain terapi farmakologi, terdapat pula terapi
non farmakologi untuk mengontrol tekanan darah pasien hipertensi diantaranya
hidroterapi berupa rendam kaki dengan air hangat. Tujuan dari studi literatur ini adalah
untuk menganalisis artikel-artikel penelitian tentang penggunaan rendam kaki dengan
air hangat terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Metode yang digunakan adalah
literatur review. Dari hasil analisis 5 artikel didapatkan hasil bahwa rendam kaki dengan
air hangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi. Secara
ilmiah terapi merendam kaki dengan air hangat dapat memperbaiki mikrosirkulasi
pembuluh darah. Efeknya menghasilkan energi kalor yang bersifat mendilatasi
pembuluh darah dan melancarkan peredaran darah juga meransang saraf yang ada pada
kaki untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, sehingga menyebabkan perubahan tekanan
darah. Dapat disimpulkan bahwa rendam kaki dengan air hangat dapat dijadikan sebagai
terapi komplementer untuk pasien hipertensi.
Kata kunci: Hipertensi, Hidrotherapi, Rendam Kaki Air Hangat, Tekanan darah

Effect of Hydrotherapy (Warm Water Foot Soak) on


Blood Pressure of Hypertension Patients

24
Abstract

Hypertension is a global health problem that needs to be taken seriously because of the
high prevalence and malignancy rates, namely disability and death. In addition to
pharmacological therapy, there are also non-pharmacological therapies to control blood
pressure in hypertensive patients, including hydrotherapy: Warm Water Foot Soak. The
purpose of this literature study was to analyze research articles on the use of warm
water foot soaks on the blood pressure of hypertensive patients. The method used is
literature review. From the results of the analysis of 5 articles, it was found that soaking
the feet with warm water had an effect on reducing blood pressure in hypertensive
patients. Scientifically therapeutic soaking feet in warm water can improve the
microcirculation of blood vessels. The effect produces heat energy which dilates blood
vessels and promotes blood circulation and stimulates the nerves in the legs to activate
the parasympathetic nerves, causing changes in blood pressure. It can be concluded that
foot soaking in warm water can be used as a complementary therapy for hypertensive
patients.

Key words: Hypertension, Hydrotherapy, Warm Water Foot Soak, Blood pressure

PENDAHULUAN hasil Riskesdas tahun 2018, proporsi

Hipertensi atau tekanan darah terbesar dari keseluruhan Penyakit

tinggi merupakan masalah kesehatan Tidak Menular adalah hipertensi, yaitu

global yang perlu ditanggani secara sebesar 57,87%. (Kemenkes RI, 2018).

serius karena angka prevalensi dan Di Jawa Tengah, dari hasil pengukuran

tingkat keganasan yang tinggi yaitu tekanan darah, sebanyak 1.153.371

berupa kecacatan maupun kematian. orang atau 12,98% dinyatakan

Data Badan Penyelenggara Jaminan hipertensi (Dinas Kesehatan Provinsi

Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan Jawa Tengah, 2017).

bahwa biaya pelayanan hipertensi Faktor resiko Hipertensi yang tidak


mengalami peningkatan setiap tahunnya dapat dikontrol adalah umur, jenis
yaitu pada tahun 2016 sebesar 2,8 kelamin, riwayat keluarga dan genetik.
Triliun rupiah, tahun 2017 dan tahun Sedangkan faktor yang dapat dikontrol
2018 sebesar 3 Triliun rupiah diantaranya kebiasaan merokok,
(Kemenkes RI, 2019). konsumsi garam, konsumsi lemak

Secara global, penyakit jenuh, penggunaan minyak bekas pakai,

kardiovaskular memiliki kurang lebih kebiasaan konsumsi minum-minuman

sebanyak 17 juta kematian setiap beralkohol, obesitas, kurang aktifitas

tahunnya (WHO, 2015). Berdasarkan fisik, stres, dan penggunaan estrogen

25
(Kemenkes, 2014). Tanda dan gejala Terapi non farmakologis
yang dapat muncul pada penderita merupakan terapi tanpa menggunakan
hipertensi diantaranya sakit kepala/rasa agen obat dalam proses terapinya
berat di tengkuk, pusing, jantung (Triyanto, 2014). Berbagai terapi
berdebar-debar, mudah Ieiah, nonfarmakologis yang disarankan
penglihatan kabur, telinga berdenging sebagai terapi pendamping terapi medis
(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes, disebut juga terapi alternatif dan terapi
2014). Namun pada beberapa kasus komplementer. National Center for
tidak menunjukkan gejala apapun Complementary and Alternative
sehingga hal ini menjadikan Hipertensi Medicine (NCCAM) menyebutkan
disebut sebagai silent killer. Hipertensi terapi komplementer adalah
yang tidak ditangani dengan baik dapat sekelompok perawatan kesehatan,
menimbulkan komplikasi seperti praktek, dan produk yang saat ini tidak
stroke, serangan jantung, ginjal, dianggap sebagai bagian dari
demensia dan sebagainya (Nurrahmani, pengobatan konvensional (Synder &
2015). Hal tersebut menunjukkan Lindquist, 2010). Pemberian terapi non
bahwa diperlukan penatalaksanaan yang farmakologis relatif praktis, efisien dan
tepat untuk mengatasi atau mengontrol dapat menekan pengeluaran. (Kadri &
hipertensi. Fitrianti, 2019).

Penatalaksanaan hipertensi dibagi Salah satu terapi komplementer


menjadi dua cara yaitu non untuk mengontrol tekanan darah adalah
farmakologis dan farmakologis. Secara hidroterapi berupa rendam kaki
farmakologi, penatalaksanaannya menggunakan air hangat. Rendam kaki
dengan memberikan obat antihipertensi. dengan menggunakan air hangat
Namun kebiasaan mengkonsumsi obat mempunyai dampak fisiologis bagi
anti hipertensi atau terapi medis dapat tubuh. Terapi rendam kaki dengan air
berakibat pada ginjal dan kerusakan hati hangat adalah terapi dengan cara
sehingga dilakukan upaya lain untuk merendam kaki hingga batas 10- 15 cm
membantu mengendalikan hipertensi diatas mata kaki menggunakan air
salah satunya dengan pemberian terapi hangat . Secara ilmiah terapi merendam
komplementer sebagai terapi non kaki dengan air hangat dapat
farmakologi (Triyanto, 2014). memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh

26
darah dan vasodilatasi . Efek dari yang dipilih adalah penelitia Quasy
rendam kaki menggunakan air hangat Experiment dan Experiment. Kriteria
menghasilkan energi kalor yang bersifat inklusi dari artikel penelitian: 1. Artikel
mendilatasi pembuluh darah dan penelitian dipublikasikan tahun 2016-
melancarkan peredaran darah juga 2020, 2. Jenis artikel asli, 3. Dapat
meransang saraf yang ada pada kaki diakses secara lengkap, 4. Terindeks di
untuk mengaktifkan saraf parasimpatis, jurnal nasional maupun internasional, 5.
sehingga menyebabkan perubahan Terapi yang digunakan adalah
tekanan darah. hidroterapi berupa rendam kaki air
hangat. Artikel penelitian kemudian
Oleh karena itu peneliti tertarik
direview dan dianalisis dalam bentuk
untuk melakukan review literatur
tabel sebanyak 5 artikel.
mengenai intervensi terapi
komplementer rendam kaki air hangat
kepada pasien dengan hipertensi.

METODE

Studi ini merupakan sebuah kajia


literatur dari berbagai artikel penelitian.
Penulis mengidentifikasi dan
menganalisis hasil penelitian
sebelumnya tentang penggunaan terapi
komplementer untuk pasien dengan
hipertensi yaitu hidroterapi (rendam
kaki air hangat). Database jurnal yang
digunakan yang digunakan diantaranya
Google Schoolar, Sciencedirect,
Garuda, RAMA dan SINTA. Batas
waktu publikasi jurnal yaitu 5 tahun
terakhir (2016-2020). Kata kunci yang
digunakan dalam pencarian literatur
adalah Hidroterapi, Tekanan Darah,
dan Hipertensi. Jenis artikel penelitian

27
Tabel 1.1 Alur seleksi artikel
penelitian

HASIL

No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil


1 Dewi Hartinah, 2019 Quasi 20 orang Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada
Andy Sofyan, experiment efek hidroterapi terhadap tekanan darah. Pada
Siswanto, dan with pre-test kelompok intervensi diberikan hidroterapi
Ahmad Nur S and post-test selama ± 15 menit, 1 kali sehari selama 5 hari
administered berturut-turut, sedangkan pada kelompok
to non- kontrol responden tidak diberikan hidroterapi
equivalent dari observasi awal rentang (pre-test) hingga
control group observasi akhir (post-test) selama 5 hari.
Penurunan tekanan darah rata-rata darah
sistolik 19 mmHg dan diastolik 4 mmHg,
dengan ρ-value 0.000 untuk sistolik dan ρ-
value 0.0443 untuk diastolik. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa hidroterapi
mempengaruhi tekanan darah pasien
hipertensi
2 Sudaryati, N. L. G.1 2019 Quasy 15 orang Setelah penelitian selesaidiperoleh hasil
, Sudiartawan, I experiment bahwa sebelum dilakukan intervensi
P.1 , Dwi-Mertha- dengan one hydrotherapi rendam kaki,terdapat sebanyak
Adnyana, group pretest 0 % penderita yang tergolong ke dalam
post test kategori normal, 13,32 % kategori
design prehipertensi, 60,08 % kategori hipertensi
derajat I dan 26,60 % kategori hipertensi
derajat II. Setelah diberikan intervensi
terdapat 13,32 % penderita tergolong
kedalam kategori normal, 66,68 % kategori

28
prehipertensi, 20,00 % kategori hipertensi
derajat I dan tidak ada penderita yang
tergolong kedalam kategori hipertensi derajat
II. Penurunan sebesar 20-30 mmHg untuk
tekanan darah sistolik dan 0-10 mmHg untuk
tekanan darah diastolic setelah dilakukan
intervensi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa hydrotherapi rendam kaki
efektif digunakan untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi.

No Penulis Tahun Desain Sampel Hasil


3 Nutrisia Nu’im 2018 Quesi 31 orang Hasil penelitian setelah Responden diberi
Haiya, experiment campuran merendam air hangat dan garam
Iwan Ardian, without selama 5 kali dalam 5 minggu selama 15-30
Iskim Luthfi control group menit. Secara statistik berdasarkan hasil
design Wilcoxon menunjukkan bahwa nilai p 0,002
lebih kecil dari 0,05. Kesimpulannya,
hidroterapi memberi
berdampak pada penurunan tekanan darah
pada lansia
4 Salmah Arafah 2019 Eksperiment 15 orang Hasil penelitian menggunakan ada pengaruh
Design yang signifikan antara hasil pengukuran
tekanan darah sistolik setelah rendam kaki
menggunakan air hangat. Dan berdasarkan
hasil uji Wilcoxon, ada pengaruh yang
signifikan terhadap penurunan tekanan darah
(p-value = 0,000). Kesimpulan : Dari hasil
penelitian ini, rendam kaki dengan
menggunakan air hangat sangat efektif
menurunkan tekanan darah pada kasus
hipertensi.
5 Try Putra Farmana 2020 True- 34 Hasil analisis menggunakan uji statistik
Edison siringoring Eksperimen responden wilcoxon dengan tingkat kepercayaan (α =
Safruddin dengan 0,05). Berdasarkan hasil uji wilcoxon
rancangan menunjukkan bahwa ada penurunan rerata
penelitian Pre tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
and post test dan setelah dengan nilai p-Value = < 0,05.

29
control group Maka Ha diterima dan Ho ditolak.
design.. Kesimpulan : dari penelitian ini adalah
terdapat pengaruh rendam kaki dengan air
hangat terhadap tekanan darah pasien
hipertensi

30
PEMBAHASAN Of Granting Hydrotherapy Of Foot Lam
In Hypertension Patients In Banjar Sri
Berdasarkan dari 5 jurnal (2
Mandala, Kelurahan Dauhwaru,
jurnal berbahasa Inggris dan 3 jurnal
Jembrana Regency” menyatakan bahwa
berbahasa Indonesia) yang sudah di
Hydrotherapi rendam kaki dapat
telaah, didapatkan hasil bahwa
melemaskan pembuluh-pembuluh
Hidroterapi (rendam kaki air hangat)
darah, sehingga tekanan darah menurun.
berpengaruh terhadap tekanan darah
Dalam hal ini, hydrotherapi rendam
pasien hipertensi.
kaki dapat mengurangi tahanan perifer,
Dalam penelitian yang penurunan tahanan perifer dicerminkan
berjudul “The Effect of Hydrotherapy dengan penurunan tekanan diastolik
on Blood Pressure of the Hypertensive (Sudaryati et al., 2019).
Patients in Public Hospital of RA Penelitian lain yang dilakukan
Kartini Jepara” oleh Dewi Hartinah, dkk oleh Nutrisia Nu’im,dkk tahun 2018
tahun 2019, berpendapat bahwa secara dengan judul “Hydroterapy in
ilmiah, air hangat dengan suhu 32-35 ° Influencing The Changes of Elderly
C dinyatakan memiliki dampak Blood Pressure” menjelaskan bahwa
fisiologis pada tubuh. Hangatnya air hidroterapi / merendam kaki dengan air
membuat sirkulasi darah lancar. Air hangat dengan garam membantu
hangat diketahui memiliki dampak meredupkan otot tegang, dan
fisiologis pada tubuh. Jadi, air hangat memperlancar peredaran darah. Manfaat
dapat digunakan dalam terapi untuk lainnya dari Hydroterapi yaitu
memulihkan otot sendi yang kaku dan menstimulasi pengeluaran hormon
menyembuhkan stroke. Melalui metode endorphin yang mengakibatkan
yang lebih mudah dan murah ini dapat relaksasi dalam tubuh, dan
dijadikan salah satu alternatif menyebabkan tekanan darah menurun.
pengobatan nonfarmakologi bagi Manfaat maksimal dari hidroterapi akan
penderita hipertensi (Hartinah et al., terlihat dalam 20 menit setelah
2019). melakukan terapi (Nu’im Haiya et al.,
Sejalan dengan penelitian 2018).
yang dilakukan oleh Sudaryati, dkk Penelitian serupa yang
tahun 2019 dengan judul “Effectiveness dilakukan oleh Salmah Arafah tahun

31
2019 dengan judul “Pengaruh Rendam
Kaki dengan Menggunakan Air Hangat
PENUTUP
terhadap Penurunan Tekanan Darah
pada Hipertensi di Wilayah Kerja Setelah dilakukan analisis pada 5 artikel
Puskesmas Pattallassang Kab. Takalar” maka dapat disimpulkan bahwa
menyatakan bahwa ada pengaruh yang hidroterapi berupa rendam kaki dengan
signifikan pada tekanan darah sistolik air hangat dapat dijadikan sebagai salah
setelah diberikan terapi Hydroterapi satu terapi komplementer untuk pasien
(Arafah, 2019). Didukung oleh dengan hipertensi. Terapi ini telah
penelitian yang dilakukan oleh Try dinilai efektivitasnya pada penelitian-
Putra Farmana tahun 2020 dengan judul penelitian sebelumnya. Selain
“Rendam Kaki dengan Air Hangat prosdurnya yang mudah, terapi rendam
Terhadap Tekanan Darah pada Pasien kaki dengan air hangat juga
Hipertensi” menjelaskan bahwa efek memberikan hasil yang efektif. Terapi
dari rendam kaki menggunakan air ini cocok diterapkan baik secara
hangat menghasilkan energi kalor yang individu maupun melibatkan keluarga.
bersifat mendilatasi pembuluh darah
DAFTAR PUSTAKA
dan melancarkan peredaran darah juga
merangsang saraf yang ada pada kaki Arafah, S. (2019). PENGARUH
RENDAM KAKI DENGAN
untuk mengaktifkan saraf parasimpatis,
MENGGUNAKAN AIR
sehingga menyebabkan perubahan HANGAT TERHADAP
tekanan darah (Farmana et al., 2020). PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA HIPERTENSI DI
Peneliti berasumsi bahwa perbedaan
WILAYAH KERJA
tekanan darah pada pasien hipertensi PUSKESMAS
setelah diberikan terapi diiakibatkan PATTALLASSANG KAB.
oleh beberapa faktor yaiu usia, aktivitas TAKALAR. Jurnal Media
Keperawatan: Politeknik
dan respon tubuh seseorang terhadap
Kesehatan Makassar, 10(01), 59–
panas. Faktor-faktor tersebut ini sangat 66.
mempengaruhi hasil dari terapi rendam
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
kaki dengan air hangat terhadap tekanan (2017). Profil kesehatan Profinsi
darah pada penderita hipertensi. Jawa Tengah Tahun 2017.
3511351(24), 1–112.

32
Farmana, T. P., Siringoring, E., & Masyarakat.
Safruddin. (2020). RENDAM https://www.kemkes.go.id/article/v
KAKI DENGAN AIR HANGAT iew/19051700002/hipertensi-
TERHADAP TEKANAN penyakit-paling-banyak-diidap-
DARAH PADA PASIEN masyarakat.html
HIPERTENSI. Jurnal Kesehatan
Panrita Husada, 5(1), 9–17. Nu’im Haiya, N., Ardian, I., & Luthfa,
https://doi.org/https://doi.org/10.37 I. (2018). Hydroterapy in
362/jkph.v5i1.174 Jurnal Influencing The Changes of
Elderly Blood Pressure.
Hartinah, D., Sofyan, A., Siswanto, & Internationalization of Islamic
Syafiq, A. (2019). The Effect of Higher Education Institutions
Hydrotherapy on Blood Pressure Toward Global Competitiven,
of The Hypertensive Patients in 2014, 420–424.
Public Hospital of RA. Kartini
Jepara. 15, 96–99. Nurrahmani, U. (2015). Stop
https://doi.org/10.2991/icosihsn- Hipertensi! Familia Pustaka
19.2019.22 Keluarga.

Kadri, H., & Fitrianti, S. (2019). Sudaryati, N. L. G., Sudiartawan, I. P.,


Penatalaksanaan Hipertensi & Adnyana, D. M. (2019).
Dengan Relaksasi Otot Progresif Efektivitas Pemberian
Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Hydrotherapi Rendam Kaki Pada
Werdha Budi Luhur Kota Jambi. Penderita Hipertensi Di Banjar Sri
Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), Mandala, Kelurahan Dauhwaru
1(2), 138. Kabupaten Jembrana. Jurnal
https://doi.org/10.36565/jak.v1i2.4 Widya Biologi, 10(01), 33–44.
0 https://doi.org/10.32795/widyabiol
ogi.v10i01.235
Kemenkes, 2014. (2014). Pusat Data
dan Informasi Kementerian Synder, M., & Lindquist, R. (2010).
Kesehatan RI (Pusdatin) Complementary and Alternative
Hipertensi. Infodatin. Therapies in Nursing (Sixth).
https://doi.org/10.1177/109019817 Springer Publishing Company.
400200403 Triyanto, E. (2014). Pelayanan
Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Keperawatan Bagi Penderita
Riset Kesehatan Dasar Tahun Hipertensi Secara Terpadu. Graha
2018. Kementrian Kesehatan Ilmu.
Republik Indonesia. WHO. (2015). A Global brief oh
https://doi.org/1 Desember 2013 hypertension. Global Public
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Health Crisis.
Penyakit Paling Banyak Diidap

33

Anda mungkin juga menyukai