2 KOMPETENSI DASAR
3 INDIKATOR
a Definisi
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan, pengkajian ibu
hamil merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya, kemampuan
mengidentifikasi masalah keperawatan 1yang terjadi pada tahap ini akan menentukan
diagnosis keperawatan ibu hamil, pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan
cermat, sehingga seluruh kebutuhan perawatan pada klien dapat diidentifikasi.
b Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data, pengumpulan data adalah
kegiatan untuk menghimpun informasi tentang status kesehatan klien. Status
kesehatan klien yang normal maupun yang patologis hendaknya dapat dikumpulkan,
hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi pola fungsi kesehatan klien, baik yang
efektif optimal maupun yang bermasalah. Namun karena kepentingan praktis dan
adanya kendala keterbatasan waktu pengumpulan data dan dokumentasinya, maka
dibeberapa tempat kita menjumpai kebijakan yang memfokuskan item dalam format
pengumpulan data dengan pertimbangan prioritas pengkajian atau pola fungsi terkait
yang paling berpengaruh dengan gangguan sistem yang terjadi
c Observasi
Lakukan Pengamatan dengan teliti dan hati – hati. Observasi dapat dilakukan jika ada
kontak dengan klien. Bagian yang bisa diamati antara lain respon fisik dan psikologis,
respon emosi serta rasa aman dan nyaman yang dirasakan klien. Observasi bisa
membantu perawat untuk menentukan status fisik dan mental klien dengan mengamati
klien secara seksama, kita bisa mengetahui berbagai macam perasaan klien, adanya
nyeri, cemas, dan kemarahan.
d Wawancara
Ada beberapa tahapan yang dilalui saat melakukan wawancara, yaitu sebagai berikut.
1) Tahap persiapan
Ada baiknya perawat membaca catatan medis (medical record) terdahulu atau
mengetahui keluhan utama yang dirasakan klien saat ini. Jika perawat masih
belum mengerti tentang diagnosis klien, sebaiknya perawat mempelajarinya
terlebih dahulu dari sumber tersedia.
2) Tahap introduksi
Di tahap ini perawat menjelaskan pada klien tentang pentingnya wawancara dan
tujuan dilakukannya wawancara. Pembukaan dilakukan dengan memperkenalkan
identitas perawat. Berikan ruangan yang tenang dan jaga privasi klien atau
anggota keluarganya. Dengarkan penjelasan klien dan keluarga dengan penuh
perhatian. Usahakan wawancara dilakukan dengan posisi duduk dan berhadapan.
Pertahankan kontak mata antara perawat dengan klien.
2
3) Tahap kerja (pertanyaan terbuka dan tertutup)
Pada tahap ini perawat mulai memberikan pertanyaan yang spesifik yang
membahas tentang masalah kesehatan klien dan alasan utama klien dan alasan
utama klien datang mencari bantun kesehatan. Wawancara dapat dilakukan secara
formal dan terstruktur. Jangan mengajukan pertanyaan yang bersifat memojokkan
atau menghakimi klien. Pertanyaan dapat berupa pertanyaan terbuka atau tertutup.
Pertanyaan terbuka memberi kesempatan pada klien untuk menjelaskan
kondisinya (misalnya:”Apa yang ibu keluhkan tentang kehamilannya selama 3
hari ini sehingga datang ke RS?”) sedangkan pertanyaan tertutup hanya akan
member informasi yang kita inginkan dan biasanya berbpa penegasan
(misalnya:”Jadi selama satu hari ini Ibu berak encer sudah 10 kali?”)
4) Penutup
Tahap ini mengindikasikan proses pengumpulan dan telah terpenuhi dan diakhiri
dengan memberikan kesimpulan untuk menyamankan presepsi atas kondisi klien
terkini.
e Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan adalah ringkasan kondisi kesehatan klien mulai dari waktu
lampau hingga alasan mengapa saat ini datang ke pusat kesehatan. Riwayat ini
meliputi hal – hal sebaga berikut : Data demografi, keluhan utama, presepsi tentang
kondisi kehamilan saat ini, riwayat kehamilan terdahulu, riwayat pembedahan,
riwayat diawat dirumah sakit, riwayat penyakit keluarga, pengobatan yang saat ini
sedang dijalani, riwayat alergi, status perkembangan mental klien, riwayat
psikososial, riwayat sosiokultural
Aktivitas harian (activity daily living) yang meliputi : Nutrisi/diet yang
dilakukan sebelum dan sesudah sakit, eliminasi (BAK → eliminasi urine dan BAB →
eliminasi alvi) yang dialami sebelum dan sesudah hamil, pola istirahat dan tidur
sebelum dan sesudah sakit, aktivitas dan rutinitas yang dilakukan tiap harinya dan
sesudah hamil, keyakinan/pola ibadah yang dimiliki sebelum dan sesudah hamil dan
Pola aktivitas seksual yang dilakukan dan sesudah hamil.
f Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut.
1) Inspeksi (I) 3
Menggunakan indra penglihatan, memerlukan bantuan pencahayaan yang baik,
dan pengamatan yang teliti.
2) Perkusi (P)
Pemeriksaan ini mengguakan prinsip vibrasi dan getaran udara. Dilakukan dengan
mengetuk permukaan tubuh dengan tangan pemeriksa. Bisa digunakan untuk
memperkirakan densitas organ tubuh/jaringan yang diperiksa.
3) Palpasi (P)
Palpasi menggunakan serabut saraf sensoris di permukaan telapak tangan untuk
mengetahui kelembapan, suhu, tekstur, adanya massa, dan penonjolan lokasi dan
ukuran organ, serta pembengkakan. Palpasi memerlukan cara yang sistematis dan
dilakukan secara tegas tetapi lembut untuk mencegah timbulnya raa nyeri pada
klien.
4) Anskultasi (A)
Menggunakan indra pendegaran, bisa menggunakan alat bantu(stetoskop) ataupun
tidak. Suara didalam tubuh dihasilkan oleh gerakan udara (misalnya suar nafas)
atau gerakan organ (misalnya:peristaltik usus)
Alat dan bahan yang perlu disiapkan antara lain (Chapman & Durham, 2010;
Pilliterie, 2003; Perry, et all, 2010; Reeder, Griffin, Martin, 2011; Kinzie & Gomez,
2004, NHS, 2008):
a. Catatan keperawatan
b. Alat untuk mencatat
c. Stetoskop mono aural (laenec)/ dopler
d. Thermometer raksa
e. Pita ukur (meteran)
f. Stetoskop
4
g. Spigmomanometer
h. Hammer reflex
i. Alat perineal hygiene: kom tutup berisi kapas lembap dalam tempatnya, bengkok, sarung
tangan, perlak & pengalas
j. Timbangan badan dan pengukur tinggi badan
k. Penlight
l. Alat tenun/ selimut
m. Jam detikOMOTOR)
7 CARA KERJA
Baiklah mari kita lihat dan lakukan prosedur pemeriksaan fisik ibu hamil ini
(Chapman & Durham, 2010; Pilliterie, 2003; Perry, et all, 2010; Reeder, Griffin, Martin,
2011; Kinzie & Gomez, 2004, NHS, 2008):
1. Lakukan anamnesa secukupnya
2. Lakukan pemeriksaan keadaan umum & kesadaran klien, apakah keadaan umum baik atau
sakit, kesadaran compos mentis/ penuh atau mengalami penurunan kesadaran
3. Periksa tanda- tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, respirasi, nadi dan suhu serta ukur
berat badan ibu hamil dan tinggi badan ibu hamil
4. Pemeriksaan TTV tersebut menggunakan alat seperti spigmomanometer, stetoskop,
termometer, dan jam detik.
5
5. Kaji kesimetrisan kepala, rambut
6. Lihat apakah ada benjolan pada kepala ibu, apakah rambut ibu mudah dicabut.
7. Kaji konjungtiva, sklera
8. Lihat apakah konjungtiva ibu anemis (pucat) atau tidak, sklera apakah ikterik / kuning atau
tidak
9. Kaji hidung, penciuman
10. Apakah hidung ibu ada massa, benjolan, apakah fungsi penciuman baik atau tidak
11. Kaji bibir, gigi
12. Apakah membran mukosa bibir lembap atau kering, gigi apakah utuh atau ada karies/ bolong
13. Kaji telinga, mastoid
Apakah ada massa pada telinga, tulang mastoid ditekan apakah mengalami nyeri
tekan
14. Kaji adanya pembesaran KGB, thyroid
Apakah ibu hamil mengalami pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) atau
kelenjar thyroid
15. Auskultasi jantung paru
Auskultasi jantung dengan menggunakan stetoskop pada Intracostae (ICS) II kanan,
II kiri, IV kiri. Auskultasi suara paru dengan menggunakan stetoskop pada paru kiri
dan kananmulai ICS II kanan dan kiri, bandingkan apakah ada perbedaan suara
antara paru kanan dan paru kiri
16. Inspeksi kesimetrisan payudara, areola mamae & penonjolan puting susu
Kaji apakah payudara kiri dan kanan simetris atau tidak, areola mamae apakah hitam
atau tidak, apakah puting susu menonjol keluar atau tidak. Jika puting susu ibu hamil
menonjol ke dalam atau datar (inverted) maka anda dianjurkan untuk mengajarkan
6 areola mamae ke arah luar pada seluruh
ibu teknik hoffman yaitu teknik menekan
lingkaran puting susu. Hal ini dimaksudkan agar puting susu ibu hamil dapat keluar
17. Palpasi seluruh area mamae & kaji pengeluaran kolostrum
Anda harus mengkaji, area mamae diraba dengan menekan seluruh kuadran/ sisi.
Payudara kiri dan kanan harus dikaji. Kaji adanya pengeluaran ASI/ kolostrum.
Namun sebelum anda mengkaji pengeluaran kolostrum/ ASI anda harus menanyakan
pada klien apakah ibu pernah mengalami keguguran atau tidak, apakah ibu pernah
mengalami persalinan prematur atau tidak. Jika ibu pernah mengalami keguguran
atau persalinan prematur, maka anda tidak dianjurkan untuk banyak memanipulasi/
melakukan pemeriksaan pada puting susu ibu. Hal ini dapat menyebabkan ibu
mengeluarkan hormon oksitosin sehingga dapat merangsang kontraksi uterus dan
keguguran atau persalinan prematur.
18. Lakukan inspeksi abdomen
Lihat abdomen ibu hamil, lihat apakah terdapat linea nigra, striae gravidarum. Jika
ibu hamil sudah masuk ke trimester II atau III, maka anda dapat melanjutkan
pemeriksaan leopold
8
21. Lakukan manuver leopold 3
Leopold III bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang terdapat pada bagian
presentasi/ bawah uterus ibu hamil
Jika pada saat mempalpasi anda merasakan bulat, keras, mudah digerakkan, maka
bagian itu adalah kepala janin. Jika anda merasakan lembut, agak melenting, maka
bagian itu adalah bokong janin. Jika bagian kanan atau kiri uterus itu teraba
memanjang dan keras maka bagian itu adalah punggung janin. Jika bagian kanan
atau kiri itu teraba bagian- bagian kecil, maka bagian itu adalah extremitas janin.
Jika saat anda palpasi hasilnya adalah kepala, maka goyangkan bagian kepala janin
tersebut, apakah kepala masih goyang atau terfiksasi. Jika kepala masih dapat
digoyangkan dengan tangan maka anda tidak perlu melakukan pemeriksaan Leopold
IV. Namun jika saat melakukan palpasi anda merasakan bahwa kepala tidak dapat
digoyangkan maka anda lanjutkan pemeriksaan ke Leopold IV.
22. Lakukan manuver leopold 4
Leopold IV bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepala masuk ke dalam
pintu atas panggul (PAP).
9
Cara pemeriksaannya adalah Tempatkan jari-jari tangan anda dengan tertutup di
sebelah kiri dan kanan pada segmen bawah rahim kemudian tentukan letak dari
bagian presentasi tersebut (konvergen/ divergen).
23. Tentukan TFU
Untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri (TFU), anda harus pastikan apakah ibu hamil
sudah memasuki trimester II atau III atau belum. Jika sudah memasuki trimester II
atau III, maka anda harus menentukan TFU dengan cara mengumpulkan rahim/
uterus ibu kemudian tentukan fundus uterus. Lalu gunakan meteran/ metline dan
lakukan pengukuran dengan cara mengukur fundus uterus ibu hamil sampai simfisis
pubis ibu. Lihat berapa cm TFU ibu hamil.
Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di fundus
maka tarik garis lurus dari pusat ke arah ketiak kanan ibu, hitung 3 jari dari arah
pusar ke arah ketiak kanan, kemudian tempelkan monoaural atau dopler. Hitung
DJJ selama 1 menit penuh.
11
Jika punggung janin berada pada uterus kanan ibu dan kepala janin berada di simfisis
pubis maka tarik garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka
Anterior Posterior) kanan ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah selangkangan/
SIAS (Supra Iliaka Anterior Posterior) kanan, kemudian tempelkan monoaural atau
dopler. Hitung DJJ selama 1 menit penuh.
Jika punggung janin berada pada uterus kiri ibu dan kepala janin berada di simfisis
pubis maka tarik garis lurus dari pusat ke arah selangkangan/ SIAS (Supra Iliaka
Anterior Posterior) kiri ibu, hitung 3 jari dari arah pusar ke arah selangkangan/ SIAS
(Supra Iliaka Anterior Posterior) kiri, kemudian tempelkan monoaural atau dopler.
Hitung DJJ selama 1 menit penuh.
12
mengalami edema
13
31. Setelah selesai, rapikan alat dan ibu
Lakukan evaluasi: Evaluasi respon klien setelah dilakukan pemeriksaan, Rencanakan
tindakan yang akan datang, Kontrak waktu yang akan dating
32. Lakukan dokumentasi hasil pemeriksaan dengan mencatat semua tindakan dan respon
klien, Mencatat jelas, ditandatangani dan nama jelas, Tulisan salah, dicoret, kemudian
diparaf, Catatan dibuat dengan ballpoint/ tinta.
14
LATIHAN/ TRIGGER CASE
Bila score anda belum mencapai 100%, silakan ulangi kembali keterampilan
pemeriksaan fisik pada ibu hamil
17
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta :
EGC Chapman, Linda., Durham, Roberta. (2010). Maternal- Newborn Nursing: the
critical
component of nursing care. Philadelphia: FA Davis Company.
Fakultas Kedokteran Unpad. (2014). Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, Edisi2.
Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Bagus. (2001). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta : EGC
Rampai, Bunga. (2011). Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
18