Anda di halaman 1dari 8

Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik

Asuhan keperawatan gerontik menurut Departemen Kesehatan RI (1993) adalah kegiatan


yang bertujuan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan perlindungan dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu, yang diberikan oleh perawat dan untuk asuhan
keperawatan yang masih dapat dilakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial nonperawat,
diperlukan latihan atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan melakukan asuhan
keperawatan di rumah atau panti.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam proses keperawatan, yang meliputi pengumpulan
data, sehingga menghasilkan diagnose keperawatan. Adapun tujuan dari pengkajian yaitu:
1. Menentukan kemampuan pasien untuk memelihara dirinya sendiri
2. Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu
3. Membantu menghindarkan bentuk dan pandangan pasien
4. Memberi waktu kepada pasien untuk menjawab
Pengkajian dilakukan menggunakan pengkajian data terfokus sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia, yaitu berdasarkan keluhan utama yang menyebabkan individu
mengunjungi layanan kesehatan. Pengkajian dapat dilakaukan dengan cara memeriksan
keluhan individu dengan metode wawancara dan pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi,
perkusi serta auskultasi).
Menurut Riasmini (2017) penhkajian lansia difokuskan pada:
1. Pengkajian riwayat kesehatan, mencakup
a. Respons dan persepsi klien terhadap status kesehatan
b. Riwayat penyakit masa lalu
c. Faktor risiko
d. Kemampuan mengatasi masalah
e. Riwayat penyakit keluarga
2. Pengkajian lingkungan sosial budaya, mencakup
a. Status sosial ekonomi
b. Kondisi tempat tinggal
c. Ketersediaan sumber-sumber yang dibutuhkan klien
d. Tersedianya dukungan keluarga
e. Faktor budaya yang mempengaruhi kesehatan
3. Pemeriksaan fisik dan status kesehatan pasien terbaru
4. Pengkajian kemampuan klian dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Pengkajian Fisik
Perawatan dengan pendekatan fisik mencakup perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan,
kejadian yang dialami klien lanjut usia semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ
tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakit yang
dapat dicegah ditekan progresivitasnya (Nugroho, 2006).
Perawatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas dua bagian, yakni :
a. Klien lanjut usia masih aktif
Yakni lansia dengan fisik yang masih mampu mandiri dalam bergerak sehingga dapat
melakukan apapun sendiri tanpa bantuan orang lain.
b. Klian lanjut usia pasif
Yakni lansia dengan fisik yang mengalami kelumpuhan atau sakit, sehingga
membutuhkan orang lain dalam melakukan aktifitas sehari-hari

a) Inspeksi
Inspeksi adalah teknik pengkajian yang paling sering digunakan. Untuk
mendapatkan data yang akurat dan berguna, perawat harus melakaukan inspeksi
dengan cermat, tidak tergesa-gesa, memberikan perhatian pada hal-hal mendetail,
dan mencoba menarik kesimpulan logis dari temuan-temuan yang didapat.
Inspeksi berlanjut melalui wawancara dan pengkajian fisik dengan berpedoman
pada hal-hal berikut:
1) Penerangan untuk inspeksi warna, ukuran, tekstur, dan mobilitas
2) Penerangan tangensial untuk kontur dan variasi pada permukaan tubuh
3) Perhatikan simestri pada tubuh yang diperiksa atau sebaliknya
4) Observasi secara cermat, perhatian yang detail dan catat hasil temuan.
5) Perhatikan klien dalam mengikuti instruksi dan melakukan maneuver untuk
memperoleh data kemampuan fungsional.
Ketika melakukan inspeksi pada klien, perawat harus selalu mempertahankan
objektifitas. Perawat harus selalu berhati-hati pada temuan temuan yang tidak
biasa dan tidak diharapkan termasuk juga hal-hal yang dapat diperkirakan.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan cara meraba. Perawat harus mengusahakan
posisi klien relaks serta melakukan palpasi secara lembut dan tenang. Area yang
diketahui nyeri tekan sebaiknya dipalpasi terakhir.
Biasanya palpasi dilakukan setelah inspeksi sebagai teknik pengkajian fisik
kedua. Untuk melakukan pengkajian menyeluruh, perawat perlu menguasai
beberapa teknik palpasi, antara lain:
1) Palpasi ringa
Melibatkan penggunaan ujung jari dan bantalan jariuntuk memberikan
tekanan ringan pada permukaan kulit.
2) Ballotemen
Bentuk
3) Palpasi Dalam
Membutuhkan penggunaan kedua tangan dan tekanan yang lebih besar.
c) Perkusi
Perkusi adalah cara peeriksaan dengan menggunakan ketukan jari. Perkusi
dilakukan untuk mengkaji adanya udara atau cairan serta materi padat dan
struktur dasar.
Untuk mengkaji klien dengan meneyeluruh, perawaat harus mampu melakukan
tiga teknik perkusi:
1) Perkusi tidak langsung
Untuk melakukan perkusi tidak langsung, perawat bisa menggunakan jari
tengah tangan yang tidak dominan sebagai fleksi meter dan jari tengah
dominan sebagai pleksor (alat yang digunakan untuk menepuk pleksimeter).
Perawat harus meletakan jari pleksimeter dengan tegas di permukaan tubuh.
Dengan pergelangan tangan yang di fleksikan dengan longgar, perawat dapat
menggunakan ujung jari pleksor untuk memberikan ketukan singkat tepat
dibawah sendi distal dari pleksimeter.
2) Perkusi langsung
Perawat bisa mengetukan tangan atau ujung jari langsung pada permukaan
tubuh. Metode ni mebantu menkaji sinus orang dewasa akan adanya nyeri
tekan atau suara dalam toraks anak-anak.
3) Perkusi tumpul
Untuk melakukan perkusi tumpul, perawat harus menyentuhkan permukaan
ulnar kepalan tangan pada permukaan tubuh. Selain itu perawat juga dapat
menggunakan kedua tangan dengan meletakan satu telapak tangan di area
yang akan diperkusi kemuadian membuat kepalan dengan tangan yang lain
dan digunakan untuk mengetuk bagian belakang tangan yang pertama. Kedua
teknik tersebut bertujuan untuk menemukan nyeri tekan di atas organ-organ
seperti ginjal, empedu atau hati.
d) Uaskultasi
Auskultasi merupakan proses mendengarkan suara yang dihasilkan oleh organ-
organ dan jaringan tubuh. Teknik ini digunakan untuk mengkaji jantung, paru,
leher dan abdomen. Auskultasi biasanya membutuhkan lingkungan yang tenang
dan konsentrasi untuk mengidentifikasi bunyi akurat serta karakteristik.
2. Pengkajian Psikologi
Perawat dengan pendekatan fisik berperan penting dalam mengadakan pendekatan
edukatif pada klien lansia. Disini perawat berperan sebagai supporter, interpreter
terhadap segala sesuatu yang asing, pendengar yang baik, penyimpan rahasia, dan
sebagai sahabat yang akrab.untuk itulah hendaknya perawat memiliki kesabaran dan
waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk keluhan agar para lanjut usia
merasa puas. Perawat wajib memegang prinsip “triple S”, yaitu Sabar, Simpatik dan
Servis.
Adapun perubahan psikolgi yang dialami klien lansia anatara lain :
- Penurunan Daya Ingat
- Berkurangnya kegairahan
- Keinginan
- Peningkatan kewaspadaan
- Perubahan pola tidur
- Dan pergeseran libido
Untuk melakukan pengkajian psikologis perawat dapat menggunakan acuan sbb:
a. Apakah klien menganal masalah-masalah utamanya?
b. Apakah klien mudah daam menyesuaikan diri?
c. Apakah lansia sering mengalami kegagalan?
d. Bagaimana sikap klien terhadap proses penuaan?
e. Apakah klien merasa dibutuhkan atau tidak?
f. Apakah harapan klien pada saat ini dan yang akan datang?
g. Apakah klien berpandangan optimis dalam memandang kehidupan?
h. Bagaimana cara klien alam ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi dan
kemampuan klien dalam penyelasian masalah.
3. Pengkajian Sosial Ekonomi
Pengkajian sosial ekonomi meliputi:
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia?
b. Kegiatan organisasi apa yang diiukuti lanjut usia?
c. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya?
d. Seberapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah?
e. Siapa saja yang mengunjunginya?
f. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi kesibukan?
g. Dengan siapa klien tinggal?
h. Seberapa besar ketergantungannya?
4. Pengkajian Spritual
Adapun aspek pengkajian spiritual yaitu:
a. Apakah klien teratur melakukan ibadah sesuai dengan kaykinan agamanya?
b. Apakah klien sering mengikuti kegiatan keagamaan?
c. Bagaiamana cara lanjut usia menyelesaikan masalah?
d. Apakah lanjut suaia terlihat sabar dan tenang?
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan sebuah keputusan klinik perihal reaksi dari individu,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang aktual atau potensia, diamana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan meberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan menubah status kesehatan klien
(Gordon, 1976; Carpenito, 2000).
Ada tiga komponen utama dalam suatu dagnostik keperawatan yang yang telah di rujuk
sebagai bentuk PES (Gordon, 1987).
P ( Problem ) = Masalah kesehatn
E (Etiology) = menunjukan penyebab dari problem
S (Sign) = menggambarkan sekelompok tanda dan gejala
Ketiga komponen ini dipadukan dalam suatu pernyataan menjadi: “Problem” yang
berhubungan dengan “etiologi” dibuktikan dengan “tanda-tanda dan gejala”.

Label diagnose keperawatan menurut NANDA (2015-2017) Meliputi:


1. Diagnosa Berfokus Pada Masalah
Contoh : Gangguan pola tidur, ketidak efektifan manajemen kesehatan, ketidak
seimbangan nutrisi dsb.
2. Diagnosa Risiko
Contoh : Resiko kekurangan volume cairan, risiko intoleransi aktivitas dsb.
3. Diagnosa Promosi Kesehatan
Contoh : kesiapan peningkatan komunikasi, kesiapan meningkatkan pembuatan
keputusan, kesiapan meningkatkan pengetahuan dsb.
4. Diagnosa Sindrom
Contoh : Sindrom kelemanahn lansia, sindrom post trauma, sindrom kekerasan dsb.

C. Rencana dan Intervensi Keperawatan Gerontik


Rencana keperawatan yang diutarakan Nugroho (2006) dilakukan dengan beberapa
ketentuan dianataranya melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan serta
bekerjasama sama dengan professional kesehatan lainnya. Dalam keperawatan perawat juga
harus menentukan beberapa prioritas, seperti apakah klien puas dengan situasi demikian,
membuat perubahan tapi jangan memaksakan, kemanan atau rasa aman adalah utama yang
merupakan kebutuhan, serta pencegahan timbulnya masalah-masalah. Selain itu, perawat
juga harus menyediakan waktu yang cukup bagi klien untuk mendapatkan input atau
masukan. Terkahir perawat harus menulis semua rencan dan jadwal secara sistematis.
Menurut Doengus (2000) tahap perencaan keperawatan dibagi menjadi dua proses yaitu:
- Pertaman : Identifikasi tujuan dan hasil yang diinginkan dari pasien untuk
memperbaiki masalah kesehatan atau kebutuhan yang telah dikaji. Hasil yang
diharapkan harus psesifik, realistis, dapat diukur, menunjukan kerangka waktu yang
pasti, mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien.
- Kedua : pemilihan intervensi keperawatan yang tepat untuk membantu pesien dalam
mencapai hasil yang diharapkan.

Langkah-langkah Perencaan
Untuk membuat rencana asuhan keperawatan yang efektif, diperlukan beberapa langkah
yaitu :
a. Menentukan Prioritas
b. Menetapkan tujuan
c. Menentukan kriteris hasil
d. Menentukan rencana tindakan
e. Perencanaan pemulangan
f. Dokumentasi

D. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Asmadi, 2008).
Ada dua hal utama yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi:
Pertama : perkembanagan klien terhadap hasil yang sudah ia capai.
Kedua : efektif atau tidaknya rencana keperawatan yang sudah disususn sebelumnya.

1. Fungsi Evaluasi
a. Memastikan perkembangan klien lansia
b. Menakar produktifitas, efisiensi, efektivitas tindakan
c. Sebagai ukuran untuk meningkatkan kualitas perawatan
d. Memastikan penilaian langsung dari klien terkait proses keperawatan yang berjalan.
2. Tahapan Evaluasi
Secara garis besar tahapan evaluasi keperawatan gerontik adalah sbb:
a. Mengidentifikasi kriteria dan standard evaluasi
b. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standard telah terpenuhi
c. Menginterpretasi dan meringkas data
d. Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinik
e. Menghentikan, meneruskan atau merevisi rencana perawatan.

Anda mungkin juga menyukai