Anda di halaman 1dari 6

Masa Pemerintahan Republik Batavia (Bataaf) : Kekejaman setelah

Runtuhnya VOC

Asrur Rifa 13.56


Ringkasan Masa Pemerintahan Republik Bataaf (Republik Batavia) – Setelah VOC
bubar bukan berarti tidak ada kolonialisme dan imperialisme, 2 hal tersebut masih tetap ada
di Indonesia. Bahkan masa pemerintahan setelah VOC dapat terbilang lebih kejam karena
berbagai kebijakannya. Mengapa ? Ayo cari tahu jawabannya di sini.....
Masa Pemerintahan Republik Batavia (Bataaf)

A. Latar Belakang, Sejarah dan Proses Terbentuknya Republik Bataaf 

Saat VOC mengalami krisis ekonomi, di Benua Eropa sedang terjadi perubahan tatanan
geopolitik. Saat itu Perancis mempengaruhi beberapa negara Eropa dengan semboyan
Revolusi Perancis : liberte (Kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite
(persaudaraan).  Pengaruh Revolusi Perancis juga dirasakan masyarakat Belanda, dan
akhirnya muncul kelompok yang bernama kaum patriot yang berharap adanya negara
kesatuan. 

Dalam Perang Koalisi (1792-1797) yang dipimpin Napoleon Bonaparte, Perancis dapat
mengalahkan lawannya yang merupakan gabungan dari Austria, Rusia, Inggris, Spanyol,
Sardinia, dan Belanda.

Kejadian tersebut merupakan hal buruk bagi Belanda. Di dalam Negerinya, Belanda
mengahadapi kesulitan karena berbagai macam ancaman dan pemberontakan akibat hasutan
Perancis. 

Sehubungan dengan itu, Raja Willem V melarikan diri ke Inggris pada tahun 1795 dan
mengakibatkan pemerintahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Semua daerah jajahan
Belanda juga ikut jatuh ke tangan Perancis, termasuk Indonesia.

Dalam pengasingannya ke Inggris, Raja Willem Daendels oleh pemerintah Inggris


ditempatkan di kota Inggris. Ia lalu mengeluarkan perintah (surat-surat kew) yang isinya
adalah agar penjajah Belanda menyerahkan jajahannya ke Inggris bukan ke Prancis.

Setelah Belanda jatuh ke Perancis, bentuk pemerintahan kerajaan diganti menjadi bentuk
pemerintahan republik. Pemerintahan tersebut lalu diberi nama Republik Batavia/Republik
Bataaf (dalam Bahasa Belanda : Bataafche Republiek)

Perubahan Geopolitik inilah yang kemudian mempelopori dibubarkannya VOC. Setelah VOC
bubar, segala hak dan kewajibannya diambil alih oleh Republik Bataaf (termasuk
penyelesaian hutang piutang) sehingga Republik bataaf didukung penuh oleh pemerintah. 

Pemerintah bataaf kala itu memilih Louis Napoleon untuk memimpin Kerajaan Belanda atas
persetujuan dari kakaknya, Napoleon Bonaparte. Untuk mengelola Pemerintahan Hindia-
Belanda, Louis Napoleon mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal
Hindia-Belanda. 

Imperialisme Perancis terhadap Indonesia kala itu tidak bersifat langsung. Mengapa ? Karena
menggunakan tangan kekuasaan orang-orang Belanda yang tunduk kepadanya.
B. Seputar Republik Batavia/Republik Bataaf

Ibu Kota                     : Den Haag


Bahasa                        : Bahasa Belanda dan bahasa regional lainnya
Bentuk Pemerintahan   : Republik
Pemerintahan Eksekutif
               1795         Komite Revoluusioner
               1795 -1796 Jenderal Negara
               1796-1798 Majelis Nasional
               1798-1801 Otoritas Eksekutif
               1801-1805 Majelis Negara
               1805-1806 Rutger Jan Sch
Populasi
Perk. 1806     2.178.000 jiwa
*sumber : Wikipedia*

Apa itu sebenarnya Republik Bataaf ? Republik Bataaf adalah sebuah nama suatu republik
yang didirikan Belanda antara tahun 1795 hingga 1806, pasca hancurnya VOC. Bentuk
pemerintahannya yang semula Kerajaan diganti menjadi Republik sesuai model Republik
Perancis. Republik bataaf resmi didirikan pada 19 Januari  1795, tepat sehari setelah
walinegara Willem V van Oranje-Nassau melarikan diri ke Inggris.

C. Kebijakan Masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Republik Bataaf di


Indonesia

Masa Pemerintahan Daendels (1808-1811)

Siapa Daendels ? Daendels adalah tokoh muda yang dikenal revolusioner. Ia merupakan
bagian dari kaum patriot dan liberal Belanda yang dipengaruhi oleh semboyan Perancis.

Diangkatnya Daendels pada tahun 1808 tentu memiliki tujuan. Ia diberi tugas utama untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Ia melakukan berbagai cara dan
kebijakan melalui berbagai bidang, mulai dari bidang pemerintahan, peradilan, sosial
ekonomi, serta pertahanan dan keamanan.

Adapun cara-cara/kebijakan Daendels dalam mempertahankan Pulau Jawa, yaitu :

Kebijakan di Bidang peradilan

 Membentuk 3 jenis peradilan. Yakni : peradilan untuk orang Eropa, peradilan untuk
orang Timur Asing, dan peradilan untuk orang Pribumi.
 Membuat sebuah peraturan untuk memberantas korupsi yang berlaku untuk siapa saja,
termasuk orang Eropa dan Timur Asing.
Kebijakan di Bidang pemerintahan

 Membagai Pulau Jawa menjadi sembilan daerah.


 Membatasi kekuasaan raja-raja di Nusantara secara ketat.
 Menghapus kerajaan Banten dan Cirebon lalu dinyatakan sebagai wilayah
pemerintahan kolonial.
 Mengubah kedudukan Bupati yang semula sebagai penguasa tradisional menjadi
pegawai pemerintahan yang digaji.

Kebijakan di Bidang Sosial dan Ekonomi

 Menambah pemasukan dengan sistem pemungutan pajak.


 Meningkatkan penanaman tanaman yang komoditasnya ekspor.
 Mengharuskan rakyat untuk melaksanakan penyerahan wajib hasil pertaniannya.
 Melakukan penjualan tanah ke pihak swasta asing, seperti pengusaha Cina Han Ti Ko.
 Memaksakan perjanjian dengan penguasa Yogyakarta dan Surakarta untuk melakukan
penggabungan daerah ke dalam pemerintahan kolonial, seperti di daerah Cirebon.

Kebijakan di Bidang pertahanan dan keamanan

 Membangun benteng-benteng pertahanan.


 Membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya.
 Membangun pangkalan armada militer di Anyer dan Ujung Kulon.
 Meningkatkan jumlah tentara yang diambil dari penduduk pribumi. Dari 4.000
pasukan menjadi 18.000 pasukan.
 Membangun jalan dari Anyer hingga Panarukan sejauh 1000 km (sering dikenal jalan
Daendels).

Dalam praktek kebijakannya, Daendels juga menerpkan kerja paksa atau kerja rodi. Kerja
rodi adalah mempekerjakan orang-orang pribumi secara paksa tanpa diberi upah sepeserpun.
Pekerjaan juga bukan pekerjaan biasa, melainkan pekerjaan yang sangat melelahkan. Rakyat
yang sudah miskin menjadi semakin sengsara. Apalagi kerja rodi yang berada di Ujung
Kulon untuk membuat pangkalan, jaraknya sangat jauh dan penuh dengan sarang nyamuk
malaria. Faktor kondisi tersebut pada akhirnya mengakibatkan banyak rakyat pribumi yang
jatuh sakit bahkan meninggal. Ironis !

Seiring berjalannya waktu kekuasaan republik bataaf, Daendels mulai memperlihatkan sikap
tidak baiknya.Kebijakan Daendels tersebut dinilai terlalu keras, dan akhirnya Louis Napoleon
mencopot kedudukannya sebagai gubernur. Alasan lainnya karena tindakannya telah
melanggar Undang Undang negara dengan menjual tanah negara ke pengusaha swasta asing.
Pemberhentian Daendels kemudian dilanjutkan dengan pimpinan baru. 

Louis Napoleon akhirnya mengangkat Jenderal Jansens untuk memimpin. 


Masa Pemerintahan Jenderal Jan William Janssens (1811)

Setelah Daendels diberhentikan, ia lalu diangkat menjadi Gubernur Jenderal Republik bataaf.
Lalu, siapa sebenarnya Jan William Janssens ini ?

Janssens dikenal sebagai seorang politikus berkebangsaan Belanda. Sebelum menjabat jadi
Gubernur Republik Bataaf, ia telah menjabat sebagai Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan,
Afrika Selatan (1802-1806). 

Saat itu ia terusir dari Tanjung Harapan karena jatuh ke tangan Inggris. Kejadian itu
menyebabkan Janssen diperintahkan untuk memimpin kembali, dan menggantikan Daendels
pada tahun1811. 

Janssen mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan Daendels. Kala itu beberapa
daerah Hindia telah berada dibawah kekuasaan Inggris. Penguasa Inggris di India yang
bernama Lord Minto juga telah memberikan perintah pada Thomas Stamford Raffles yang
sudah berkedudukan di Penang. Ia memerintahkan Raffles untuk secepatnya menguasi Pulau
Jawa.

Dan benar saja, pada 4 Agustus 1811 Inggris muncul di perairan batavia dengan 60 kapal
dibawah komando Raffles. Beberapa minggu kemudian, Batavia jatuh ke tangan Inggris (26
Agustus 1811).

Kejadian tersebut membuat Jenssen terdesak dan kemudian berusaha menjauh ke Semarang
bergabung dengan Legiun Mangkunegara dan para prajurit dari Yogyakarta dan Surakarta.
Tindakan Jenssen tersebut tidak berarti bagi Inggris dan memukul Jenssen beserta
pasukannya kembali mundur hingga ke Salatiga. Jenssen terus menerus terpojok dan akhirnya
menyerah di tuntang. Karena Jenssen menyerah, maka pada 18 September 1811 Jenssen
secara resmi dinyatakan kalah dengan adanya Kapitulasi Tuntang. 

Dalam menjalankan tugasnya, ternyata Jansens mengahadapi kesulitan memulihkan


pertahanan. Hal ini diperparah dengan tersiarnya kabar bahwa Inggris akan menyerang Pulau
Jawa. Kejadian tersebut tentu sangat gawat. Akhirnya ia segera mengumumkan bahwa negara
dalam keadaan bahaya.

Kekalahan Jenssen dengan ditandai Kapitulasi Tuntang mengakhiri kekuasaan Belanda-


Perancis (Akhir dari Republik Bataaf). Namun masih ada kelanjutan kekuasaan bangsa Eropa
di Indonesia, yaitu kekuasaan oleh Pemerintahan Inggris.

Sobat bisa belajar lebih dalam lagi di artikel : Masa Pemerintahan Inggris

Penutup...

Sobat sudah menemukan jawaban dari pertanyaan sebelumnya ?

Lupa ? iya.
Saya ulangi pertanyaannya “Benarkah masa pemerintahan setelah VOC itu lebih kejam ?”

Kesimpulan saya : Kebijakan dan cara-cara Daendels dalam mempertahankan Pulau Jawa
sungguh kejam. Ia melakukan segala upaya dengan menghalalkan segala cara dalam
mengemban tugasnya. 

Kerja Rodi, pembangunan jalan dari Anyer-Panarukan, peningkatan pasukan dari rakyat
pribumi, campur tangan dalam kerajaan Jawa adalah serangkaian tindakan nyata Daendels
yang lebih menderitakan rakyat. Kebijakan-kebijakan tersebut mungkin dapat menjadi alasan,
kenapa masa kekuasaan republik bataaf lebih kejam daripada masa kekuasaan VOC. 

Anda mungkin juga menyukai