Anda di halaman 1dari 3

SULTAN MAHMUD II: PEMBARUANNYA

(Militer, Pendidikan, Hukum, Pemerintahan, dan Budaya)

A. Biografi Sultan Mahmud II


Mahmud bin Salim lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199
bertepatan dengan tanggal 20 Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli
1839. Dia adalah sultan ke-33 dari sultan Kerajaan Ottoman di Turki.
Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakaknya
Mustafa IV sampai ia meninggal.
Sultan Mahmud II mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab,
Turki dan Persia. Ia diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 dan meninggal
pada tahun 1839.
Pembaharuan di Kerajaan Utsmani abad ke19, sama halnya dengan
pembaharuan di Mesir, juga dipelopori oleh Raja. Kalau di Mesir Muhammad Ali Pasyalah raja yang
memelopori pembaharuan, di Kerajaan Utsmani, raja yang menjadi pelopor pembaharuan adalah
Sultan Mahmud II.
Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam, yaitu sebagai
berikut.
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi, dan
Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenagatenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.

B. Pembaruan-Pembaruan Sultan Mahmud II

1. Pembaharuan dalam Bidang Militer


Seperti sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di bidang
militer. Dalam melakukan pembaharuan dibidang militer, Sultan Mahmud II terkenal sangat taktis
dan strategis, karena tentaranya yang baru adalah pelatih yang dikirim oleh Muhammad Ali dari
Mesir. Adapun peembaruan militernya meliputi: (1) Membentuk tentara kerajaan yang modern; (2)
Melumpuhkan tantangan dari pihak Janisarry sekaligus tantangan ulama atas pembaharuannya; dan
(3) Membentuk korps tentara kerajaan Usmani yang baru pada tahun 1826.

2. Pembaharuan dalam Tradisi Turki


Tradisi aristokrasi ini dilanggar oleh Mahmud II. Ia mengambil sikap demokratis dan selalu
muncul di muka umum untuk bicara atau menggunting pita pada upacara-upacara resmi. Menteri dan
pembesar-pembesar negara lainnya ia biasakan uduk bersama jika datang menghadap. Pakaian
kerajaan yang ditentukan untuk Sultan dan pakaian kebesaran yang biasa dipakai menteri dan
pembesar-pembesar lain ia tukar dengan pakaian yang lebih sederhana. Tanda-tanda kebesaran
hilang, rakyat biasa ia anjurkan pula supaya meniggalkan pakaian tradisional dan menukarnya
dengan pakaian barat. Perubahan pakaian ini menghilangkan perbedaan status sosial yang nyata
kelihatan pada pakaian tradisional.
Kekuasaan-kekuasaan luar biasa yang menurut tradisi dimiliki oleh penguasa-penguasa
Usmani ia batasi. Kekuasaan Pasya atau gubenur untuk menjatuhkan hukuman mati dengan isyarat
tangan dihapuskan. Hukuman mati untuk selanjutnya hanya dapat dikeluarkan oleh hakim. Penyitaan
negara terhadap harta orang yang dibuang atau dihukum mati juga dihapuskan. Kekuasaan kepala-
kepala feodal (karakteristik hidup suatu masyarakat dengan corak dipengaruhi oleh sifat
kebangsawanan) untuk mengangkat pengganti dengan sekehendak hati juga dihilangkan.

3. Pembaharuan dalam Organisasi Pemerintahan


Aspek terpenting yang dilaksanakan Mahmud II dalam bidang pemerintahan adalah merombak
sistem kekuasaan di tingkat penguasa puncak. Dalam tradisi krajaan Usmani, Sultan memiliki dua
bentuk kekuasaan, yakni kekuasaan temporal (duniawi) dan kekuasaan spiritual (rohani). Sebagai
penguasa dunia ia disebut Sultan dan sebagai penguasa rohani disebut khalifah.
Dalam pelaksanaannya untuk urusan pemerintahan, sultan dibantu Sadrazam, sedangkan untuk
keagamaan dibantu Syaikh al-Islam. Jabatan Sadrazam yang sering menggantikan sultan apabila
sultan berhalangan dihapuskan Mahmud II. Sebagai gantinya dibentuk jabatan perdana menteri yang
membawahi menteri untuk urusan dalam negeri, luar negeri, keuangan, dan pendidikan dengan
departemennya masing-masing. Para menteri memiliki kekuasaan semi otonomi dan perdana menteri
dan sultan.
Tugas perdana menteri sangat berkurang apabila dibandingkan dengan Sadrazam sebelumnya.
Selain itu Mahmud II juga memindahkan kekuasaan Yudikatif dari tangan Sadrazam ke Syaikh al-
Islam. Dalam sistem baru ini Mahmud II membentuk lembaga hukum sekuler disamping hukum
syariat. Kekuasaan Syaikh al-Islam menjadi sedikit karena hanya menangani masalah syariat,
sedangkan hukum sekuler diserahkan kepada Dewan Perancang Hukum untuk mengaturnya.
Sepanjang sejarah kerajaan Usmani, Mahmud II yang secara tegas mengadakan perbedaan antara
urusan agama dan urusan dunia. Pada 1838 ia mengeluarkan hukum dan ketentuan menyangkut
kewajiban para hakim dan pegawai negeri. Ditegaskan pula ketentuan yang berlaku bagi seorang
hakim maupun pegawai yang korupsi dan melalaikan tugasnya.

4. Pembaharuan Dibidang Pendidikan


Sebelum abad modern, pendidikan di kerajaan usmani tidak menjadi tanggung jawab kerajaan
melainkan ditangani ulama yang orientasinya hanya pendidikan agamaa tanpa adanya peengetahuan
umum. Sistem pendidikan seperti ini menurut Mahmud II tidak akan mampu menjawab problem
umat di abad modern. Sementara itu mengubah kurikulum ketika itu merupakan suatu hal yang
sangat sulit. Oleh sebab itu, Mahmud II mencari solusi dengan tetap membiarkan sekolah tradisional
berjalan dan mendirikan dua sekolah umum, yakni Mekteb-i Ma’arif (sekolah pengetahuan umum)
dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye Tibbiye-i (sekolah sastra) yang siswanya adalah lulusan terbaik dari
madrasah tradisional.
Selain itu secara berturut-turut Mahmud II mendirikan Sekolah Militer, Sekoleh Teknik,
Sekolah Kedokteran, dan Sekolah Pembedahan. Pada 1838 ia menggabungkan Sekolah Kedokteran
dengan Sekolah Pembedahan menjadi Dar-ul Ulum-u Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sabane
dengan menjadikan bahasa Perancis sebagai bahasa pengantarnya. Mahmud II tercatat sebagai tokoh
penganjur bahasa Perancis karena menurutnya penguasaan bahasa asing tersebut akan mempercepat
laju alih ilmu modern ke Turki, khususnya ilmu kedokteran, dan sekaligus menjadi kunci dalam
penyerapan khazanah pemikiran modern seperti politik, militer, ekonomi, sosial, sains, dan filsafat.
Selain usaha pendirian sekolah, Mahmud II juga melaksanakan kegiatan yang sangat strategis. Ia
mengirim siswa untuk belajar ke Eropa yang kelak setelah kembali diharapkan membawa ide baru
di kerajaan ini. Pada masa berikutnya usaha ini terbukti, muncullah buku-buku yang berbahasa Turki
mengenai peradaban modern Barat.
5. Pembaharuan Bidang Publikasi
Untuk menyebarluaskan gagasannya dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat,
Mahmud II mengupayakan bidang publikasi yang memadai. Tahun 1831 ia mengintruksikan
berdirinya surat kabar resmi pemerintah Takvim-i Vekayi, tiga tahun setelah terbitnya surat kabar
pemerintah Mesir al-Waqā’i’ al-Misriyyah (1828). Surat kabar ini tidak hanya memuat berita dan
pengumuman resmi pemerintah, melainkan juga memuat artikel mengenai gagasan progresif di
Eropa. Oleh sebab itu, Takvim-i Vekayi dinilai mempunyai pengaruh besar dalam memperkenalkan
ide modern kepada masyarakat Turki.
Salah satu redaktur surat kabar itu adalah Mustafa Sami yang telah pernah berkunjung ke
Eropa. Kemajuan Eropa, menurut pendapatnya, didasarkan antara lain atas ilmu pengetahuan,
kemerdekaan dalam agama, patriotisme dan pendidikan yang merata. Ia begitu tertari dengan
peradaban Barat sehingga ia tidak segan-segan mengkritik adat istiadat timur dan dibalik itu memuja-
muja Barati.

6. Pembaharuan di Bidang Ekonomi


Mahmud II melakukan perbaikan sumber ekonomi melalui sektor pertanian mengingat daerah
Turki terkenal daerah agraris yang cukup luas. Untuk itu Mahmud II menghapuskan semua peraturan
yang dibuat Amir (pemerintah, raja, gubenur, pemimpin), tuan tanah, dan kaum feodal, kemudian
menggantinya dengan peraturan tentang hak pemilikan dan penggunaan tanah yang keamanannya
dilindungi. Perubahan ini melahirkan semangat rakyat untuk mengolah lahan pertanian.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan suatu hal yang dijadikan
dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya dikerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki
abad ke-20.

Anda mungkin juga menyukai