Modernisasi Islam
Disusun Oleh :
2. Khirunnisa P. O. V. P. (11)
XI. MIA 6
DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA PALEMBANG
2014/2015
BIOGRAFI SULTAN MAHMUD II
Mahmud lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan
tanggal 20 Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah sultan ke-33
dari sultan Kerajaan Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli
1808 menggantikan kakaknya Mustafa IV sampai ia meninggal. Ayahnya bernama
Salim III (sultan ke-31). Sultan Mahmud II dipandang sebagai pelopor pembaruan di
Kerajaan Ottoman, sebanding dengan Muhammad Ali (1805-1849) yang memelopori
pembaruan di Mesir. Sementara itu dalam Kerajaan Ottoman, pembaruan sudah
dimualai sejak Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-sultan sesudahnya, sehingga masa
ini disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya selain memperoleh pendidikan
tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh pendidikan pemerintahan dan sastra
(sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu pemberontakan tentara Janissary
(Turki:yeni cheri), pada masa pemerintahan Mustafa IV, semua anggota keluarga
Ottoman terbunuh kecuali Mahmud II yang sempat lolos. Dalam kondisi demikianlah
Mahmud II naik takhta.
Di tahun 1826 ia membentuk suatu korps tentara baru yang diasuh oleh pelatih-
pelatih yang dikirim oleh Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Ia menjauhi pemakaian
pelatih-pelatih Eropa atau Kristen yang di masa lampau mendapat tantangan dari pihak-
pihak yang tidak setuju dengan pembaharuan. Perwira-perwira tinggi Yeniseri
menyetujui pembentukan korps baru itu, tetapi perwira-perwira bawahan mengambil
sikap menolak. Beberapa hari sebelum korps baru itu mengadakan parade, Yeniseri
berontak. Dengan mendapat restu dari Mufti Besar Kerajaan Usmani, Sultan memberi
perintah untuk mengepung Yeniseri yang sedang berontak dan menghujani garnisun
mereka dengan tembakan meriam. Pertumpahan darah terjadi dan kira-kira seribu
Yeniseri mati terbunuh. Tempat-tempat mereka selalu berkumpul dihancurkan dan
penyokong-penyokong mereka dari golongan sipil ditangkapi. Tarekat Bektasyi,
sebagai tarekat yang banyak mempunyai anggotanya dari kalangan Yeniseri dibubarkan.
Kemudian Yeniseri sendiri dihapuskan. Dengan hilangnya Yeniseri, golongan ulama
yang anti pembaharuan juga sudah lemah kekuatannya. Sokongan dari Yeniseri dan
Tarekat Bektasyi tiada lagi. Sokongan dari penduduk ibu kota, yang selama ini dapat
diperoleh melalui Yeniseri dan Bektasyi, tidak mudah lagi dapat dibangkitkan. Usaha-
usaha pembaharuan di Kerajaan Usmani abad ke-19, dengan demikian mulai dapat
berjalan dengan lancar.
Sultan Mahmud II dikenal sebagai sultan yang tidak mau terikat pada tradisi dan
tidak segan-segan melanggar adat kebiasaan lama. Berbeda dengan para pendahulunya,
Mahmud II bersikap demokratis dan selalu muncul di muka umum untuk berbicara.
Apabila rakyat menghadap kepadanya, mereka tidak perlu berlutut seperti terhadap
sultan-sultan sebelumnya. Untuk mengekang kekuasaan tak terbatas para penguasa di
daerah, Mahmad II melarang gubenur-gubenur untuk mengeksekusi seseorang tanpa
meminta pertimbangan lebih dahulu kepada pemerintah pusat di Istanbul. Hukum bunuh
untuk masa selanjutnya hanya bisa dikeluarkan oleh hakim. Penyitaan terhadap harta
sesorang yang dibuang atau dihukum mati ditiadakan. Mahmud II hanya menugaskan
seorang pegawai setelah ditatar lebih dahulu dan gaji para pegawai ditingkatkan.
Mahmud II juga melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam sistem paspor bagi para
pelancong. Pada tahun 1832 ia merancang suatu sistem yang berkenaan dengan
pelayanan pos secara modern dan mengharuskan pelaksanaan karantina.
Sebagai halnya di Mesir zaman Muhammad Ali, tidak lama kemudian timbullah
pula di Kerajaan Usmani buku-buku dalam bahasa Turki mengenai ide-ide modern
Barat. Yang banyak jasanya dalam hal ini ialah Biro Penerjemahan yang pada mulanya
didirikan untuk menerjemahkan korespondensi internasional Pemerintah Usmani. Pada
tahun 1831 Sultan Mahmud II mengeluarkan surat kabar resmi Takvim-I Vekayi.
Sebagai diketahui Muhammaad Ali memulai Al-Waqa’I ul-Misriyah di tahun 1828. Arti
yang terkandung dalam kedua nama surat kabar itu ialah daftar peristiwa, tetapi yang
disiarkan di dalamnya bukan hanya pengumuman pemerintah. Di samping itu terdapat
pula artikel-artikel mengenai ide-ide yang berasal dari Barat. Karena lebih luas kalangan
pembacanya, Takvim-i Vekayi lebih besar pengaruhnya dari buku-buku karangan
penulis Turki dalam memperkenalkan ide-ide modern kepada masyarakat Turki.
Melihat semua yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II, maka Sultan
Mahmud IImemiliki pemikiran yang sama dengn para tokoh pembaharu islam yang
lainnya, yaitu menghendaki perubahan dan membangkitkan islam yang telah lama
mundur, khususnya di daerah Turki.
KESIMPULAN