Anda di halaman 1dari 8

Haji Agus Salim dalam pergerakan

(1915-1930)

Oleh Bila Febiyanti (18407141002)

A. Latar Belakang Kehidupan Haji Agus Salim


Haji Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Bukittingi,
Sumatera Barat. Dengan nama Mashudul Haq yang memiliki arti pembela kebenaran.
Merupakan anak dari pasangan Angku Sultan Muhammad Salim dengan Siti Zaenab.
Ayahnya seorang kepala Jaksa dipengadilan tinggi Riau,yang selalu melakukan tugas-
tugasnya dengan berpindah tempat disetiap daerah serta membawa keluarganya1.
Agus Salim bersekolah di ELS pada tahun1891,karena berakat posisi ayahnya
sebagai seorang kepala Jaksa (Hoofdt Jaksa) sekitar usia tujuh tahun2. Saat disekolah
beliau menunjukkan seorang yang suka berdebat dan berpikir kritis. Beliau juga
disenangi teman-teman dan gurunya karena menunjukkan kecerdasanya yang diatas rata-
rata dan juga pandai dalam bahasa Belanda3. Selain bahasa prestasi yang menonjol dalam
diri Agus salim berupa mata pelajaran menghitung dan sejarah 4. Pergaulanya juga sangat
baik dengan teman dari bangsa sendiri maupun darii bangsa eropa. Walaupun sebagai
seorang yang belajar di sekolah Belanda ketika dirumah Agus Salim selalu rajin belajar
dan pergi mengaji dengan memperdalam ilmu agama sebagai seorang muslim.
Tahun 1898 Agus Salim menuju Jakarta untuk melanjutkan masa studinya di HBS
(Horger Burgelijke School) dimasa itu hampir tidak ada anak pribumi yang bersekolah di
HBS kecual Agus salim dan Hoesain Djajadiningrat. Dalam kurun waktu lima tahun
Agus Salim mampu menempuh studinya di HBS, kecerdasanya diakui oleh guru-
gurunya, dan bahkan gurunya meramalkan Agus Salim kelak akan menjadi seorang
pemimpin di Indonesia. Di sini Agus Salim semakin aktif dan menekuni penggunaan
bahasa dan sudah mampu berbahasa asing lainnya selain bahasa Belanda yaitu bahasa

1
Digilab uinsyb. Diaskes tanggal 28 Februari 2020
2
Jurnal Upi diakses tanggal 29 Februari 2020
3
Ibid jurnal digilab uinsyb
4
Op. cit jurnal upi
Jerman, Turki, Perancis, Arab, Inggris, dan Jepang. Semboyan dari seorang Agus Salim
sendiri yaitu bahasa adalah kunci dari ilmu pengetahuan
Minatnya yang besar untuk melanjutkan pendidikan semakin terasa dan saat itu
gurunya memperjuangkan dengan mengusahakan Agus Salim melanjutkan ke sekolah
kedokteran (STOVIA). Kegigihan Agus Salim mengejar cita-citanya bersekolah di
Belanda gagal, hal ini terdengar sampai ke Raden Ajeng Kartini. Kartini yang mendapat
beasiswa itu menginginkan agar dialihkan Beasiswanya ke Agus salim dikarenakan
Kartini yang akan menikah dan merasa Agus Salim yang sangat pantas mendapatkan
beasiswa sekolah ke Belanda. Namun hanya penolakan yang ia dapat oleh pemerintah
Belanda sendiri. Tapi RA Kartini tetap memperjuangkan dan memohon agar pengalihan
beasiswa ini di setujui. Ketika sudah disetujui, Agus Salim menolak beasiswa itu yang
merasa bahwa pemberian beasiswa ini karena desakan dari Kartini bukan dari niat baik
pemerintah sendiri.
Setelah itu Agus Salim mulai menjadi konsultan di Jeddah pada usia 22 tahun.
Sebelumnya Agus Salim melakukan pekerjaan sebagai penterjemah bahasa Asing di
Jakarta, namun tidak lama beliau pindah ke Riau dan mendapat pekerjaan sebagai
pembantu notaries. Ketidak puasan dalam pekerjaanya membuat selang waktu singkat
Agus Salim pindah ke Indragiri bekerja pada perusahaan batu bara sampai 1906.
Berpindah-pindahnya pekerjaaan yang dilakukan Agus Salm membuat risaunya orangtua,
karena sebagai orang tua dan termasuk golongan pegawai pemerintah serta berasal dari
golongan bangsawan sangat mendabakan putranya mengikuti jejaknya. Hal ini malah
membuat kegonjangan dari ibunya akhirnya ibunya meninggal dunia tahun 1906. Dan di
sisi Agus Salim rasa terpukulnya sangat hebat sehingga mempengaruhi jalan pikirannya.
Dan pada tahun itu juga beliau berangkat Ke Jeddah sebagai Konsultan Belanda 5. Selama
itu beliau melaksanakan ibadah haji di Jeddah dan juga belajar memperdalam agama
Islam dengan pamannya sendiri yang merupakan ulama, imam, dan guru besar mazhab
syafi’i di Masjidil Haram.
Kemudian tahun 1911 Agus Salim kembali ke tanah air. Jiwanya yang resah akan
keadaan di Tanah iar membuat keinginanya untuk mencerdaskan bangsanya dnegan
mendirikan HIS di kampung halamanya dengan mulai ditanamnkannya dunia pendidikan

5
Mukayat.1985. Haji Agus Salim. Hlm 7
kebangsaan serta agar anak-anak pribumi tidak merasa rendah diri. Setelah satu tahun
menetap di Kota Gadang Agus Salim menikah dengan Zaenatun Nahar tahun 1912 dan
dalam keluarga besarnya dikaruniai 10 orang anak dua diantaranya telah meninggal
diwaktu kecil. Dengan pendidikan keluarga yang dilakukan Agus Salim6,seperti pada
pelajaran membaca, menghitung, dan menulis dilakukan secara santai sambil bermain
dan pada usia 5-6 tahun anak-anakya sudah bisa membaca dan menulis. Dalam
mengajarkan pendidikannya Agus Salim tidak memberikan aturan dalam pelaksanaanya
dengan kata lain bahwa setiap saat bersama anaknya dan disaat itulah pelajaran dilakukan
dan dimulai sejak lahir7.
B. Haji Agus Salim dalam Pers
Kehidupannya Dalam bidang Pers pertamanya Agus Salim masuk di Pers
saat menjabat sebagai Wakil redaksi harian Neraca tahun 1917, dalam perkembanganya
beliau menduduki jabatan tertinggi sebagai ketua redaksi yang dipegang sampai
permulaan awal tahun 1920. Tulisan yang bnayak ditulis beliau terkait kemajuan bahasa
yang harus dicapai dengan perjuangan,perkembanga,organisasi wanita serta kelemahan
dan kelicikan pemerintah Belanda yang diulasnya secara tajam. Kemudian pada tahun
1925 beliau diminta untuk memimpin Harian Baru di Jakarta.dua tahun kemudian Agus
Salim dan Tjokroaminoto menerbitkan surat kabar Fajar Asia. Tahun 1931 Agus Salim
menduduk surat kabar harian Mustika di Yogyakarta sebagai redaktur. Karangan-
karangan Agus Salim juga banyak dijumpai di berbagai harian maupun surat kabar selain
yang diatas seperti Hindia Aru, Keng Po, Dunia Islam, Het LIcht, PujanggaBaru,
Hikmah, Mimbar Agama, Moeslemse reiveil, Indonesia revue dan lain-lain. Serta
Ditnjukkanya Agus salim sebagai Aggota Dewan Kehormata dalam pengurus Kesatuan
Wartawan Indonesia Pusat8
C. Peranan Agus Salim dalam SI

Agus Salim bergerak dibidang politik sejak tahun 1915 dengan berbagai
perhimpunan dan organisasi telah dimasukinya namun yang paling lama bertahan di

6
Loc.cit. Mukayat
7
Skripsi Dwi. Handayani Farida. PERANAN K. H. AGUS SALIM DALAM KANCAH PERPOLITIKAN INDONESIA
MASA REVOLUSI FISIK (1945-1950).(Yogyakarta UNY, 2012). Hlm
8
Mukayat., hlm 48
Sarikat Islam9. Setelah masuk dalam dunia politik Agus Salim menjadi Anggota Sarekat
Islam dengan mengembangkan pemikiran politik dalam pemimpin Islam di organisasi
Sarekat Islam karena lewat Sarikat Islam lah Agus salim mencurahkan semua
kemampuan untuk meningkatkan harkat dan kemajuan umat Islam Indonesia. Beliau
merupakan satu-satunya pemimpin dalam sarikat islam yang paham akan pemikiran Barat
dan mengetahui langsung dunia Keislaman dari aslinya10.

Sebelumnya Sarikat Islam dipimpin oleh HOS. Cokroaminoto. Keadaan yang


telah terjadi dalam tubuh Sarekat Islam dimana terdapat perpecahan akibat propaganda
dari kaum kiri dengan munculnya Semaunke ddalam tubuh Sarikat ISlm untuk
mempengaruhi jalannya partai tersebut agar semakin meningkat propagandanya. Saat itu
Semaun menjabat sebagai pimpinan SI caban Semarang sehingga lebih leluasa dalam
menyebarkan ide-idenya kepada pemimpin Sarikat Islam yang lain serta keinginan agar
Dewan rakyat tidak dimasuki oleh wkil dari SI. Dan timbulah pertentangan awalnya pada
peristiwa Kongres Nasional Sarikat Islam ke II tahun 1917 di Jakarta11.

Pemimpin SI tidak menghendaki adanya perpecahan dangan ini selalu melakukan


sikap yang bijaksana. Jiwa besar para pemimpin SI dalam menghadapi Komunisme
sanagt jelas dalam Kongres 2-6 Maret tahun 1921, dan Agus Salim memegang peranan
penting dengan Semaun menjadi Komisaris dalam menetapkan dasar-dasar baru
pengganti dasar 1917 yang intinya menentukan bahwa penjajahan dalam bidang politik
dan ekonomi itu disebabkan kapitalisme dan kapitalisme hanya dapat dilenyapkan dengan
terwujudnya persatuan antara kaum buruh dan kaum tani. SI masih memberikan hati
kepada kaum komunis terutama yang menajdi pengurus SI namun mereka tetap berusaha
untuk menggantikan inti batin organisasi tadi dari islam menjadi komunis. Hal ini dapat
merugikan SI kemudian pada tahun 1921 diadakan Kongres keenam di surabaya yang
dipimpin oleh Agus Salim dan Abdul Muis dalam perdebatan dengan Semaun dan
memunculkan sikap netral dari Semun terkait agama Islam lewat displin Partai yang
dikemukakan Agus Salim membuat Semaun keluar dari SI, dan tepecahnya SI menjadi
dua yaitu SI Putih an SI merah 12. Setelah kongres keenam berjalan, tahun 1923 diadakan
9
SS. Suradi. Grand Old Man Of The Republic Agus Salim. Hlm 44
10
Skripsi UIN SBY. Hlm 3
11
Dr. muakayat. Haji Agus Salim. Hlm 32-33
12
Mukayat. Hlm 35
Kongres ke 7 di Madiun yang mengambil keputusan mengubah bentuk organisasi Central
Sarikat Islam (CSI) menjadi Partai Sarikat Islam13. Dengan garis Non-Kooperasi yang
dijalankan oleh PSI ini14.

Dalam perpecahan SI ini pihak pemerintah colonial Belanda mengambil


kesempatan dengan mengikuti gerak-gerik cabang SI dan mencari kesalahan-kesalahan
naggotanya agar dapat memukul organisasi tersebut. Dan dengan perpecahan ini tugas
pemimpin SI semakin berat untuk menimbulkan kembali kepercayaan para anggotanya.
Dengan hal ini Agus Salim tidak tinggal diam beliau langsung menggalang persatuan
dikalangan penganut Agama Islam karena dirasa menimbulkan perpecahan maka
kalangan SI menyadarkan pimpinan SI untuk lebih memperkokoh persatuan diantara
Uamt Islam.15.

D. Kongres Pan Islamisme

Kemudain pada tahun 1922 diadakan Kongres Al Islam I di Cirebon. Dalam


kongres ini haji Agus Salim mengemukakan pentingnya persatuan diantara umat Islam
untuk menghindarkan dari berkecamuknya pihak lain.dengan bentangan ide mengenai
Pan-Islamisme16 guna mengusahakan tercapainya persatuan semua aliran dan kerjasama
antara kaum muslimin terhdap masalah yang terjadi mengenai agama Islam. Melalui
kerjasama anatara SI dan Muhammadiyah diadakanlah Kongres Al Islam II di Garut
tanggal 19 sampai 21 Mei 1924, Haji Agus Salim bertindak sebagai pimpinan kongres
dibantu oleh pengurus Muhammadiyah dengan menguraikan tentang fungsi agama dan
ilmu pengetahuan, hubungan islam dengan sosialisme. Serta juga pengecaman terhadap
kapitalisme yang semata-mata hanya mengejar keuntungan dan dalam agama Islam
menolak ajaran tersebut karena adanya riba. Melalui kongres ini dapat terwujudnya suatu
tujuan dari kongres yaitu dengan tegas perlunya dinyatakan peningkatan persatuan kaum
muslimin sehingga perlunya turut aktif dalam usaha menyelesaikan soal khalifah demi
menyangkut kepentingan kaum muslimin.
13
Solichin Salam. Haji Agus Salim : Hidup dan Perjuanganya. (Jakarta Penerbit Djayamurni, 1961). Hlm 62
14
Suradi. Grand Old Man. Hlm 56
15
Ibid., Mukayat. Hlm 36
16
Pan Islami adalah usaha untuk menyatukan seluruh umat islam dalam suatu ikatan di bawah kepemimpinan satu
khalifah (penguasa)
Tahun 1925 sentral sarikat Islam menagdakan Kongres bersama Al Islam di
Yogyakarta, Agus Salim mempertegas sarikat Islam bersifat non-kooperasi dengan
ditandai keluarnya Agus Salim dalamDewan Rakyat (Volksraad). Agus Salim yang
mengemukakan Nasionalsime Islam yang ingin memajukan Negara dan bangsa sesuai
cita-cita Islam. Dan HOS Cokro yang ingin meningkatkan kecerdasan rakyat dengan
mendirikan sekolah-sekolah yang bersifat kebangsaan melalui SI17

Pada saat itu diselenggarakanya Kongres sedunia Mekah oleh raja arab dengan
perwakilan dari SI yaitu HOS Cokroaminoto (PSI) dan K. H Mas Mansyur
(Muhammadiyah). Keberadaan Agus Salim sebagai pelopor dalam gerakan pan-
islamisme kemudian memimpin muktamar Alam Islamy di Mekkah18. Dengan partisipasi
maka dibuatlah cabang di Hindia Timur Kongres Al Islam berubah nama menjadi
MAIHS (Muktamar Al Alam Al Islam farul Hind asj Syarqiah) atau dapat disebut
Kongres Islam sedunia cabang Hindia Timur serta ditetapkannya Agus Salim menjadi
pemimpinnya19. Tahun 1927 kongres Al Islam kedua diselenggraakan namun dianggap
gagal karena ketidak tegasan dalam pendirian organisasi setahun sebelumnya apakah
akan dilanjutkan atau tidak. Pada saat itu salim lah yang menjadi wakil Indonesia ,
dengan pendekatan berdirilah suatu organisasi bernama Al Ansar Al-Haramain, SI
dipercaya untuk menyusun program, peraturan penyebarannya keseluruh dunia Islam.

Setelah ini munculnya konflik-konflik lagi dalam Sarekat Islam dengan para
pemimpin PSI karena kebijakan yang dilakukan Agus Salim setelah belaiu menjabat
menjadi Ketua Dewan partai tahun 1935 menggantikan Tjokroaminoto yang wafat tahun
193420. Konflik dalam Sarikat Islam anatar Agus salim dan Abikoesno. Dengan diwarnai
pemecatan-pemecatan pada kubu Agus salim dan muncullah Barisan Penyadar yang
dipimpin oleh Salim guna membuat sutau perkumpulan untuk mempropagandakan politik
Kooperasi dan mendesak agar partai mengubah halauannya. Hingga pada akhirnya
menjadikan sebuah Pergeraakn penyadar melalui pemimpin utamanya AgusSalim
dengan halauan Kooperasi pada Konferensi di Jakarta tahun 1937 dan mempunyai peran
penting dalam pergerakan dengan dilakukanya berbgai aksi-aksi berhubungan langsung

17
Op,.cit Mukayat. Hlm 37
18
Suradi S. Grand Old Amn. Hlm 71
19
Op., cit. Mukayat. Hlm 38
20
Ibid., hlm 72
dengan kepentingan rakyat sehari-hari seperti pembaerantasan buta huruf dan
peningkatan pengetahuan rakyat , perbaikan nasib pekerja/buruh dan perlindungan
terhadap tindakan sewenang wenang pihak penguasa21 .

DAFTAR PUSTAKA
Fauzi Wildan dan Intan. Jurnal Haji Agus Salim. Diakses tanggal 29Februari 2020
https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/16625/9465 Diakss tanggal 29
Februari 2020

21
Ibid., hlm 98
Jurnal Digilab UINSBY. Bab II Latar Beakang Pemikiran Agus Salim. Diakses tanggal
28 Februari 2020
Suradi SS. 2014. Grand Old Man of The Republic Haji agusSalim dan Konflik Politik
sarekat Islam. Yogyakarta: Mata Padi Presindo
Sularto St. 2004. Haji Agus Salim (1884-1954) Tentang Perang, Jihad, dan Pluralisme.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mukasyat. 1985. Haji Agus Salim The Grand Old Man of Indonesia. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Buku Terpadu

Dwi. Handayani Farida. 2012. PERANAN K. H. AGUS SALIM DALAM KANCAH


PERPOLITIK DAN INDONESIA MASA REVOLUSI FISIK (1945-1950).Yogyakarta:
UNY

Banian R. 2017. Kiprah Politik Agus Salim dalam Sarikat Islam. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga

Solichin Salam. 1961. Haji Agus Salim : Hidup dan Perjuanganya. Jakarta: Penerbit
Djayamurni

Anda mungkin juga menyukai