Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Lokal Sulawesi Selatan

www.gurusejarah.com/2013/04/sejarah-lokal-sulawesi-selatan.html

Sejarah Lokal Sulawesi Selatan - Sekitar 30.000 tahun silam pulau ini telah dihuni oleh
manusia. Penemuan tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit kapur dekat Maros, sekitar
30 km sebelah timur laut dan Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Kemungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Peeble dan flake telah
dikumpulkan dari teras sungai di lembah Walanae, diantara Soppeng dan Sengkang,
termasuk tulang-tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.
Selama masa keemasan perdagangan rempah-rempah, diabad ke-15 sampai ke-19,
Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu Gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil
rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan peranan penting didalam
sejarah Kawasan Timur Indonesia dimasa Ialu.
Pada sekitar abad ke-14 di Sulawesi Selatan terdapat sejumlah kerajaan kecil, dua
kerajaan yang menonjol ketika itu adalah Kerajaan Gowa yang berada di sekitar Makassar
dan Kerajaan Bugis yang berada di Bone. Pada tahun 1530, Kerajaan Gowa mulai
mengembangkan diri, dan pada pertengahan abad ke-16 Gowa menjadi pusat
perdagangan terpenting di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 1605, Raja Gowa memeluk
Agama Islam serta menjadikan Gowa sebagai Kerajaan Islam, dan antara tahun 1608 dan
1611, Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone sehingga Islam dapat
tersebar ke seluruh wilayah Makassar dan Bugis.

Perusahaan dagang Belanda atau yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde
Oost-Indische Compagnie) yang datang ke wilayah ini pada abad ke-15 melihat Kerajaan
Gowa sebagai hambatan terhadap keinginan VOC untuk menguasai perdagangan rempah-
rempah di daerah ini. VOC kemudian bersekutu dengan seorang pangeran Bugis bernama
Arung Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah jatuhnya Bugis di bawah kekuasaan
Gowa.
Belanda kemudian mensponsori Palakka kembali ke Bone, sekaligus menghidupkan
perlawanan masyarakat Bone dan Sopeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah
berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil dikalahkan. Dan Raja Gowa, Sultan
1/3
Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat mengurangi
kekuasaan Gowa. Selanjutnya Bone di bawah Palakka menjadi penguasa di Sulawesi
Selatan.
Persaingan antara Kerajaan Bone dengan pemimpin Bugis lainnya mewarnai sejarah
Sulawesi Selatan. Ratu Bone sempat muncul memimpin perlawanan menentang Belanda
yang saat itu sibuk menghadapi Perang Napoleon di daratan Eropa. Namun setelah
usainya Perang Napoleon, Belanda kembali ke Sulawesi Selatan dan membasmi
pemberontakan Ratu Bone. Namun perlawanan masyarakat Makassar dan Bugis terus
berlanjut menentang kekuasaan kolonial hingga tahun 1905-1906. Pada tahun 1905,
Belanda juga berhasil menaklukkan Tana Toraja, perlawanan di daerah ini terus berlanjut
hingga awal tahun 1930-an.
Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang
berdiri sendiri dan didiami empat etnis yaitu ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa dan Bone, yang pada
abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta
persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab.
Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 dimana Sulawesi Selatan
menjadi propinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah
otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960.
Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara
ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonom Sulawesi
Selatan.
Periode Gubernur :
I. Gubernur Sulawesi
1945 – 1949 DR. G. S.S.J. Ratulangi
1950 – 1951 B. W. Lapian
1951 – 1953 R. Sudiro
1953 – A. Burhanuddin
1953 - 1956 Lanto Dg. Pasewang
1956 – 1959 A. Pangerang Pettarani
II. Gubernur Sulawesi Selatan dan Tenggara :
1959 – 1960 A. Pangerang Pettarani
1960 – 1966 A. A. Rivai.
III. Gubernur Sulawesi Selatan
1966 – 1978 Ahmad Lamo (Dua periode)
1978 – 1983 Andi Oddang
1983 – 1993 A. Amiruddin (Dua periode)
1993 - 2003 H. Z. B. Palaguna (Dua periode)
2003 - 2008 H. M. Amin Syam
2008 - Ahmad Tanribali Lamo Pejabat Gubernur Sementara
2008 - 2013 Syahrul Yasin Limpo
Menurut catatan sejarah Budaya Sulsel, ada tiga kerajaan besar yang pernah berpengaruh
luas yakni Kerajaan Luwu, Gowa, dan Bone, disamping sejumlah kerajaan kecil yang
beraliansi dengan kerajaan besar, namun tetap bertahan secara otonom. Berbeda dengan
pembentukan Propinsi lain di indonesia, Sulsel terbentuk menjadi satu kesatuan wilayah
administratif tingkat propinsi, atas kemauan dan ikrar raja-raja serta masyarakat setempat
2/3
sekaligus bergabung dalam negara kesatuan Republik Iindonesia, sehingga Sulsel menjadi
salah satu propinsi di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 21 tahun 1950 dan
Makassar sebagai pusat pemerintahan.
Dengan undang-undang ini maka Wilayah Administratif Sulsel terbagi menjadi 21 daerah
swantantra tingkat II dan 2 (dua) kotapraja yakni Makassar dan Parepare. Status Propinsi
Administratif Sulawesi berakhir pada tahun 1960 yang ditetapkan dengan UU Nomor 47
Tahun 1960 dan secara otonom membagi Sulawesi menjadi Propinsi Sulawesi Selatan
Tenggara beribukota Makassar dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah beribukota Manado,
Empat tahun kemudian pemisahan wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan
dalam II Nomor 13 Tahun 1964 dan Sulawesi Selatan resmi menjadi daerah otonom dan
terus disempurnakan dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah yang menggabungkan wilayah administratif daerah-daerah
otonom dalam satu penyebutan yaitu Daerah Tingkat II atau Kotamdya dan Propinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Selanjutnya Propinsi daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
terbagi dalam 23 Kabupaten/Kotamadya serta 2 (dua) Kota Administratif yakni Palopo di
Kabupaten Luwu dan Watampone di kabupaten Bone. Sedangkan yang sangat berarti
adalah perubahan nama ibukota Propinsi sulawesi Selatan dari makassar ke Ujung
Pandang yang ditetapkan dalam PP Nomor 51 tahun 1971 Lembaran negara Republik
Indonesia Nomor 65 tahun 1971. [am]

Related Posts:

3/3

Anda mungkin juga menyukai