Anda di halaman 1dari 12

SOSIOHUMANIKA:

Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

SURIADI MAPPANGARA

Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582:


Tindak-Balas Kerajaan Gowa terhadap Persekutuan
Tiga Kerajaan di Sulawesi Selatan

RESUME: Perjanjian “Tellumpoccoe” pada tahun 1582 merupakan kekuatan utama bagi kerajaan-kerajaan
Bugis (Bone, Wajo, dan Soppeng) dalam upaya mereka membangun perlawanan terhadap Kerajaan Gowa.
Perjanjian “Tellumpoccoe” ini, di mata penguasa Kerajaan Gowa, tidak saja dipandang sebagai bentuk
perlawanan secara terbuka dari para penguasa kerajaan Bugis yang berada di daerah pedalaman, tetapi juga
disadari sebagai satu bentuk strategi yang dilakukan oleh penguasa dari Kerajaan Bone untuk membendung
ambisi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini (Gowa dan Bone) telah sering berperang di sepanjang abad ke-16.
Selain itu, Perjanjian “Tellumpoccoe” telah digunakan oleh ketiga kerajaan Bugis untuk membendung upaya
yang dilakukan oleh penguasa Kerajaan Gowa untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam itu,
di mata para penguasa kerajaan Bugis, dianggap sebagai satu taktik dan strategi dari Kerajaan Gowa, dalam
meluaskan pengaruh dan kekuasaannya di wilayah-wilayah pedalaman Sulawesi Selatan. Persekutuan tiga
kerajaan ini tidak dapat bertahan lama, karena pengaruh yang dimainkan oleh pihak luar, dalam hal ini pihak
Kompeni Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Pihak VOC merasa berkepentingan
dan berusaha untuk tetap memelihara agar kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Sulawesi Selatan ini tetap
hidup dalam kecurigaan antara satu dengan lainnya dan tidak bersatu dalam sebuah entitas politik yang kuat.
KATA KUNCI: Perjanjian “Tellumpoccoe”, Sulawesi Selatan, kerajaan Gowa, persekutuan tiga kerajaan,
serta kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng.

ABSTRACT: “The ‘Tellumpoccoe’ Agreement in 1582: The Response of Gowa Kingdom towards the Alliance
of Three Kingdoms in South Sulawesi”. The “Tellumpoccoe” Agreement in 1582 was a major force for the
Bugis kingdoms (Bone, Wajo, and Soppeng) in their efforts to build up resistance to the Gowa Kingdom.
This “Tellumpoccoe” Agreement, in the eyes of the ruler of Gowa, is not just seen as a form of resistance
openly from the rulers of Bugis kingdoms residing in rural areas, but is also recognized as a form of strategies
undertaken by the ruler of the Bone Kingdom’s ambition to stem the Gowa Kingdom. Both of these kingdoms
(Gowa and Bone) have often fought throughout the 16th century. In addition, the “Tellumpoccoe” Agreement
has been used by the three Bugis kingdoms to stem the efforts made by the rulers of Gowa Kingdom to spread
Islam. The spread of the Islamic religion, in the eyes of the rulers of the Bugis kingdoms, regarded as one of the
tactics and strategy of the Gowa Kingdom, in expanding the influence and power in the rural areas of South
Sulawesi. The Alliance of three kingdoms can not last long, because of the influence played by outsiders, in
this case is the VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) or Dutch East India Company. The VOC was
concerned and trying to maintain that the existing kingdoms in South Sulawesi are still alive in the suspicion
each other and they are not united as a strong political entity.
KEY WORD: “Tellumpoccoe” agreement, South Sulawesi, kingdom of Gowa, the alliance of three kingdoms,
and kingdoms of Bone, Wajo, and Soppeng.

PENDAHULUAN saling bantu-membantu dalam menghadapi


Perjanjian Tellumpoccoe, yang dibuat pada kesulitan yang mungkin timbul sehubungan
tahun 1582 antara Kerajaan Bone, Soppeng, dengan perjanjian tersebut. Bersatu lewat
dan Wajo, adalah perjanjian yang mengikat perjanjian bukanlah hal baru dalam sejarah
3 kerajaan di Sulawesi Selatan dalam satu panjang Sulawesi Selatan. Kerajaan Bone
persekutuan. Ketiganya berjanji untuk dan Gowa, dua kerajaan besar orang-orang

Dr. Suriadi Mappangara adalah Dosen Senior di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UNHAS (Universitas Hasanuddin),
Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245, Sulawesi Selatan, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa
dihubungi dengan alamat emel: suriadi_mappangara@yahoo.com

43
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

Bugis dan Makassar, misalnya, dimasa mengambil sikap untuk bergabung atau
pembentukan awalnya kurang-lebih pada menjadi daerah tawanan.
abad ke-16, juga dibangun atas dasar Perluasan yang dilakukan oleh Kerajaan
perjanjian. Pada waktu itu, kurang-lebih Gowa telah menjadikan kerajaan ini
di pertengahan abad ke-14, telah dibangun berhadapan dengan Kerajaan Bone, yang
perjanjian antara para Arung (penguasa di juga mencoba membangun kekuatan dan
satu daerah atau wilayah yang tidak dapat kekuasaannya di daerah pedalaman. Telah
disamakan dengan satu kerajaan) untuk terjadi tiga kali perang besar antara kedua
wilayah Bone dengan para Karaeng (gelar kerajaan tersebut. Meskipun Kerajaan
yang diberikan pada seorang penguasa di Bone menang dalam sejumlah perang
satu wilayah) untuk wilayah Gowa. dengan Kerajaan Gowa, hal itu tidak berarti
Di Kerajaan Bone terdapat tujuh kerajaan bahwa Kerajaan Bone dapat bertindak
kecil yang menyatu menjadi Kerajaan sewenang-wenang terhadap Kerajaan
Bone, sedangkan di wilayah Gowa ada Gowa. Perselisihan antara kedua kerajaan
sembilan kerajaan kecil yang menyatu itu diselesaikan lewat perjanjian, meskipun
menjadi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini harus pula diketahui bahwa hal itu tidak
menempatkan seorang tokoh yang bernama dapat menyelesaikan persoalan yang ada.
To Manurung menjadi raja pertama mereka. Kerajaan Gowa membutuhkan wilayah
To Manurung artinya orang yang turun. yang aman dan kaya akan hasil bumi. Salah
To berarti manusia dan Manurung berarti satu cara yang digunakan adalah dengan
turun. Hampir semua kerajaan-kerajaan meluaskan wilayah kekuasaannya dan
besar yang ada di wilayah Sulawesi Selatan, menguasai sebanyak mungkin wilayah
termasuk Sulawesi Barat, berdiri berkat untuk memastikan ketersediaan barang
penyatuan beberapa kerajaan-kerajaan kecil dagangan serta terjaminnya keamanan para
(Poelinggomang & Mappangara eds., 2003). pedagang.
Letak geografis wilayah Gowa yang Usaha-usaha yang dilakukan oleh
berada di tepi pantai, dan terlindung dari penguasa Kerajaan Gowa, untuk
sejumlah pulau-pulau, telah menempatkan meluaskan pengaruh dan kekuasaannya
wilayah Kerajaan Gowa menjadi tempat sampai ke daerah-daerah pedalaman,
yang strategis. Pada waktu Kerajaan Melaka telah membangkitkan kekhawatiran bagi
jatuh ke tangan bangsa Portugis pada beberapa kerajaan Bugis. Dalam upayanya
tahun 1511, banyak pedagang Melayu yang untuk membendung usaha-usaha itu,
mencari tempat baru untuk dijadikan daerah Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng
pemukiman, selain sebagai tempat baru membangun satu persekutuan yang dikenal
untuk berdagang. Salah satu tempat yang dengan nama Persekutuan Tellumpoccoe.
banyak dikunjungi adalah daerah Sulawesi Persekutuan ini mengalami pasang-surut
Selatan. Wilayah ini semakin penting seiring dengan makin gencarnya penetrasi
ketika bangsa Portugis telah menjadikan yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa.
wilayah Sulawesi Selatan sebagai tempat Meskipun demikian, persekutuan ini
persinggahan dalam perjalanannya ke tidak pernah hilang sama sekali, karena
“pulau rempah-rempah” di Maluku. persekutuan tersebut digunakan sebagai
Setelah melalui serangkaian perang legitimasi bagi ketiga kerajaan itu jika
saudara, akhirnya dua kerajaan, yaitu menghadapi persoalan-persoalan politik.
Kerajaan Gowa dan Tallo, disatukan menjadi
Kerajaan Gowa. Jabatan raja disandang LATAR BELAKANG
oleh Kerajaan Gowa, sedangkan jabatan PERJANJIAN TELLUMPOCCOE
Perdana Menteri disandang oleh raja dari Sampai pada seperempat akhir abad
Kerajaan Tallo (Daeng Patunru, 1993). ke-16, Kerajaan Gowa melakukan beberapa
Kedua kerajaan ini, secara perlahan tapi ekspansi untuk memperluas wilayah
pasti, mulai berkembang dan menjadikan pengaruh dan kekuasaannya. Setelah
kerajaan-kerajaan yang berada di sekitarnya kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar

44
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

wilayahnya satu persatu jatuh di bawah ayam milik Raja Gowa kalah dan taruhan
kekuasaannya, Kerajaan Gowa mulai melirik 100 kati emas diberikan kepada Raja Bone.
wilayah-wilayah yang berada di bagian Raja Gowa dan segenap pembesar Kerajaan
pedalaman Sulawesi Selatan. Gowa yang hadir menerima dengan lapang
Dalam Lontara,1 ada disebutkan bahwa dada kekalahan itu. Persoalan mulai muncul
pada masa kekuasaannya, beliau (Raja ketika kekalahan itu dikaitkan dengan
Gowa) menaklukkan wilayah Bajeng, tanda-tanda kemerosotan kekuasaan
Lengkese, dan Polongbangkeng. Setelah Kerajaan Gowa.
menaklukkan ke tiga wilayah itu, Kerajaan Berita tentang kekalahan ayam milik
Gowa mencoba pula meluaskan wilayah Raja Gowa itu tersebar dengan sangat cepat.
pengaruh dan kekuasaannya di wilayah- Berbagai dugaan muncul ke permukaan
wilayah pedalaman, tempat kerajaan- sehubungan dengan kekalahan tersebut.
kerajaan Bugis berada.2 Salah satunya adalah tanda-tanda akan
Dalam usahanya meluaskan wilayah kemerosotan kekuasaan Kerajaan Gowa.
pengaruh dan kekuasaan di daerah-daerah Persekutuan Tellumpoccoe yang terdiri atas
Bugis, Kerajaan Gowa harus berhadapan Bulo-bulo, Lamatti, dan Tondong, yang
dengan Kerajaan Bone, sahabat dan selama ini mengakui pertuanan Kerajaan
sekaligus musuhnya. Penguasa Kerajaan Gowa, mengalihkan kesetiaan mereka ke
Bone juga berusaha untuk meluaskan daerah Kerajaan Bone.
kekuasaannya. Sebenarnya, hubungan Tidak mau larut dalam rumor yang
kedua kerajaan ini sudah berlangsung berkembang, Daeng Bonto dari Kerajaan
lama, bahkan keduanya telah membangun Gowa kemudian memutuskan untuk
kerjasama. Beberapa kali perang antara melakukan serangan terhadap Kerajaan
kedua kerajaan ini terjadi pada abad ke-16, Bone. Undangan disampaikan kepada
dan dapat diselesaikan lewat perjanjian. seluruh daerah-daerah bawahan Kerajaan
Pada masa pemerintahan Tunipallangga Gowa untuk hadir di istana, dengan maksud
dari Kerajaan Gowa, ia berkunjung ke untuk melakukan persiapan perang. Para
Kerajaan Bone dan diterima dengan penguasa yang hadir melakukan acara
sambutan yang hangat dan meriah. Dalam mangaru, suatu acara yang dilakukan tidak
kunjungan itu dilakukan sabung ayam, saja untuk melihat kesiapan perang, tetapi
satu kebiasaan yang umum dilakukan oleh juga untuk mengetahui kesetiaan wilayah
kalangan bangsawan jika menyambut tamu bawahan terhadap istana kerajaan.
agungnya. Dalam sabung ayam itu biasanya Sebelum serangan dilakukan, Daeng
dilakukan taruhan. Demikianlah sabung Bonto dari Kerajaan Gowa juga sudah
ayam antara ayam dari Kerajaan Gowa mengirimkan pemberitahuan kepada
melawan ayam dari penguasa Kerajaan penguasa Kerajaan Bone akan rencana
Bone. serangan itu. Tradisi perang pada masa
Raja Gowa mempersiapkan seratus kati lalu di Sulawesi Selatan adalah kedua belah
emas sebagai taruhan, sedangkan Raja Bone pihak telah menentukan wilayah atau
mempertaruhkan segenap orang Panyula daerah tempat mereka akan berperang.
(satu kampung). Dalam sabung ayam itu Penguasa Kerajaan Gowa telah menentukan
bahwa wilayah yang digunakan perang
1
Lontara adalah salah satu genre naskah historiografi adalah wilayah yang terdapat di Selatan
tradisional dari Sulawesi Selatan, sama seperti Babad dari Meru. Akhirnya mereka pun bertemu
kerajaan-kerajaan di Jawa (Tengah dan Timur), Carita dari di Selatan Meru dan perang tidak dapat
Jawa Barat, atau Hikayat dari kerajaan-kerajaan di dunia
Melayu. Mengenai historiografi tradisional, lihat Sartono dielakkan. Perang berlangsung selama
Kartodirdjo (1982) dan Louis Gottschalk (1985). kurang-lebih 5 hari dan kemudian keduanya
2
Dalam melakukan serangan, Kerajaan Gowa kadang
membangun kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lainnya,
bersedia berunding untuk mengakhiri
seperti yang dilakukannya ketika menaklukkan wilayah perang tersebut.
Otting, Buluk Cenrana, Wajo, Suppa, Sawitto, dan Kerajaan Apa penyebab sehingga perang itu
Alitta, semuanya dilakukan dengan bantuan Kerajaan
Sidenreng. selesai, tidak ditemukan sumber-sumber

45
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

mengenainya. Meskipun demikian, alasan


utama mengapa Tunipallangga dari
Kerajaan Gowa mengajukan gencatan
senjata, karena banyak korban yang jatuh
di pihak Gowa. Oleh karena Gowa yang
memulai perang, maka beliau pulalah yang
meminta gencatan senjata. Permintaan
itu diterima oleh para penguasa Kerajaan
Bone. Akan tetapi, tidak lama setelah
perang di Selatan Meru itu, Tunipallangga
dari Kerajaan Gowa kembali melakukan
serangan terhadap Kerajaan Bone. Perang
berlangsung selama 5 hari dan pasukan
Kerajaan Gowa harus kembali, karena
Tunipallangga terluka. Raja Gowa tersebut
terpaksa diusung pulang dari medan perang
karena sakit.
Usaha perluasan pengaruh dan Gambar 1:
kekuasaan Kerajaan Gowa dilakukan untuk Tunipallangga dari Kerajaan Gowa
(Sumber: Koleksi Laboratorium Sejarah dan Budaya
menguasai sumber-sumber ekonomi yang UNHAS Makassar)
ada di daerah pedalaman. Perkembangan
ekonomi Kerajaan Gowa mengisyaratkan
perlunya ketersediaan bahan-bahan atau Tunijallo (1565-1590), dan sampai dengan
komoditi perdagangan, agar para pedagang Tunipasulu (1590-1593), agresivitas yang
yang sudah mulai berdatangan ke Makassar ditunjukkan oleh Kerajaan Gowa, dalam
dapat memenuhi keinginan mereka. upayanya memperluas daerah pengaruh
Setelah dua kali gagal dalam usahanya dan kekuasaan, menakutkan ketiga kerajaan
untuk menaklukkan Kerajaan Bone, para lainnya di Sulawesi Selatan, yaitu Kerajaan
penguasa dari Kerajaan Gowa dan Tallo Bone, Soppeng, dan Wajo. Meskipun dalam
melakukan persiapan matang untuk banyak serangan yang dilakukan oleh
melakukan serangan kembali. Penguasa Kerajaan Gowa terhadap Kerajaan Bone
Kerajaan Gowa dan Tallo tidak lagi tidak pernah membuahkan hasil, hal itu
memikirkan akan kemenangan dalam bukan berarti bahwa rasa kekhawatiran
perang itu, apalagi menaklukkan Bone dan ketiga kerajaan tersebut hilang, seiring
menggantinya dengan penguasa yang baru, dengan kekalahan Kerajaan Gowa. Mereka
pertimbangan harga diri dan rasa malu khawatir sewaktu-waktu sikap agresif itu
menjadi tekad utama mereka. bisa saja kembali muncul dan ini tentu saja
Setelah seluruh persiapan untuk maju harus selalu diwaspadai.
perang sudah lengkap, pasukan Kerajaan
Gowa dan Tallo pun berangkat menuju PERJANJIAN TELLUMPOCCOE
medan perang, yaitu di daerah Cellu. TAHUN 1582
Perang berlangsung kurang-lebih 8 hari Perjanjian Tellumpoccoe pada tahun 1582,
lamanya. Perang ini juga harus berakhir yang dilaksanakan di daerah Timurung,
tanpa keputusan politik yang berarti, karena desa Bunne, merupakan persekutuan
Raja Gowa, Tunipallangga, jatuh sakit dan untuk pertama kalinya terjadi, yaitu
harus diusung kembali ke Gowa. Tidak lama antara Kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo
setelah sampai di Gowa, Tunipallangga di Sulawesi Selatan, karena kepentingan
wafat. Ia kemudian digelar dengan nama politik. Dalam perjanjian itu ketiga kerajaan
Tunipallangga Ulaweng. melakukan perundingan yang diikuti
Sejak Kerajaan Gowa diperintah oleh oleh para cerdik-pandai dan juga para
Tunipallangga (1545-1565), Tunibatta (1565), penguasa daerah dari ketiga kerajaan

46
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

tersebut. Perjanjian ini


memberi sumbangan besar
dalam melekatkan ketiga
kerajaan di masa-masa
akan datang, meskipun
sering kali pecah di tengah
jalan. Meskipun demikian,
perjanjian tersebut selalu
menjadi dasar pikiran
ketika satu kerajaan dari
persekutuan ini diperlukan
keberadaannya oleh
kerajaan yang tergabung di
dalamnya (Latif, 2014).
Persekutuan yang
dibangun oleh tiga Kerajaan
Bugis ini berhasil untuk
beberapa lamanya dalam
menahan laju ekspansi
Gambar 2:
yang dikobarkan oleh Raja Gowa, Tunipallangga, harus diusung pulang
penguasa-penguasa dari dari medan perang karena terluka
Kerajaan Gowa. Bagaimana (Sumber: Koleksi Laboratorium Sejarah dan Budaya UNHAS Makassar)
prosesnya sehingga
perjanjian ini terwujud,
dijelaskan dengan sangat baik dalam Lontara Berkata Arumpone, “Betul katamu wahai
Tellumpoccoe, sebagai berikut: Arung Matowa. Namun demikian, biarkanlah
negeri kita bersaudara tiga: Bone-Wajo-
Soppeng. Biarkanlah Bone bersaudara dengan
Makkedai Arumpone / Iana takduppang massiajing
Gowa. Sekiranya pihak Gowa nekad juga ingin
/ Madecengi tapasseajing tellu tanae / Mappada
mencengkeram Wajo, biarlah kita bertarung.
worowane se ina seama / Makkedai Arung Matowa
Kita tiga bersaudara menghadapinya”. Arung
/ Napekkona Arumpone? Masseajing tanata tellu
Matowa dari Wajo pun setuju. Berkata Pollipuk
/ Atae sia Wajo ri Luwu / Nasseajing sia tanae ri
dari Soppeng, “Sungguh bijak ucapanmu wahai
Bone ri Gowa / Nakkeda Arumpone / Madeceng
Arumpone bahwa tanah kita bertiga adalah
adammu Arung Matowa / Nae taroi sia masseajing
bersaudara. Namun yang saya harapkan ialah
tellu / Bone / Wajo / Soppeng / Bone na masseajing
Soppeng menjadi anak, sedangkan tanah Bone
Gowa / Nae dekko maelok / mui Gowa poatai Wajo
dan Wajo adalah induk. Sebab tidak mungkin
taronik siwuno / Tattellui wi masseajing / Makkado
terjadi persaudaraan, kecuali bagi mereka yang
Arung Matowae / Nakkeda Pollipuk e ri Soppeng
sama besar”.
/ Madeceng adammu Arumpone / Pada woroane
tana ta ia tellu Naiasa uwellu ellau anak e tana e ri
Soppeng na ina tana e ri Bone ri Wajo / Apa iapa Dialog yang terjadi antara Raja-raja dari
tau mappada woroane senraja raja e.3 Bone, Wajo, dan Soppeng tersebut di atas
memperlihatkan kedudukan masing-masing
Artinya: kerajaan dalam hubungannya dengan
Berkata Arumpone, “Adapun tujuan Kerajaan Wajo. Dialog itu juga seolah-olah
pertemuan kita bersaudara ialah mari kita menunjukkan bahwa aliansi yang mereka
persaudarakan negeri kita bertiga. Bersaudara buat untuk menyatukan kerajaan mereka
kandung se-ayah se-ibu”. Berkata Arung dalam satu persekutuan, lebih disebabkan
Matowa, “Bagaimana gerangan caranya,
karena kekhawatiran ketiga kerajaan itu
tanah kita bersaudara tiga wahai Arumpone,
sedangkan Wajo adalah taklukan dari Luwu, terhadap Kerajaan Gowa, karena sikap-sikap
sementara Bone bersekutu dengan Gowa”. agresif yang ditunjukkan oleh Kerajaan
Gowa pada waktu itu.
3
Lihat, misalnya, Lontara Tellumpoccoe [salah satu genre
naskah historiografi tradisional dari Sulawesi Selatan, belum
Petikan dialog di atas juga
diterbitkan]. Makassar, Indonesia: Koleksi Pribadi. memperlihatkan bagaimana hubungan

47
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

Kerajaan Bone dan


Kerajaan Wajo terhadap
Kerajaan Gowa. Kedua
kerajaan ini mengakui
bahwa hubungan antara
Gowa dan Bone sudah
terjalin. Bagi Kerajaan
Bone, usahanya untuk
membangun aliansi
mungkin tidak ada
masalah, selain kerajaan
yang kuat dan disegani,
kerajaan ini juga sudah
beberapa kali mengalahkan
Kerajaan Gowa.4 Selain
itu, Kerajaan Bone juga
memiliki perjanjian
persahabatan dengan
Kerajaan Gowa. Gambar 3:
Akan tetapi bagi Suasana Perjanjian Tellumpoccoe pada tahun 1582 di wilayah Bunne, Timurung.
Kerajaan Wajo, hal itu Perjanjian ini dibangun oleh tiga kerajaan Bugis, yaitu Bone, Wajo, dan
Soppeng. Pertemuan dihadiri oleh ketiga penguasa tertinggi masing-masing
menjadi persoalan besar. kerajaan, yaitu: La Tenri Rawe Bongkange dari Kerajaan Bone, La Mungkace
Ada kekhawatiran bahwa To Uddamang Matinroe ri Kanana dari Kerajaan Wajo, dan La Mappaleppe
tindakannya menyatu ke Patolae Arung Belo Matinroe ri Tanana dari Kerajaan Soppeng.
dalam persekutuan tiga (Sumber: Koleksi Laboratorium Sejarah dan Budaya UNHAS Makassar)
kerajaan itu, tentu saja,
akan membuat murka Kerajaan Gowa. Artinya:
Pada waktu itu Kerajaan Wajo berada di
Berkata Arung Matowa Wajo, “Bagaimana
bawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Luwu, gerangan caranya, tanah kita bersaudara tiga
sedangkan Luwu dan Gowa pada waktu itu wahai Arumpone, sedangkan Wajo adalah
adalah bersahabat. Matowa Wajo khawatir taklukan dari Luwu, sementara Bone bersekutu
bahwa satu ketika nanti ia akan diserang dengan Gowa”.
oleh penguasa Kerajaan Gowa sehubungan
dengan rencana persekutuan yang dibangun Mendengar ucapan Matowa Wajo itu,
tersebut. Oleh karena itu, secara tersirat, Raja Bone dengan tegas mengatakan
disampaikan oleh Matowa Wajo kepada Raja bahwa persoalan dengan Kerajaan Gowa
Bone dalam dialog tersebut di atas. Hal ini adalah urusan Kerajaan Bone. Ia akan
dilakukan untuk mencari solusi sehubungan memberitahukan tentang persekutuan itu;
dengan rencana persekutuan itu. Dalam dan jika kelak penguasa Kerajaan Gowa
Lontara Tellumpoccoe, antara lain, hal itu juga tetap akan melakukan serangan terhadap
dikatakan sebagai berikut: Kerajaan Wajo, maka mereka bersama-sama
akan melawan Kerajaan Gowa. Penguasa
Makkedai Arung Matowae, “Na-pekko na Wajo senang mendengar berita itu. Dalam
Arumpone masseajingtanata tellu / Atae sia Wajo ri catatan Lontara Tellumpoccoe dikatakan
Luwu / Nasseajis-sia tanae ri Bone ri Gowa” (ibidem sebagai berikut:
catatan kaki nomor 3).
Nakkeda Arumpone, “Madeceng ngadammu Arung
Matowa / Nae tarokisia masseajing tellu Bone Wajo
Soppeng / Bone na’mewai masseajing Gowa / Nae
4
Selama ini Kerajaan Gowa telah kehilangan muka, karena dekko ma-elok mui Gowa po ata I Wajo / Taronik
dua orang rajanya harus menjadi korban sehubungan dengan siwuno / Tattellui wi masseajing” / Nakado Arung
perang yang telah mereka lakukan. Lihat, selanjutnya, Suriadi Matowa-e (ibidem catatan kaki nomor 3).
Mappangara (2005).

48
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

Artinya: Nakkeda Pollipuk e ri Soppeng, “Madeceng adammu


Arumpone / pada woroane tana ta ia tellu / Na iasa
Berkata Arumpone, “Betul katamu wahai uwella ellau anake tana e ri Soppeng na ina tana e
Arung Matowa. Namun demikian, biarkanlah ri Bone ri Wajo / Apak ia pa tau mappada woroane
negeri kita bersaudara tiga Bone-Wajo- senraja raja e”.5
Soppeng. Biarkanlah Bone bersaudara dengan
Gowa. Sekiranya pihak Gowa nekad juga ingin Artinya:
mencengkeram Wajo, biarlah kita bertarung.
Kita tiga bersaudara menghadapinya”. Arung Berkata Pollipuk dari Soppeng, “Sungguh bijak
Matowa Wajo pun sejutu. ucapanmu wahai Arumpone bahwa tanah
kita bertiga adalah bersaudara. Namun yang
Selain persoalan hubungan kekuasaan saya harapkan ialah Soppeng menjadi anak,
sedangkan tanah Bone dan Wajo adalah induk.
yang ada antara Bone dan Gowa, dan
Sebab tidak mungkin terjadi persaudaraan,
bagaimana kedudukan Wajo, Raja Soppeng kecuali bagi mereka yang sama besar”.
lebih menyoroti soal wilayahnya yang
sempit sehingga tidak pantas untuk Mendengar keluhan dari penguasa
dijadikan “bersaudara kandung se-ayah Soppeng itu, Raja Bone dan Matowa Wajo
dan se-ibu”. Menurut Raja Soppeng, istilah menaruh perhatian dan mengerti akan
itu hanya cocok diberikan jika luas wilayah maksud dari penguasa Soppeng. Kedua
ketiga kerajaan itu tidak terlalu mencolok. penguasa dari Bone dan Wajo itu menyadari
Menurut Raja Soppeng pula, bagaimana bahwa antara ketiganya, Kerajaan Soppeng
mungkin wilayahnya yang kecil akan lah yang memiliki wilayah yang sempit. Raja
bergabung dan kemudian memiliki hak yang Bone dan Wajo kemudian sepakat untuk
sama dan tanggung jawab yang sama pula memberikan sebagian wilayahnya kepada
dengan kerajaan lain yang wilayahnya lebih Soppeng, sehingga wilayah Soppeng luas.
besar. Wilayah Soppeng memang sempit, Raja Bone memberikan sebagian
tidak sebesar wilayah Bone dan Wajo; akan wilayahnya kepada Soppeng agar Raja
tetapi, dari sudut strategi perang, wilayah Soppeng rela untuk bergabung karena
Kerajaan Soppeng sangatlah penting. dari segi pertahanan, wilayah Soppeng
Baik Raja Bone maupun Matowa Wajo dapat menjadi pintu masuk bagi Kerajaan
mengetahui dengan baik bagaimana Gowa jika melakukan serangan dari
kedudukan Soppeng yang sangat penting arah selatan. Demikian pula Wajo, selain
dan strategis untuk kepentingan perang, karena Raja Bone sudah memberikan
setidaknya apabila Kerajaan Gowa akan sebagian wilayahnya, Wajo pun memberi
melakukan ekspansi ke wilayah-wilayah sebagian wilayahnya kepada Soppeng. Raja
pedalaman Bugis, seperti yang pernah Bone menyerahkan daerah Gowa-gowa,
terjadi di masa lalu. Kedua penguasa sedangkan Matowa Wajo memberikan
ini (Bone dan Wajo) tidak ingin hanya wilayah Baringeng seluruhnya. Raja
karena wilayah Soppeng yang kecil itu Soppeng pun dengan senang hati menerima
menyebabkan Kerajaan Soppeng menolak kedua wilayah tersebut.
untuk bergabung. Masuknya kedua wilayah itu (Gowa-
Adalah jauh lebih penting untuk gowa dan Baringeng) membuat wilayah
menjaga dan membesarkan Kerajaan Soppeng bertambah luas dibandingkan
Soppeng, daripada wilayah ini kemudian sebelumnya. Dalam Lontara Soppeng, hal itu
dirangkul oleh Kerajaan Gowa yang kelak dicatat sebagai berikut:
akan menempatkan Soppeng sebagai batu
loncatan untuk menyerang Wajo dan Bone. Nakkeda Arumpone, “Upattongeng adammu Arung
Oleh karena itu, kedua kerajaan (Bone dan Matowa / Taro muni uwereng seajikku Soppeng
Gowa-Gowa sepalili / Nala pakdai rai nappada
Wajo) menyerahkan sebagian wilayahnya woroane tana ta ia tellu” (ibidem catatan kaki
kepada Kerajaan Soppeng sehingga menjadi nomor 5).
besar. Dalam Lontara Soppeng, hal itu
dikatakan sebagai berikut:
5
Lihat, misalnya, Lontara Soppeng [salah satu genre
naskah historiografi tradisional dari Sulawesi Selatan, belum
diterbitkan]. Makassar, Indonesia: Koleksi Pribadi.

49
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

Artinya:
Perjanjian Tellumpoccoe, secara politik,
Berkata Arumpone, “Saya benarkan ucapanmu
sangat menguntungkan Kerajaan Soppeng.
wahai Arung Matowa. Biarkanlah aku
memberikan kepada saudaraku Soppeng, yaitu Kerajaan Soppeng mendapat dua wilayah,
tanah Gowa-gowa dengan seluruh wilayahnya, satu wilayah pemberian dari Raja Bone
sebagai penambah-nambah, sehingga tanah yaitu wilayah Goa-goa bersama seluruh
kita bertiga dapat menjadi saudara”. wilayah bawahannya. Satu wilayah lagi
adalah pemberian dari Matowa Wajo,
Demikian pula Arung Matowa Wajo.
yaitu wilayah Baringeng. Raja Bone dan
Tidak ingin dianggap kurang merespon
juga Wajo, secara politik, jauh lebih kuat
usaha pembentukan persekutuan itu,
dibandingkan dengan Soppeng. Meskipun
ia pun dengan suka-rela menyerahkan
demikian, keduanya menghendaki agar
wilayahnya. Dalam Lontara Tellumpoccoe, hal
Soppeng harus ikut di dalam persekutuan.
itu disebutkan sebagai berikut:
Pemberian wilayah itu adalah bagian dari
Makkeda I Arung Matowa e, “Madecettu adammu
usaha bujukan agar Soppeng tidak dengan
Arumpone / Taro toni sa uwereng seajitta paddai terpaksa ikut didalamnya, tetapi dengan
rai Baringeng sepalili / Pap mas na Gowa urumpak suka-rela.
na Bulo-Bulo / Nasseajing tana ta ia tellu” (ibidem Secara politik, Soppeng memiliki arti
catatan kaki nomor 3).
penting bagi Kerajaan Bone, pelopor
Artinya: pembentukan persekutuan ini. Wilayah
Soppeng dapat digunakan sebagai batu
Berkatalah Arung Matowa, “Benarlah loncatan bagi Kerajaan Gowa, jika sewaktu-
ucapanmu wahai Arumpone. Biarkanlah waktu kerajaan ini akan menyerang
kuberikan pula saudara kita itu penambah-
nambah, yaitu tanah Baringeng seluruhnya,
Kerajaan Bone. Demikian juga bagi
pemberian Gowa pada waktu saya Wajo, wilayah Soppeng penting dari segi
membobolkan Bulo-bulo, agar tanah kita pertahanan.
bertiga dapat menjalin persaudaraan”. Selain wilayah Soppeng semakin
luas, Kerajaan Soppeng juga mendapat
Setelah Raja Soppeng menerima pemberian keuntungan besar dengan terbentuknya
itu berarti, secara langsung, Kerajaan persekutuan ini. Kerajaan Soppeng yang
Soppeng ikut merestui rencana pembentukan dahulunya kecil kini semakin besar. Dari
persekutuan tiga kerajaan di Sulawesi Selatan. segi kekuatan, Kerajaan Soppeng tetap akan
Raja Bone pun berkata, sebagaimana dicatat mendapat bantuan dari kedua kerajaan
dalam Lontara Tellumpoccoe, yang artinya itu (Bone dan Wajo), jika sewaktu-waktu
adalah seperti berikut: mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan
tetangganya.
Itulah yang kita sepakati bertiga, yaitu ketiga
negeri kita bersaudara se-ibu se-bapak. Bone,
Wajo, dan Soppeng bersama-sama dalam suka REAKSI KERAJAAN GOWA TERHADAP
dan duka. Satu anak sulung, satu anak tengah, PERSEKUTUAN TELLUMPOCCOE
satu anak bungsu. Berpilin tiga bagaikan Raja Gowa pada masa itu, Tunijallo,
parajo, yang tidak terputus, seiring-sejalan.
Merogo keluar, tidak merogo ke dalam. Diwarisi
memandang aliansi Tellumpoccoe sebagai
anak cucu, tanpa dibawa serta ke liang lahat. ancaman langsung terhadap supremasi
Perjanjian antara ketiga negeri persaudaraan Kerajaan Gowa yang tertanam sejak lama.
Bone, Wajo, Soppeng. Disaksikan oleh Sang Hal ini lebih diperburuk lagi karena
Dewata Yang Tunggal. Kita amanahkan
Kerajaan Wajo dan Soppeng, yang masih
kepada anak cucu masing-masing. Siapa
yang mengingkari perjanjian ketiga negeri berada dalam pengaruh Kerajaan Gowa,
persaudaraan, maka negerinya akan hancur ikut sebagai tulang-punggung dalam aliansi
berkeping-keping, sebagaimana halnya Tellumpoccoe itu. Bagi Gowa, keberhasiln
tanah yang tertindis batu. Tidak akan bubar Bone “membujuk” dua kerajaan tetangganya
perjanjian ketiga negeri Bone, Wajo, Soppeng,
kecuali apabila bumi dan langit telah runtuh.
(Wajo dan Soppeng) diakui sebagai satu
Kita namakan negeri kita Tellumpoccoe. hal yang sangat menguntungkan Kerajaan

50
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

Bone. Bagi Kerajaan Gowa pula, keterlibatan


Soppeng dan Wajo dalam persekutuan
Tellumpoccoe itu tidak saja menambah
kuat kedudukan Kerajaan Bone, tetapi
juga memperlihatkan bahwa Bone sudah
mulai melakukan perluasan pengaruh dan
kekuasaannya. Hal ini tentu saja menjadi
tantangan bagi Gowa yang juga mencoba
membangun kekuatan, baik secara politik
maupun ekonomi, sehubungan dengan
makin berkembangnya perdagangan di
Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa menganggap bahwa
masuknya Soppeng dan Wajo kedalam
persekutuan Tellumpoccoe itu adalah satu
pengkhianatan, karena kedua kerajaan
itu dianggap sebagai kerajaan-kerajaan
bawahan yang melakukan pemberontakan
terhadap kekuasaan Kerajaan Gowa.
Menurut pandangan Gowa, aliansi baru
yang dibuat oleh Bone bagai “memukul Gambar 4:
gendang perang” terhadap Gowa. Tunijallo, Raja Gowa yang tewas dibunuh oleh
Dalam keadaan demikian, perang tidak pasukannya sendiri ketika berencana menyerang
Kerajaan Wajo pada tahun 1590
terhindarkan lagi, dendam-kesumat (Sumber: Koleksi Laboratorium Sejarah dan Budaya
yang berhasil diredam dengan perjanjian UNHAS Makassar)
perdamaian yang baru saja disepakati,
berkobar kembali.
Raja Gowa merasa terpukul dengan diamuk oleh seorang pengikutnya, I
keterlibatan Wajo dalam aliansi Tellumpoccoe Lolo Tammakkana. Tidak diketahui apa
itu. Raja Gowa bersiap-siap untuk motif pembunuhan itu, diperkirakan
melakukan serangan terhadap Wajo. Raja karena masalah pribadi atau mungkin
Bone, yang mengetahui hal itu, mencoba karena persaingan kekuasaan, karena
mencari jalan keluar sehubungan konflik pembunuhnya adalah saudara sepupunya
yang terjadi. Kajao Laliddong, penasehat sendiri.6
Raja Bone, diutus untuk mencari jalan Keberhasilan Bone-Wajo mengalahkan
keluar agar Raja Gowa tidak meneruskan Gowa menambah kepercayaan diri pada
keinginannya untuk menyerang Wajo. para penguasa dari Kerajaan Bone, Wajo,
Usaha yang dilakukan oleh Kajao dan Soppeng. Raja Soppeng pun menguji
Laliddong tidak berhasil. Utusan Bone pun kekuatannya dengan menaklukkan Lamuru,
menyampaikan kepada penguasa Wajo tetangganya yang dianggap selama ini tidak
untuk tidak gentar dalam menghadapi bersahabat. Setelah berperang kurang lebih
serbuan Gowa. 1 bulan lamanya, Lamuru pun ditaklukkan
Pada tahun 1583, Raja Gowa melancarkan oleh Soppeng (Lontara Tellumpoccoe; dan
serangan terhadap Kerajaan Wajo. Tetapi, Lontara Soppeng). Setahun kemudian,
serangan ini dapat dipukul mundur oleh Kerajaan Soppeng menyerang lagi wilayah
pasukan-pasukan dari aliansi Telumpoccoe. Ajjatappareng. Perang terjadi kurang-
Kurang-lebih tujuh tahun kemudian, yakni lebih 2 bulan lamanya. Perang kali ini pun
tahun 1590, serangan dilanjutkan kembali, dimenangkan oleh Kerajaan Soppeng, dan
tetapi Gowa tidak mampu mengalahkan 6
Untuk informasi lebih lanjut mengenai peristiwa ini,
aliansi Tellumpoccoe. Bahkan Tunijallo lihat Lontara Tallo [salah satu genre naskah historiografi
tradisional dari Sulawesi Selatan, belum diterbitkan].
sendiri, Raja Gowa pada masa itu, tewas Makassar, Indonesia: Koleksi Pribadi.

51
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

bahkan Sidenreng pun dinyatakan kalah. membangun pengaruh dan kekuasaannya.


Kedua serangan yang dilakukan oleh Perjanjian Tellumpoccoe ini tidak saja
Soppeng ini mendapat dukungan penuh merobek-robek kekuatan yang telah
dari Kerajaan Bone dan Wajo (Lontara dibangun oleh Kerajaan Gowa di wilayah
Tellumpoccoe; Lontara Soppeng; Daeng pedalaman. Misalnya, dengan bergabungnya
Patunru et al., 1989; dan Mappangara, 2003). Kerajaan Wajo kedalam persekutuan
Dua tahun setelah mengalahkan Tellumpoccoe ini, meskipun diketahui bahwa
Sidenreng, kerajaan-kerajaan yang telah Wajo ketika itu berada dibawah pengaruh
beraliansi dalam Tellumpoccoe itu (Soppeng, Kerajaan Gowa.
Bone, dan Wajo) bersama-sama melakukan Perjanjian Tellumpoccoe ini juga telah
serangan atas wilayah Cenrana. Wilayah menghambat jalannya usaha yang dilakukan
ini pada awalnya sudah pernah ditaklukan oleh penguasa dari Kerajaan Gowa untuk
oleh Kerajaan Bone, tetapi penguasa Luwu, menyebar-luaskan ajaran Islam. Usaha yang
dengan bantuan Gowa, berhasil merebutnya dilakukan oleh penguasa dari Kerajaan
kembali. Melihat kekuatan Kerajaan Gowa Gowa itu dipandang sebagai kedok semata,
yang semakin menurun, dan sebaliknya karena ketiga kerajaan yang tergabung
makin kuatnya persekutuan Tellumpoccoe, dalam Tellumpoccoe (Bone, Wajo, dan
akhirnya diputuskan untuk menyerang Soppeng) melihat bahwa usaha itu hanyalah
kembali Cenrana. Kerajaan Luwu tidak strategi Gowa untuk memperluas wilayah
berdaya dalam menghadapi serangan yang pengaruh dan kekuasaannya.
dilancarkan oleh Soppeng dan sekutu- Perjanjian Tellumpoccoe tidak bertahan
sekutunya. Wilayah Cenrana pun jatuh. lama. Setelah Arung Palakka berhasil
Dari segi ekonomi, Cenrana merupakan membujuk Kerajaan Soppeng untuk ikut
satu wilayah yang sangat penting. terlibat dalam perang melawan Kerajaan
Perdagangan melewati sungai Cenrana Gowa pada tahun 1660-1667 (Andaya, 1981).
ini penting bagi hampir seluruh kerajaan- Namun, tidak demikian halnya dengan
kerajaan Bugis di Sulawesi Selatan. Oleh Kerajaan Wajo. Penguasa dari Kerajaan
karena itu, penguasaan atas wilayah Wajo itu justru secara terbuka menunjukkan
Cenrana ini dapat memberi keuntungan kesetiannya kepada Kerajaan Gowa. Setelah
ekonomi yang besar. Kerajaan Gowa kalah perang pada tahun
1667-1669, penguasa dari Kerajaan Wajo pun
KESIMPULAN akhirnya juga mengakui kekalahannya.
Kehidupan bertetangga yang kurang Persekutuan Tellumpoccoe ini tidak lagi
harmonis, pada banyak kerajaan yang dapat dipertahankan karena keterlibatan
ada di Sulawesi Selatan, telah memaksa pihak luar, utamanya pihak VOC (Vereenigde
mereka untuk membangun kerjasama Oost-Indische Compagnie) atau Kompeni
antar kerajaan dalam upaya untuk tetap Belanda, yang terus-menerus melakukan
eksis. Hal itu sudah terlihat pada awal upaya memecah-belah rasa persatuan
pembentukan kerajaan-kerajaan di wilayah antara kerajaan-kerajaan yang ada di daerah
Sulawesi Selatan. Munculnya satu kerajaan Sulawesi Selatan. Semuanya itu dilakukan
besar didahului dengan keadaan chaos, agar peran VOC sebagai penengah, dalam
yang akhirnya dapat diatasi dengan adanya segala hal, dapat terlaksana. Sebagai
penyatuan antara kerajaan. Demikianlah penengah, penguasa VOC mendapatkan
yang terjadi pada seperempat akhir abad keuntungan yang banyak dari kerajaan-
ke-16. Pada waktu itu, tepatnya pada tahun kerajaan yang ada di wilayah Sulawesi
1582, telah disepakati apa yang dikenal Selatan.
dengan istilah “Perjanjian Tellumpoccoe”.
Perjanjian Tellumpoccoe berhasil
menghadang ambisi besar yang dilakukan
oleh penguasa dari Kerajaan Gowa pada
akhir abad ke-16, dalam usaha untuk

52
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014

Bibliografi www.tawarikh-journal.com [diakses di Makassar,


Indonesia: 28 April 2014].
Lontara Soppeng [salah satu genre naskah historiografi
Andaya, Leonard Y. (1981). The Heritage of Arung
tradisional dari Sulawesi Selatan, belum
Palakka: A History of South Sulawesi (Celebes) in the
diterbitkan]. Makassar, Indonesia: Koleksi Pribadi.
Seventeenth Century, VKI deel 90. Leiden: The Hague
Lontara Tallo [salah satu genre naskah historiografi
– Martinus Nijhoff.
tradisional dari Sulawesi Selatan, belum
Daeng Patunru, Abdur Razak et al. (1989). Sejarah
diterbitkan]. Makassar, Indonesia: Koleksi Pribadi.
Bone. Ujung Pandang: Penerbit YKSS [Yayayasan
Lontara Tellumpoccoe [salah satu genre naskah
Kebudayaan Sulawesi Selatan].
historiografi tradisional dari Sulawesi Selatan,
Daeng Patunru, Abdur Razak. (1993). Sejarah Kerajaan
belum diterbitkan]. Makassar, Indonesia: Koleksi
Gowa. Ujung Pandang: Penerbit YKSS [Yayasan
Pribadi.
Kebudajaan Sulawesi Selatan].
Mappangara, Suriadi. (2003). Sejarah Bone. Makassar:
Gottschalk, Louis. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta:
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Penerbit UI [Universitas Indonesia] Press,
Sulawesi Selatan.
terjemahan Nugroho Notosusanto.
Mappangara, Suriadi. (2005). Ensiklopedi Sejarah
Kartodirdjo, Sartono. (1982). Pemikiran dan
Sulawesi Selatan sampai Tahun 1905. Makassar:
Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi
Alternatif. Jakarta: PT Gramedia.
Sulawesi Selatan.
Latif, Abd. (2014). “The Conflict between Bone
Poelinggomang, Edward L. & Suriadi Mappangara
Kingdom and the British Authority in South
[eds]. (2003). Sejarah Sulawesi Selatan, Jilid 1.
Sulawesi, 1812-1816” dalam TAWARIKH:
Makassar: Puslitbang [Pusat Penelitian dan
International Journal for Historical Studies, 5(2)
Pengembangan] Provinsi Sulawesi Selatan.
April. Bandung: Minda Masagi Press, ASPENSI,
dan UVRI Makassar. Teredia [online] juga di:

53
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582

Arung Palakka dari Kerajaan Bone


(Sumber: www.google.com, 19/4/2014)

Perjanjian Tellumpoccoe tidak bertahan lama. Setelah Arung Palakka berhasil membujuk Kerajaan Soppeng untuk
ikut terlibat dalam perang melawan Kerajaan Gowa pada tahun 1660-1667. Namun, tidak demikian halnya dengan
Kerajaan Wajo. Penguasa dari Kerajaan Wajo itu justru secara terbuka menunjukkan kesetiannya kepada Kerajaan
Gowa. Setelah Kerajaan Gowa kalah perang pada tahun 1667-1669, penguasa dari Kerajaan Wajo pun akhirnya
juga mengakui kekalahannya.

54

Anda mungkin juga menyukai