SURIADI MAPPANGARA
RESUME: Perjanjian “Tellumpoccoe” pada tahun 1582 merupakan kekuatan utama bagi kerajaan-kerajaan
Bugis (Bone, Wajo, dan Soppeng) dalam upaya mereka membangun perlawanan terhadap Kerajaan Gowa.
Perjanjian “Tellumpoccoe” ini, di mata penguasa Kerajaan Gowa, tidak saja dipandang sebagai bentuk
perlawanan secara terbuka dari para penguasa kerajaan Bugis yang berada di daerah pedalaman, tetapi juga
disadari sebagai satu bentuk strategi yang dilakukan oleh penguasa dari Kerajaan Bone untuk membendung
ambisi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini (Gowa dan Bone) telah sering berperang di sepanjang abad ke-16.
Selain itu, Perjanjian “Tellumpoccoe” telah digunakan oleh ketiga kerajaan Bugis untuk membendung upaya
yang dilakukan oleh penguasa Kerajaan Gowa untuk menyebarkan agama Islam. Penyebaran agama Islam itu,
di mata para penguasa kerajaan Bugis, dianggap sebagai satu taktik dan strategi dari Kerajaan Gowa, dalam
meluaskan pengaruh dan kekuasaannya di wilayah-wilayah pedalaman Sulawesi Selatan. Persekutuan tiga
kerajaan ini tidak dapat bertahan lama, karena pengaruh yang dimainkan oleh pihak luar, dalam hal ini pihak
Kompeni Belanda atau VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie). Pihak VOC merasa berkepentingan
dan berusaha untuk tetap memelihara agar kerajaan-kerajaan yang ada di daerah Sulawesi Selatan ini tetap
hidup dalam kecurigaan antara satu dengan lainnya dan tidak bersatu dalam sebuah entitas politik yang kuat.
KATA KUNCI: Perjanjian “Tellumpoccoe”, Sulawesi Selatan, kerajaan Gowa, persekutuan tiga kerajaan,
serta kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng.
ABSTRACT: “The ‘Tellumpoccoe’ Agreement in 1582: The Response of Gowa Kingdom towards the Alliance
of Three Kingdoms in South Sulawesi”. The “Tellumpoccoe” Agreement in 1582 was a major force for the
Bugis kingdoms (Bone, Wajo, and Soppeng) in their efforts to build up resistance to the Gowa Kingdom.
This “Tellumpoccoe” Agreement, in the eyes of the ruler of Gowa, is not just seen as a form of resistance
openly from the rulers of Bugis kingdoms residing in rural areas, but is also recognized as a form of strategies
undertaken by the ruler of the Bone Kingdom’s ambition to stem the Gowa Kingdom. Both of these kingdoms
(Gowa and Bone) have often fought throughout the 16th century. In addition, the “Tellumpoccoe” Agreement
has been used by the three Bugis kingdoms to stem the efforts made by the rulers of Gowa Kingdom to spread
Islam. The spread of the Islamic religion, in the eyes of the rulers of the Bugis kingdoms, regarded as one of the
tactics and strategy of the Gowa Kingdom, in expanding the influence and power in the rural areas of South
Sulawesi. The Alliance of three kingdoms can not last long, because of the influence played by outsiders, in
this case is the VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) or Dutch East India Company. The VOC was
concerned and trying to maintain that the existing kingdoms in South Sulawesi are still alive in the suspicion
each other and they are not united as a strong political entity.
KEY WORD: “Tellumpoccoe” agreement, South Sulawesi, kingdom of Gowa, the alliance of three kingdoms,
and kingdoms of Bone, Wajo, and Soppeng.
Dr. Suriadi Mappangara adalah Dosen Senior di Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya UNHAS (Universitas Hasanuddin),
Jalan Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245, Sulawesi Selatan, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis bisa
dihubungi dengan alamat emel: suriadi_mappangara@yahoo.com
43
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
Bugis dan Makassar, misalnya, dimasa mengambil sikap untuk bergabung atau
pembentukan awalnya kurang-lebih pada menjadi daerah tawanan.
abad ke-16, juga dibangun atas dasar Perluasan yang dilakukan oleh Kerajaan
perjanjian. Pada waktu itu, kurang-lebih Gowa telah menjadikan kerajaan ini
di pertengahan abad ke-14, telah dibangun berhadapan dengan Kerajaan Bone, yang
perjanjian antara para Arung (penguasa di juga mencoba membangun kekuatan dan
satu daerah atau wilayah yang tidak dapat kekuasaannya di daerah pedalaman. Telah
disamakan dengan satu kerajaan) untuk terjadi tiga kali perang besar antara kedua
wilayah Bone dengan para Karaeng (gelar kerajaan tersebut. Meskipun Kerajaan
yang diberikan pada seorang penguasa di Bone menang dalam sejumlah perang
satu wilayah) untuk wilayah Gowa. dengan Kerajaan Gowa, hal itu tidak berarti
Di Kerajaan Bone terdapat tujuh kerajaan bahwa Kerajaan Bone dapat bertindak
kecil yang menyatu menjadi Kerajaan sewenang-wenang terhadap Kerajaan
Bone, sedangkan di wilayah Gowa ada Gowa. Perselisihan antara kedua kerajaan
sembilan kerajaan kecil yang menyatu itu diselesaikan lewat perjanjian, meskipun
menjadi Kerajaan Gowa. Kedua kerajaan ini harus pula diketahui bahwa hal itu tidak
menempatkan seorang tokoh yang bernama dapat menyelesaikan persoalan yang ada.
To Manurung menjadi raja pertama mereka. Kerajaan Gowa membutuhkan wilayah
To Manurung artinya orang yang turun. yang aman dan kaya akan hasil bumi. Salah
To berarti manusia dan Manurung berarti satu cara yang digunakan adalah dengan
turun. Hampir semua kerajaan-kerajaan meluaskan wilayah kekuasaannya dan
besar yang ada di wilayah Sulawesi Selatan, menguasai sebanyak mungkin wilayah
termasuk Sulawesi Barat, berdiri berkat untuk memastikan ketersediaan barang
penyatuan beberapa kerajaan-kerajaan kecil dagangan serta terjaminnya keamanan para
(Poelinggomang & Mappangara eds., 2003). pedagang.
Letak geografis wilayah Gowa yang Usaha-usaha yang dilakukan oleh
berada di tepi pantai, dan terlindung dari penguasa Kerajaan Gowa, untuk
sejumlah pulau-pulau, telah menempatkan meluaskan pengaruh dan kekuasaannya
wilayah Kerajaan Gowa menjadi tempat sampai ke daerah-daerah pedalaman,
yang strategis. Pada waktu Kerajaan Melaka telah membangkitkan kekhawatiran bagi
jatuh ke tangan bangsa Portugis pada beberapa kerajaan Bugis. Dalam upayanya
tahun 1511, banyak pedagang Melayu yang untuk membendung usaha-usaha itu,
mencari tempat baru untuk dijadikan daerah Kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng
pemukiman, selain sebagai tempat baru membangun satu persekutuan yang dikenal
untuk berdagang. Salah satu tempat yang dengan nama Persekutuan Tellumpoccoe.
banyak dikunjungi adalah daerah Sulawesi Persekutuan ini mengalami pasang-surut
Selatan. Wilayah ini semakin penting seiring dengan makin gencarnya penetrasi
ketika bangsa Portugis telah menjadikan yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa.
wilayah Sulawesi Selatan sebagai tempat Meskipun demikian, persekutuan ini
persinggahan dalam perjalanannya ke tidak pernah hilang sama sekali, karena
“pulau rempah-rempah” di Maluku. persekutuan tersebut digunakan sebagai
Setelah melalui serangkaian perang legitimasi bagi ketiga kerajaan itu jika
saudara, akhirnya dua kerajaan, yaitu menghadapi persoalan-persoalan politik.
Kerajaan Gowa dan Tallo, disatukan menjadi
Kerajaan Gowa. Jabatan raja disandang LATAR BELAKANG
oleh Kerajaan Gowa, sedangkan jabatan PERJANJIAN TELLUMPOCCOE
Perdana Menteri disandang oleh raja dari Sampai pada seperempat akhir abad
Kerajaan Tallo (Daeng Patunru, 1993). ke-16, Kerajaan Gowa melakukan beberapa
Kedua kerajaan ini, secara perlahan tapi ekspansi untuk memperluas wilayah
pasti, mulai berkembang dan menjadikan pengaruh dan kekuasaannya. Setelah
kerajaan-kerajaan yang berada di sekitarnya kerajaan-kerajaan kecil yang ada di sekitar
44
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014
wilayahnya satu persatu jatuh di bawah ayam milik Raja Gowa kalah dan taruhan
kekuasaannya, Kerajaan Gowa mulai melirik 100 kati emas diberikan kepada Raja Bone.
wilayah-wilayah yang berada di bagian Raja Gowa dan segenap pembesar Kerajaan
pedalaman Sulawesi Selatan. Gowa yang hadir menerima dengan lapang
Dalam Lontara,1 ada disebutkan bahwa dada kekalahan itu. Persoalan mulai muncul
pada masa kekuasaannya, beliau (Raja ketika kekalahan itu dikaitkan dengan
Gowa) menaklukkan wilayah Bajeng, tanda-tanda kemerosotan kekuasaan
Lengkese, dan Polongbangkeng. Setelah Kerajaan Gowa.
menaklukkan ke tiga wilayah itu, Kerajaan Berita tentang kekalahan ayam milik
Gowa mencoba pula meluaskan wilayah Raja Gowa itu tersebar dengan sangat cepat.
pengaruh dan kekuasaannya di wilayah- Berbagai dugaan muncul ke permukaan
wilayah pedalaman, tempat kerajaan- sehubungan dengan kekalahan tersebut.
kerajaan Bugis berada.2 Salah satunya adalah tanda-tanda akan
Dalam usahanya meluaskan wilayah kemerosotan kekuasaan Kerajaan Gowa.
pengaruh dan kekuasaan di daerah-daerah Persekutuan Tellumpoccoe yang terdiri atas
Bugis, Kerajaan Gowa harus berhadapan Bulo-bulo, Lamatti, dan Tondong, yang
dengan Kerajaan Bone, sahabat dan selama ini mengakui pertuanan Kerajaan
sekaligus musuhnya. Penguasa Kerajaan Gowa, mengalihkan kesetiaan mereka ke
Bone juga berusaha untuk meluaskan daerah Kerajaan Bone.
kekuasaannya. Sebenarnya, hubungan Tidak mau larut dalam rumor yang
kedua kerajaan ini sudah berlangsung berkembang, Daeng Bonto dari Kerajaan
lama, bahkan keduanya telah membangun Gowa kemudian memutuskan untuk
kerjasama. Beberapa kali perang antara melakukan serangan terhadap Kerajaan
kedua kerajaan ini terjadi pada abad ke-16, Bone. Undangan disampaikan kepada
dan dapat diselesaikan lewat perjanjian. seluruh daerah-daerah bawahan Kerajaan
Pada masa pemerintahan Tunipallangga Gowa untuk hadir di istana, dengan maksud
dari Kerajaan Gowa, ia berkunjung ke untuk melakukan persiapan perang. Para
Kerajaan Bone dan diterima dengan penguasa yang hadir melakukan acara
sambutan yang hangat dan meriah. Dalam mangaru, suatu acara yang dilakukan tidak
kunjungan itu dilakukan sabung ayam, saja untuk melihat kesiapan perang, tetapi
satu kebiasaan yang umum dilakukan oleh juga untuk mengetahui kesetiaan wilayah
kalangan bangsawan jika menyambut tamu bawahan terhadap istana kerajaan.
agungnya. Dalam sabung ayam itu biasanya Sebelum serangan dilakukan, Daeng
dilakukan taruhan. Demikianlah sabung Bonto dari Kerajaan Gowa juga sudah
ayam antara ayam dari Kerajaan Gowa mengirimkan pemberitahuan kepada
melawan ayam dari penguasa Kerajaan penguasa Kerajaan Bone akan rencana
Bone. serangan itu. Tradisi perang pada masa
Raja Gowa mempersiapkan seratus kati lalu di Sulawesi Selatan adalah kedua belah
emas sebagai taruhan, sedangkan Raja Bone pihak telah menentukan wilayah atau
mempertaruhkan segenap orang Panyula daerah tempat mereka akan berperang.
(satu kampung). Dalam sabung ayam itu Penguasa Kerajaan Gowa telah menentukan
bahwa wilayah yang digunakan perang
1
Lontara adalah salah satu genre naskah historiografi adalah wilayah yang terdapat di Selatan
tradisional dari Sulawesi Selatan, sama seperti Babad dari Meru. Akhirnya mereka pun bertemu
kerajaan-kerajaan di Jawa (Tengah dan Timur), Carita dari di Selatan Meru dan perang tidak dapat
Jawa Barat, atau Hikayat dari kerajaan-kerajaan di dunia
Melayu. Mengenai historiografi tradisional, lihat Sartono dielakkan. Perang berlangsung selama
Kartodirdjo (1982) dan Louis Gottschalk (1985). kurang-lebih 5 hari dan kemudian keduanya
2
Dalam melakukan serangan, Kerajaan Gowa kadang
membangun kerjasama dengan kerajaan-kerajaan lainnya,
bersedia berunding untuk mengakhiri
seperti yang dilakukannya ketika menaklukkan wilayah perang tersebut.
Otting, Buluk Cenrana, Wajo, Suppa, Sawitto, dan Kerajaan Apa penyebab sehingga perang itu
Alitta, semuanya dilakukan dengan bantuan Kerajaan
Sidenreng. selesai, tidak ditemukan sumber-sumber
45
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
46
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014
47
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
48
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014
49
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
Artinya:
Perjanjian Tellumpoccoe, secara politik,
Berkata Arumpone, “Saya benarkan ucapanmu
sangat menguntungkan Kerajaan Soppeng.
wahai Arung Matowa. Biarkanlah aku
memberikan kepada saudaraku Soppeng, yaitu Kerajaan Soppeng mendapat dua wilayah,
tanah Gowa-gowa dengan seluruh wilayahnya, satu wilayah pemberian dari Raja Bone
sebagai penambah-nambah, sehingga tanah yaitu wilayah Goa-goa bersama seluruh
kita bertiga dapat menjadi saudara”. wilayah bawahannya. Satu wilayah lagi
adalah pemberian dari Matowa Wajo,
Demikian pula Arung Matowa Wajo.
yaitu wilayah Baringeng. Raja Bone dan
Tidak ingin dianggap kurang merespon
juga Wajo, secara politik, jauh lebih kuat
usaha pembentukan persekutuan itu,
dibandingkan dengan Soppeng. Meskipun
ia pun dengan suka-rela menyerahkan
demikian, keduanya menghendaki agar
wilayahnya. Dalam Lontara Tellumpoccoe, hal
Soppeng harus ikut di dalam persekutuan.
itu disebutkan sebagai berikut:
Pemberian wilayah itu adalah bagian dari
Makkeda I Arung Matowa e, “Madecettu adammu
usaha bujukan agar Soppeng tidak dengan
Arumpone / Taro toni sa uwereng seajitta paddai terpaksa ikut didalamnya, tetapi dengan
rai Baringeng sepalili / Pap mas na Gowa urumpak suka-rela.
na Bulo-Bulo / Nasseajing tana ta ia tellu” (ibidem Secara politik, Soppeng memiliki arti
catatan kaki nomor 3).
penting bagi Kerajaan Bone, pelopor
Artinya: pembentukan persekutuan ini. Wilayah
Soppeng dapat digunakan sebagai batu
Berkatalah Arung Matowa, “Benarlah loncatan bagi Kerajaan Gowa, jika sewaktu-
ucapanmu wahai Arumpone. Biarkanlah waktu kerajaan ini akan menyerang
kuberikan pula saudara kita itu penambah-
nambah, yaitu tanah Baringeng seluruhnya,
Kerajaan Bone. Demikian juga bagi
pemberian Gowa pada waktu saya Wajo, wilayah Soppeng penting dari segi
membobolkan Bulo-bulo, agar tanah kita pertahanan.
bertiga dapat menjalin persaudaraan”. Selain wilayah Soppeng semakin
luas, Kerajaan Soppeng juga mendapat
Setelah Raja Soppeng menerima pemberian keuntungan besar dengan terbentuknya
itu berarti, secara langsung, Kerajaan persekutuan ini. Kerajaan Soppeng yang
Soppeng ikut merestui rencana pembentukan dahulunya kecil kini semakin besar. Dari
persekutuan tiga kerajaan di Sulawesi Selatan. segi kekuatan, Kerajaan Soppeng tetap akan
Raja Bone pun berkata, sebagaimana dicatat mendapat bantuan dari kedua kerajaan
dalam Lontara Tellumpoccoe, yang artinya itu (Bone dan Wajo), jika sewaktu-waktu
adalah seperti berikut: mendapat serangan dari kerajaan-kerajaan
tetangganya.
Itulah yang kita sepakati bertiga, yaitu ketiga
negeri kita bersaudara se-ibu se-bapak. Bone,
Wajo, dan Soppeng bersama-sama dalam suka REAKSI KERAJAAN GOWA TERHADAP
dan duka. Satu anak sulung, satu anak tengah, PERSEKUTUAN TELLUMPOCCOE
satu anak bungsu. Berpilin tiga bagaikan Raja Gowa pada masa itu, Tunijallo,
parajo, yang tidak terputus, seiring-sejalan.
Merogo keluar, tidak merogo ke dalam. Diwarisi
memandang aliansi Tellumpoccoe sebagai
anak cucu, tanpa dibawa serta ke liang lahat. ancaman langsung terhadap supremasi
Perjanjian antara ketiga negeri persaudaraan Kerajaan Gowa yang tertanam sejak lama.
Bone, Wajo, Soppeng. Disaksikan oleh Sang Hal ini lebih diperburuk lagi karena
Dewata Yang Tunggal. Kita amanahkan
Kerajaan Wajo dan Soppeng, yang masih
kepada anak cucu masing-masing. Siapa
yang mengingkari perjanjian ketiga negeri berada dalam pengaruh Kerajaan Gowa,
persaudaraan, maka negerinya akan hancur ikut sebagai tulang-punggung dalam aliansi
berkeping-keping, sebagaimana halnya Tellumpoccoe itu. Bagi Gowa, keberhasiln
tanah yang tertindis batu. Tidak akan bubar Bone “membujuk” dua kerajaan tetangganya
perjanjian ketiga negeri Bone, Wajo, Soppeng,
kecuali apabila bumi dan langit telah runtuh.
(Wajo dan Soppeng) diakui sebagai satu
Kita namakan negeri kita Tellumpoccoe. hal yang sangat menguntungkan Kerajaan
50
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014
51
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
52
SOSIOHUMANIKA:
Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 7(1) Mei 2014
53
SURIADI MAPPANGARA,
Perjanjian Tellumpoccoe Tahun 1582
Perjanjian Tellumpoccoe tidak bertahan lama. Setelah Arung Palakka berhasil membujuk Kerajaan Soppeng untuk
ikut terlibat dalam perang melawan Kerajaan Gowa pada tahun 1660-1667. Namun, tidak demikian halnya dengan
Kerajaan Wajo. Penguasa dari Kerajaan Wajo itu justru secara terbuka menunjukkan kesetiannya kepada Kerajaan
Gowa. Setelah Kerajaan Gowa kalah perang pada tahun 1667-1669, penguasa dari Kerajaan Wajo pun akhirnya
juga mengakui kekalahannya.
54