Anda di halaman 1dari 12

Bedug Kyai Dhondong

KEAGAMAAN

AGAMA
Iqra’
Buku yang berisi tuntunan belajar membaca Al-Qur’an secara mudah, cepat dan praktis. Yang disusun
KH As`Ad Humam yang didukung praktek pembelajaran, penelitian, dan ujicoba revisi selama
bertahun-tahun. Atas dukungan diskusi dan evaluasi terus menerus dengan Team Tadarus AMM, hasil
penyempurnaan pertamakali diterbitkan pada tahun 1989 dalam sebuah konsep buku kecil 6 jilid.
Penyusunan buku Iqro, dilatarbelakangi problem dasar umat Islam Indonesia yang prosentase generasi
mudanya semakin merosot kemampuan membaca Al Qur’annya. Hal ini disebabkan sistem pengajian
tradisional kurang menarik dengan metode Qawaidul Baghdadiyah menggunakan Juz `Amma yang
tersa lamban. Dengan metode lama, diperlukan waktu 2-3 tahun, bagi seorang anak untuk bisa baca Al
Qur’an. Sedangkan dengan metode Iqra’, dibutuhkan waktu 5-6 bulan saja.

Metode Iqra’ memiliki beberapa keunggulan, antara lain: Digunakan CBSA (Cara Belajar Santri Aktif ),
yaitu guru menerangkan pokok bahasan, setelah itu santri aktif membaca sendiri. Guru mengambil
posisi sebagai penyimak saja, jangan sampai menuntun, kecuali untuk memberikan contoh. Penyimakan
bacaan dilakukan seorang demi seorang secara bergantian. Santri yang lebih tinggi pelajarannya dapat
membantu menyimak santri lain. Guru wajib bersikap komunikatif kepada santri, dimana bila salah
maupun betul, patut melakukan pembetulan, sebaliknya juga memberikan pujian.

Di samping itu dalam metode Iqra’, selain para guru yang telah dibekali metode pengajaran dan materi
yang telah terbakukan, juga dibekali berbagai catatan kemungkinan penyebab kegagalan atau kelambatan
santri dalam membaca Al Qur’an. Dengan metode yang sangat didaktif, komunikatif dan ilmiah tersebut,
guru memiliki kemampuan antisipatif, sekaligus akseleratif untuk mempercepat kemampuan santri.
Guru selain bertindak sebagai penuntun, sekaligus motivator bagi para santri.

Ensiklopedi Kotagede 27
KEAGAMAAN

Jalal Sayuthi
Alim ulama terkenal dari Kotagede yang pernah
tinggal di Mekkah kurang lebih selama 10 tahun.
Di Mekkah ia menjadi guru dan ulama. Salah
seorang murid Jalal Sayuthi di Mekkah adalah KH
Ahmad Dahlan, kemudian terkenal sebagai pendiri
Muhammadiyah yang berpusat di Yogyakarta.

Masjid Jami’
Penyebutan untuk tempat untuk penyelenggaraan
shalat berjamaah Jumat,. Pada mulanya hanya
Masjid Mataram yang disebut demikian, karena
menjadi satu-satunya pada masa Kraton Mataram.
Hingga dibangun Masjid Perak oleh organisasi
Muhammadiyah.

Krida Mataram
Organisasi masyarakat yang ada di Kotagede ber-
gerak dalam bidang kepanduan berdasarkan Islam
dan Nasionalisme dipimpin oleh Haji Masyhudi
didirikan pada 1920. Merupakan organisasi untuk
anak-anak dan pemuda terbesar di Yogyakarta,
disamping Hisbul Wathan (pembela tanah air)
dari distrik Kauman, dan Wiratama (prajurit
muda) dari distrik Pakualaman. Didirikan oleh H.
Masyhudi, Krida Mataram berasal dari kata Krida
(bahasa Jawa) yang berarti mengerjakan sesuatu
bersama-sama (kegiatan olahraga, karawitan, tari,
dan pencak silat), dan kata Mataram adalah istilah
umum sehari-hari untuk daerah Kotagede yang
berasal dari kenyataan, bahwa Kotagede adalah
ibukota Mataram.

Dengan demikian Krida Mataram berarti kelompok


anak-anak dan pemuda yang mengerjakan sesuatu
bersama-sama dengan memberikan perhatian
secara seimbang dalam beribadah (pengajian)
dan bermain, yang menjadi bentuk kegiatan ma'had islamy

kepanduan (padvinders). Organisasi ini, pada


akhirnya bergabung dengan organisasi Hisbul
Wathan, sebagai organisasi kepemudaan di dalam
struktur organisasi Muhammadiyah.

28 Ensiklopedi Kotagede
KEAGAMAAN

Pesantren Ma’had Islamy


Terletak di Jl. Mandarakan Kotagede Yogyakarta, dengan tujuan
memberikan pelajaran agama Islam dan akhlaq dengan kitab-kitab para
ulama salaf. Para santri dibimbing dan dibina oleh para ustadz yang
tinggal di pondok. Yayasan Ma’had Islamy diketuai oleh Drs. Asj’ari
Hd, MBA dengan penasehat Prof. Drs. H. Asmuni AR. Yayasan ini
didirikan oleh beberapa tokoh Islam di Kotagede, seperti almarhum
KH Amir, KH Irfan, KH Masyhudi, Prof. KH Abdul Qahar.

Ensiklopedi Kotagede 29
KEAGAMAAN

Selanjutnya yayasan ini dikembangkan oleh para H. Masyhudi lahir di Boharen Kotagede 1888,
penerusnya, seperti almarhum Kyai Ja’far Amir, nama kecilnya Rusdi. Muhammadiyah sendiri
Kyai Bakir Amir, KH Wardan Amir, dan Kyai H. merupakan gerakan reformasi Islam yang
Slamet Ahmad. Yayasan Ma’had Islamy bergerak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 18
dalam bidang penyelenggaraan pendidikan melalui November 1912 di Kampung Kauman. Gerakan
Pondok Pesantren Fauzul Muslimin Ma’had ini merupakan gerakan untuk memurnikan Islam
Islamy di Karang, Kelurahan Prenggan Kotagede dengan me-ngembalikan kehidupan agama kepada
Yogyakarta; dan Madrasah Tsanawiyah Ma’had sumbernya, Al Qur’an dan as Sunah.
Islamy, Madrasah Ibtidaiyah, SLTP Ma’had
Islamiyah dan TK Raudhotul Athfal Ma’had Secara terbuka Muhammadiyah memberantas apa
Islamy. yang disebut dengan penyimpangan termasuk
di dalamnya sesajian, selamatan, labuhan, dan
Majelis Dzikir sebagainya, yang termasuk ke dalam bid’ah dan
khurafat, yaitu melakukan upacara peribadatan
Muhammad Chirzin dengan menggunakan cara yang tidak diajarkan
Seorang tokoh Muhammadiyah Kotagede. Pada oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak ada
zamannya pernah menjabat sebagai sekretaris tuntunannya dalam kitab suci Al Qur’an.
Masyumi di bawah kepemimipinan H. Masyudi.
Muhammad Chirzin memberi pengaruh yang Latar belakang pendirian Muhammadiyah banyak
besar dalam pengembangan Islam di Kotagede dipengaruhi oleh pembaharu Mesir seperti Syeikh
dalam kedudukannya sebagai pimpinan takmir Muhammad Abduh, KHA Dahlan sebagai
Masjid Perak pada tahun 1958 selama sepuluh seorang tokoh pembaharu dalam Islam banyak
tahun. berkomunikasi dengan dunia Timur Tengah
melalui majalah Al Manar terbitan Kairo Mesir,
Pada tahun 1949 Muhammad Chirzin meng- dan majalah-majalah lainnya, seperti; Al Mu’ajjad,
giatkan pengajian menjelang berbuka puasa. Al ijasah, Al Liwa, dan Al Al yang semuanya berasal
Kemudian membentuk majelis Iajnah dengan dari Mesir. Majalah yang datang dari Beirut, ialah
dukungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tsamarat Al Funun, Alm Qistas dan Al Mustaqim.
Kotagede, bersama H. Ridha, dan Zuhri Hasyim, Cita-cita yang dikembangkan oleh kaum itu
menyeragamkan doa-doa yang sebelumnya meliputi aspek-aspek tauhid, ibadah, muamalah
bermacam-macam, menjadi bacaan do’a yang sama dan pemahaman terhadap ajaran Islam, yang
untuk masyarakat muslim di Kotagede. kesemuanya dikembalikan kepada sumber asli,
yaitu Al Qur’an dan Sunnah. Bagi Kotagede
Muhammadiyah Kotagede keberadaan Muhammadiyah tidak dapat dilepaskan
Kotagede termasuk salah satu basis Muhammadiyah, dari didirikannya Syarikatul Mubtadi (SM)
bahkan seorang tokoh asli Kotagede merupakan sebagai cikal bakal terjadinya Muhammadiyah di
pendiri Muhammadiyah di Kotagede bernama Kotagede.

30 Ensiklopedi Kotagede
KEAGAMAAN

Masjid Mataram kepercayaan asli dan Hindu. Kepercayaan asli


Merupakan Masjid utama kerajaan, dimana muncul dalam penataannya yang menyatu dengan
segala kehidupan keagamaan Islam negara makam para tokoh, sedang karakter Hindu
diselenggarakan. Masjid Mataram memiliki terlihat pada langgam rancangan pagar keliling
sejumlah nama lain yang terkait dengan peran dan dan gapura. Unsur air yang mengelilingi tempat
fungsinya, yakni Masjid Agung, Masjid Gedhe, ibadah juga merupakan kelanjutan dari unsur
Masjid Jami’. Hindu. Bangunan masjid merupakan salah satu
bangunan tertua non candi di wilayah Yogyakarta
Masjid Mataram terletak di selatan Pasar Kotagede, meski sudah mengalami beberapa kali renovasi,
barat Kampung Alun-alun. Masjid berdiri dengan dan telah dimasukkan dalam bangunan yang harus
satu kompleks Pasareyan Agung Kotagede, di- dilestarikan. Bahwa ini adalah masjid kerajaan
kelilingi oleh tembok pasangan bata setinggi ekitar ditandai di antaranya dengan mustaka yang berciri
2,5 meter. Masjid memiliki dua gerbang, yakni khas masjid keprabon. Arsitektur masjid pada
gerbang utama untuk jamaah di sisi timur dan ruang sholat utama menggunakan tipe bangunan
gerbang pelayanan untuk kaum kudus di sisi utara. tajug. Bangunan serambi Masjid ditutup dengan
Denah bangunan utama berbentuk bujur sangkar, atap limasan, emperan menggunakan konstruksi
ditutup dengan dinding tembok bahan batu putih. kuda-kuda sederhana (truses), sedang kuncung-
Atap utama adalah tajugi tumpang tiga, didukung nya berupa pelana atau kampung.
oleh empat tiang utama saka guru dari kayu. Di
dalam ruang utama terdapat sebuah mimbar Dalam sejarahnya, pada masa Pemanahan awalnya
yang konon berasal dari Palembang. Kelengkapan masjid masih berupa langgar. Oleh Senapati,
ruangan mesjid antara lain adalah pawestreni yaitu bangunan langgar ini kemudian dipindahkan atau
serambi khusus untuk kaum wanita yang berada di di geser menjadi cungkup makam, sedangkan
sebelah sisi selatan. Selain itu juga terdapat serambi di tempat tersebut didirikan bangunan masjid
depan yang dikelilingi oleh parit. induk. Hal ini terjadi tahun 1587, sebagaimana
tertera pada kelir gapura masjid. Tahun itu adalah
Dalam struktur keruangan pusat kerajaan Islam saat runtuhnya Pajang, dan pendirian kerajaan
di Jawa. Masjid Mataram merupakan salah satu Mataram. Dengan demikian Masjid Mataram
elemen pokok catur gatra Kotagede sebagai menandai saat penobatan Senapati menjadi raja di
kuthanegara kerajaan Mataram, terletak di sisi Kraton Mataram.
barat Alun-alun. Masjid ini adalah pusat sakral
kerajaan. Di balik Masjid dimakamkan orang- Masjid kemudian ditambah dengan serambi oleh
orang yang mempunyai kaitan erat dengan Sultan Agung. Di dalam kompleks Masjid Mataram
keberadaan Kerajaan Mataram. Dengan demikian terdapat sejumlah bangunan lain, seperti bangsal
area ini memiliki nilai religius sekaligus spiritual paseban dalam serta tempat wudhu. Bangunan
yang sangat tinggi bagi Kraton Mataram. Masjid ini tertentu adalah tambahan saat Mataram sudah
juga adalah sebuah simbol dan tengaran masuknya pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta, sehingga
Islam ke dalam masyarakat tradisional di pedalaman bangunan-bangunan tersebut juga disiapkan oleh
Jawa yang pada saat itu masih didominasi oleh

Ensiklopedi Kotagede 31
KEAGAMAAN

kedua pihak. Masjid ini juga dilengkapi kolam di depan serambinya, agar
orang yang masuk sudah suci dan terbebas dari hal-hal yang kotor atau najis.
Pada tahun 1919, Masjid pernah mengalami kebakaran besar. Sekitar tahun
1920, Yayasan Muhammadiyah ikut memberikan kontribusi terhadap
peningkatan masjid. Diberikan tambahan emperan pada serambi masjid.
Selain itu parit depan dan samping serambi ditutup, dan sebagai gantinya
disiapkan tempat wudhu memakai kran. Atap sirap juga diganti dengan
genteng.

Mustaka Masjid Mataram


Merupakan bagian kepala bangunan Masjid Mataram, berupa komponen atap
bangunan mesjid yang terletak di bagian paling puncak. Kata mustaka adalah
bahasa Jawa halus yang digunakan untuk menyebut kepala. Bentuk mustaka
mesjid sekarang biasanya bulat bawang sederhana yang meruncing ke atas.
Pada masa lalu mustaka Masjid Jawa, begitu juga dengan Masjid Mataram
Kotagede, mengambil contoh mustaka Masjid Agung Demak sebagai masjid
kerajaan Islam pertama di Jawa.

Mustaka terbuat dari tembaga. Bagian dasar mustaka dikelilingi bentuk


stilisasi daun-daunan dan bunga-bungaan, di atasnya ada petunjuk kiblat,
dan paling atas adalah tongkat gada bulat membesar di atas, kesemuanya
dilengkapi dengan ornamentasi. Bentuk gada tadi melambangkan keamanan
dan keselamatan (pengayoman), serta kebesaran masjid.

Selain itu, bentuk mustaka masjid tersebut juga diinterpretasikan sebagai lidah
api yang menyembur dari kepundan gunung, namun cukup rumit untuk
dicermati dari jauh, karena mustaka berada di puncak atap bangunan masjid.

Masjid Agung
Sebutan lain dari Masjid Mataram. Kompleks Masjid Agung terletak sebelah
barat kampung, Alun-alun. Masjid Agung berdiri dalam suatu kompleks, dan
untuk memasukinya terdapat dua gerbang, yaitu timur dan utara dengan
gerbang utama terdapat di bagian timur. Halaman masjid dikelilingi tembok
setinggi 2,5 meter dengan gerbang berbentuk paduraksa.

Berdasarkan beberapa sumber, Masjid Agung dibangun pada tahun 1589


M. Peristiwa penting yang terjadi di masjid ini adalah peristiwa kebakaran
hebat yang terjadi pada tahun 1919 M. Pada tahun 1923 M, perbaikan akibat
kebakaran tersebut dapat diselesaikan.

Denah bangunan berbentuk bujur sangkar dengan bahan batu putih dan
empat tiang utamanya dari kayu. Bentuk bangunannya adalah tajug dengan
atap tumpang tiga. Di dalam ruang utama terdapat sebuah mimbar yang
konon berasal dari Palembang. Kelengkapan ruang masjid antara lain adalah
pawestren yaitu serambi khusus untuk kaum wanita yang berada di sebelah
selatan. Selain itu juga terdapat serambi depan yang dikelilingi oleh parit.

32 Ensiklopedi Kotagede
KEAGAMAAN

Mustoko Masjid Agung

Ensiklopedi Kotagede 33
KEAGAMAAN

Prof. Dr. Mohammad Rasjidi Ponpes Nurul Ummah mengadakan pengajian


Seorang penganjur pembaharuan Islam, tokoh bagi santri menetap sejak Juli 1986, dengan
Nasional, dan tokoh Muhammadiyah Kotagede. menggunakan system bandongan dan sorogan
Prof. M. Rasjidi lahir tahun 1910, putera dari dengan materi Al-Qur`an dan beberapa Kitab
Mas Atmosudigdo, salah seorang raja dagang di Kuning. Karena jumlah santri semakin meningkat,
Kotagede. Kekayaan Mas Atmosudigdo digunakan kemudian dikembangkan sistem klasikal dalam
untuk membiayai pendidikan Rasjidi di Kairo, bentuk kurikulum yang dibakukan. Hingga
Mesir. lima tahun kemudian, 1991 dibentuk Madrasah
Diniyah untuk anak-anak, melengkapi sistem
Sekembalinya Rasjidi dari Kairo, ia dikenal kitab kuning untuk para santri dewasa yang sudah
sebagai salah seorang penganjur yang paling aktif berjalan dengan baik.
faham pembaharuan Islam Mesir yang dipelopori
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla di Indonesia. Pesantren Nurul Ummahat
Pada tahun-tahun awal pemerintah Indonesia Nama pondok pesantren di Prenggan, di bawah
sesudah masa kolonial, Profesor M. Rasjidi dikenal pimpinan KH. Abdul Muhaimin. Pondok
sebagai tokoh nasional Muhammadiyah. Sebagai pesantren ini menyatu dengan lingkungan
tokoh Muhammadiyah Prof. M. Rasjidi ditunjuk pemukiman masyarakat Kotagede, sebagaimana
sebagai Menteri Negara Tahun 1945, pada Kabinet dengan Pondok Pesantren Nurul Ummah.
Syahrir yang pertama. Sedangkan pada tahun 1945
menjadi Menteri Agama yang pertama. Masjid Perak
Masjid kedua setelah Masjid Mataram (Masjid
Pesantren Nurul Ummah Besar) di Kotagede, berlokasi di jl. Mandaraka
Pondok pesantren yang terletak di Kelurahan Prenggan Kotagede, sekarang berada dalam
Prenggan, didirikan tanggal 9 Februari 1986 kompleks SMA Muhammadiyah. Sekitar tahun
oleh KH Ahmad Marzuki Romli. Nama Nurul 1937, Kyai Amir dan Haji Masyhudi beserta
Ummah berarti cahaya umat, sebagai usulan H. kawan-kawannya memikirkan gagasan untuk
Ahmad Arwan Bauis, SH. Kompleks Pesantren ini membangun Masjid baru. Hal ini dilakukan
didirikan di tanah wakaf seluas 1.677m2 (untuk berdasarkan beberapa alasan. Pertama, per-
Kompleks A, B, C, D dan ruang kantor) dan 670 m2 tumbuhan umat Islam di Kotagede berkembang
(untuk gedung MDNU, MANU, dll). Keduanya pesat sejak tahun 1910 dengan hadirnya organisasi
merupakan wakaf yang semula diserahkan oleh Muhammadiyah. Masjid Besar, milik Kraton
KH Abdul Muhaimin atas dukungan keluarganya yang kala itu memiliki bangunan fisik yang luas,
H. Marzuki, agar dimanfaatkan sebagai pondok tidak mampu menampung umat melaksanakan
pesantren. sembahyang jamaah. Lebih lanjut, khotbah Imam
pada saat ibadah Jumat yang disampaikan dari
Ponpes Nurul Ummah terdiri dari dua pondok, mimbar di dalam di dalam Masjid Besar hanya
yaitu pada mulanya untuk putra dan kemudian dapat didengar dan ditangkap isinya sayup-sayup,
juga dikembangkan untuk putri. Untuk putra oleh umat yang berada di luar Masjid, sehingga
dikelola oleh lembaga yang kemudian disebut kurang menguntungkan untuk kepentingan
Yayasan Pendidikan Putra dan kemudian dipimpin syiar agama. Untuk itu pada sekitar tahun 1926-
oleh KH Asyhari Marzuki untuk periode 1986- 1927, Muhammadiyah menyiapkan mimbar baru
2004, sebelum digantikan putranya, KH Agus yang diletakkan di tengah jamaah yakni serambi
Muslim Nawawi. Sedangkan untuk puri dikelola Masjid Besar agar memudahkan umat untuk
oleh istri KH Asyhari Marzuki, yaitu Hj. Barokah mendengarkan khotbah. Namun rupanya hal ini
Asyhari dan menempati tanah milik pengasuh. kurang disetujui oleh abdi dalem pengurus masjid.
Selain alasan di atas, untuk mengadakan pengajian

34 Ensiklopedi Kotagede
KEAGAMAAN

akbar di Masjid Besar, harus menyerahkan surat mimbar ini jauh terlebih dahulu sebelum masjid
permohonan izin kepada Kraton Yogyakarta itu sendiri dibangun. Penamaan Masjid Perak tidak
dan Kraton Surakarta. Umumnya permohonan hanya berdasarkan kenyataan bahwa penyumbang
izin ini memakan waktu berminggu-minggu dana utama adalah pengusaha perak (juragan
bahkan berbulan-bulan terutama sejak tahun perak) seperti H Mudzakir, tetapi juga pada saat
1937 peraturan pemerintah tentang rapat umum, pembangunan mesjid Kotagede, kerajinan perak
bahkan termasuk yang bersifat keagamaan terkenal hingga ke negeri Belanda dan Eropa pada
diperketat dan bertambah sulit serta tidak praktis umumnya. Artinya, perak telah menjadi ikon dan
untuk memperoleh izin. identitas Kotagede.

Pembangunan Masjid Perak, dimulai tanpa Untuk memperkuat ciri, pangkal sakaguru
organisasi atau panitia pembangunan resmi. masjid yang berbentuk bulat juga dibebat pelat
Dapat dikatakan bahwa pembangunan Mesjid perak, padahal sakaguru pada umumnya dilapisi
Perak adalah sumbangsih warga Kotagede. Yang kuningan. Kenyataan lain menyatakan bahwa
kaya menyumbang uang, tercatat seperti H. warna putih perak berarti kemurnian dan kesucian.
Muchsin dan H Mudzakir. Warga yang kurang Hal ini melambangkan pengabdian agama yang
mampu menyumbang tenaga dan ketrampilan. ikhlas dan ketaatan yang tulus, dan sesuai dengan
Kaum wanita Kotagede juga berperan besar misi pergerakan Muhammadiyah. Masjid Perak
dalam pengumpulan dana. Kyai Amir sebagai dapat diartikan dengan cara lain. Lafal Perak
penggagas berdirinya Masjid Perak dipilih memberi asosiasi pada kata Bahasa Arab Firaq yang
menjadi ketua pengurus Masjid. Dua penghulu dilafalkan dalam bahasa Jawa dengan pirah yang
Masjid Besar juga masuk dalam kepengurusan berarti terpisah. Jadi masjid Perak adalah masjid
tersebut. Pembangunan masjid ini selesai pada bebas atau masjid yang membebaskan. Hal ini
tahun 1939. Pada tahun baru Islam yakni tahun melambangkan pula terpisahnya atau terbebasnya
1940 diresmikan penggunaannya. Hal ini dapat umat Islam dari distorsi dan kebekuan ajaran agama
diketahui dari tulisan 9-2-1940 pada peneng plat Islam pada masa sebelumnya. Hanya orang-orang
perak pada sakaguru timur-utara, tulisan 1-1- santri yang bisa memahami arti secara tersirat ini.
1871 D pada sakaguru barat-selatan, dan tulisan
1-1-1359 H pada sakaguru barat-utara dan timur- Persatuan Pengajian Kotagede dan Sekitarnya
selatan. Mimbar yang sebelumnya sudah disiapkan (PKAS)
untuk melengkapi Masjid Besar, lalu dipasang Singkatan dari Persatuan Pengajian Kotagede
di sini. Dengan demikian mimbar Masjid Perak dan sekitarnya, merupakan persatuan pengajian
mengandung sejarah yang istimewa dan menjadi masyarakat Kotagede, dan beberapa wilayah di
salah satu kekhasan masjid, karena keberadaan sekitarnya.

Ensiklopedi Kotagede 35
Masjid Jagalan Al-Huda

Anda mungkin juga menyukai