42
Oleh
Yudhi Irawan
Perpustakaan Nasional RI
2018
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012
Tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana:
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan per-
buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (1) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Oleh
Yudhi Irawan
Perpustakaan Nasional RI
2018
Perpustakaan Nasional RI. Data Katalog dalam Terbitan (KDT)
Babad Ngayogyakarta : suntingan teks /
penyunting, Yudhi Irawan. -- Jakarta : Perpustakaan Nasional
RI, 2018.
4 jil. ; 23 cm. -- (Seri naskah kuno nusantara no. 42)
ISBN 978-979-008-960-0 (no.jil.lengkap)
ISBN 978-979-008-961-7 (jil.1)
1. Manuskrip. I. Yudhi Irawan. II. Perpustakaan Nasional.
III. Seri.
091
Diterbitkan oleh
Perpus Press, anggota Ikapi
Jl. Salemba Raya 28 A, Jakarta 10430
Telp: (021) 3922749 eks.429
Fax: 021-3103554
Email: press@perpusnas.go.id
Website: http://press.perpusnas.go.id
perpusnas.press
perpusnas.press
@perpusnas_press
Daftar Isi
Pendahuluan ......................................................................................................... ix
v
vi
Kata Pengantar
Warisan budaya bangsa Indonesia sangat beragam dan mempunyai nilai
yang sangat tinggi, salah satunya adalah warisan budaya tulis yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia. Demi menjaga warisan budaya tulis ini agar tidak
punah ditelan zaman, maka perlu adanya penyelamatan isi atau kandungannya
agar dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh generasi penerus.
Perpustakaan Nasional RI sebagai salah satu Lembaga Pemerinah Non
Kementerian mempunyai tugas dan fungsi, salah satunya yaitu melestarikan karya
budaya bangsa yang terkandung dalam naskah kuno. Hal ini sesuai dengan tugas
dan fungsi Perpustakaan Nasional RI seperti yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan dan Undang-Undang Nomor
11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Dalam rangka penyelamatan isi yang terkandung dalam karya budaya
bangsa, khususnya yang terkandung dalam karya tulis yang berupa naskah kuno,
Perpustakaan Nasional RI menerbitkan hasil terjemahan naskah Jawa yang
berjudul Babad Ngayogyakarta. Pemilihan naskah ini didasarkan pada bahasa
naskah yang jarang diketahui masyarakat saat ini.
Kegiatan semacam ini sangat diperlukan dan harus tetap terjaga serta
ditingkatkan secara berkesinambungan, mengingat semakin langkanya
masyarakat sekarang yang mampu membaca naskah-naskah lama. Semoga
dengan terbitnya buku ini, masyarakat akan mengetahui salah satu peninggalan
tulis para leluhur yang sangat tinggi nilainya. Saran dan tanggapan dari pembaca
untuk penyempurnaan buku ini akan kami terima dengan senang hati.
Jakarta, 2018
Ttd.
vii
viii
PENDAHULUAN
1. Babad Ngayogyakarta
Babad Ngayogyakarta merupakan karya sastra Jawa klasik yang menceritakan
sejarah Kesultanan Yogyakarta. Darusuprapta (1984: 18) menjelaskan bahwa
istilah babad digunakan untuk menamakan salah satu jenis sastra daerah di
Jawa, Madura, dan Lombok, yang dipandang banyak mengandung unsur-unsur
sejarah. Kata babad dalam bahasa Jawa dapat berarti sejarah, riwayat, tambo
(Prawiroadmodjo, 1988: 22). Karya jenis ini di Indonesia cukup banyak dengan
nama yang beraneka ragam, antara lain lontara di Sulawesi, atau tambo di
Sumatra Barat. Teks-teks babad selalu menceritakan kisah atau peristiwa yang
sudah pernah terjadi.
Babad Ngayogyakarta menurut Pigeaud (1967: 167) dalam Literature
of Jawa masuk ke dalam kelompok naskah babad yang menceritakan sejarah
Kesultanan Yogyakarta. Kelompok babad ini menjadikan peristiwa berdirinya
Kesultanan Yogyakarta mulai periode pembentukan yang ditandai oleh Perjanjian
Giyanti—13 Februari 1755—hingga peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian
sebagai subjek cerita. Namun, sering kali peristiwa sebelum pembentukan
Kesultanan Yogyakarta juga menjadi bagian cerita kelompok babad ini, seperti
genealogi Pangeran Mangkubumi—kemudian menjadi Sultan Hamengku
Buwana I—dan ihwal penyebab beliau memutuskan untuk melawan kakaknya,
Paku Buwana II.
Kisah dalam kelompok babad ini sering kali dimulai dari genealogi raja
Yogyakarta, yakni kisah leluhur dari kerajaan Hindu Jawa, yakni raja-raja
Majapahit. Setelah keruntuhan Majapahit, kisah berikutnya adalah leluhur dari
kerajaan Islam Jawa, yakni masa kekuasaan raja-raja Demak, Pajang, dan Mataram.
Adapun kerajaan Mataram sebelum terpecah menjadi Kasunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta pernah mencapai puncak kekuasaan di masa pemerintahan
Sultan Agung, hingga pada tahun 1742, pemberontak Cina menggempur ibukota
Mataram di Kartasura. Peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa “Geger Pacinan”
ini akhirnya dapat dipadamkan, tetapi Keraton Kartasura rusak, Sri Susuhunan
Paku Buwana II memindahkan ibukota Mataram dari Kartasura ke Surakarta.
Pecahnya Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta
adalah bagian penting kisah teks-teks Babad Ngayogyakarta. Peristiwa ini terjadi
sebagai akibat dari pemberontakan yang dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi
ix
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
yang merasa tidak puas atas Mataram yang selalu menerima campur tangan VOC
dalam pemerintahannya. Pemberontakan ini berakhir setelah ditandatanganinya
surat perjanjian di desa Giyanti. Pangeran Mangkubumi di satu pihak, Paku
Buwono III dan Belanda di pihak lain mencapai kesepakatan untuk menghentikan
perang dan membagi kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan
Kesultanan Yogyakarta, 13 Februrari 1755.
Beberapa tahun setelah berdiri, Kesultanan Yogyakarta mengalami
ketegangan dengan Kasunanan Surakarta, dan pemerintah kolonial Belanda
berusaha keras menjaga perdamaian di Jawa Tengah. Kesultanan Yogyakarta
juga harus menghadapi berbagai permasalahan akibat peralihan kekuasaan dari
pemerintah Belanda ke pemerintahan peralihan Inggris. Salah satunya adalah
penyerbuan pasukan Inggris ke Keraton Yogya pada hari Sabtu, 20 Juni 1812. Akibat
penyerbuan ini, Keraton Yogya jatuh ke tangan pemerintah Inggris. Pemerintah
Inggris kemudian mengangkat Putra Mahkota sebagai Sultan Hamengku Buwana
III (28 Juni 1812), dan Pengeran Natakusuma sebagai Pangeran Mardiko di
wilayah Kesultanan Yogyakarta dengan gelar K.G.P. Pakualam (29 Juni 1812).
Peristiwa-peristiwa tersebut di atas sering menjadi bagian kisah kelompok naskah
yang subjeknya sejarah Kesultanan Yogyakarta.
Naskah-naskah yang subjeknya menceritakan sejarah Kesultanan Yogyakarta
banyak sekali jumlahnya. Selain dalam naskah Babad Ngayogyakarta, terdapat
juga dalam naskah-naskah, seperti Babad Amengkubuwana I, Babad Giyanti,
Babad Inggris, Babad Sepehi, Bedhah Ngayogya, Babad Pakualaman,dan Babad
Ing Sengkala, dan Babad Ngayogyakarta sendiri (Pigeaud, 1967: 167). Perbedaan
judul ini terjadi karena ada perbedaan asasi cerita, perbedaan tata bangun cerita,
dan perbedaan alur cerita. Naskah-naskah babad yang menceritakan sejarah
Kesultanan Yogyakarta tersebut tersebar di berbagai lokasi di dalam dan luar
negeri, menjadi koleksi pribadi atau lembaga. Salah satunya adalah naskah Babad
Ngayogyakarta Br 125a-b, koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
2. Deskripsi Naskah
Babad Ngayogyakarta Br 125a-b tercatat dalam Katalog Induk Naskah-
Naskah Nusantara, Jilid 4, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (T.E.
Behrend, dkk, 1998: 81). Katalog memberi informasi keberadaan dua eksemplar
naskah berjudul Babad Ngayogyakarta Jilid 1 dan Jilid 2. Naskah tersebut menjadi
koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tercatat dengan nomor koleksi
Br 125a dan Br 125b. Naskah Br 125a berukuran 17 x 21 cm dengan tebal 385
halaman, dan naskah Br 125b berukuran 16,5 x 21 cm dengan tebal 444 halaman.
Sampul kedua naskah terbuat dari karton tebal berlapis kertas marmer berwarna
coklat. Alas tulis kertas Eropa. Kedua naskah masih dalam keadaan baik.
x
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
Kedua naskah tersebut merupakan satu set naskah yang isinya kisah di masa
kekuasaan Sultan Hamengku Buwana V. Teks naskah ini disalin di masa Dr.
Brandes di Bataviaasch Genootschap (1890an), merupakan salinan dari naskah
KBG 165a. Teks menceritakan tentang usaha pihak Kompeni memperluas daerah
jajahan di daerah Surakarta dan Yogyakarta, serta penobatan para penguasa
Yogyakarta. Akhir teks menceritakan penobatan Sultan Hamengku Buwana III.
Informasi tentang judul naskah terdapat pada halaman iii (h.iii) kedua
naskah. Pada halaman iii (h.iii) naskah Br 125a dan Br 125b terdapat tulisan “
Babad Yogyakerta deel I” (Babad Yogyakerta bagian I) dan “Babad Yogyakerta
deel II” (Babad Yogyakerta bagian II). Kedua tulisan ini memberi informasi
bahwa naskah Br 125a adalah bagian I dari teks Babad Yogyakerta dan Br 125b
adalah bagian keduanya.
Teks ditulis dengan menggunakan aksara dan bahasa Jawa. Teks berbentuk
macapat, jumlah keseluruhan pupuh 98, dan setiap jilid terdiri dari 49 pupuh.
Berikut ini adalah daftar pupuh teks Br 125a : 1. Asmaradhana (11), kasmaran
wiwit cinarik; 2. Durma (33), kaya priye kang katemu ing tarekah; 3. Mijil
(16), kagyat ingdria asanget runtik; 4. Sinom (23), tuwan besar sigra nebda; 5.
Dhandhanggula (42), atatemu lan rajeng Mentawis; 6. Pangkur (27), ditekake
going karsa; 7. Durma (27), jayeng kewuh ngarsendra keri kanan; 8. Asmaradana
(31), wus prapta ngarsa sang aji; 9. Pangkur (25), kuda wus sami kinetab;
10. Dhandhanggula (16), Raden Rongga panran kekalih; 11. Kinanthi (16),
Dyan Dipati Rejadanu; 12. Durma (24), gegancangan titihanira narendra; 13.
Maskumambang (41), tuwan tebah lampahe baita milir; 14. Dhandhanggula
(43), pan mangkana tembunge kang tulis; 15. Pangkur (30), mariyem sampun
katata; 16. Girisa (9), arame tangleding sima; 17. Durma (42), sampun rawuh sri
naranata; 18. Asmaradana (51), angandika dyan dipati; 19. Sinom (21), sawurunge
tuwan jendral; 20. Durma (42), prapteng jaba sri menganti lajeng bubar; 21.
Dhandhanggula (51), yata Pangran Prangwedana lagi; 22. Kinanthi (20),
sakarsanira rumuhun; 23. Sinom (31), kocapa srinaranata; 24. Dhandhanggula
(37), sampun laju kondur kangjeng gusti; 25. Pangkur (26), pangeran ratu
anulya; 26. Asmaradana (26), nameng jalma kang satunggil; 27. Pucung (20),
ngendika rum anenggih ingkang sinuhun; 28. Durma (34), gya sinumed gerobog
kang sima medal; 29. Dhandhanggula (42), angendika Kangjeng Sri Mentawis;
30. Kinanthi (35), pawong sanakireng prabu; 31. Girisa (8), prabu wanodya
ngandika; 32. Kinanthi (26), wus tinata sarupane baris agung; 33. Asmaradana
(57), wanci pukul walu enjing; 34. Dhandhanggulla (46), tuwan jendral lenggah
aneng kursi; 35. Pangkur (42), Pangeran Dipakusuma; 36. Sinom (35), layang iki
tampanana; 37. Dhandhanggula (31), sampun konjuk kangjeng sang nrepati; 38.
xi
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
Asmaradana (91), tuwan minister nebda ris; 39. Sinom (6), yangkat sri narapati;
40. Pangkur (51), pakeyan kreta rantas; 41. Sinom (43), sampun rawuh kedhaton
sri naranata; 42. Dhandhanggula (27), kula kinen matur ing sang aji; 43. ?
(21), tata lenggah mareskalek jendral saha; 44. Asmaradana (28), nulya Kyai
Guntursari; 45. Durma (40), agya muni gala ganjur angangkang; 46. Sinom (45),
anengen nagri naranata; 47. Durma (37), abanjengan sami lenggahan semana;
48. Dhandhanggula (45), sampun lenggah atata neng kursi; dan 49. Girisa (12),
sang nata sampun pinarak.
Br 125b mulai dari pupuh ke-50. Berikut ini daftar pupuh teks Br 125b :
50. Pangkur (23), Tumenggung Danukusuma; 51. Asmaradana (33), kawarnaa
sri bupati; 52. Durma (43), Mas Tumenggung Semanagara ing Jipang; 53.
Dhandhanggula (37), Raden Rongga pan sampun kepanggih; 54. Asmaradana
(72), wau ta sang mindha ratih; 55. Durma (38), kurdha nira Kangjeng Sunan
Prabu Ngalaga; 56. Asmaradana (12), datan kawarna ing margi; 57. Sinom (8),
Jeng Sunan Prabu Ngalaga; 58. Pangkur (10), lamun enggal nusula; 59. Kinanthi
(24), genti wau kang winuwus; 60. Megatruh (11), sang retnayu panebdanya
manis arum; 61. Dhandhanggula (29), dina Soma sampun amarengi; 62. Sinom
(62), sareng magut jeng-ajengan; 63. Asmaradana (40), ri sedhenge kangjeng
gusti; 64. Sinom (49), kang wadya kosya pepakan; 65. Mijil (25), wus sinigeg ing
dalu winarni; 66. Durma (48), kula priksa yen pangeran adipatya; 67. Kinanthi
(35), sang nata ngandika arum; 68. Megatruh (26), duk kalane pengangkatira ing
wau; 69. Asmaradana (50), lan malih kula puniki; 70. Durma (45), duk semana
sakehe wadya Ngayogya; 71. Asmaradana (33), semana kangjjeng nrepati; 72.
Sinom (47), sarta munya kang tengara; 73. Megatruh (41), tan seyekti kang darbe
atur mring prabu; 74. Dhandhanggula (43), kangjeng raja tindaknya aririh; 75.
Pangkur (35), karsa nira sri narendra; 76. Sinom (61), kawerna asri narendra;
77. Asmaradana (47), marang Sumaprawiradi; 78. Durma (46), asru duka sri
narendra ing Ngayogya; 79. Dhandhanggula (35), langkung lemes minister tur
neki; 80. Kinanthi (23), wus pinarak sang aprabu; 81. Girisa (10), kang kinen
wus padha bubar; 82. Sinom (40), Kangjeng Pangeran Natakusuma aglis; 83.
Maskumambang (30), neng byantara mangraut pada wotsari; 84. Pucung (34),
kala maos kaserat salin jaluk; 85. Dhandhanggula (56), sampun kathah denira
anicil; 86. Asmaradana (23), wong jaba kiwa abaris; 87. Durma (49), kawrenaa
Pangeran Aprangwedana; 88. Pangkur (41), tuwan minister turira; 89. Sinom
(28), warnanen sira pangeran; 90. Asmaradana (42), niyah gepuk kang abaris; 91.
Mijil (24), narpa putra wus pinarak aglis; 92. Wirangrong (37), anulya minister
aglis; 93. Dhandhanggula (81), tuwan jendral madukara uni; 94. Asmaradana
(34), minister nebda katrining; 95. Sinom (11), sri narendra baru nulya; 96.
Megatruh (94), wus luwaran jeng sinuhun miyos pintu; 97. Sinom (15), genti dina
xii
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
Kasmaran wiwit cinarik/ yo mum Isnen Pon jam astha/ tanggal ro likur
suhure/ Rabyalawal mangsa tata/ wuku maktal pihilal/ jimawal sangkala
ketu/ wil agas suwara tunggal//
Inggih datan wonten karya/ dyan tumenggung lega ing tyas/ Welandane
padha wikan/ ature wong desa gebal/ miwah wong pasisir samya/ pamirsane
sampun padhang/ tan wonten dados prakara/ samya rembag kur-ungkuran//
Duk rampungira sinerat/ surya Jum’ah pukul sawelas kasih/ wuku treg
mangseng katerus/ tanggal kaping astheka/ songka Sapar ing ngejeng
warseng kasetu sengkalan nira pinetang/ ganegas atig suwani//
3. Suntingan Teks
Suntingan teks Babad Ngayogyakarta (Br 125a-b) dalam terbitan ini dengan
perbaikan bacaan1, artinya penulis ikut campur dalam masalah suntingan teks
guna memudahkan pembacaan teks, sehingga pembaca dapat lebih mudah
memahami teks. Oleh karena itu, bacaan teks tetap dipertahankan seperti yang
terdapat dalam naskahnya, sepanjang dapat dipahami artinya jika diterjemahkan,
hanya kesalahan-kesalahan filologis, seperti: saut du meme au meme, haplografi,
ditografi, dan tukaran huruf akan diberi catatannya.
Panduan suntingan naskah Babad Ngayogyakarta (Br 125a-b) adalah sistem
Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan (1974) dengan kekecualian sebagai
berikut:
xiii
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
metrum, karena itu tanda baca tidak dipakai. Untuk itu digunakan:
a. Kesatuan pupuh ditandai dengan penomoran pupuh yang ditulis
dengan angka Romawi diserati nama metrumnya.
b. Kesatuan pada ditandai dengan penomoran pada dalam satu pupuh
dengan angka Arab.
c. Kesatuan gatra ditandai dengan pergantian baris.
d. Tanda (+1) atau (-1) sebagai petunjuk kelebihan atau kekurangan suku
kata di setiap gatra.
e. Tanda (a), (i), (u), (e) dan (o) sebagai catatan guru swara yang seharusnya.
f. Tanda <…> menandai suku kata yang ditambahkan ke teks
berdasarkan konteks kalimat dan kelebihan/kekurangan suku kata
dalam setiap gatra.
g. Tanda […] menandai suku kata yang dikurangi pada teks berdasarkan
konteks kalimat dan kelebihan/kekurangan suku kata dalam setiap
gatra.
h. Tanda (…) menandai suku kata yang tidak terbaca pada teks.
3. Kosakata selain bahasa Jawa yang terdapat dalam teks, seperti bahasa
Melayu dicetak miring (italic).
xiv
BABAD NGAYOGYAKARTA
JILID 1
1
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
2
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
9. Pan Dhĕnberĕg angucap iku 13. nadyan aku matura ing tuwan
prayoga/ bĕsar/
payo padha lumaris/ yen tau wis udani/
tak anjaluk rĕmbag/ Pan Dhĕnberĕg nulya/
marĕskalĕk prayoga/ nĕngguh damĕl agĕlar/
Pan Dhĕnbarĕg wus lumaris/ rumiyin ngewah-ewah ing/
panggih kĕlawan/ nĕgari Jawa/
tuwan Irman marĕsi// tatane raja kalih//
10. tuwan Irman Wilĕm Dandĕlĕs 14. kula ngakĕn angsal parentah ing
angucap/ raja/
apa gawe ta bĕgti5/ Ngĕrum miwah Wĕlandi/
Pan Dhĕnberĕg iya/ gih sabisa-bisa/
sumaur kang ti<na>nya/ sok ugi siang Sala/
milane amba mariki/ sumuruping raja Jawi/
yun mentak rĕmbag/ yen kalĕrĕsan/
dhatĕng tuwan prayogi// gampil agĕlis sugih//
11. kula pirsa wartine jĕng tuwan 15. ingkang dados gĕlis sugih pan
bĕsar/ mangkana/
-5- bicara nagri Jawi/ sagung nagri pasisir/
dereng kadadosan/ bupatine samya/
pakewĕde punapa/ sun purugi kang wisma/
yen kula tadi6 pun todhing7/ pĕsthi sami anyangoni/
yen sewu karya/
inggih kaduga/
sewu artanya ngoni//
pikire rajeng Jawi//
3 Wirman Wilesming Dandales, nama ini muncul
juga dalam bentuk Irman, Irman Wilem Dandeles, 16. cacah sewu sangune sewu tan
Wirman Wiles Dandeles. kirang/
4 Kata ‘maresakalek’ terdapat dalam dua gatra cacahe wong pasisir/
karena harus memenuhi aturan pembaitan macapat.
5 Bĕkti. kalĕbĕd Mandura/
6 Tari. mangilen <n>agri Tĕgal/
7 Dipuntuding.
3
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
4
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
5
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
6
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
7
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
8
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
9
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
10
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
11
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
12
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
13
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
14
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
15
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
37. pan wus manjing dhatun18 uprup prentah sun ja lali kabeh/
kalih/ Danurja prareku/(-1)
dyan dipat<y>a pra putra sĕntona/ si Patrĕlo rampung ja nuli/
bupatya gung sadayane/ dyan Susena aturnya/
tur tabe tuwan uprup/ ngandika sinuhun/
sĕkaliyan lungguh neng kering/ sampun kawula bicara/
narpati uprup anyar/ lan pun uprup Iglar sagah
matur ing sang prabu/ sĕdayeki/
atur tabene kang eyang/ prakawis ananggĕla//
mring jĕng nrepa jĕng tuwan
Wilĕming Dandlĕs/(i) 41. sang nata nĕbda sokur saiki/
marĕskalĕknya//(-2) uprup ganyar naguhi prakara/
Danurja bubara kabeh/
38. gurnadur jendral lĕnggeng dhimas-dhimas sĕdarum/
Sĕmawis/ lan bupati sĕdaya mijil/
trima kasih pangandikeng nata/ kendĕl neng Srimĕngantya/
ngandika malih sang katong/(e) kondur raja sunu/
kaki jendral sun wurung/ wus bubar putra sĕntona/
basukine padha abĕcik/ dyan dipati sakancane bubar nuli/
uprup Patrĕlo sira/ nĕngĕna kang kocappa/
benjang kapan iku/
ulihira mring Samarang/ 42. sri narendra ing Surakartadi/
uprup maturi Kĕmis lan mring ingkang lagya pirĕmbagan lawan/
Sĕmawis/ patih lan nari sang katong/(e)
lila dalĕm kawula -29- // pangran Bumina -30- teku/
lan pangeran Amangkubumi/
39. alanggĕnga apuntĕn narpati/ tri pangran Prangwĕdana/
lĕpat kula jagi kangjĕng sultan/ nata ngandika rum/
ngandika malih sang rajeng/ kapriye Aprangwĕdana/
sun apura luputmu/ eyang jendral adate kuna ngowahi/
lakunira jaga mring kami/ dene tan olih wuntat//o//
Patrĕlo nuwun turnya/
Patrĕlo anuwun/ VI. PUPUH PANGKUR
pamitan sampun [sampun] kalilan/ 1. Ditekake goning karsa/
marang loji lan uprup Iglar rĕt angowahi katĕmu pikir mami/
pamit/ tĕka geseh lan aturmu/
sakaliyan wus mĕdal// karya sumĕlang ing tyas/
bok mĕnawa ora lomba19
40. kangjĕng sinuhun ngandika aras/
karepipun/
marang radyan dipati Danurja/
18 Kadhatun. 19 Lamba.
16
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
17
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
18
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
19
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
20
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
21
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
22
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
5. lan matura sira -42- benjing/ 10. ondĕr mayor kulnel sami/ -43-
yen ditanya kaki jendral/ kentar anon kĕlangĕnan/
bakal kang sun lakokake/ dene ingkang dherekake/
katemu lan kaki jendral/ raden riya Sindurĕja/
sarta pirsa atanya/ raden Jayadipura/
lan keh kĕdhik saradhadhu/ wĕdana prajurit catur/
si Rongga Prawiradirja// jaba pangran Dinĕgara//
23
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
14. gĕni apa gĕng kagiri/ 19. mila sami ngong aturi/
sumaur ingkang tinanya/ pĕnĕt sami dika wulang/
tan pirsa tuwan sangkane/ kabeh ngong trima lakune/
gĕni mulad-mulad mara/ dika matur mring jĕng sunan/
mrĕpĕki uprup sigra/ tabe kula katura/
miyat apa dibya anung/ sakehe lakunereku/
enggal denya minggah kreta// bangĕt trima kasih ingwang//
24
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
22. lan kula kang suka bĕdhil/ 27. kabĕkta marang ngarsaning/
pĕnĕt nuli dika mangkat/ kangjĕng tuwan jindral Irman/
pangeran barĕng lan ingong/ wus kapirsa ing purwane/
kula lajĕng apriksaa/ kathah kĕdhiking jalmanya/
loji ing Salahtiga/ lawan tanahe pisan/
tahor sarĕng budhalipun/ sapa ingkang dadi tunggul/
tuwan jendral lan pangeran// atawa jĕnĕnging sapa//
23. neng marga tan kĕna tĕbih/ 28. lan oleh parentah ngĕndi/
pangran arya Pra<ng>wĕdana/ umatur dursila tiga/
samarga tĕpang rĕmbage/ botĕn wontĕn ingkang darbe/
pangeran kinen majĕnga/ parentah dhatĕng kawula/
mantuka Surakarta/ kumpulan rĕmbag manah/
pangran lajĕng lampahipun/ pĕngagĕnging wĕstanipun/
jendral aneng Salahtiga// Bramasura Krakasura//
25. tandang tulung Cina aglis/ 30. kecu tiga ting barĕkis/
arame munya brondong-46-an/ denira diya-diniya/
sĕdalu denira amreh/ tuwan jendral sru kur -47- dhane/
wong kecu nora mundura/ tulya kang kecu tĕtiga/
pupuh lawan Wĕlonda/ pinrih ing pĕjahira/
winĕtara kawan atus/ bahu suku kiwanipun/
kathahe kecu dursila// cinancang buntar ing kareta//(+2)
28 Prentah.
25
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
26
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
27
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
28
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
29
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
30
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
31
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
32
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
33
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
34
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
35
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
36
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
37
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
38. nuwun jajar aneng gilang dadya 2. Sayidi kang Pĕnata Agami/
siji/ Kalipatula ingkang Ngĕdhatyan/
nanging tan kalilan/ Ngayogyeng rat sĕsampune/
kalilan jajar neng korsi39/ kang eyang wiyosipun/
nanging kapering ing wuntat// atur pirsa mring jĕng siniwi/
kang wayah kangjĕng sultan/
39. aneng regol pra gusti ingkang ing prakawisipun/
mayungi/ Panĕmbahan Cakraningrat/
ingkupe payungnya/ ing Madura karsane kang eyang
saler jambĕt dĕrsanadi/ mangkin/
sapraptanira ngarsendra// kaangkat nama sultan//
40. kangjĕng gusti kaliyan 3. kainthikan sultan sĕpah uning/
dipunsongsongi/ ing Madura sami mupakĕta/
angagĕm canela/ jĕng sinuhun andikane/
yen kalanira animbali/(+1) ya trima kasih ingsun/
ministĕr atur tabenya// saunine ing tulis iki/
41. gya kapundhut surate marĕskalĕk Danurĕja gawea/
kinulya/ (+1) nuwala wĕwangsul/
kinen maca/(-1) iya marang kaki jendral/
dhatĕng abdi dalĕm carik/ matur nĕmbah sĕndika radyan
unine lir pĕksi dhandhang -71- dipati/
//o// sakĕdhap nulya dadya//
38
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
39
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
40
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
41
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
42
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
43
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
44
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
45
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
46
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
47
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
48
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
49
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
50
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
51
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
52
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
53
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
54
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
55
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
56
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
57
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
58
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
59
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
60
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
61
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
62
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
63
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
64
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
65
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
66
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
67
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
68
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
69
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
70
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
71
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
72
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
73
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
5. gen dika nganti mring sun/(-1) 11. denya pinarak sang prabu/
manggena wontĕn Losari/ wus sami tabean nuli/
bawah Carĕbon prayoga/ sĕrat wĕwangsul winaca/
watĕse bawah pasisir/ sampune amaca tulis/
Barĕbĕs lawan Losĕkar/ ministĕr sampun pamitan/
lah dawĕg sarĕng lan mami// nĕnggih mantuk dhatĕng loji//
74
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
75
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
76
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
77
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
78
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
79
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
80
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
81
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
82
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
83
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
84
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
85
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
86
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
87
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
88
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
89
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
90
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
91
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
92
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
72 Aglis. 73 Basa.
93
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
94
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
95
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
96
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
Daftar Pustaka
Baried, Siti Baroroh, dkk. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Badan Penelitian
dan Publikasi Fakultas Seksi Filologi Fakultas Sastra Universitas Gajah
Mada, 1985.
Balai Pustaka. Djidwal, Memindahkan Tahoen Djawa dan Arab Ketahoen Masehi.
Batavia-Centrum: Balai Poetaka, 1932.
Bratakesawa, R. Keterangan Candrasengkala. Jakarta: DepDikBud, 1975.
Behrend, T. E. “Javanese MSS in Indonesia: Problem of Uncatalogued
Collections”, dalam Caraka 9 : 9-18, 1986.
-------. “Small Collections of Javanese MSS in Indonesia: Hidden Treasure in the
Javanese Countryside”, dalam Archipel No.35: 23-42, 1988.
-------.Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1: Museum Sonobudoyo
Yogyakarta. Jakarta: Djambatan, 1990.
-------. “Manuscript Production in Nineteenth-Century Jawa. Codicology and
Writing of Javanese Literary History”, dalam BKI No.149 (3): 407-437,
1993.
-------. Serat Jatiswara: Struktur dan Perubahan di dalam Puisi. Jakarta: INIS,
1995.
-------. dan Titik Pudjiastuti. ed. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid
3A-3B: Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia dan Ecole Francaise D’Extreme Orient, 1997.
Berg, C. C. Penulisan Sejarah Jawa. Jakarta: Bhratara, 1985.
Carey, P. Kuasa Ramalan Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di
Jawa, 1785-1855. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2011.
Darusuprapta. Babad Blambangan:Pembahasan - Suntingan Naskah -
Terjemahan. UGM-Desertasi, 1984.
Florida, Nancy K. “Javanese Language MSS of Surakarta, Central Jawa”:
A Preliminary Descriptive Catalogue. Ithaca N. Y.: Cornell University,
Southeast Asia Program, 3 jld., 1981.
-------. “Javanese Literature in Surakarta MSS, Vol.I”: Introduction and MSS
of the Karaton Surakarta. New York: Cornell University, Southeast Asia
Program, 1993.
-------. “Javanese Literature in Surakarta MSS, Vol.II”: Manuscripts of the
Mangkunegaran Palace. New York: Cornell University, Southeast Asia
Program, 2000.
Irawan, Yudhi. Fakta Sejarah Pakualaman. Jakarta: Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia, 2008.
97
Babad Ngayogyakarta Jilid I | Suntingan Teks
------------. Babad Sepehi: Suntingan Teks dan Catatan Sejarah. Depok: Fakultas
Ilmu Budaya, 2016.
Lindsay, Jennifer dkk. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2: Kraton
Yogyakarta. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994.
Pigeaud. Th. G. Th. Literature of Jawa. Catalogue raisonne of Javanese
manuscripts in the library of the University of Leiden and Other Public
Collection in the Netherlands. Volume. I. Synopsis of Javanese literature
900—1900 A.D. The Hague: Nijhoff, 1967.
-------. Literature of Jawa. Catalogue raisonne of Javanese manuscripts in the
library of the University of Leiden and Other Public Collection in the
Netherlands. Volume. II. Descriptive List of Javanese Manuscripts. The
Hague: Nijhoff, 1968.
Prawiroatmojo, S. Baoesastra Jawa-Indonesia. Jakarta; Haji Masagung, 1988.
Saputra, Karsono H. Sekar Macapat. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010.
Skinner, C. “An Eye-Witness Account of the Invasion of Java in 1811—The Diary
of Lt. W.G.A. Fielding” dalam Journal of the Malaysian Branch of Royal
Asiatic Society Vol.44, No. 1 (219)(1971): 1-51.
Suyamto. Babad Sepei. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Thorn, Major William. The Conquest of Java. Singapura: Periplus, 2004.
Wiryamartana, I. Kuntara. Arjunawiwaha: Transformasi Teks Jawa Kuna Lewat
Tanggapan dan Penciptaan di Lingkungan Sastra Jawa. Duta Wacana
University Press, 1990.
98