AUM!
AT L A S H A R I M A U N U S A N TA R A
Ada peristiwa besar yang selalu luput dari perhatian banyak orang,
yaitu harimau masih hidup di alam liar Sumatra. Ia belum punah. Sudah
sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai kesempatan menarik napas
panjang untuk merenung dan waspada. Renungan dan kewaspadaan
penting lantaran Indonesia punya pengalaman pahit dengan punahnya
harimau bali dan harimau jawa.
Agaknya perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
harimau pada zaman ini. Hari-hari ini, kabar yang beredar didominasi kisah
konlik harimau dengan manusia. Sebenarnya, konlik hanya salah satu
bentuk interaksi harimau dengan manusia. Yang sering luput dari perhatian
adalah interaksi yang damai dan senyap. Relasi inilah yang terjadi di garis
depan pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
konlik, penegakan hukum, diskusi konservasi dan kebijakan.
Setelah berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi,
pembangunan, penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut
waktu untuk jeda sejenak. Mungkin ini tidak banyak pengaruhnya bagi
harimau, tapi memberikan peluang bagi manusia menyeimbangkan
hubungan yang timpang selama ini.
Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau? Akankah
kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi sang pemangsa dan spesies
terancam punah yang lain? Sekaranglah saat menentukannya. Dan atlas
ini baru langkah awal, bukan akhir.
SPESIMEN TARING HARIMAU JAWA DARI CIANJUR, 1937, DI MUSEUM ZOOLOGI BOGOR, LIPI.
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA
REDAKSI
Agus Prijono
Munawar Kholis
Laksmi Datu Bahaduri
KARTOGRAFER
Oktafa Rini Puspita
Saddam Husein
KONTRIBUTOR ARTIKEL
Sunarto, Abmi Handayani, Dolly Priatna, Agustinus Wijayanto, Akbar A. Digdo, Erni
Suyanti Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Munawar Kholis, Wido R Albert, Febri A.
Widodo, Wulan Pusparini, Giyanto, Laksmi Datu Bahaduri, Ligaya Tumbelaka, Ahmad
Faisal, Yoan Dinata, Fahrul Amama, Sili Iriyani, Dedi Kiswayadi, Tomi Ariyanto,
Rudijanta T Nugraha, Hariyo T Wibisono, Fransisca Noni Tirtaningtyas, Muhammad
Yunus.
KONTRIBUTOR FOTO
Dwi Oblo, Agus Prijono, Regina Safri, Asep Abdullah, Fitriani Dwi Kurniasari, Febri
A Widodo, Kusdianto, Giyanto, Nanda P Nababan, Radinal, Boyhaqi, Erni Susanti
Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Ahmad Faisal, Wilson Novarino, David Whellan.
SARAN SITASI:
Forum HarimauKita. 2019. Aum! Atlas Harimau Nusantara. Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF UNDP. Jakarta.
Atlas ini disusun oleh Forum HarimauKita, yang didukung kerjasama antara Direktorat
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan GEF UNDP dalam
proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Management on Sumatran Priority
Landscapes.”
ISBN 978-602-0854-32-8
PRAKATA 10
PROLOG 16
EPILOG 262
INDEKS 278
KATA PENGANTAR 9
Informasi mengenai satwa harimau dirangkai dalam sebuah
dokumen “Atlas Harimau Nusantara”, yang dapat dijadikan sebagai
referensi bagi Indonesia dalam upaya pengelolaan dan penyelamatan
harimau terutama di Sumatra. Pendalaman mengenai runutan
kejadian punahnya harimau jawa dan harimau bali serta perspektif
rampogan sebagai tradisi yang dilakukan di masa silam, menggariskan
cerita yang menjadi pembelajaran terhadap upaya konservasi harimau
sumatra.
Adanya "Atlas Harimau Nusantara" juga sebagai sumber
pengetahuan untuk membantu berbagai pihak dalam memahami
apa yang telah diupayakan, kelemahan yang masih dimiliki
dan mengalokasikan sumberdaya untuk perbaikan pengelolaan
konservasi harimau.
Buku ini juga menjadi bacaan bagi masyarakat yang mau
memahami lebih jauh mengenai harimau di Indonesia dan
menggugah kesadaran untuk semakin terlibat dalam pelestarian
harimau sumatra khususnya, dan keanekaragaman hayati Indonesia
pada umumnya.
Saya sangat mengapresiasi penyusunan buku ini yang disusun
secara kolaboratif dan memperkuat jejaring para pihak, merapatkan
barisan berbagai mitra serta membangun kesadaran dan aksi kolektif
untuk menyelamatkan, mencegah kepunahan dan melindungi
harimau sumatra dan habitatnya serta menuliskannya sebagai sebuah
pembelajaran.
PRAKATA
Salam Lestari!
DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Pulau Jawa, Bali, dan Sumatra, merupakan habitat tiga anak Jakarta, April 2019
jenis harimau di Indonesia, dimana dua anak jenis di antaranya, Direktur Jenderal
yakni harimau jawa dan bali, berdasarkan he IUCN Red List of Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
hreatened Species 2008 telah dinyatakan punah pada tahun 1970-
an dan 1940-an. Semenjak itu, belum pernah ada informasi tertulis
secara lengkap mengenai kronologi punahnya dua anak jenis
harimau kebanggaan Indonesia serta upaya konservasi yang telah
dijalankan oleh para pihak. Sudah seharusnya bangsa Indonesia
memiliki sebuah dokumentasi sejarah, pengetahuan, dan upaya Ir. Wiratno, M.Sc
konservasi harimau, terutama harimau sumatra.
FOTO: AGUS PRIJONO
PROLOG 15
PROLOG
LANGKAH PERTAMA...
Hingga detik ini, ada peristiwa besar yang selalu luput dari
perhatian banyak orang: harimau masih hidup di alam liar Sumatra.
Ia belum punah. Sudah sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai
kesempatan menarik napas panjang untuk merenung dan waspada.
Renungan dan kewaspadaan penting lantaran Indonesia punya
pengalaman pahit dengan punahnya harimau bali dan harimau jawa. Coretan arang yang bisa menciptakan desain besar jangka panjang. Prediksi
Memang benar, kenyataan getir yang dulu mendorong dua di dinding rumah di memang selalu memiliki dua wajah: yang optimis dan yang
subspesies kucing besar itu ke jurang kepunahan dapat dilihat di pedalaman Kerinci pesimis. Justru itulah, para pelestari dapat menemukan cara untuk
sekujur Sumatra. Hutan-hutan menyusut, pemburu terus mengintai, ini mengingatkan: melambungkan sisi optimis, sembari menekan sisi yang pesimis.
pembangunan isik mengoyak kawasan konservasi, kepunahan menghindari satwa Pengetahuan dalam konservasi harimau mencegah para pelestari
lokal merajalela. Di lapangan, ada banyak bukti empat petaka itu dengan pagar, terjebak dalam pandangan pura-pura.
sementara pagar Karena itu, perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
mengancam kelestarian harimau.
manusia adalah
Yang melegakan, ada upaya untuk mengimbangi tantangan itu. harimau pada zaman ini. Umumnya, kabar yang beredar di media
hukum. Dekat
Terlebih lagi, populasi harimau sumatra masih terbilang 'lumayan'. didominasi kisah konflik harimau dengan manusia. Sebenarnya,
rumah ini, harimau
Populasinya belum sekarat betul sehingga para pelestari dapat konlik hanya salah satu bentuk interaksi harimau dengan manusia.
dilaporkan memangsa
meneropong masa depan harimau, lalu mengajukan sejumlah jalan ternak warga.
Yang sering luput dari perhatian adalah interaksi yang damai dan
penyelamatan. Beberapa pekan
senyap.
Untuk melestarikan harimau sumatra, bekal utamanya adalah kemudian, harimau Relasi inilah yang sedang dan terus berlangsung di garis depan
sains. Ilmu pengetahuan itu tentang: apa, siapa, mengapa, bagaimana, coba menerkam pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
dan di mana harimau sumatra. Pengetahuan membekali semua pihak perempuan pekebun, konlik, penegakan hukum, diskusi konservasi, dan kebijakan. Setelah
untuk memahami skala ruang dan waktu dalam upaya pelestarian yang untungnya berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi, pembangunan,
pemangsa kelas wahid itu. bisa diselamatkan penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut waktu untuk jeda
Namun harus disadari, pengetahuan terus berkembang sehingga suaminya. sejenak. Mungkin hal itu tidak banyak pengaruhnya bagi harimau,
data dan informasi tentang harimau sumatra selalu bersifat sementara. tapi memberi peluang untuk manusia menyeimbangkan hubungan
Maksudnya, kelak pemahaman tentang ekologi, populasi, dan sebaran yang timpang selama ini.
harimau akan semakin akurat dan persis. Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau?
Atas dasar itu, para pelestari akan mampu memprediksi peluang, Akankah kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi harimau
tantangan, dan solusi menghadapi perkembangan zaman. Prediksi dan spesies terancam punah lainnya? Sekaranglah saatnya untuk
adalah benang merah sains. Hanya mereka yang berpengetahuan menentukan, dan atlas ini baru langkah awal, bukan akhir. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
PROLOG 17
Beragam sesajian sebagai syarat
untuk menggelar pertemuan dengan
'sahabat harimau' di Kerinci, Jambi.
FOTO: AGUS PRIJONO
U... U... U...
NINAK PANUNGGUNG PAMATO DI ALAM KINCAI,
DINGANG TUJUH BUKIK,
TUJUH LUHOH, TUJUH GUGUK, TUJUH PAMATO,
MALANTAK MUDEK NINEK LANG KALAUT,
MALANTAK ILE NINIK JALANGKANG TINGGI,
DI TANGOH-TANGOH NINEK HULU BALANG TIGEA,
DENGAN KEMBANG REKANNYO PAMANGKU GUNUNG...
AYO DAN SIRINTAK HUJAN PANAH...
N U S A N TA R A H A R I M A U
MEMAHAMI
SANG RAJA RIMBA
Pernah pada suatu masa, kira-kira dua juta tahun lalu, sebaran
harimau nyaris menjangkau seluruh dataran Asia, dari Turki Timur
sampai Laut Okhotsk, Rusia. Sayangnya, hanya dalam kurun satu
abad terakhir, wilayah hidup harimau telah jauh menyusut, tinggal
menyisakan kantong-kantong habitat yang terpisah satu sama lain.
Harimau sebenarnya dapat dijumpai di berbagai macam hutan,
dari hutan kering, hutan lembab, hutan musim, hingga hutan bakau.
Ia dapat dijumpai di hutan-hutan konifer, habitat berumput tinggi, Sederetan spesimen Sunda: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, putus-sambung seiring
hingga hutan tropis Sumatra. Ini menunjukkan kemampuan adaptif macan tutul, harimau dengan perubahan iklim. Pulau-pulau itu akan tersambung saat es di
harimau terhadap variasi ketinggian, suhu, dan curah hujan. jawa, dan harimau bali kutub membeku, kemudian terpisah saat es meleleh (hingga akhirnya
Mampu mendiami berbagai habitat dan iklim menunjukkan di Museum Zoologi seperti saat ini).
Bogor Lembaga Bagi mamalia besar, Pleistosen merupakan kala yang penuh
habitat bukan menjadi elemen terpenting dalam sejarah evolusi
Ilmu Pengetahuan kekacauan. Tingkat spesiasi dan kepunahan meningkat empat kali
harimau. Namun keragaman trah tigris dari kucing Panthera ini
Indonesia. lipat dibandingkan dengan kala Tersier, dan beberapa mamalia
kemungkinan besar karena mengikuti sebaran cervid (jenis rusa-
rusa) dan bovid (jenis kerbau) di Asia Tenggara pada kala Pleistosen. mengalami ledakan penyebaran. Rusa berkembang biak dengan baik
Sebaran harimau nampaknya seiring dengan evolusi sebaran ungulata selama Pleistosen. Dari pusat perkembangan satwa ini di Asia, jenis
besar: rusa, banteng, kerbau, dan kijang, yang menciptakan wilayah keturunan cervid yang hidup di hutan dan berbadan kecil (mirip
baru bagi pemangsa berbadan besar yang hidup di pinggir hutan. kijang sekarang), menyebar dan mendiami berbagai wilayah. Awal
Pleistosen merupakan kala dengan iklim yang berluktuasi secara Pleistosen ditandai dengan munculnya lembu, bison dan banteng.
ekstrem. Sedikitnya ada empat masa glasial yang beku, yang muncul Kajian sebaran harimau berdasarkan fosil jauh lebih sulit,
berselang-seling dengan masa interglasial yang hangat. Suhu dingin mengingat lokasi fosil yang terserak. Fosil tertua berasal dari Cina
berkaitan dengan zaman es yang diperkirakan paling berat menimpa utara dan Jawa. Fosil dari Jawa diperkirakan berasal dari 1,66 dan
daerah garis lintang utara. Sedangkan di daerah tropis, efeknya adalah 1,81 juta tahun lalu. Bukti fosil tersebut memberikan petunjuk
perubahan tinggi permukaan laut. bahwa harimau telah menyebar ke Asia Timur.
Pada masa glasial, air di kutub membeku, permukaan laut Petunjuk ini juga didasarkan bukti fosil harimau dari masa tengah
menurun sehingga menghasilkan daratan kering yang luas, seperti sampai akhir Pleistosen yang hanya diketahui berasal dari Cina,
hamparan di Dangkalan Sunda. Pada saat iklim menghangat, lapisan Sumatra, dan Jawa. Sementara itu, fosil harimau dari masa Holosen
es di kutub mencair, lalu permukaan laut naik, dan menutupi jembatan tercatat ditemukan di Jawa dan Kalimantan. Namun, harimau di
daratan. Di Asia Tenggara, pulau-pulau yang berada di Dangkalan Kalimantan nampaknya sudah lama punah. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
IRAN
NEPAL
Panthera palaeosinensis Fosil tertua Seluruh subspesies Harimau modern PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM, WWW. IUCNREDLIST.ORG.
harimau tertua yang harimau modern berasal dari satu leluhur TEKS: DINERSTEIN, E., LOUCKS, C., WIKRAMANAYAKE, E., GINSBERG, J., SANDERSON, E., SEIDENSTICKER, J., FORREST, J., BRYJA G., HEYDLAUFF, A., KLENZENDORF, S.,
diketahui, hidup sekira 2 berasal dari 1,6 yang hidup 72.000 - LEIMGRUBER, P., MILLS, J., O’BRIEN, T. G., SHRESTHA, M., SIMONS, R., & SONGER, M. 2007. THE FATE OF WILD TIGERS. BIOSCIENCE 57 (6), JUNE 2007; SEIDENTICKER,
J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P. (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF
juta tahun lalu. -1,8 juta tahun lalu. 108.000 tahun lalu. LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN
PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
NUSANTARA HARIMAU
Selama kala Pleistosen, terjadi masa glasial beberapa kali
yang diselingi periode interglasial. Evolusi sebaran harimau di
Nusantara dipengaruhi perubahan iklim pada kala Pleistosen
yang menyebabkan permukaan laut naik-turun. Hal itu membuat
Dangkalan Sunda beberapa kali timbul-tenggelam seiring meluap
dan surutnya permukaan laut selama Pleistosen.
S A M U D R A PA S I F I K
SUMATRA KALIMANTAN
Secara zoogeograis, harimau
pernah menghuni Kalimantan
tapi tak didukung bukti
akurat. Bukti harimau di
pulau ini berupa ujung gigi
taring di Gua Niah, Sarawak. SULAWESI
PAPUA
DANGKALAN SUNDA
Harimau sumatra Pada masa interglasial, es kutub mencair, laut
Panthera tigris sumatrae membanjiri Dangkalan Sunda, lalu mengurung tiga
harimau di Sumatra, Jawa, dan Bali. Pada 8.000
tahun lalu, jarak pulau yang dekat memungkinkan
harimau dapat berenang dari pulau ke pulau .
J A W A
BALI
Fosil palung betis di Jawa berusia
Harimau jawa
SAMUDRA HINDIA P. t. sondaica 1,6 dan 1,8 juta tahun. Ini bukti:
awal kala Pleistosen, harimau DANGKALAN SAHUL
telah menyebar ke Asia Timur.
Harimau bali
P. t. balica
KARAKTER HARIMAU
Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau
PENGUASA WILAYAH MANGSA JELAJAH LUAS amur bengal malaya indocina sumatra cina selatan bali jawa kaspia
Menguasai teritori untuk bertahan Hidupnya tergantung pada Hidupnya menjelajah mencari
hidup dan berkembang biak. mangsa, istirahat, kawin, dan KEBIJAKAN KONSERVASI HARIMAU
kelimpahan mangsa. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 41/1999
aktivitas lain. tentang Kehutanan, UU No 13/2014 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Hutan
serta merupakan salah satu dari 25 spesies prioritas. Lebih spesiik lagi Strategi dan Rencana Aksi
MARTABAT LOKAL Konservasi Harimau Sumatra 2007-2017, dan menyusul 2018 - 2028.
Berikut beberapa nama lokal harimau di Sumatra dan Jawa.
KONVENSI INTERNASIONAL TERKAIT HARIMAU SUMATRA
PULAU JAWA PULAU SUMATRA Convention International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES),
Simbah, kyai, loreng, gembong, Rimueng, rimau, imau, datuk, inyiak, Convention on Biological Diversity (CBD), Convention Concerning the Protection of World
maung, lodhaya. ompung, ampang limo. Cultural and Natural Heritage (World Heritage Convention-UNESCO), ASEAN Agreement on the
Conservation of Nature and Natural Resources 1985 serta kerjasama bilateral.
TUBUH
Pola loreng di tubuh harimau
bercorak beda-beda. Sisi kiri
dan kanan asimetris.
KAKI
Bila citra kamera memotret sisi
depan, pola di kaki menjadi
pembeda individu.
SUMBER: KHOLIS, M., FAISAL, A., WIDODO, F. A., MUSABINE, E. S., HASIHOLAN, W., & KARTIKA, E.C. TANPA TAHUN. PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK
MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA. DITJEN KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN; SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., DAN JACKSON, P.
1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS;
PHILIP J. NYHUS & RONALD TILSON. 2010. WHERE THE TIGER SURVIVES, BIODIVERSITY THRIVES. KYOTO JOURNAL 75 PP 86-87. HTTP://WWW. KYOTOJOURNAL.
ORG/BIODIVERSIT BD_PRINT/86/KJNYHUS-TILSON; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN,
WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
PREDATOR ULET
Ia jarang mengaum. Namun sekali meraung, gemanya menggetarkan seisi hutan dalam
radius 1,5 km. Kekuatan utamanya adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam waktu lama. Teritori dan daerah jelajah seekor harimau bervariasi tergantung pada jenis
Ia tipe pemangsa yang mengintai, mengendap, melompat, lalu menyergap—mematikan— kelamin, musim, lokasi, dan kepadatan satwa mangsa. Bila kepadatan satwa
dengan tumpuan kaki pendek nan kokoh. mangsa tinggi, wilayah jelajah harimau cenderung sempit.
LORENG
Semburat garis hitam di sekujur tubuh menyamarkan
pemangsa ini dari pindaian mangsa yang ia intai.
JAGOAN TAKTIK
Ia mengandalkan taktik perburuan
individual: bersembunyi, mengendap,
mengejar, menyergap tiba-tiba, lalu
menuntaskan nyawa mangsanya.
Harimau membutuhkan 5-6 kg daging setiap hari untuk kelangsungan hidupnya. Ini
berarti ia butuh 1.825 sampai 2.190 kg daging setiap tahun. Menu favoritnya: rusa
sambar, babi hutan, muncak.
EKOR
Ekor untuk keseimbangan dan berperan
dalam komunikasi visual. Saat rileks,
ekornya menjuntai santai. Perilaku agresif
terlihat dari ekor yang bergoyang kiri-
Mata pemburu ini berpendar kanan atau kedutan-kedutan intens.
saat gelap. Sebuah mekanisme
penerangan dari belakang oleh
membran yang memantulkan
cahaya melalui retina.
PERAWAT BUDAYA
Dalam budaya Bali, Jawa, dan Sumatra,
harimau merupakan simbol budaya dan
pandangan hidup. Bahkan setelah punah,
harimau jawa pun masih menjadi simbol bagi
divisi Tentara Nasional Indonesia di Jawa
Barat.
PELINDUNG PERADABAN
Melindungi harimau juga berarti menjaga
dan merawat ekosistem di wilayah jelajahnya:
hidrologi, plasma nutfah bagi obat-obatan,
dan pangan.
MORAL
Harimau menjadi inspirasi etika sosial masyarakat di pedalaman
Jawa dan Sumatra. Di masa Jawa klasik misalnya, tempat-tempat
yang dihuni harimau disebut angker, keramat, dan biasanya menjadi
hutan larangan.
Seorang penari putri yang trance merangkak di depan patung Dalam ritual adu harimau dan banteng, harimau dianggap
harimau saat Ngagah Harimau di tepi Danau Kerinci, Kerinci, Jambi. mewakili Belanda dan banteng mewakili Jawa. Sebagai simbol Belanda,
Ngagah Harimau merupakan tradisi lama yang kemudian dibangkitkan harimau mewakili citra kekacauan dari pihak asing yang mengancam
kembali dalam bentuk seni kontemporer. Di masa lalu, tradisi ini bisa tatanan Jawa. Dalam pertarungan itu, raja berharap harimau kalah,
dikatakan sebentuk mitigasi konlik harimau dan manusia. Setiap ada sebagai tanda tunduknya kekacauan dari kekuatan pemberi hidup—
harimau mati, entah alami ataupun dibunuh karena memangsa ternak, diwakili kerbau, hewan pertanian Jawa. Artinya, adu macan dan
masyarakat menggelar Ngagah Harimau di rumah adat. banteng dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan kosmik
antara yang baik dan yang jahat. Tak heran, dalam ritual itu sang raja
menginginkan banteng atau kerbau keluar sebagai pemenang.
FOTO: AGUS PRIJONO
N U S A N TA R A H A R I M A U
YANG SILAM,
YANG KELAM
HARIMAU BALI
MUSNAH DI UJUNG BEDIL PEMBURU
Pemangsa terkecil dari semua ras tigris ini tidak banyak dikenal
sains. Tidak mengherankan, nasib harimau bali bisa dibilang amat
tragis. Karena itu pula, tidak ada banyak informasi tentang harimau
bali.
Pada 1830, daerah pegunungan Pulau Bali dikenal sebagai
wilayah hunian harimau. Begitu juga daerah Jembrana, pegunungan
Buleleng, dan Tabanan merupakan daerah jelajah harimau. Kedua
daerah tersebut tercakup dalam wilayah bagian barat Bali.
Sekitar satu dekade kemudian, ahli botani Swiss H. Zollinger Satu-satunya spesimen sebagai daerah jelajah harimau yang membuat orang berpikir dua
menemukan harimau mendiami pegunungan Bangli, Bali bagian harimau bali di kali untuk melewati jalan yang menembus hutan Bali Barat. (Kini,
timur. Catatan-catatan itu menegaskan harimau pernah tersebar di Museum Zoologi jalan itu menjadi jalur utama dari Gilimanuk ke daerah lain di Pulau
seluruh bagian utara Bali. Kendati sampai 1881, dilaporkan masih Bogor Lembaga Bali. Jalan lebar dan beraspal mulus itu membelah Taman Nasional
ditemukan di sekitar Bangli, namun sejak 1860-an harimau bali Ilmu Pengetahuan Bali Barat).
semakin jarang. Selama dekade terakhir keberadaannya, sebaran Indonesia yang menjadi Wilayah di tepi barat Bali ini menjadi tempat berburu harimau
harimau terbatas di ujung barat pulau. bukti otentik hewan yang populer bagi orang Eropa. Pada masa 1935, perburuan dengan
ini memang pernah
Salah satu penyebab punahnya harimau bali adalah pembangunan senjata api begitu intensif, sehingga beberapa ahli menduga harimau
menghuni Pulau Bali.
wilayah ini pada zaman kolonial. Pembangunan lahan pertanian dan bali bakal punah dalam beberapa tahun.
infrastruktur jalan telah dimulai pada akhir 1800-an dan awal 1900- Pada paruh pertama 1936, pemburu membunuh lima harimau
an, yang berkontribusi mengubah ekosistem Bali. Jalan-jalan utama bali, dan pada 1937, seekor harimau betina dewasa dibunuh di
sudah dikembangkan pada 1935 yang memecah-belah hutan habitat Sumber Kima, Bali Barat. Selama kurun 1933 sampai 1937, 14 harimau
harimau. Infrastruktur jalan terutama untuk menghubungkan sisi meregang nyawa di ujung bedil pemburu. Kendati populasinya telah
barat dan timur pulau yang dikenal sulit untuk ditembus. banyak berkurang, setelah itu masih ada saja laporan enam harimau
Namun, perburuan untuk rekreasi menjadi penyebab utama di dataran rendah, dan mungkin lebih banyak di pegunungan.
yang mengakhiri harimau bali. Selama 1920 - 1930-an, para Beberapa catatan menyimpulkan 1937 merupakan tahun terakhir
pemburu mengejar harimau bali tanpa pandang bulu. Perburuan bagi harimau bali. Bisa jadi, tahun kepunahan ras ini terjadi pada
juga menyasar satwa mangsa, yang mempengaruhi persediaan 1942, dan pasti punah sekitar 1955. Upaya melindungi harimau bali
pakan harimau. mulai terlihat pada 1947, saat dewan raja-raja Bali melindungi hutan
Padahal, selama masa pergantian abad ke-19 menuju abad ke- Banyuwedang sebagai suaka perlindungan satwa, yang menjadi cikal
20, Bali Barat masih dipandang sebagai wilayah harimau. Sampai bakal Taman Nasional Bali Barat. Sampai 1970-an masih terdengar
1930-an, kawasan yang kini menjadi taman nasional ini dikenal kabar ihwal perjumpaan dengan harimau bali. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Negara
Pada 1840-an ahli botani Swiss H. Zollinger
mencatat harimau mendiami pegunungan
Bangli. Catatan ini menegaskan harimau Amlapura
pernah tersebar di sisi timur Bali.
SURGA PERBURUAN Bangli
Sudah semenjak 1906, Bali menjadi tempat favorit
bagi para pemburu yang tertarik dengan pegunungan
yang sunyi, penuh rusa dan harimau. Banyak pemburu Tabanan Gianyar Semarapura
melakukan perjalanan tahunan ke pulau ini. Seperti
pembuat bom E. Munaut dari Surabaya, yang membunuh
20 harimau bali pada 1913. Atau, Ledeboer bersaudara,
dari Jawa Timur, yang menembak 11 harimau bali sebelum Badung
tahun 1915.
DENPASAR
TAMAN NASIONAL
TUTUPAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: ASHRAF, MOHAMMED. HUTAN 2014
2006. THE EXTIRPATION OF BALI AND JAVAN TIGER: LESSONS FROM THE PAST . TIGER PAPER, JULY-SEPTEMBER 2006, REGIONAL QUARTERLY BULLETIN ON KILOMETER
WILDLIFE AND NATIONAL PARKS MANAGEMENT. DIUNDUH DI HTTPS://WORKS.BEPRESS.COM/BIOCENTRISM/12/; BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF
FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600 - 1950 . YALE UNIVERSITY; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., & AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA 0 9 18
DAN BALI . EDITOR SERI: S. N. KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA. JALAN ARTERI
YANG SILAM, YANG KELAM
H A R I M A U J A WA
TERLAMBAT DI TIKUNGAN TERAKHIR
IBUKOTA HARIMAU
Sejak mendirikan pos dagang pada abad ke-17, konlik
harimau-manusia telah pecah di Batavia. Ibukota negara
ini dahulunya wilayah jelajah harimau jawa.
BANTEN
Keadaan pasti kisruh bila ada harimau yang lolos atau sima
ambabal dari medan rampogan. Setiap ada harimau yang
lolos, khalayak pasti panik bukan kepalang. Lha… ada yang
terpisah dari anaknya, dari temannya, ada juga yang terluka
karena lari tunggang langgang. Itulah yang menjadi cerita dari
mulut ke mulut. Saya sudah pernah melihat harimau lolos dari
rampogan. Di Kediri, ada harimau besar yang bisa menjebol
barisan bertombak itu, lantaran masih gesit dan sehat. dan sebagainya. Saat akan digelar rampogan, beberapa Suasana rampogan
orang mendirikan panggung dengan seizin penyelenggara. macan di Kediri, untuk
Rupanya, harimau ini ditangkap malam 25 Ramadan—
Panggungnya begitu besar yang bisa menampung tiga ribu menyambut lebaran Idul
mendekati 1 Syawal jelang lebaran, sehingga, ia masih segar
orang. Yang banyak menonton dari panggung umumnya kaum Fitri. Pergelaran terakhir
dan kuat. Setelah keluar kandang, harimau itu langsung lari, rampogan macan yang
berhenti sejenak menatap barisan orang di sisi utara. Dalam perempuan.
di Kediri dan Blitar
sekejap mata, ia melompat, dan mendarat di barisan depan. Kalau panggung itu tidak kokoh, pasti bisa roboh karena
sekitar 1906.
Tentu saja, orang yang menjadi sasaran lompatan harimau menanggung beban banyak orang. Sementara itu, orang dan
itu kocar-kacir. Sialnya, lantaran tidak menduga, barisan anak-anak yang tidak punya uang biasanya menonton dengan
di bagian belakang ikut bubar. Harimau pun lolos. Saat memanjat pohon beringin, sehingga dahan-dahannya penuh
menerabas barisan, harimau itu mencakari orang-orang. Enam orang. Pada suatu lebaran, saya pernah menonton rampogan
orang terluka berdarah-darah. Wah, tak terbayangkan betapa di Blitar. Ada macan kumbang yang sudah terluka parah tapi
kisruhnya suasana! masih mampu menyerang salah seorang di barisan. Orang itu
Kebetulan, harimau itu bersembunyi di bawah meja si ketakutan dan lari, sementara teman-teman di sekelilingnya
penjual rawon. Suami si penjual rawon berteriak minta tolong. tidak bisa menombak. Akhirnya, si macan kumbang lolos, lalu
Tanpa pikir panjang, ia menggebrak meja itu dengan gagang naik di salah satu pohon beringin.
pikulan. Hancur-leburlah seluruh dagangan istrinya. Harimau itu Memang macan kumbang dikenal pandai memanjat pohon.
akhirnya bisa dibunuh. O… betapa paniknya orang-orang di atas pohon. Ada yang
Sebelum benar-benar mati, harimau itu merangkak dari merosot dari dahan, ada yang terjun langsung. Ada seorang
bawah meja, dan si suami menggebukinya sampai mati. Cina di pohon itu, yang saking takutnya, langsung melompat.
Lantaran marah, suami itu mengumpati si harimau: gara-gara Begitu sampai tanah, ia langsung pingsan. Kepalanya
ia, dagangan istrinya porak-poranda. Siapa pun yang pernah berdarah-darah karena kulitnya selebar telapak tangan
* Cuplikan penuturan R. menonton harimau lolos, pasti bisa berkisah tentang keriuhan terkelupas. Pada saat itu, orang Cina berambut kucir. Rupanya,
Kartawibawa dalam Bakda ada anak yang iseng mengikatkan kuciran rambutnya ke akar
Mawi Rampog, terbitan Bale orang. Lantaran akan lebaran, orang-orang ingin memakai
Pestaka, 1925. baju bagus, dan tidak heran ada yang mencopet, mengutil, pohon beringin.
FOTO: REPRO ‘JAVA’S ONUITPUTTELIJKE NATUUR’
1605 1900
Catatan awal tentang ritual adu harimau vs Masa awal abad ke-20, ritual harimau tiada
banteng dan rampogan macan di kerajaan Jawa. 1906 lagi digelar di pusat kerajaan Jawa. Di istana
1620-an Yogyakarta, kandang kerajaan hanya berisi macan
Harimau jadi ancaman penghuni Batavia. Saksi Bali menjadi favorit pemburu rusa dan harimau.
Rampogan macan terakhir di Blitar dan Kediri. tutul.
mata: Sultan Agung mengirim punggawa berburu 1625
200 harimau selama 3 bulan. Harimau diadu Gubernur Jenderal melaporkan harimau Blitar selatan dinilai sarang harimau terakhir. 1909
dengan prajurit (mungkin rampogan macan). menyerang warga Batavia—sekitar 60 korban Holotipe: spesimen untuk subspesies harimau bali
dari populasi 6.000 manusia. 1912 ditembak pada tahun ini.
1644 Berdiri Himpunan Perlindungan Alam Hindia Pemerintah kolonial merilis undang-undang
Imbalan uang untuk penangkap harimau dan Belanda (NIVN). melindungi beberapa mamalia dan burung.
1648
satwa lain: badak, ular besar, dan buaya. Imbalan uang menjadi kebiasaan: bukti 1913
1915 – 1918 Pemburu dari Surabaya membunuh 20 harimau
1648 - 1654 kompeni mendorong perburuan harimau dan
Kandang harimau di istana Surakarta tiada lagi. bali. Himpunan Perlindungan Alam mengusulkan
Catatan duta kompeni: Sunan Amangkurat I satwa lainnya.
Pemburu menembak 22 harimau bali. 12 daerah perlindungan, di antaranya Ujung
sesekali menggelar adu harimau vs banteng. Kulon dan Alas Purwo. Sejak itu, pemerintah
1659
Konlik harimau makin kerap seiring kolonial mendirikan sejumlah kawasan lindung.
1670
berkembangnya permukiman ke luar Batavia.
Saran untuk penangkapan harimau dekat Batavia. Ekspansi pertanian menyingkirkan habitat
1922
Ratusan harimau dan macan tutul ditangkap di 1930-an Pemerintah tak lagi butuh statistik harimau yang
harimau.
sekitar kota. Sampai tahun ini Bali Barat masih menjadi tempat ditangkap dan dibunuh. Namun, sistem imbalan
tak pernah sepenuhnya dihapus—utamanya di
1703 berburu favorit bagi orang Eropa modern.
Sumatra, lantaran harimau masih jadi ancaman.
1820 Sunan Amangkurat III menghukum Pangeran
Ada ide membentuk tim pembasmi harimau jawa. Puger bersama sejumlah keluarganya. Mereka
1937 1936 – 1937
Usul ini sia-sia, tapi tetap ada upaya membasmi dimasukkan ke kandang harimau di Kartasura.
Harimau bali betina dewasa dibunuh di Sumber Pemburu membunuh lima harimau bali. Empat
harimau jawa. dari sisa populasi harimau jawa mati makan
1830 Kima, Bali Barat. Beberapa penulis menyatakan
1830–1870 Di daerah Bogor dan Priangan, sekitar 100 tahun ini harimau bali telah punah. bangkai beracun di Priangan dan Banten.
Ritual harimau mulai dikurangi, mungkin karena harimau dan macan tutul dibunuh setiap tahun. 1938
populasi harimau berkurang. Tahun 1830: masa Foto terakhir harimau jawa di Taman Nasional
tanam paksa yang mendorong pembukaan lahan 1861 1942 Ujung Kulon.
baru di wilayah liar. Pemerintah meminta residen di Jawa melaporkan Mungkin harimau bali punah pada tahun ini, dan
harimau di wilayahnya. Data itu untuk membasmi sudah pasti punah setelah 1955.
1862 1945
harimau, lantaran tingginya konlik.
Terbit aturan bagi warga yang ingin jadi pemburu 1950 Indonesia merdeka.
harimau profesional dengan senjata api. Juga, 1875 Harimau jawa kira-kira tinggal 25 ekor, 13 di
pendaftaran ‘kecelakaan’ bagi korban harimau. Awal istilah 'harimau pemakan manusia,' antaranya di Ujung Kulon. 1970
dengan fenomena ‘tulah harimau’ atau Pemerintah melindungi harimau.
1879 serangan harimau ke manusia. Konlik bermula 1972
Tulah harimau mendera Gunung Muria dan di Priangan dan Banten, lalu merembet ke Kira-kira hanya ada 7 harimau jawa di Meru Betiri.
Probolinggo, disusul Kediri pada 1880. timur. Tren perburuan harimau meningkat.
1979
1980 Harimau jawa dilaporkan di sekitar Gunung Slamet.
1880 Rencana pengelolaan harimau jawa di Meru
1886 & 1887 Ritual harimau kian jarang. Harimau musnah di Betiri. Tim peneliti menduga populasi harimau 1987
Harimau jawa yang dibunuh pada 1886: 126, kawasan yang mudah dijangkau. Gejala awal tak sampai 5 ekor. Dasawarsa ini sebagai hari- Tim peneliti menemukan jejak, cakaran, dan kotoran
dan pada 1887: 116. Angka ini lebih tinggi berkurangnya populasi harimau jawa makin hari terakhir bagi harimau jawa. harimau di Meru Betiri.
dari rata-rata pembunuhan harimau pada kentara.
dasawarsa 1860-an.
1894 1990
Pukulan terakhir tulah harimau jawa melanda Tim lain coba mencari harimau jawa, hanya 1994
1897 Berita harimau jawa dijumpai di Banyuwangi.
wilayah Gunung Muria, Jepara. menemukan jejak-jejaknya. UU Nomor 5/1990
Pemerintah kolonial menghapus sistem Sejak 1990-an seluruh kabar perjumpaan dengan
memperkuat perlindungan harimau.
imbalan untuk harimau jawa dan macan tutul. harimau jawa tanpa veriikasi pakar.
I K H T I A R S U M AT R A
MENJAGA
HARIMAU NUSANTARA
HARIMAU NUSANTARA
MUNAWAR KHOLIS
WASPADA SUMATRA
7 ACEH
RIAU
5 SUMATRA BARAT
4 BENGKULU
SUMATR A
1 LAMPUNG
BAR AT
Padang
1990
ACEH 2000 JAMBI
2010
SUMATRA UTARA
SUMATRA BARAT
PETA: ESRI, USGS, NOAA, WWW.INTACTFORESTS.ORG, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
TEKS: MARGONO, B. A., TURUBANOVA, S., ZHURAVLEVA, I., POTAPOV, P., TYUKAVINA A., BACCINI, A., GOETZ, S., AND HANSEN, M.C. 2012. MAPPING AND KILOMETER
MONITORING DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION IN SUMATRA (INDONESIA) USING LANDSAT TIME SERIES DATA SETS FROM 1990 TO 2010 . Bandarlampung
ENVIROMENTAL RESEARCH LETTER. DEFORESTASI MELAMBAT, TAPI HUTAN TROPIS SUMATERA KINI TELANJUR MUSNAH . MONGABAY.CO.ID. 0 105 210
WASPADA SUMATRA
Sungguh, ini situasi yang tak nyaman. Namun rasa tak enak
kadang diperlukan untuk memahami derita panjang harimau
sumatra. Simak sejenak kisah pilu dari pedalaman Kuantan Singingi,
Riau, ini.
Masih tumbuh dalam kandungan, dua janin itu meregang nyawa
mengikuti kematian induknya. Semula, si induk terjerat jebakan senar
yang dipasang pekebun. Harimau itu sebenarnya bisa melepaskan
diri. Namun, rupanya senar baja itu masih melilit pinggangnya.
Beberapa hari kemudian, tim pelestari menemukan ia mati
tergantung di tepi jurang dengan sling yang mencekik pinggangnya.
Kejadian ini begitu dramatis: harimau betina itu bunting! Memandangi
foto ini semestinya tak nyaman bagi akal yang beradab. Sebingkai foto
yang merangkum seribu kata ihwal citra kelam interaksi harimau
dengan manusia di zaman ini.
Sampai dasawarsa kedua abad ke-21, hubungan antara manusia
dan harimau sumatra seolah meniti kembali garis nasib harimau jawa:
pertikaian tiada akhir. Dari abad ke-17 sampai era kolonial berakhir,
pelajaran dari Jawa menegaskan konlik selalu berujung pada satu
pihak yang kalah, entah manusia entah harimau. Hasil akhirnya:
kekuasaan harimau di Jawa dan Bali runtuh pada abad ke-20. Itu kisah
pertarungan habis-habisan.
Sekarang, lantaran pertikaian tiada akhir, khalayak mengenal
harimau sumatra dari berita-berita konlik. Dan sayangnya, berita
konlik hampir selalu diikuti dengan prasangka negatif. Alhasil, Tim medik satwa membedah total harimau betina yang mati terjerat
harimau sumatra mesti menerima prasangka buruk. Tak mengejutkan sling. Dari hasil nekropsi, diketahui harimau betina ini menderita
bila persepsi khalayak terombang-ambing di antara dua kutub: rindu kerusakan ginjal dan hati. Setiap kematian berarti satu langkah
dan dendam. mendekatkan harimau sumatra ke jurang kepunahan.
Saat konlik, kerinduan mengemuka dengan adanya desas-desus
harimau masih dijumpai di Pulau Jawa. Di balik kabar angin itu, tersirat
harapan dan kerinduan akan kehadiran harimau di alam liar Jawa.
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU/WWF-INDONESIA
CENTRAL SUMATRA PROGRAM
MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 103
KERINDUAN MENGEMUKA SAAT KONFLIK PECAH:
DESAS-DESUS TENTANG HARIMAU JAWA JUSTRU
BEREDAR DI MEDIA SOSIAL. DI BALIK DESAS-DESUS
ITU TERSIRAT PENGHARAPAN HARIMAU MASIH HIDUP
DI ALAM LIAR JAWA
Sigli
Jantho
WASPADA SUMATRA Bireuen
ACEH
Takengon
KECAMUK KONFLIK
Penggundulan hutan mempersempit habitat harimau sumatra. Langsa TITIK KONFLIK 2001 - 2016
Populasinya terpecah-pecah di sisa hutan yang terputus-putus. Apa Melauboh
Pertikaian terheboh terjadi selama empat bulan
boleh buat: harimau terpaksa berebut ruang hidup dengan manusia. Blangkeujeren pertama 2018, saat harimau memangsa dua manusia
di Indragiri Hilir, Riau. Sebelumnya, pada 2009, Salma
Benturan pun tak terelakkan. Padahal, tak semua orang yang Blangpidie
Langkat menebar ketakutan di Jambi. Ia memangsa 10 manusia.
berinteraksi dengan harimau punya pengetahuan yang cukup untuk
Babussalam Binjai Kisah dua harimau betina itu hanya segelintir dari
hidup di wilayah jelajah harimau. Lantaran habitatnya menyusut, MEDAN ribuan kasus konflik harimau-manusia. Selama kurun
populasi mangsanya menurun, sementara populasi manusia semakin Tapaktuan 2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus.
meningkat, harimau terpaksa berselisih dengan masyarakat. Kabanjahe
Titik-titik konflik menyebar di sekujur pulau, dari utara
Interaksi negatif ini menimbulkan korban dan kerugian di kedua ke selatan, dari pesisir barat ke pesisir timur.
belah pihak. 230 71
TITIK TERPANAS SUMATRA UTARA
KISAH KLASIK Aceh membukukan
Doloksanggul
Perselisihan antara manusia dan harimau telah terjadi pada insiden konflik Balige Bagan Siapiapi
terbanyak. Kasus Rantauprapat
abad-abad lampau. Pada masa kolonial, harimau dipandang terbanyak: Tarutung
sebagai hewan berbahaya dan pengganggu. Prasangka ini pemangsaan ternak, WASPADA!
semakin memanaskan situasi: manusia dan harimau terjebak 122 insiden. Serangan harimau
dalam pusaran konflik. Jawa membuktikan, harimau akhirnya Dumai 148 terhadap manusia
kalah. dominan di Provinsi
Padang Sidempuan
Riau: 75 kasus.
KORBAN MANUSIA
1820 - 30 400
Panyabungan RIAU
200
1850-an
400
PEKANBARU
90
1862 - 81 Pelalawan
180
50 Kampar
1882 - 1904
60
Jawa Sumatra
Limapuluhkota
82
30
LUKA
97
DITANGKAP
354
KAMBING
27
ANJING
27 KUDA
Mukomuko Utara
PENYULUT KONFLIK
13
BENGKULU Musi Banyuasin
Selain berkurangnya tempat hidup, ada beberapa faktor yang
dapat memicu pertikaian antara harimau dan manusia. Dari kajian Muara Aman Sukamarga
PALEMBANG
data konlik yang tercacat, ada beberapa faktor pemicu. Ini dua
Lubuklinggau
di antaranya. Argamakmur SUMATRA SELATAN
Curup
Tebingtinggi
peluang konlik semakin besar. Akhir konflik di Pagaralam Ogan Komering Ulu
besar. Bengkulu didominasi 216
harimau dibunuh atau Manna
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI
ditangkap: 30 kasus.
ALAM. TEKS: BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600 LAMPUNG
- 1950. YALE UNIVERSITY. KARTIKA, E. C. 2017. SPATIO-TEMPORAL PATTERNS OF HUMAN TIGER CONFLICT IN KAWASAN KONSERVASI
SUMATRA 2010 -2016. DIREKTORAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI DI LUAR TAMAN NASIONAL
Liwa
SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, JAKARTA. NYHUS,
P.J. & R. TILSON. 2004. DIKUTIP DALAM SUNARTO, WIDODO, E., DAN PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: LOKASI Sukadana
TAMAN
PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM KONFLIK NASIONAL
HANYA MELINTAS
MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL. Konflik umumnya BANDARLAMPUNG
Kotaagung
KILOMETER berlevel rendah: 95
harimau berkeliaran.
0 105 210
WASPADA SUMATRA
Selama 2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus konflik dengan berbagai tingkat risiko.
Sumatra Selatan
Lampung
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Aceh
879LARI
8
LARI, TERLUKA
130 MATI
43
KEBUN BINATANG
5
TRANSLOKASI
Usai selamat dari serangan harimau,
warga di pedalaman Kerinci Seblat
ini mengaku bisa merasakan
kehadiran kucing besar itu. Konlik
selalu merugikan kedua belah pihak:
harimau dan manusia.
FOTO: AGUS PRIJONO
WASPADA SUMATRA
GENEALOGI
PERBURUAN HARIMAU
<20
yang dimonitor, dan luasan habitat yang tersedia. Harimau BATANG TORU GIAM SIAK KECIL
sumatra saat ini masih ada di 23 lanskap. Hasil analisis tingkat
kelangsungan hidupnya: populasi harimau diperkirakan berada
dalam kisaran 600 ekor. Populasi harimau tersebut terdistribusi BARUMUN
di tiga tipe lanskap: kecil, sedang, besar. KISARAN POPULASI DI 23 LANSKAP
TESSO NILO
KAMPAR
600-an
HASIL PENDUGAAN TERBAIK 2016
PASAMAN Perhitungan ini berdasarkan data kamera jebak
nasib harimau di masa datang. Dengan analisis populasi, di sejumlah lanskap sebelum 2016.
KERUMUTAN
dapat diduga peluang hidup harimau dalam jangka waktu dan
MANINJAU
lingkungan tertentu. RIMBANG BALING
BETABUH-SOSA
35
Dibutuhkan minimal 35 ekor, agar harimau mampu bertahan hidup
Padang
BATANGHARI BUKIT TIGAPULUH
pada satu lanskap. Itu pun dengan syarat: daya dukung habitat setara Jambi
untuk 70 ekor harimau. BERBAK-SEMBILANG
BUKIT DUABELAS
LANSKAP KECIL LANSKAP SEDANG LANSKAP BESAR DISPERSAL ALAMI TRANSLOKASI PERLINDUNGAN
PELUANG PUNAH 100% PELUANG PUNAH 83% PELUANG PUNAH 31% Penyebaran harimau melalui Perpindahan dengan bantuan manusia: Menjaga populasi kecil untuk
koridor antar-lanskap secara pemindahan harimau konlik ke area lain, berkembang biak dan menjadi
alami. atau menambah individu baru. sumber keragaman genetik.
SKENARIO BILA ANCAMAN SAAT INI DIHILANGKAN
Seandainya seluruh ancaman perburuan dan deforestasi saat ini ditiadakan,
peluang kepunahan di salah satu lanskap sedang dan lanskap besar dapat MANFAAT METAPOPULASI
berkurang. Contohnya untuk lanskap Batanghari dan Bukit Barisan Selatan. MEMPERPANJANG KESINTASAN POPULASI
BATANGHARI BUKIT BARISAN SELATAN LANSKAP KECIL
WAY KAMBAS KAMPAR BERBAK-SEMBILANG
50
TEKS: PUSPARINI, WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI
ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA UNTUK KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN; INFOGRAFIS BERPACU DENGAN KEPUNAHAN,
FORUM HARIMAUKITA.
PERSEN 41 7 PERSEN
WASPADA SUMATRA
ANALISIS POPULASI
JALAN YANG MERENGGUT Populasi harimau di lanskap utuh: 420, di
lanskap terbelah jalan: 68.
Lanskap konservasi Leuser-Ulu Masen dan Kerinci Seblat
merupakan wilayah penting bagi kelestarian harimau.
Sebagai dua lanskap terbesar, area ini punya daya dukung
lingkungan tertinggi bagi harimau. Akan tetapi, tingginya
tingkat pembangunan di Sumatra mengancam keutuhan
lanskap. Ancaman yang paling sering adalah janji politisi
lokal untuk membangun jalan tembus, ataupun rencana
pemerintah pusat membangun pembangkit listrik di dalam
kawasan konservasi. Hal itu dikhawatirkan memecah-belah BANDA ACEH
populasi harimau sehingga mempercepat laju kepunahan. Populasi harimau di Populasi harimau
Sebelum terlambat, para pelestari coba mempelajari Sigli lanskap Leuser - Ulu di lanskap yang
dampak jalan dan membuat skenario dengan pemodelan Jantho Masen yang utuh. dipisahkan jalan.
2
efek pembangunan jalan terhadap populasi dan habitat
Bireuen
harimau di Leuser-Ulu Masen dan Kerinci Seblat. Dampak
awal pembangunan jalan sering kali tidak langsung
memecah-belah habitat. Umumnya, dampak awalnya akan 3
memicu pembalakan, perambahan, perburuan, dan konflik, 4
yang lalu menekan habitat dan populasi harimau. 1
Takengon
LANSKAP YANG TERCERAI-BERAI ACEH 5
Jika terealisasi, pembangunan jalan Ladia-Galaska (Lautan 6 Langsa
India, Gayo-Alas-Karo) di Leuser-Ulu Masen diperkirakan akan
membagi lanskap konservasi harimau ini menjadi 16 blok 7
hutan yang terpisah. Luasan blok-blok hutan ini bervariasi 9
antara 32 - 7.314 kilometer persegi. Hasil permodelan 8 10 11
populasi harimau pada 16 blok hutan adalah 4 blok di Meulaboh
antaranya: 2, 6, 12, dan 12 (Rawa Tripa) terlalu kecil untuk
menampung bahkan hanya satu harimau. Untuk lanskap Rawa
Tripa memang sudah kecil dan terpisah sejak awal, sebelum
adanya efek pembangunan Ladia Galaska.
12 Blangpidie TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
RAMALAN BURUK Langkat
Nasib harimau di lanskap Leuser-Ulu Masen jauh lebih buruk Blok hutan 13, Aceh bagian Barat, mungkin 14 MEDAN
dibandingkan dengan dampak fragmentasi di Kerinci Seblat 13 Binjai
memilki keragaman genetik tertinggi
akibat jalan evakuasi bencana alam. Tidak ada populasi ketimbang blok yang lain. Babussalam
yang layak atau mendekati layak sintas di blok-blok hutan Akan tetapi, populasi di blok ini tetap tak
Lueser-Ulu Masen. Peluang kepunahan pun sangat tinggi, mampu sintas.
lebih dari 70 persen di 5 blok, dan 66 persen di blok 13.
Bila dibandingkan sebelum dan sesudah pembangunan Tapaktuan
jalan, peluang kepunahan harimau di Leuser-Ulu Masen Kabanjahe
melejit hampir 9 kali lipat, dari 5 persen menjadi 49 persen;
keragaman genetik turun hingga 29 persen, dari 0,89 menjadi SUMATR A
0,63; pertumbuhan populasi pun turun 150 persen, dari 0,03 UTAR A
menjadi -0,015. Blok hutan 15: Suaka Margasatwa Rawa Singkil
telah tersudut sebelum pembangunan Ladia
DAMPAK NEGATIF JALAN TERHADAP POPULASI Galaska. Bila jalur jalan dibuat, akan semakin
PELUANG PUNAH KERAGAMAN GENETIK PERTUMBUHAN memisahkan kawasan ini dari ekosistem Leuser.
KIAN BESAR KIAN MISKIN MINUS
Kawasan berawa gambut ini dihuni harimau dan 15 16
5% 49 %
NAIK hampir 9 kali
0,89
TURUN 29 persen
0,63 0,03 -0,015
AREA DIPERBESAR orangutan.
TURUN 150 persen
KAWASAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KONSERVASI
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FORUM HARIMAU KITA. TANPA TAHUN. INFOGRAFIS: APA TAMAN DI LUAR
YANG TERJADI JIKA PEMBANGUNAN JALAN DILAKUKAN DI KAWASAN KONSERVASI? DITJEN NASIONAL TAMAN
KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, HARIMAUKITA; PUSPARINI, NASIONAL
WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, KILOMETER
TOMI ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA JALAN SEDANG JALAN
UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN. DIKONTRUKSI SUDAH EKSIS 0 35 70
Rawa Tripa, blok hutan 12, terkucil dan terputus dari ekosistem
Leuser. Jalan dan permukiman memutus koridor yang
menghubungkan Rawa Tripa dengan ekosistem Leuser. Para
pegiat lingkungan Aceh memenangi gugatan terhadap kebun
sawit yang membakar ekosistem gambut ini beberapa tahun silam.
Hingga 2018, kasus hukum Rawa Tripa kembali mencuat. Kawasan
ini berlimpah karbon, dan menjadi tempat hidup harimau dan
orangutan di pesisir barat Aceh.
FOTO: AGUS PRIJONO
RIAU
WASPADA SUMATRA
SUMATR A BAR AT
3% 19 %
NAIK hampir 6 kali
0,86
TURUN 19 persen
0,73 0,03 0,0037
Blok hutan 7 bisa dibilang harapan di
TURUN 87,6 persen masa depan bila jaringan jalan benar-
benar mengoyak Kerinci Seblat.
HASIL ANALISIS POPULASI Pertumbuhan populasinya positif,
Populasi lanskap utuh: 257, lanskap terpotong-potong: 78 peluang kepunahan 33%, sedikit di
7 atas ambang batas 30%. Populasi di
Mukomuko Utara tahun ke-100 masih lebih besar dari
populasi awal.
BENGKULU
Pengendara baru saja ke luar dari Taman Nasional Kerinci Seblat,
melalui jalan baru yang dibangun saat pemilihan kepala daerah
2018 di Kerinci. Letak jalan ini di Renah Pemetik, di antara blok
hutan 3 dan 4. Rencananya, dari wilayah ini akan dibangun jalan
tembus ke Bungo. Tapi, jalur jalan ini nampaknya berbeda dengan
rencana jalan evakuasi. Bisa diduga, agaknya jalan ini untuk
memberikan akses pekebun di taman nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO
Banda Aceh
SUMATRA B ERG ERAK
Dari ujung utara sampai selatan, dari tepi pesisir barat
sampai pesisir timur, para pelestari bergiat sepanjang
waktu untuk melestarikan harimau. Upaya konservasi
ACEH tersebar di lanskap konservasi harimau di Bukit
UPAYA SUMATRA Barisan sampai dataran rendah. Dan, melestarikan
harimau sekaligus juga merawat seisi ekosistem.
Namun, semakin menggumuli pemangsa ini, para
pelestari juga menyadari daya upaya selama ini masih
TAMAN NASIONAL
GUNUNG LEUSER
Medan belum cukup menenangkan hati. Ini juga berarti
bahwa sambil berikhtiar, para pihak juga memetik
pembelajaran.
Seiring perkembangan sains, semakin banyak pihak yang terlibat LEMBAGA PELESTARI
dalam konservasi harimau. Para pihak ini mencakup lembaga swadaya Lokasi para pihak yang melakukan konservasi
masyarakat internasional dan nasional, yang beraktivitas bersama harimau tersebar dari utara sampai selatan. Palembang
Para pihak ini terdiri dari: Flora & Fauna
otoritas pengelola kawasan konservasi. Sementara itu, di luar kawasan International (FFI) - Indonesia Programme, BENGKULU
SUMATRA SELATAN
hutan, sejumlah pihak swasta juga berkontribusi dalam pelestarian Yayasan WWF Indonesia, Forum Konservasi
satwa pemangsa ini sesuai dengan kapasitasnya. Leuser (FKL), Wildlife Conservation Society Bengkulu
Para pelestari melaksanakan berbagai program di kawasan tertentu (WCS) - Indonesia Program, Zoological
Society of London (ZSL) - Indonesia
yang tercakup dalam lanskap konservasi harimau. Meski programnya Programme, dan Penyelamatan dan LAMPUNG
bermacam-macam, namun pada akhirnya bermuara pada kelestarian Konservasi Harimau Sumatra (PKHS). Tentu, TAMAN NASIONAL
WAY KAMBAS
harimau sumatra. Artinya: segenap pihak bergerak bersama dalam selain lembaga itu, masih ada lembaga TAMAN NASIONAL
BUKIT BARISAN SELATAN
lain yang berkontribusi dalam pelestarian Bandarlampung
ikhtiar menyelamatkan harimau.
harimau. Seluruh lembaga ini bekerja sama
Pada saat yang sama, para pihak menyadari cakupan masalah dan dengan unit pelaksana teknis di setiap
tantangan terlalu luas, sedangkan tenaga, pikiran, dan dana terlalu kawasan konservasi.
terbatas. Disadari pula, aksi konservasi para pihak yang tertuang di
pustaka ini juga hanya mencakup lima tahun terakhir. Pada masa
KAWASAN
sebelumnya, banyak pihak sudah bersumbangsih dalam konservasi KONSERVASI
TUTUPAN
DI LUAR
HUTAN 2014
harimau. Pada halaman selanjutnya akan dipaparkan kiprah berbagai TAMAN
NASIONAL
KILOMETER
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN,
lembaga swadaya masyarakat dalam melestarikan harimau. *** TAMAN NASIONAL 0 105 210 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
UPAYA SUMATRA
ULU MASEN
Bersama tujuh komunitas ranger dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Wilayah I Aceh, FFI melaksanakan aksi ACEH
konservasi harimau. Dengan memfasilitasi hutan desa,
FFI melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan di
lanskap harimau. Kegiatan utama di hutan desa: patroli
perlindungan dan monitoring keragaman hayati, sembari
mengembangkan ekonomi setempat.
TAMAN NASIONAL
SEDANG PROSES IZIN, HUTAN DESA DAN HUTAN ADAT Bersama Balai Besar Taman BERBAK SEMBILANG
Nasional Kerinci Seblat, FFI
Bengkulu
LANSKAP
K E R I N C I S E B L AT
ACEH
YAYASAN WWF INDONESIA (WWF) SAMARKILANG SAMARKILANG
Aksi konservasi menitikberatkan upaya perlindungan habitat
sebagai daerah tangakapan air dan monitoring spesies
TANAH AIR HARIMAU
payung, termasuk harimau
Untuk membantu memulihkan harimau, jaringan WWF
mendeklarasikan penyelamatan 50 Tiger Heartlands di bawah
program global. Lima di antaranya berada di Sumatra karena
kekritisannya untuk ketahanan populasi harimau sumatra. TAMAN NASIONAL
Karena keunikan dan tingginya tingkat ancaman, harimau Medan LANSKAP RIMBANG BALING - BUKIT BETABUH
GUNUNG LEUSER
Bersama konsorsium IMBAU dan Balai Besar
di Sumatra membutuhkan perhatian khusus dari WWF dan Konservasi Sumber Daya Alam Riau, WWF melakukan
komunitas global. Visinya: untuk mendapatkan ketahanan perlindungan, monitoring harimau, mendukung
populasi jangka panjang dengan memfokuskan pada kawasan kebijakan pengelolaan, dan pemberdayaan
masyarakat. Program pengamanan habitat harimau
– kawasan yang menjadi target inisiasi berdampak tinggi. dengan tim patroli reguler dan pemantauan
Dari 2018 hingga 2025, WWF – Indonesia akan memfokuskan SUMATR A UTAR A anti-perdagangan harimau. Selain itu, WWF
pada penyelamatan populasi harimau dan habitatnya di lima mendorong sinkronisasi kebijakan yang mendukung
Tiger Heartlands di Sumatra: Rimbang Baling, Bukit Batabuh- konservasi harimau melalui RPJMDes 12 desa
yang sejalan dengan konservasi. Di sektor usaha,
Bukit Tigapuluh, Batanghari, Bukit Barisan Selatan, dan WWF mendukung pihak swasta di dalam maupun
Samarkilang. Pendekatannya, mengintegrasikan berbagai sekitar lanskap untuk mengedepankan kegiatan
pendekatan bersama para pihak. berkelanjutan. Target sementara ini 5 perusahaan:
2 perkebunan sawit, 2 hutan tanaman industri, 1
perusahaan kayu alam.
RIAU
Pekanbaru
DARI LANSKAP KE LANSKAP
WWF bersama mitranya aktif di beberapa lanskap harimau. LANSKAP BUKIT TIGAPULUH
Di Sumatra bagian tengah, WWF berkolaborasi dengan Balai SUAKA MARGASATWA Aksi konservasi bersama Balai Taman
RIMBANG BALING
Besar KSDA Riau, YAPEKA dan INDECON melaksanakan Nasional Bukit Tigapuluh: menjaga
program IMBAU. Di Rimbang Baling, WWF mempelajari luas tutupan lahan, monitoring
satwa liar. Mendorong perusahaan
dan mengangkat kearifan lokal dalam menjaga hutan dan SUMATR A
BUKIT BETABUH melakukan restorasi ekosistem dan
sungai. Kearifan masyarakat dijadikan model dan contoh BAR AT produksi berkelanjutan melalui
untuk pengembangan di wilayah lain di Sumatra maupun better management practices untuk
dunia. Kerjasama juga dikembangkan WWF bersama dengan Padang
mendukung konservasi satwa liar.
berbagai pihak. BATANG GADIS TAMAN NASIONAL
HUTAN LINDUNG BUKIT TIGAPULUH
Upaya konservasi BATANG GADIS
harimau masih TAMAN NASIONAL
PERLINDUNGAN TERINTEGRASI belum intensif di JAMBI BERBAK SEMBILANG
Jambi
lanskap ini. Alhasil,
Mencakup beberapa kegiatan di lapangan dan perkotaan,
belum banyak
baik kegiatan langsung maupun dukungan kebijakan. Di pencapaian.
lapangan, proteksi satwa di habitatnya melalui patroli berbasis
masyarakat dengan teknologi SMART (Spatial Monitoring and
TAMAN NASIONAL
Reporting Tool). Kesadaran dan kebanggaan masyarakat KERINCI SEBLAT
lokal tentang pentingnya menjaga satwa dan habitatnya
merupakan kunci keberhasilan perlindungan harimau. Di luar
habitat, WWF berupaya meningkatkan efektivitas penegakan BENGKULU Palembang
BUKIT BARISAN SELATAN
hukum dan menekan permintaan bagian-bagian tubuh satwa
Bersama Balai Besar Taman Bukit Barisan
liar langka, melalui perubahan perilaku dan gaya hidup. Pun, Selatan dan KPH Batu Tegi, WWF
SU M AT R A S E L ATA N
WWF berupaya mendorong pelaksanaan kebijakan, peraturan, melakukan perlindungan, penguatan Bengkulu
dan perundangan untuk pembangunan berkelanjutan, dengan lembaga konservasi, dan pemberdayaan.
memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya satwa dan Di Merpas, Bengkulu: penguatan
kekayaan hayati. mitigasi konflik, dukungan kandang anti-
serangan harimau, sekolah lapang. WWF
juga mendukung penyusunan rencana LAMPUNG
pembangunan wilayah yang ramah
satwaliar, dan penegakan hukum. TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL KPH BATUTEGI WAY KAMBAS
TUTUPAN HUTAN 2014 BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung
KAWASAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KONSERVASI WILAYAH KILOMETER
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: YAYASAN WWF INDONESIA (WWF). DI LUAR KERJA WWF
TAMAN NASIONAL 0 105 210
TAMAN NASIONAL
LANSKAP
RIMBANG BALING
MENYISIR LEUSER
Setiap tim patroli terdiri dari empat masyarakat dan seorang
jagawana dari pihak berwenang. Anggota dari masyarakat
dilatih untuk patroli antiperburuan satwa. Distribusinya: 15 tim
di Leuser bagian barat: Aceh Tenggara, Subulussalam, Aceh SUAKA MARGASATWA
RAWA SINGKIL
Selatan dan Aceh Barat Daya; dan 8 tim di Leuser bagian
timur: Gayo Lues, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah
dan Aceh Tamiang. SUMATRA UTARA
PEMANTAUAN POPULASI
Monitoring populasi dan habitat harimau sumatra juga
menjadi bagian dari tugas tim perlindungan satwa liar. Tim
mengumpulkan data keberadaan harimau sumatra di lokasi-
lokasi patroli yang menyentuh seluruh kawasan Ekosistem
Leuser. Selain itu, di beberapa lokasi penting tim memasang RIAU
kamera intai. Pada 2017, FKL memasang 50 kamera intai
RESTORASI HUTAN
di beberapa kawasan penting di Leuser. Begitu juga FKL
Restorasi kawasan hutan dilakukan terhadap
mengoperasikan 19 tim monitoring dalam Survei Okupansi 3.000 hektare lahan kelapa sawit ilegal yang Pekanbaru
Harimau Sumatra (Sumatra Wide Tiger Survey) bersama telah diserahkan kepada pemerintah Aceh
Wildlife Conservation Society. pada 2009 – 2011. Dari luas tersebut, baru
2.000 hektare yang telah dikembalikan
PANTAU KEJAHATAN HUTAN fungsinya sebagai hutan. Di sebagian wilayah
restorasi, FKL bersama masyarakat yang
Pemantauan kerusakan hutan Leuser dilakukan tim khusus
menanami bekas perkebunan ilegal dengan
terlatih. Ada 12 tim di seluruh Ekosistem Leuser: Aceh tanaman hutan serba guna: durian, jengkol,
Tamiang, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener petai, aren, asam gelugur dan lainnya. SUMATR A
Meriah, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Selatan dan Kawasan hutan yang direstorasi merupakan Padang BAR AT
Nagan Raya. Selain itu, FKL mengaktifkan 4 tim monitoring habitat penting harimau sumatra.
perdagangan satwa liar. Data-data dilaporkan ke pihak
berwenang untuk penegakan hukum. Bersama Taman
Nasional Gunung Leuser, FKL memasang kamera jebak untuk
JAMBI
memonitor perburuan di beberapa akses penting ke taman
nasional.
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
SELAMA PATROLI 2014 - 2017, TIM MENGAMANKAN:
4.542 300
AREA DIPERBESAR KAWASAN
KONSERVASI
jerat, di antaranya jerat harimau. DI LUAR
TAMAN NASIONAL
Bengkulu
Banda Aceh
UPAYA SUMATRA
ACEH
WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS)
INDONESIA PROGRAM
LANSKAP LEUSER - RAWA SINGKIL
TEMUKAN-LINDUNGI-INSPIRASI Aksi konservasi harimau bersama Balai Besar Taman Nasional
Dalam menjalankan misinya, Wildlife Conservation Society Gunung Leuser dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh
menerapkan tiga strategi pokok: intervensi berbasis sains, berupa monitoring populasi harimau dan mangsanya, patroli
pengembangan kemitraan, dan penggalangan dukungan kawasan, migitasi konlik manusia-satwa liar, dan penegakan
TAMAN NASIONAL Medan
masyarakat. Untuk mencapai tujuannya, WCS memakai GUNUNG LEUSER
hukum. Selain itu, WCS mendukung balai taman nasional
pendekatan “Menemukan-Melindungi-Menginspirasi” meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
atau “Discover-Protect-Inspire”. WCS menerapkan strategi Sementara di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, dilakukan patroli
pengamanan kawasan, dan migitasi konlik manusia-satwa liar,
konservasi harimau tersebut di Taman Nasional Gunung
termasuk harimau.
Leuser, Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Taman Nasional SUAKA MARGASATWA
Bukit Barisan Selatan, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Taman RAWA SINGKIL
RIAU
DAYA UNGKIT DALAM KONSERVASI
Sebagai mitra Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Pekanbaru
Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, WCS membangun kapasitas lembaga dan KAWASAN TUTUPAN
meningkatkan daya ungkit dalam menjalankan misi konservasi. KONSERVASI HUTAN
DI LUAR 2014
Membangun landasan kelembagaan yang lebih kuat dengan TAMAN NASIONAL
memperkuat WCS sebagai organisasi untuk mendukung TAMAN NASIONAL
JAMBI Jambi
AKSI DI TINGKAT TAPAK TAMAN NASIONAL
BERBAK SEMBILANG
Di tingkat tapak, WCS mengembangkan berbagai aksi
konservasi bersama balai taman nasional dan balai konservasi
sumber daya alam terkait. Untuk mitigasi konflik manusia TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
dengan harimau, WCS mengajak masyarakat di kawasan
penyangga untuk membangun kandang anti-serangan satwa
liar. Di sejumlah desa penyangga taman nasional, WCS juga
mendorong satuan tugas masyarakat yang mandiri dalam
Palembang
menangani konflik. Dalam hal ini, ada tim Wildlife Response
Unit (WRU) yang menanggapi dan mendampingi satuan BENGKULU
tugas. Upaya penegakan hukum melalui Wildlife Crime Unit
dan Forest Crime Unit. Sementara itu, WCS juga mendukung SUMATRA SELATAN Bersama Balai
balai taman nasional meningkatkan efektivitas pengelolaan BUKIT BARISAN SELATAN - Taman Nasional
kawasan konservasi dengan management effectiveness BUKIT BALAI REJANG Bengkulu Way Kambas,
tracking tools (METT). Upaya bersama Balai WCS memonitor
Konservasi Sumber Daya Alam populasi harimau,
Bengkulu dan Balai Besar patroli kawasan,
BUKIT BALAI
Taman Nasional Bukit Barisan REJANG SELATAN migitasi konlik
Selatan untuk memantau LAMPUNG manusia-satwa dan
populasi, patroli perlindungan, penegakan hukum.
migitasi konlik, satgas mandiri
TAMAN NASIONAL
konlik, dan kandang anti-
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN WAY KAMBAS
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS) - INDONESIA serangan satwa liar.
PROGRAM. TAMAN NASIONAL
KILOMETER BUKIT BARISAN SELATAN Bandarlampung
0 105 210
LANSKAP
BUKIT BARISAN SELATAN
KAWASAN
PENYELAMATAN DAN KONSERVASI KONSERVASI WILAYAH
DI LUAR KERJA PKHS
HARIMAU SUMATERA (PKHS) TAMAN NASIONAL
GEMBONG RAHWANA
Berkuasa selama tiga tahun, kurun Oktober 1995 sampai
Oktober 1998. Palembang
BUYUNG
Penerus Gembong, yang berkuasa selama 4 tahun, antara
Oktober 1997 sampai Februari 2001. S U M AT R A S E L ATA N
BENGKULU
GOGON
Penerus Buyung ini terpantau pertama kali pada Juni 1999. Ia
penguasa terlama: 12 tahun, antara 1999 sampai 2011.
Bengkulu
GIBRAL
Mendominasi setelah masa Gogon, dan masih berkuasa
hingga 2015.
Pemantauan populasi
harimau berjangka panjang
antara 1995-2015, dengan
LAMPUNG menentukan Tiger Intensive
Monitoring Area (TIMA). Ini
adalah kawasan yang cukup
TAMAN NASIONAL luas, dengan tipe habitat
WAY KAMBAS yang mewakili kawasan Way
Kambas. Lokasi TIMA di
tengah kawasan, seluas 13
TAMAN NASIONAL x 13 km persegi, atau sekira
BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung 13 persen dari luas Taman
Nasional Way Kambas.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KILOMETER
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: MUHAMMAD YUNUS, PENYELAMATAN DAN KONSERVASI
HARIMAU SUMATERA (PKHS). 0 105 210
LANSKAP
WAY KAMBAS
H A R A PA N N U S A N TA R A
GARIS DEPAN
KONSERVASI HARIMAU
158 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 159
PENGANTAR
162 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 163
PENDEKATAN BENTANG ALAM: SEBUAH SOLUSI?
Berkembangnya teknologi dalam dunia konservasi, seperti kamera
jebak, radio pelacak, dan kalung berpiranti GPS, banyak membantu
dalam menambah pengetahuan tentang harimau. Teknologi telah
memperbaiki dalam menaksir populasi, memahami tingkah laku dan
ekologi harimau.
Semakin mudahnya penyebaran informasi juga membuat para
praktisi semakin memahami fakta konflik manusia-harimau yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Selain perburuan dan
perdagangan bagian tubuhnya, kini disadari konlik menjadi salah satu
ancaman bagi harimau. Dalam beberapa kasus, konlik sering berakhir
ditangkapnya harimau. Tidak jarang, konlik berakhir dengan kematian
harimau akibat amukan masyarakat. Padahal, sering kesalahan bukan
di pihak harimau, namun manusia-lah yang merangsek ke habitat
harimau.
Saat hutan Sumatra masih luas, populasi penduduknya masih
jarang, industri berbasis lahan masih terkendali, manusia dan harimau
sumatra hidup di relungnya masing-masing. Meski ada interaksi,
namun di antara kedua spesies ini tidak saling menekan. Pada kondisi
seperti itu, pendekatan konservasi konvensional yang hanya ‘bermain’
di kawasan konservasi, mungkin cukup untuk melestarikan harimau.
Namun, situasinya kini jauh berbeda. Perubahan besar telah terjadi
selama 30 tahun terakhir: kawasan hutan banyak dirombak menjadi
lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan infrastruktur. Sebagai
satwa berwilayah jelajah luas, hal itu memaksa harimau harus melintas
dan mencari makan di areal yang berubah. Itu juga berarti harimau
harus mengambil risiko terbesar: berhadapan dengan manusia.
Namun bukan berarti tanpa harapan. Kini, untuk melestarikan
harimau perlu memperhatikan cakupan wilayah yang lebih luas,
melampui batas kawasan konservasi. Dengan kata lain, upaya konservasi
harimau harus menggandeng para pihak di sekitar kawasan konservasi.
Untuk meminimalkan risiko kepunahan harimau, dibutuhkan
pendekatan yang tepat dan inovatif: melibatkan semua aktor di satu
mosaik bentang alam dengan berbagai peruntukan lahan. Dan, juga
Mosaik hutan alam dan hutan tanaman di satu konsesi hutan mendorong para pihak untuk mengambil perannya masing-masing.
tanaman industri, dengan berbagai peruntukan lahan lain di Pendekatan bentang alam atau lanskap konservasi harimau,
sekitarnya di bentang alam Provinsi Riau. Citra yang diabadikan telah diperbincangkan sejak lebih dari 10 tahun lalu. Pendekatan ini
pada Oktober 2015 ini menunjukkan kerumunan hutan alam menjalar dipercaya tepat dan ampuh untuk mengatasi tantangan konservasi
di sela hutan tanaman, yang memberikan koridor bagi harimau dan saat ini. Pendekatan ini pun seharusnya dapat digunakan dalam upaya
satwa lain untuk melintas ke wilayah lain. melestarikan harimau sumatra. Tentu dengan syarat: para pihak, dari
pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, sampai masyarakat di satu
lanskap memiliki persepsi dan tujuan yang sama.
FOTO: APP SINARMAS
164 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 165
Masyarakat perlu memahami dan menyadari, mereka berkebun,
berladang, memelihara ternak dan mencari penghidupan di areal
yang juga dihuni harimau. Mereka menggunakan ruang yang sama
dengan harimau, sehingga memahami perilaku ekologinya menjadi
satu keniscayaan. Ini merupakan ‘modal dasar’ untuk menghindari
terjadinya konlik manusia-harimau.
Pada saat yang sama, diperlukan keberpihakan pemerintah
pusat dan daerah pada konservasi harimau, dengan menimbang
keberadaan harimau dalam merancang kebijakan penataan ruang
untuk pembangunan. Selain itu, pemerintah juga harus lebih serius
dalam menjaga dan mengamankan kawasan-kawasan hutan yang
menjadi tanggung-jawabnya. Seiring dengan itu, untuk memberikan
efek jera, pemerintah mesti tegas dalam menegakkan hukum bagi
para pelaku kejahatan kehutanan dan konservasi.
Pada kawasan hutan yang terlanjur berubah, ataupun yang kelak
akan dikembangkan menjadi areal budidaya, ada regulasi yang
mewajibkan setiap konsesi mengalokasikan 10 persen arealnya
untuk kawasan lindung. Kawasan lindung dalam konsesi, baik hak
guna usaha ataupun hutan tanaman industri, penempatannya harus
disesuaikan dengan kebutuhan harimau. Namun, agaknya itu saja
dirasa belum cukup. Babi hutan (Sus di luar kawasan konservasi. Ini bakal menjadi kontribusi signiikan
Areal-areal konsesi masih perlu dikaji nilainya bagi kepentingan scrofa) yang hidup di dari pelaku industri dalam pelestarian harimau di Sumatra.
konservasi. Kajian ini untuk mengetahui secara indikatif, daerah- areal hutan tanaman Untuk legalitas eksistensi areal-areal bernilai konservasi tinggi di
daerah mana saja dalam konsesi yang menjadi lintasan dan habitat merupakan salah satu satu bentang alam, dapat dikemas dalam skema kawasan ekosistem
harimau, serta areal-areal berhutan mana yang harus dipertahankan. mangsa favorit harimau. esensial. Inisiasinya dapat didorong melalui Direktorat Jenderal
Dengan demikian, dalam operasionalnya, para pemegang konsesi Mencegah perburuan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian
dapat mengelola dengan pendekatan ‘pengelolaan terbaik’ (best hewan mangsa dapat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang lalu dikukuhkan dengan
practices) agar kawasannya menjadi ramah konservasi harimau. menjamin ketersediaan
peraturan daerah. Selanjutnya, pengelolaan bentang alam dapat
pakan di lanskap
Para pihak dalam satu bentang alam tidak dapat berupaya secara dilakukan melalui satu forum, atau memberdayakan Kesatuan
industri, sehingga
parsial. Perlu berkoordinasi, agar bercak-bercak hutan dalam setiap Pengelolaan Hutan, yang telah ditetapkan pemerintah untuk
dapat mengurangi
konsesi dapat berfungsi optimal. Selanjutnya, perlu memetakan mengelola setiap jengkal kawasan hutan.
potensi konlik
kawasan lindung, areal bernilai konservasi tingggi, areal berhutan Konsep lanskap nampaknya cocok untuk menjawab tantangan
manusia-harimau. Foto
dengan stok karbon tinggi, serta perladangan masyarakat, untuk ini diabadikan kamera yang dihadapi dalam konservasi harimau. Saat ini, habitat harimau
memastikan keterhubungan antar-habitat dan koridor harimau jebak pada Oktober di Sumatra sebagian besar berada pada satu mosaik bentang alam
dalam satu lanskap. 2017 di satu konsesi dengan penggunaan lahan untuk berbagai tujuan. Keadaan tersebut
Perambahan dan pembalakan liar bisa terjadi di setiap kawasan HTI di Riau. menuntut para pihak untuk mengupayakan terciptanya harmoni
hutan. Tidak terkecuali di dalam areal konsesi. Maka, para pelaku antara manusia dengan harimau.
industri sudah semestinya berupaya serius dalam menjaga keutuhan Hidup ko-eksis ini dapat menghindari pecahnya konlik manusia-
kawasan lindung, areal bernilai konservasi, areal dengan stok karbon harimau. Lebih jauh, pengelolaan dengan pendekatan bentang alam
tingginya, dan mencegah perburuan liar. dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yang menjaga
Bila hal tersebut dilakukan, areal konsesi dapat berfungsi menjadi keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi dengan konservasi.
batu loncatan, koridor, dan bahkan habitat tambahan bagi harimau ***
FOTO: APP SINARMAS
166 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 167
DESA DAN KONSERVASI HARIMAU
AGUSTINUS WIJAYANTO DAN AKBAR A. DIGDO
168 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 169
Salah satu praktik pembangunan berkelanjutan berupa
pertanian intensif di lahan warga Desa Tanjung Belit. Pertanian
intensif dapat mencegah pembukaan lahan baru yang dapat
mengganggu habitat harimau (atas). Kearifan lokal menjadi
modal sosial untuk mendorong masuknya upaya konservasi
dalam pembangunan desa, seperti panen ikan di lubuk
larangan di Kampung Ludai (kanan). Sebaliknya, pengelola
kawasan konservasi sepantasnya memberi ruang partisipasi
di blok pengelolaan. Dengan skema kemitraan, masyarakat
berkesempatan memanfaatkan jasa lingkungan suaka
margasatwa, seperti ekowisata dan air.
170 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 171
MENAUTKAN KONSERVASI DENGAN DESA
Dua kebijakan berpeluang untuk menyelaraskan desa dengan
konservasi. Kebijakan pertama: undang-undang desa;
kebijakan kedua: undang-undang kehutanan dan konservasi. PEMBELAJARAN DARI RIMBANG BALING
Kedua kebijakan itu beserta turunannya, dipadukan dalam DAPAT MENJADI PERTIMBANGAN
bentuk pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam
rencana desa dan rencana pengelolaan kawasan konservasi. DALAM MENYELARASKAN KEPENTINGAN
KEBIJAKAN DESA KONSERVASI DAN PEMBANGUNAN DESA
Dokumen rencana tata
Internalisasi di ruang, dan rencana jangka
DI TEMPAT LAIN.
UU No. 6/2014 Permendagri
desa melalui menengah kabupaten dan
PP No. 43/2014 No. 114/2014
perencanaan desa provinsi.
172 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 173
PENGINTAI DALAM SENYAP
ERNI SUYANTI MUSABINE
174 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 175
Pada 24 April 2013, penyakit parasiter adalah kematian. Ini pernah terjadi pada harimau
tim medik veteriner korban jerat pemburu dan konlik di Muara Emat, Kerinci, Jambi,
memeriksa harimau pada November 2011. Setelah berhasil diselamatkan, harimau nahas
yang menderita itu akhirnya meregang nyawa. Hasil pemeriksaan bedah bangkai
penyakit parasiter. menunjukkan ia terinfestasi berbagai jenis cacing.
Harimau yang lesu Lantas bagaimana mengobati harimau liar yang sakit? Agak sulit
ini diselamatkan dari menjawab pertanyaan ini. Harimau sakit tentu perlu diselamatkan
rawan terserang parvovirus, hepatitis, distemper, serta Toxocara sp
Talang Sebaris, Seluma, dengan cara ditangkap dengan kandang jebak, lalu diisolasi untuk
dengan patogenitas tinggi, dan bisa menginfeksi manusia.
Bengkulu (kiri). Dengan pengobatan. Jawaban itu sederhana, tapi rumit.
Dari sisi konservasi, penyakit parasiter bisa menular dari harimau
nekropsi, medik dapat Yang lebih masuk akal: meminimalkan penularan penyakit dari
sakit ke harimau sehat. Penularan penyakit parasiter bisa melalui satwa
menelisik adanya larva hewan domestik ke harimau liar. Upaya ini pernah dilakukan dengan
mangsa, ataupun dari hewan domestik yang sakit. Penularan terjadi migran pada organ hati
saat harimau memangsa hewan domestik yang sakit. Atau, bisa juga vaksinasi anjing-buru dan anjing piaraan masyarakat yang berdiam di
harimau itu (atas).
melalui kontaminasi feses, air, dan tanah yang tercemar agen penyakit. kawasan hutan dan di daerah rawan konflik. Selain itu, juga ada
Sementara itu, penyakit dari cacing, ada jenis Paragonimus sp., layanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan hewan domestik.
Dipylidium sp. dan larvanya. Infeksi campuran dari cacing-cacing Upaya lain adalah mencegah masuknya anjing-buru babi ke habitat
tersebut menyebabkan kematian harimau dengan beberapa gejala harimau dan daerah rawan konlik. Ini mengingat beberapa anjing
klinis, seperti dehidrasi, jinak, rambut rontok, dan kurus. buru di Sumatra ada yang menderita penyakit yang bisa ditularkan
Selain endoparasit, ada juga ektoparasit yang dijumpai pada kepada harimau liar—contohnya, cacing jantung.
harimau sumatra, yaitu Rhipicephalus sp. Infestasi caplak ini dapat Pemukiman yang dekat hutan membuat harimau lebih mudah
menyebabkan iritasi, dan anemia. Parasit ini juga vektor biologis berinteraksi dengan manusia. Masyarakat pedalaman Sumatra biasa
penyakit parasit darah protozoa Babesia dan bakteri intraseluler memelihara hewan, seperti anjing penjaga dan anjing-buru. Kebiasaan
Ehrlichia canis. Yang terakhir ini, agen penyebab penyakit Erlichiosis memelihara ini tentu berisiko membuka kontak penyakit dari hewan
yang sering menyerang anjing. domestik ke harimau liar.
Penyakit parasit darah yang ditemukan pada harimau adalah Perlu dipikirkan juga, di masa mendatang, ada tim medik yang bisa
Anaplasmosis dengan gejala klinis berperilaku pasif dan lesu. bergerak untuk mencegah penularan penyakit dari hewan domestik
Anaplasma spp dilaporkan menyebabkan penyakit pada kucing, ke harimau—dan sebaliknya. Sejauh ini, yang telah dilakukan adalah
namun belum diketahui prevalensi infeksi, manifestasi penyakit, serta melatih dokter hewan yang tinggal di daerah rawan konlik.
rekomendasi pengobatannya. Pelatihan yang berlangsung sejak 2011 sampai 2018 ini salah satu
Catatan-catatan medis tersebut menunjukkan penyakit berpotensi materinya tentang penanganan medis harimau yang diduga sakit,
mengurangi populasi harimau di alam liar. Dampak terburuk infestasi harimau korban konlik dan perburuan liar. ***
FOTO: BALAI KSDA BENGKULU FOTO: ERNI SUYANTI MUSABINE
176 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 177
LUKA DAN NESTAPA KONFLIK
SUGENG DWI HASTONO
180 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 181
Caplak menyerang
harimau sumatra
yang menjadi korban
konlik (atas). Cacing
nematoda yang
menembus usus dan
bersarang di diafragma
harimau (bawah).
POTENSI ANCAMAN PENYAKIT LAIN
Selain sakit – penyakit di atas, masih ada potensi penyakit lain yang
tak kalah membahayakan bagi harimau. Harimau yang merupakan
hewan dalam familia felidae rentan terhadap infeksi Toxoplasma sp
yang memang memiliki inang utama dari keluarga kucing dan kucing
besar. Terlebih lagi, cara utama penularan toxoplasmosis adalah
memakan daging mentah yang terinfeksi toxoplasma.
Kemudian ada rabies yang disebabkan Lyssa Virus, yang dapat
menyerang semua hewan berdarah panas. Penyakit ini berpotensi
menjadi ancaman, mengingat tim medik pernah menemukan
kasus rabies pada primata, lutung dan makaka—salah satu mangsa
harimau.
Jangan lupa juga, beberapa provinsi di Sumatra: Lampung, Sumatra
Utara, dan Aceh, merupakan wilayah endemis rabies. Toxoplasmosis
dan rabies adalah penyakit yang bersifat zoonosis: dapat menular
dari hewan ke manusia, atau sebaliknya.
Satu lagi penyakit yang mengkhawatirkan: canine distemper virus
(CDV). Ini salah satu penyakit virus yang bersumber dari anjing,
dan beberapa jenis karnivor lainnya. Sejumlah laporan menyebut
CDV dapat menyebabkan perubahan perilaku harimau, yang bisa
berujung kematian.
Potensi penularan penyakit ini semakin besar karena pemburu
babi hutan sering membawa anjing ke dalam hutan. Dalam beberapa
kali insiden konlik, ada kasus harimau yang memangsa anjing. Bila
anjing-buru yang ke hutan maupun anjing yang dimangsa harimau
terinfeksi virus CDV, mereka dapat menularkan penyakit ini ke
harimau. Masuknya pemburu babi bersama anjing ke hutan adalah
ancaman penularan CDV—juga beberapa penyakit lain.
Seluruh penyakit ini memang tak selalu menyebabkan harimau
penderita menemui ajal secara langsung. Tapi, tetap saja memengaruhi
kelestarian populasi karena harimau sakit akan menurun kemampuan
berburunya. Ia lantas terdorong mencari buruan yang mudah di
pemukiman. Dengan demikian, harimau sakit dapat menyulut
konlik. Penyakit CDV juga dapat mengurangi kemampuan bayi
harimau untuk bertahan hidup, ataupun membuat harimau rentan
terhadap penyakit lain.***
FOTO: SUGENG DWI HASTONO (SEMUANYA)
182 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 183
YANG TERSIRAT
DARI BALIK KONFLIK
MUNAWAR KHOLIS
184 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 185
PEMBELAJARAN 2: MENANGANI SEJAK MASIH DINI
Pemerintah pusat tidak tinggal diam dalam menghadapi situasi
konlik satwa dan manusia. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.48/Menhut-II/2008 merupakan kemajuan besar dalam membekali
kapasitas dan menempatkan petugas di lapangan untuk menangani
konlik satwa liar. Meski dalam praktiknya masih ada kekurangan,
namun semangat menanggulangi konlik sudah tertanam secara
formal.
Penanganan konlik dilakukan sesuai dengan tingkat risikonya.
Karena itu, diperlukan pemahaman dan penguasaan situasi konlik,
seperti dijelaskan peraturan menteri itu.
1. Risiko rendah. Konlik tidak berpotensi mengancam
keselamatan manusia maupun harimau, tetapi menimbulkan
rasa takut dan tidak aman. Tindakan langsung di lapangan tidak
terlalu mendesak. Perlu tindakan pemantauan dan persiapan
masyarakat untuk menghindari konlik.
2. Risiko sedang. Konlik tidak berpotensi mengancam
keselamatan manusia dan harimau bila dilakukan langkah-
langkah penanganan. Pada tahap ini perlu pengiriman tim
penanggulangan konlik ke lokasi.
3. Risiko tinggi. Konlik berpotensi sangat mengancam
tak banyak. Referensi yang banyak menjadi rujukan deforestasi di Populasi manusia keselamatan manusia bila tidak dilakukan langkah-langkah
Sumatra adalah studi Belinda Margono dan kawan-kawan pada menduduki lahan di penanganan.
2012 dan 2014. hutan Taman Nasional Konlik berisiko rendah tentu saja dapat meningkat levelnya jika
Analisis citra menunjukkan menyusutnya hutan Riau selama dua Bukit Barisan Selatan, tidak ditangani secara dini dengan pencegahan yang tepat. Beberapa
dekade terakhir terjadi di dataran rendah, pegunungan, dan wilayah lalu merombaknya contoh penanganan konlik secara dini: sosialisasi, penghalauan, dan
perbatasan lahan basah. Hanya saja, perlu dicatat, tak semua bentuk menjadi kebun kopi.
memperbaiki kebiasan beternak masyarakat dengan mengandangkan
deforestasi tersebut bertentangan dengan peraturan kehutanan. Di seputar tempat ini,
ternak pada sore dan malam hari.
ditemukan jejak-jejak
Meski begitu, citra satelit ini cukup untuk menampilkan hubungan Penanganan konlik sejak dini bertujuan untuk meminimalkan
harimau. Semakin
deforestasi dengan pola konlik harimau. dampak; mengajak masyarakat berperilaku secara aman di wilayah
masuk ke hutan,
Indikasinya jelas: ada hubungan sebab-akibat antara ketersediaan yang ada harimau, lalu menghalaunya; dan melakukan antisipasi agar
manusia tanpa sadar
habitat dan insiden konlik. Lantaran itu, perlu kebijakan lebih kuat meningkatkan risiko konlik berkepanjangan dapat dicegah.
untuk memastikan tersambungnya antar-habitat kecil, dan kualitas konlik. Di Aceh misalnya. Kendati jumlahnya terbilang tinggi, namun
habitat harimau di daerah rawan konlik. Ini sebagai upaya untuk sebagian besar konlik berisiko ringan: harimau hanya melintas dan
mitigasi konlik. memangsa ternak. Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh
Sebenarnya, pecahnya konlik tidak terjadi secara mendadak. dan mitranya segera merespon saat level konlik masih rendah. Respon
Sebelum meletus, ada berbagai faktor awal yang saling terkaitan, cepat ini untuk mencegah dampak konlik berkembang menjadi
yang tanpa disadari membuka peluang konlik. Faktor itu lumayan membahayakan manusia dan satwa. Metode ini terlihat cukup efektif:
banyak, mulai dari deforestasi, degradasi lahan—baik legal maupun sejak 2011 tidak terjadi lagi kematian harimau akibat konlik.
ilegal, perburuan, hingga kebiasaan beternak dengan melepas hewan Dengan demikian, untuk dapat menanggapi saat konlik masih
piaraan. Dari pengalaman selama dua dekade belakangan terdapat berisiko rendah, diperlukan sistem pemantauan yang efektif sehingga
beberapa pembelajaran utama dalam menanggulangi konlik. informasi dini dapat direspon secara cepat.
FOTO: AGUS PRIJONO
186 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 187
PEMBELAJARAN 3: PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN
Untuk menangani konlik secara memadai harus dengan
sudut pandang yang luas. Karena itu, prinsip bentang alam dalam
penanggulangan konlik menjadi induk dari segala upaya penanganan
teknis di lapangan.
Pertama-tama, mulai dari pemahaman bahwa konlik merupakan
gejala dari ketidak-seimbangan pengelolaan bentang alam. Strategi
penanggulangan konlik harus melibatkan para pihak yang bekerja
di bidang konservasi, pengelola kawasan hutan produksi, dan
pelaksana pembangunan daerah.
Dampak konlik bagi masyarakat dapat berupa kerugian ekonomi
dalam bentuk ternak atau hilangnya kesempatan untuk bekerja di
kebun lantaran situasi yang rawan. Kerugian paling tak ternilai adalah
hilangnya nyawa.
Tentu saja sudah pasti bahwa merespon konlik sejak dini akan
membutuhkan sumber daya waktu, tenaga, dan inansial yang tidak
sedikit. Karena itu, sudah semestinya tanggung jawab mitigasi
konlik menjadi beban bersama para pihak, sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Berbagi peran tersebut akan meringankan beban
penanggulangan konlik.
Konlik perlu ditangani secara komprehensif dari berbagai aspek:
kawasan hutan, satwa mangsa, koridor antar-hutan, keterlibatan
instansi terkait, dan masyarakat. Jadi, jelaslah mitigasi konlik tak
hanya bisa mengandalkan respon ‘reaktif ’. Di wilayah yang rawan
konlik, respon reaktif hanya akan memperburuk keadaan: masyarakat
akan mengambil tindakan sendiri yang bisa membahayakan kedua
belah pihak.
Kegagalan menitikberatkan mitigasi konlik secara komprehensif,
tanpa koreksi terhadap ketidakseimbangan ekosistem, berpotensi
akan terus menggiring harimau ke dalam pertikaian. Jangan sampai
sejarah di Jawa terulang kembali: konlik demi konlik terjadi, korban
berjatuhan, hingga akhirnya menyapu populasi harimau.
Pembangunan ekonomi ramah lingkungan yang tersurat dalam
rencana pembangunan daerah untuk memastikan mitigasi konlik
Mitigasi konlik menuntut banyak pihak terlibat. Contohnya: konlik menjadi bagian tugas strategis pemerintah daerah. Pemerintah daerah
gajah - manusia di lanskap Bukit Barisan Selatan. Pertikaian terjadi dapat berkontribusi dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat,
di hutan kemasyarakatan dalam wewenang Kesatuan Pengelolaan memperbaiki daya dukung lingkungan, dan menjaga konektivitas
Hutan. Untuk mengurus si gajah, melibatkan Balai Konservasi habitat harimau.
Sumber Daya Alam. Sementara itu, Taman Nasional Bukit Barisan Dengan demikian, konservasi harimau tak hanya menjadi
Selatan juga terlibat karena kawasannya menjadi habitat gajah. Dari tanggung jawab institusi konservasi sumber daya alam, tapi juga
sisi sosial, pemerintah daerah selayaknya mendampingi masyarakat. menjadi tujuan bersama yang terus digaungkan sebagai wujud nyata
Jadi, minimal ada empat pihak berwenang yang terlibat. capaian pembangunan berkelanjutan.***
FOTO: AGUS PRIJONO
188 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 189
MERAWAT KERINCI SEBLAT
WIDO R ALBERT
Taman Nasional Kerinci Seblat terbentang seluas lebih dari 1,3 juta
hektare. Dengan luasan tersebut, butuh usaha dan sumber daya yang
tak sedikit untuk upaya konservasi harimau sumatra di bentang alam
Kerinci Seblat.
Komponen pokok dalam upaya konservasi harimau di tingkat
tapak adalah perlindungan dan pemantauan populasi. Dalam
upaya tersebut, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat bersama
mitra kerja Fauna & Flora International – Indonesia Programme
membentuk tim konservasi harimau. Tim ini terdiri dua unit
kerja: Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) dan
Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS).
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat bekerja intensif
dalam upaya perlindungan: patroli rutin untuk mencegah perburuan
di dalam dan sekitar taman nasional. Sementara itu, Monitoring
Harimau Sumatera Kerinci Seblat secara berkala memantau populasi
harimau di sekitar Kerinci Seblat.
Usaha perlindungan dan pemantauan yang mencakup seluruh
taman nasional, berada di empat provinsi: Jambi, Sumatra Barat,
Sumatra Selatan, dan Bengkulu, dirasa sangat berat. Apalagi personel
dan dana juga terbatas. Tim Monitoring Harimau Sumatera memasang kamera jebak untuk
Untuk memaksimalkan perlindungan dan pemantauan, dipilihlah memantau populasi di lanskap Kerinci Seblat. Kawasan pemantauan
lokasi prioritas yang menjadi fokus utama patroli intensif dan hanya mencakup tak sampai 1/10 dari luas Taman Nasional Kerinci
pemantauan. Salah satu wilayah fokus tersebut dikenal dengan nama Seblat yang 1,3 juta hektare. Meski begitu, upaya di area kecil ini
Core area – Taman Nasional Kerinci Seblat. membuktikan patroli dan pemantauan intensif dapat menjaga
Area pemantauan itu terbilang kecil dibandingkan dengan total populasi harimau, dan menurunkan ancaman perburuan.
luas wilayah taman nasional. Luasnya tidak sampai 1/10 dari luas
taman nasional. Wilayah ini terletak di bagian tengah taman nasional,
yang membentang di Jambi dan Bengkulu. Berdasarkan pengamatan
berkala, core area masih memiliki populasi harimau yang baik.
Namun, tingkat ancaman perburuan juga tinggi.
FOTO: AGUS PRIJONO
190 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 191
Kamera jebak menghasilkan citra
individu-individu harimau di area
pemantauan Kerinci Seblat. Dari citra
yang terkumpul selama beberapa tahun,
tim mengetahui perkembangan populasi
harimau di lanskap ini. Tak jarang,
kamera juga memotret orang-orang yang
memasuki taman nasional secara ilegal.
192 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 193
Saat senja menjelang, ibu ini menggiring
kerbaunya ke dekat rumahnya. Pemukiman
di pelosok Kerinci Seblat ini dikelilingi taman
nasional, yang menjadi rumah harimau. Tata
cara beternak ini perlu diperbaiki untuk mitigasi
konlik. Salah satunya caranya: melindungi
ternak di kandang yang kokoh.
FOTO: EDY SUSANTO
194 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 195
MEMBILANG SANG DATUK
FEBRI A. WIDODO
196 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 197
Makan siang sahaja di tengah hutan saat pemasangan kamera jebak.
Menunya: sambal teri, tahu, kerupuk (atas). Untuk survei lapangan
lebih dari dua pekan, setiap orang membawa beban setidaknya 15
kg beras, dan kebutuhan lainnya. Seringkali, tim mesti melewati jalur-
jalur ekstrem demi mencapai titik lokasi pemasangan kamera. Kerja
keras ini kadang berakhir memilukan bila kamera dicuri atau dirusak
orang yang tak bertanggung jawab (kiri).
198 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 199
Dari rekaman kamera jebak, peneliti
mengetahui identitas setiap harimau yang
terpotret dengan menelisik pola loreng di
sisi kiri dan kanan tubuhnya. Jadi, perlu
sepasang kamera buat memotret sisi kanan
dan kiri. Foto ini Ini baru satu contoh pola
loreng di sisi kiri, yang harus dilengkapi
dengan foto sisi kanan. Dengan mengenali
setiap individu, di suatu wilayah, peneliti
bisa menduga populasi harimau.
Hanya saja, pengembangannya masih belum sempurna, terutama
ukurannya yang cukup besar dan kapasitas energinya masih terbatas.
Akankah di masa datang lahir kamera jebak super-canggih yang
mampu memantau 360 derajat, mengirim obyek ke peneliti, aman
dari pencurian, dengan kapasitas energi besar, dan tentu saja harganya
terjangkau?
Apapun itu, kehadiran peneliti di lapangan tetap penting karena
ia perlu merasakan langsung suasana habitat harimau. Peneliti tak
hanya duduk di belakang meja, sembari menunggu hasil jepretan
datang otomatis.
Analisis gambar dari jepretan kamera jebak selama ini masih
memerlukan peneliti untuk mengidentiikasi individu, dan menduga
populasi dengan perangkat lunak terpisah. Akankah kelak ada
perangkat lunak yang bisa menganalisis secara otomatis foto, lalu
langsung muncul angka dugaan populasi harimau?
Selain itu, identiikasi individu juga dapat dilakukan dengan
menggunakan informasi genetik DNA (deoxyribonucleic acid).
Survei lapangan untuk mengoleksi DNA harimau tidak murah dan
sulit. Survei dengan cara ini umumnya dilakukan bila penempatan
kamera jebak tidak memungkinkan untuk analisis.
Pendekatan DNA tak banyak digunakan dalam menduga populasi,
melainkan lebih untuk tujuan lain, seperti mengetahui kekerabatan
harimau. Sejauh ini, tingkat keberhasilan dalam mengoleksi DNA
harimau pun masih minim. Agaknya, perlu perangkat baru yang dapat
memudahkan mengoleksi informasi genetik harimau.
Perkembangan lain yang perlu perhatian adalah kegandrungan
memakai pesawat nir-awak atau drone dalam konservasi satwa liar.
Sejauh ini masih belum ada drone yang mampu menghitung populasi,
semisal memindai suatu kawasan, lalu diketahui jumlah harimaunya.
Di sisi lain, penggunaan pesawat ini juga perlu dibatasi. Soalnya, alih-
alih untuk mendukung upaya konservasi, drone bisa dimanfaatkan
pemburu untuk mengejar harimau di alam liar.***
FOTO: WWF - INDONESIA/BALAI BESAR KSDA RIAU
200 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 201
Kamera jebak mengabarkan berita yang cukup
mengggembirakan: di beberapa tempat
harimau terekam sedang kawin. Citra ini
menunjukkan harimau masih punya harapan
untuk berkembang biak di alam liar Sumatra.
FOTO: WWF - INDONESIA/BALAI BESAR KSDA RIAU
202 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 203
HARIMAU DATARAN TINGGI
WULAN PUSPARINI
204 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 205
Total individu harimau yang terekam kembali (recapture) yang Harimau betina dewasa Belum diketahui dengan pasti apakah perbedaan deteksi jenis
cukup rendah ini menunjukkan dinamika populasi di Langkat sangat yang terfoto pada kelamin di habitat yang berbeda ini mencerminkan respon harimau
tinggi, dengan tingkat keberlanjutan hidup (kesintasan) antar-periode survei 2010 dan 2013 di terhadap perbedaan gangguan. Mungkin saja ini hanya keunikan
0,85. Nilai ini cukup baik bagi populasi harimau. Bicara sedikit lebih Langkat (atas). Harimau spesiik yang ada di setiap area. Contohnya, di area lain dari lanskap
teknis, dengan pendekatan analisis multisession dari spatially explicit jantan yang terekam di Leuser, yaitu di Aceh Selatan, harimau yang terfoto di pegunungan
capture recapture, ternyata harimau di Langkat populasinya stabil...! Aceh Selatan (kanan). justru harimau-harimau jantan, dan tanpa ada harimau yang terfoto
Itu berita baik mengingat banyaknya ancaman di daerah penyangga di dataran rendah.
di wilayah Langkat. Oh ya, untuk melihat kecenderungan populasi, Meski banyak harimau di Leuser hidup di pegunungan, tapi dari
nilai yang harus dibandingkan adalah kepadatan, yaitu jumlah foto, mereka tak terlihat kurus atau kekurangan makanan. Memang,
harimau per 100 km persegi. Jadi yang dibandingkan bukan jumlah mangsa utama harimau, seperti rusa dan babi hutan, paling banyak
harimau total, ya. Ini dilakukan agar perbandingan lebih sahih, karena menghuni hutan dataran rendah hingga perbukitan. Tapi, hasil analisis
berbicara dengan satuan luasan yang sama dan standar. Analisis pemodelan okupansi terlihat di pegunungan Langkat pun masih ada
permulaan menunjukkan kepadatan harimau di Langkat selama 2010 mangsa, seperti kijang muncak. Sebaran satwa mangsa, seperti rusa
hingga 2018 kira-kira sama, yaitu 1 harimau per 200 km persegi. dan babi, semakin sedikit seiring naiknya tinggi tempat. Itu berbeda
Habitat optimal untuk kesintasan jangka panjang karnivor terbesar dengan kijang muncak yang tak sensitif terhadap tinggi tempat, yang
di Sumatra ini adalah area yang aman dari gangguan manusia, menyukai area dengan tutupan hutan yang baik dengan sumber air.
banyak mangsa, serta sumber air di hutan dataran rendah. Tapi, Harimau-harimau di Leuser menunjukkan betapa luasnya relung
seperti umumnya hutan dataran rendah Sumatra, Langkat dikelilingi habitat dan lentingnya daya hidup karnivor ini. Mereka bisa hidup
ancaman langsung, seperti kerusakan habitat dan perburuan satwa lestari di berbagai tipe habitat, bahkan hingga di ketinggian di mana
mangsa. Atau, bahkan mungkin juga perburuan harimau itu sendiri. satwa mangsa jauh lebih sedikit dibandingkan di hutan dataran
Menarik untuk dilihat, harimau yang terfoto kamera jebak di hutan rendah. Resep utama keberlanjutan hidup harimau sepertinya
dataran rendah Langkat adalah harimau-harimau jantan, sedangkan adalah area yang aman dari gangguan manusia dan tersedianya satwa
harimau-harimau betina terfoto di area pegunungan. Perbandingan mangsa. Bila ini dipenuhi, harimau akan beradaptasi menyesuaikan
jumlah individu harimau: satu jantan untuk setiap empat betina. dengan lingkungan untuk hidup dan berkembang biak. ***
FOTO: WCS-IP, TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER FOTO: WCS-IP, USAID, BKSDA ACEH,
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
206 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 207
MEMBURU PEMBURU SI RAJA RIMBA
GIYANTO
208 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 209
Sidang kasus perdagangan
harimau sumatra pada 1 Juni
2016, dengan tersangka berinisial
AS dan MAS di Pengadilan Negeri
Biruen, Aceh.
210 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 211
JUMLAH KASUS BERKEKUATAN HUKUM TETAP 2003 - SEPTEMBER 2018.
35
Meningkatnya jumlah penangkapan
bukan berarti naiknya perburuan
harimau. Itu dapat dijadikan petunjuk
meningkatnya kemampuan dan
komitmen aparat dalam 4-5 tahun
terakhir. Ini dimungkinkan dengan UPAYA PENEGAKAN HUKUM
semakin terlatihnya aparat dalam 11 12
Penegakan hukum bagi pelaku kejahatan harimau sumatra sudah
mendeteksi daerah rawan kejahatan 7
satwa liar, mampu menyelesaikan dilakukan dan masih berjalan hingga saat ini. Sejak 2003, sedikitnya
perkara, dan partisipasi aktif dari ada 64 operasi penangkapan yang berhasil sampai putusan hukum
lembaga terkait. 2003-06 2007-10 2011-14 2015-’Sep 18 di pengadilan. Operasi penangkapan yang terbanyak terungkap,
dan pelakunya menjalani proses hukum, terjadi pada antara 2015 –
RERATA VONIS KURUNGAN DAN DENDA
September 2018, yaitu 35 penangkapan.
2003 - SEPTEMBER 2018. Meningkatnya jumlah penangkapan bukan berarti meningkatnya
44,5 Rerata hukuman kurungan kejahatan terhadap harimau sumatra. Namun hal itu dapat dijadikan
Rerata vonis kurungan bagi pelaku selama 2003- petunjuk meningkatnya kemampuan dan komitmen aparat dalam
(bulan) 2006: 25,6 bulan, kemudian 4-5 tahun terakhir.
25,6 menurun pada 2007-
22,6 2010: 20,7, dan 2011-
Hal itu dimungkinkan dengan makin terlatihnya aparat dalam
20,4
2014: 8,8. Namun selama mendeteksi daerah rawan kejahatan satwa liar, mampu menyelesaikan
2015-September 2018 kembali perkara, dan partisipasi dari pihak terkait—Kementerian Lingkungan
8,8 Rerata hukuman denda meningkat dengan rerata 22,6
(juta)
Hidup dan Kehutanan, polisi, bea cukai, dan aparat bandara AvSec.
bulan. Sedangkan untuk rerata
denda cenderung meningkat
Dari 64 penangkapan itu, 104 pelaku telah divonis di meja hijau—
? 8,1 sampai September 2018. Setiap pelaku divonis dengan hukuman
3,1 dalam setiap periodenya, yang
tertinggi terjadi pada 2015 - kurungan dan denda yang beragam. Hukuman tertinggi: 48 bulan,
2003-2006 2007-1010 2011-2014 2015-’Sep 18 September 2018: Rp 37,6 juta. dengan denda seratus juta rupiah di Riau pada 2016. Jumlah pelaku
yang divonis hukuman kurungan lebih dari 24 bulan sejak 2003
sebanyak 27 orang, yang 21 vonis di antaranya terjadi pada periode
DAFTAR VONIS HUKUMAN PENJARA LEBIH DARI 24 BULAN 2015 - September 2018, dan enam vonis pada periode sebelumnya.
KURUNGAN (BULAN) DENDA (JUTA RP)
Terjadi penurunan jumlah rata-rata hukuman kurungan kepada
SUBSIDER (BULAN)
RIAU - 2016 48 100 1 pelaku dari 2003-2006 sampai 2011-2014. Namun terjadi peningkatan
BENGKULU - 2016 48 60 3 yang signiikan pada periode 2015 sampai September 2018, dengan
ACEH - 2018 50 4
rata-rata vonis: 44,5 bulan.
48
Sedangkan untuk rata-rata denda cenderung meningkat dalam
RIAU - 2016 48 50 3
setiap periode. Rata-rata denda tertinggi terjadi pada 2015 - September
BENGKULU - 2017 42 50 5
2018, yaitu Rp 37,6 juta. Meningkatnya hukuman dalam 4 tahun
BENGKULU - 2017 42 30 6 terakhir menunjukkan kasus kejahatan terhadap harimau menjadi
LAMPUNG - 2003 42 ? kasus yang serius—khususnya bagi jaksa dan hakim. Sehingga, vonis
LAMPUNG - 2005 42 ? hukuman lebih tinggi dari periode sebelumnya.
LAMPUNG - 2003 36 ? Selain itu, hal tersebut barangkali juga karena adanya peningkatan
BENGKULU - 2017 36 50 5 kapasitas penanganan tindak pidana satwa liar dalam 4 tahun
LAMPUNG - 2018 36 50 4
terakhir. Pemantauan kasus-kasus harimau yang sedang ditangani
LAMPUNG - 2018 36
juga menghasilkan hukuman yang signiikan.
50 4
Pemantauan ini penting mengingat penyidik, jaksa, dan hakim,
ACEH - 2016 36 50 3
perlu mendapatkan informasi status konservasi satwa, nilai kerugian
BENGKULU - 2016 36 30 2
negara, atau dampak ekologi hilangnya harimau. Pemantauan kasus
JAMBI - 2017 30 100 2 tak hanya dilakukan oleh praktisi hukum, namun juga media massa
LAMPUNG - 2005 32 ? yang berkontribusi dalam menyebarluaskan hasil penanganan
SUMATRA UTARA - 2008 32 ? perkara.***
LAMPUNG - 2003 30 ?
212 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 213
RELAWAN BERHATI HARIMAU
LAKSMI DATU BAHADURI
214 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 215
Relawan menelisik jejak harimau di
sebatang pohon saat aksi sapu jerat.
Aksi ini berpeluang menjadi gerakan
yang mewadahi partisipasi publik dalam
pengamanan kawasan konservasi.
216 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 217
KONSERVASI EX-SITU
HARIMAU SUMATRA
LIGAYA TUMBELAKA
218 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 219
CADANGAN TERAKHIR
Populasi di lembaga konservasi ex-situ menjadi cadangan terakhir bila harimau sumatra liar punah di
alam. Caranya: pengembangbiakan terkontrol untuk menjaga kemurnian jenis dan mencegah kawin
sedarah. Pendataan silsilah dilakukan secara nasional maupun internasional. Lembaga konservasi juga
sarana edukasi bagi masyarakat, dan tempat belajar tenaga kesehatan untuk pengendalian harimau.
Gelata Lestari
129
di 18 lembaga konservasi Indonesia
keeper. Pemindahan atau transfer harimau sumatra akan terjadi
guna pencapaian strategi ini.
Bagi lembaga konservasi PKBSI yang ingin memelihara harimau
Tambling Wildlife
Nature Conservation POPULASI CADANGAN SEKUNDER akan dimungkinkan, dengan syarat memenuhi sarana dan prasarana
kandang, sumberdaya manusia berkompeten, dan mengikuti standar
Taman Safari Indonesia II
Kebun Binatang
Taman Rimbo Jambi
Agrowisata Sido Muncul
265
Amerika Utara, Eropa, Australasia, Jepang
pemeliharaan harimau. Syarat ini juga berlaku bagi semua lembaga
konservasi yang telah mempunyai harimau sumatra.
Bila sampai saat ini masih belum memenuhi standar pengelolaan,
Taman Satwa Cikembulan
Garut dengan pedoman PKBSI-GSMP, lembaga konservasi perlu segera
mencapai standar itu. Untuk itu, Perkumpulan Kebun Binatang se-
POPULASI HARIMAU SUMATRA 6 TAHUN POPULASI JANTAN DAN BETINA 6 TAHUN Indonesia akan segera menyusun pedoman standar pemeliharaan
TERAKHIR TERAKHIR
dan perkembangbiakan harimau sumatra.
120 60 Sampai saat ini, 265 harimau sumatra dikelola di luar Indonesia.
ekor
ekor Ini membentuk populasi ex-situ sekunder, atau cadangan harimau
100 50 sumatra, yang perlu diperhatikan populasi dan keragaman mutu
genetiknya. Hampir semua harimau sumatra di luar negeri punya
kekerabatan satu sama lain.
Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan dengan cara
memberikan kesempatan harimau populasi sekunder memperoleh
darah baru dari PKBSI yang tak berkerabat. Sehingga, tidak perlu
perbaikan genetik di PKBSI, dan dapat menjadi kandidat berharga
untuk dikawinkan dengan harimau sumatra di luar Indonesia di
masa mendatang. Kegiatan ini untuk meningkatkan kelangsungan
populasi global harimau sumatra, yang terkoordinasi dalam Global
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Species Management Plan. ***
2013 2014 2015 2016 2017 2018
220 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 221
PELEPASLIARAN
HARIMAU SUMATRA
AHMAD FAISAL DAN YOAN DINATA
222 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 223
Pun, tim medis perlu mengambil sampel biologis, seperti darah,
feses, dan rambut. Tak hanya untuk medis, pencuplikan sampel
juga penting buat pemeriksaan genetika. Informasi genetika kelak
bermanfaat dalam pengelolaan kantong-kantong populasi harimau
yang tersebar di kawasan yang terfragmentasi—yang dihuni beberapa
harimau, bahkan sangat sedikit individu.
Sampel biologis tersebut juga dapat menjadi bahan penelitian,
mengingat sedikitnya informasi untuk pemantauan kesehatan harimau
liar. Uji laboratorium terhadap sampel darah dapat memberikan
informasi mengenai kesehatan harimau apakah terinfeksi parasit,
bakteri, virus, ataupun adanya kelainan sistemik tubuh lainnya.
Namun, berdasarkan pengalaman, nampaknya perlu adanya
panduan dalam menentukan kondisi harimau liar yang memadai Harimau bernama Gadis Liku ini akhirnya keluar dari kandang
untuk dilepasliarkan. Misalnya saja, status kesehatan standar untuk untuk bebas kembali di Taman Nasional Kerinci Seblat. Ia sempat
melewati perawatan selama dua bulan di Taman Margasatwa dan
menentukan apakah harimau dapat dilepas langsung, atau masih perlu
Budaya Kinantan Bukittinggi. Pada Mei 2016, ia memangsa sapi
intervensi medis sebelum pelepasan. Dengan demikian, penilaian
masyarakat di Ranah Pesisir, Pesisir Selatan. Setelah penghalauan,
kesehatan sesuai standar baku, bukan berdasarkan subjektivitas
rupanya ia masih berkeliaran. Untuk mencegah jatuhnya korban
dokter hewan.
manusia maupun si harimau, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Melengkapi aspek kesehatan, aspek biologi juga perlu diperhatikan Sumatra Barat memutuskan untuk menangkapnya. Sebelum
dalam menyelamatkan harimau konlik. Salah satunya: apakah harimau dilepaskan kembali, tim medis memeriksa kesehatan Gadis Liku.
konlik itu perlu ditangkap atau tidak. Seandainya perlu ditangkap,
harus juga menimbang kemungkinan dan peluang pelepasliaran
pasca-penangkapan. Aspek biologi yang perlu diperhatikan antara
lain umur, jenis kelamin, dan tingkah laku. Hal-hal itu yang menjadi
dasar yang menentukan harimau tangkapan dapat segera dilepas,
berikut tahap-tahap pelepasliarannya.
Dalam banyak kasus, harimau konlik yang ditangkap adalah
dewasa muda yang produktif, umur tiga sampai lima tahun, sehingga
penting dilepasliarkan untuk menunjang keberlangsungan populasi
harimau di alam.
Harimau betina yang produktif memiliki prioritas untuk
dilepasliarkan agar dapat berkembang biak. Sementara itu, pejantan
berperan untuk menjaga dan menyebarluaskan variasi genetik.
Namun demikian, di sisi lain, perlu juga memperhatikan sejarah
konlik dan tingkah laku si harimau. Misalnya, apakah harimau itu
pernah memangsa manusia atau menyerang ternak.
Untuk harimau dengan riwayat pernah memangsa manusia,
atau biasa disebut man-eater, beberapa ahli dan praktisi tidak
merekomendasikan untuk dilepasliarkan. Pengalaman dari beberapa
kasus di India, meski sudah melewati proses rehabilitasi, dan lalu
dilepas, harimau yang pernah memangsa manusia ternyata kembali
melakukan perbuatannya.
FOTO: WILSON NOVARINO (SEMUANYA)
224 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 225
Tidak hanya pada saat pelepasliaran, tim ini bertugas mulai dari
sebelum sampai sesudah pelepasliaran. Pendeknya, tim bekerja
mulai dari menentukan titik lokasi lepas, tahap-tahap saat pelepasan,
dan pemantuan usai lepas liar.
Lokasi pelepasliaran ditentukan berdasarkan kajian ekologi dan
analisis kesesuaian habitat dengan variabel spasial dan non-spasial.
Secara umum, kajian ekologi menyangkut beberapa hal, seperti
ketersediaan mangsa, ancaman perburuan, aktivitas manusia, tipe
habitat, topograi, populasi harimau liar, dan sosial masyarakat.
Tentu saja titik pelepasliaran yang sangat disarankan adalah lanskap
yang sama dengan lokasi penangkapan si harimau. Harapannya, hal
ini dapat menjaga keberlangsungan populasi harimau di lanskap
tersebut.
Setelah pelepasliaran, tim akan memonitor pergerakan harimau.
Pada tahap inilah kalung GPS sangat berguna untuk memantau
pergerakan dan lokasi harimau secara berkala. Pemasangan kalung
GPS sebaiknya dilakukan pada saat harimau dibius dalam pemeriksaan
kesehatan menjelang pelepasan.
Pemasangan kalung GPS mendekati pelepasan ini untuk
menghindari pemakaian baterai yang tidak perlu. Dan, perlu juga
memastikan kalung GPS dapat berfungsi baik, dan sabuknya tidak
mencederai harimau.
Pemantauan pergerakan harimau dapat dilakukan selama periode
yang telah disepakati bersama tim monitoring. Jika terdeteksi
harimau mendekati pemukiman, atau tak bergerak dalam waktu
Desain kandang angkut tak terlalu terbuka agar harimau tak terlihat lama, tim harus segera menuju titik lokasi untuk memeriksanya.
dari luar. Namun kandang mesti berventilasi, dan berlubang pakan Jika harimau berada dekat pemukiman, maka tim dapat
yang cukup, untuk mencegah harimau mengalami stres. Saat melakukan pengusiran. Jika terdeteksi tak bergerak dalam waktu
pelepasan, harimau dipastikan dalam keadaan sadar, dan cukup lama, tim harus memeriksa ke titik lokasi untuk mengonfirmasi
isitirahat usai pengangkutan. Alat dokumentasi, katrol penarik keadaan si harimau.
pintu, jalur keluar harimau, dokter hewan, dan petugas bersenjata Hanya saja, pemantauan dengan kalung GPS hanya untuk jangka
api mesti dipersiapkan secara matang dan siap siaga. pendek, hanya dalam kisaran beberapa bulan. Sementara untuk
pemantauan jangka panjang, tim dapat memakai kamera jebak.
Akhirnya, harimau pemangsa manusia itu harus ditangkap kembali, Pelepasliaran harimau selalu menjadi berita yang sensasional di
atau ditembak mati. Kendati begitu, hal itu masih menjadi perdebatan media massa. Namun ada juga aspek lain yang tak kalah penting,
para ahli dan praktisi sehingga perlu penelitian lebih lanjut. yaitu upaya memperbaiki habitat harimau dan perlindungan dari
Dalam menentukan harimau tangkapan layak dilepasliarkan atau perburuan. Tanpa upaya-upaya itu, pelepasliaran akan menjadi
tidak, harus berdasarkan pertimbangan tim yang terdiri dari dokter kurang berguna.
hewan, ahli biologi dan ekologi harimau. Dan selanjutnya, unit Pada akhirnya, upaya pelepasliaran dapat dikatakan berhasil bila
pelaksana teknis konservasi sumber daya alam setempat membentuk harimau dapat bertahan hidup berdampingan dengan manusia, dan
tim pelepasliaran: dokter hewan, ahli biologi, polisi kehutanan dan populasinya tetap terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan perencanaan
pihak terkait lainnya. dan penanganan yang baik dengan melibatkan para pihak terkait.***
FOTO: AHMAD FAISAL - ZSL INDONESIA
226 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 227
INSPIRASI DARI SAINS
FAHRUL AMAMA
228 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 229
Selama 2008-2017, Wildlife Response Unit telah merespon 550
konlik harimau-manusia dan mendorong pembangunan 500 unit
kandang anti-pemangsaan di 50 desa di lanskap Leuser dan Bukit
Barisan Selatan. Dari pengalaman, respon cepat unit ini sangat
menentukan keberhasilan dalam penanganan konlik. Dan, yang tak
kalah penting, tim mampu memelihara persepsi positif masyarakat
terhadap harimau.
Hasilnya, hingga kini di lanskap Leuser dan Bukit Barisan Selatan,
tidak ada harimau yang terbunuh akibat aksi balas dendam karena
memangsa ternak. Kandang anti-pemangsaan juga amat efektif, dalam
arti tak tercatat adanya harimau memangsa ternak di dalam kandang.
Secara konsisten pula, WCS mendukung penegakan hukum
dari pihak berwenang. Penegakan hukum memberikan efek jera
untuk mencegah pembunuhan harimau dengan dalih balas dendam.
Tindakan balas dendam ditengarai juga berkaitan dengan perburuan
dan perdagangan harimau. Di sisi lain, untuk meningkatkan persepsi
positif terhadap harimau, WCS menggelar kampanye penyadartahuan
masyarakat. Kampanye dibarengi dengan promosi prinsip hidup ko-
eksis dengan membangun sikap toleran terhadap keberadaan harimau.
Hasilnya, sudah sewajarnya semua upaya tersebut bisa mengurangi
ataupun menghentikan ancaman bagi harimau dan habitatnya. Staf Balai Besar Pada 2017, WCS menginisiasi pengembangan masyarakat
Indikasi positifnya dapat dilihat dari hasil survei kamera jebak di Taman Nasional Bukti desa mandiri (MDM) dalam mitigasi konlik di sebelas desa di
Bukit Barisan Selatan pada 2015. Untuk kawasan hutan dataran Barisan Selatan dan lanskap Leuser dan Bukit Barisan Selatan. Konlik yang sporadis,
rendah Bukit Barisan Selatan, perkiraan kepadatan harimau 2,8 tim Wildlife Response tersebar luas, dan cenderung berulang membutuhkan kemandirian
individu per 100 kilometer persegi adalah angka yang bagus. Unit WCS berdiskusi masyarakat dalam menanganinya. Dengan bekal mitigasi konlik,
Di Gunung Leuser, khususnya di Langkat-Bendahara, hasil dengan satuan tugas masyarakat setempat bisa lebih cepat dalam menanggapi konlik
survei menunjukkan indikasi peningkatan populasi. Pada 2010, konlik mandiri di desa harimau. Masyarakat desa mandiri dapat meredam konlik agar
perkiraan kepadatan harimau 0,44 individu per 100 kilometer Sukaraja. Satgas mandiri
tidak berkembang menjadi membahayakan kedua belah pihak.
ini memungkinkan
persegi, meningkat jadi 0,46 pada 2013. Dan pada 2018, angkanya Wildlife Response Unit bekerja bersama masyarakat membangun
warga melakukan
naik menjadi 0,59 individu. kemandirian itu melalui pendampingan, pelatihan, sosialisasi dan
mitigasi konlik untuk
Hasil analisis deforestasi di Gunung Leuser dan Bukit Barisan kampanye. Di lanskap Leuser, delapan desa di Aceh dan Sumatra
menyelamatkan
Selatan juga menggembirakan. Laju kehilangan hutan di Taman Utara telah didampingi sejak 2017. Lima desa di antaranya, Seumanah
manusia dan satwa.
Nasional Gunung Leuser pada 2011 yang 0,29 hektare per tahun, Jaya, Panton Lues, Batu Napal, Terlis, dan Listen, telah membentuk
berkurang menjadi 0,27 di 2015. Dan, pada 2017 menjadi 0,01. Semua kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan satgas mitigasi konlik
hasil positif ini menunjukkan implementasi yang konsisten akan sendiri. Dua satgas mitigasi konlik yang terbentuk telah bekerja
membawa dampak positif bagi pelestarian harimau dan habitatnya. efektif berdasarkan surat keputusan desa.
Di Bukit Barisan Selatan, penurunan laju deforestasi cukup tinggi Sementara di Bukit Barisan Selatan, satgas mitigasi konlik di
terjadi, khususnya di wilayah perlindungan intensif (IPZ). Laju desa mempromosikan pembangunan kandang ternak anti-serangan
deforestasinya menurun dari 0,18 persen per tahun pada 2000-2005 harimau kepada masyarakat. Peternak mulai membangun kandang
menjadi 0,02 persen pada 2005-2011. Pada 2011-2015, laju deforestasi anti-serangan secara mandiri, dan memandangnya sebagai proteksi
menjadi -0,04 yang menunjukkan bertambahnya tutupan hutan dari terhadap investasi dalam usaha peternakan. Masyarakat yang
suksesi sekunder di areal bekas perambahan—khususnya di Resor berketrampilan, sadar, dan berdaya, pada gilirannya akan menjelma
Sukaraja Atas. menjadi masyarakat mandiri pelestari harimau.***
FOTO: AGUS PRIJONO
230 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 231
KEARIFAN DI BATAS BUKIT BARISAN SELATAN
232 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 233
Masyarakat Pesanguan, desa penyangga
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, memiliki
satuan tugas mandiri konlik satwa liar dengan
manusia. Satuan tugas ini berada di garis
depan pananganan konlik, mengingat lokasi
yang terpencil dan sulit dijangkau tim Wildlife
Respon Unit WCS dan taman nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO
234 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 235
AKSI KONSERVASI DI ULU MASEN
SILFI IRIYANI
236 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 237
Keumala Rangger
713 km
1.017 kubik
masyarakat sekitar hutan desa memiliki pemahaman yang baik
tentang harimau sebagai satwa dilindungi, juga gajah, trenggiling, dan
orangutan.
PEMBALAKAN KAYU Selama 2016 – 2018, tim patroli menemukan 233 tanda-
665 101
tanda aktivitas perambahan, 665 tanda pembalakan liar, 19 tanda
pertambangan ilegal, 136 temuan tanda perburuan satwa. Patroli
juga menghancurkan 119 jerat, dan temuan 1.000 kubik kayu hasil
PERAMBAHAN penjarahan. Patroli juga menemukan tanda keberadaan harimau
233 sumatra berupa jejak dan rekaman kamera jebak. Tantangan terbesar
yang dihadapi dalam konservasi harimau, di antaranya penegakan
PERBURUAN hukum terhadap aktivitas yang mengancam habitat dan harimau.
Untuk mengatasi tantangan itu, FFI Aceh bersama Balai
136 45
Konservasi Sumber Daya Alam, dan KPH I melakukan koordinasi
JERAT DIHANCURKAN dan bersinergi secara aktif. Salah satu upaya yang dilakukan secara
119 nyata: mensinergikan rencana kerja, memperkuat kapasitas tim, dan
penyadartahuan bersama. ***
PERTAMBANGAN
FOTO: RADINAL/FFI ACEH
19
238 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 239
Hari patroli Jarak tempuh
HUTAN DESA DAN KONSERVASI
DEDI KISWAYADI
240 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 241
Hutan desa di Ulu Masen sungguh
berlimpah hasil bumi. Salah satunya
durian. Warga ini memikul durian
dari hutan desa, melewati seutas
kabel penyeberangan.
242 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 243
HARIMAU RAWA GAMBUT
TOMI ARIYANTO DAN YOAN DINATA
246 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 247
MENYISIR ANCAMAN BAGI HARIMAU
248 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 249
KONSERVASI DI LANSKAP PRIORITAS
RUDIJANTA T NUGRAHA
250 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 251
Dalam mendorong perlindungan, proyek tidak terbatas pada
penanganan perburuan dan perdagangan ilegal harimau, tetapi juga
menekan tingkat perambahan di kawasan konservasi. Selain patroli
untuk pencegahan dan penindakan perambahan, upaya lain melalui
dukungan penyelesaian perambahan dengan kemitraan konservasi,
seperti sedang dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kawasan konservasi merupakan harapan terakhir pelestarian
harimau dalam jangka panjang. Dengan demikian, pengelola mesti
fokus pada tujuan kawasan konservasinya. Bila memang untuk
perlindungan spesies misalnya, perlu kegiatan yang berfokus pada
konservasi spesies. Jadi, demi pencapaian tujuan itu, pengelolaan
kawasan yang efektif menjadi perhatian utama.
Dalam skala yang lebih luas, pengelolaan kawasan konservasi tidak
bisa berdiri sendiri, tetapi berupa jaringan antar-kawasan. Kawasan
konservasi bisa dibilang hanya sebagian kecil dari lanskap harimau
yang lebih luas. Pada tataran lanskap, upaya konservasi harimau mau
tak mau mesti melibatkan pihak-pihak lain: pemerintah daerah,
perkebunan, perusahaan hutan tanaman dan masyarakat. Pengalaman
menunjukkan, tidak mudah untuk mengajak dan melibatkan pihak
lain di luar kalangan konservasi.
Itulah sebabnya, kapasitas kelembagaan pengelola konservasi
di tingkat nasional juga perlu ditingkatkan untuk mempermudah
koordinasi dan sinergi lintas-kementerian, pemerintah daerah dan
industri budidaya. Inilah yang menjadi perhatian penting dalam
meningkatkan keterhubungan dan keterkaitan para pihak dalam
konservasi harimau.
Selama tiga dekade terakhir, harus diakui adanya peningkatan
cukup signiikan, dari mulai banyaknya lembaga yang terlibat sampai
meningkatnya kapasitas pemantauan, perlindungan, mitigasi konlik,
dan kesadaran publik. Selain itu, peralihan generasi juga berjalan
dengan banyaknya lapisan usia muda yang terlibat dalam konservasi
harimau.
Sebagai kucing besar terakhir yang dimiliki Indonesia, punahnya
harimau sumatra pasti merugikan di tingkat lokal maupun global.
Kepadatan ternak di dekat kawasan hutan menjadi salah satu Secara nasional, Indonesia akan kehilangan salah satu spesies
faktor pemicu konlik harimau dengan manusia. Mitigasi konlik kebanggaan yang berperan dalam memelihara jaringan ekosistem di
memerlukan dua pendekatan: teknis penanganan konlik dan non- habitatnya. Secara global, kalangan ilmuwan akan kehilangan potensi
teknis menyangkut pengelolaan masyarakat dalam menyikapi. Itu sumberdaya dan pengetahuan yang bisa didapatkan dari keberadaan
berarti mitigasi konlik membutuhkan keterlibatan banyak pihak harimau sumatra.
untuk menangani dengan dua pendekatan tersebut. Tujuan akhir Apapun tantangan dan kendalanya, selagi masih ada waktu,
dari mitigasi konlik: masyarakat aman, harimau selamat. harimau sumatra pantas mendapatkan perhatian dan kerja keras
dari seluruh elemen bangsa.***
FOTO: EDY SUSANTO
252 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 253
REFLEKSI KONSERVASI HARIMAU
254 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 255
Global Tiger Initiative bisa dibilang lompatan penting dalam
perkembangan konservasi harimau di Indonesia. Semua negara
harimau mendefinisikan aksi-aksi yang berpengaruh signifikan
terhadap konservasi harimau ke depan. Untuk Indonesia, ada
tiga aksi utama. Pertama, penguatan kapasitas pengelola kawasan
konservasi di lanskap utama dan kapasitas pemantauan populasi di
area pemantauan. Kedua, mengembangkan kolaborasi antar-sektor
pemerintahan di lanskap prioritas. Dan ketiga, mengembangkan
pendanaan berkelanjutan. Salah satu hasil dari Global Tiger Initiative
adalah proyek konservasi harimau Global Enviroment Facility.
Seiring berakhirnya strategi konservasi 2007-2017, kini memasuki
babak ketiga untuk 2018-2028. Kini, para pihak menyusun strategi
dengan berbekal sains yang berkembang selama 2007 -2017. Sepanjang
kurun itu, pengetahuan konservasi harimau telah mengalami banyak
perkembangan. Salah satunya, analisis kesintasan populasi harimau—
biasa disebut PVA, population viable analysis.
Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut membuat masalah dan
tantangan lebih terang benderang dengan pasokan data deforestasi,
perburuan, konlik, sosial, dan sebagainya. Dan kini, semakin jelas
semua tantangan itu terjadi hampir di seluruh lanskap konservasi
harimau.
Bila dibandingkan yang pertama dan kedua, yang hanya mencakup
beberapa lanskap, strategi konservasi 2018 – 2028 mengkaji seluruh
petak hutan yang dihuni dan tidak dihuni harimau.
Hanya saja, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, tentu Warga di Pulau Secara saintiik, selama dasawarsa lalu, memang aksi konservasi
masih ada yang perlu diperbaiki—itu juga berarti ada kemajuan. Tengah, Sungai Penuh, mengacu hasil penelitian yang mendorong perhatian ke lanskap
Dalam jangka sepuluh tahun sebelumnya, ada informasi yang nyata Jambi, menyaksikan utama yang dihuni 50 – 100 harimau. Karena fokus ke sana, konlik
bahwa strategi konservasi luput menangani populasi harimau di pergelaran Ngagah dan perburuan justru sering terjadi di lanskap yang belum tertangani.
lanskap-lanskap kecil. Harimau. Kesenian Harapannya, dalam strategi ke depan, ada mobilisasi pendanaan
Memang, selama 2007 – 2017, konservasi berfokus di lanskap ini membangkitkan untuk lanskap-lanskap kecil. Kelak, konservasi harimau di lanskap
besar dan utama. Hasil kajian peneliti memang mendorong arah kembali tradisi lama besar tetap berjalan, sembari mengelola populasi harimau di lanskap
pendanaan konservasi ke lanskap-lanskap besar. Pertimbangannya, yang punah seiring
kecil. Dengan demikian, secara ringkas, dalam konteks strategi
ketimbang mengelola seluruh lanskap yang bakal tidak efektif, hilangnya harimau
konservasi kini dikenal dua lanskap: yang terkelola dan belum
peneliti dan praktisi lebih menyarankan untuk melindungi lanskap di Pulau Tengah.
terkelola.
Konservasi harimau
besar yang menjadi sumber individu baru di lanskap kecil. Idenya: Untuk itu, perlu pembelajaran dari pengalaman konservasi
nampaknya pantas
populasi di lanskap utama diselamatkan terlebih dahulu, dengan harimau selama ini. Misalnya saja, pendekatan tim anti perdagangan
melibatkan budayawan
zona tanpa gangguan manusia, sehingga pertumbuhan populasinya ilegal cukup berhasil dalam hal jumlah penanganan kasus yang
dan seniman dalam
positif bagi lanskap lain di sekitarnya. ditangani. Itu bagus. Namun kenapa angka kasus perburuan dan
kampanye penyadaran.
Idenya disebut dengan konsep source-sink area. Sederhananya, perdagangan harimau masih tetap tinggi setelah 10 tahun berlalu?
ada daerah sumber populasi di lanskap besar—yang dilindungi dan Pantas diduga, harimau tersebut berasal dari lanskap-lanskap kecil
dikelola, dan lanskap kecil dengan populasi yang rentan hilang, yang belum terkelola. Atau, bisa juga berasal dari sebagian wilayah
entah karena konlik ataupun perburuan. lanskap besar, namun masih luput dari perhatian.
FOTO: AGUS PRIJONO
256 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 257
Tim Pelestarian Harimau Sumatra
Kerinci Seblat mengunjungi Renah
Pemetik, di batas taman nasional,
untuk mitigasi konlik harimau. Tim
ini melakukan sosialisasi kepada
masyarakat untuk mencegah ekskalasi
konlik. Tim ini berada di antara dua
kepentingan: menentramkan masyarakat,
menyelamatkan harimau.
258 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 259
Himbauan bagi masyarakat tentang
perlindungan spesies dilindungi di pelosok
Kerinci Seblat, yang berbatasan dengan taman
nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO
260 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 261
EPILOG
EPILOG 263
Saat jembatan desa sedang dibangun, anak-anak
membantu menyeberangkan kendaraan yang lewat.
Anak-anak pedalaman Kerinci Seblat ini calon generasi
yang kelak bisa berkontribusi dalam konservasi
harimau.
FOTO: AGUS PRIJONO
264 ATLAS KONSERVASI HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 265
CATATAN PUSTAKA
SUNARTO ekolog satwa di WWF, anggota Dewan Penasehat Forum HarimauKita, SUGENG DWI HASTONO berpraktik di Amanah Veterinary Services, Lampung.
dan Perkumpulan Konservasi Gajah Indonesia. Ia anggota dari tiga Specialist Sejak 2012, membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung dalam
Group IUCN, yaitu: Cats, Asian Elephants, dan Asian Rhino. Hasil studi dan menangani konlik satwa liar. Ia sering diminta karya baktinya oleh Taman
pengalamannya telah dipublikasikan di Tropical Biodiversity, PLoS ONE, Oryx, Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Suaka Rhino
Sinar Harapan, Kompas, Tempo, MetroTV, Majalah National Geographic, dan Sumatra. Ia aktif menjadi narasumber di Kementerian Lingkungan Hidup dan
Channel TV NatGeo Wild. Kehutanan. Pada 2017, ia bergabung sebagai anggota Forum HarimauKita.
ABMI HANDAYANI sedang studi di Universiteit Leiden, Belanda, dengan fokus MUNAWAR KHOLIS berkecimpung di konservasi harimau sejak 2002, diawali
sejarah kolonial dan global. Ia juga memiliki minat pada sejarah lingkungan dan dari pusat penyelamatan satwa (PPS). Ia menangani konlik harimau-manusia,
sejarah intelektual. berpatroli, monitoring populasi dan kegiatan awareness di Fauna-Flora
International dan Wildlife Conservation Society. Ia turut mengembangkan
DOLLY PRIATNA adalah kepala Departemen Konservasi Lanskap pada Asia Forum HarimauKita, dan saat ini menjadi ketua periode 2017-2019. Tahun
Pulp & Paper Group (APP) sejak 2012. Ia membuat strategi dan merancang 2016 bergabung dengan USAID-LESTARI untuk konservasi keragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayati, mengkoordinasikan kajian, pemantauan, Indonesia.
perlindungan, dan pengelolaan kawasan bernilai konservasi tinggi di konsesi
pemasok kayu. Secara bersamaan, ia juga mengajar di Program Studi Manajemen WIDO R ALBERT sejak 2014 berkiprah di FFI-Indonesia Programme sebagai
Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Pakuan Bogor. Saat ini masih koordinator Program Monitoring Harimau Sumatera di Taman Nasional Kerinci
tercatat sebagai Dewan Penasehat pada Asian Journal of Conservation Biology Seblat. Sejak duduk di bangku kuliah, ia telah tertarik pada konservasi satwa liar,
dan Forum HarimauKita, Wakil Ketua Dewan Pengurus Yayasan Belantara, dan dan berpartisipasi dalam konservasi khususnya harimau sumatra. Ia mengawali
Anggota Badan Pengembangan Usaha di Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia menjadi volunteer Forum HarimauKita sebagai anggota Tiger Heart Padang,
(APHI). kemudian anggota aktif Forum HarimauKita sejak 2015, dan pengurus pada
2017-2019.
AGUSTINUS WIJAYANTO saat ini aktif di Perkumpulan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam YAPEKA sebagai deputi direktur FEBRI A. WIDODO koordinator program penelitian dan pemantauan harimau
eksekutif. Yapeka adalah perkumpulan yang fokus pada pemberdayaan dan gajah untuk WWF – Indonesia Program Sumatra Tengah. Ia anggota
masyarakat dan pendidikan konservasi alam. Ia juga Livelihood Project manager Forum HarimauKita sebagai pengurus 2017-2019. Selain itu, Febri juga terlibat
untuk Intergrated Tiger Habitat Conservation Program di Rimbang Baling, Riau, ekspedisi dengan Biosphere Expeditions untuk konservasi harimau di Rimbang
bersama WWF-INDECON. Perhatian utama Agus adalah pengembangan strategi Baling. Selain tertarik pada satwa liar, ia juga berpengalaman dalam bidang
pengelolaan sumberdaya alam dan pemberdayaan masyarakat. ekowisata arung jeram dan Search and Rescue (SAR).
AKBAR A. DIGDO saat ini direktur eksekutif Perkumpulan Pemberdayaan WULAN PUSPARINI telah aktif di bidang konservasi harimau sejak 2008. Saat
Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam-YAPEKA. Ia punya minat khusus ini ia bekerja di Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
pada inisiatif konservasi berbasis masyarakat di kawasan lindung laut, pemantauan senior species conservation project. Selain memberikan nasihat teknis terhadap
pesisir, dan ekowisata. Akbar salah satu tokoh kunci di kalangan lembaga swadaya konservasi spesies di program terestrial, ia juga mengepalai Unit Sains yang
masyarakat untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Lingkungan bekerja lintas-program untuk menjamin pendekatan konservasi berlandaskan
Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) di sejumlah wilayah di Sumatra. kaidah ilmiah yang baik. Ia juga aktif menerbitkan jurnal ilmiah dan studi
untuk konservasi harimau.
ERNI SUYANTI MUSABINE berkiprah sebagai kepala urusan Program dan
Kerjasama Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu. Ia juga aktif di GIYANTO memulai kegiatan profesional di konservasi lingkungan pada 2004
advisory board ‘Centre for Orangutan Protection” dan “Animals Indonesia”. Di sebagai peneliti satwa liar. Bekerja untuk isu perdagangan ilegal satwa liar sejak
Forum HarimauKita, ia koordinator Human-Tiger Conlicts, Wildlife Diseases 2007 dengan monitoring pasar burung di Medan, Sumatra Utara. Bergabung
& Genetics Forum HarimauKita. Berbagai penghargaan telah ia terima: Kick dengan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program pada 2008 sebagai
Andy Heroes Awards, Perempuan Inspirasi Bidang Lingkungan ‘Garnita ketua Wildlife Crime Unit untuk perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar di
Malahayati’ Bengkulu, Perempuan Inspiratif NOVA kategori Perempuan dan Aceh dan Sumatra Utara. Saat ini ia menjabat senior Wildlife Crime Unit & Forest
Lingkungan, dan Lifetime Achievement Orangutan Friends Awards. Crime Unit specialist yang mengoordinasi tim di beberapa wilayah di Indonesia.
SILFI IRIYANI saat ini sebagai policy & governance coordinator, Fauna & OKTAFA RINI PUSPITA berkontribusi untuk peta di pustaka ini. Pada 2015, ia
Flora International – Aceh Program. Semenjak 2008, Sili telah berkiprah di bergabung dengan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
Wildlife Conservation Society dan Conservation International. Selain sebagai conservation management officer yang berhubungan dengan pengelolaan
anggota he International Association for he Study of he Commons (IASC), kawasan konservasi. Aktivitas itu utamanya terkait dengan implementasi dan
Sili juga berkiprah di beberapa bidang, di antaranya pengelolaan hutan, pengembangan sistem SMART yang terintegrasi dengan pengelolaan kawasan
REDD+, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pendidikan dan penyadaran, konservasi berbasis resor. Ia juga fasilitator penilaian efektivitas pengelolaan
mitigasi konlik manusia dengan satwa liar, sistem analisis dan pemodelan. kawasan konservasi.
DEDI KISWAYADI beraktivitas sebagai biodiversity and wildlife coordinator, AGUS PRIJONO adalah penulis lepas, ilustrator satwa liar, dan kontributor
Fauna & Flora International – Aceh Program. Ia pernah bekerja di Australian National Geographic Indonesia.
Indonesian Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD-
Ashraf, Mohammed. 2006. he Extirpation of Bali and Javan Tiger: Lessons From Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
he Past. Tiger Paper, July-September 2006, Regional Quarterly Bulletin on Jakarta.
Wildlife and National Parks Management. https://works.bepress.com/biocen Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.
trism/12/ C. Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera.
Boomgard, Peter. 1997. Hunting and Trapping in the Indonesian Archipelago, 1500- Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi
1950. Dalam: Boomgard, P., Colombijn, F., and Henley, D. (Editors). Paper Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Landscapes, Explorations in the Enviromental History of Indonesia. Leiden, KITLV PDF.
Press. Ng, J. and Nemora. 2007. Tiger Trade Revisited in Sumatra, Indonesia. TRAFFIC Southeast
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 - Asia, Petaling Jaya, Malaysia.
1950. Yale University. Pandji Yudistira. 2012. Sang Pelopor, peranan Dr. S H Kooders dalam Sejarah
Cribb, Robert. 1988. he Politics of Environmental Protection in Indonesia. Working Paper Perlindungan Alam di Indonesia. Kementerian Kehutanan.
No. 48, Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, Australia. Philip J. Nyhus and Ronald Tilson. 2010. “Where the tiger survives, biodiversity thrives”
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Kyoto Journal v75 pp 86-87 Available at: http://www.kyotojournal.org/biodiversity/
Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017. Departemen Kehutanan, Jakarta. BD_print/86/KJnyhus-tilson. pdf.
Franklin, N., Bastoni, Sriyanto, Siswomartono, D. Manansang, J., and Tilson, R. Last Pusparini, Wulan. 2016. Laporan Akhir Sumatran Tiger PVA 2016. Penyusun Wulan
of the Indonesian Tigers: a Cause for Optimism. Dalam: Seidenticker, J., Christie, Pusparini, Tomi Ariyanto, Lili Sadikin, Febri Anggriawan Widodo. Disusun
S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated Forum HarimauKita untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tidak
Landscapes. he Zoological Society of London, Cambridge University Press. dipublikasikan.
Haidir, I.A., Albert, W. R., Pinondang, I. M. R., Ariyanto, T., Widodo, F.A., dan Raharyono, D., dan Paripurno, E. T. 2001 Berkawan Harimau Bersama Alam. Yayasan
Ardiantiono. 2017. Pedoman Pemantauan Populasi Harimau Sumatera. Direktorat Kappala Indonesia, he Gibbon Foundation, Pusat nformasi Lingkungan Indonesia –
Konservasi Keanekaragaman Hayati. Direktorat Jenderal KSDAE, KLHK, Jakarta Jaringan Program Pergerakan LSM, Bogor.
Hoogerwerf, Andries. 1970. Udjung Kulon: he Land of the Last Javan Rhinoceros. Sjamni, Adnan. 1949. Sumatra Pulau Harapan. Graica, Djakarta.
Leiden: E.J. Brill. Schidmore, E.R. 1897. Java: he Garden of the East, Singapore: Oxford University Pess.
Jepson, P. & R.J. Whittetaker. 2000. Histories of Proctected Areas: Internationalisation Seidensticker, J., dan Suyono. 1980. he Javan tiger and Meru Betiri Reserve:
of Conservationist Values and heir Adoption in he Netherlands Indies (Indonesia). A plan for management. World Wide Fund, International Union for Conservation
Enviroment and History 8: 129 - 172. of Nature and Natural Resources, Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.
Jacson, P. & Nowell, K. 2008. Panthera tigris ssp. sondaica. he IUCN Red List of Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830 - 1939. Penerbit
hreatened Species 2008: e.T41681A10509194. Taman Siswa. Yogyakarta.
------------. 2008. Panthera tigris ssp. balica. he IUCN Red List of Sumardjani, Lisman. 2007. Konlik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman Untuk
hreatened Species 2008: e.T41682A10510320. Penyelesaian Terbaik. WG Ternure. PDF.
Kartawibawa, R. 1925. Bakda Mawi Rampog. Wedalan: Bale Pestaka. Sunarto, Widodo, E., dan Priatna, D. Tanpa tahun. Rajut belang: Panduan perbaikan
Kitchener, Andrew C. Tiger Distribution, Phenotypic Variation and Conservation praktik pengelolaan perkebunan sawit dan hutan tanaman industri dalam mendukung
Issues. Dalam: Seidenticker, J., Christie, S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger konservasi harimau Sumatera. Departemen Kehutanan, WWF, HarimauKita, ZSL.
Conservation in Human-dominated Landscapes. he Zoological Society of London, Sunquist, M., Karanth, U., dan Sunquist, F. Ecology, behaviour and resilience of the tiger
Cambridge University Press. and its conservation needs. Dalam: Seidenticker, J.,Christie, S., dan Jackson, P. 1999.
Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.C. Riding the tiger, tiger conservation in human-dominated landscapes. he Zoological
Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera. Society of London, Cambridge University Press.
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. he Ecology of Sumatra. he
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.
Margono, B. A., Turubanova, S., Zhuravleva, I., Potapov, P., Tyukavina A., Baccini, A., Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Goetz, S., and Hansen, M.C. 2012. Mapping and Monitoring Deforestation and Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo, Jakarta.
Forest Degradation in Sumatra (Indonesia) Using Landsat Time Series Data Sets Yudistira, Panji. 2012. Sang Pelopor, peranan Dr. S H Kooders dalam sejarah
from 1990 to 2010. Enviromental Research Letter, doi: 10.1088/1748- perlindungan alam di Indonesia. Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan
9326/7/3/034010 Lindung Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan.
Mill, Judy A. 2015. Blood of the Tiger, A Story of Conspiracy, Greed, and the Battle to Save
a Magniicent Species. Beacon Press, Boston, Massachusetts. REPRODUKSI FOTO
National Geographic Indonesia, Juli 2018. Arwah rimba, syaman dan tarian di Kerinci Foto-foto lama direproduksi dari beberapa sumber buku berikut:
yang menyatukan manusia dan harimau. - Sijthof, A.W. 1980. Java’s Onuitputtelijke Natuur, Reisverhalen,
Kartodirjo, S. dan, Suryo, D. 1994. Sejarah perkebunan di Indonesia, kajian sosial tekeningen en fotograieen van Franz Wilhelm Junghuhn.
ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. - Heijboer, Pierre. 1977. Klamboes, Klewangs, Klapperbomen. Den Haan.
Kartika, E. C. 2017. Spatio-temporal Patterns of Human Tiger Conlict in Sumatra 2010 - Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
-2016. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Konservasi Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo, Jakarta.
A and Natural Heritage (World Heritage Convention- 163, 172, 174, 181, 188, 194, 202, 206, 207, 209, 211,
Aceh 90, 93, 95, 97, 100, 106, 108, 116, 121, 122, 129, 130, UNESCO) 37 216, 217, 218, 219, 226, 230, 234, 237, 244, 249, 251, 252 L
134, 138, 139, 140, 141 Convention International Trade in Endangered Species of Harimau sunda 90 Lanskap belum terkelola 116, 117
Adu harimau dan banteng 60, 61, 70, 76 Wild Fauna and Flora (CITES) 37 Himpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda 71, 77 Lanskap konservasi harimau 116, 120, 128, 129, 138, 153
Alas Purwo 65, 71 Holosen 25 tiger conservation landscapes 116
Alfred Russel Wallace 78 D Hutan adat 130 bentang alam 161, 162, 163, 164, 165, 182, 187,
Amur 30 Dangkalan Sunda 24, 26, 28 Hutan desa 130 188, 230, 242, 243, 244, 246, 247
Anaplasma spp 174 Deforestasi 93, 98, 101, 105, 116, 118, 119 H. Zollinger 56, 5 Lanskap terkelola 116
Anaplasmosis 174 Deli 91, 94, 97 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 25, 32, 49, 57, 73,
Ancylostoma sp 173, 178 Dipylidium sp 174 I 74, 83
Amur 30 Dispersal 119 Ijen 63 Lembaga konservasi 177, 206, 212, 216, 217, 218, 219, 220,
ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Distemper 174, 181 India 30, 31 252
Natural Resources 1985 37 Indocina 30 Leuser 93, 94, 95, 116, 119, 120, 121, 122, 129, 138, 140,
Asahan 94, 97 E 141, 152
Asia 24, 25, 26, 28, 30, 33 E. R. Schidmore 78 J Leuweung Sancang 80
Asia Tenggara 24 Ehrlichia canis 174 Jawa 22, 25, 27, 28, 30, 31, 35, 36, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 49, Lodoyo 43, 45, 48, 60
50, 52, 54, 55, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 70, 71, 73, 76, 77, 78, Lumajang 61
B F 79, 80, 81, 83, 84, 85, 90, 92, 96, 97, 102, 105, 106, 110,
Bali 54, 56, 57, 58, 59, 71, 72, 74, 78, 80 Flagship species 47 111, 112, 113, 154 M
Bali Barat 56, 57, 71, 72 Flora & Fauna International 129 Jambi 173, 175, 179, 183, 188, 218, 242, 246, 255 Madiun 112
Baluran 61, 65, 81 FFI 129, 130, 131, 152 Jepara 70, 83 Macan kumbang 67
Bangli 56, 59 Forum HarimauKita 155 Macan tutul 60, 63, 64, 69, 70, 71, 73, 79, 111, 112
Banten 60, 61, 63, 70, 71, 73, 74, 83, 112 Forum Konservasi Leuser 129, 138 K Malaya 30
Banyumas 64, 81, 112 FKL 129, 138, 139 Kalimantan 25, 28 Malaysia 30
Banyuwangi 44, 61, 63, 65, 71, 81, 83, 112 Kamera jebak 161, 163, 165, 189, 191, 195, 197, 199, 202, Marapi 63
Batavia 64, 70, 73, 81 G 204, 221, 225, 228, 237, 243, 249 Meru Betiri 60, 61, 63, 64, 70, 71, 77, 81
Belanda 61, 70, 71, 73, 76, 77, 80, 84 Garut 64, 80 Kawasan konservasi 93, 94, 95, 99, 120, 128, 129, 130, 140, Museum Zoologi Bogor 25, 32, 49, 57, 73, 74, 83, 113
Benggala 30 Global Tiger Initiative 95 141, 153, 154, 160, 161, 163, 165, 166, 168, 170, 171, 212, Metapopulasi 119
Bengkulu 172, 173, 175, 183, 188, 253 Gunung Baluran 61 213, 214, 215, 226, 227, 248, 249, 251, 252, 254 Mitigasi konlik 42, 47, 160, 170, 171, 176, 184, 187, 193,
Berbak-Sembilang 93, 95, 144, 147 Gunung Honje 74 Kaspia 30 226, 227, 229, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, 250,
Besuki 46, 61, 83, 97, 112 Gunung Kidul 63, 65 Kediri 43, 44, 48 251, 257
Bhutan 31 Gunung Malabar 64, 80 Kepunahan 54, 55, 57, 58, 72, 73, 77, 80, 118, 119 Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS)
Blambangan 44, 45 Gunung Slamet 63, 71 Kerinci 42, 43, 44, 45 130
Blitar 22, 43, 45, 48, 49, 60, 65, 67, 71, 76, 83 G.W.F. Kehrer 84 Kerinci Seblat 94, 95, 109, 116, 119, 120, 124, 125, 127, 130,
Bogor 57, 70, 73, 74, 83, 84 131, 132 N
Boja 65, 81 H Kolonial 56, 60, 61, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 80, 85 National Tiger Recovery Program (NTRP) 95
Bukit Balai Rejang 117, 119, 141, 154 Hama harimau 83 Konlik 56, 60, 61, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 80, 85, 92, 93, 94, Ngagah Harimau 42, 43
Bukit Barisan 88, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 99, 118, 129, 134, Tulah harimau 70, 83 95, 98, 99, 102, 104, 106, 107, 108, 111, 113, 115, 116, Ngawi 60
135, 140, 141, 142 Harimau 119, 135, 140, 141, 142, 144, 149, 160, 163, 164, 165, Nekropsi 173, 175, 179
Bukit Barisan Selatan 88, 93, 94, 95, 99, 118, 134, 135, 140, Harimau amur 37 170, 171, 172, 173, 175, 176, 177, 181, 182, 183, 184, Nematoda 173
141, 142 Harimau bali 27, 28, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 185, 186, 187, 193, 209, 213, 215, 220, 222, 226, 227,
64, 65, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 78 90, 113, 160 228, 229, 230, 232, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, P
C Harimau bengal 37 250, 251, 253, 254, 255, 257 Padang 93, 97, 101, 107, 117, 129, 131, 135, 139, 141, 145,
Cagar Alam Pinus Jantho 93 Harimau cina selatan 37 Konservasi 63, 72, 77, 80, 85 93, 94, 95, 99, 105, 116, 120, 148
Sanine distemper virus 181, CDV 181 Harimau indocina 37 128, 129, 130, 135, 138, 139, 140, 141, 144, 149, 152, 153, Panthera 24, 26, 27, 28, 31
Cibadak 64, 80 Harimau jawa 25, 26, 28, 31, 32, 35, 41, 45, 46, 49, 90, 154, 155, 156, 158, 160, 161, 163, 164, 165, 166, 167, 168, Panthera tigris 70, 80, 160
Cilacap 48 92, 102, 105, 113 170, 171, 174, 176, 177, 187, 188, 191, 194, 199, 206, 211, Panthera tigris amoyensis 160
Cina 25, 30, 160, 207 Harimau kaspia 37 212, 213, 214, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 224, 226, 227, Panthera tigris sondaica 31, 90
Cina Selatan 30 Harimau malaya 37 234, 235, 236, 237, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, 251, P. t. sondaica 27, 28
Cirebon 46 Harimau sumatra 33, 43, 55, 77, 78, 85, 86, 88, 90, 93, 252, 253, 254, 255, 257 Panthera tigris tigris 31
Coenraad Jacob Temminck 80 94, 102, 103, 104, 105, 106, 113, 114, 115, 128, 132, Korea Selatan 95, 113 P. t. altaica 27
Convention Concerning the Protection of World Cultural 134, 138, 139, 148, 153, 154, 155, 156, 158, 160, 161, Koridor 93, 119, 122, 124, 130, 161, 162, 164, 187 P. t. amoyensis 27
Buku ini merupakan karya dari sumbangsih banyak pihak: individu-individu yang
bekerja di berbagai lembaga swadaya masyarakat dalam konservasi harimau. Dari
lembaga tersebut, dimungkin untuk mendapatkan data dan informasi yang kemudian
diadaptasi menjadi teks dan infograis. Dengan ini, seluruh tim Atlas Harimau Nusantara
mengucapkan terima kasih:
Begitu juga ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak kami sebutkan satu per
satu. Karya ini tentu masih melewatkan banyak pihak, gagasan, dan inisiatif konservasi
harimau sumatra yang memang mencakup banyak kalangan. Atas dasar itu, karya ini tidak
berniat untuk mengabaikan upaya-upaya pihak lain dalam melindungi dan menyelamatkan
satwa pemangsa ini.