Anda di halaman 1dari 142

AUM!

ATLAS HARIMAU NUSANTARA

AUM!
AT L A S H A R I M A U N U S A N TA R A
Ada peristiwa besar yang selalu luput dari perhatian banyak orang,
yaitu harimau masih hidup di alam liar Sumatra. Ia belum punah. Sudah
sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai kesempatan menarik napas
panjang untuk merenung dan waspada. Renungan dan kewaspadaan
penting lantaran Indonesia punya pengalaman pahit dengan punahnya
harimau bali dan harimau jawa.
Agaknya perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
harimau pada zaman ini. Hari-hari ini, kabar yang beredar didominasi kisah
konlik harimau dengan manusia. Sebenarnya, konlik hanya salah satu
bentuk interaksi harimau dengan manusia. Yang sering luput dari perhatian
adalah interaksi yang damai dan senyap. Relasi inilah yang terjadi di garis
depan pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
konlik, penegakan hukum, diskusi konservasi dan kebijakan.
Setelah berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi,
pembangunan, penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut
waktu untuk jeda sejenak. Mungkin ini tidak banyak pengaruhnya bagi
harimau, tapi memberikan peluang bagi manusia menyeimbangkan
hubungan yang timpang selama ini.
Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau? Akankah
kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi sang pemangsa dan spesies
terancam punah yang lain? Sekaranglah saat menentukannya. Dan atlas
ini baru langkah awal, bukan akhir.
SPESIMEN TARING HARIMAU JAWA DARI CIANJUR, 1937, DI MUSEUM ZOOLOGI BOGOR, LIPI.
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA

Hak cipta 2019 Forum HarimauKita

REDAKSI
Agus Prijono
Munawar Kholis
Laksmi Datu Bahaduri

ILUSTRASI & TATA LETAK


Agus Prijono

KARTOGRAFER
Oktafa Rini Puspita
Saddam Husein

KONTRIBUTOR ARTIKEL
Sunarto, Abmi Handayani, Dolly Priatna, Agustinus Wijayanto, Akbar A. Digdo, Erni
Suyanti Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Munawar Kholis, Wido R Albert, Febri A.
Widodo, Wulan Pusparini, Giyanto, Laksmi Datu Bahaduri, Ligaya Tumbelaka, Ahmad
Faisal, Yoan Dinata, Fahrul Amama, Sili Iriyani, Dedi Kiswayadi, Tomi Ariyanto,
Rudijanta T Nugraha, Hariyo T Wibisono, Fransisca Noni Tirtaningtyas, Muhammad
Yunus.

KONTRIBUTOR FOTO
Dwi Oblo, Agus Prijono, Regina Safri, Asep Abdullah, Fitriani Dwi Kurniasari, Febri
A Widodo, Kusdianto, Giyanto, Nanda P Nababan, Radinal, Boyhaqi, Erni Susanti
Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Ahmad Faisal, Wilson Novarino, David Whellan.

KONTRIBUTOR FOTO KAMERA JEBAK


WWF Indonesia - Balai Besar KSDA Riau, APP Sinarmas, Tiger Heart Bengkulu - Forum
HarimauKita, Taman Nasional Berbak-Sembilang - Zoological Society of London
Indonesia Programme, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan - Fauna & Flora
International Indonesia Programme, Balai KSDA Bengkulu.

FOTO sampul depan: David Whellan - Sampul belakang: Agus Prijono.

AKSARA teks: Minion Pro dan Avenir LT 45 Book.

SARAN SITASI:
Forum HarimauKita. 2019. Aum! Atlas Harimau Nusantara. Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF UNDP. Jakarta.

Atlas ini disusun oleh Forum HarimauKita, yang didukung kerjasama antara Direktorat
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan GEF UNDP dalam
proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Management on Sumatran Priority
Landscapes.”

ISBN 978-602-0854-32-8

Harimau sumatra, Panthera tigris sumatrae.


FOTO: DWI OBLO
D AFTAR I SI

PRAKATA 10

PROLOG 16

BAGIAN SATU BAGIAN DUA BAGIAN TIGA BAGIAN EMPAT

NUSANTARA HARIMAU NUSANTARA HARIMAU IKHTIAR SUMATRA HARAPAN NUSANTARA


MEMAHAMI SANG SAJA RIMBA YANG SILAM, YANG KELAM MENJAGA HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU
22 52 88 158

EPILOG 262

CATATAN PUSTAKA 266

PROFIL PENULIS 272

DAFTAR PUSTAKA 276

INDEKS 278

UCAPAN TERIMA KASIH 282


Danau Kerinci, Kerinci, Jambi.
Kawasan ini dikelilingi ratusan bukit
yang menjadi rumah harimau.
FOTO: AGUS PRIJONO

KATA PENGANTAR 9
Informasi mengenai satwa harimau dirangkai dalam sebuah
dokumen “Atlas Harimau Nusantara”, yang dapat dijadikan sebagai
referensi bagi Indonesia dalam upaya pengelolaan dan penyelamatan
harimau terutama di Sumatra. Pendalaman mengenai runutan
kejadian punahnya harimau jawa dan harimau bali serta perspektif
rampogan sebagai tradisi yang dilakukan di masa silam, menggariskan
cerita yang menjadi pembelajaran terhadap upaya konservasi harimau
sumatra.
Adanya "Atlas Harimau Nusantara" juga sebagai sumber
pengetahuan untuk membantu berbagai pihak dalam memahami
apa yang telah diupayakan, kelemahan yang masih dimiliki
dan mengalokasikan sumberdaya untuk perbaikan pengelolaan
konservasi harimau.
Buku ini juga menjadi bacaan bagi masyarakat yang mau
memahami lebih jauh mengenai harimau di Indonesia dan
menggugah kesadaran untuk semakin terlibat dalam pelestarian
harimau sumatra khususnya, dan keanekaragaman hayati Indonesia
pada umumnya.
Saya sangat mengapresiasi penyusunan buku ini yang disusun
secara kolaboratif dan memperkuat jejaring para pihak, merapatkan
barisan berbagai mitra serta membangun kesadaran dan aksi kolektif
untuk menyelamatkan, mencegah kepunahan dan melindungi
harimau sumatra dan habitatnya serta menuliskannya sebagai sebuah
pembelajaran.
PRAKATA
Salam Lestari!
DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Pulau Jawa, Bali, dan Sumatra, merupakan habitat tiga anak Jakarta, April 2019
jenis harimau di Indonesia, dimana dua anak jenis di antaranya, Direktur Jenderal
yakni harimau jawa dan bali, berdasarkan he IUCN Red List of Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem
hreatened Species 2008 telah dinyatakan punah pada tahun 1970-
an dan 1940-an. Semenjak itu, belum pernah ada informasi tertulis
secara lengkap mengenai kronologi punahnya dua anak jenis
harimau kebanggaan Indonesia serta upaya konservasi yang telah
dijalankan oleh para pihak. Sudah seharusnya bangsa Indonesia
memiliki sebuah dokumentasi sejarah, pengetahuan, dan upaya Ir. Wiratno, M.Sc
konservasi harimau, terutama harimau sumatra.
FOTO: AGUS PRIJONO

10 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA KATA PENGANTAR 11


Buku ini menampilkan sepenggal demi sepenggal kisah yang
berserak, agar pengalaman kepunahan dapat mendobrak jiwa sehingga
harimau sumatra tidak mengikuti alur cerita kerabatnya yang telah
punah.
Dalam membaca buku ini, ada baiknya membekali diri terlebih
dahulu tanpa ekspektasi berlebihan, mengingat ada beberapa
informasi ataupun gambar yang tidak selalu menggembirakan. Buku
ini tidak ditujukan untuk mengarahkan siapapun menjadi pesimis,
atau menjadi optimis berlebihan dengan perjuangan konservasi
harimau di Indonesia.
Optimisme akan berkembang dengan sendirinya jika manusia
mampu mengatasi egoismenya, yang kadang merasa tak memiliki
kelemahan dalam menyelamatkan harimau sumatra. Ketika menyadari
ikhtiar selama ini masih ada titik lemahnya, optimisme konservasi
akan tumbuh dan berkembang.
Tanpa membaca buku ini pun pembaca yang telah memahami
kondisi terkini konservasi harimau. Ingar-bingar media elektronik
dan cetak sudah cukup kencang memberitakan kejadian-kejadian
konlik manusia dan harimau. Atlas ini juga akan banyak mengisahkan
tentang konlik, tapi dengan cara pandang yang seimbang dengan
mencari akar masalah konlik.
Sejak 1990-an, banyak pekerjaan lapangan dalam konservasi
harimau di Sumatra. Bab-bab tertentu menyinggung sejarah konservasi
KATA PENGANTAR namun belum semuanya tertuang dalam pustaka ini. Atlas ini hanya
KETUA FORUM HARIMAUKITA membatasi paparan upaya konservasi kurang lebih dalam kisaran
lima tahun belakangan.
Kontribusi buku ini diperoleh dari pejuang-pejuang konservasi
di lapangan, para peneliti, pemerhati, hingga staf pemerintah. Forum
Jika mendengar kata “atlas” yang tergambar di benak adalah HarimauKita sebagai inisiator penulisan atlas ini mengucapkan
sebuah buku penuh dengan peta rupa Bumi. Namun sebenarnya kata syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntasnya penyusunan,
atlas juga menggambarkan keadaan tempat, proses, dan peristiwa. dan mengucapkan terima kasih kepada kontributor, editor, penulis,
Begitulah kami merasukkan jiwa para pejuang konservasi harimau ilustrator.
ke dalam pustaka ini. Secara khusus, kami menyampaikan terima kasih kepada
Atlas ini disusun berbeda dengan laporan proyek yang kadang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dalam hal ini
terfokus pada tujuan untuk menampilkan kisah sukses. Selain Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
memberikan pelajaran keberhasilan, atlas ini juga menyajikan batu khususnya Direktorat Keanekaragaman Hayati (KKH). Juga kepada
dan kerikil masalah yang masih menunggu solusi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atas izin pengambilan
Sebagai permulaan, kisah sedih punahnya harimau jawa dan gambar koleksi harimau di museum, dan lembaga-lembaga mitra
harimau bali dihadirkan kembali. Hal itu bukan untuk mengungkap yang juga memfasilitasi terkumpulnya berbagai data dan informasi.
kegagalan pekerja konservasi terdahulu. Itu sekadar pengingat
karena hari ini tidak ada lagi manusia yang dapat bertutur secara
langsung bagaimana gejala-gejala kepunahan itu terjadi. Munawar Kholis
FOTO: ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON
INDONESIA PROGRAMME
12 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA KATA PENGANTAR 13
Tim kampanye WWF turut
menyemarakkan Kemah Konservasi
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, di Lampung, 2017.
FOTO: AGUS PRIJONO

PROLOG 15
PROLOG

LANGKAH PERTAMA...

Hingga detik ini, ada peristiwa besar yang selalu luput dari
perhatian banyak orang: harimau masih hidup di alam liar Sumatra.
Ia belum punah. Sudah sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai
kesempatan menarik napas panjang untuk merenung dan waspada.
Renungan dan kewaspadaan penting lantaran Indonesia punya
pengalaman pahit dengan punahnya harimau bali dan harimau jawa. Coretan arang yang bisa menciptakan desain besar jangka panjang. Prediksi
Memang benar, kenyataan getir yang dulu mendorong dua di dinding rumah di memang selalu memiliki dua wajah: yang optimis dan yang
subspesies kucing besar itu ke jurang kepunahan dapat dilihat di pedalaman Kerinci pesimis. Justru itulah, para pelestari dapat menemukan cara untuk
sekujur Sumatra. Hutan-hutan menyusut, pemburu terus mengintai, ini mengingatkan: melambungkan sisi optimis, sembari menekan sisi yang pesimis.
pembangunan isik mengoyak kawasan konservasi, kepunahan menghindari satwa Pengetahuan dalam konservasi harimau mencegah para pelestari
lokal merajalela. Di lapangan, ada banyak bukti empat petaka itu dengan pagar, terjebak dalam pandangan pura-pura.
sementara pagar Karena itu, perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
mengancam kelestarian harimau.
manusia adalah
Yang melegakan, ada upaya untuk mengimbangi tantangan itu. harimau pada zaman ini. Umumnya, kabar yang beredar di media
hukum. Dekat
Terlebih lagi, populasi harimau sumatra masih terbilang 'lumayan'. didominasi kisah konflik harimau dengan manusia. Sebenarnya,
rumah ini, harimau
Populasinya belum sekarat betul sehingga para pelestari dapat konlik hanya salah satu bentuk interaksi harimau dengan manusia.
dilaporkan memangsa
meneropong masa depan harimau, lalu mengajukan sejumlah jalan ternak warga.
Yang sering luput dari perhatian adalah interaksi yang damai dan
penyelamatan. Beberapa pekan
senyap.
Untuk melestarikan harimau sumatra, bekal utamanya adalah kemudian, harimau Relasi inilah yang sedang dan terus berlangsung di garis depan
sains. Ilmu pengetahuan itu tentang: apa, siapa, mengapa, bagaimana, coba menerkam pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
dan di mana harimau sumatra. Pengetahuan membekali semua pihak perempuan pekebun, konlik, penegakan hukum, diskusi konservasi, dan kebijakan. Setelah
untuk memahami skala ruang dan waktu dalam upaya pelestarian yang untungnya berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi, pembangunan,
pemangsa kelas wahid itu. bisa diselamatkan penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut waktu untuk jeda
Namun harus disadari, pengetahuan terus berkembang sehingga suaminya. sejenak. Mungkin hal itu tidak banyak pengaruhnya bagi harimau,
data dan informasi tentang harimau sumatra selalu bersifat sementara. tapi memberi peluang untuk manusia menyeimbangkan hubungan
Maksudnya, kelak pemahaman tentang ekologi, populasi, dan sebaran yang timpang selama ini.
harimau akan semakin akurat dan persis. Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau?
Atas dasar itu, para pelestari akan mampu memprediksi peluang, Akankah kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi harimau
tantangan, dan solusi menghadapi perkembangan zaman. Prediksi dan spesies terancam punah lainnya? Sekaranglah saatnya untuk
adalah benang merah sains. Hanya mereka yang berpengetahuan menentukan, dan atlas ini baru langkah awal, bukan akhir. ***
FOTO: AGUS PRIJONO

PROLOG 17
Beragam sesajian sebagai syarat
untuk menggelar pertemuan dengan
'sahabat harimau' di Kerinci, Jambi.
FOTO: AGUS PRIJONO
U... U... U...
NINAK PANUNGGUNG PAMATO DI ALAM KINCAI,
DINGANG TUJUH BUKIK,
TUJUH LUHOH, TUJUH GUGUK, TUJUH PAMATO,
MALANTAK MUDEK NINEK LANG KALAUT,
MALANTAK ILE NINIK JALANGKANG TINGGI,
DI TANGOH-TANGOH NINEK HULU BALANG TIGEA,
DENGAN KEMBANG REKANNYO PAMANGKU GUNUNG...
AYO DAN SIRINTAK HUJAN PANAH...

Bait pertama syair Ngagah Harimau, Pulau Tengah, Kerinci, Jambi.


Sebelum 1960-an, para tetua adat merapal syair ini bila ada
upacara 'bayar bangun' harimau yang mati. Saat harimau sirna
dari perbukitan Pulau Tengah, adat ini turut punah. Syair ini
menyeru para leluhur di penjuru mata angin untuk menyaksikan
Ngagah Harimau, agar relasi manusia dan harimau kembali pulih.

Penari Ngagah Harimau meronta-


ronta saat yang 'liyan' merasuki
tubuhnya.

FOTO: AGUS PRIJONO


B A G I A N S AT U

N U S A N TA R A H A R I M A U

MEMAHAMI
SANG RAJA RIMBA

Ornamen bersosok harimau


menghiasi dinding Candi Penataran,
Blitar, Jawa Timur, yang mulai
didirikan sekitar abad ke-12.
FOTO: DWI OBLO

22 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 23


MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA

JEJAK DUA JUTA TAHUN LALU

Pernah pada suatu masa, kira-kira dua juta tahun lalu, sebaran
harimau nyaris menjangkau seluruh dataran Asia, dari Turki Timur
sampai Laut Okhotsk, Rusia. Sayangnya, hanya dalam kurun satu
abad terakhir, wilayah hidup harimau telah jauh menyusut, tinggal
menyisakan kantong-kantong habitat yang terpisah satu sama lain.
Harimau sebenarnya dapat dijumpai di berbagai macam hutan,
dari hutan kering, hutan lembab, hutan musim, hingga hutan bakau.
Ia dapat dijumpai di hutan-hutan konifer, habitat berumput tinggi, Sederetan spesimen Sunda: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, putus-sambung seiring
hingga hutan tropis Sumatra. Ini menunjukkan kemampuan adaptif macan tutul, harimau dengan perubahan iklim. Pulau-pulau itu akan tersambung saat es di
harimau terhadap variasi ketinggian, suhu, dan curah hujan. jawa, dan harimau bali kutub membeku, kemudian terpisah saat es meleleh (hingga akhirnya
Mampu mendiami berbagai habitat dan iklim menunjukkan di Museum Zoologi seperti saat ini).
Bogor Lembaga Bagi mamalia besar, Pleistosen merupakan kala yang penuh
habitat bukan menjadi elemen terpenting dalam sejarah evolusi
Ilmu Pengetahuan kekacauan. Tingkat spesiasi dan kepunahan meningkat empat kali
harimau. Namun keragaman trah tigris dari kucing Panthera ini
Indonesia. lipat dibandingkan dengan kala Tersier, dan beberapa mamalia
kemungkinan besar karena mengikuti sebaran cervid (jenis rusa-
rusa) dan bovid (jenis kerbau) di Asia Tenggara pada kala Pleistosen. mengalami ledakan penyebaran. Rusa berkembang biak dengan baik
Sebaran harimau nampaknya seiring dengan evolusi sebaran ungulata selama Pleistosen. Dari pusat perkembangan satwa ini di Asia, jenis
besar: rusa, banteng, kerbau, dan kijang, yang menciptakan wilayah keturunan cervid yang hidup di hutan dan berbadan kecil (mirip
baru bagi pemangsa berbadan besar yang hidup di pinggir hutan. kijang sekarang), menyebar dan mendiami berbagai wilayah. Awal
Pleistosen merupakan kala dengan iklim yang berluktuasi secara Pleistosen ditandai dengan munculnya lembu, bison dan banteng.
ekstrem. Sedikitnya ada empat masa glasial yang beku, yang muncul Kajian sebaran harimau berdasarkan fosil jauh lebih sulit,
berselang-seling dengan masa interglasial yang hangat. Suhu dingin mengingat lokasi fosil yang terserak. Fosil tertua berasal dari Cina
berkaitan dengan zaman es yang diperkirakan paling berat menimpa utara dan Jawa. Fosil dari Jawa diperkirakan berasal dari 1,66 dan
daerah garis lintang utara. Sedangkan di daerah tropis, efeknya adalah 1,81 juta tahun lalu. Bukti fosil tersebut memberikan petunjuk
perubahan tinggi permukaan laut. bahwa harimau telah menyebar ke Asia Timur.
Pada masa glasial, air di kutub membeku, permukaan laut Petunjuk ini juga didasarkan bukti fosil harimau dari masa tengah
menurun sehingga menghasilkan daratan kering yang luas, seperti sampai akhir Pleistosen yang hanya diketahui berasal dari Cina,
hamparan di Dangkalan Sunda. Pada saat iklim menghangat, lapisan Sumatra, dan Jawa. Sementara itu, fosil harimau dari masa Holosen
es di kutub mencair, lalu permukaan laut naik, dan menutupi jembatan tercatat ditemukan di Jawa dan Kalimantan. Namun, harimau di
daratan. Di Asia Tenggara, pulau-pulau yang berada di Dangkalan Kalimantan nampaknya sudah lama punah. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 25


HARIMAU GLOBAL
Pengetahuan tentang evolusi sebaran harimau
hanya sebatas kala Pleistosen, sekira dua juta RUSIA
tahun lalu. Hingga kini, dipercayai kala Pleistosen
terdiri dari empat zaman es (glasial), yang
diselingi dengan periode hangat interglasial.
KAZAKHSTAN
Analisis lebih rinci menunjukkan ada lebih dari MONGOLIA
Harimau amur
28 siklus glasial atau interglasial selama 1,7 juta P. t. altaica
tahun di kala Pleistosen. Iklim yang berubah-ubah
UZBEKISTAN
itu menjadi faktor penting bagi evolusi sebaran KYRGYZSTAN
harimau. Pleistosen adalah zaman susah bagi
TURKMENISTAN
harimau dan mamalia. Mereka berkali-kali harus TAJIKISTAN

beradaptasi dengan perubahan iklim. Yang tak


mampu bertahan, punah! CINA
Harimau kaspia AFGANISTAN
P. t. virgata

IRAN

NEPAL

PAKISTAN Harimau cina selatan


P. t. amoyensis
Saat interglasial,
INDIA suhu Bumi yang
Gurun dan kompetisi hangat mencairkan
dengan singa membatasi MYANMAR
es di kutub, lalu
sebaran harimau ke barat.
LAOS permukaan laut
BANGLADESH
naik. Permukaan
laut yang naik
mengisolasi populasi
THAILAND
Harimau indocina
di kepulauan Sunda:
Harimau bengal
P. t. tigris P. t. corbetti Sumatra, Jawa, Bali.
KAMBOJA

Melihat sebarannya saat ini, VIETNAM


nampaknya ada pembatas
lingkungan bagi penyebaran
harimau. Saat zaman glasial,
Harimau malaya
es di kutub membeku, dan P. t. jacksonii
HIDUP TAMBAH SUSAH menurunkan permukaan laut. MALAYSIA
Dalam satu abad terakhir, daerah sebaran Saat laut surut, Dangkalan
harimau di dunia telah menyusut drastis, tinggal Sunda menjadi jembatan
7 persen dari total area historisnya. Selama bagi populasi harimau dari
abad ke-20 saja, tiga ras harimau telah punah daratan Asia ke pulau-pulau. I N D O N E S I A
Harimau sumatra
dari muka Bumi. Kepunahan itu beruntun: Panthera tigris sumatrae
harimau bali, menyusul harimau kaspia, lalu DANGKALAN SUNDA
harimau jawa. Sementara itu, harimau cina
selatan pun tidak pernah teramati di alam
secara pasti sejak 35 tahun silam. Pada zaman Harimau jawa
P. t. sondaica
ini, harimau harus bersaing dengan manusia. Harimau bali
P. t. balica
0 km 700
Hidupnya semakin rumit dan sulit.
PUNAH Status sebaran harimau saat ini
GENTING PUNAH Sebaran historis harimau
Ada populasi ex-situ, tapi di alam liar (in-
situ) tak terdeteksi dalam 50 tahun terakhir. Sebaran yang mungkin telah punah

Panthera palaeosinensis Fosil tertua Seluruh subspesies Harimau modern PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM, WWW. IUCNREDLIST.ORG.
harimau tertua yang harimau modern berasal dari satu leluhur TEKS: DINERSTEIN, E., LOUCKS, C., WIKRAMANAYAKE, E., GINSBERG, J., SANDERSON, E., SEIDENSTICKER, J., FORREST, J., BRYJA G., HEYDLAUFF, A., KLENZENDORF, S.,
diketahui, hidup sekira 2 berasal dari 1,6 yang hidup 72.000 - LEIMGRUBER, P., MILLS, J., O’BRIEN, T. G., SHRESTHA, M., SIMONS, R., & SONGER, M. 2007. THE FATE OF WILD TIGERS. BIOSCIENCE 57 (6), JUNE 2007; SEIDENTICKER,
J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P. (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF
juta tahun lalu. -1,8 juta tahun lalu. 108.000 tahun lalu. LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN
PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
NUSANTARA HARIMAU
Selama kala Pleistosen, terjadi masa glasial beberapa kali
yang diselingi periode interglasial. Evolusi sebaran harimau di
Nusantara dipengaruhi perubahan iklim pada kala Pleistosen
yang menyebabkan permukaan laut naik-turun. Hal itu membuat
Dangkalan Sunda beberapa kali timbul-tenggelam seiring meluap
dan surutnya permukaan laut selama Pleistosen.

S A M U D R A PA S I F I K

SUMATRA KALIMANTAN
Secara zoogeograis, harimau
pernah menghuni Kalimantan
tapi tak didukung bukti
akurat. Bukti harimau di
pulau ini berupa ujung gigi
taring di Gua Niah, Sarawak. SULAWESI

PAPUA
DANGKALAN SUNDA
Harimau sumatra Pada masa interglasial, es kutub mencair, laut
Panthera tigris sumatrae membanjiri Dangkalan Sunda, lalu mengurung tiga
harimau di Sumatra, Jawa, dan Bali. Pada 8.000
tahun lalu, jarak pulau yang dekat memungkinkan
harimau dapat berenang dari pulau ke pulau .

J A W A
BALI
Fosil palung betis di Jawa berusia
Harimau jawa
SAMUDRA HINDIA P. t. sondaica 1,6 dan 1,8 juta tahun. Ini bukti:
awal kala Pleistosen, harimau DANGKALAN SAHUL
telah menyebar ke Asia Timur.
Harimau bali
P. t. balica

TUTUPAN HUTAN DI BALI, JAWA, DAN SUMATRA, 2014.


0 km 360 km

PULAU HARIMAU PUNAH


Di luar daratan Benua Asia, harimau menghuni pulau-pulau Dangkalan GENTING PUNAH
Sunda: Sumatra, Jawa, dan Bali. Dengan punahnya harimau jawa dan
harimau bali, berarti tinggal satu harimau pulau di muka Bumi. Sepanjang
masa sejarah, hanya Nusantara yang dikenal sebagai kepulauan yang dihuni
harimau. Sumatra, Jawa, dan Bali merupakan wilayah harimau paling ujung:
sisi selatan khatulistiwa. PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
TEKS: SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P. (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE
ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., DAN AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA DAN BALI. EDITOR
SERI: S. N. KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA.
APALAH ARTI SEBUAH NAMA...
SUNARTO

Perdebatan sistematika terbaru semakin menegaskan amanat


konservasi harimau di Sumatra.

Frasa judul di atas dipopulerkan William Shakespeare melalui


salah satu karya dramanya yang paling kesohor ‘Romeo dan Juliet.’
Frasa yang tak asing ini menggambarkan bahwa kualitas seseorang,
atau sesuatu, tidak akan berubah oleh nama atau sebutan apapun
yang disematkan padanya.
Apakah pesan dari frasa tersebut juga berlaku bagi harimau, yang
menurut salah satu publikasi ilmiah terakhir tersemat nama baru?
Saat ini, masih sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Yang
jelas, pergantian nama harimau hasil studi taksonomi mutakhir Termasuk keluarga saja. Mereka disebut harimau kontinental. Nama ilmiah Panthera
sempat menggemparkan kalangan pegiat konservasi satwa loreng felid, harimau punya tigris tigris, yang selama ini hanya untuk menyebut harimau benggala
ini. Perubahan nama ilmiah ini juga dapat menimbulkan beberapa perilaku yang tak (yang tersebar di India, Nepal, dan Bhutan), diusulkan sebagai nama
implikasi konservasi. berbeda dengan ilmiah untuk seluruh harimau kontinental.
Studi taksonomi kucing terbesar dunia ini telah dipublikasikan kucing. Seperti yang Sementara itu, tiga subspesies di Indonesia, termasuk yang telah
di SCIENCE ADVANCES Volume 1 Nomor 5 Tahun 2015. Andreas satu ini: menginti- dinyatakan punah, kini dianggap satu subspesies. Ketiganya disebut
Wilting dan koleganya dari beberapa lembaga riset di Eropa, intip dari sela-sela harimau sunda, dengan nama ilmiah Panthera tigris sondaica.
menjadi penulis karya ilmiah ‘Planning tiger recovery: Understanding dedaunan. Nama ilmiah itu sebelumnya hanya digunakan untuk menyebut
intraspeciic variation for efective conservation.’ harimau jawa. Kata “sunda” tentu bukan mengacu pada wilayah adat
Studi ini menggunakan beberapa pendekatan dan teknik baru di Jawa Barat, melainkan pada kawasan biogeograi yang lebih luas,
dalam mengklasiikasikan subspesies harimau. Berbeda dengan studi yang antara lain mencakup Sumatra, Jawa, dan Bali.
taksonomi umumnya, yang cenderung membagi sekelompok taksa Teknik dan metode klasiikasi dalam studi ini tergolong lengkap
menjadi beberapa spesies atau subspesies (biasa disebut splitter), studi dan menarik. Selain didasarkan pada ciri tubuh atau morfologi,
ini justru menyederhanakan klasiikasi subspesies—biasa disebut yang biasa digunakan dalam taksonomi tradisional, studi ini juga
sebagai clumper. menggunakan teknik genetika dengan analisis DNA. Tak hanya itu,
Harimau di seluruh dunia, yang selama ini dibagi menjadi studi ini bahkan juga menilai aspek ekologi yang dipertimbangkan
sembilan subspesies: bali, jawa, sumatra, malaya, indocina, cina bersama-sama dengan aspek morfologi dan genetika.
selatan, benggala, kaspia, dan amur, dari hasil studi ini diciutkan Karakter ekologi yang dipertimbangkan antara lain relung dan
menjadi dua subspesies saja. kemampuan adaptasi harimau pada beragam tipe habitat. Ketiga
Berdasarkan studi ini, seluruh subspesies harimau yang tersebar faktor itu dianalisis secara menyeluruh, dengan beragam pendekatan
di daratan Asia, mulai dari Rusia, Timur Tengah, India, Cina, Indocina statistika yang memungkinkan penggolongan harimau secara lebih
hingga semenanjung Malaysia, kini dianggap sebagai satu anak jenis obyektif dan akurat.
FOTO: DWI OBLO

30 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 31


Dari studi ini terungkap individu-individu dari beberapa subspesies
yang selama ini dianggap berbeda, ternyata punya banyak kemiripan
karakter dan membuatnya sulit dibedakan—khususnya secara genetika.
Hal itu diduga disebabkan adanya fenomena penurunan populasi
satwa tersebut secara drastis yang terjadi di akhir kala Pleistosen.
Munculnya kontroversi atas studi ini terkait beberapa hal. Salah
satunya, berhubungan dengan kebanggaan suatu negara atau wilayah
yang selama ini telah terbangun atas keberadaan satu subspesies
harimau yang dianggap unik.
Sebagai jalan tengah, setiap negara tampaknya akan mengikuti
nama ilmiah terbaru, namun tetap mempertahankan nama umum di
setiap tempat. Lantaran harimaunya tidak berbeda secara taksonomi,
kini dimungkinkan untuk melakukan translokasi dan reintroduksi
antar-negara di daratan utama Asia.
Di sisi lain, hasil klasiikasi baru ini semakin menunjukkan
keunikan harimau di Indonesia. Karena itu, harimau sunda hanya
dapat dijumpai di Indonesia, dan kebanggaan itu tentu saja juga
disertai tanggung jawab besar.
Negara-negara pemilik harimau di dataran Asia dapat saling
berbagi dalam hal kebanggaan maupun tanggung jawab konservasi.
Namun bagi Indonesia, selain dapat berbangga, juga harus mengemban
amanah konservasinya sendirian.
Rupanya, perkembangan taksonomi harimau belum berhenti.
Di saat akhir proses penulisan buku ini, hasil riset lebih anyar
dipublikasikan di jurnal CURRENT BIOLOGY pada akhir Oktober
2018. Menariknya, studi terbaru yang memakai teknik analisis full
genome dari 32 spesimen ini kembali menghasilkan pemisahan
harimau menjadi sembilan subspesies (termasuk tiga yang telah
punah).
Studi ini kembali mengonirmasi keunikan harimau sumatra.
Dua spesimen kulit harimau jawa (kiri) dan harimau bali (kanan) Harimau pulau ini khususnya memiliki karakter khusus pada gen
koleksi Museum Zoologi Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan ADH7 yang berasosiasi dengan ukuran tubuh yang relatif lebih kecil.
Indonesia. Dari spesimen ini para peneliti bisa mencuplik contoh Dengan ukuran tubuh demikian, serta rambut lebih gelap dan corak
bagian tubuh lalu diuji secara genetik untuk menelaah taksonomi loreng yang lebih pekat dipercaya merupakan hasil adaptasi dan
harimau. Bahkan sejak dipaparkan secara ilmiah pada awal abad seleksi alam dalam waktu yang lama di pulau tropis.
ke-20, taksonomi harimau bali sudah mengundang perdebatan. Bagaimanapun, kedua karya ilmiah tersebut tetap menegaskan
Sebagian pakar memandang harimau bali adalah harimau jawa kewajiban untuk melestarikan harimau sumatra. Bukankah bila
yang menyeberangi Selat Bali. Hanya saja, pendapat itu tidak harimau sumatra punah, Indonesia dan dunia akan kehilangan
didukung dengan bukti yang kuat.
subspesies harimau pulau yang kini tinggal semata wayang? ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
32 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 33
Patung harimau dan prajurit Siliwangi
Jawa Barat. Relief di dinding bawah
menggambarkan perjuangan Prabu
Siliwangi, yang didampingi seekor
harimau. Setelah kepunahannya,
harimau jawa seolah 'hidup' sebagai
lambang bagi divisi Tentara Nasional
Indonesia Jawa Barat.

Sesekali, luangkan waktu mengamati kucing. Hewan yang sering


berkeliaran di rumah ini dapat menjadi pengantar untuk mengenali
harimau. Lantaran masih sekeluarga, perilaku harimau mirip-mirip
kucing, seperti: soliter (kecuali saat berbiak dan mengasuh anak)
berburu sendirian, dan menandai wilayahnya. Misalnya saja, persis
seperti kucing, harimau suka menandai tempat-tempat tertentu.
Cara mencari makan pun persis: berburu sendirian, mengintai,
mendekat pelan-pelan, mengendap, lalu menerkam mangsa. Bila
pernah melihat kucing mencakari permukaan yang kasar, begitu pula
harimau. Perilaku ini untuk mengasah cakar-cakar sang harimau.
Bedanya, harimau adalah kucing besar—sangat besar. Sebagai
penguasa mata rantai makanan, ia menguasai daerah yang luas
namun dengan kepadatan rendah. Ia berperan sebagai pengatur
populasi satwa yang menghuni mata rantai makanan di bawahnya.
Seekor harimau betina membutuhkan kawasan sekira 50 kilometer
persegi, sementara pejantan lebih luas, sekira tiga kali daerah jelajah
betina.
Tak ada satwa yang menyandang begitu banyak gelar seperti
harimau. Selama berabad-abad, nama besar satwa ini telah membentuk
pandangan hidup di Jawa dan Sumatra. Di relung terdalam pandangan
dunia itu, harimau jelas bukan binatang yang pantas diburu dan
ditangkap. Jadi, ada mekanisme untuk menjaga keseimbangan antara
reputasi harimau yang menakutkan dengan citranya sebagai inspirasi
pandangan hidup.
Dalam mitos, cerita rakyat, dan kesenian, harimau dipandang
MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA
sebagai protagonis kebaikan. Imaji harimau dapat ditemukan di
wayang, relief candi, dan lukisan. Bahkan di masa modern Indonesia,
patung satwa ini bertebaran di sejumlah tempat yang menyiratkan
WIBAWA SANG PEMANGSA harimau tetap menjadi simbol vitalitas hidup.
Bahkan meski telah punah pun, harimau jawa tetap hidup dalam
Membincangkan harimau seperti mencari batas cakrawala: ruang budaya, simbol, dan kisah-kisah lokal. Ia seperti ada dan tiada.
Setiap kali mengisahkan sang pemangsa ini, seolah ia masih hidup di
tak pernah sampai, lalu berakhir di tempat yang sama. belantara terpencil. Membincangkan harimau seperti mencari batas
Itu karena ia menyandang beragam nama besar. cakrawala: tak pernah usai, dan akhirnya sampai di tempat sama. Itu
karena ia satwa yang bermartabat, diselimuti mitos, dengan segudang
nama besar lainnya.
FOTO: AGUS PRIJONO

34 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 35


MENGENAL SI LORENG
Bila manusia punya sidik jari, harimau punya loreng. Selain untuk penyamaran, pola loreng STATUS HARIMAU
menjadi identitas setiap individu harimau. Selintas lalu, pola garis seekor harimau nampak Lembaga persatuan konservasi dunia IUCN memasukkan seluruh
subspesies harimau dalam daftar terancam punah.
mirip dengan individu yang lainnya. Tapi, bahkan pola di sisi kiri dan kanan tubuh tidaklah
simetris. Perbedaan pola loreng itu menjadi tanda identitas setiap individu harimau. GENTING KRITIS PUNAH

KARAKTER HARIMAU
Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau Harimau
PENGUASA WILAYAH MANGSA JELAJAH LUAS amur bengal malaya indocina sumatra cina selatan bali jawa kaspia
Menguasai teritori untuk bertahan Hidupnya tergantung pada Hidupnya menjelajah mencari
hidup dan berkembang biak. mangsa, istirahat, kawin, dan KEBIJAKAN KONSERVASI HARIMAU
kelimpahan mangsa. UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, UU No. 41/1999
aktivitas lain. tentang Kehutanan, UU No 13/2014 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kerusakan Hutan
serta merupakan salah satu dari 25 spesies prioritas. Lebih spesiik lagi Strategi dan Rencana Aksi
MARTABAT LOKAL Konservasi Harimau Sumatra 2007-2017, dan menyusul 2018 - 2028.
Berikut beberapa nama lokal harimau di Sumatra dan Jawa.
KONVENSI INTERNASIONAL TERKAIT HARIMAU SUMATRA
PULAU JAWA PULAU SUMATRA Convention International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES),
Simbah, kyai, loreng, gembong, Rimueng, rimau, imau, datuk, inyiak, Convention on Biological Diversity (CBD), Convention Concerning the Protection of World
maung, lodhaya. ompung, ampang limo. Cultural and Natural Heritage (World Heritage Convention-UNESCO), ASEAN Agreement on the
Conservation of Nature and Natural Resources 1985 serta kerjasama bilateral.

Tubuhnya berselimut rambut tebal berloreng untuk penyamaran, PUNGGUNG


kehangatan, dan perlindungan. Harimau memiliki dua tipe rambut pelindung Bagian ini dapat memberikan
luar dan dalam. Rambut luar lebih panjang untuk perlindungan; Rambut petunjuk untuk identifikasi.
dalam bisa memerangkap udara yang menjaga tubuh tetap hangat.

ELUSIF DAN KRIPTIF


Warna dan loreng membuat
harimau cenderung
menghindari manusia dan untuk
berkamlufase saat berburu.
EKOR
Loreng yang melingkar seperti
cincin menjadi penanda
identiikasi.
WAJAH
Salah satu petunjuk untuk
membedakan
dua individu yang berbeda.

TUBUH
Pola loreng di tubuh harimau
bercorak beda-beda. Sisi kiri
dan kanan asimetris.

KAKI
Bila citra kamera memotret sisi
depan, pola di kaki menjadi
pembeda individu.

SUMBER: KHOLIS, M., FAISAL, A., WIDODO, F. A., MUSABINE, E. S., HASIHOLAN, W., & KARTIKA, E.C. TANPA TAHUN. PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK
MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA. DITJEN KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN; SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., DAN JACKSON, P.
1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS;
PHILIP J. NYHUS & RONALD TILSON. 2010. WHERE THE TIGER SURVIVES, BIODIVERSITY THRIVES. KYOTO JOURNAL 75 PP 86-87. HTTP://WWW. KYOTOJOURNAL.
ORG/BIODIVERSIT BD_PRINT/86/KJNYHUS-TILSON; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN,
WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
PREDATOR ULET
Ia jarang mengaum. Namun sekali meraung, gemanya menggetarkan seisi hutan dalam
radius 1,5 km. Kekuatan utamanya adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam waktu lama. Teritori dan daerah jelajah seekor harimau bervariasi tergantung pada jenis
Ia tipe pemangsa yang mengintai, mengendap, melompat, lalu menyergap—mematikan— kelamin, musim, lokasi, dan kepadatan satwa mangsa. Bila kepadatan satwa
dengan tumpuan kaki pendek nan kokoh. mangsa tinggi, wilayah jelajah harimau cenderung sempit.

LORENG
Semburat garis hitam di sekujur tubuh menyamarkan
pemangsa ini dari pindaian mangsa yang ia intai.
JAGOAN TAKTIK
Ia mengandalkan taktik perburuan
individual: bersembunyi, mengendap,
mengejar, menyergap tiba-tiba, lalu
menuntaskan nyawa mangsanya.
Harimau membutuhkan 5-6 kg daging setiap hari untuk kelangsungan hidupnya. Ini
berarti ia butuh 1.825 sampai 2.190 kg daging setiap tahun. Menu favoritnya: rusa
sambar, babi hutan, muncak.

EKOR
Ekor untuk keseimbangan dan berperan
dalam komunikasi visual. Saat rileks,
ekornya menjuntai santai. Perilaku agresif
terlihat dari ekor yang bergoyang kiri-
Mata pemburu ini berpendar kanan atau kedutan-kedutan intens.
saat gelap. Sebuah mekanisme
penerangan dari belakang oleh
membran yang memantulkan
cahaya melalui retina.

Kumis mystacial di moncong


mulut digunakan saat
menyerang mangsa dan
navigasi dalam kegelapan.
PERILAKU TERITORIAL
Setiap individu harimau punya batas wilayah jelajah masing-masing.
Luas jelajah harimau berbeda-beda bergantung kerapatan mangsa
dan jenis kelamin. Teritori pejantan dewasa biasanya bersinggungan
SENSOR KUMIS dengan teritori beberapa betina.
Harimau punya lima jenis misai
sebagai sensor pendeteksi
keadaan sekeliling. Letak lima
rambut ini tersebar di tubuh
harimau. Kumis harimau tebal,
kuat, dan lentur, mengakar dalam,
dan diselimuti kapsul darah.
Darah akan mengaliri akar misai
bila bersentuhan dengan sesuatu,
yang akan mendorong gerakan si
harimau.

Telapak yang tebal dan lebar


membuat harimau dapat berjalan
senyap saat mengintai mangsa. SUMBER: KHOLIS, M., FAISAL, A., WIDODO, F. A., MUSABINE, E. S., HASIHOLAN, W., & KARTIKA, E.C. TANPA TAHUN. PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK
Cakar-cakarnya terjaga tetap tajam MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA. DITJEN KSDAE, KLHK; SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION
dan bisa meregang keluar-masuk. IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; PHILIP J. NYHUS & RONALD TILSON. 2010.
WHERE THE TIGER SURVIVES, BIODIVERSITY THRIVES. KYOTO JOURNAL 75 PP 86-87. HTTP://WWW. KYOTOJOURNAL.ORG/BIODIVERSIT BD_PRINT/86/KJNYHUS-
TILSON; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN
HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA . DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
JASA HARIMAU BAGI PERADABAN
KRISIS YANG MELANDA HARIMAU ADALAH TENGARA DARI KRISIS YANG LEBIH
LUAS. TERSINGKIRNYA HARIMAU PERTANDA EKOSISTEM SEDANG GOYAH.
DENGAN KATA LAIN, MELINDUNGI HARIMAU BERARTI MELINDUNGI HUTAN
SEISINYA: KERAGAMAN HAYATI DAN JASA LINGKUNGAN. DI MASA LALU
WILAYAH HUNIAN HARIMAU MENJADI HUTAN LARANGAN YANG PANTANG
UNTUK DIUSIK. BAHKAN KITAB JAWA KUNO NITI-SASTRA MENYEBUT
HARIMAU DAN HUTAN SALING MELINDUNGI. PUSTAKA ABAD KE-15 ITU
BERISI PANDANGAN MORALISTIK: HARIMAU AKAN MENINGGALKAN HUTAN
YANG DITEBANGI MANUSIA. LANTAS, MANUSIA MENGEJAR HARIMAU
YANG TAK BISA LAGI BERSEMBUNYI DI HUTAN. ITU TENGARA MURAM DARI
PANDANGAN JAWA KUNO.

PENJAGA KAWASAN SARAT KARBON


Hutan yang menyelimuti lanskap harimau
adalah penyimpan cadangan karbon, yang
membantu mitigasi perubahan iklim.

PERAWAT BUDAYA
Dalam budaya Bali, Jawa, dan Sumatra,
harimau merupakan simbol budaya dan
pandangan hidup. Bahkan setelah punah,
harimau jawa pun masih menjadi simbol bagi
divisi Tentara Nasional Indonesia di Jawa
Barat.

PELINDUNG PERADABAN
Melindungi harimau juga berarti menjaga
dan merawat ekosistem di wilayah jelajahnya:
hidrologi, plasma nutfah bagi obat-obatan,
dan pangan.

MENDORONG EKONOMI LOKAL


Dengan melibatkan masyarakat dalam
konservasi harimau, terbuka peluang untuk
mengembangkan ekonomi lokal melalui
skema pembiayaan karbon, perhutanan
sosial dan lainnya. Fungsi ekonomi lainnya:
harimau membantu pengendalian hama
tanaman masyarakat, semisal babi hutan.

FOTO: ASEP ABDULLAH


BUDAYA
Di Jawa dan Sumatra, harimau disebut dengan penuh hormat:
simbah, kyai, datuk, inyiak, sahabat, beliau. Masih banyak sebutan
lain, namun pada hakikatnya selalu bernuansa hormat dan gentar.
Salah satu tradisi dari masa Jawa klasik yang masih bertahan sampai
sekarang adalah memandikan gong Kyai Macan atau Kyai Pradah di
Lodoyo, Blitar, Jawa Timur. Setiap Maulud, ribuan orang mencari
berkah dari air siraman gong itu. Kawasan Lodoyo, Blitar, dan Kediri
adalah sarang harimau yang terkenal dan terbesar pada 1840-an.
Hingga 1970-an, masyarakat Lodoyo masih meyakini kepercayaan
adanya harimau jelmaan.
Kepercayaan ini juga berkembang di Kerinci, Sumatra. Setiap
desa di bentang alam Kerinci memiliki tradisi untuk menghormati
harimau sumatra. Salah satu tradisi yang dikemas secara kontemporer
adalah Ngagah Harimau di Pulau Tengah. Dahulu, tradisi ini untuk
menyantuni harimau yang mati. Istilah lokalnya, bayar bangun.
Mata diganti mata, kulit diganti kulit, cakar diganti cakar.
Di masa lalu, setiap ada harimau mati—entah karena konlik
ataupun alami, warga mengaraknya dengan tari dan silat keliling
desa. Pemangku adat lantas menyeru penunggu pematang di tujuh
bukit, tujuh jurang, tujuh pematang untuk turut menyaksikan ngagah
harimau.
Setelah disantuni, manusia dan harimau kembali harmonis demi
kenyamanan anak-cucu. Perhelatan Ngagah Harimau yang terakhir
digelar pada 1960-an, dan semenjak itu Pulau Tengah tak lagi pernah
menghelat tradisi adat itu. Kini sudah tidak ada lagi harimau. Sirna
hutan, sirna harimau, sirna pula adat istiadat.

MORAL
Harimau menjadi inspirasi etika sosial masyarakat di pedalaman
Jawa dan Sumatra. Di masa Jawa klasik misalnya, tempat-tempat
yang dihuni harimau disebut angker, keramat, dan biasanya menjadi
hutan larangan.
Seorang penari putri yang trance merangkak di depan patung Dalam ritual adu harimau dan banteng, harimau dianggap
harimau saat Ngagah Harimau di tepi Danau Kerinci, Kerinci, Jambi. mewakili Belanda dan banteng mewakili Jawa. Sebagai simbol Belanda,
Ngagah Harimau merupakan tradisi lama yang kemudian dibangkitkan harimau mewakili citra kekacauan dari pihak asing yang mengancam
kembali dalam bentuk seni kontemporer. Di masa lalu, tradisi ini bisa tatanan Jawa. Dalam pertarungan itu, raja berharap harimau kalah,
dikatakan sebentuk mitigasi konlik harimau dan manusia. Setiap ada sebagai tanda tunduknya kekacauan dari kekuatan pemberi hidup—
harimau mati, entah alami ataupun dibunuh karena memangsa ternak, diwakili kerbau, hewan pertanian Jawa. Artinya, adu macan dan
masyarakat menggelar Ngagah Harimau di rumah adat. banteng dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan kosmik
antara yang baik dan yang jahat. Tak heran, dalam ritual itu sang raja
menginginkan banteng atau kerbau keluar sebagai pemenang.
FOTO: AGUS PRIJONO

42 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 43


DI MASA JAWA KLASIK, TEMPAT YANG DIHUNI HARIMAU
DISEBUT ANGKER, KERAMAT, DAN BIASANYA MENJADI
HUTAN LARANGAN.

Tidak heran, Blambangan di ujung timur Jawa, utamanya Taman


Nasional Alas Purwo, dan habitat terakhir harimau jawa: Taman
Nasional Meru Betiri, masih menjadi pusat spiritual tradisional Jawa
hingga kini.
Sebaliknya, di ujung barat Jawa, kini Taman Nasional Ujung
Kulon, juga menjadi jantung spiritual yang berkaitan dengan
harimau. Hingga awal abad ke-20, Ujung Kulon masih dipandang
sebagai wilayah harimau.
Pada abad lalu, di wilayah Priangan, ada imbauan yang melarang
masyarakat melakukan perjalanan ke gunung selama bulan Maulud.
Karena saat itulah harimau di Ujung Kulon berganti tempat dengan
harimau di Lodoyo, Blitar, Jawa Timur.
(Ini bersamaan dengan tradisi Maulud di Lodoyo: memandikan
gong Kyai Pradah. Dalam bahasa Sunda, kata lodaya juga berarti
maung atau harimau).
Secara sosial, harimau dijadikan kekuatan moral bagi masyarakat Tiga bersaudara
Ada kebiasaan di sebagian Sumatra dan Jawa, harimau dipandang
Jawa dan Sumatra sebagai sebentuk ‘hukuman’ bagi pelanggar yang 'bersahabat
sebagai penjaga makam-makam keramat. Kepercayaan ini banyak
etika, seperti hubungan asmara terlarang, menebang kayu di hutan dengan harimau'
sedang menggelar
dijumpai di Aceh, yang meyakini kuburan orang suci memiliki penjaga
larangan, ataupun melanggar tabu. Dengan kata lain, harimau
ritual di pedalaman
harimau. Sebagian orang memercayai harimau penjaga sebagai roh
sebagai mekanisme kendali sosial untuk ‘menghukum’ pengganggu
Kerinci. Orang-orang almarhum, sebagian yang lain mengira harimau kiriman Tuhan.
tatanan sosial. Di sejumlah tempat di Sumatra, terutama di wilayah
berkemampuan Orang-orang spesial dengan kemampuan supranatural punya
dengan pengaruh adat Minangkabau, harimau yang berkeliaran di
spiritual seperti hubungan gaib dengan arwah harimau. Seperti di Kerinci, Jambi,
pemukiman sebagai isyarat ada orang yang melanggar etika sosial.
mereka dapat dijumpai Sumatra, tempat hewan ini masih eksis, terdapat kepercayaan bahwa
Di pedalaman Aceh, pada abad lampau, bila setelah kematian
di pelosok Kerinci, harimau ‘gaib’ adalah leluhur dan sahabat yang bisa dipanggil dengan
seseorang berubah menjadi harimau, almarhum diyakini sebagai
Sungai Penuh, Jambi. perantara orang-orang spesial.
orang yang berdosa. Sementara itu, di wilayah Batak Simalungun,
Melalui mereka, harimau gaib dapat memberikan bantuan
ada kepercayaan: orang tua yang menjalani kehidupan asketik bisa
kepada seseorang untuk menyelesaikan kesulitan hidup. Manusia
menghilang, lalu berubah menjadi harimau, gajah, dan ular. Di
penghubung ini nampaknya lebih tepat disebut syaman atau dukun,
wilayah Batak lainnya, ada keyakinan bahwa setelah kematiannya,
yang menjadi perantara antara arwah harimau dengan manusia.
orang yang jahat akan berubah menjadi harimau. Selain itu, ada
Selama kurun 1830-an dan 1940-an, di Jawa dikenal fenomena
kepercayaan, orang yang dimangsa harimau dinilai melanggar adat.
seperti di Kerinci, yang disebut sima leluhur. Setelah dekade pertama
SUPRANATURAL
abad ke-20 istilah itu semakin langka mengingat harimau telah
Di wilayah Jawa bagian barat hingga kini masih ada mitos tentang menghilang dari sebagian besar wilayah Jawa.
harimau putih. Tokoh besar Jawa bagian barat, Raja Siliwangi selalu Namun demikian, keyakinan ini belum hilang sama sekali,
dikaitkan dengan harimau putih, yang menegaskan sisi supranatural utamanya di pelosok Jawa. Harimau sebagai leluhur juga disebutkan
harimau. Macan putih juga dikaitkan dengan dua kerajaan Hindu di di Bali akhir abad ke-19. Karena itu, orang Bali takut membunuh
Kediri dan Blambangan (Banyuwangi), Jawa Timur. harimau lantaran khawatir mungkin yang dibunuh adalah leluhurnya.
FOTO: AGUS PRIJONO

44 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 45


PELINDUNG DESA
Masyarakat Sumatra dan Jawa meyakini adanya harimau penunggu
desa. Pada masa abad ke-18, di Cirebon sampai Priangan, dikenal
macan bumi yang dipercaya melindungi desa dari gangguan harimau
liar. Di Yogyakarta, macan bumi dianggap harimau yang lahir di
sekitar desa, atau setidaknya sudah ada di sekitar desa. Penduduk
menghormati macan bumi, tidak ada yang ingin menangkap, apalagi
membunuh, karena tidak membahayakan orang dan ternak. Macan
bumi melindungi desa, dan mencegah harimau asing masuk ke desa.
Di wilayah Besuki, dekat habitat terakhir harimau jawa di Meru
Betiri, penduduk mengenal keberadaan harimau 'baik' yang tinggal
di lingkungan desa. Harimau baik diyakini tidak pernah memangsa
ternak penduduk. Kepercayaan serupa juga berkembang di Sumatra,
yang disebut harimau tanjung ataupun harimau pematang. Penutur
lokal umumnya menggambarkan harimau pelindung berupa macan
kumbang berwarna hitam, dengan seuntai garis putih di dada.
Apapun itu, alam bawah sadar masyarakat sebenarnya memendam
nilai budaya terkait dengan interaksi manusia dengan harimau. Citra
budaya ini dikisahkan turun-temurun, dan membentuk pandangan KONSERVASI
hidup. Harimau penunggu diyakini tidak akan mengganggu manusia, Patung harimau, yang Reputasinya sebagai pemangsa dengan daerah jelajah yang
dan menjaga ketentraman desa. Kalaupun ada yang menggangu, nampak komikal, di luas membuat satwa ini pantas menjadi ikon konservasi. Dalam
biasanya dipandang sebagai perbuatan harimau liar dari luar wilayah seputaran Titik Nol konservasi, harimau menyandang gelar lagship species: hewan yang
desa. Yogyakarta. Sejak dapat menarik kepedulian masyarakat untuk mendukung upaya
punah, masyarakat pelestarian alam. Ia juga spesies payung, umbrella species. Artinya,
BIOLOGI Jawa mengenal melestarikan harimau juga berarti memayungi dan melindungi lora-
Harimau adalah pemangsa di puncak piramida makanan. Karena harimau hanya dari fauna di wilayah jelajahnya.
itu, ia mengendalikan populasi mangsa yang ada di rangkaian rantai patung, lukisan dan Di sisi lain, karisma tersebut menegaskan konservasi harimau
makanan di bawahnya. Kehadiran harimau menandakan rantai perabot lain. membutuhkan kontribusi banyak pihak. Umumnya, daerah jelajah
makanan berputar: dari produsen (tumbuhan) – herbivor (konsumen harimau juga mencakup kawasan hutan di luar kawasan konservasi.
1) – karnivor (konsumen 2) - dekomposer (pengurai). Dengan Bahkan, kawasan lindung yang ada saat ini tak cukup memadai untuk
demikian, adanya harimau menandai kesehatan ekosistem. mendukung keberlangsungan hidup harimau dalam jangka panjang.
Sebagai pemangsa, ia terampil berburu secara individual. Ia Jadi, selain pengelolaan kawasan hutan yang efektif, konservasi
tipe pemangsa seperti penembak jitu: mengintai, mengendap, harimau perlu peran aktif para pihak yang bekerja di kawasan non-
lalu menyergap dengan bertumpu pada kaki pendek yang kokoh. hutan, seperti perkebunan dan hutan tanaman yang menjadi habitat
Kekuatan utamanya terletak pada tenaga, bukan daya berlari jauh satwa ini. Demikian juga, peran masyarakat yang menjadi pengelola
dalam waktu lama. Semburat lorengnya menyamarkan harimau saat kawasan hutan dalam skema perhutanan sosial. Ini mengingat wilayah
mengintai mangsa di antara rimbunnya tumbuhan. hutan sosial dapat menjadi kawasan penyangga habitat harimau,
Tubuh harimau penuh dengan itur-itur mematikan: siungnya karena lokasinya biasanya dekat dengan habitat harimau.
disangga rahang kokoh yang mampu meremukkan tulang, cakarnya Bergabungnya para pihak tersebut dapat menambah habitat dan
bisa meregang sampai beberapa sentimeter. Matanya berpendar saat jalur koridor bagi harimau. Pada saat yang sama, sinergi para pihak
gelap: mekanisme penerangan dari belakang lensa oleh membran akan memudahkan mitigasi konlik: mengurangi potensi, mencegah,
yang memantulkan cahaya melalui retina. dan menangani konlik antara harimau dan manusia. ***
FOTO: DWI OBLO

46 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 47


KADATON SIMA*
KERAJAAN HARIMAU
R. Kartawibawa, 1925

Sepengetahuan saya, kawasan yang disebut kerajaan


harimau atau kadaton sima adalah Lodoyo, Blitar bagian
selatan; Gadungan, di Pare, Kediri; Keduwang, Wonogiri;
dan Cilacap. Di mana pun, hutan memang ada harimaunya,
tapi tidak berkeliaran banyak seperti di tempat-tempat
tersebut. Harimau di daerah itu besar-besar, ibaratnya: jejak-
jejaknya sebesar piring. Semakin ramai daerahnya, semakin
habis hutannya, habis pula harimaunya.
Menurut penuturan orang-orang tua, harimau memiliki
ratu. Ratunya: siluman harimau putih. Punggawanya adalah
harimau yang besar, yang juga siluman, tapi dapat dipanggil
TAK SEDIKIT dan dilihat, asal mengerti syarat dan cara mengundangnya.
DUSUN YANG Harimau gadungan ini diyakini berasal dari orang sakti yang
bisa berubah menjadi harimau. Ada kisahnya, tapi saya lupa.
MEMILIKI BENTUWAH: Bapak saya bercerita, orang-orang di Dusun Gadungan
HARIMAU PENJAGA bisa berubah menjadi harimau. Bila menjaga ladang atau
menempuh perjalanan pada malam hari, mereka berubah
DUSUN, YANG menjadi harimau
MUNCUL PADA HARI- Sementara itu, hutan belantara memang berisi harimau
hewan sebenar-benarnya. Hanya saja, lantaran dibilang
HARI BAIK. ada yang memelihara, kalau ke hutan sebaiknya meminta
izin kepada sang penunggu hutan. Menurut saya, hal itu
hanya kepercayaan orang dusun semata. Ketika hutan masih
lebat, permukiman masih jarang-jarang, harimau banyak
berkeliaran—seperti anjing kampung.
Kadang harimau menunggui orang kondangan, ataupun
orang yang berjualan pada malam hari. Memang, tidak
sedikit dusun yang memiliki bentuwah: harimau penjaga Inilah satu dari dua spesimen harimau jawa yang tersimpan di
dusun, yang muncul pada saat hari-hari baik, serta tidak mau Museum Zoologi Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Sejak
mengganggu orang dan ternak. Saking banyaknya harimau, punah, museum tak bisa lagi menambah koleksi spesimen harimau
orang dusun tidak punya rasa takut. Kalau pun orang jawa. Spesimen tahun 1940 ini berasal dari Blitar, Jawa Timur. Blitar
* Cuplikan penuturan R. dimangsa harimau, ya, dipandang apes saja. Tidak seperti selatan masih dikenal sebagai sarang harimau yang terakhir hingga
Kartawibawa dalam Bakda
Mawi Rampog, terbitan Bale
zaman sekarang, orang dimangsa harimau kok dianggap awal abad ke-20.
Pestaka, 1925. mengejutkan dan bikin geger.
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
48 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 49
Citra harimau yang tertatah di wayang Jawa di
Yogyakarta. Kesenian dan budaya memberikan
ruang bagi harimau, yang telah punah di Jawa,
untuk tetap 'hidup' dalam kenangan khalayak.
FOTO: DWI OBLO

50 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 51


BAGIAN DUA

N U S A N TA R A H A R I M A U

YANG SILAM,
YANG KELAM

Citra kobaran api dan seringai raksasa yang


terpahat di sisi belakang gunungan wayang
Jawa. Posisi gunungan yang menampilkan
citra ini sebagai penggambaran zaman kisruh,
kehidupan sedang goyah.
FOTO: DWI OBLO

52 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 53


PENGANTAR

DUA SIRNA, SATU TERSISA

Indonesia satu-satunya negara kepulauan yang dihuni harimau.


Hingga 1980-an, tiga subspesies harimau menguasai tiga pulau: Bali,
Jawa, dan Sumatra. Sayangnya, pada 1940-an harimau bali punah,
yang lantas disusul harimau jawa pada 1980-an. Jarak dua kepunahan
pemangsa kelas atas yang tak sampai setengah abad adalah kehilangan
besar bagi Nusantara.
Kepunahan itu bermula dari ujung timur menuju barat. Kini, pulau
paling barat, Sumatra, menjadi benteng terakhir bagi satwa pemangsa Citra lukisan orang- ingin tuah kewibawaan, tega memajang patung harimau. Ironisnya,
ini. Sumatra adalah pertaruhan terakhir dalam melestarikan harimau orang Eropa yang wujudnya pun sering tidak elok: tubuh melar kegemukan, seringai
berpesta perburuan di komikal, dengan sepasang mata redup.
di bumi Nusantara. wilayah Priangan, Jawa
Dua gelombang kepunahan telah menyapu habis populasi harimau bagian barat.
Dengan demikian, harimau jawa dan harimau bali adalah ikon
bali dan harimau jawa. Ironisnya, Jawa dan Bali seakan tidak meratapi kepunahan Indonesia: tiga pulau, tiga subspesies harimau, dua
sirnanya si harimau. Kini, disadari atau tidak, alam bawah sadar Jawa kehilangan. Punahnya harimau bali dan harimau jawa yang hanya
memendam kerinduan akan harimau. Kerinduan ini manusiawi, yang berselang 40 tahun menunjukkan kiamat harimau begitu nyata di
menyiratkan bahwa kepunahan barangkali pantas diratapi. depan mata. Pertanyaannya: adakah harimau punya sejarah seperti
Kerinduan itu tersirat dari kehebohan setiap ada kabar perjumpaan halnya manusia? Merunut kembali kisah hidup dua harimau pulau
harimau jawa. Selain itu, banyaknya patung satwa ini di berbagai sudut ini penting untuk memetik hikmah dalam menyelamatkan harimau
desa dan kota bisa jadi juga sebentuk kerinduan yang lain. sumatra.
Tengara zaman apakah ini? Bila pun kepunahan dirasakan sebagai Hidup memang semakin sulit bagi harimau sumatra. Kucing besar
tengara runtuhnya kemanusiaan, adakah satu atau dua generasi ini menghadapi berbagai ancaman. Ada ancaman utama yang kerap
merasakan kehilangan? Apalagi kepunahan dua harimau kepulauan disebut 'empat mala': penggundulan hutan, perburuan, konflik
itu benar-benar karena perilaku gegabah manusia. dengan manusia, dan alih fungsi lahan.
Nasib harimau jawa dan harimau bali menunjukkan betapa Empat mala ini pernah mendera harimau bali dan harimau jawa.
manusia telah bertindak bagaikan Tuhan: menentukan satu spesies Hasilnya? Siapa pun tahu: mereka punah.
beranak-pinak, sambil membinasakan spesies yang lain. Agak sulit Kini, tinggal satu subspesies tersisa dengan sekali kesempatan
menerka bahwa sirnanya harimau meninggalkan pelajaran pahit. inal untuk melestarikan sang raja hutan. Satu lagi tragedi, harimau
Buktinya, kebanyakan orang lebih menyukai satwa ini hadir dalam akan punah selamanya dari bumi Nusantara. Sekali lagi lengah,
bentuk perabot: patung, hiasan, lukisan. Ada juga jimat dari kuku, harimau tuntas punah. Tak bisa dibayangkan betapa Nusantara
taring, kulit, ataupun kumis harimau. Yang lebih kejam, mereka yang harimau tanpa harimau.
FOTO: REPRO ‘KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN’

YANG SILAM, YANG KELAM 55


YANG SILAM, YANG KELAM

HARIMAU BALI
MUSNAH DI UJUNG BEDIL PEMBURU

Pemangsa terkecil dari semua ras tigris ini tidak banyak dikenal
sains. Tidak mengherankan, nasib harimau bali bisa dibilang amat
tragis. Karena itu pula, tidak ada banyak informasi tentang harimau
bali.
Pada 1830, daerah pegunungan Pulau Bali dikenal sebagai
wilayah hunian harimau. Begitu juga daerah Jembrana, pegunungan
Buleleng, dan Tabanan merupakan daerah jelajah harimau. Kedua
daerah tersebut tercakup dalam wilayah bagian barat Bali.
Sekitar satu dekade kemudian, ahli botani Swiss H. Zollinger Satu-satunya spesimen sebagai daerah jelajah harimau yang membuat orang berpikir dua
menemukan harimau mendiami pegunungan Bangli, Bali bagian harimau bali di kali untuk melewati jalan yang menembus hutan Bali Barat. (Kini,
timur. Catatan-catatan itu menegaskan harimau pernah tersebar di Museum Zoologi jalan itu menjadi jalur utama dari Gilimanuk ke daerah lain di Pulau
seluruh bagian utara Bali. Kendati sampai 1881, dilaporkan masih Bogor Lembaga Bali. Jalan lebar dan beraspal mulus itu membelah Taman Nasional
ditemukan di sekitar Bangli, namun sejak 1860-an harimau bali Ilmu Pengetahuan Bali Barat).
semakin jarang. Selama dekade terakhir keberadaannya, sebaran Indonesia yang menjadi Wilayah di tepi barat Bali ini menjadi tempat berburu harimau
harimau terbatas di ujung barat pulau. bukti otentik hewan yang populer bagi orang Eropa. Pada masa 1935, perburuan dengan
ini memang pernah
Salah satu penyebab punahnya harimau bali adalah pembangunan senjata api begitu intensif, sehingga beberapa ahli menduga harimau
menghuni Pulau Bali.
wilayah ini pada zaman kolonial. Pembangunan lahan pertanian dan bali bakal punah dalam beberapa tahun.
infrastruktur jalan telah dimulai pada akhir 1800-an dan awal 1900- Pada paruh pertama 1936, pemburu membunuh lima harimau
an, yang berkontribusi mengubah ekosistem Bali. Jalan-jalan utama bali, dan pada 1937, seekor harimau betina dewasa dibunuh di
sudah dikembangkan pada 1935 yang memecah-belah hutan habitat Sumber Kima, Bali Barat. Selama kurun 1933 sampai 1937, 14 harimau
harimau. Infrastruktur jalan terutama untuk menghubungkan sisi meregang nyawa di ujung bedil pemburu. Kendati populasinya telah
barat dan timur pulau yang dikenal sulit untuk ditembus. banyak berkurang, setelah itu masih ada saja laporan enam harimau
Namun, perburuan untuk rekreasi menjadi penyebab utama di dataran rendah, dan mungkin lebih banyak di pegunungan.
yang mengakhiri harimau bali. Selama 1920 - 1930-an, para Beberapa catatan menyimpulkan 1937 merupakan tahun terakhir
pemburu mengejar harimau bali tanpa pandang bulu. Perburuan bagi harimau bali. Bisa jadi, tahun kepunahan ras ini terjadi pada
juga menyasar satwa mangsa, yang mempengaruhi persediaan 1942, dan pasti punah sekitar 1955. Upaya melindungi harimau bali
pakan harimau. mulai terlihat pada 1947, saat dewan raja-raja Bali melindungi hutan
Padahal, selama masa pergantian abad ke-19 menuju abad ke- Banyuwedang sebagai suaka perlindungan satwa, yang menjadi cikal
20, Bali Barat masih dipandang sebagai wilayah harimau. Sampai bakal Taman Nasional Bali Barat. Sampai 1970-an masih terdengar
1930-an, kawasan yang kini menjadi taman nasional ini dikenal kabar ihwal perjumpaan dengan harimau bali. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

YANG SILAM, YANG KELAM 57


KECIL NAN RENTAN
Pulau Bali adalah contoh nyata bahwa lora dan fauna di pulau kecil
sangat rentan mengalami kepunahan. Apalagi satwa pemangsa seperti
harimau yang butuh mangsa dan wilayah jelajah luas. Tak heran, hanya
dalam hitungan belasan tahun semenjak dikenal sains, ia sirna dari
muka Bumi. Pembangunan lahan pertanian dan infrastruktur jalan
telah dimulai pada akhir 1800-an dan awal 1900-an, yang mengubah
bentang alam Bali. Jalan-jalan utama sudah dikembangkan pada 1935,
SEBELUM PUNAH PADA 1940-AN, BERAPA KIRA-KIRA
dan memecah-belah habitat hutan harimau. Infrastruktur jalan terutama POPULASI HARIMAU BALI?
untuk menghubungkan sisi barat dan timur pulau yang dikenal sulit Jika bisa diterima asumsi kepadatan rata-rata di hutan
ditembus dan dilalui di masa lalu. dataran rendah bagi seekor harimau adalah 15 km persegi,
dan sekalipun seluruh Bali adalah habitat harimau, maka
hanya ada 110 ekor harimau bali dewasa pada satu waktu
yang bersamaan.

TAMAN NASIONAL BALI BARAT


Singaraja
Wilayah tepi barat ini menjadi lokasi perburuan harimau,
rusa dan satwa lain bagi orang Eropa. Pada 1935,
perburuan dengan senjata api begitu intensif sehingga
beberapa ahli menduga harimau bali bakal punah dalam
beberapa tahun.

Negara
Pada 1840-an ahli botani Swiss H. Zollinger
mencatat harimau mendiami pegunungan
Bangli. Catatan ini menegaskan harimau Amlapura
pernah tersebar di sisi timur Bali.
SURGA PERBURUAN Bangli
Sudah semenjak 1906, Bali menjadi tempat favorit
bagi para pemburu yang tertarik dengan pegunungan
yang sunyi, penuh rusa dan harimau. Banyak pemburu Tabanan Gianyar Semarapura
melakukan perjalanan tahunan ke pulau ini. Seperti
pembuat bom E. Munaut dari Surabaya, yang membunuh
20 harimau bali pada 1913. Atau, Ledeboer bersaudara,
dari Jawa Timur, yang menembak 11 harimau bali sebelum Badung
tahun 1915.

DENPASAR

TAMAN NASIONAL

TUTUPAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: ASHRAF, MOHAMMED. HUTAN 2014
2006. THE EXTIRPATION OF BALI AND JAVAN TIGER: LESSONS FROM THE PAST . TIGER PAPER, JULY-SEPTEMBER 2006, REGIONAL QUARTERLY BULLETIN ON KILOMETER
WILDLIFE AND NATIONAL PARKS MANAGEMENT. DIUNDUH DI HTTPS://WORKS.BEPRESS.COM/BIOCENTRISM/12/; BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF
FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600 - 1950 . YALE UNIVERSITY; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., & AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA 0 9 18
DAN BALI . EDITOR SERI: S. N. KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA. JALAN ARTERI
YANG SILAM, YANG KELAM

H A R I M A U J A WA
TERLAMBAT DI TIKUNGAN TERAKHIR

Kendati sedikit berumur lebih panjang, harimau jawa akhirnya


menyusul harimau bali. Harimau jawa mungkin telah punah pada
medio 1970-an, yang lalu dinyatakan punah pada 1980-an. Artinya,
hanya dalam kurun 40 tahun, dua ras harimau punah secara
berurutan: harimau bali pada 1940-an dan harimau jawa pada 1980-
an. Sebelum tersudut di habitat terakhirnya, di Taman Nasional
Meru Betiri, Jawa Timur, si raja hutan tersebar luas di Pulau Jawa.
Dari ujung barat sampai timur, pemangsa ini menguasai wilayah- Inilah citra terakhir sejak abad ke-17, alun-alun istana Jawa bagian tengah-selatan menjadi
wilayah liar. harimau jawa yang palagan rampogan macan dan adu harimau versus kerbau. Ada pesan
Wilayah Jawa bagian barat, Banten dan Priangan, disebut sebagai diabadikan Andries dalam ritual ini: harimau sebagai simbol penjajah Belanda, dan
sarang harimau sepanjang abad ke 19. Ke arah Jawa bagian tengah, di Hoogerwerf di Taman kerbau adalah simbol manusia Jawa. Untuk keperluan ritual tersebut,
wilayah Weleri, antara Pekalongan dan Semarang, yang dilalui jalan Nasional Ujung Kulon, raja Jawa biasanya memiliki kandang berisi harimau.
pos, dikenal sebagai kawasan kekuasaan harimau. Selain aumannya Banten, pada 1938. Dalam perhelatan tersebut, khalayak berharap kerbau menjadi
kerap terdengar, kadang-kadang harimau juga menunjukkan diri di Sejak itu, tak ada foto pemenang. Tak perlu heran, bila harimau di atas angin, sang raja
jalan. Hanya saja, pada 1850-an, populasi harimau di kawasan itu harimau jawa di alam
bisa saja mendadak menghentikan pertarungan. Bahkan, pada
menurun lantaran penebangan hutan. liar.
zaman Amangkurat III, harimau menjadi eksekutor hukuman bagi
Cerita serupa juga ada di bentang jalan antara Surakarta dan Pangeran Puger bersama sejumlah keluarga yang dianggap bersalah
Ngawi, di perbatasan Jawa bagian tengah dan timur. Semakin ke di Kartasura.
timur, wilayah Blitar dikenal sebagai sarang harimau terluas pada Semakin ke timur, memasuki wilayah yang belum banyak dikenal
1840-an. Kawasan ini masih diselimuti belantara yang belum banyak hingga abad ke-19: Pasuruan, Probolinggo, Besuki, dan Banyuwangi.
tersentuh manusia sampai 1860-an. Namun, dalam dasawarsa Kendati wilayah pesisir cukup padat pemukiman, pedalaman wilayah
selanjutnya, pemerintah kolonial memegang kendali atas eksploitasi ini sebagian besar masih tertutup hutan. Satu lokasi yang bereputasi
hutan jati dan pembukaan lahan budidaya di kawasan ini. sebagai sarang harimau adalah Klakah, yang berada di bentangan
Di selatan Blitar, terdapat hutan Lodoyo yang diduga memiliki jalan antara Probolinggo - Lumajang.
kepadatan harimau tertinggi. Hingga kini, setiap Maulud, masyarakat Kawasan liar yang cukup terkenal adalah Gunung Baluran dan
adat Lodoyo, yang memercayai harimau jejadian, menggelar tradisi sekitarnya—kini taman nasional. Gunung Baluran yang berhutan
mencuci gong Kyai Pradah atau Kyai Macan. Sampai 1906, Blitar lebat menjadi tempat favorit bagi harimau dan pemburu sampai
menjadi tempat terakhir perhelatan rampogan macan. akhir periode kolonial. Di sisi selatan Besuki dan Banyuwangi—yang
Rampogan macan adalah tradisi pengepungan harimau dan terlambat dikuasai pemerintah kolonial—terdapat Taman Nasional
macan tutul di alun-alun saat menjelang hari raya Idul Fitri. Kira-kira Meru Betiri yang menjadi tanah terakhir harimau jawa.
FOTO: REPRO ‘EKOLOGI JAWA DAN BALI”

60 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 61


sistem imbalan dan ritual istana. Kemudian, jumlah harimau yang
sudah berkurang drastis diperburuk dengan menyusutnya habitat dan
perburuan.
Sampai 1960-an, harimau hanya tercatat di dua kawasan konservasi:
Ujung Kulon, Banten, dan Meru Betiri, Jawa Timur. Sayangnya, pada
1970, harimau tidak lagi terlihat di Ujung Kulon, dan populasi hanya
tersisa di Meru Betiri. Selama kurun 1960-1970-an, jagawana masih
melaporkan perjumpaan dan insiden konlik dengan harimau jawa
di sejumlah tempat yang tercakup di lanskap Ijen, Raung, Marapi—
dekat Meru Betiri.
Sekitar 1980, tim pakar dan pemerintah menyusun rencana
pengelolaan Meru Betiri untuk menyelamatkan harimau. Tim sempat
Jejak-jejak melakukan survei, dan menemukan tanda keberadaan harimau.
cakaran harimau Hasilnya, tim menduga hanya tiga hingga lima harimau dewasa yang
jawa di sebatang diyakini hidup di Meru Betiri. Jadi, berbekal segelintir populasi itulah
pohon di wilayah tim menyusun rencana pengelolaan Meru Betiri.
Sindangbarang, Jawa Lalu pada 1979, penampakan harimau dilaporkan dari sekitar
Barat. Kemungkinan Gunung Slamet, di perbatasan Jawa bagian barat dan tengah. Pada
foto ini diambil di 1987, sebuah tim menemukan jejak, goresan, dan kotoran harimau
kawasan Cianjur di Meru Betiri. Tim lain coba mencari sang harimau pada 1990
selatan. dan hanya menemukan jejaknya. Semenjak itu, ada sejumlah kabar
ihwal harimau jawa. Pada 1994 misalnya, harimau dilaporkan
Daerah yang dikenal sebagai sarang harimau tersebut umumnya di Banyuwangi, tak jauh dari Meru Betiri. Menurut surat kabar
berada di sepanjang jalan raya dan jalur kereta api. Sementara itu, pada tahun itu, harimau dipercaya masih ada di ujung timur Jawa.
daerah-daerah terpencil masih jarang dikunjungi sehingga catatan Penemuan lain yang diduga harimau jawa dilaporkan dari Gunung
tentang harimau nyaris tidak ada. Misalnya saja, Blitar selatan di Jawa Kidul, selatan Yogyakarta, pada 1999.
bagian timur. Daerah ini masih dikenal sebagai wilayah harimau Hanya saja, laporan tersebut, dan laporan setelahnya, tanpa
sampai 1840-an karena belum tersentuh jalur kereta api. Blitar pembuktian lebih lanjut—semisal bukti dengan kamera jebak. Hingga
selatan baru dibuka pada 1860, dan perkebunan tembakau mulai kini, sejumlah pihak memandang harimau masih hidup di pedalaman
berkembang pada 1900. Kendati tak berhasil, perkebunan tembakau Jawa. Kendati sulit dibuktikan di alam nyata, harimau jawa justru
telah membuka tutupan hutan. Lahan bekas perkebunan tembakau 'hidup' dalam kisah dan ruang ingatan penutur lokal.
ini lantas dijadikan hutan jati oleh otoritas kehutanan Belanda. Namun perlu diingat, banyak orang kerap tak bisa membedakan
Selama masa kolonial, untuk meningkatkan produksi komoditas harimau loreng dengan macan tutul. Seandainya harimau masih
pertanian, pemerintah membuka lahan-lahan baru yang subur. hidup, peluangnya teramat kecil, dan butuh pembuktian dalam waktu
Ekspansi perkebunan diiringi dengan pembukaan jalan, rel kereta lama. Bahkan pada 2018, beredar foto kabur bersosok harimau dari
api dan migrasi tenaga kerja ke daerah terpencil. Perlahan-lahan, Taman Nasional Ujung Kulon, yang lalu terbukti ternyata macan tutul.
hal itu menyebabkan berkurangnya habitat, dan populasi harimau Namun, foto itu telah mendorong sejumlah pemerhati menggelar
terkurung di kantong-kantong hutan. ekspedisi untuk membuktikan keberadaan harimau jawa.
Sementara itu, berdirinya Himpunan Perlindungan Alam Hindia Mengingat hampir setiap jengkal Jawa telah tersentuh manusia,
Belanda (NIVN) pada 1912 belum menyentuh upaya pelestarian bukankah lebih mudah membuktikan harimau jawa masih ada
harimau. Ringkasnya, sejak masa awal kolonial abad ke-17, kompeni ketimbang ia telah punah? Bila pun masih ada populasinya, seberapa
dan kerajaan Jawa telah mendorong penangkapan harimau melalui siap negeri ini melestarikan sang harimau di pulau terpadat ini? ***
FOTO: REPRO ‘EKOLOGI JAWA DAN BALI’

62 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 63


PENGUASA JAWA YANG SIRNA
Sungguh tak mudah menentukan waktu punahnya harimau jawa
yang diselimuti kepercayaan spiritual, karena orang punya kesan
mendalam terhadapnya. Tak heran, kadang-kadang ada saja
laporan perjumpaan harimau tunggal di wilayah terpencil di
media sosial. Tetapi, biasanya itu macan tutul yang lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang telah berubah.
Punahnya harimau jawa merangsang sebagian orang untuk terus
membuktikan ia belum punah. Sampai saat ini, setiap ada laporan
baru, pemerhati terus berupaya membuktikan satwa penguasa
Jawa ini belum punah.

IBUKOTA HARIMAU
Sejak mendirikan pos dagang pada abad ke-17, konlik
harimau-manusia telah pecah di Batavia. Ibukota negara
ini dahulunya wilayah jelajah harimau jawa.

SERANG DKI JAKARTA

BANTEN

Ujung Kulon Gunung Halimun


1940 1970 Subang 1940

Cibadak 1940 Gunung Tampomas


BANDUNG 1940
SEMARANG
J AWA B A R AT Boja
1940
Gunung Malabar Banyumas 1940
SURABAYA
J AWA T E N G A H
Garut 1940
Surakarta
Gunung Gelap 1970
Baluran
Kediri
HARI-HARI TERAKHIR Leuwueng Sancang DI YOGYAKARTA J AWA T I M U R
1940
Sejumlah catatan pada 1940-an menunjukkan sebaran
Blitar
tahun-tahun terakhir harimau jawa. Setelah tahun itu, Gunung Kidul 1940
catatan lebih bersifat dugaan tanpa pembuktian lebih Banyuwangi
lanjut. Pada 2000, pemerhati merilis sebaran harimau jawa 1940
hasil penelitian di sejumlah wilayah yang belum tercantum
pada peta yang dibuat pada 1980-an. Meski begitu,
berbagai usaha itu lebih banyak meninggalkan pertanyaan
ketimbang kepastian. Satu hal yang pasti: Taman Nasional MERU BETIRI 1970
Presiden Soeharto menegaskan perlindungan harimau jawa, namun Alas Purwo
Meru Betiri, di sudut selatan Jawa Timur adalah habitat
terakhir harimau jawa. tak ada tindakan nyata di lapangan. Untuk melindungi harimau jawa,
pemerintah mesti merelokasi sekira 5.000 pekerja perkebunan teh di
batas taman nasional. Faktanya, tak ada aksi di lapangan, dan upaya
SEBARAN HARIMAU JAWA
penyelamatan sekadar untuk menunjukkan niat baik.
Catatan 1940

Catatan 1970, tanpa konfirmasi


PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: RAHARYONO, D., &
PARIPURNO, E. T. 2001. BERKAWAN HARIMAU BERSAMA ALAM. YAYASAN KAPPALA INDONESIA, THE GIBBON FOUNDATION, PUSAT INFORMASI LINGKUNGAN
Catatan dirilis pada 2000 INDONESIA – JARINGAN PROGRAM PERGERAKAN LSM, BOGOR; SEIDENSTICKER, J., & SUYONO. 1980. THE JAVAN TIGER AND MERU BETIRI RESERVE: A
KILOMETER PLAN FOR MANAGEMENT. WORLD WIDE FUND, INTERNATIONAL UNION FOR CONSERVATION OF NATURE AND NATURAL RESOURCES, DIREKTORAT
Meru Betiri 1970 0 64 134 PERLINDUNGAN DAN PENGAWETAN ALAM; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., & AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA DAN BALI . EDITOR SERI: S. N.
KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA.

64 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 65


SIMA AMBABAL
HARIMAU LOLOS DARI RAMPOGAN
R. Kartawibawa, 1925

Keadaan pasti kisruh bila ada harimau yang lolos atau sima
ambabal dari medan rampogan. Setiap ada harimau yang
lolos, khalayak pasti panik bukan kepalang. Lha… ada yang
terpisah dari anaknya, dari temannya, ada juga yang terluka
karena lari tunggang langgang. Itulah yang menjadi cerita dari
mulut ke mulut. Saya sudah pernah melihat harimau lolos dari
rampogan. Di Kediri, ada harimau besar yang bisa menjebol
barisan bertombak itu, lantaran masih gesit dan sehat. dan sebagainya. Saat akan digelar rampogan, beberapa Suasana rampogan
orang mendirikan panggung dengan seizin penyelenggara. macan di Kediri, untuk
Rupanya, harimau ini ditangkap malam 25 Ramadan—
Panggungnya begitu besar yang bisa menampung tiga ribu menyambut lebaran Idul
mendekati 1 Syawal jelang lebaran, sehingga, ia masih segar
orang. Yang banyak menonton dari panggung umumnya kaum Fitri. Pergelaran terakhir
dan kuat. Setelah keluar kandang, harimau itu langsung lari, rampogan macan yang
berhenti sejenak menatap barisan orang di sisi utara. Dalam perempuan.
di Kediri dan Blitar
sekejap mata, ia melompat, dan mendarat di barisan depan. Kalau panggung itu tidak kokoh, pasti bisa roboh karena
sekitar 1906.
Tentu saja, orang yang menjadi sasaran lompatan harimau menanggung beban banyak orang. Sementara itu, orang dan
itu kocar-kacir. Sialnya, lantaran tidak menduga, barisan anak-anak yang tidak punya uang biasanya menonton dengan
di bagian belakang ikut bubar. Harimau pun lolos. Saat memanjat pohon beringin, sehingga dahan-dahannya penuh
menerabas barisan, harimau itu mencakari orang-orang. Enam orang. Pada suatu lebaran, saya pernah menonton rampogan
orang terluka berdarah-darah. Wah, tak terbayangkan betapa di Blitar. Ada macan kumbang yang sudah terluka parah tapi
kisruhnya suasana! masih mampu menyerang salah seorang di barisan. Orang itu
Kebetulan, harimau itu bersembunyi di bawah meja si ketakutan dan lari, sementara teman-teman di sekelilingnya
penjual rawon. Suami si penjual rawon berteriak minta tolong. tidak bisa menombak. Akhirnya, si macan kumbang lolos, lalu
Tanpa pikir panjang, ia menggebrak meja itu dengan gagang naik di salah satu pohon beringin.
pikulan. Hancur-leburlah seluruh dagangan istrinya. Harimau itu Memang macan kumbang dikenal pandai memanjat pohon.
akhirnya bisa dibunuh. O… betapa paniknya orang-orang di atas pohon. Ada yang
Sebelum benar-benar mati, harimau itu merangkak dari merosot dari dahan, ada yang terjun langsung. Ada seorang
bawah meja, dan si suami menggebukinya sampai mati. Cina di pohon itu, yang saking takutnya, langsung melompat.
Lantaran marah, suami itu mengumpati si harimau: gara-gara Begitu sampai tanah, ia langsung pingsan. Kepalanya
ia, dagangan istrinya porak-poranda. Siapa pun yang pernah berdarah-darah karena kulitnya selebar telapak tangan
* Cuplikan penuturan R. menonton harimau lolos, pasti bisa berkisah tentang keriuhan terkelupas. Pada saat itu, orang Cina berambut kucir. Rupanya,
Kartawibawa dalam Bakda ada anak yang iseng mengikatkan kuciran rambutnya ke akar
Mawi Rampog, terbitan Bale orang. Lantaran akan lebaran, orang-orang ingin memakai
Pestaka, 1925. baju bagus, dan tidak heran ada yang mencopet, mengutil, pohon beringin.
FOTO: REPRO ‘JAVA’S ONUITPUTTELIJKE NATUUR’

66 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 67


Dengan perspektif masa kini, rampogan macan dinilai
sebagai perhelatan keji yang menjadi salah satu penyebab
sirnanya harimau jawa. Dalam foto muram ini, tubuh harimau
jawa, macan kumbang, dan macan tutul bergelimpangan
mati seusai rampogan. Semuanya terluka parah di bagian
lambung.

FOTO: REPRO ‘JAVA’S ONUITPUTTELIJKE NATUUR’

68 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 69


NASIB TRAGIS DUA TRAH TIGRIS

Kepunahan bagaikan hantu: menyelinap diam-diam, lalu mengejutkan di


tikungan terakhir. Persis seperti itu nasib harimau bali dan harimau jawa, dua
subspesies Panthera tigris. Nasib paling tragis dialami harimau bali. Ia punah
dalam kesunyian: dikenal dalam waktu sangat singkat, lalu sirna. Meski
sedikit beruntung, akhir hidup harimau jawa pun tak kalah dramatis. Upaya
penyelamatan baru datang saat ia tinggal lima ekor di tanah terakhirnya
Meru Betiri. Belanda tiba seputar 1600, lalu mendirikan kantor VOC di
pantai barat laut Banten: Batavia—kini Jakarta. Sejak itu, satwa pemangsa
ini memasuki babak sejarah.

1605 1900
Catatan awal tentang ritual adu harimau vs Masa awal abad ke-20, ritual harimau tiada
banteng dan rampogan macan di kerajaan Jawa. 1906 lagi digelar di pusat kerajaan Jawa. Di istana
1620-an Yogyakarta, kandang kerajaan hanya berisi macan
Harimau jadi ancaman penghuni Batavia. Saksi Bali menjadi favorit pemburu rusa dan harimau.
Rampogan macan terakhir di Blitar dan Kediri. tutul.
mata: Sultan Agung mengirim punggawa berburu 1625
200 harimau selama 3 bulan. Harimau diadu Gubernur Jenderal melaporkan harimau Blitar selatan dinilai sarang harimau terakhir. 1909
dengan prajurit (mungkin rampogan macan). menyerang warga Batavia—sekitar 60 korban Holotipe: spesimen untuk subspesies harimau bali
dari populasi 6.000 manusia. 1912 ditembak pada tahun ini.
1644 Berdiri Himpunan Perlindungan Alam Hindia Pemerintah kolonial merilis undang-undang
Imbalan uang untuk penangkap harimau dan Belanda (NIVN). melindungi beberapa mamalia dan burung.
1648
satwa lain: badak, ular besar, dan buaya. Imbalan uang menjadi kebiasaan: bukti 1913
1915 – 1918 Pemburu dari Surabaya membunuh 20 harimau
1648 - 1654 kompeni mendorong perburuan harimau dan
Kandang harimau di istana Surakarta tiada lagi. bali. Himpunan Perlindungan Alam mengusulkan
Catatan duta kompeni: Sunan Amangkurat I satwa lainnya.
Pemburu menembak 22 harimau bali. 12 daerah perlindungan, di antaranya Ujung
sesekali menggelar adu harimau vs banteng. Kulon dan Alas Purwo. Sejak itu, pemerintah
1659
Konlik harimau makin kerap seiring kolonial mendirikan sejumlah kawasan lindung.
1670
berkembangnya permukiman ke luar Batavia.
Saran untuk penangkapan harimau dekat Batavia. Ekspansi pertanian menyingkirkan habitat
1922
Ratusan harimau dan macan tutul ditangkap di 1930-an Pemerintah tak lagi butuh statistik harimau yang
harimau.
sekitar kota. Sampai tahun ini Bali Barat masih menjadi tempat ditangkap dan dibunuh. Namun, sistem imbalan
tak pernah sepenuhnya dihapus—utamanya di
1703 berburu favorit bagi orang Eropa modern.
Sumatra, lantaran harimau masih jadi ancaman.
1820 Sunan Amangkurat III menghukum Pangeran
Ada ide membentuk tim pembasmi harimau jawa. Puger bersama sejumlah keluarganya. Mereka
1937 1936 – 1937
Usul ini sia-sia, tapi tetap ada upaya membasmi dimasukkan ke kandang harimau di Kartasura.
Harimau bali betina dewasa dibunuh di Sumber Pemburu membunuh lima harimau bali. Empat
harimau jawa. dari sisa populasi harimau jawa mati makan
1830 Kima, Bali Barat. Beberapa penulis menyatakan
1830–1870 Di daerah Bogor dan Priangan, sekitar 100 tahun ini harimau bali telah punah. bangkai beracun di Priangan dan Banten.
Ritual harimau mulai dikurangi, mungkin karena harimau dan macan tutul dibunuh setiap tahun. 1938
populasi harimau berkurang. Tahun 1830: masa Foto terakhir harimau jawa di Taman Nasional
tanam paksa yang mendorong pembukaan lahan 1861 1942 Ujung Kulon.
baru di wilayah liar. Pemerintah meminta residen di Jawa melaporkan Mungkin harimau bali punah pada tahun ini, dan
harimau di wilayahnya. Data itu untuk membasmi sudah pasti punah setelah 1955.
1862 1945
harimau, lantaran tingginya konlik.
Terbit aturan bagi warga yang ingin jadi pemburu 1950 Indonesia merdeka.
harimau profesional dengan senjata api. Juga, 1875 Harimau jawa kira-kira tinggal 25 ekor, 13 di
pendaftaran ‘kecelakaan’ bagi korban harimau. Awal istilah 'harimau pemakan manusia,' antaranya di Ujung Kulon. 1970
dengan fenomena ‘tulah harimau’ atau Pemerintah melindungi harimau.
1879 serangan harimau ke manusia. Konlik bermula 1972
Tulah harimau mendera Gunung Muria dan di Priangan dan Banten, lalu merembet ke Kira-kira hanya ada 7 harimau jawa di Meru Betiri.
Probolinggo, disusul Kediri pada 1880. timur. Tren perburuan harimau meningkat.
1979
1980 Harimau jawa dilaporkan di sekitar Gunung Slamet.
1880 Rencana pengelolaan harimau jawa di Meru
1886 & 1887 Ritual harimau kian jarang. Harimau musnah di Betiri. Tim peneliti menduga populasi harimau 1987
Harimau jawa yang dibunuh pada 1886: 126, kawasan yang mudah dijangkau. Gejala awal tak sampai 5 ekor. Dasawarsa ini sebagai hari- Tim peneliti menemukan jejak, cakaran, dan kotoran
dan pada 1887: 116. Angka ini lebih tinggi berkurangnya populasi harimau jawa makin hari terakhir bagi harimau jawa. harimau di Meru Betiri.
dari rata-rata pembunuhan harimau pada kentara.
dasawarsa 1860-an.
1894 1990
Pukulan terakhir tulah harimau jawa melanda Tim lain coba mencari harimau jawa, hanya 1994
1897 Berita harimau jawa dijumpai di Banyuwangi.
wilayah Gunung Muria, Jepara. menemukan jejak-jejaknya. UU Nomor 5/1990
Pemerintah kolonial menghapus sistem Sejak 1990-an seluruh kabar perjumpaan dengan
memperkuat perlindungan harimau.
imbalan untuk harimau jawa dan macan tutul. harimau jawa tanpa veriikasi pakar.

70 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 71


YANG SILAM, YANG KELAM

PESAN DARI DUA KERABAT

Terlambat adalah terlambat. Soal kepunahan, tak ada permakluman


‘lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali’. Sekali terlambat,
harimau jawa dan harimau bali punah selamanya.
Menyimak kembali punahnya dua trah harimau itu memunculkan
pertanyaan mendasar: bagaimana mendudukkan harimau dalam
konservasi di Indonesia? Di satu sisi, satwa ini menjadi ikon konservasi,
di sisi lain ia juga ikon kepunahan. Pertanyaannya, adakah hikmah Spesimen kulit dan Jelaslah, kepunahan harimau bali sebagian besar disebabkan
untuk menjembatani dua sisi tersebut? tengkorak harimau perkembangan pada zaman kolonial. Olah raga berburu menjadi
Punahnya pemangsa kelas atas ini adalah dua tragedi peradaban jawa dan harimau bali pemusnahan sistematis bagi kehidupan harimau bali.
yang mengajarkan agar tidak ada yang ketiga. Tragedi pertama: tersimpan bersama Hal ini berbeda dengan tragedi kedua yang dialami harimau
harimau bali punah terlalu cepat, terlalu mengejutkan. Bahkan, sains spesimen macan jawa. Satwa ini sudah lama dikenal sebagai penguasa hutan belantara
belum sempat mengenal lebih jauh tentang ekologi harimau bali. kumbang dan macan jawa sejak berabad-abad lampau. Sebagian masyarakat Jawa klasik
Bali bisa dibilang sebagai pulau terkecil di muka Bumi yang tutul. Museum Zoologi mengenal istilah kedaton sima atau kerajaan harimau, yang merujuk
dihuni harimau. Hal ini menegaskan bahwa lora-fauna di pulau Bogor Lembaga Ilmu
kepada hutan yang dihuni pemangsa ini. Catatan pertama yang
Pengetahuan Indonesia
kecil memang rentan terhadap kepunahan. mengisahkan pemangsa ini sudah ada sejak abad ke-17, saat Belanda
melestarikan spesimen
Sebelum tersudut di sisi barat, harimau menghuni bagian lain menginjakkan kakinya di pantai barat laut Banten.
satwa pemangsa ini
Pulau Bali. Pembangunan lahan pertanian dan jalan sudah dilakukan Kira-kira dua dekade setelah mendirikan kantor VOC, harimau
untuk keperluan sains.
pada akhir 1800-an dan awal 1900-an, yang berkontribusi mengubah acap kali menggerayangi permukiman Batavia. Konlik pun pecah.
ekosistem Bali. Bahkan, harimau dipandang lebih banyak membunuh pemukim
Jalan-jalan utama dikembangkan pada 1935, yang memecah Belanda, dibandingkan dengan serangan musuh—orang pribumi.
blok-blok besar hutan habitat harimau. Dan, akhirnya sisa populasi Dalam perspektif pemerintah kolonial, harimau adalah hewan
harimau bali tersudut di Bali Barat, yang kemudian menjadi medan pengganggu yang pantas dibasmi. Seawal 1648, pemerintah telah
perburuan bagi orang-orang Eropa. memberikan hadiah bagi penangkap harimau.
Hidup pemangsa ini amat tragis lantaran diburu habis-habisan Sistem imbalan ini terus berkembang, dan diatur pemerintah
saat demam perburuan untuk olahraga melanda Bali zaman kolonial. pada 1815 dan 1870, lalu dihapus pada 1897. Masih terkait dengan
Di masa awal abad ke-20, Pulau Bali sudah menjadi tanah impian repotnya menghadapi harimau, pada 1862 terbit aturan yang
yang menjanjikan kenikmatan tropika—termasuk berburu. Saat itu, memungkinkan siapa pun menjadi pemburu profesional dengan
turis, seniman, petualang, dan pemburu telah berbondong-bondong izin memiliki senjata api. Aturan itu juga mengatur pendataran
ke Bali. Pada saat itu, permukiman masih jarang-jarang sehingga ‘kecelakaan’ bagi korban konflik. Sedikit banyak, kebijakan tersebut
manusia dan harimau mendiami kawasan yang berbeda. mendorong perburuan harimau.
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
72 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 73
Harimau bali dikenal hanya dari lima kulit dan delapan tengkorak,
salah satu set di antaranya tersimpan di Museum Zoologi Bogor
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Deskripsi pertama harimau
bali dilakukan pada 1912, dan mungkin telah punah hanya dalam
jangka 30 tahun sesudahnya. Pada 1963, ada laporan sejumlah
penduduk melewati bangkai seekor harimau di hutan. Lima ekor
harimau bali dibunuh pada enam bulan pertama 1936. Tetapi
laporan pasti yang terakhir berasal dari tahun 1937 ketika harimau
bali ditembak dengan sengaja di Sumber Kima, Bali, untuk Museum
Zoologi Bogor. Dan, sekarang spesimen ini menjadi satu-satunya
bukti adanya binatang ini di Bali (atas). Sementara spesimen
tengkorak harimau jawa berasal dari kampung Tamanjaya, seputar
Gunung Honje, Banten. Tamanjaya kini berada di seputar Taman
Nasional Ujung Kulon. Spesimen tengkorak harimau yang dikoleksi
pada 1938 ini tak diketahui jenis kelaminnya. Pada tahun itu juga,
foto terakhir harimau jawa diabadikan oleh Andries Hoogerwerf di
Ujung Kulon (bawah).

FOTO: AGUS PRIJONO (SEMUANYA)


SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
74 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 75
Di sisi lain, istana Jawa juga memiliki tradisi adu harimau versus Sebenarnya, awal abad ke-20 menjadi momen penting dengan
banteng dan rampogan macan. Tradisi ini, mau-tak-mau berpengaruh munculnya kesadaran konservasi dengan berdirinya Himpunan
pada berkurangnya populasi harimau jawa. Selama dasawarsa 1830– Perlindungan Alam Hindia Belanda (NVIN). Himpunan yang
1870, ritual mulai berkurang, mungkin karena harimau semakin sulit terbentuk pada 1912 ini untuk melindungi kawasan penting dan
ditemukan di kawasan yang bisa dijangkau. Hingga 1906, rampogan satwa liar—kecuali hewan yang berbahaya.
macan yang terakhir digelar di Kediri dan Blitar, yang terletak jauh Pada 1913, himpunan mengirim petisi yang menuntut pemerintah
dari pusat istana Jawa. mendirikan monumen alam. Pemerintah merespon petisi ini pada
Selama kurun yang sama, revolusi pertanian Belanda di Pulau 1916 dengan Ordonansi Monumen Alam, Staatsblad Nomor 278.
Jawa merambah pedalaman liar. Kebun kopi pertama di Priangan Dalam keputusan itu, gubernur jenderal berwenang menentukan
telah ditata pada akhir abad ke-18, dengan menggerakkan ribuan wilayah yang bakal dijadikan cagar alam, entah untuk konservasi
tenaga kebun. Hal itu semakin mendekatkan manusia dalam maupun sains. Dengan keputusan tersebut, artinya perburuan satwa
pusaran konlik dengan harimau. Pada masa ini, hutan dan gunung dibatasi.
begitu menakutkan karena dihuni harimau dan badak sampai abad Hanya saja, selama pergantian abad itu, di Jawa bagian barat dan
ke-19. Kebun-kebun kopi yang terletak di daerah terpencil memicu timur, yang diduga tersisa 500 harimau, masih sering dikunjungi
kekhawatiran para buruh. Jika ada laporan tentang harimau yang pemburu Eropa. Hingga akhir masa kolonial, kendati perburuan
terlihat di perkebunan, mereka menolak bekerja. Di Priangan, dalam semakin dibatasi, entah dengan izin ketat maupun pembatasan
dua bulan saja, 33 orang menjadi korban serangan harimau. Selama jumlah hewan buruan. Namun upaya itu nampaknya sudah terlambat
mengunjungi kebun kopi, perjalanan pejabat perkebunan didahului bagi harimau jawa.
bebunyian angklung dan rebana untuk mengusir binatang itu. Ringkasnya, harimau yang telah merepotkan sejak abad ke-17
Dengan demikian, perusahaan Hindia Belanda secara sistematis mendorong kompeni, lalu pemerintah kolonial, memberikan imbalan
merombak lahan subur di Jawa menjadi unit-unit produksi. untuk penangkapan hewan ini. Kemudian, jumlah harimau yang
Populasi harimau dan satwa liar lain menurun lantaran kawasan sudah berkurang drastis itu diperburuk oleh menyusutnya habitat
hutan, dataran aluvial, dan cekungan sungai berubah menjadi dan perburuan baik untuk kesenangan maupun ekonomi.
lahan budidaya. Sementara itu, sebagian besar kawasan hutan hujan Upaya konservasi Himpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda
yang luas telah berubah menjadi kebun jati. Budidaya tanaman pada 1912 belum menyentuh harimau. Inisatif konservasi harimau
monokultur ini secara signiikan mengurangi populasi mangsa yang jawa datang amat terlambat: rencana pengelolaan harimau jawa di
menjadi sumber pakan harimau. Meru Betiri baru ada pada 1980.
Harimau jawa semakin langka terutama di wilayah-wilayah padat Hikmahnya: kepunahan itu terlalu mahal. Sirnanya harimau jawa
penduduk dengan lahan-lahan pertanian yang memotong kawasan disebabkan banyak faktor, mulai dari ritual kerajaan, konlik menahun,
hutan. Akibatnya, setelah masa tulah, atau konlik harimau dan menyusutnya habitat, sampai perburuan—apapun bentuknya. Kini,
manusia, muncul masalah baru: serangan hama babi hutan. Sampai harimau sumatra menghadapi persoalan yang kurang lebih serupa,
tahap ini, terlihat bahwa berkurangnya populasi harimau karena dan lebih kompleks.
kebijakan imbalan sebagai respon atas konlik, tradisi kerajaan Jawa, Di Pulau Sumatra, memang tidak dijumpai tradisi sejenis ritual
perluasan permukiman dan revolusi pertanian Belanda. harimau seperti di Jawa. Hanya saja, sejak paruh kedua abad ke-
Pada tahap selanjutnya, berkembang perburuan untuk olah 19 sampai awal abad ke-20, Sumatra menjadi tumpuan baru bagi
raga di kalangan kolonial. Populasi harimau yang tersisa, dan juga pemerintah kolonial untuk permukiman, perkebunan, pertambangan,
satwa mangsanya, kembali menghadapi tekanan. Sampai awal abad dan kehutanan.
ke-20, harimau yang semakin sedikit masih saja diburu untuk Setelah kemerdekaan, hal itu diteruskan Indonesia: harapan
kesenangan. Sekitar 1900, meski telah langka, Jawa bagian tengah pembangunan ada di Sumatra. Tantangan semakin besar dan semakin
masih menjadi medan perburuan harimau bagi bangsa Eropa. Pada rumit. Hutan-hutan menyusut lebih cepat, konlik masih terjadi,
masa ini, perburuan tradisional dengan jerat dan mangsa beracun perburuan menyasar harimau dan hewan mangsanya. Akankah
turut memperburuk keadaan. harimau sumatra mengikuti garis nasib dua kerabatnya? ***

76 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 77


MANUSIA DAN HARIMAU
DI JAWA ABAD KE-19
ABMI HANDAYANI

Memahami kembali hubungan harimau dan manusia Jawa di


abad lampau.

Generasi muda Indonesia hanya dapat mendengarkan kisah


dan melihat ilustrasi harimau jawa dan harimau bali. Itu lantaran
dua subspesies harimau itu telah lama punah. Kini tersisa harimau
sumatra, yang populasinya terus menurun, sementara perburuan
dan konlik terus terjadi.
Apakah harimau sumatra akan berakhir punah seperti saudaranya
di Jawa dan Bali? Pertanyaan ini perlu direnungkan dan dicari
jawabannya. Karena itu, paparan ini hadir sebagai kontribusi dalam
upaya pelestarian harimau di Indonesia. Rampogan macan Dalam kesempatan yang lain, Antoine Cabaton, seorang ilolog
Gagasan utamanya, menghadirkan perspektif historis dengan berarti mengadu Prancis dan salah satu pelopor studi maritim di Asia Tenggara,
berfokus pada perburuan harimau di Jawa pada abad ke-19. Selain harimau dengan mengungkapkan kesannya tentang keragaman lora dan fauna di Jawa.
itu, juga releksi dialog antara rumpun ilmu humaniora dan rumpun kerbau, yang “Letak pulau di bawah garis ekuator memungkinkan musim panas
ilmu lainnya. Harapannya, di masa mendatang dialog atau penelitian selanjutnya para abdi dan musim hujan hadir secara berkala; gunung-gunungnya yang tinggi
multidisipliner akan meningkat sehingga diperoleh perspektif yang dalem menghujani memecah angin, memadatkan embun di awan dan menyuburkan
lebih kaya dan menyeluruh. harimau dengan tanah dengan lava, menyegarkan tanah dengan air yang memberi
senjata tajam sampai
kehidupan, [dan] tanaman di Jawa menjadi sangat kaya ragamnya….
JAWA ABAD KE-19 mati. Upacara ini
Faunanya lebih kaya daripada Sumatra dan Borneo, dengan perbedaan
Ada sebab mengapa E. R. Schidmore menyebut Jawa sebagai digelar terutama saat
yang mudah dikenali. Jawa mungkin tidak memiliki gajah, tapir, dan
istana menerima tamu
‘kebun’, ‘perhiasan’ atau ‘mutiara dari Timur’.1 Dengan luas sekitar orang utan, tetapi di pulau ini masih ada sejumlah badak, macan
agung.
130.000 kilometer persegi, bagi Schidmore, juga para pelancong dan kumbang, macan tutul, dan tentu saja di jantung pulau ini—ada
naturalis lain, Jawa adalah pulau yang demikian indah. harimau yang kekuatannya masih diperhitungkan.”3
Alfred Russel Wallace misalnya, memandang Jawa sebagai pulau Situasi geograis menjadikan pulau ini menjadi salah satu tempat
tropis terbaik dan menarik di dunia. Dalam karangannya tentang tersibuk dalam sejarah Indonesia. Sejak setidaknya abad ke-16, Jawa
alam di dunia Melayu, ia menuliskan kesannya: adalah salah satu simpul dalam jaringan besar perdagangan, yang
“Seluruh permukaannya bertabur pemandangan gunung dan merentang dari pantai timur Benua Afrika sampai Dunia Baru di
hutan. [Jawa] memiliki tiga puluh gunung api, beberapa di antaranya Amerika Selatan.
mencapai ketinggian sepuluh atau dua belas ribu…. Kelembaban Salah satu konsekuensinya, tentu saja adalah volume populasi.
dan panasnya iklim menyebabkan gunung-gunung ini diselimuti Penelitian demograi pada masa paruh kedua sampai menjelang
vegetasi yang subur, terkadang sampai puncak, sementara hutan dan akhir abad ke-19 menunjukkan pertumbuhan populasi di Jawa
perkebunan menyelimuti lereng-lerengnya.”2 mencapai 2,05 persen.4
FOTO: REPRO ‘KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN’

YANG SILAM, YANG KELAM 79


Perkiraan pada 1800 menyebut populasi manusia di Jawa
menyentuh 7,5 juta, yang meningkat dua kali lipat pada 1850. Pada
1900, populasi penduduk Jawa mencapai 30,4 juta.5
Menurut Peter Boomgaard, sejarawan Belanda yang memiliki
minat besar terhadap harimau dalam sejarah Indonesia, ledakan
populasi ini beriringan dengan pertumbuhan ekonomi lantaran
pemerintah kolonial mendongkrak produksi komoditas untuk
memenuhi pasar dunia.6
Peningkatan populasi Jawa bagaikan dua sisi mata uang. Di satu
sisi, ia berita baik bagi pertumbuhan ekonomi; di sisi lain menjadi
mimpi buruk bagi spesies-spesies selain manusia. Pertumbuhan
populasi dan ekonomi di Jawa menjadi salah satu faktor penentu
berkurangnya hutan, yang berarti menyusutnya habitat harimau.
Akibatnya, pada abad ke-19 frekuensi persinggungan antara
manusia dan harimau di Jawa meningkat, dan mendorong perburuan.
Pada akhirnya, rangkaian peristiwa ini berujung pada kepunahan.
Situasi itu diperburuk dengan tiadanya kesadaran untuk pelestarian
harimau. (Secara global, kesadaran dan gerakan konservasi harimau
baru diadopsi negara-negara di dunia pada paruh kedua abad ke-20.) Bukan hal luar biasa Di Jawa bagian tengah, populasinya diperkirakan tersebar di
bertemu harimau saat Banyumas, Boja, dan rangkaian pegunungan di pesisir selatan Jawa.
MANUSIA DAN HARIMAU DI JAWA perjalanan di Jawa Kemudian di ujung timur Jawa, habitat harimau berada di kawasan
Berdasarkan klasiikasi yang disusun Coenraad Jacob Temminck, pada abad ke-17. Baluran, Banyuwangi, dan Meru Betiri.10
harimau jawa termasuk dalam ordo carnivora, famili felidae, genus Begitu banyaknya Selain pemetaan Seidensticker tersebut, ada pula sumber berbahasa
panthera dan spesies Panthera tigris. hingga satwa ini Jawa, utamanya ihwal tradisi rampog macan, yang dalam pengantarnya
Secara umum, ciri harimau jawa mirip dengan subspesies lain: menjelajahi wilayah di ia berkisah: “Ing poendi-poendi wana inggih wonten sima, nanging boten
tubuh berotot, kepala besar, wajah dibingkai bulu-bulu panjang pusat kota Batavia. Hal pating sliwer kados ing wana-wana ingkang koela atoeraken poenika
yang membentuk jambang, kuping bulat kecil, dengan bintik putih yang sama juga untuk waoee, simanipoen gembong-gembong, ageng-ageng, paribasan: tipake
di bagian tengah, warna dasar bervariasi antara coklat dan oranye, hewan-hewan lain:
salajah-lajah. Saja redja nagarinipoen, saja telas wananipoen, telas
dan di seluruh tubuhnya terdapat garis yang membentuk pola belang rusa, badak, buaya,
simanipoen.”11
berwarna gelap.7 dan kerbau liar.
Interaksi antara manusia dan harimau tampaknya memang tak
Beratnya diperkirakan mencapai 140 kg untuk jantan, dan 115 kg terhindarkan. Keduanya ditakdirkan membutuhkan ruang yang
untuk betina. Dari harimau yang ditemukan mati di Ujung Kulon, dan sama. Situasi ini terjadi sejak setidaknya kala Pleistosen.12 Dan
beberapa spesimen, para ahli memperkirakan panjang tubuh harimau salah satu interaksi itu berwujud perseteruan yang menyebabkan
berkisar 230 - 270 cm untuk jantan, dan 200 - 250 cm untuk betina.8 beberapa subspesies harimau menghilang dari muka bumi. Dalam
Secara umum harimau dapat beradaptasi dan tinggal di dataran yang buku yang membahas harimau di dunia Melayu, Peter Boomgaard
sangat dingin, seperti di Rusia; di dataran panas dan kering seperti di mengungkapkan kesannya: harimau adalah musuh manusia yang
Rajashtan; dan hutan tropis lembab, seperti di Sumatra, Jawa dan paling keras kepala.13 Akan tetapi, di sisi lain, ia salah satu satwa yang
Bali.9 dapat dengan mudah ditemukan dalam aspek kultural dan identitas
Pada 1980-an, harimau diperkirakan mendiami pegunungan peradaban manusia.
dan hutan. Di Jawa bagian barat, habitat harimau berada di Ujung Di Cina misalnya, harimau menjadi salah satu binatang yang
Kulon, Cibadak, Subang, Gunung Malabar, Tampomas, Garut dan digunakan dalam astrologi. Di India, harimau diasosiasikan dengan
Leuweung Sancang. Syiwa, dan di Indonesia ia hadir dalam memori masyarakat tentang
FOTO: REPRO ‘KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN’

80 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 81


Prabu Siliwangi di Jawa Barat, Blambangan di Jawa Timur (juga ada
kerajaan bernama Macan Putih di Banyuwangi).
Istana-istana Mataram Islam di Jawa Tengah memiliki acara
khusus yang melibatkan harimau yaitu tarung sima-maesa dan
rampog macan. Dalam pertunjukan Jawa, harimau juga hadir dalam
pewayangan yang menjadi salah satu detail elemen dalam gunungan
wayang. Di kalangan masyarakat, harimau seringkali diasosiasikan
dengan keleluhuran yang menempati posisi cukup mulia dalam
alam pikir masyarakat.
Persoalan kehadiran harimau dalam perspektif manusia memang
menarik didiskusikan. Namun diskusi itu tidak akan dibahas
terperinci dalam paparan ini. Selain perlu usaha mendalam, situasi
lain yang perlu dipertimbangkan adalah waktu untuk memaknai
rumitnya hubungan manusia dengan harimau bukan hanya terjadi
Spesimen harimau jawa
dalam satu atau dua dekade belakangan.
di Museum Zoologi
Selanjutnya kegelisahan ini akan dibahas lebih lanjut dalam
Bogor Lembaga
bagian terakhir dari artikel ini. Sementara itu, saat ini diskusi
Ilmu Pengetahuan
tampaknya perlu dikembalikan ke jalur awal: tentang perburuan
Indonesia, ini berasal
dari Blitar, Jawa
harimau di Jawa pada akhir abad ke-19. Pada periode ini, sampai
bagian timur. Dikoleksi setidaknya paruh kedua abad ke-20, di Jawa dan Sumatra terjadi apa
oleh RMA Hario Sosro yang dikenal dengan “tijgerplaag”, yang secara hariah berarti ‘hama
Adinegoro pada tahun harimau’ atau ‘tulah harimau’.
1910 (atas-bawah, Dari hasil perbincangan informal dengan seorang ahli biologi,
halaman sebelah). ketika kata hama disematkan kepada hewan tertentu, saat itulah
terpikirkan tentang gangguan dalam skala cukup besar dan sering
terjadi. Peter Boomgaard beranggapan ‘hama harimau’ tidak
memiliki makna universal. Ia mendeinisikannya sebagai ‘jumlah
yang setidaknya dua kali lipat dari jumlah rata-rata pada tahun-
tahun tersebut’. Dan, ia menguraikan fenomena ini dengan merujuk
pada banyaknya manusia dan harimau yang terbunuh akibat konlik
pada tahun-tahun setelah 1850.14
Boomgaard mengidentiikasi wilayah yang mengalami kesulitan
karena hama harimau: Jepara dan Probolinggo pada 1879, Kediri
pada 1880, Banten pada 1882, Rembang pada 1883, Besuki pada
1888 dan Banyuwangi pada 1889.15 Situasi inilah, saat manusia
merasa terancam oleh harimau, yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya perburuan. Tentu saja, dapat dipikirkan kemungkinan
lain, seperti perburuan untuk tujuan ilmiah, namun sejauh ini
belum ada bukti kuat untuk mendukung hipotesis ini.
Secara konkret, perwujudan ‘hama harimau’ adalah serangan-
serangan harimau terhadap manusia. Sedikit menyinggung tentang
sumber, informasi mengenai hal ini dapat ditemukan dengan mudah
FOTO: AGUS PRIJONO (SEMUANYA)
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
82 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 83
hadir menjadi berita dalam surat kabar harian berbahasa Belanda. Berkaca pada kasus-kasus di atas, setidaknya hingga awal abad
Berita-berita ini berdatangan dari tempat-tempat di Jawa, seperti ke-20, nampaknya harimau masih digolongkan berbahaya sehingga
dari Desa Tawangrejo di Caruban, Madiun, yang terjadi penyerangan perlu dimusnahkan. Baru pada paruh kedua abad ke-20, kesadaran
harimau terhadap seorang penduduk desa yang hendak bepergian. konservasi meluas di negara-negara yang dihuni harimau. Namun saat
Kemudian dari Desa Klangon, juga di Madiun, yang diberitakan itu, untuk harimau Jawa segala usaha nampaknya sudah terlambat.
seekor harimau menyerang seorang anak perempuan yang sedang Nasi telah menjadi bubur. Saat Indonesia mengadakan penelitian,
memetik lombok di kebun. Akibat serangan itu, si anak meninggal populasi harimau jawa telah jauh berkurang, hingga diduga punah
dunia.16 pada medio 1970-an, dan dinyatakan punah pada 1980-an.
Berita lain datang dari Tulungagung, harimau menyerang seorang
lelaki yang hendak pergi ke hutan bersama istrinya dan ia terluka KAJIAN KE DEPAN
parah.17 Kemudian dari Malang, seorang pegawai kebun kopi yang Artikel ini hanya sebagian kecil dari seluruh penelitian yang
hendak pulang ke rumah diserang seekor harimau.18 Selain manusia, telah dilakukan, dan kemungkin yang dapat dilakukan. Pertama-
diberitakan juga bahwa harimau kerap menyerang dan memangsa tama, yang penting disebutkan ketersediaan sumber berita untuk
ternak warga, seperti yang dilaporkan dari Buitenzorg (sekarang kasus Sumatra cukup banyak. Selain Peter Boomgaard, yang dalam
Bogor), Randublatung, dan Selorok.19 'Frontiers of Fear' menyinggung persoalan harimau di Sumatra, tak
Sebagai respon dari serangan harimau, pada paruh terakhir abad banyak yang memanfaatkan sumber-sumber itu untuk membangun
ke-19, administrasi Hindia Belanda mengeluarkan surat edaran narasi historis tentang hubungan manusia dan harimau sumatra—
mengenai premi atau imbalan untuk penangkapan harimau. Dalam dan kerumitannya.
edaran ini, pemerintah juga mengimbau orang-orang Eropa dan Pemetaan dan penelitian sejarah harimau sumatra setidaknya
pemerintah daerah agar lebih memerhatikan masalah harimau.20 dapat dilakukan dengan menelusuri berita surat kabar, arsip kolonial
Untuk program ini, pemerintah Hindia Belanda pada awal abad tentang Sumatra, catatan-catatan dari pelancong atau peneliti.
ke-20 menyiapkan pasukan khusus yang terdiri lima puluh orang dan Dan, yang terpenting: upaya menghidupkan sumber-sumber dari
penembak-penembak jitu yang dibekali dengan senapan Beaumont, daerah-daerah di Sumatra. Ini penting dilakukan agar peneliti dapat
senjata angkatan darat Belanda antara 1895-1945. Mereka akan menghadirkan narasi yang berimbang dengan memeriksa kedua
dibagi menjadi kelompok kecil, yang akan dipimpin seorang sersan jenis sumber.
dan harus siap ketika ada permintaan atau keluhan tentang harimau Penelitian lainnya terkait kesadaran dan gerakan konservasi satwa
dari daerah-daerah.21 di Indonesia. Persoalan ini masih menyisakan banyak pertanyaan.
Selain itu, ada juga inisiatif masyarakat untuk mengatasi ketakutan Misalnya, siapa agen-agen yang menyuarakan perlindungan satwa,
dan masalah yang disebabkan harimau. Masyarakat dalam hal ini yang mungkin dilacak dari dokumen kolonial dan aparatur ilmiahnya
bukan hanya orang Jawa tetapi juga orang Eropa, yang umumnya dalam mengusahakan adanya natuurmonumenten. Namun, sama
militer atau pemilik perkebunan, seperti R. A. Kerkhoven22 di seperti sebelumnya, juga perlu mencermati gagasan-gagasan pelestarian
Priangan. Pada 1883, Kerkhoven menceritakan upayanya membunuh yang melekat pada berbagai kebudayaan di Indonesia.
harimau dengan ramuan dari tanaman wali kambing dalam sebuah Untuk melakukan penelitian semacam ini, kerangka konseptual
artikel.23 yang dapat digunakan adalah environmental history dan animal history.
Sementara itu, kerjasama orang Eropa dan Jawa nampak di salah Sebagai kerangka konseptual, keduanya juga masih menyisakan
satu berita tentang wedana di Tuban yang mengorganisir perburuan banyak ruang untuk dimanfaatkan dan diperdebatkan di Indonesia.
harimau yang mencuri kudanya. Wedana itu mempekerjakan seorang Terlepas dari persoalan kebaruan penggunaannya dalam studi
pemburu setempat, Kria Drana, serta 200 penduduk. sejarah di Indonesia, yang perlu disoroti dari dua pendekatan ini
Dalam perburuan itu, terlibat juga orang Eropa yang disebut adalah karakter multidisiplinernya. Penerapan kedua sub-disiplin
bernama G.W.F. Kehrer. Mereka beramai-ramai mencari harimau ilmu ini dapat mewadahi dialog dan kerjasama antara ilmu humaniora
yang diduga bersalah. Setelah pencarian yang cukup lama, mereka dengan, misalnya, biologi dan kehutanan—serta cabang ilmu lain
berhasil menemukan harimau tersangka, lalu membunuhnya. ihwal pelestarian satwa di Indonesia.***

84 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 85


Akankah harimau sumatra yang berkeliaran
di alam liar akan berakhir seperti ini? Dengan
seringai palsu, dan hanya membuat anak-anak
melengking ketakutan?
FOTO: AGUS PRIJONO
DIFOTO DI MUSEUM ZOOLOGI BOGOR, KEBUN RAYA BOGOR, LIPI.
86 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA YANG SILAM, YANG KELAM 87
BAGIAN TIGA

I K H T I A R S U M AT R A

MENJAGA
HARIMAU NUSANTARA

Halimun menyelimuti bentang alam di


rangkaian Bukit Barisan Selatan, Lampung.
Gunung, perbukitan dan daratan landai inilah
yang menjadi habitat harimau sumatra. Tak
jauh dari lokasi pemotretan ini, beberapa
tahun lalu, harimau dilaporkan memangsa
ternak warga.
FOTO: AGUS PRIJONO

88 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 89


PENGANTAR

HARIMAU NUSANTARA
MUNAWAR KHOLIS

Pertaruhan terakhir di Bumi Andalas.

Jejeran Bukit Barisan Sumatra tercipta dari benturan lempeng


Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Geliat lempeng selama jutaan
tahun ini membentuk dataran rendah, pegunungan, gunung berapi,
dan danau di Pulau Sumatra. Anugrah alam itulah yang membentuk
berbagai tipe ekosistem Sumatra yang kaya keragaman hayati.
Sebagai bagian dari rangkaian ‘cincin api’, Bukit Barisan memanjang
dari utara ke selatan, terdiri ratusan bukit terjal dan tak cukup ramah
untuk dihuni manusia. Rangkaian bukit ini tak hanya membentang Pembukaan hutan Sumatra untuk perkebunan telah dimulai sejak
di Sumatra, tetapi terus ke sisi selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. akhir abad ke-19, di Deli, pesisir timur. Beberapa orang nampak
Pun begitu harimau yang mendiami sepanjang pulau-pulau di berdiri di puncak pohon raksasa, yang ditopang akar banir sebesar
Dangkalan Sunda. Kehidupan harimau berawal dari satu leluhur, rumah. Elit perkebunan pun biasa berburu setiap akhir pekan.
lalu menyebar ke Sumatra, Jawa, dan Bali. Dengan demikian, makhluk
karismatik ini menapakkan jejak-jejaknya di Nusantara bukan karena Dataran rendah memang menjadi pusat sumber daya sehingga
tersesat. disukai satwa liar, tumbuhan, dan bahkan manusia. Bagi harimau,
Kucing besar ini terbagi dalam tiga subspesies: harimau sumatra, dataran rendah adalah medan perburuan, lantaran hewan mangsa
harimau jawa, dan harimau bali. Dari telaah taksonomi, peneliti juga berdiam di situ. Satwa mangsa enggan hidup di dataran yang
mengusulkan hanya ada satu ras di Indonesia: harimau sunda, Panthera lebih tinggi juga karena sulit mencari makanan.
tigris sondaica. Namun, studi taksonomi terkemudian menegaskan Secara isik, manusia adalah makhluk lemah dibandingkan
kembali pemisahan harimau menjadi sembilan subspesies, termasuk dengan harimau maupun hewan mangsanya. Sama-sama mendiami
tiga ras harimau di Indonesia. Bagaimana pun, kedua kajian taksonomi dataran rendah, manusia unggul dalam akal dan teknologi. Inilah
itu tetap menegaskan kewajiban untuk melestarikan harimau sumatra. yang membuat manusia mampu beradaptasi, dan hidup di semua
Dan, tetap relevan untuk menyebut harimau sumatra sebagai harimau tempat. Pada akhirnya, manusia menguasai kawasan-kawasan yang
kepulauan lantaran ia satu-satunya yang menghuni pulau, di luar semula menjadi tempat hidup satwa liar.
Benua Asia. Naluri pemangsa menuntun harimau tetap menghuni dataran
Sejak 1990-an, setelah punahnya harimau jawa, Sumatra menjadi rendah meski tak berhutan lagi. Apa boleh buat, harimau terpaksa
bentang terakhir harimau yang tersisa. Benteng persembunyian mendiami habitat yang telah berubah menjadi kebun dan pemukiman.
terakhir ini membentang dari Aceh sampai Tanjung Karang, Benturan pun tak terelakkan: setiap jejak harimau di permukaan
Lampung. Menurut para ahli—dan telah terbukti dari berbagai tanah menimbulkan rasa takut bagi manusia. Saat ini, habitat di
penelitian, harimau lebih memilih dataran rendah. Ia tidak memilih dataran rendah tidak banyak tersedia. Harimau tinggal memiliki
tempat terjal, seperti puncak-puncak deretan Bukit Barisan. bentangan Bukit Barisan, yang juga rentan ditembus manusia.
FOTO REPRO BUKU ‘ KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN ’

90 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 91


Patroli untuk mengamankan habitat dan populasi harimau dari jerat-
jerat pemburu. Ratusan jerat telah dimusnahkan, tapi pemburu juga
masih terus saja memasangnya. Ini seperti pacuan antara protagonis
dengan para kriminal.
Sekitar 600-an ekor harimau sumatra kini menghadapi ratusan
jerat yang tersebar di hutan-hutan dataran dataran rendah hingga
pegunungan di Bukit Barisan. Perlu kerja keras bersama para pihak,
untuk penegakan hukum dan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mencegah punahnya harimau di Sumatra.

KERJASAMA PARA PIHAK


Pemerintah telah menetapkan taman nasional, suaka margasatwa,
dan cagar alam yang dapat menjadi rumah terakhir bagi harimau
sumatra. Tiga taman nasional di antaranya mengamankan sebagian
Bukit Barisan. Di ujung utara, Taman Nasional Gunung Leuser
melindungi sebagian ekosistem Leuser; di bagian tengah, ada Taman
Nasional Kerinci-Seblat; dan di ujung selatan menghampar Taman
TERDESAK KE DATARAN TINGGI Nasional Bukit Barisan Selatan.
Secara tak sadar, selama 30 tahun terakhir, manusia semakin Jerat yang dipasang Harimau juga mendiami dataran rendah, seperti Taman Nasional
mendesak harimau ke dataran yang lebih tinggi. Pedalaman hutan pekebun di pedalaman Batang Gadis, Sumatra Utara; Taman Nasional Way Kambas, Lampung;
memang jauh dari hiruk-pikuk manusia, dan menjadi tempat yang Kuantan Singingi, Riau, Taman Nasional Berbak-Sembilang, Jambi; Suaka Margasatwa
aman bagi harimau. Namun, sumber daya di dataran tinggi tak sekaya menyasar harimau Bukit Rimbang Baling, Riau; Cagar Alam Pinus Jantho dan Suaka
dataran rendah. betina yang bunting. Margasatwa Rawa Singkil, Aceh; Suaka Margasatwa Padang Sugihan,
Hal itu pernah terjadi di Jawa. Sedikit berbeda dengan Sumatra, Jerat pemburu Sumatra Selatan, dan beberapa kawasan konservasi lain.
gunung-gunung di Jawa berupa gunung api yang cenderung soliter. merupakan alat yang Di dataran rendah, habitat harimau telah terkoyak perkebunan
mematikan bagi dan pemukiman yang terus berkembang. Padahal, harimau yang
Tak heran, gunung-gunung di Jawa tidak membentuk deretan
harimau. butuh daerah jelajah luas menuntut kesinambungan hutan-hutan.
panjang seperti Bukit Barisan. Hal ini menjadikan Jawa lebih rentan
fragmentasi hutan. Inilah yang kini mulai langka. Alhasil harimau masuk ke wilayah
Gunung api aktif di Jawa memaksa harimau dan satwa mangsa manusia, lalu pecahlah konflik. Sayangnya kawasan konservasi
turun gunung. Lalu, yang terjadi terjadilah: satu per satu harimau di di dataran rendah tidak cukup luas bagi harimau untuk bertahan
Jawa berusaha untuk tetap hidup di dataran rendah. Namun, masa hidup. Satwa pemangsa ini membutuhkan daerah penyambung, atau
lalu menuturkan konlik harimau dan manusia mewarnai sejarah biasa disebut koridor hutan. Tanpa koridor, dalam puluhan tahun
Jawa. Konlik habis-habisan, sampai populasi terakhir: harimau ke depan, daya sintas harimau di dataran rendah akan berkurang,
jawa menjadi korban konlik, perburuan, hingga akhirnya tak satu entah karena konlik ataupun perburuan. Bila koridor tak terwujud,
pun yang tersisa. Barangkali harimau di Sumatra lebih beruntung kelak hanya tersisa populasi harimau di pegunungan Bukit Barisan.
ketimbang saudaranya di Jawa. Tapi tengara Sumatra meniru Jawa Pada saat yang sama, deforestasi masih terus terjadi di kawasan
begitu nampak terlihat: harimau dipaksa mendiami dataran yang konservasi. Berbagai upaya menahan penggundulan hutan konservasi
lebih tinggi, dan terkurung di habitat-habitat yang terpisah. nampaknya belum sepenuhnya berhasil. Indonesia perlu memperkuat
strategi konservasi mamalia besar di Sumatra, seperti harimau,
DIHADANG RATUSAN JERAT badak, orangutan, dan gajah. Kebijakan pemerintah daerah perlu
Saat ini, tim gabungan dan lembaga swadaya masyarakat telah dipaduserasikan demi pembangunan berkelanjutan yang mewadahi
menempuh ribuan kilometer jalur patroli di wilayah inti harimau. konservasi keragaman hayati.***
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU/WWF-INDONESIA
92 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA CENTRAL SUMATRA PROGRAM
MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 93
LINI MASA HARIMAU SUMATRA

Kendati masih bertahan hidup hingga sekarang, harimau sumatra masih


dalam status terancam punah. Hantu kepunahan masih membayangi satwa
yang dipuja dan sekaligus ditakuti ini. Di sisi lain, patut disyukuri, para pihak
memberikan perhatian serius bagi kelangsungan hidup penguasa rimba
Sumatra ini. Sejak kira-kira tiga dekade lalu, perlahan tapi pasti, para
pelestari telah berupaya keras. Mereka berpacu dengan waktu. Tak ada lagi
langkah mundur; yang ada: terus maju menyelamatkan si kucing besar.
1993
1994
1773 Selama 1970-1993, tercatat 3.994 kg tulang
Pakar menduga sekira 36 harimau diburu pada
Catatan dari Rawas, Palembang, sebuah harimau diekspor ke Korea Selatan.
1816 awal 1990-an.
kampung tak berpenghuni karena kehadiran 1995
Catatan di Mukomuko, Bengkulu, harimau begitu harimau. 1997
banyak dijumpai seluruh negeri. Sumatran Tiger Project pertama di Taman Nasional
Sejak 1985 – 1997 hutan Sumatra berubah sekitar
1800-an Way Kambas. Pemantauan populasi pertama kali
6,7 juta hektare. Ini menekan populasi harimau.
1838 Di wilayah Bengkulu, harimau cukup dengan kamera intai.
Korban konlik harimau-manusia selama 1978 –
Imbalan atau premi pertama untuk harimau yang merepotkan. Elit perusahaan Inggris sering 1997 umumnya pria yang bekerja siang hari di
ditangkap atau dibunuh wilayah pesisir barat membawa kepala harimau yang dibunuh. 2000
tepi hutan. Konlik tertinggi di Sumatra Barat, 48
Sumatra. 1844 Pada dasawarsa ini perkembangan baru
kasus; Riau, 36; dan Aceh, 34.
1847 Di wilayah Batak, para wanita yang bekerja dalam upaya melindungi harimau dan
Di Tebingtinggi, serangan harimau di sawah berlindung di bawah keranjang 2002 menghentikan perburuan, taman nasional
sangat besar. Dari 47 pekerja kebun, 17 anyaman rotan untuk berlindung dari harimau. Selama 1998 - 2002, tercatat 35 ekor harimau memiliki unit perlindungan harimau. Tim
menunjukkan bekas luka serangan harimau. korban konlik. Sekira 253 ekor harimau ini berpatroli untuk mendeteksi perburuan,
1854 tersingkir dari habitatnya. TRAFFIC melakukan investigasi, penangkapan, dan pendidikan
1897 Imbalan untuk meredam konlik harimau. observasi 24 kota besar dan kecil di 8 provinsi. masyarakat di sekitar taman nasional.
Imbalan dihapus lantaran tak efektif. Di Kampar, Korban serangan harimau: 300 di Palembang
pantai timur, setiap desa diperintahkan membangun Hasilnya, hanya di 7 kota kecil tak ditemukan 2004
dan 100 di Mandailing, Pesisir Barat Sumatra. bukti perdagangan harimau. Sejak 1998, 253
perangkap dengan umpan ternak hidup. Sistem ini Pemerintah menetapkan Tesso
cukup berhasil,100 harimau terperangkap. harimau dibunuh atau ditangkap. Rata-rata 51 Nilo sebagai taman nasional untuk
1900 harimau per tahun. memastikan masa depan harimau.
Laporan rerata 60 orang menjadi korban
1928 2000 - 2004
serangan dalam setahun. 2006
Usulan pertama untuk melindungi sepanjang lanskap Tercatat 40 orang tewas berkonlik dengan harimau.
Bukit Barisan. 1904 Survei ulang TRAFFIC di 22 kota besar
344 harimau dibunuh dan sekitar 60 orang 2007 dan kecil di 7 provinsi—kecuali Aceh.
1910 - 1940 menjadi korban. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Hasilnya, hanya 9 kota besar dan kecil tidak
Pemerintahan di Sumatra menawarkan imbalan Sumatra 2007 – 2017. Perkiraan populasi di ditemukan perdagangan harimau.
harimau. Daerah semi-otonom, seperti Asahan dan 1930-an beberapa kawasan konservasi, dan belum dapat 2007 - 2008
Langkat, memiliki anggaran untuk membasmi hewan Harga kulit harimau sumatra dalam lembaran digunakan untuk menduga populasi di seluruh Sumatra Wide Tiger Survey yang pertama di seluruh
berbahaya. Perkebunan di Deli juga menawarkan utuh berkisar 150-350 gulden. Sumatra. Dugaan: 250 ekor di 8 dari 18 kawasan Sumatra. Survei okupansi ini merupakan kegiatan
hadiah. yang diduga dihuni harimau. Harimau sumatra kolaboratif untuk memantau pola sebaran harimau
1934 –1935 di lembaga konservasi ex-situ di Indonesia: 127 di seluruh kawasan yang tersisa di Sumatra.
1970 ekor. Di luar negeri: 244.
Pendirian kawasan lindung di lanskap
Pemerintah melindungi harimau sumatra dengan 2008
Leuser dan Bukit Barisan Selatan, yang kelak
terbitnya Keputusan Menteri Pertanian No. 421/ 2016 Lompatan penting konservasi harimau: Global
menjadi taman nasional.
Kpts/Um/8/1970. Proyek Sumatran Tiger di empat lanskap: Kerinci Tiger Initiative. Setiap negara menyusun program
1973 1977 Seblat, Leuser, Bukit Barisan Selatan dan Berbak- nasional pemulihan harimau: National Tiger
Konvensi internasional perdagangan dan peredaran Populasi harimau di alam pada 1970-an diduga Sembilang. Proyek ini bertujuan meningkatkan Recovery Program (NTRP). Strategi Konservasi
tumbuhan dan satwa terancam punah, CITES, sekitar 1.000 ekor. konservasi keanekaragaman hayati di lanskap Harimau Sumatra 2007 - 2017 menjadi bekal
menetapkan harimau sumatra masuk Appendix 1: prioritas Sumatra. Untuk mencapai sasaran itu, dalam menyusun NTRP tersebut.
perdagangannya diawasi secara ketat. 1980-an
proyek mengadopsi praktik manajemen yang 2018
Penunjukan taman nasional: Leuser, Kerinci
baik dengan indikator keberhasilan pemulihan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau
1984 Seblat, Bukit Barisan Selatan yang melindungi
populasi harimau. Sumatra 2018 - 2028. Pada strategi pada
Tercatat adanya ekspor ilegal tulang harimau ke habitat inti harimau sumatra dan mamalia besar
Taiwan. lain. periode ketiga ini, para pihak menekankan
upaya konservasi harimau di lanskap yang belum
1992 1990
tersentuh pengelolaan. Para pelestari menggelar
Lokakarya pertama analisis populasi dan habitat UU Nomor 5 memperkuat perlindungan harimau
Sumatra Wide Tiger Survey yang kedua. Dengan
harimau. Konsensus: populasi 500 ekor: 400 di sumatra.
membandingkan survei sebelumnya, dapat
Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak, Bukit diketahui sebaran harimau dalam skala ruang dan
Barisan Selatan, dan Kerumutan dan Rimbang. waktu.
Sisanya, 100 di luar kawasan konservasi.
WASPADA SUMATRA

Harimau sumatra dalam desakan zaman.

Sejak masa transisi abad ke-19 ke abad ke-20, Sumatra mulai


dipandang sebagai tanah harapan baru. Usai perang Jawa yang
menguras keuangan kolonial, pemerintah kolonial lantas melirik
sumber daya Bumi Andalas. Ekspansi Belanda salah satunya didorong
motif ekonomi dengan membuka perkebunan komoditas ekspor dan
pertambangan—seperti batu bara di Sumatra Barat atau minyak di
Sumatra bagian utara. Setelah Jawa, Sumatra dipandang wilayah yang
masih ‘kosong’ untuk dibuka demi kepentingan ekonomi.
Pembukaan lahan berbahan besi produksi Jerman ini bisa dibeli di Batavia, dan
GELOMBANG PERTAMA besar-besaran lanskap digunakan pemilik perkebunan di Aceh, Asahan, Deli, dan Padang
Ekspansi ekonomi Belanda diiringi dengan masuknya modal di Deli, pesisir timur (juga Pulau Jawa: di Priangan dan Besuki).
asing untuk perkebunan. Pada 1870, pemerintah menerapkan Sumatra ini untuk
kebijakan pintu terbuka demi aliran investasi swasta di sektor perkebunan tembakau. GELOMBANG KEDUA
perkebunan tembakau di Sumatra bagian timur. Ini bisa dikatakan Setelah hutan lebat Sekitar dua dekade setelah kemerdekaan, pemerintah Orde Baru
gelombang pertama pembukaan wilayah hutan dengan ribuan kuli ditebangi, bukit-bukit hendak meningkatkan pendapatan negara dari sektor kehutanan.
dari Cina dan Jawa. Pada 1891, perkebunan tembakau surut lantaran Deli terlihat seperti Sejak 1970-an, seperti meniru kebijakan pintu terbuka Belanda,
produksi melebihi permintaan pasar. Untuk itu, pada 1904, pemodal lanskap permukaan pemerintah menerbitkan kebijakan yang mendorong pemodal dan
melirik komoditas lain: karet, kopi, teh, dan kelapa sawit. Bulan yang keriput. badan usaha menjalankan pengusahaan hutan. Sekali lagi, kawasan
Begitu kesan yang
Seperti di Jawa, perkebunan baru di Sumatra dibuka dengan hutan di Sumatra dan pulau luar Jawa, menjadi lahan baru bagi
berkembang saat
membersihkan belantara dan kawasan lain yang belum digarap. pengusahaan hutan.
ledakan investasi
Antara 1910 - 1940, selain otoritas di Batavia, kadang-kadang Fase awal pengusahaan hutan bersifat ekstraktif: menebangi
perkebunan tembakau
perkebunan menawarkan imbalan untuk perburuan harimau. di Deli.
kayu-kayu komersial dari hutan hujan tropis. Memang ada beberapa
Beberapa daerah di Sumatra yang semi-otonom punya anggaran skema silvikultur, seperti tebang pilih, tebang habis permudaan
tahunan untuk membasmi hewan berbahaya, termasuk harimau. alam, hutan tanaman industri, dan sebagainya, faktanya sampai
Selain untuk melindungi diri, aset, dan investasi, imbalan mendorong berakhirnya Orde Baru pada 1998, industri kehutanan memasuki
pekebun menjadi pemburu. masa senjakala. Ini menunjukkan praktik pengusahaan yang gagal
Setelah 1870, seiring dengan keinginan mendapatkan konsesi dalam menjaga kelestarian hutan. Hingga era Reformasi, pada
perkebunan, gaya hidup berburu berkembang di kalangan elit 2005, masih ada tak kurang 389 hak pengusahaan hutan dan hutan
perkebunan. Pemilik perkebunan juga menggunakan perangkap tanaman industri. Selama 1985 sampai 1997, hampir 6,7 juta hektare
harimau, seperti perangkap tikus tapi berukuran raksasa. Perangkap tutupan hutan telah menghilang dari Pulau Sumatra.
FOTO: REPRO ‘KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN’

MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 97


GELOMBANG KETIGA
Pengelolaan hutan masa Orde Baru menyisakan gejolak dan konlik Manusia menduduki Pada masa ini, perambahan juga menyasar kawasan konservasi,
sosial. Setelah kisruh politik 1998, pembalakan liar menghantam hutan- habitat harimau, lalu menusuk langsung ke wilayah perlindungan bagi harimau dan satwa
hutan tersisa di Sumatra. Praktik penebangan liar serta perdagangan mengembangkan liar lain. Hingga kini, hampir tak ada solusi efektif untuk mengurai
lahan budidaya. Warga masalah perambahan.
kayu ilegal mencapai puncaknya menjelang berakhirnya Orde Baru
mengunduhnya secara Pada saat yang sama, tuntutan otonomi daerah memunculkan
menuju era Reformasi. Masa ini bisa dibilang kegelapan bagi hutan
bebas, seperti di pemekaran wilayah-wilayah baru. Sebagian wilayah baru ini berada di
Sumatra dan pulau-pulau lain.
Bukit Barisan Selatan kawasan hutan, yang membutuhkan jaringan jalan dan infrastruktur
Pada 1999, kerugian dari tindak kejahatan kehutanan mencapai (kiri). Sementara itu,
59 juta kubik kayu per tahun. Pada periode 1990 –2000, setelah Brazil, bagi pusat-pusat ekonomi baru. Sekali lagi, muncullah fenomena
kawasan hutan juga
Indonesia menjadi negara kedua tertinggi di dunia yang kehilangan desa-desa deinitif di kawasan hutan. Selama masa ini, pada 2000,
telah dikelola manusia.
tutupan hutan. Selama kurun 2004-2010, kerugian negara akibat kepala daerah berwenang memberikan izin pemanfaatan kayu
Seperti di wilayah
pembalakan liar mencapai Rp 169,7 triliun. Kerugian ini belum hutan kemasyarakatan
skala 100 hektare dan hak pengusahaan hutan skala 10 ribu hektare.
membilang hilangnya sumberdaya alam hayati, bencana alam akibat di Lampung ini yang
Akibatnya, skala pembukaan kawasan hutan semakin meluas, dengan
rusaknya hutan, dan rusaknya tata kelola kehutanan. Antara 2000 – sedang didera konflik praktik pengelolaan yang mengabaikan kelestarian. Ringkas cerita,
2005 saja diperkirakan deforestasi di Pulau Sumatra mencapai 1,35 dengan gajah (kanan). kawasan hutan yang semestinya menyangga kawasan konservasi
juta hektare, dengan rata-rata per tahun 269.100 hektare. justru semakin dirambah populasi manusia.***
FOTO: AGUS PRIJONO (KEDUANYA)

98 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 99


Banda Aceh

WASPADA SUMATRA

ROBOHNYA SUMATRA KAMI


Rimba raya Sumatra menjadi rumah bagi harimau, ACEH PENDORONG DEFORESTASI
gajah, badak, dan orangutan. Namun dalam dua dekade Antara 1950-an - 1960-an, penyebab utama hilangnya
belakangan, hutan tua Sumatra menyusut 40 persen. hutan Sumatra adalah ekspansi pertanian dan
Belantara yang dulu lebat kini tinggal 8 persen. Sumatra penebangan hutan skala kecil untuk kopi dan karet.
telah kehilangan 7,5 juta hektare hutan antara 1990 - 2010, Pada dekade selanjutnya, di era 1970-an hingga 1990-
an, operasi perusahaan kayu skala besar dan hutan
dan sekitar 2,6 juta hektare di antaranya hutan primer. Kajian
tanaman industri menjadi faktor utama deforestasi,
peneliti menunjukkan tingkat degradasi hutan Sumatra Medan sementara program transmigrasi dan kebakaran hutan
turun sekitar 61 persen antara 1990 - 2000, turun dari 542
antara 1982 -1983 menjadi faktor sekunder. Setelah era
ribu hektare ke 211 ribu hektare per tahun. Luasan hutan 1990-an, perkebunan sawit, industri bubur kertas dan
yang musnah akibat penebangan liar juga menurun dari 192 bubur kayu menjadi faktor utama deforestasi, sementara
ribu hektare per tahun menjadi 40 ribu hektare per tahun. penebangan liar menjadi penyebab utama degradasi
Sementara degradasi hutan primer antara 2000 - 2010 hutan.
SUMATRA UTARA
menurun drastis: 218 ribu hektare per tahun, menjadi 42
ribu hektare per tahun. Menurunnya degradasi hutan ini
nampaknya lantaran menipisnya cadangan kayu alam di
Sumatra.

DEFORESTASI SUMATRA 1990 - 2010


42 persen RIAU

Angka rata-rata kehilangan hutan 18 SUMATRA SELATAN


Riau yang tertinggi di Sumatra.
Sekitar 42 persen hutan di provinsi 15 JAMBI
ini sirna antara 1990 hingga 2010.
8 SUMATRA UTARA Pekanbaru

7 ACEH
RIAU
5 SUMATRA BARAT

4 BENGKULU
SUMATR A
1 LAMPUNG
BAR AT
Padang

PENYUSUTAN TUTUPAN HUTAN PRIMER 1990 - 2010


0,5 1 1,5 2 JUTA HEKTARE Jambi

1990
ACEH 2000 JAMBI
2010

SUMATRA UTARA

SUMATRA BARAT

RIAU BENGKULU Palembang

JAMBI SUMATRA SELATAN


Hutan Utuh 2016
SUMATRA SELATAN Hutan Primer 2014 Bengkulu

BENGKULU Hutan Terdegradasi 2000

Hutan Terdeforestasi 2012 - 2014


LAMPUNG
Hutan Terdeforestasi 2000 - 2012
LAMPUNG
Hutan Terdeforestasi 1990 - 2000

PETA: ESRI, USGS, NOAA, WWW.INTACTFORESTS.ORG, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
TEKS: MARGONO, B. A., TURUBANOVA, S., ZHURAVLEVA, I., POTAPOV, P., TYUKAVINA A., BACCINI, A., GOETZ, S., AND HANSEN, M.C. 2012. MAPPING AND KILOMETER
MONITORING DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION IN SUMATRA (INDONESIA) USING LANDSAT TIME SERIES DATA SETS FROM 1990 TO 2010 . Bandarlampung
ENVIROMENTAL RESEARCH LETTER. DEFORESTASI MELAMBAT, TAPI HUTAN TROPIS SUMATERA KINI TELANJUR MUSNAH . MONGABAY.CO.ID. 0 105 210
WASPADA SUMATRA

HARIMAU DI KALA ANTROPOSEN

Sungguh, ini situasi yang tak nyaman. Namun rasa tak enak
kadang diperlukan untuk memahami derita panjang harimau
sumatra. Simak sejenak kisah pilu dari pedalaman Kuantan Singingi,
Riau, ini.
Masih tumbuh dalam kandungan, dua janin itu meregang nyawa
mengikuti kematian induknya. Semula, si induk terjerat jebakan senar
yang dipasang pekebun. Harimau itu sebenarnya bisa melepaskan
diri. Namun, rupanya senar baja itu masih melilit pinggangnya.
Beberapa hari kemudian, tim pelestari menemukan ia mati
tergantung di tepi jurang dengan sling yang mencekik pinggangnya.
Kejadian ini begitu dramatis: harimau betina itu bunting! Memandangi
foto ini semestinya tak nyaman bagi akal yang beradab. Sebingkai foto
yang merangkum seribu kata ihwal citra kelam interaksi harimau
dengan manusia di zaman ini.
Sampai dasawarsa kedua abad ke-21, hubungan antara manusia
dan harimau sumatra seolah meniti kembali garis nasib harimau jawa:
pertikaian tiada akhir. Dari abad ke-17 sampai era kolonial berakhir,
pelajaran dari Jawa menegaskan konlik selalu berujung pada satu
pihak yang kalah, entah manusia entah harimau. Hasil akhirnya:
kekuasaan harimau di Jawa dan Bali runtuh pada abad ke-20. Itu kisah
pertarungan habis-habisan.
Sekarang, lantaran pertikaian tiada akhir, khalayak mengenal
harimau sumatra dari berita-berita konlik. Dan sayangnya, berita
konlik hampir selalu diikuti dengan prasangka negatif. Alhasil, Tim medik satwa membedah total harimau betina yang mati terjerat
harimau sumatra mesti menerima prasangka buruk. Tak mengejutkan sling. Dari hasil nekropsi, diketahui harimau betina ini menderita
bila persepsi khalayak terombang-ambing di antara dua kutub: rindu kerusakan ginjal dan hati. Setiap kematian berarti satu langkah
dan dendam. mendekatkan harimau sumatra ke jurang kepunahan.
Saat konlik, kerinduan mengemuka dengan adanya desas-desus
harimau masih dijumpai di Pulau Jawa. Di balik kabar angin itu, tersirat
harapan dan kerinduan akan kehadiran harimau di alam liar Jawa.
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU/WWF-INDONESIA
CENTRAL SUMATRA PROGRAM
MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 103
KERINDUAN MENGEMUKA SAAT KONFLIK PECAH:
DESAS-DESUS TENTANG HARIMAU JAWA JUSTRU
BEREDAR DI MEDIA SOSIAL. DI BALIK DESAS-DESUS
ITU TERSIRAT PENGHARAPAN HARIMAU MASIH HIDUP
DI ALAM LIAR JAWA

Atau, dengan sedikit imajinasi bebas, bila berhadapan satu lawan


satu dengan tangan kosong: manusia paling banter ada berada di
level tengah piramida makanan. Manusia jelas tunduk di hadapan
kucing besar ini. Tidak heran, sebelum abad ke-20, kawasan liar
begitu bermartabat disebut sarang harimau, kerajaan harimau, rumah
harimau. Ia adalah raja rimba raya yang seakan menghentikan waktu
di daerah kekuasaannya.
Namun di kemudian hari, siapa pun mengamati lanskap harimau
telah berubah drastis. Sayangnya, pengalaman menunjukkan
perubahan itu sering kali buruk. Di Jawa, lanskap harimau telah
didera deforestasi sejak 1850-an, dan kira-kira satu abad kemudian
Bayangkan menjemput ajal dengan cara penuh penderitaan seperti harimau jawa punah.
ini. Semakin banyak bergerak, jerat sling di pinggang harimau Itu pula yang terjadi di Pulau Sumatra sampai abad ke-21. Alam
betina ini semakin mencekik erat. Banyak bergerak berarti semakin liar Sumatra bukan lagi entitas yang tetap dan tidak dapat diubah.
dekat dengan maut. Manusia pelan-pelan merenggut hutan harimau untuk perkebunan,
pertambangan, dan permukiman. Selanjutnya, perlahan tapi pasti,
Sementara itu, rasa dendam nampak dari tersebarnya gambar-gambar lanskap harimau telah menjadi lanskap antroposen: manusia merambah
pembantaian harimau sumatra di sosial media. Foto keji itu tersebar dan menguasai Sumatra.
telanjang, tanpa sensor, tanpa pengendapan terlebih dahulu. Perubahan lanskap itu memengaruhi daerah jelajah harimau
Mari menyimak apa yang terjadi selama 2018. Tahun itu bisa secara langsung dan tak langsung. Sebagai penguasa mata rantai
dipandang sebagai momen saat relasi harimau dan manusia memasuki makanan, harimau tentu bereaksi. Itu naluri karnivor. Lalu berputarlah
zaman digital. Pertikaian harimau dengan manusia merambah ranah lingkaran setan: manusia memengaruhi harimau, harimau pun
media sosial. Simak video Bonita yang berkeliaran di perkebunan sawit bereaksi terhadap manusia.
seputar Suaka Margasatwa Kerumutan. Atau, foto yang menampilkan Berbeda dengan Jawa, untuk sementara ini, Sumatra bisa memutus
seekor harimau mati dengan usus terburai. lingkaran setan itu: wilayah-wilayah penting bagi harimau dilindungi
Bagaimana mendudukkan berita-berita konlik itu dalam upaya dan dikelola. Kawasan konservasi didirikan—beserta kawasan
pelestarian harimau sumatra di lanskap yang dikuasai manusia? hutan dan kawasan budidaya—untuk melindungi populasi harimau
Di antara manusia dengan harimau sebenarnya ada wilayah trah terakhir ini. Kawasan konservasi adalah benteng terakhir bagi
perantara: hutan belantara. Lanskap hutan selamanya dalam keadaan populasi inti harimau di lanskap yang telah dikuasai manusia.
dinamis sebagai hasil proses yang lambat dan tak kasat mata. Di Indonesia telah kehilangan dua dari tiga ras harimau kepulauan.
dalam proses itu, karena perannya sebagai pemangsa kelas atas, Terlalu banyak pengetahuan yang lenyap karena punahnya harimau.
harimau berkuasa penuh. Ia pemuncak piramida makanan yang Bahkan harimau sumatra pun masih menyisakan misteri. Lantas,
mengendalikan ekosistem. Meski penguasa rantai makanan, harimau bagaimana kelak hubungan manusia dan harimau: terus berkonlik
tidak memandang manusia sebagai mangsa. atau bisa hidup bersama? Atau bukan keduanya?***
FOTO: FEBRI A WIDODO/WWF-INDONESIA

104 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 105


BANDA ACEH

Sigli
Jantho
WASPADA SUMATRA Bireuen

ACEH
Takengon
KECAMUK KONFLIK
Penggundulan hutan mempersempit habitat harimau sumatra. Langsa TITIK KONFLIK 2001 - 2016
Populasinya terpecah-pecah di sisa hutan yang terputus-putus. Apa Melauboh
Pertikaian terheboh terjadi selama empat bulan
boleh buat: harimau terpaksa berebut ruang hidup dengan manusia. Blangkeujeren pertama 2018, saat harimau memangsa dua manusia
di Indragiri Hilir, Riau. Sebelumnya, pada 2009, Salma
Benturan pun tak terelakkan. Padahal, tak semua orang yang Blangpidie
Langkat menebar ketakutan di Jambi. Ia memangsa 10 manusia.
berinteraksi dengan harimau punya pengetahuan yang cukup untuk
Babussalam Binjai Kisah dua harimau betina itu hanya segelintir dari
hidup di wilayah jelajah harimau. Lantaran habitatnya menyusut, MEDAN ribuan kasus konflik harimau-manusia. Selama kurun
populasi mangsanya menurun, sementara populasi manusia semakin Tapaktuan 2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus.
meningkat, harimau terpaksa berselisih dengan masyarakat. Kabanjahe
Titik-titik konflik menyebar di sekujur pulau, dari utara
Interaksi negatif ini menimbulkan korban dan kerugian di kedua ke selatan, dari pesisir barat ke pesisir timur.
belah pihak. 230 71
TITIK TERPANAS SUMATRA UTARA
KISAH KLASIK Aceh membukukan
Doloksanggul
Perselisihan antara manusia dan harimau telah terjadi pada insiden konflik Balige Bagan Siapiapi
terbanyak. Kasus Rantauprapat
abad-abad lampau. Pada masa kolonial, harimau dipandang terbanyak: Tarutung
sebagai hewan berbahaya dan pengganggu. Prasangka ini pemangsaan ternak, WASPADA!
semakin memanaskan situasi: manusia dan harimau terjebak 122 insiden. Serangan harimau
dalam pusaran konflik. Jawa membuktikan, harimau akhirnya Dumai 148 terhadap manusia
kalah. dominan di Provinsi
Padang Sidempuan
Riau: 75 kasus.
KORBAN MANUSIA
1820 - 30 400
Panyabungan RIAU
200
1850-an
400
PEKANBARU
90
1862 - 81 Pelalawan
180
50 Kampar
1882 - 1904
60
Jawa Sumatra
Limapuluhkota

KORBAN MANUSIA DI SUMATRA 1818 - 1855 Payakumbuh


Rengat
Bengkulu - 1818 100 Tanah Datar WASPADA JUGA!
Lampung - 1820 675 SUMATRA BARAT Serangan terhadap
Palembang - 1854 300 Sawahlunto manusia terbanyak
Tapanuli - 1855 100 kedua ada di Jambi.
PADANG
Muara Sabak 203
KORBAN KONFLIK 1978 - 1997 Painansalido
MANUSIA HARIMAU TERNAK
JAMBI
146
TEWAS
265 MATI
392
PIARAAN UMUM
95
SAPI & KERBAU
JAMBI

82
30
LUKA
97
DITANGKAP
354
KAMBING
27
ANJING
27 KUDA
Mukomuko Utara

PENYULUT KONFLIK
13
BENGKULU Musi Banyuasin
Selain berkurangnya tempat hidup, ada beberapa faktor yang
dapat memicu pertikaian antara harimau dan manusia. Dari kajian Muara Aman Sukamarga
PALEMBANG
data konlik yang tercacat, ada beberapa faktor pemicu. Ini dua
Lubuklinggau
di antaranya. Argamakmur SUMATRA SELATAN
Curup
Tebingtinggi

1 Jarak desa dengan taman


nasional atau hutan
lindung. Semakin dekat,
2 Kepadatan ternak di pemukiman
dekat hutan. Semakin padat
ternak, peluang konlik semakin NASIB HARIMAU
BENGKULU
Lahat

peluang konlik semakin besar. Akhir konflik di Pagaralam Ogan Komering Ulu
besar. Bengkulu didominasi 216
harimau dibunuh atau Manna
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI
ditangkap: 30 kasus.
ALAM. TEKS: BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600 LAMPUNG
- 1950. YALE UNIVERSITY. KARTIKA, E. C. 2017. SPATIO-TEMPORAL PATTERNS OF HUMAN TIGER CONFLICT IN KAWASAN KONSERVASI
SUMATRA 2010 -2016. DIREKTORAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI DI LUAR TAMAN NASIONAL
Liwa
SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, JAKARTA. NYHUS,
P.J. & R. TILSON. 2004. DIKUTIP DALAM SUNARTO, WIDODO, E., DAN PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: LOKASI Sukadana
TAMAN
PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM KONFLIK NASIONAL
HANYA MELINTAS
MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL. Konflik umumnya BANDARLAMPUNG
Kotaagung
KILOMETER berlevel rendah: 95
harimau berkeliaran.
0 105 210
WASPADA SUMATRA

Selama 2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus konflik dengan berbagai tingkat risiko.

Risiko Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

375 376 184 130

Harimau berkeliaran di Harimau memangsa ternak. Harimau menyerang Manusia membunuh


tempat manusia. Tanpa Dampak: ternak mati atau manusia, ada korban harimau dengan racun,
korban, tapi menebar terluka, menebar ketakutan. mati atau terluka. senapan ataupun jerat.
ketakutan.

SEBARAN DAN TINGKAT RISIKO KONFLIK 2001 - 2016

Sumatra Selatan
Lampung
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Aceh

25 50 75 100 125 150 175 200 225 250

Level Rendah Level Sedang Level Tinggi, Level Tinggi,


korban manusia korban harimau

NASIB HARIMAU KORBAN KONFLIK


Setelah konflik usai, nasib harimau bermacam-macam.

879LARI
8
LARI, TERLUKA
130 MATI
43
KEBUN BINATANG
5
TRANSLOKASI
Usai selamat dari serangan harimau,
warga di pedalaman Kerinci Seblat
ini mengaku bisa merasakan
kehadiran kucing besar itu. Konlik
selalu merugikan kedua belah pihak:
harimau dan manusia.
FOTO: AGUS PRIJONO
WASPADA SUMATRA

GENEALOGI
PERBURUAN HARIMAU

Perburuan harimau punya sejarah panjang, sejak dari masa klasik,


kolonial, kemerdekaan, hingga kini. Sepanjang masa itu, harimau
hampir selalu menjadi sasaran perburuan dengan beragam dalih.
Pada masa klasik, salah satu tujuan perburuan harimau adalah
untuk status kerajaan Jawa. Selama abad ke-17 sampai 18, perburuan
harimau berkembang untuk keperluan perhelatan istana: rampogan
macan dan adu harimau versus banteng. Untuk itu, di kompleks
istana Jawa, terdapat kandang harimau dan satwa lain. Meski tidak
berburu harimau, untuk ritual kerajaan itu, raja Jawa memiliki bala- Dua janin ini turut Setelah 1800, situasi itu tidak banyak berubah meski pemerintah
punggawa penangkap harimau. meregang nyawa Belanda mengambil-alih kewenangan kompeni. Dalam perspektif
Pada saat yang bersamaan, di wilayah jajahan kolonial, harimau bersama induk yang masa kini, istilah hewan pengganggu biasa disebut dengan konlik
dikejar-kejar karena dianggap mengganggu manusia. Harimau dalam terjerat sling. Seolah harimau dan manusia. Dengan demikian, sejarah perburuan berkaitan
pandangan kolonial termasuk golongan hewan berbahaya yang pantas hampir tak ada yang erat dengan pertikaian harimau dengan manusia.
dibasmi. meratapi kematian Harimau begitu merepotkan sehingga pemerintah kolonial
Semenjak pertama kali membangun pos dagang di Batavia satu, dua, atau tiga mengeluarkan kebijakan sistem imbalan untuk membasminya (dan
pada abad ke-17, pejabat kompeni telah mempekerjakan pemburu harimau. macan tutul). Sistem hadiah ini mendorong siapa pun memburu
profesional. Kadang-kadang, para elit kompeni juga menggelar harimau dengan segala cara.
perburuan di luar Batavia. Rusa dan babi hutan adalah hewan buruan Bahkan dalam perkembangannya, teknik perburuan juga memakai
biasa. Tetapi, seiring waktu para pemburu kompeni juga mengejar cara Nusantara, dengan kandang perangkap dan jebakan mangsa
hewan pengganggu: ular besar, badak, buaya, dan harimau. beracun. (Bila harimau ada di mana-mana, Anda bisa mengikat
Informasi tentang perburuan harimau oleh petani Jawa sebelum kambing yang mengembik-embik di tepi hutan. Dan bravo, Anda
tahun 1700 amat langka dan kurang rinci. Sebagian besar informasi dapat harimau!)
tentang perburuan selama abad ke-18 lebih banyak mengacu kawasan Namun, sebagian masyarakat berpendapat harimau tidak pantas
di sekitar Batavia. Yang sering disebut adalah tentang perangkap diburu secara sistematis. Harimau yang tidak mengganggu ternak
harimau berupa kandang kayu berpintu penjebak, dengan hewan dan manusia dipandang sebagai pelindung desa. Pandangan ini
umpan di dalamnya. lazim ditemukan di Jawa dan Sumatra. Sebagian lagi, masyarakat
Petunjuk awal tentang perburuan berangka tahun 1627–1631 berpandangan membunuh harimau akan meningkatkan jumlah
tentang perangkap harimau yang dibangun Gubernur Jenderal Pieter babi hutan, lalu menjadi hama tanaman. Berdasarkan pengalaman,
de Carpentier. Kandang jebak ini rupanya meniru perangkap asli dari bila pemangsa ini dibunuh, kawanan babi hutan akan lebih sering
Jawa. Beberapa kali disebutkan kandang ini berhasil menjebak harimau. merusak tanaman pertanian.
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU
WWF-INDONESIA CENTRAL SUMATRA PROGRAM
MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 111
Semenjak kebijakan Tanam Paksa, yang membuka lahan-lahan
budidaya baru di pedalaman Jawa, cakupan konlik dan perburuan
semakin meluas. Pun, ketika Belanda membuka perkebunan di
pesisir timur Sumatra. Harimau yang kerap menghampiri kompleks
perkebunan mendorong pemilik kebun memburu satwa ini.
Umumnya, para pemburu berasal dari dunia militer dan pemilik
perkebunan. Berkembangnya perkebunan baru, baik di Jawa maupun
Sumatra, rupanya menarik minat pemodal dan aristokrat Belanda
yang hobi berburu untuk datang ke Indonesia.
Jadi, meski imbalan sudah dihapus—tapi masih diberikan di
Sumatra, antara akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20, tujuan
perburuan bertambah. Dari hanya untuk mendapatkan imbalan,
kini juga untuk olah raga kesenangan. Dalam olah raga berburu,
membunuh harimau berarti mendapatkan piala.
Sebenarnya, pemerintah kolonial Belanda pada 1909 menerbitkan
perlindungan spesies dan hukum perburuan. Undang-undang ini
untuk melindungi beberapa mamalia dan burung. Undang-undang
itu lantas diganti dengan ordonansi perlindungan satwa liar pada
1931. Setahun kemudian, pemerintah merilis undang-undang yang
menetapkan dasar hukum untuk mengawasi cagar alam dan suaka
Tapi, nampaknya zaman berubah. Sistem imbalan menimbulkan Benda-benda ini margasatwa.
fenomena baru: orang Jawa mencari nakah dengan menangkap mungkin bagian tubuh Namun, pada akhirnya gaya hidup berburu adalah penentu nasib
harimau—dan macan tutul. Keberadaan pemburu lokal profesional harimau. Di sejumlah harimau di Bali dan Jawa. Perburuan merupakan pukulan terakhir
ini tercatat di Priangan, Jawa bagian barat; serta Madiun dan Besuki, pelosok Sumatra dapat bagi keberadaan harimau bali, yang terbukti punah selamanya pada
Jawa bagian timur. Keberadaan pemburu profesional memang masih dijumpai orang yang
1940-an. Di Pulau Jawa, perburuan menyasar sisa-sisa populasi
jarang disebut sebelum 1860. Barangkali jabatan ‘mantri harimau’ di sengaja menyimpan
harimau yang telah terkurung di habitat kecil dan terpisah-pisah.
Yogyakarta dan Banyumas, yang spesialis membuat perangkap, bisa serpihan kulit, kuku,
Dari masa kemerdekaan sampai mendekati hari-hari terakhirnya,
siung, sekadar untuk
dibilang sebentuk pendahulu pemburu profesional. harimau jawa masih diburu, entah dengan menjebaknya dengan
kewibawaan. Satu
Sangat mungkin untuk menerka: naiknya nilai imbalan pada 1854 mangsa beracun ataupun dengan senapan.
keyakinan iktif yang
semakin mendorong orang menjadi pemburu. Pada 1853 misalnya, Di tengah maraknya perburuan untuk kesenangan dan konlik,
mematikan bagi
penduduk di Banten sisi utara memburu harimau kendati tidak ada juga perburuan secara sengaja untuk ilmu pengetahuan. Spesimen
harimau.
mengganggu manusia dan ternak. Pun di ujung timur Jawa, pada harimau bali ditembak dengan sengaja di Sumber Kima, Bali, pada
1895, pemburu-pemburu di Banyuwangi mengejar harimau demi 1937 untuk Museum Zoologi Bogor. Pada saat ini, spesimen itu
mendapatkan imbalan. Pada 1872 imbalan yang untuk kepala harimau menjadi satu-satunya bukti adanya harimau di Bali
di Tegal, Jawa bagian tengah, senilai 3.000 gulden. Waktu itu, ada Sementara itu, perburuan di Sumatra belum sampai menghabisi
beberapa lusin harimau dibunuh untuk memperoleh imbalan. harimau. Selain jumlah harimau lebih banyak dibandingkan di Jawa
Keadaan sedikit berbeda di Sumatra. Kepercayaan lokal terhadap dan Bali, juga lantaran Belanda keburu angkat kaki dari Indonesia.
harimau membuat imbalan tidak efektif. Pandangan supranatural Tapi, bukan berarti tak ada perburuan harimau sumatra.
masyarakat Sumatra meyakini harimau adalah leluhur, dan diyakini Selama 1975 dan 1992, Korea Selatan mengimpor 6.128 kilogram
bisa membantu manusia. Bila seseorang diserang harimau berarti ia tulang harimau—rata-rata 340 kilogram per tahun. Sebagian besar
telah melakukan kesalahan. Namun, bukan berarti tak ada perburuan, impor ini berasal dari Indonesia: 3.720 kilogram, atau 61 persen
terutama bagi harimau yang menyerang ternak dan manusia. selama 18 tahun.
FOTO: AGUS PRIJONO

112 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 113


Perburuan dan perdagangan organ harimau
sumatra melibatkan jaringan tertutup dengan
mata rantai yang panjang, kompleks, dan
berlapis. Di tingkat pemburu dan pembeli,
para pelaku berkelompok dan terhubung
dalam relasi yang saling menguntungkan.

Seluruh ekspor harimau dari Indonesia sudah pasti ilegal.


Pemerintah Indonesia telah melindungi harimau sumatra sejak
1970. Di tingkat global, konvensi internasional ihwal perdagangan
dan peredaran tumbuhan dan satwa terancam punah CITES
(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora), yang disepakati pada 1973, memasukkan harimau
sumatra dalam Appendix 1. Artinya, perdagangan dan peredaran
harimau sumatra harus dikendalikan dan diawasi secara ketat. Dan,
Indonesia menjadi salah satu dari 169 negara yang meratifikasi
perjanjian internasional yang disusun berdasarkan resolusi sidang
IUCN pada 1963 ini.
Pada 1990, terbit Undang-undang Nomor 5 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang menegaskan
perlindungan bagi harimau sumatra. Pada perkembangan selanjutnya,
pemerintah menetapkan pertukaran satwa harimau hanya dapat
dilakukan atas persetujuan presiden. Dengan demikian, apapun
dalihnya, perburuan harimau melanggar peraturan.
Sebagai satwa yang terancam punah, harimau pantas dilindungi
dari segala bentuk perburuan. Bahkan untuk melindungi keberadaan
harimau juga mesti dibarengi dengan menjaga satwa mangsanya
dari perburuan.
Melestarikan harimau, namun pada saat yang sama membiarkan
perburuan mangsanya seperti menjerumuskan pemangsa ini pada
Sementara impor dari negara lain bersifat sporadis, impor tulang kelaparan. Pada tahap selanjutnya, tiadanya mangsa akan mendorong
harimau dari Indonesia terbilang rutin—hampir setiap tahun. Bila harimau mendekati permukiman untuk mencari mangsa mudah:
rata-rata bobot kerangka harimau sekira 12 kilogram, jumlah total ternak. Lingkaran sebab-akibat ini, yang jarang dipahami banyak
berat tulang itu berasal dari pembunuhan sekitar 300-an ekor harimau. kalangan, akan berujung pada konlik harimau dengan manusia.
Kemudian, dari 1980 sampai 1987, Taiwan mengimpor 3.949 kg Dampak berikutnya, konlik menjadi dalih untuk melegalkan
tulang harimau dan beruang dari Singapura. Tulang harimau dari perburuan harimau sebagai aksi balas dendam.
Singapura nampaknya berasal dari Indonesia, karena negara kecil itu Pada saat ini, niat perburuan semakin rumit: mulai dari dalih
tak memiliki harimau. Catatan-catatan ini menegaskan perburuan ekonomi, balas dendam, sampai tak sengaja menjerat harimau
harimau untuk memenuhi pasar obat tradisional dan perdukunan. dengan jebakan. Bagaimana pun, pada akhirnya setiap perburuan
Organ harimau memang telah lama untuk pengobatan tradisional yang merenggut nyawa semakin mendekatkan harimau ke jurang
Asia. Kulit, cakar, dan taringnya dipandang bertuah medis dan magis. kepunahan. Satu kematian berarti selangkah menuju kepunahan. ***
FOTO: REGINA SAFRI

114 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 115


WASPADA SUMATRA Banda Aceh

LANSKAP KONSERVASI HARIMAU SKALA LANSKAP


Dari analisis kesintasan populasi,
Dengan memerhatikan laju deforestasi, tingkat konlik,
harimau tersebar di tiga skala
dan perburuan, yang mengancam kelestarian harimau, ULU MASEN lanskap: kecil, sedang, besar,
para pelestari menentukan lanskap konservasi harimau dengan jumlah minimum di tiap
atau tiger conservation landscapes (TCL). Kawasan lanskap sub-populasi antara 1 hingga 185
diidentiikasi berdasarkan sejarah distribusi harimau dunia, harimau.
kesesuaian habitat, perkembangan penduduk, dan aspek
lainnya. Dari hasil identiikasi itu, ada 76 landskap konservasi LANSKAP BESAR
BERDAYA DUKUNG
harimau secara global. Penurunan populasi dan habitat yang
drastis menjadi alasan kenapa 76 lanskap ini penting untuk
dipertahankan. Pada 2006 para ahli mendeinisikan lanskap
EKOSISTEM LEUSER
Kondisi saat ini: Hanya
subpopulasi di Leuser-Ulu
Medan
>70
konservasi sebagai blok hutan yang potensial sebagai Masen dan Kerinci Seblat TANAH KARO
LANSKAP SEDANG
habitat harimau berdasarkan rekaman pasti bahwa selama 10 yang dapat bertahan
BERDAYA DUKUNG
hingga 100 tahun. ASAHAN
tahun terakhir diyakini masih dihuni harimau.

LANSKAP KONSERVASI HARIMAU DI SUMATRA


DOLOK
SENEPIS-BULUHALA 20-70
Para pelestari mengkaji setiap petak hutan yang dihuni
SURUNGAN LANSKAP KECIL
dan tidak dihuni harimau. Pada tahap selanjutnya, pelestari
BERDAYA DUKUNG
melakukan ekstrapolasi kepadatan harimau di habitat serupa

<20
yang dimonitor, dan luasan habitat yang tersedia. Harimau BATANG TORU GIAM SIAK KECIL
sumatra saat ini masih ada di 23 lanskap. Hasil analisis tingkat
kelangsungan hidupnya: populasi harimau diperkirakan berada
dalam kisaran 600 ekor. Populasi harimau tersebut terdistribusi BARUMUN
di tiga tipe lanskap: kecil, sedang, besar. KISARAN POPULASI DI 23 LANSKAP

POPULASI MINIMAL UNTUK SINTAS


Berbekal data deforestasi dan perburuan, pelestari menduga
BATANG GADIS Pekanbaru

TESSO NILO
KAMPAR
600-an
HASIL PENDUGAAN TERBAIK 2016
PASAMAN Perhitungan ini berdasarkan data kamera jebak
nasib harimau di masa datang. Dengan analisis populasi, di sejumlah lanskap sebelum 2016.
KERUMUTAN
dapat diduga peluang hidup harimau dalam jangka waktu dan
MANINJAU
lingkungan tertentu. RIMBANG BALING
BETABUH-SOSA

35
Dibutuhkan minimal 35 ekor, agar harimau mampu bertahan hidup
Padang
BATANGHARI BUKIT TIGAPULUH

pada satu lanskap. Itu pun dengan syarat: daya dukung habitat setara Jambi
untuk 70 ekor harimau. BERBAK-SEMBILANG
BUKIT DUABELAS

DUA TIPE LANSKAP KONSERVASI HARIMAU


Arah strategi dan aksi konservasi harimau di masa datang
didasarkan pada dua tipe lanskap: terkelola dan belum KERINCI SEBLAT
terkelola. Pembagian ini didasari pemahaman bahwa lanskap DANGKU
HUTAN
yang belum terkelola memiliki lebih banyak tantangan, dan HARAPAN
perlu intervensi pengelolaan intensif, dibandingkan dengan Palembang
lanskap yang terkelola.
LANSKAP BELUM TERKELOLA PADANG SUGIHAN

LANSKAP TERKELOLA LANSKAP BELUM TERKELOLA LANSKAP BESAR


Ada otoritas pengelola Masih dihuni harimau, bisa di
LANSKAP SEDANG
dari pemerintah, dengan bawah otoritas pemerintah atau Bengkulu
anggaran dan program tidak, tapi tak ada anggaran LANSKAP KECIL
khusus konservasi harimau. dan program khusus konservasi
KAWASAN
harimau KONSERVASI TUTUPAN BUKIT BALAI REJANG
DI LUAR HUTAN 2014
TAMAN
NASIONAL
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN TAMAN NASIONAL
DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM, FORUM HARIMAUKITA. TEKS: PUSPARINI, WULAN.
2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016 . PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI KILOMETER WAY KAMBAS
ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA
UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN. 0 105 210 BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung
WASPADA SUMATRA

MASA DEPAN HARIMAU SUMATRA


Berbekal data tingkat deforestasi dan perburuan, para pelestari coba
menduga nasib harimau di masa datang. Dengan analisis populasi SKENARIO ANCAMAN MENINGKAT
minimal yang hidup berkelanjutan, pelestari menduga peluang hidup Skenario 10 tahun ke depan: bila laju deforestasi meningkat 0 - 25 persen
harimau dalam jangka waktu dan lingkungan tertentu. Hanya saja, perlu per tahun, dan perburuan menyasar 10 persen jantan dan 5 persen betina.
diingat paparan ini berdasarkan pemodelan dari data terbaik 2016. Masih Berikut ambang batas hingga populasi harimau mulai mengalami
banyak ketidakpastian dari parameter pemodelan. Survei dan tambahan kepunahan di salah satu lanskap.
data di masa mendatang akan segera disusun untuk memperbaiki analisis LANSKAP KECIL AMBANG BATAS LANSKAP AMBANG BATAS LANSKAP
populasi secara lebih akurat. Tak ada ambang SEDANG BESAR
batas: populasi akan Laju deforestasi 3% Laju deforestasi 7%
punah dalam kondisi Perburuan menyasar 3% Perburuan menyasar 20%
ANCAMAN UTAMA HARIMAU SUMATRA ancaman apapun. jantan, 1% betina jantan, 2% betina.
Dengan laju deforestasi 9% per Dengan laju deforestasi 20% per
tahun selama 10 tahun, populasi tahun selama 10 tahun, populasi
akan punah. akan punah.

STRATEGI APA YANG BISA DILAKUKAN?


SKENARIO PENGELOLAAN METAPOPULASI
KONFLIK DEFORESTASI PERBURUAN Metapopulasi adalah sekumpulan subpopulasi yang karena habitatnya terputus, individu
hanya dapat berinteraksi pada derajat tertentu. Skenario ini membayangkan populasi harimau
di Sumatra sebagai satu populasi besar yang terdiri 23 subpopulasi yang dapat saling
SKENARIO SATU ABAD KE DEPAN berinteraksi. Artinya, setiap lanskap yang terpisah harus saling terhubung. Hanya populasi di
Leuser - Ulu Masen dan Kerinci Seblat yang mampu bertahan meski tak terkoneksi dengan
SITUASI POPULASI SAAT INI lanskap lain. Di sisi lain, bila tak terkoneksi, peluang kepunahan di 21 lanskap kecil sangat
Kondisi saat ini: laju deforestasi 0,11 - 12,56 persen, dan perburuan tinggi. Konsep koridor hanya mungkin bagi populasi di lanskap sedang dan besar, sementara
menyasar 2 persen jantan dan 1 persen betina. Populasi harimau di lanskap di lanskap kecil umumnya terisolasi. Untuk populasi di lanskap kecil dibutuhkan koneksi
kecil akan punah, sementara di lanskap besar dan sebagian lanskap sedang, dengan cara translokasi ataupun koridor buatan. Skenario metapopulasi ini menghubungkan
populasi bisa bertahan hidup. subpopulasi di 23 lanskap yang terpisah melalui tiga cara: dispersal alami, translokasi,
PELUANG KEPUNAHAN penambahan individu baru, dan perlindungan. Selain metapopulasi, strategi lain adalah
pengamanan habitat dari perambahan, pembalakan, perburuan, dan mitigasi konflik.

100% 83% 31%

LANSKAP KECIL LANSKAP SEDANG LANSKAP BESAR DISPERSAL ALAMI TRANSLOKASI PERLINDUNGAN
PELUANG PUNAH 100% PELUANG PUNAH 83% PELUANG PUNAH 31% Penyebaran harimau melalui Perpindahan dengan bantuan manusia: Menjaga populasi kecil untuk
koridor antar-lanskap secara pemindahan harimau konlik ke area lain, berkembang biak dan menjadi
alami. atau menambah individu baru. sumber keragaman genetik.
SKENARIO BILA ANCAMAN SAAT INI DIHILANGKAN
Seandainya seluruh ancaman perburuan dan deforestasi saat ini ditiadakan,
peluang kepunahan di salah satu lanskap sedang dan lanskap besar dapat MANFAAT METAPOPULASI
berkurang. Contohnya untuk lanskap Batanghari dan Bukit Barisan Selatan. MEMPERPANJANG KESINTASAN POPULASI
BATANGHARI BUKIT BARISAN SELATAN LANSKAP KECIL
WAY KAMBAS KAMPAR BERBAK-SEMBILANG

8 14 TAHUN 12 19 TAHUN 7 19 TAHUN


Peluang punah Daya sintas Peluang punah Daya sintas
turun: 68% naik: 32% turun: 72% naik: 28% MENURUNKAN PELUANG KEPUNAHAN
menjadi 17%. menjadi 83%. menjadi 30%. menjadi 70%.
LANSKAP SEDANG LANSKAP BESAR
BUKIT BARISAN SELATAN, BATANGHARI
RIMBO PANTI - PASAMAN,
BUKIT TIGAPULUH, BUKIT BALAI
REJANG SELATAN 48 0 PERSEN

Peluang kepunahannya di bawah RIMBANG BALING

50
TEKS: PUSPARINI, WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI
ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA UNTUK KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN; INFOGRAFIS BERPACU DENGAN KEPUNAHAN,
FORUM HARIMAUKITA.
PERSEN 41 7 PERSEN
WASPADA SUMATRA
ANALISIS POPULASI
JALAN YANG MERENGGUT Populasi harimau di lanskap utuh: 420, di
lanskap terbelah jalan: 68.
Lanskap konservasi Leuser-Ulu Masen dan Kerinci Seblat
merupakan wilayah penting bagi kelestarian harimau.
Sebagai dua lanskap terbesar, area ini punya daya dukung
lingkungan tertinggi bagi harimau. Akan tetapi, tingginya
tingkat pembangunan di Sumatra mengancam keutuhan
lanskap. Ancaman yang paling sering adalah janji politisi
lokal untuk membangun jalan tembus, ataupun rencana
pemerintah pusat membangun pembangkit listrik di dalam
kawasan konservasi. Hal itu dikhawatirkan memecah-belah BANDA ACEH
populasi harimau sehingga mempercepat laju kepunahan. Populasi harimau di Populasi harimau
Sebelum terlambat, para pelestari coba mempelajari Sigli lanskap Leuser - Ulu di lanskap yang
dampak jalan dan membuat skenario dengan pemodelan Jantho Masen yang utuh. dipisahkan jalan.
2
efek pembangunan jalan terhadap populasi dan habitat
Bireuen
harimau di Leuser-Ulu Masen dan Kerinci Seblat. Dampak
awal pembangunan jalan sering kali tidak langsung
memecah-belah habitat. Umumnya, dampak awalnya akan 3
memicu pembalakan, perambahan, perburuan, dan konflik, 4
yang lalu menekan habitat dan populasi harimau. 1
Takengon
LANSKAP YANG TERCERAI-BERAI ACEH 5
Jika terealisasi, pembangunan jalan Ladia-Galaska (Lautan 6 Langsa
India, Gayo-Alas-Karo) di Leuser-Ulu Masen diperkirakan akan
membagi lanskap konservasi harimau ini menjadi 16 blok 7
hutan yang terpisah. Luasan blok-blok hutan ini bervariasi 9
antara 32 - 7.314 kilometer persegi. Hasil permodelan 8 10 11
populasi harimau pada 16 blok hutan adalah 4 blok di Meulaboh
antaranya: 2, 6, 12, dan 12 (Rawa Tripa) terlalu kecil untuk
menampung bahkan hanya satu harimau. Untuk lanskap Rawa
Tripa memang sudah kecil dan terpisah sejak awal, sebelum
adanya efek pembangunan Ladia Galaska.
12 Blangpidie TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
RAMALAN BURUK Langkat
Nasib harimau di lanskap Leuser-Ulu Masen jauh lebih buruk Blok hutan 13, Aceh bagian Barat, mungkin 14 MEDAN
dibandingkan dengan dampak fragmentasi di Kerinci Seblat 13 Binjai
memilki keragaman genetik tertinggi
akibat jalan evakuasi bencana alam. Tidak ada populasi ketimbang blok yang lain. Babussalam
yang layak atau mendekati layak sintas di blok-blok hutan Akan tetapi, populasi di blok ini tetap tak
Lueser-Ulu Masen. Peluang kepunahan pun sangat tinggi, mampu sintas.
lebih dari 70 persen di 5 blok, dan 66 persen di blok 13.
Bila dibandingkan sebelum dan sesudah pembangunan Tapaktuan
jalan, peluang kepunahan harimau di Leuser-Ulu Masen Kabanjahe
melejit hampir 9 kali lipat, dari 5 persen menjadi 49 persen;
keragaman genetik turun hingga 29 persen, dari 0,89 menjadi SUMATR A
0,63; pertumbuhan populasi pun turun 150 persen, dari 0,03 UTAR A
menjadi -0,015. Blok hutan 15: Suaka Margasatwa Rawa Singkil
telah tersudut sebelum pembangunan Ladia
DAMPAK NEGATIF JALAN TERHADAP POPULASI Galaska. Bila jalur jalan dibuat, akan semakin
PELUANG PUNAH KERAGAMAN GENETIK PERTUMBUHAN memisahkan kawasan ini dari ekosistem Leuser.
KIAN BESAR KIAN MISKIN MINUS
Kawasan berawa gambut ini dihuni harimau dan 15 16
5% 49 %
NAIK hampir 9 kali
0,89
TURUN 29 persen
0,63 0,03 -0,015
AREA DIPERBESAR orangutan.
TURUN 150 persen
KAWASAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KONSERVASI
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FORUM HARIMAU KITA. TANPA TAHUN. INFOGRAFIS: APA TAMAN DI LUAR
YANG TERJADI JIKA PEMBANGUNAN JALAN DILAKUKAN DI KAWASAN KONSERVASI? DITJEN NASIONAL TAMAN
KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, HARIMAUKITA; PUSPARINI, NASIONAL
WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, KILOMETER
TOMI ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA JALAN SEDANG JALAN
UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN. DIKONTRUKSI SUDAH EKSIS 0 35 70
Rawa Tripa, blok hutan 12, terkucil dan terputus dari ekosistem
Leuser. Jalan dan permukiman memutus koridor yang
menghubungkan Rawa Tripa dengan ekosistem Leuser. Para
pegiat lingkungan Aceh memenangi gugatan terhadap kebun
sawit yang membakar ekosistem gambut ini beberapa tahun silam.
Hingga 2018, kasus hukum Rawa Tripa kembali mencuat. Kawasan
ini berlimpah karbon, dan menjadi tempat hidup harimau dan
orangutan di pesisir barat Aceh.
FOTO: AGUS PRIJONO
RIAU

WASPADA SUMATRA
SUMATR A BAR AT

SKENARIO DAMPAK JALAN DI KERINCI


Bila kelima jalan untuk jalur evakuasi bencana alam
benar-benar dibangun, Kerinci Seblat akan terbagi menjadi
6 blok, plus satu blok nomor 6 yang memang telah terkucil
sebelumnya. Alhasil ada 7 blok hutan. Luas blok hutan
bervariasi 355 - 4.454 kilometer persegi. Ironisnya, populasi 1
di enam blok hutan tersebut tidak bakal sintas. Blok yang
mendekati layak sintas adalah nomor 7, yang pertumbuhan
populasinya positif, peluang kepunahan 33 persen, sedikit di
atas ambang batas 30 persen. 3
Namun, peluang kepunahan di empat blok diprediksi
lebih dari 80 persen, dengan hanya tiga blok: 4, 5, dan 7
yang memiliki keragaman genetik yang memadai. Secara
umum, populasi di akhir simulasi untuk Kerinci Seblat yang 2
utuh sejumlah 257, masih lebih tinggi dari populasi seluruh JAMBI
blok hutan, sejumlah 78. Bila dibandingkan sebelum dan
sesudah pembangunan jalan, peluang kepunahan harimau
di Kerinci Seblat yang terpecah-belah naik 6 kali lipat, dari 3
4
persen menjadi 19 persen.

DAMPAK NEGATIF JALAN TERHADAP POPULASI


PELUANG PUNAH KERAGAMAN GENETIK PERTUMBUHAN KIAN
KIAN BESAR KIAN MISKIN LAMBAN

3% 19 %
NAIK hampir 6 kali
0,86
TURUN 19 persen
0,73 0,03 0,0037
Blok hutan 7 bisa dibilang harapan di
TURUN 87,6 persen masa depan bila jaringan jalan benar-
benar mengoyak Kerinci Seblat.
HASIL ANALISIS POPULASI Pertumbuhan populasinya positif,
Populasi lanskap utuh: 257, lanskap terpotong-potong: 78 peluang kepunahan 33%, sedikit di
7 atas ambang batas 30%. Populasi di
Mukomuko Utara tahun ke-100 masih lebih besar dari
populasi awal.

Populasi harimau Populasi harimau


di lanskap Kerinci di lanskap yang TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT
Seblat yang utuh. dipisahkan jalan.
SUMATRA SELATAN

MENCARI JALAN TENGAH BAGI HARIMAU


Rencana pembangunan jalan evakuasi yang memotong 5
lanskap harimau mesti diperhitungkan secara matang.
Pembangunan jalan harus diiringi dengan memastikan
keterhubungan habitat dan populasi. Pemerintah daerah
juga turut bertanggung jawab memastikan masyarakat tidak
Muara Aman Sukamarga
berburu dan merusak habitat harimau. Pemerintah pusat
dapat mengembangkan konsep pembangunan infrastruktur
yang mempertimbangkan satwa liar. Caranya: pengendalian BENGKULU
dampak negatif jalan terhadap populasi dan habitat harimau, AREA
perencanaan koridor satwa, dan mengembangkan opsi-opsi DIPERBESAR

pendanaan bagi infrastruktur yang ramah lingkungan. 6


PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN Argamakmur
INFORMASI KONSERVASI ALAM, FORUM HARIMAUKITA. TEKS: FORUM HARIMAU KITA. TANPA Curup
TAHUN. INFOGRAFIS: APA YANG TERJADI JIKA PEMBANGUNAN JALAN DILAKUKAN DI
KAWASAN KONSERVASI? DITJEN KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, TAMAN
HARIMAUKITA; PUSPARINI, WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. NASIONAL
PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. KILOMETER
DISUSUN FORUM HARIMAUKITA UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.
TIDAK DIPUBLIKASIKAN. RENCANA JALAN 0 30 60

BENGKULU
Pengendara baru saja ke luar dari Taman Nasional Kerinci Seblat,
melalui jalan baru yang dibangun saat pemilihan kepala daerah
2018 di Kerinci. Letak jalan ini di Renah Pemetik, di antara blok
hutan 3 dan 4. Rencananya, dari wilayah ini akan dibangun jalan
tembus ke Bungo. Tapi, jalur jalan ini nampaknya berbeda dengan
rencana jalan evakuasi. Bisa diduga, agaknya jalan ini untuk
memberikan akses pekebun di taman nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO
Banda Aceh
SUMATRA B ERG ERAK
Dari ujung utara sampai selatan, dari tepi pesisir barat
sampai pesisir timur, para pelestari bergiat sepanjang
waktu untuk melestarikan harimau. Upaya konservasi
ACEH tersebar di lanskap konservasi harimau di Bukit
UPAYA SUMATRA Barisan sampai dataran rendah. Dan, melestarikan
harimau sekaligus juga merawat seisi ekosistem.
Namun, semakin menggumuli pemangsa ini, para
pelestari juga menyadari daya upaya selama ini masih
TAMAN NASIONAL
GUNUNG LEUSER
Medan belum cukup menenangkan hati. Ini juga berarti
bahwa sambil berikhtiar, para pihak juga memetik
pembelajaran.

Sejak seperempat abad lalu, para pihak telah berupaya melestarikan


SUMATRA UTARA
harimau sumatra.
Menyimak tantangan yang menuntut kewaspadaan Sumatra,
mengingatkan kembali pada perhatian pertama terhadap harimau
sumatra pada 25 tahun lalu. Saat itu, para pelestari menggelar lokakarya RIAU
pertama untuk menentukan arah konservasi harimau sumatra. Sejak Pekanbaru

itu, para pelestari telah melewati dua strategi konservasi harimau


sumatra, yang pada 2018 memasuki yang ketiga. SUMATR A SUAKA MARGASATWA
Namun, sejatinya momentum awal perlindungan harimau tercetus BAR AT RIMBANG BALING

saat pemerintah menetapkan kawasan konservasi demi melindungi


kekayaan hayati Sumatra. Status kawasan konservasi itu macam- Padang
HUTAN LINDUNG TAMAN NASIONAL
BUKIT TIGAPULUH
macam: cagar alam, suaka margasatwa dan taman nasional. Di luar BATANGGADIS
Jambi
kawasan tersebut, membentang kawasan hutan dengan berbagai JAMBI TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG
fungsi: hutan produksi, hutan lindung, dan sebagainya. KERINCI SEBLAT

Seiring perkembangan sains, semakin banyak pihak yang terlibat LEMBAGA PELESTARI
dalam konservasi harimau. Para pihak ini mencakup lembaga swadaya Lokasi para pihak yang melakukan konservasi
masyarakat internasional dan nasional, yang beraktivitas bersama harimau tersebar dari utara sampai selatan. Palembang
Para pihak ini terdiri dari: Flora & Fauna
otoritas pengelola kawasan konservasi. Sementara itu, di luar kawasan International (FFI) - Indonesia Programme, BENGKULU
SUMATRA SELATAN
hutan, sejumlah pihak swasta juga berkontribusi dalam pelestarian Yayasan WWF Indonesia, Forum Konservasi
satwa pemangsa ini sesuai dengan kapasitasnya. Leuser (FKL), Wildlife Conservation Society Bengkulu

Para pelestari melaksanakan berbagai program di kawasan tertentu (WCS) - Indonesia Program, Zoological
Society of London (ZSL) - Indonesia
yang tercakup dalam lanskap konservasi harimau. Meski programnya Programme, dan Penyelamatan dan LAMPUNG
bermacam-macam, namun pada akhirnya bermuara pada kelestarian Konservasi Harimau Sumatra (PKHS). Tentu, TAMAN NASIONAL
WAY KAMBAS
harimau sumatra. Artinya: segenap pihak bergerak bersama dalam selain lembaga itu, masih ada lembaga TAMAN NASIONAL
BUKIT BARISAN SELATAN
lain yang berkontribusi dalam pelestarian Bandarlampung
ikhtiar menyelamatkan harimau.
harimau. Seluruh lembaga ini bekerja sama
Pada saat yang sama, para pihak menyadari cakupan masalah dan dengan unit pelaksana teknis di setiap
tantangan terlalu luas, sedangkan tenaga, pikiran, dan dana terlalu kawasan konservasi.
terbatas. Disadari pula, aksi konservasi para pihak yang tertuang di
pustaka ini juga hanya mencakup lima tahun terakhir. Pada masa
KAWASAN
sebelumnya, banyak pihak sudah bersumbangsih dalam konservasi KONSERVASI
TUTUPAN
DI LUAR
HUTAN 2014
harimau. Pada halaman selanjutnya akan dipaparkan kiprah berbagai TAMAN
NASIONAL
KILOMETER
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN,
lembaga swadaya masyarakat dalam melestarikan harimau. *** TAMAN NASIONAL 0 105 210 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.

MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 129


Banda Aceh

UPAYA SUMATRA
ULU MASEN
Bersama tujuh komunitas ranger dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Wilayah I Aceh, FFI melaksanakan aksi ACEH
konservasi harimau. Dengan memfasilitasi hutan desa,
FFI melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan di
lanskap harimau. Kegiatan utama di hutan desa: patroli
perlindungan dan monitoring keragaman hayati, sembari
mengembangkan ekonomi setempat.

FAUNA & FLORA INTERNATIONAL (FFI)


INDONESIA PROGRAMME
TAMAN NASIONAL Medan
DUA AKSI KONSERVASI HARIMAU GUNUNG LEUSER
Fauna & Flora International Indonesia Programme bekerja
di dua lanskap: Ulu Masen dan Taman Nasional Kerinci
Seblat. Ulu Masen terdiri dari hutan lindung dan cagar alam,
sebagian lagi hutan produksi, sedikit areal penggunaan SUMATRA UTARA
lain, dan non-hutan. Ulu Masen adalah salah satu kawasan
rekomendasi Global Tiger Recovery untuk pemulihan harimau.
Sementara itu, di Taman Nasional Kerinci Seblat, ada area inti
pemantauan harimau dengan dua tim yang bekerja simultan:
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) dan
Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS). Tim
pertama berfokus pada penegakan hukum dan patroli; tim AREA DIPERBESAR

kedua memantau populasi harimau. Di luar taman nasional,


FFI mendampingi masyarakat untuk mengelola hutan dengan
skema perhutanan sosial. Ringkasnya, FFI bekerja di dua sisi:
di dalam dan di luar kawasan konservasi.

PERHUTANAN SOSIAL RIAU


Fauna & Flora International bekerja di lima Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi untuk mengembangkan Pekanbaru
perhutanan sosial di kawasan penyangga Taman Nasional
Kerinci Seblat. Skema yang dikembangkan: hutan desa dan
hutan adat. Keberadaan hutan desa dan hutan adat dapat
memperluas habitat dan menjadi koridor bagi harimau di
sekitar taman nasional. Pengelola hutan desa dan hutan
adat berpatroli untuk perlindungan dan pemantauan
keanekaragaman hayati.
SUMATR A TAMAN NASIONAL
HUTAN DESA DAN HUTAN ADAT BAR AT BUKIT TIGAPULUH

41 64,9 DESA RIBU HEKTARE


LANSKAP KERINCI SEBLAT
Padang

TAMAN NASIONAL
SEDANG PROSES IZIN, HUTAN DESA DAN HUTAN ADAT Bersama Balai Besar Taman BERBAK SEMBILANG
Nasional Kerinci Seblat, FFI

14 22,9 DESA RIBU HEKTARE


rutin berpatroli dan memantau
populasi harimau di area
pemantauan intensif.
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
JAMBI
Jambi

Sebaran skema perhutanan sosial di wilayah penyangga Taman


Nasional Kerinci Seblat. Inisiatif ini menautkan banyak pihak
dalam upaya konservasi harimau, pembangunan desa, dan TUTUPAN HUTAN 2014

ekonomi lokal. KAWASAN


KONSERVASI WILAYAH
KPHP UNIT VI MERANGIN 76,137 hektare DI LUAR KERJA FFI
TAMAN NASIONAL
KPHP UNIT VII HULU SAROLANGUN 121,102 TAMAN NASIONAL SU M AT R A S E L ATA N
KPHP UNIT I KERINCI 34,250 KILOMETER

KPHP UNIT II BUNGO 56,728 0 105 210


BENGKULU
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT
KPHP UNIT III BUNGO 69,064 PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FAUNA & FLORA
INTERNATIONAL (FFI) - INDONESIA PROGRAMME.

Bengkulu
LANSKAP
K E R I N C I S E B L AT

Kamera jebak merekam harimau sumatra dan kucing emas


di kawasan hutan desa di lanskap Kerinci Seblat. Citra ini
membuktikan kawasan hutan desa memiliki daya dukung untuk dua
pemangsa dari keluarga kucing ini. Untuk melindungi satwa liar
dan tumbuhan, masyarakat pengelola hutan desa berpatroli secara
berkala.

FOTO: KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


FAUNA & FLORA INTERNATIONAL - INDONESIA PROGRAMME
Banda Aceh
UPAYA SUMATRA

ACEH
YAYASAN WWF INDONESIA (WWF) SAMARKILANG SAMARKILANG
Aksi konservasi menitikberatkan upaya perlindungan habitat
sebagai daerah tangakapan air dan monitoring spesies
TANAH AIR HARIMAU
payung, termasuk harimau
Untuk membantu memulihkan harimau, jaringan WWF
mendeklarasikan penyelamatan 50 Tiger Heartlands di bawah
program global. Lima di antaranya berada di Sumatra karena
kekritisannya untuk ketahanan populasi harimau sumatra. TAMAN NASIONAL
Karena keunikan dan tingginya tingkat ancaman, harimau Medan LANSKAP RIMBANG BALING - BUKIT BETABUH
GUNUNG LEUSER
Bersama konsorsium IMBAU dan Balai Besar
di Sumatra membutuhkan perhatian khusus dari WWF dan Konservasi Sumber Daya Alam Riau, WWF melakukan
komunitas global. Visinya: untuk mendapatkan ketahanan perlindungan, monitoring harimau, mendukung
populasi jangka panjang dengan memfokuskan pada kawasan kebijakan pengelolaan, dan pemberdayaan
masyarakat. Program pengamanan habitat harimau
– kawasan yang menjadi target inisiasi berdampak tinggi. dengan tim patroli reguler dan pemantauan
Dari 2018 hingga 2025, WWF – Indonesia akan memfokuskan SUMATR A UTAR A anti-perdagangan harimau. Selain itu, WWF
pada penyelamatan populasi harimau dan habitatnya di lima mendorong sinkronisasi kebijakan yang mendukung
Tiger Heartlands di Sumatra: Rimbang Baling, Bukit Batabuh- konservasi harimau melalui RPJMDes 12 desa
yang sejalan dengan konservasi. Di sektor usaha,
Bukit Tigapuluh, Batanghari, Bukit Barisan Selatan, dan WWF mendukung pihak swasta di dalam maupun
Samarkilang. Pendekatannya, mengintegrasikan berbagai sekitar lanskap untuk mengedepankan kegiatan
pendekatan bersama para pihak. berkelanjutan. Target sementara ini 5 perusahaan:
2 perkebunan sawit, 2 hutan tanaman industri, 1
perusahaan kayu alam.
RIAU

Pekanbaru
DARI LANSKAP KE LANSKAP
WWF bersama mitranya aktif di beberapa lanskap harimau. LANSKAP BUKIT TIGAPULUH
Di Sumatra bagian tengah, WWF berkolaborasi dengan Balai SUAKA MARGASATWA Aksi konservasi bersama Balai Taman
RIMBANG BALING
Besar KSDA Riau, YAPEKA dan INDECON melaksanakan Nasional Bukit Tigapuluh: menjaga
program IMBAU. Di Rimbang Baling, WWF mempelajari luas tutupan lahan, monitoring
satwa liar. Mendorong perusahaan
dan mengangkat kearifan lokal dalam menjaga hutan dan SUMATR A
BUKIT BETABUH melakukan restorasi ekosistem dan
sungai. Kearifan masyarakat dijadikan model dan contoh BAR AT produksi berkelanjutan melalui
untuk pengembangan di wilayah lain di Sumatra maupun better management practices untuk
dunia. Kerjasama juga dikembangkan WWF bersama dengan Padang
mendukung konservasi satwa liar.
berbagai pihak. BATANG GADIS TAMAN NASIONAL
HUTAN LINDUNG BUKIT TIGAPULUH
Upaya konservasi BATANG GADIS
harimau masih TAMAN NASIONAL
PERLINDUNGAN TERINTEGRASI belum intensif di JAMBI BERBAK SEMBILANG
Jambi
lanskap ini. Alhasil,
Mencakup beberapa kegiatan di lapangan dan perkotaan,
belum banyak
baik kegiatan langsung maupun dukungan kebijakan. Di pencapaian.
lapangan, proteksi satwa di habitatnya melalui patroli berbasis
masyarakat dengan teknologi SMART (Spatial Monitoring and
TAMAN NASIONAL
Reporting Tool). Kesadaran dan kebanggaan masyarakat KERINCI SEBLAT
lokal tentang pentingnya menjaga satwa dan habitatnya
merupakan kunci keberhasilan perlindungan harimau. Di luar
habitat, WWF berupaya meningkatkan efektivitas penegakan BENGKULU Palembang
BUKIT BARISAN SELATAN
hukum dan menekan permintaan bagian-bagian tubuh satwa
Bersama Balai Besar Taman Bukit Barisan
liar langka, melalui perubahan perilaku dan gaya hidup. Pun, Selatan dan KPH Batu Tegi, WWF
SU M AT R A S E L ATA N
WWF berupaya mendorong pelaksanaan kebijakan, peraturan, melakukan perlindungan, penguatan Bengkulu
dan perundangan untuk pembangunan berkelanjutan, dengan lembaga konservasi, dan pemberdayaan.
memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya satwa dan Di Merpas, Bengkulu: penguatan
kekayaan hayati. mitigasi konflik, dukungan kandang anti-
serangan harimau, sekolah lapang. WWF
juga mendukung penyusunan rencana LAMPUNG
pembangunan wilayah yang ramah
satwaliar, dan penegakan hukum. TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL KPH BATUTEGI WAY KAMBAS
TUTUPAN HUTAN 2014 BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung
KAWASAN
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KONSERVASI WILAYAH KILOMETER
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: YAYASAN WWF INDONESIA (WWF). DI LUAR KERJA WWF
TAMAN NASIONAL 0 105 210

TAMAN NASIONAL
LANSKAP
RIMBANG BALING

Harimau memiliki wilayah jelajah


luas, yang meliputi berbagai
macam medan. Harimau juga
mampu melintasi pegunungan
terjal, yang membuktikan ia
tangguh dan mampu beradaptasi
nyaris di segala kondisi
lingkungan.

FOTO: WWF INDONESIA - BALAI BESAR KSDA RIAU


UPAYA SUMATRA

FORUM KONSERVASI LEUSER (FKL)


Banda Aceh
MELINDUNGI EKOSISTEM LEUSER
Hingga awal 2018, Forum Konservasi Leuser
mengoperasikan 25 tim perlindungan satwa liar atau Wildlife
Protection Team, khususnya di kawasan hutan habitat
satwa liar, termasuk harimau sumatra di Kawasan Ekosistem ACEH
Leuser di Aceh. Kawasan ekosistem Leuser mencakup KAWASAN EKOSISTEM KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
LEUSER
Kawasan ini membentang di Aceh dan Sumatra Utara,
lanskap konservasi harimau Leuser - Ulu Masen: Taman mencakup lanskap penting dan luas bagi konservasi
Nasional Gunung Leuser, Ulu Masen, Samarkilang, dan harimau sumatra.
Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Forum Konservasi Leuser
bekerjasama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung
Leuser, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, dan TAMAN NASIONAL
GUNUNG LEUSER
Kesatuan Pengelolaan Hutan Aceh.
Medan

MENYISIR LEUSER
Setiap tim patroli terdiri dari empat masyarakat dan seorang
jagawana dari pihak berwenang. Anggota dari masyarakat
dilatih untuk patroli antiperburuan satwa. Distribusinya: 15 tim
di Leuser bagian barat: Aceh Tenggara, Subulussalam, Aceh SUAKA MARGASATWA
RAWA SINGKIL
Selatan dan Aceh Barat Daya; dan 8 tim di Leuser bagian
timur: Gayo Lues, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah
dan Aceh Tamiang. SUMATRA UTARA

PEMANTAUAN POPULASI
Monitoring populasi dan habitat harimau sumatra juga
menjadi bagian dari tugas tim perlindungan satwa liar. Tim
mengumpulkan data keberadaan harimau sumatra di lokasi-
lokasi patroli yang menyentuh seluruh kawasan Ekosistem
Leuser. Selain itu, di beberapa lokasi penting tim memasang RIAU
kamera intai. Pada 2017, FKL memasang 50 kamera intai
RESTORASI HUTAN
di beberapa kawasan penting di Leuser. Begitu juga FKL
Restorasi kawasan hutan dilakukan terhadap
mengoperasikan 19 tim monitoring dalam Survei Okupansi 3.000 hektare lahan kelapa sawit ilegal yang Pekanbaru
Harimau Sumatra (Sumatra Wide Tiger Survey) bersama telah diserahkan kepada pemerintah Aceh
Wildlife Conservation Society. pada 2009 – 2011. Dari luas tersebut, baru
2.000 hektare yang telah dikembalikan
PANTAU KEJAHATAN HUTAN fungsinya sebagai hutan. Di sebagian wilayah
restorasi, FKL bersama masyarakat yang
Pemantauan kerusakan hutan Leuser dilakukan tim khusus
menanami bekas perkebunan ilegal dengan
terlatih. Ada 12 tim di seluruh Ekosistem Leuser: Aceh tanaman hutan serba guna: durian, jengkol,
Tamiang, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener petai, aren, asam gelugur dan lainnya. SUMATR A
Meriah, Aceh Singkil, Subulussalam, Aceh Selatan dan Kawasan hutan yang direstorasi merupakan Padang BAR AT
Nagan Raya. Selain itu, FKL mengaktifkan 4 tim monitoring habitat penting harimau sumatra.
perdagangan satwa liar. Data-data dilaporkan ke pihak
berwenang untuk penegakan hukum. Bersama Taman
Nasional Gunung Leuser, FKL memasang kamera jebak untuk
JAMBI
memonitor perburuan di beberapa akses penting ke taman
nasional.
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
SELAMA PATROLI 2014 - 2017, TIM MENGAMANKAN:

4.542 300
AREA DIPERBESAR KAWASAN
KONSERVASI
jerat, di antaranya jerat harimau. DI LUAR
TAMAN NASIONAL

TUTUPAN WILAYAH KERJA FKL


BENGKULU
HUTAN 2014
KILOMETER
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FORUM KONSERVASI LEUSER (FKL). TAMAN NASIONAL 0 105 210

Bengkulu
Banda Aceh

UPAYA SUMATRA
ACEH
WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS)
INDONESIA PROGRAM
LANSKAP LEUSER - RAWA SINGKIL
TEMUKAN-LINDUNGI-INSPIRASI Aksi konservasi harimau bersama Balai Besar Taman Nasional
Dalam menjalankan misinya, Wildlife Conservation Society Gunung Leuser dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh
menerapkan tiga strategi pokok: intervensi berbasis sains, berupa monitoring populasi harimau dan mangsanya, patroli
pengembangan kemitraan, dan penggalangan dukungan kawasan, migitasi konlik manusia-satwa liar, dan penegakan
TAMAN NASIONAL Medan
masyarakat. Untuk mencapai tujuannya, WCS memakai GUNUNG LEUSER
hukum. Selain itu, WCS mendukung balai taman nasional
pendekatan “Menemukan-Melindungi-Menginspirasi” meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
atau “Discover-Protect-Inspire”. WCS menerapkan strategi Sementara di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, dilakukan patroli
pengamanan kawasan, dan migitasi konlik manusia-satwa liar,
konservasi harimau tersebut di Taman Nasional Gunung
termasuk harimau.
Leuser, Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Taman Nasional SUAKA MARGASATWA
Bukit Barisan Selatan, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Taman RAWA SINGKIL

Nasional Way Kambas. Bersama Balai Besar Taman Nasional


Bukit Barisan Selatan, Balai Taman Nasional Way Kambas,
SUMATRA UTARA
Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser, Balai Konservasi
Sumber Daya Alam Aceh, dan Balai Konservasi Sumber
Daya Alam Bengkulu, WCS melaksanakan upaya konservasi
tersebut.

RIAU
DAYA UNGKIT DALAM KONSERVASI
Sebagai mitra Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Pekanbaru
Daya Alam dan Ekosistem Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, WCS membangun kapasitas lembaga dan KAWASAN TUTUPAN
meningkatkan daya ungkit dalam menjalankan misi konservasi. KONSERVASI HUTAN
DI LUAR 2014
Membangun landasan kelembagaan yang lebih kuat dengan TAMAN NASIONAL
memperkuat WCS sebagai organisasi untuk mendukung TAMAN NASIONAL

berbagai program konservasi. Pun, WCS meningkatkan WILAYAH KERJA WCS


SUMATR A
daya ungkit untuk memaksimalkan sumber daya yang dimiliki
BAR AT
sehingga mendapatkan dampak lebih nyata melalui kemitraan
Padang
dan keterlibatan yang lebih besar dalam pengembangan
kebijakan publik.

JAMBI Jambi
AKSI DI TINGKAT TAPAK TAMAN NASIONAL
BERBAK SEMBILANG
Di tingkat tapak, WCS mengembangkan berbagai aksi
konservasi bersama balai taman nasional dan balai konservasi
sumber daya alam terkait. Untuk mitigasi konflik manusia TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
dengan harimau, WCS mengajak masyarakat di kawasan
penyangga untuk membangun kandang anti-serangan satwa
liar. Di sejumlah desa penyangga taman nasional, WCS juga
mendorong satuan tugas masyarakat yang mandiri dalam
Palembang
menangani konflik. Dalam hal ini, ada tim Wildlife Response
Unit (WRU) yang menanggapi dan mendampingi satuan BENGKULU
tugas. Upaya penegakan hukum melalui Wildlife Crime Unit
dan Forest Crime Unit. Sementara itu, WCS juga mendukung SUMATRA SELATAN Bersama Balai
balai taman nasional meningkatkan efektivitas pengelolaan BUKIT BARISAN SELATAN - Taman Nasional
kawasan konservasi dengan management effectiveness BUKIT BALAI REJANG Bengkulu Way Kambas,
tracking tools (METT). Upaya bersama Balai WCS memonitor
Konservasi Sumber Daya Alam populasi harimau,
Bengkulu dan Balai Besar patroli kawasan,
BUKIT BALAI
Taman Nasional Bukit Barisan REJANG SELATAN migitasi konlik
Selatan untuk memantau LAMPUNG manusia-satwa dan
populasi, patroli perlindungan, penegakan hukum.
migitasi konlik, satgas mandiri
TAMAN NASIONAL
konlik, dan kandang anti-
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN WAY KAMBAS
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS) - INDONESIA serangan satwa liar.
PROGRAM. TAMAN NASIONAL
KILOMETER BUKIT BARISAN SELATAN Bandarlampung
0 105 210
LANSKAP
BUKIT BARISAN SELATAN

Anggota tim Wildlife Response


Unit WCS memasang kamera
jebak di permukiman di seputar
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan. Pengetahuan mitigasi
konlik dari WCS membekali
warga dalam menanggapi
hadirnya harimau di permukiman.
Di wilayah ini, sebagian peternak
membangun kandang anti-
serangan satwa liar.

FOTO: AGUS PRIJONO


UPAYA SUMATRA PANTAU POPULASI BERBAK per 100 kilometer persegi

SUMATRA UTARA 2010 2015 2018


ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON (ZSL)
INDONESIA PROGRAMME 1,02 1,2 1,6
KONSERVASI HARIMAU DI LANSKAP GAMBUT
Hamparan hutan rawa gambut di Sumatra terbentang di
pesisir timur, di antaranya lanskap Berbak-Sembilang.
Sejak 1990-an, tekanan terhadap lanskap ini meningkat
karena pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti
dengan pembukaan lahan, pembalakan, dan kebakaran
hutan. Kebakaran hutan di rawa gambut menjadi isu utama
kehutanan dan perubahan iklim, yang berpengaruh terhadap
ekonomi nasional. Bekerjasama dengan Balai Taman
Nasional Berbak-Sembilang, ZSL membentuk unit patroli
Tiger Protection and Patrol Unit (TPPU) dan cyber tracker Pekanbaru
untuk pengelolaan informasi. Untuk keberlanjutan program,
unit ini beranggotakan polisi hutan dan masyarakat mitra
polhut yang berpatroli setiap bulan. Upaya perlindungan RIAU Distribusi harimau terkonsentrasi
tersebut diiringi dengan upaya di luar kawasan: edukasi, di area inti harimau Berbak (Berbak
pendampingan masyarakat serta mitigasi konlik. Selain di Tiger Core Area). Hal ini bagaikan
pisau bermata dua. Di satu sisi,
Berbak-Sembilang, ZSL juga berupaya di Suaka Margasatwa upaya perlindungan dapat semakin
Dangku bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam terarah dan terfokus di core area.
Sumatra Selatan. SUMATR A Di sisi lain, populasi harimau
BAR AT sangat rentan perburuan ataupun
MENGAJAK MASYARAKAT Padang penurunan keragaman genetika
Pemberdayaan masyarakat juga salah satu kunci bagi dalam jangka panjang.
kelestarian harimau di Berbak-Sembilang. Program
kemasyarakatan yang telah, dan sedang, berjalan meliputi TAMAN NASIONAL
peningkatan produktivitas kakao dan karet. Program ini untuk BERBAK-SEMBILANG
Jambi
meningkatkan ekonomi setempat sehingga dapat mengurangi JAMBI
tekanan masyarakat ke dalam kawasan taman nasional.
TAMAN NASIONAL
MENELISIK ANCAMAN KERINCI SEBLAT
Pangkalpinang
Konservasi harimau membutuhkan pengetahuan mengenai
ancaman utamanya. Karena itu, pada 2013 disusun Kajian
Ancaman terhadap Harimau di Berbak-Sembilang (Berbak-
Sembilang Tiger Threat Assessment).Kajian menggali ancaman
dari tiga faktor utama: ancaman langsung terhadap harimau, SUAKA MARGASATWA
ancaman terhadap mangsa, dan ancaman terhadap habitat. DANGKU
Ketiga ancaman itu dilihat dari tiga sisi: geograis, tingkat
keparahan ancaman, dan kemampuan untuk pulih kembali Palembang
tersebab ancaman. Masing-masing memiliki empat tingkat BENGKULU
risiko: sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Hasil kajian
memberikan peta jalan bagi penyelamatan harimau di kawasan SUMATRA SELATAN
ini. Ada sejumlah rekomendasi. Pertama, membentuk unit
penegakan hukum dan mitigasi konlik. Kedua, menciptakan Bengkulu
sistem manajemen adaptif berdasarkan monitoring dan
intervensi manajemen yang efektif. Ketiga, menciptakan dasar
hukum untuk melindungi habitat harimau di luar kawasan
lindung dan menerapkannya di dalam dan di antara lanskap TUTUPAN HUTAN 2014

harimau prioritas. Dan terakhir, mempertahankan konektivitas


KAWASAN
antara habitat yang terfragmentasi untuk konservasi harimau. KONSERVASI WILAYAH LAMPUNG
DI LUAR KERJA ZSL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
KILOMETER BUKIT BARISAN SELATAN
0 105 210
Bandarlampung
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT
PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: ZOOLOGICAL SOCIETY
AREA DIPERBESAR OF LONDON (ZSL) - INDONESIA PROGRAMME.
LANSKAP
BERBAK
SEMBILANG

Saat berpatroli, tim Tiger


Protection and Patrol Unit (TPPU)
Taman Nasional Berbak Sembilang
memergoki dan menangkap
pembalak liar. Dari sisi habitat, ada
beberapa ancaman langsung dan
tak langsung yang berpengaruh
terhadap harimau. Pembalakan liar
merupakan salah satu ancaman
tertinggi bagi habitat harimau di
Berbak-Sembilang.

FOTO: TAMAN NASIONAL BERBAK-SEMBILANG


UPAYA SUMATRA
TUTUPAN HUTAN 2014

KAWASAN
PENYELAMATAN DAN KONSERVASI KONSERVASI WILAYAH
DI LUAR KERJA PKHS
HARIMAU SUMATERA (PKHS) TAMAN NASIONAL

TAMAN NASIONAL AREA DIPERBESAR


KIPRAH DI LANSKAP YANG TERKUCIL Pekanbaru
Ancaman utama kelestarian harimau di
Taman Nasional Way Kambas adalah perburuan R I AU
dan perkawinan sedarah. Taman nasional berdiri sendirian
dan terputus dari lanskap harimau yang lain. Lantaran itu,
aliran genetik harimau di kawasan ini sangat rendah. Dalam
kurun 1995-1999 saat hasil penelitian dipublikasikan tercatat
sedikitnya 6 harimau mati akibat perburuan. Kemudian,
Selama 2002 - 2015, PKHS melakukan aksi
dari 1999 - 2005 juga diyakini 6 harimau kembali menjadi konservasi di Taman Nasional Bukit Tiga
korban perburuan liar. Dengan demikian populasi harimau SUMATR A
Puluh: pemantauan populasi, mitigasi konflik,
di Way Kambas memang sangat terancam kelestariannya. BAR AT
perlindungan dan pemberdayaan masyarakat.
Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS)
Padang
melakukan aksi konservasinya selama 1995 hingga 2015
bersama Balai Taman Nasional Way Kambas dan Balai Taman TAMAN NASIONAL
BUKIT TIGAPULUH
Nasional Bukit Tigapuluh.

TAMAN NASIONAL Jambi


KERINCI SEBLAT
JAMBI
TAMAN NASIONAL
BERBAK SEMBILANG
PENGUASA WAY KAMBAS
Meski dikelilingi populasi manusia, Taman Nasional Way
Kambas berada dalam kekuasaan harimau sumatra. Daerah
jelajahnya berpusat di Tiger Intensive Monitoring Area (TIMA).
Sedikitnya ada empat harimau yang mendominasi Way
Kambas selama 1995 - 2016.

GEMBONG RAHWANA
Berkuasa selama tiga tahun, kurun Oktober 1995 sampai
Oktober 1998. Palembang

BUYUNG
Penerus Gembong, yang berkuasa selama 4 tahun, antara
Oktober 1997 sampai Februari 2001. S U M AT R A S E L ATA N
BENGKULU
GOGON
Penerus Buyung ini terpantau pertama kali pada Juni 1999. Ia
penguasa terlama: 12 tahun, antara 1999 sampai 2011.
Bengkulu
GIBRAL
Mendominasi setelah masa Gogon, dan masih berkuasa
hingga 2015.
Pemantauan populasi
harimau berjangka panjang
antara 1995-2015, dengan
LAMPUNG menentukan Tiger Intensive
Monitoring Area (TIMA). Ini
adalah kawasan yang cukup
TAMAN NASIONAL luas, dengan tipe habitat
WAY KAMBAS yang mewakili kawasan Way
Kambas. Lokasi TIMA di
tengah kawasan, seluas 13
TAMAN NASIONAL x 13 km persegi, atau sekira
BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung 13 persen dari luas Taman
Nasional Way Kambas.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN KILOMETER
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: MUHAMMAD YUNUS, PENYELAMATAN DAN KONSERVASI
HARIMAU SUMATERA (PKHS). 0 105 210
LANSKAP
WAY KAMBAS

Tim PKHS memasang kamera intai


untuk memantau populasi dan
habitat harimau di Taman Nasional
Way Kambas. Pemantauan
jangka panjang menunjukkan
lanskap yang kecil dan terpisah
ini mampu menopang populasi
harimau di pesisir timur Lampung.
Sayangnya, pemantauan
untuk sementara waktu
terpaksa dihentikan lantaran
banyaknya kamera yang hilang.
Pertanyaannya: bagaimana nasib
pemantauan harimau di kawasan
ini?

FOTO: AGUS PRIJONO


UPAYA SUMATRA

MENELISIK PETAK-PETAK HUTAN

Ekspedisi saintifik: Sumatra Wide Tiger Survei untuk memahami


harimau sembari menumbuhkan generasi konservasi.
Inilah survei terbesar dalam skala ruang dan waktu. Secara
keruangan, survei ini menelusuri hampir sekujur Sumatra, melibatkan
banyak pihak, dan berlangsung selama tiga tahun 2007 - 2009.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama lembaga-
lembaga internasional dan nasional bahu-membahu dalam merancang
dan menuntaskan kerja akbar ini.
Lembaga pelestarian itu meliputi: Wildlife Conservation Society
(WCS), Fauna & Flora International (FFI), Durrell Institute of
Conservation and Ecology (DICE), World Wildlife Fund (WWF), Survei okupansi Dan, mempelajari harimau nampaknya memang tidak akan pernah
Zoological Society of London (ZSL), Sumatran Tiger Conservation melibatkan banyak usai. Hari ini, berselang 10 tahun dari survei pertama itu, tentu kondisi
and Protection (STCP), Yayasan Leuser Internasional (YLI), dan pihak, yang terdiri dari hutan, masyarakat, dan pembangunan telah banyak berubah. Begitu
Yayasan Badak Indonesia (YABI). otoritas pengelola juga sebagian habitat harimau pun mengalami perubahan fungsi
Kolaborasi saintiik ini kerap disebut survei okupansi: Sumatra kawasan konservasi, lahan.
Wide Tiger Survey, yang menjadi salah satu capaian penting dalam pegiat, pelestari, dan Kenyataan itu membuat harimau semakin sulit untuk bertahan
konservasi harimau. Demi memahami lebih dekat tentang harimau, lembaga swadaya hidup. Karena, habitat yang berubah memaksa sebagian harimau
masyarakat bidang
tim survei mendekam ratusan hari di dalam hutan, hidup menyatu menjelajahi wilayah tak jauh dari aktivitas manusia. Sebagian harimau
konservasi. Hasil
dengan alam, mempelajari distribusinya, satwa mangsanya, habitat yang lain terpaksa berkonlik, atau menemui ajal di tangan pemburu.
survei ini akan
yang disukai dan dihuni karnivor ini. Sebagian lagi, harimau yang bernasib baik masih berada di relung
memperbaharui data
Untuk satu tujuan, tim menggali pemahaman baru mengenai dan informasi tentang
hutan yang tak tersentuh manusia.
dinamika kehidupan harimau. Sebuah pemahaman yang kemudian harimau sumatra, dan
Lantaran itu, pada 2018, para pihak kembali memperbaharui
menjadi landasan dalam bekerja terarah dan terintegrasi untuk satwa terancam punah pemahaman dan pengetahuan mengenai status populasi harimau di
konservasi harimau. lainnya. lanskap yang terus berubah. Semula, pendekatan lanskap konservasi
Demi kepentingan survei, Sumatra dibagi dalam lebih dari 700 harimau, atau tiger conservation landscape, beserta kategorinya
petak, yang berdimensi 17 x 17 kilometer. Petak yang ditelisik adalah mengarahkan upaya konservasi di lanskap-lanskap besar.
petak dengan luas hutan sekurangnya 30 kilometer persegi. Jika Dari analisis populasi (population viability analysis [PVA]) para
seluruhnya diselimuti hutan, petak itu disurvei paling tidak sejauh ahli menyarankan: untuk melestarikan harimau perlu upaya serius
40 kilometer. Pada survei 2007-2009 lalu, para pelestari berhasil dalam menghubungkan lanskap-lanskap yang terpisah-pisah. Ini
menyigi dan menyisir 394 petak. Dari jumlah petak tersebut, 206 di memang langkah maju bagi pendekatan lanskap konservasi harimau.
antaranya dihuni harimau, yang merentang mulai dari dataran rendah Tapi, pendekatan ini juga perlu penyempurnaan terus-menerus guna
hingga pegunungan. menjawab tantangan zaman.
FOTO: EDY SUSANTO

MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 153


KAWASAN YANG DISURVEI 2007 - 2009 KILOMETER
GUNUNG LEUSER 3655
JEJAK SURVEI 2007-2009 KERINCI SEBLAT 2.767
Satu dekade silam, para pelestari
menjelajahi 394 petak di lanskap- ULU MASEN 1.229 KOLABORASI SAINTIFIK 2018 - 2019
lanskap harimau sumatra. Dari BUKIT BARISAN SELATAN 1.001 Survei besar-besaran ini untuk memantau pola sebaran harimau
jumlah itu, 206 di antaranya dihuni di seluruh kawasan yang tersisa di Sumatra. Survei digelar
harimau, dengan lokasi yang RIAU UTARA 739 antar-waktu, atau pengulangan dengan jeda tertentu, sehingga
merentang mulai dari dataran BUKIT TIGAPULUH 733 diperoleh sebaran populasi harimau. Selanjutnya, hasil survei dapat
rendah hingga pegunungan. Tim menentukan efektivitas bagi intervensi konservasi harimau. Selain
BATANGHARI 726
menempuh perjalanan sejauh 13 itu, tim juga juga akan meneliti kawasan-kawasan penyangga.
ribu kilometer lebih, kira-kira setara BUKIT BALAI REJANG 686 Dalam perkembangan 10 tahun belakangan, ternyata kawasan
dengan 13 perjalanan pulang balik BETABUH - SOSA 360 penyangga masih dihuni harimau sumatra.
dari ujung barat ke ujung timur Survei yang akan berlangsung selama 2018 - 2019 ini memakai
BUKIT DUABELAS 336 cara yang sama dengan penelitian sebelumnya: metode deteksi
Jawa. Ribuan kilometer jejak survei
itu untuk mendata keberadaan WAY KAMBAS 330 keberadaan harimau. Selain itu, juga akan diketahui faktor-faktor
harimau di setiap petak. Segores bioisik dan intensitas gangguan yang mempengaruhi pola sebaran
BERBAK 293
cakaran di batang pohon adalah satwa liar. Kegiatan ini sebagai mandat Strategi Konservasi Harimau
bukti bernilai untuk menentukan DANGKU 216 Sumatra 2007 – 2017, dan menjadi bagian terpenting dari kajian
apakah sang pemangsa ini RIMBANG BALING 160 kebutuhan Strategi Konservasi Harimau Sumatra 2018 – 2028.
mendiami sepetak hutan. Dengan membandingkan hasil survei sebelumnya, pengambil
KERUMUTAN 120
keputusan dan pelaku konservasi dapat mengetahui apakah
NANJAK MAKMUR 120 populasi harimau cenderung menurun, stabil, atau meningkat, baik
40
dalam skala ruang dan waktu. Selain mendata harimau, tim juga
TESSO NILO
meneliti satwa kunci lain: gajah, badak, tapir, serta satwa mangsa
harimau.

Para konservasionis telah mendesain, lalu menyempurnakan SKALA SURVEI


metode, dan Sumatra Wide Tiger Survey bisa mulai dijalankan kembali. 2018 - 2019 Sebagai wahana belajar bersama, Forum HarimauKita memfasilitasi
Rencananya, para pelestari akan mendata 712 petak yang melibatkan
73 regu yang terdiri dari 354 personel. Survei yang menunjukkan 712 PETAK
penyusunan panduan monitoring harimau sumatra. Panduan ini
berisi tata cara survei okupansi, pemantauan kepadatan populasi,
hingga metodologi mencuplik sampel DNA. Ini membanggakan.
kolaborasi para pihak ini melibatkan 43 otoritas kawasan konservasi,
lembaga swadaya masyarakat, donor, dan pihak swasta.
Yang luar biasa, survei yang dahulu baru bisa selesai dalam tiga
43 LEMBAGA
Para peneliti dan ahli statistik di tim lapangan berkontribusi
dalam menyusun buku panduan ini. Selain itu, panduan ini juga
tahun, kali ini akan ditargetkan tuntas dalam satu tahun. Jadi, paling
tidak butuh upaya tiga kali lipat lebih intensif. Ditambah lagi, dalam
73 REGU
diintegrasikan dalam metode pemantauan populasi Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan bahan ajar kurikulum resmi
survei kali ini, tim juga mencuplik sampel kotoran harimau guna
analisis kepadatan populasi melalui DNA. Inovasi ini menunjukkan 354 PERSONEL
Pusat Pendidikan dan Latihan Kehutanan.
Upaya-upaya itu untuk membangkitkan semangat generasi muda
kapasitas pelestari yang semakin berkembang. yang kelak menjadi tumpuan dalam menyelamatkan harimau—dan
bahkan untuk konservasi spesies lain. Tambahan pula, fokus berbagai
MEMBANGKITKAN GENERASI KONSERVASI HARIMAU lembaga yang bergiat dalam konservasi harimau telah mengarah pada
Para pelestari muda telah lahir. Pada saat survei pertama, mereka peningkatan kapasitas konservasionis Indonesia.
yang menjadi anggota tim, sebagian telah berkembang, dan kini bisa Sepuluh tahun lalu, para pelestari belajar ihwal survei lapangan,
memimpin. Itu terutama setelah menuntut ilmu di lapangan dan analisis data, dan berbagai upaya konservasi dari pakar internasional.
berimprovisasi menjalankan upaya konservasi. Sebagian yang lain Tentu tetap memerlukan sumbangsih pakar internasional, namun
menuntut ilmu di berbagai universitas. Bahkan, ada yang belajar di pada beberapa tahun terakhir ini, para pelestari jauh lebih mandiri
mancanegara, lalu kembali untuk mengembangkan konservasi. dalam berbagai aspek konservasi. ***

154 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA MENJAGA HARIMAU NUSANTARA 155


Hidup masyarakat di pedalaman Rimbang Baling
sangat dekat dengan alam. Mereka yang sebenarnya
berada paling dekat dengan satwa liar, terutama
harimau. Dengan inisiatif konservasi, masyarakat ini
dapat bersumbangsih dalam menyelamatkan harimau
sumatra.
FOTO: DWI OBLO
B A G I A N E M PAT

H A R A PA N N U S A N TA R A

GARIS DEPAN
KONSERVASI HARIMAU

Harimau di Taman Margasatwa


Ragunan, Jakarta, menjadi bagian
dari konservasi ex-situ, yang
mendukung pelestarian in-situ.

FOTO: AGUS PRIJONO

158 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 159
PENGANTAR

PEMBELAJARAN DARI SUMATRA

Para pelestari berbagi pengalaman dalam konservasi harimau


sumatra. Pertukaran ide yang dapat melahirkan sintesis baru.

Pengalaman sejati dalam pelestarian harimau tentu ada di lapangan


dengan segala situasi dan kondisinya. Dari berbagai pelajaran itu para
pemerhati, akademisi, praktisi, dan pegiat konservasi menuangkan
gagasan, pengalaman, dan kegelisahan.
Bab ini lebih tepat disebut sebagai 'atlas' pemikiran dan gagasan
yang mengendap di ruang ingatan para pelestari. Temanya merentang
lumayan luas: dari ikhtiar konservasi di lanskap industri, medis
harimau, kampanye, hingga penegakan hukum. Tentu saja, masih
banyak pelajaran di luar sana yang belum tertuang dalam pustaka ini.
Meski demikian, cakupan pembelajaran dari para pelestari cukup
untuk memindai gerakan konservasi harimau di Indonesia secara
umum. Dan yang terpenting, hikmah kerja keras itu berdasarkan
pengalaman langsung. Di antara berbagai persoalan, seperti diuraikan
para pelestari, terselip harapan, solusi, dan inovasi. Itu juga berarti
melestarikan harimau bagaikan mencari butiran mutiara di lautan
pasir.
Pencarian solusi dan inovasi dalam melestarikan harimau
membutuhkan daya tahan, keteguhan jiwa, dan akal yang peka. (Anda
harus menyisihkan ruang tertentu di sudut sanubari Anda untuk
harimau.) Semangat inilah yang terawat selama beberapa dekade
belakangan, yang menumbuhkan generasi-generasi baru.
Pelajaran dari setiap pelestari berbeda-beda sehingga memperkaya
pertukaran gagasan. Pada tahap selanjutnya, berbagi pengalaman
bisa melahirkan sintesis yang mendorong arah baru dalam upaya
pelestarian harimau sesuai dengan perkembangan zaman.
Dengan begitu, di relung terdalam pelestarian harimau sumatra,
terdapat tuntutan untuk terus berkiprah. Paparan dari para pelestari ini Sebagai spesies payung, dengan
diharapkan dapat menumbuhkan, dan merawat, asa dalam konservasi melindungi harimau sekaligus
harimau. Kelestarian harimau sumatra menuntut ikhtiar para pihak mewarat jasa lingkungan, seperti
sepanjang masa. *** lanskap Ulu Masen yang teduh ini.
FOTO: DWI OBLO

GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 161


KONSERVASI HARIMAU
DI BENTANG ALAM INDUSTRI
DOLLY PRIATNA

Membuka peluang kontribusi bagi pelaku industri dalam


pelestarian harimau sumatra.
Secara global, harimau (Panthera tigris) adalah salah satu ikon
konservasi. Namun, jumlah dan habitat harimau dunia terus menyusut
dari waktu ke waktu. Catatan para ahli menunjukkan, populasi kucing
besar ini anjlok drastis: dari 100.000 pada awal 1900-an, hingga tinggal
3.500 pada saat ini. Bahkan, dalam satu dekade terakhir, jumlah dan
luas daerah sebaran harimau secara global menyusut 40 persen.
Fakta lainnya, dalam lima dekade terakhir, tiga trah harimau
dinyatakan punah: harimau kaspia, harimau bali, lalu menyusul
harimau jawa. Saat ini, satu ras harimau di Cina bagian selatan, Panthera Harimau jantan Melihat kenyataan ini, nampaknya upaya dan dukungan para
tigris amoyensis, juga sedang di ambang kepunahan. Populasinya yang dewasa, Abimanyu, pihak belum cukup efektif untuk menjamin kelangsungan hidup
sangat kecil sehingga dinilai tidak ‘layak’ untuk bertahan dalam jangka yang rutin harimau sumatra. Selama ini, barangkali pendekatan intervensi
panjang. memanfaatkan konservasi harimau belum tepat. Selama beberapa dekade, para ahli
Demikian juga nasib harimau sumatra (P. t. sumatrae). Luas dan kawasan lindung dalam percaya, dengan berfokus pada perlindungan di taman nasional, suaka
konsesi hutan tanaman margasatwa, dan cagar alam, sudah cukup memadai untuk mencegah
kualitas habitat raja rimba ini terus menyusut. Tren penyusutan itu
industri di Sumatra
berbanding terbalik dengan meningkatnya populasi manusia dan kepunahan macan loreng ini.
Selatan. Rekaman
masifnya pembangunan ekonomi berbasis lahan. Pandangan selama ini yang meyakini harimau hanya menempati
kamera jebak pada
Upaya menyelamatkan harimau sumatra dari kepunahan bukannya hutan-hutan di kawasan konservasi, ternyata juga keliru. Belakangan,
Desember 2014 ini
tidak dilakukan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menunjukkan bentang
para ahli tahu kalau harimau memanfaatkan belantara lebat sebagai
menerbitkan sejumlah kebijakan dan mendirikan kawasan-kawasan alam industri dapat
tempat berlindung dan saat induk membesarkan anaknya saja.
konservasi. Upaya itu disertai dengan aksi nyata guna melindungi bersumbangsih dalam Selebihnya, harimau lebih menyukai ekoton: wilayah transisi antara
harimau: melindungi habitat, mencegah perburuan-perdagangan, konservasi harimau. hutan dengan areal terbuka bersemak belukar. Ekoton memang kaya
serta mitigasi konlik manusia dan harimau. Bahkan sejak awal 1980- hewan ungulata yang menjadi makanan favorit harimau. Terlebih
an, lebih dari tiga dekade silam, telah banyak keterlibatan berbagai lagi, harimau ternyata juga melintasi perkampungan yang berbatasan
organisasi konservasi internasional yang turut mendukung pelestarian dengan hutan.
kucing terbesar ini. Bahkan baru-baru ini, didapat fakta satwa ini juga menggunakan
Namun ironisnya, fakta berbicara lain. Populasi harimau sumatra areal bersemak di perkebunan sawit, karet, dan hutan tanaman
ternyata terus menurun. Perkiraan pada 1978 masih ada sekitar 1.000 industri. Bagi harimau sumatra, kawasan budidaya itu sebagai habitat
ekor; prediksi 1987 menyajikan angka 800 ekor; perhitungan 1992 tambahan tempat mencari makan. Dan yang terpenting, kawasan
menyebutkan tinggal 500 ekor. Lalu, estimasi dengan metode yang lebih budidaya itu juga sebagai batu loncatan dan koridor dalam pergerakan
canggih pada 2010 menunjukkan harimau di alam tinggal 325 ekor. harimau ke kawasan hutan yang lebih luas.
FOTO: APP SINARMAS

162 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 163
PENDEKATAN BENTANG ALAM: SEBUAH SOLUSI?
Berkembangnya teknologi dalam dunia konservasi, seperti kamera
jebak, radio pelacak, dan kalung berpiranti GPS, banyak membantu
dalam menambah pengetahuan tentang harimau. Teknologi telah
memperbaiki dalam menaksir populasi, memahami tingkah laku dan
ekologi harimau.
Semakin mudahnya penyebaran informasi juga membuat para
praktisi semakin memahami fakta konflik manusia-harimau yang
semakin meningkat dari waktu ke waktu. Selain perburuan dan
perdagangan bagian tubuhnya, kini disadari konlik menjadi salah satu
ancaman bagi harimau. Dalam beberapa kasus, konlik sering berakhir
ditangkapnya harimau. Tidak jarang, konlik berakhir dengan kematian
harimau akibat amukan masyarakat. Padahal, sering kesalahan bukan
di pihak harimau, namun manusia-lah yang merangsek ke habitat
harimau.
Saat hutan Sumatra masih luas, populasi penduduknya masih
jarang, industri berbasis lahan masih terkendali, manusia dan harimau
sumatra hidup di relungnya masing-masing. Meski ada interaksi,
namun di antara kedua spesies ini tidak saling menekan. Pada kondisi
seperti itu, pendekatan konservasi konvensional yang hanya ‘bermain’
di kawasan konservasi, mungkin cukup untuk melestarikan harimau.
Namun, situasinya kini jauh berbeda. Perubahan besar telah terjadi
selama 30 tahun terakhir: kawasan hutan banyak dirombak menjadi
lahan pertanian, perkebunan, pemukiman, dan infrastruktur. Sebagai
satwa berwilayah jelajah luas, hal itu memaksa harimau harus melintas
dan mencari makan di areal yang berubah. Itu juga berarti harimau
harus mengambil risiko terbesar: berhadapan dengan manusia.
Namun bukan berarti tanpa harapan. Kini, untuk melestarikan
harimau perlu memperhatikan cakupan wilayah yang lebih luas,
melampui batas kawasan konservasi. Dengan kata lain, upaya konservasi
harimau harus menggandeng para pihak di sekitar kawasan konservasi.
Untuk meminimalkan risiko kepunahan harimau, dibutuhkan
pendekatan yang tepat dan inovatif: melibatkan semua aktor di satu
mosaik bentang alam dengan berbagai peruntukan lahan. Dan, juga
Mosaik hutan alam dan hutan tanaman di satu konsesi hutan mendorong para pihak untuk mengambil perannya masing-masing.
tanaman industri, dengan berbagai peruntukan lahan lain di Pendekatan bentang alam atau lanskap konservasi harimau,
sekitarnya di bentang alam Provinsi Riau. Citra yang diabadikan telah diperbincangkan sejak lebih dari 10 tahun lalu. Pendekatan ini
pada Oktober 2015 ini menunjukkan kerumunan hutan alam menjalar dipercaya tepat dan ampuh untuk mengatasi tantangan konservasi
di sela hutan tanaman, yang memberikan koridor bagi harimau dan saat ini. Pendekatan ini pun seharusnya dapat digunakan dalam upaya
satwa lain untuk melintas ke wilayah lain. melestarikan harimau sumatra. Tentu dengan syarat: para pihak, dari
pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, sampai masyarakat di satu
lanskap memiliki persepsi dan tujuan yang sama.
FOTO: APP SINARMAS

164 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 165
Masyarakat perlu memahami dan menyadari, mereka berkebun,
berladang, memelihara ternak dan mencari penghidupan di areal
yang juga dihuni harimau. Mereka menggunakan ruang yang sama
dengan harimau, sehingga memahami perilaku ekologinya menjadi
satu keniscayaan. Ini merupakan ‘modal dasar’ untuk menghindari
terjadinya konlik manusia-harimau.
Pada saat yang sama, diperlukan keberpihakan pemerintah
pusat dan daerah pada konservasi harimau, dengan menimbang
keberadaan harimau dalam merancang kebijakan penataan ruang
untuk pembangunan. Selain itu, pemerintah juga harus lebih serius
dalam menjaga dan mengamankan kawasan-kawasan hutan yang
menjadi tanggung-jawabnya. Seiring dengan itu, untuk memberikan
efek jera, pemerintah mesti tegas dalam menegakkan hukum bagi
para pelaku kejahatan kehutanan dan konservasi.
Pada kawasan hutan yang terlanjur berubah, ataupun yang kelak
akan dikembangkan menjadi areal budidaya, ada regulasi yang
mewajibkan setiap konsesi mengalokasikan 10 persen arealnya
untuk kawasan lindung. Kawasan lindung dalam konsesi, baik hak
guna usaha ataupun hutan tanaman industri, penempatannya harus
disesuaikan dengan kebutuhan harimau. Namun, agaknya itu saja
dirasa belum cukup. Babi hutan (Sus di luar kawasan konservasi. Ini bakal menjadi kontribusi signiikan
Areal-areal konsesi masih perlu dikaji nilainya bagi kepentingan scrofa) yang hidup di dari pelaku industri dalam pelestarian harimau di Sumatra.
konservasi. Kajian ini untuk mengetahui secara indikatif, daerah- areal hutan tanaman Untuk legalitas eksistensi areal-areal bernilai konservasi tinggi di
daerah mana saja dalam konsesi yang menjadi lintasan dan habitat merupakan salah satu satu bentang alam, dapat dikemas dalam skema kawasan ekosistem
harimau, serta areal-areal berhutan mana yang harus dipertahankan. mangsa favorit harimau. esensial. Inisiasinya dapat didorong melalui Direktorat Jenderal
Dengan demikian, dalam operasionalnya, para pemegang konsesi Mencegah perburuan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian
dapat mengelola dengan pendekatan ‘pengelolaan terbaik’ (best hewan mangsa dapat
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang lalu dikukuhkan dengan
practices) agar kawasannya menjadi ramah konservasi harimau. menjamin ketersediaan
peraturan daerah. Selanjutnya, pengelolaan bentang alam dapat
pakan di lanskap
Para pihak dalam satu bentang alam tidak dapat berupaya secara dilakukan melalui satu forum, atau memberdayakan Kesatuan
industri, sehingga
parsial. Perlu berkoordinasi, agar bercak-bercak hutan dalam setiap Pengelolaan Hutan, yang telah ditetapkan pemerintah untuk
dapat mengurangi
konsesi dapat berfungsi optimal. Selanjutnya, perlu memetakan mengelola setiap jengkal kawasan hutan.
potensi konlik
kawasan lindung, areal bernilai konservasi tingggi, areal berhutan Konsep lanskap nampaknya cocok untuk menjawab tantangan
manusia-harimau. Foto
dengan stok karbon tinggi, serta perladangan masyarakat, untuk ini diabadikan kamera yang dihadapi dalam konservasi harimau. Saat ini, habitat harimau
memastikan keterhubungan antar-habitat dan koridor harimau jebak pada Oktober di Sumatra sebagian besar berada pada satu mosaik bentang alam
dalam satu lanskap. 2017 di satu konsesi dengan penggunaan lahan untuk berbagai tujuan. Keadaan tersebut
Perambahan dan pembalakan liar bisa terjadi di setiap kawasan HTI di Riau. menuntut para pihak untuk mengupayakan terciptanya harmoni
hutan. Tidak terkecuali di dalam areal konsesi. Maka, para pelaku antara manusia dengan harimau.
industri sudah semestinya berupaya serius dalam menjaga keutuhan Hidup ko-eksis ini dapat menghindari pecahnya konlik manusia-
kawasan lindung, areal bernilai konservasi, areal dengan stok karbon harimau. Lebih jauh, pengelolaan dengan pendekatan bentang alam
tingginya, dan mencegah perburuan liar. dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan, yang menjaga
Bila hal tersebut dilakukan, areal konsesi dapat berfungsi menjadi keseimbangan antara kepentingan sosial-ekonomi dengan konservasi.
batu loncatan, koridor, dan bahkan habitat tambahan bagi harimau ***
FOTO: APP SINARMAS

166 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 167
DESA DAN KONSERVASI HARIMAU
AGUSTINUS WIJAYANTO DAN AKBAR A. DIGDO

Membumikan konservasi harimau dalam pembangunan wilayah


desa.
Tidak sedikit desa-desa yang berdiam di kawasan konservasi,
entah di taman nasional maupun suaka margasatwa. Keberadaan
desa ini menjadi tantangan bagaimana menyeimbangkan upaya
konservasi dan pembangunan desa.
Kebijakan konservasi dan kehutanan memang telah memuat
adanya pemberdayaan dan peran serta masyarakat di sekitar kawasan
konservasi. Namun demikian, sinergi antara kepentingan konservasi
dengan pembangunan desa sering belum optimal di tingkat
tapak. Karena itu, perlu ditempuh pendekatan kreatif yang dapat Suasana pagi di Pengelolaan Suaka Margasatwa Rimbang Baling memang terbagi
menjembatani kedua kepentingan itu. kampung tua Ludai, dalam beberapa blok: perlindungan, pemanfaatan, blok khusus,
Peluang untuk itu terbuka dengan terbitnya Undang-undang yang berada di rehabilitasi, religi, budaya, dan sejarah. Blok pemanfaatan ditetapkan
Desa. Sesuai amanat undang-undang itu, pembangunan desa dalam kawasan Suaka karena letak, kondisi, dan potensinya, sesuai untuk pemanfaatan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong Margasatwa Rimbang jasa lingkungan.
pembangunan desa secara mandiri dan berkelanjutan yang Baling. Kampung Blok pemanfaatan dapat mewadahi pemanfaatan jasa lingkungan
berorientasi pada ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Desa tua ini masuk dalam secara lestari, seperti wisata alam, pemakaian air, dan lainnya, sesuai
blok khusus, untuk
juga didorong untuk mengembangkan potensinya dan melestarikan aturan yang berlaku. Selain itu, blok ini juga memberikan peluang bagi
mewadahi adanya
lingkungan hidup. masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya di suaka margasatwa.
pemukiman sebelum
Salah satu contoh sinergi pembangunan desa dan konservasi dapat Sedangkan blok khusus untuk mewadahi keberadaan masyarakat yang
ada suaka margasatwa.
dilihat di Suaka Margasatwa Rimbang Baling, kelolaan Kesatuan sudah ada sebelum penunjukan suaka margasatwa, dan menampung
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) oleh Balai Besar Konservasi pembangunan strategis nasional.
Sumber Daya Alam Riau. Pendekatan Kesatuan Pengelolaan Hutan Sementara dari sisi desa, rencana pembangunan desa dapat
Konservasi dapat digunakan untuk menyelaraskan konservasi harimau mewadahi kegiatan yang mendukung konservasi di blok pemanfaatan
dengan pembangunan wilayah melalui rencana pembangunan jangka dan blok khusus. Contoh bagus menautkan konservasi dengan
menengah desa (RPJM Desa). Inisiatif ini didampingi Program pembangunan desa terlihat dalam Rencana Pembangunan Jangka
IMBAU (WWF-YAPEKA-INDECON). Menengah Desa Tanjung Belit dan Batu Sanggan di Kecamatan
Upaya untuk memasukkan aspek konservasi telah dimulai sejak Kampar Kiri Hulu, Kampar. Tanjung Belit adalah desa penyangga,
penggalian gagasan pada tahap kajian keadaan desa. Sementara sementara Batu Sanggan berada di dalam suaka margasatwa.
itu, pihak KPHK diharapkan dapat mewadahi masyarakat untuk Rencana pembangunan kedua desa tersebut telah memasukkan
melakukan kegiatan lestari di blok pemanfaatan dan blok khusus di aspek-aspek yang beririsan dengan konservasi. Dalam rencana
suaka margasatwa. bidang pembinaan kemasyarakatan misalnya, tercantum kegiatan
FOTO: DWI OBLO

168 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 169
Salah satu praktik pembangunan berkelanjutan berupa
pertanian intensif di lahan warga Desa Tanjung Belit. Pertanian
intensif dapat mencegah pembukaan lahan baru yang dapat
mengganggu habitat harimau (atas). Kearifan lokal menjadi
modal sosial untuk mendorong masuknya upaya konservasi
dalam pembangunan desa, seperti panen ikan di lubuk
larangan di Kampung Ludai (kanan). Sebaliknya, pengelola
kawasan konservasi sepantasnya memberi ruang partisipasi
di blok pengelolaan. Dengan skema kemitraan, masyarakat
berkesempatan memanfaatkan jasa lingkungan suaka
margasatwa, seperti ekowisata dan air.

FOTO: DWI OBLO

170 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 171
MENAUTKAN KONSERVASI DENGAN DESA
Dua kebijakan berpeluang untuk menyelaraskan desa dengan
konservasi. Kebijakan pertama: undang-undang desa;
kebijakan kedua: undang-undang kehutanan dan konservasi. PEMBELAJARAN DARI RIMBANG BALING
Kedua kebijakan itu beserta turunannya, dipadukan dalam DAPAT MENJADI PERTIMBANGAN
bentuk pembangunan berkelanjutan, yang dituangkan dalam
rencana desa dan rencana pengelolaan kawasan konservasi. DALAM MENYELARASKAN KEPENTINGAN
KEBIJAKAN DESA KONSERVASI DAN PEMBANGUNAN DESA
Dokumen rencana tata
Internalisasi di ruang, dan rencana jangka
DI TEMPAT LAIN.
UU No. 6/2014 Permendagri
desa melalui menengah kabupaten dan
PP No. 43/2014 No. 114/2014
perencanaan desa provinsi.

Hasil kajian di penyadartahuan mitigasi konlik dengan binatang buas. Demikian


desa: untuk
memahami potensi, Hasil penyelarasan: juga, dalam bidang pemberdayaan masyarakat yang memasukkan
kecenderungan, dan Rencana kegiatan pelatihan mencegah kebakaran lahan dan hutan, pengelolaan hutan
Pengelolaan modal sosial. yang dituangkan
sumberdaya alam dalam Rencana berbasis masyarakat, biogas, dan lainnya.
Proses Fasilitasi Pembangunan
dan pembangunan Dalam rencana pembangunan dua desa itu, masyarakat diajak
berkelanjutan Pemanfaatan Jangka Menengah
Fasilitasi untuk sumberdaya alam Desa dan kerjasama untuk mengoptimalkan lahan garapannya dengan tanaman produktif,
Konsep untuk harmonisasi memasukkan dan keterlibatan pengelolaan dengan tanpa membuka lahan baru yang menganggu habitat harimau. Desa
kebijakan kehutanan dan pembangunan masyarakat di KLHK.
pembangunan desa. berkelanjutan dalam blok pengelolaan juga memahami bagaimana memperlakukan lingkungannya untuk
konteks pembangunan dan rencana berinteraksi dengan satwa liar.
desa dan pengelolaan pengelolaan suaka
kawasan konservasi. margasatwa. Selain itu, media radio komunitas, yang dikembangkan di Tanjung
Aksi kegiatan
matapencaharian Belit, menjadi sarana bertukar informasi konservasi yang dapat
UU No. 5/1990, Integrasi vertikal berkelanjutan dan dijangkau masyarakat di desa-desa hulu yang terpencil. Demikian
Permen No. P43/2017
UU No. 41/1999 KLHK: dari pusat Permen No. P44/2017
konservasi. juga pemanfaatan jasa lingkungan melalui ekowisata sungai, yang
PP No. 108/2015 sampai tapak
menjadi salah satu alternatif pemanfaatan berkelanjutan di Batu
KEBIJAKAN KEHUTANAN Sanggan. Masyarakat mendapat manfaat langsung dan berperan dalam
Hasil evaluasi untuk
memperbaiki konsep Monitoring mengurangi tekanan dalam kawasan yang menjadi habitat harimau.
pembangunan dan evaluasi Pembelajaran dari dua desa tersebut dapat menjadi pertimbangan
berkelanjutan.
dalam menyelaraskan kepentingan konservasi dan pembangunan
desa di tempat lain. Pemberdayaan masyarakat, semisal tim patroli
berbasis masyarakat, dapat didukung dengan pendanaan dari desa.
IRISAN DESA DENGAN KONSERVASI Sehingga, desa secara langsung mendukung pekerjaan pengelola
DESA KAWASAN KONSERVASI kawasan konservasi yang didiami harimau.
Desa menuangkan berbagai kegiatan di rencana Pengelolaan kawasan konservasi berdasarkan Jadi, sudah saatnya pengelola kawasan konservasi terjun ke
pembangunan jangka menengah, sesuai tata ruang kelola sesuai dengan tujuan: perlindungan, lapangan untuk mendapatkan informasi dan masukan dari masyarakat,
ruang dan sumber dayanya. Bagi desa di batas pengawetan dan pemanfaatan. Di ruang kelola
ataupun berada di kawasan konservasi, melalui atau blok pemanfaatan, pengelola menampung
pemerintah daerah, desa, dan tokoh adat. Pun, pemerintah desa dan
rencana pembangunan itulah, desa memasukkan kepentingan desa. Bentuk pemanfaatan bersifat daerah, sepantasnya membuka diri terhadap masuknya aspek-aspek
aspek konservasi, seperti patroli kawasan lestari: ekowisata, air, dan jasa lingkungan lain. konservasi dalam rencana pembangunan wilayahnya.
ataupun tim mitigasi konlik mandiri. Kegiatan Pengelola juga dapat berkontribusi bagi desa
konservasi sesuai dengan keadaan setempat. melalui pemberdayaan masyarakat.
Dengan begitu, sifat saling membuka diri akan memberikan peluang
bagi sinergi para pihak di tingkat tapak. Kegiatan konservasi menjadi
prioritas di desa; dan sebaliknya, pihak pengelola akan memasukkan
pemberdayaan masyarakat dalam manajemen kawasannya.***

172 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 173
PENGINTAI DALAM SENYAP
ERNI SUYANTI MUSABINE

Diam-diam, berbagai jasad renik mematikan mengintai populasi


harimau di alam liar.
Harimau sumatra dikenal mampu hidup di hutan dataran rendah
sampai hutan pegunungan. Sayangnya, habitat yang semakin menyusut
memaksa harimau memasuki wilayah aktivitas manusia.
Dengan berkeliaran di pemukiman, harimau dapat dengan mudah
mencari mangsa ternak. Satwa mangsa harimau sumatra memang
tidak terbatas ruminansia liar, tetapi juga hewan domestik. Hanya saja,
dari sejumlah kejadian konlik, nampaknya sakit dan penyakit juga
mendorong harimau mendekati pemukiman.
Pada Desember 2008 misalnya, seekor anak harimau tanpa induk Pengobatan dan Pilihan suntik mati tentu dengan beberapa syarat ketat. Pertama,
ditemukan di pinggir jalan desa yang menuju perkebunan sawit PT perawatan medis harimau memang menderita penyakit menular mematikan, yang
Agri Andalas, Bengkulu Tengah, Bengkulu. Ia terlihat lemah. Setelah harimau korban bisa mengancam sesamanya, satwa lain, maupun manusia. Kedua,
mendapatkan perawatan di Laboratorium dan Klinik Kesehatan konlik dari Kabupaten peluang untuk sembuh sangat kecil. Dan ketiga, suntik mati untuk
Hewan Dinas Peternakan Bengkulu, harimau itu akhirnya mati. Seluma, Bengkulu, mengurangi derita harimau yang dirundung penyakit.
Namun, kematiannya membuka kotak pandora tentang hidup- Mei 2015. Warna dan Sementara untuk harimau yang ditemukan mati, selanjutnya
mati harimau sumatra. Usai bedah bangkai, ternyata anak harimau pola loreng harimau medik melakukan nekropsi atau bedah bangkai. Ini untuk mengetahui
itu mati lantaran penyakit tersebab bakteri. ini pudar lantaran penyebab kematiannya. Apakah ia mati secara wajar; mati karena unsur
Memang, siapa pun tak bakal mudah mengetahui harimau liar yang digerogoti dermatitis kesengajaan; mati karena sakit atau penyakit. Dari pemeriksaan medis
sakit dan yang sehat. Ini lantaran harimau acap tidak menunjukkan atau penyakit kulit, dan itu, harimau hidup ataupun mati akan diketahui status kesehatannya.
gejala klinis yang jelas dan khas. Selain itu, sulit juga untuk menjumpai diselamatkan di kantor Dengan prosedur medis itu, medik veteriner mengetahui beberapa
harimau liar di habitatnya—lalu memeriksa kesehatannya. Balai KSDA Bengkulu. harimau yang dievakuasi dari daerah konlik dan perburuan di
Yang sering terjadi: harimau lebih mudah dijumpai di daerah Bengkulu, Jambi, dan Sumatra Barat, menunjukkan kondisi sakit.
rawan konlik. Selama ini, harimau terdeteksi sakit atau mengidap Hasil cek medis menyingkap adanya beberapa penyebab penyakit
penyakit setelah tertangkap. Jadi, setiap harimau yang diselamatkan yang menyerang harimau di alam.
dari jebakan pemburu dan konlik, selalu menjalani pemeriksaan Salah satunya, penyakit tersebab parasit. Penyakit parasiter ini
medis. terlihat dari gejala klinis dan pemeriksaan spesimen. Dari pemeriksaan
Bagi harimau yang selamat dan hidup, pemeriksaan medis untuk spesimen, beberapa harimau yang mati menderita nekrosis hati,
mengetahui status kesehatannya. Kemudian, hasil cek medis menjadi kerusakan ginjal, infeksi paru-paru, dan radang usus.
pertimbangan upaya selanjutnya: ia layak dilepasliarkan, atau harus Penyakit parasiter dari endoparasit, beberapa di antaranya bersifat
dikarantina untuk pengobatan sampai sembuh. Atau, jalan terakhir zoonosis dari kelas Nematoda, yakni cacing gilig Ancylostoma sp.
terbaik: ia disuntik mati. Ancylostomiasis menggerogoti kekebalan tubuh sehingga harimau
FOTO: BALAI KSDA BENGKULU

174 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 175
Pada 24 April 2013, penyakit parasiter adalah kematian. Ini pernah terjadi pada harimau
tim medik veteriner korban jerat pemburu dan konlik di Muara Emat, Kerinci, Jambi,
memeriksa harimau pada November 2011. Setelah berhasil diselamatkan, harimau nahas
yang menderita itu akhirnya meregang nyawa. Hasil pemeriksaan bedah bangkai
penyakit parasiter. menunjukkan ia terinfestasi berbagai jenis cacing.
Harimau yang lesu Lantas bagaimana mengobati harimau liar yang sakit? Agak sulit
ini diselamatkan dari menjawab pertanyaan ini. Harimau sakit tentu perlu diselamatkan
rawan terserang parvovirus, hepatitis, distemper, serta Toxocara sp
Talang Sebaris, Seluma, dengan cara ditangkap dengan kandang jebak, lalu diisolasi untuk
dengan patogenitas tinggi, dan bisa menginfeksi manusia.
Bengkulu (kiri). Dengan pengobatan. Jawaban itu sederhana, tapi rumit.
Dari sisi konservasi, penyakit parasiter bisa menular dari harimau
nekropsi, medik dapat Yang lebih masuk akal: meminimalkan penularan penyakit dari
sakit ke harimau sehat. Penularan penyakit parasiter bisa melalui satwa
menelisik adanya larva hewan domestik ke harimau liar. Upaya ini pernah dilakukan dengan
mangsa, ataupun dari hewan domestik yang sakit. Penularan terjadi migran pada organ hati
saat harimau memangsa hewan domestik yang sakit. Atau, bisa juga vaksinasi anjing-buru dan anjing piaraan masyarakat yang berdiam di
harimau itu (atas).
melalui kontaminasi feses, air, dan tanah yang tercemar agen penyakit. kawasan hutan dan di daerah rawan konflik. Selain itu, juga ada
Sementara itu, penyakit dari cacing, ada jenis Paragonimus sp., layanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan hewan domestik.
Dipylidium sp. dan larvanya. Infeksi campuran dari cacing-cacing Upaya lain adalah mencegah masuknya anjing-buru babi ke habitat
tersebut menyebabkan kematian harimau dengan beberapa gejala harimau dan daerah rawan konlik. Ini mengingat beberapa anjing
klinis, seperti dehidrasi, jinak, rambut rontok, dan kurus. buru di Sumatra ada yang menderita penyakit yang bisa ditularkan
Selain endoparasit, ada juga ektoparasit yang dijumpai pada kepada harimau liar—contohnya, cacing jantung.
harimau sumatra, yaitu Rhipicephalus sp. Infestasi caplak ini dapat Pemukiman yang dekat hutan membuat harimau lebih mudah
menyebabkan iritasi, dan anemia. Parasit ini juga vektor biologis berinteraksi dengan manusia. Masyarakat pedalaman Sumatra biasa
penyakit parasit darah protozoa Babesia dan bakteri intraseluler memelihara hewan, seperti anjing penjaga dan anjing-buru. Kebiasaan
Ehrlichia canis. Yang terakhir ini, agen penyebab penyakit Erlichiosis memelihara ini tentu berisiko membuka kontak penyakit dari hewan
yang sering menyerang anjing. domestik ke harimau liar.
Penyakit parasit darah yang ditemukan pada harimau adalah Perlu dipikirkan juga, di masa mendatang, ada tim medik yang bisa
Anaplasmosis dengan gejala klinis berperilaku pasif dan lesu. bergerak untuk mencegah penularan penyakit dari hewan domestik
Anaplasma spp dilaporkan menyebabkan penyakit pada kucing, ke harimau—dan sebaliknya. Sejauh ini, yang telah dilakukan adalah
namun belum diketahui prevalensi infeksi, manifestasi penyakit, serta melatih dokter hewan yang tinggal di daerah rawan konlik.
rekomendasi pengobatannya. Pelatihan yang berlangsung sejak 2011 sampai 2018 ini salah satu
Catatan-catatan medis tersebut menunjukkan penyakit berpotensi materinya tentang penanganan medis harimau yang diduga sakit,
mengurangi populasi harimau di alam liar. Dampak terburuk infestasi harimau korban konlik dan perburuan liar. ***
FOTO: BALAI KSDA BENGKULU FOTO: ERNI SUYANTI MUSABINE

176 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 177
LUKA DAN NESTAPA KONFLIK
SUGENG DWI HASTONO

Dunia medik yang menyingkap harimau-harimau korban konlik


yang sakit dan mengidap penyakit.

Selama ini, saat konlik harimau dengan manusia meletus, perhatian


khalayak lebih tertuju kepada korban manusia. Memang, relatif lebih
mudah menghitung kerugian yang dialami manusia: terluka, ternak
dimangsa, sampai hilang nyawa. Namun, dari pihak lawan, sungguh
tidak mudah untuk menilai kerugian yang dialami harimau. Lagipula,
antara harimau dan manusia tak bisa berkomunikasi secara verbal.
Tim medik konservasi satwa liar dan tim mitigasi berdiri di
antara dua pihak yang bertikai ini. Dan itu tak mudah, lantaran
harus menyelamatkan dua pihak yang bertarung. Dendam dan Bedah bangkai dari harimau betina korban jerat pemburu untuk
menelisik penyebab kematiannya. Dari pembedahan ini, tim medik
amarah dari pihak manusia dapat dibaca dari ucapan dan tindakan.
mengetahui sang harimau ini juga sedang bunting dengan dua janin.
Tapi, bagaimana membaca amarah atau keluhan harimau?
Hanya dari kasus konlik dan korban jerat, tim medis dapat menyingkap
Dari pengalaman selama menangani konlik harimau dengan
harimau liar juga rentan terhadap sakit dan penyakit.
manusia, medik satwa menemukan beberapa kasus sakit – penyakit
yang diderita harimau korban. Barangkali, sakit – penyakit adalah
pertanda lain dari kerugian yang dialami harimau. INFEKSI KUMAN
Luka perkelahian, jerat, peluru, benda tajam-runcing yang tidak
TRAUMA FISIK mendapatkan penanganan tim medik, berisiko diikuti terinfeksi
Sebagai penguasa rantai makanan, dipastikan tidak ada satwa kuman (bakteri). Tidak jarang harimau yang ditemukan dengan
lain yang akan memangsa harimau. Artinya, agak aneh bila harimau luka jerat yang bernanah—tanda pembusukan, sehingga terpaksa
mengalami trauma isik. Di alam liar, harimau mengalami trauma diamputasi untuk membuang bagian yang telah membusuk.
isik mungkin lantaran berkelahi dengan sesamanya. Luka yang tak tertangani dengan baik membuat infeksi menjadi
Dari hampir semua kasus, harimau mengalami trauma isik karena kronis, yang selanjutnya sepsis atau infeksi menyebar ke bagian tubuh
jerat pemburu. Jerat dari senar baja misalnya, dapat melukai telapak lain. Bila begitu, sepsis dapat mengancam jiwa harimau.
kaki hingga tungkai bawah. Itulah bagian tubuh harimau yang paling Pada tingkat yang kronis, tim medik terpaksa mengamputasi
sering terluka jeratan. bagian tubuh harimau. Ini bukan hal mudah bagi harimau. Amputasi
Selain itu, harimau korban konlik juga mengalami luka tertembus menurunkan daya gerak dan kemampuan harimau untuk berburu
peluru, anak panah para pemburu, atau benda runcing-tajam lain. demi bertahan hidup di alam liar. Sehingga, harimau yang teramputasi
Bahkan, baru-baru ini seekor harimau betina yang mengandung dua terpaksa menjalani sisa hidupnya di lembaga konservasi ex-situ.
anak, ditemukan mati tergantung di pinggir jurang akibat jerat sling Ia menjadi harimau berkebutuhan khusus, yang bergantung pada
yang melingkar di pinggangnya. manusia untuk mendapatkan pakan dan pasangan hidup.
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU/WWF-INDONESIA
178 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA CENTRAL SUMATRA PROGRAM
GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 179
INFESTASI PARASIT Dari pemeriksaan lantas bergerak menuju luka terbuka itu untuk makan jaringan dan
Pertama-tama, infestasi parasit tersebab kelompok parasit eksternal nekropsi pada 13 bersarang. Bila sudah begitu, terjadilah kerusakan jaringan di area
di antaranya caplak dan pinjal. Kedua parasit ini menghisap darah November 2011, tim luka, yang dikenal dengan istilah myasis larva migran.
harimau melalui gigitan di permukaan kulit. Selain menyebabkan medik menemukan Bila kebetulan harimau menjilati luka yang menjadi sarang lalat,
anemia, caplak dan pinjal juga dapat menularkan penyakit, seperti cacing dewasa pada bisa jadi larva ikut masuk ke saluran pencernaan. Pada beberapa
babesia, anaplasma dan ehrlichia. Perlahan-lahan, penyakit-penyakit saluran cerna harimau kasus, ditemukan larva lalat booth yang melukai, membenamkan diri,
itu membuat harimau menderita malnutrisi—lalu dapat mati. yang dievakuasi dari dan bersarang di saluran pencernaan dan pernapasan.
Sementara itu, cacing pita dan cacing gilig adalah parasit Desa Muara Emat,
Kerinci, Jambi. GANGGUAN METABOLISME
internal yang sangat mudah ditemukan pada harimau. Harimau
dapat terinfeksi bila memangsa satwa atau ternak yang kebetulan Harimau yang sudah tua akan mengalami proses penurunan
mengidap kelompok cacing tersebut. fungsi organ tubuh. Dehidrasi yang serius misalnya, akan mengurangi
Ancylostoma sp adalah salah satu cacing gilig yang dapat bermigrasi pasokan oksigen dan nutrisi ke sekujur tubuh. Dampak selanjutnya,
dari saluran pencernaan harimau: menembus dinding usus, dan harimau tua mengalami kegagalan fungsi organ, atau kematian
dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Akibatnya, seringkali anak jaringan, yang dapat menyebabkan kematian.
harimau yang masih muda dapat terinfestasi cacing ini karena migrasi Timbunan cairan di dalam rongga perut, atau ascites, umumnya
dari induk ke janin di dalam kandungan. terjadi karena malnutrisi maupun gangguan fungsi organ sirkulasi darah
Semua jenis cacing akan menghisap darah sehingga harimau dan ginjal. Pada kasus gangguan metabolisme tersebab penurunan
menderita anemia – malnutrisi. Dampak selanjutnya, daya tahan fungsi organ, sangat sulit untuk menyelamatkan si harimau.
tubuh harimau merosot, lalu mudah sakit. Migrasi larva cacing gilig Di alam liar, harimau tua dan sakit pasti bersembunyi. Alhasil sulit
menyebabkan radang dan pendarahan hebat di berbagai organ tubuh menemukan harimau tua yang sakit tersebab gangguan metabolisme.
harimau. Bila sudah begitu, nyawa harimau tinggal menunggu waktu. Kasus harimau mati dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Luka harimau mengeluarkan darah dan berbau amis yang pada Maret 2015 misalnya, terindikasi mengalami kerusakan hati.
disukai lalat. Serangga ini hinggap, lalu menggerogoti jaringan luka, Timbunan cairan ascites juga pernah ditemukan pada Mei 2014.
dan bertelur. Dalam hitungan jam, telur menetas menjadi larva,
FOTO: ERNI SUYANTI MUSABINE

180 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 181
Caplak menyerang
harimau sumatra
yang menjadi korban
konlik (atas). Cacing
nematoda yang
menembus usus dan
bersarang di diafragma
harimau (bawah).
POTENSI ANCAMAN PENYAKIT LAIN
Selain sakit – penyakit di atas, masih ada potensi penyakit lain yang
tak kalah membahayakan bagi harimau. Harimau yang merupakan
hewan dalam familia felidae rentan terhadap infeksi Toxoplasma sp
yang memang memiliki inang utama dari keluarga kucing dan kucing
besar. Terlebih lagi, cara utama penularan toxoplasmosis adalah
memakan daging mentah yang terinfeksi toxoplasma.
Kemudian ada rabies yang disebabkan Lyssa Virus, yang dapat
menyerang semua hewan berdarah panas. Penyakit ini berpotensi
menjadi ancaman, mengingat tim medik pernah menemukan
kasus rabies pada primata, lutung dan makaka—salah satu mangsa
harimau.
Jangan lupa juga, beberapa provinsi di Sumatra: Lampung, Sumatra
Utara, dan Aceh, merupakan wilayah endemis rabies. Toxoplasmosis
dan rabies adalah penyakit yang bersifat zoonosis: dapat menular
dari hewan ke manusia, atau sebaliknya.
Satu lagi penyakit yang mengkhawatirkan: canine distemper virus
(CDV). Ini salah satu penyakit virus yang bersumber dari anjing,
dan beberapa jenis karnivor lainnya. Sejumlah laporan menyebut
CDV dapat menyebabkan perubahan perilaku harimau, yang bisa
berujung kematian.
Potensi penularan penyakit ini semakin besar karena pemburu
babi hutan sering membawa anjing ke dalam hutan. Dalam beberapa
kali insiden konlik, ada kasus harimau yang memangsa anjing. Bila
anjing-buru yang ke hutan maupun anjing yang dimangsa harimau
terinfeksi virus CDV, mereka dapat menularkan penyakit ini ke
harimau. Masuknya pemburu babi bersama anjing ke hutan adalah
ancaman penularan CDV—juga beberapa penyakit lain.
Seluruh penyakit ini memang tak selalu menyebabkan harimau
penderita menemui ajal secara langsung. Tapi, tetap saja memengaruhi
kelestarian populasi karena harimau sakit akan menurun kemampuan
berburunya. Ia lantas terdorong mencari buruan yang mudah di
pemukiman. Dengan demikian, harimau sakit dapat menyulut
konlik. Penyakit CDV juga dapat mengurangi kemampuan bayi
harimau untuk bertahan hidup, ataupun membuat harimau rentan
terhadap penyakit lain.***
FOTO: SUGENG DWI HASTONO (SEMUANYA)

182 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 183
YANG TERSIRAT
DARI BALIK KONFLIK
MUNAWAR KHOLIS

Pertikaian harimau dan manusia menandakan gejala ekosistem


sedang merana.

Meski konlik merupakan bentuk interaksi yang paling dominan


antara harimau dan manusia, ada beberapa interaksi lain yang juga
perlu dicermati. Dalam perspektif bentang alam, harimau sebenarnya
berinteraksi secara tak kasat mata dalam proses ekosistem. Dalam
proses interaktif itu, harimau memberikan dampak positif maupun
negatif terhadap manusia.
Agaknya, perlu diingat: habitat favorit harimau bukan dataran
tinggi di atas batas vegetasi pegunungan (alpin dan sub-alpin). Dataran
tinggi memang jauh dari manusia dan relatif aman dari perburuan. Harimau ini terjerat Dari delapan provinsi di Sumatra, Aceh, Bengkulu, Jambi, dan Riau,
Kendati ada harimau yang mendiami dataran tinggi, umumnya dalam sling di kawasan merupakan empat provinsi dengan insiden konlik terbanyak. Aceh
kepadatan rendah. Populasinya tak sepadat, misalnya, dibandingkan hutan produksi Air dan Bengkulu didominasi konlik dengan dampak terhadap ternak,
dengan habitat rawa gambut maupun hutan bakau, seperti di Taman Rami, Mukomuko, sedangkan Riau didominasi konlik yang berujung jatuhnya korban
Nasional Berbak-Sembilang. Bengkulu pada 2012. manusia.
Dahulu harimau menyukai berdiam di hutan dataran rendah Harimau yang cacat Unit pelaksana teknis, dengan dukungan dari para mitra, sudah
karena berlimpah satwa mangsa. Selama ada makanan, di situ ia semakin sulit mencari mengelola data konlik sejak 2000-an. Data ini menjadi bekal untuk
mangsa. Seandainya
hidup. Sayangnya, hutan dataran rendah sudah menjadi wilayah yang menyerap pembelajaran dalam memahami dan menangani konlik.
kembali ke alam
didominasi manusia. Saat ini, juga tersedia call center di setiap Balai Konservasi Sumber
liar, ia akan mencari
Artinya, perombakan habitat di dataran rendah, plus perburuan, Daya Alam, yang membuka saluran bagi masyarakat untuk memberi
mangsa mudah: ternak
membuat harimau terpaksa pergi meninggalkan wilayah utamanya. di perkampungan.
informasi tentang satwa, konlik, perdagangan liar dan aduan lain.
Pilihan lain, jika harimau tak mengungsi, adalah berkonlik dengan Artinya, konlik akan
manusia. Ini memaksa harimau menjalani hidup yang sulit. Ia di PEMBELAJARAN 1: KONFLIK HARIMAU DAN DEFORESTASI
terus terjadi.
bawah ancaman ratusan jerat yang ditebar bagaikan ranjau darat. Sebelum heboh kasus harimau Bonita, yang menyita perhatian
Fakta menunjukkan konversi hutan semakin merangsek ke habitat masyarakat, Riau sudah dikenal sebagai wilayah yang didominasi
harimau. Akibatnya, jarak antara aktivitas manusia dengan habitat konlik, berupa serangan harimau terhadap manusia. Wajar bila
harimau semakin beririsan. Terjadilah interaksi yang semakin intensif, muncul pertanyaan: apa yang terjadi dengan hutan di Riau? Kenapa
lalu meletus pertikaian. terjadi konlik berskala berat di sana?
Data dari berbagai Balai Konservasi Sumber Daya Alam, yang Pertama-tama, perlu melihat kondisi habitat serta perubahan-
disusun Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Forum perubahannya di Sumatra, khususnya Riau. Cara termudah: melihat
HarimauKita menunjukkan tingginya konlik. Selama kurun 2001 data citra satelit—kini, citra satelit mudah diperoleh. Lagipula, ada
sampai 2016, terjadi 1.069 insiden konlik dalam berbagai bentuk. pakar yang menganalisis deforestasi berdasarkan citra satelit—meski
FOTO: ERNI SUYANTI MUSABINE

184 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 185
PEMBELAJARAN 2: MENANGANI SEJAK MASIH DINI
Pemerintah pusat tidak tinggal diam dalam menghadapi situasi
konlik satwa dan manusia. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.48/Menhut-II/2008 merupakan kemajuan besar dalam membekali
kapasitas dan menempatkan petugas di lapangan untuk menangani
konlik satwa liar. Meski dalam praktiknya masih ada kekurangan,
namun semangat menanggulangi konlik sudah tertanam secara
formal.
Penanganan konlik dilakukan sesuai dengan tingkat risikonya.
Karena itu, diperlukan pemahaman dan penguasaan situasi konlik,
seperti dijelaskan peraturan menteri itu.
1. Risiko rendah. Konlik tidak berpotensi mengancam
keselamatan manusia maupun harimau, tetapi menimbulkan
rasa takut dan tidak aman. Tindakan langsung di lapangan tidak
terlalu mendesak. Perlu tindakan pemantauan dan persiapan
masyarakat untuk menghindari konlik.
2. Risiko sedang. Konlik tidak berpotensi mengancam
keselamatan manusia dan harimau bila dilakukan langkah-
langkah penanganan. Pada tahap ini perlu pengiriman tim
penanggulangan konlik ke lokasi.
3. Risiko tinggi. Konlik berpotensi sangat mengancam
tak banyak. Referensi yang banyak menjadi rujukan deforestasi di Populasi manusia keselamatan manusia bila tidak dilakukan langkah-langkah
Sumatra adalah studi Belinda Margono dan kawan-kawan pada menduduki lahan di penanganan.
2012 dan 2014. hutan Taman Nasional Konlik berisiko rendah tentu saja dapat meningkat levelnya jika
Analisis citra menunjukkan menyusutnya hutan Riau selama dua Bukit Barisan Selatan, tidak ditangani secara dini dengan pencegahan yang tepat. Beberapa
dekade terakhir terjadi di dataran rendah, pegunungan, dan wilayah lalu merombaknya contoh penanganan konlik secara dini: sosialisasi, penghalauan, dan
perbatasan lahan basah. Hanya saja, perlu dicatat, tak semua bentuk menjadi kebun kopi.
memperbaiki kebiasan beternak masyarakat dengan mengandangkan
deforestasi tersebut bertentangan dengan peraturan kehutanan. Di seputar tempat ini,
ternak pada sore dan malam hari.
ditemukan jejak-jejak
Meski begitu, citra satelit ini cukup untuk menampilkan hubungan Penanganan konlik sejak dini bertujuan untuk meminimalkan
harimau. Semakin
deforestasi dengan pola konlik harimau. dampak; mengajak masyarakat berperilaku secara aman di wilayah
masuk ke hutan,
Indikasinya jelas: ada hubungan sebab-akibat antara ketersediaan yang ada harimau, lalu menghalaunya; dan melakukan antisipasi agar
manusia tanpa sadar
habitat dan insiden konlik. Lantaran itu, perlu kebijakan lebih kuat meningkatkan risiko konlik berkepanjangan dapat dicegah.
untuk memastikan tersambungnya antar-habitat kecil, dan kualitas konlik. Di Aceh misalnya. Kendati jumlahnya terbilang tinggi, namun
habitat harimau di daerah rawan konlik. Ini sebagai upaya untuk sebagian besar konlik berisiko ringan: harimau hanya melintas dan
mitigasi konlik. memangsa ternak. Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh
Sebenarnya, pecahnya konlik tidak terjadi secara mendadak. dan mitranya segera merespon saat level konlik masih rendah. Respon
Sebelum meletus, ada berbagai faktor awal yang saling terkaitan, cepat ini untuk mencegah dampak konlik berkembang menjadi
yang tanpa disadari membuka peluang konlik. Faktor itu lumayan membahayakan manusia dan satwa. Metode ini terlihat cukup efektif:
banyak, mulai dari deforestasi, degradasi lahan—baik legal maupun sejak 2011 tidak terjadi lagi kematian harimau akibat konlik.
ilegal, perburuan, hingga kebiasaan beternak dengan melepas hewan Dengan demikian, untuk dapat menanggapi saat konlik masih
piaraan. Dari pengalaman selama dua dekade belakangan terdapat berisiko rendah, diperlukan sistem pemantauan yang efektif sehingga
beberapa pembelajaran utama dalam menanggulangi konlik. informasi dini dapat direspon secara cepat.
FOTO: AGUS PRIJONO

186 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 187
PEMBELAJARAN 3: PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN
Untuk menangani konlik secara memadai harus dengan
sudut pandang yang luas. Karena itu, prinsip bentang alam dalam
penanggulangan konlik menjadi induk dari segala upaya penanganan
teknis di lapangan.
Pertama-tama, mulai dari pemahaman bahwa konlik merupakan
gejala dari ketidak-seimbangan pengelolaan bentang alam. Strategi
penanggulangan konlik harus melibatkan para pihak yang bekerja
di bidang konservasi, pengelola kawasan hutan produksi, dan
pelaksana pembangunan daerah.
Dampak konlik bagi masyarakat dapat berupa kerugian ekonomi
dalam bentuk ternak atau hilangnya kesempatan untuk bekerja di
kebun lantaran situasi yang rawan. Kerugian paling tak ternilai adalah
hilangnya nyawa.
Tentu saja sudah pasti bahwa merespon konlik sejak dini akan
membutuhkan sumber daya waktu, tenaga, dan inansial yang tidak
sedikit. Karena itu, sudah semestinya tanggung jawab mitigasi
konlik menjadi beban bersama para pihak, sesuai dengan kapasitas
masing-masing. Berbagi peran tersebut akan meringankan beban
penanggulangan konlik.
Konlik perlu ditangani secara komprehensif dari berbagai aspek:
kawasan hutan, satwa mangsa, koridor antar-hutan, keterlibatan
instansi terkait, dan masyarakat. Jadi, jelaslah mitigasi konlik tak
hanya bisa mengandalkan respon ‘reaktif ’. Di wilayah yang rawan
konlik, respon reaktif hanya akan memperburuk keadaan: masyarakat
akan mengambil tindakan sendiri yang bisa membahayakan kedua
belah pihak.
Kegagalan menitikberatkan mitigasi konlik secara komprehensif,
tanpa koreksi terhadap ketidakseimbangan ekosistem, berpotensi
akan terus menggiring harimau ke dalam pertikaian. Jangan sampai
sejarah di Jawa terulang kembali: konlik demi konlik terjadi, korban
berjatuhan, hingga akhirnya menyapu populasi harimau.
Pembangunan ekonomi ramah lingkungan yang tersurat dalam
rencana pembangunan daerah untuk memastikan mitigasi konlik
Mitigasi konlik menuntut banyak pihak terlibat. Contohnya: konlik menjadi bagian tugas strategis pemerintah daerah. Pemerintah daerah
gajah - manusia di lanskap Bukit Barisan Selatan. Pertikaian terjadi dapat berkontribusi dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat,
di hutan kemasyarakatan dalam wewenang Kesatuan Pengelolaan memperbaiki daya dukung lingkungan, dan menjaga konektivitas
Hutan. Untuk mengurus si gajah, melibatkan Balai Konservasi habitat harimau.
Sumber Daya Alam. Sementara itu, Taman Nasional Bukit Barisan Dengan demikian, konservasi harimau tak hanya menjadi
Selatan juga terlibat karena kawasannya menjadi habitat gajah. Dari tanggung jawab institusi konservasi sumber daya alam, tapi juga
sisi sosial, pemerintah daerah selayaknya mendampingi masyarakat. menjadi tujuan bersama yang terus digaungkan sebagai wujud nyata
Jadi, minimal ada empat pihak berwenang yang terlibat. capaian pembangunan berkelanjutan.***
FOTO: AGUS PRIJONO

188 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 189
MERAWAT KERINCI SEBLAT
WIDO R ALBERT

Kerja keras di area pemantauan intensif untuk menangkal


perburuan dan menyigi populasi harimau.

Taman Nasional Kerinci Seblat terbentang seluas lebih dari 1,3 juta
hektare. Dengan luasan tersebut, butuh usaha dan sumber daya yang
tak sedikit untuk upaya konservasi harimau sumatra di bentang alam
Kerinci Seblat.
Komponen pokok dalam upaya konservasi harimau di tingkat
tapak adalah perlindungan dan pemantauan populasi. Dalam
upaya tersebut, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat bersama
mitra kerja Fauna & Flora International – Indonesia Programme
membentuk tim konservasi harimau. Tim ini terdiri dua unit
kerja: Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) dan
Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS).
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat bekerja intensif
dalam upaya perlindungan: patroli rutin untuk mencegah perburuan
di dalam dan sekitar taman nasional. Sementara itu, Monitoring
Harimau Sumatera Kerinci Seblat secara berkala memantau populasi
harimau di sekitar Kerinci Seblat.
Usaha perlindungan dan pemantauan yang mencakup seluruh
taman nasional, berada di empat provinsi: Jambi, Sumatra Barat,
Sumatra Selatan, dan Bengkulu, dirasa sangat berat. Apalagi personel
dan dana juga terbatas. Tim Monitoring Harimau Sumatera memasang kamera jebak untuk
Untuk memaksimalkan perlindungan dan pemantauan, dipilihlah memantau populasi di lanskap Kerinci Seblat. Kawasan pemantauan
lokasi prioritas yang menjadi fokus utama patroli intensif dan hanya mencakup tak sampai 1/10 dari luas Taman Nasional Kerinci
pemantauan. Salah satu wilayah fokus tersebut dikenal dengan nama Seblat yang 1,3 juta hektare. Meski begitu, upaya di area kecil ini
Core area – Taman Nasional Kerinci Seblat. membuktikan patroli dan pemantauan intensif dapat menjaga
Area pemantauan itu terbilang kecil dibandingkan dengan total populasi harimau, dan menurunkan ancaman perburuan.
luas wilayah taman nasional. Luasnya tidak sampai 1/10 dari luas
taman nasional. Wilayah ini terletak di bagian tengah taman nasional,
yang membentang di Jambi dan Bengkulu. Berdasarkan pengamatan
berkala, core area masih memiliki populasi harimau yang baik.
Namun, tingkat ancaman perburuan juga tinggi.
FOTO: AGUS PRIJONO

190 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 191
Kamera jebak menghasilkan citra
individu-individu harimau di area
pemantauan Kerinci Seblat. Dari citra
yang terkumpul selama beberapa tahun,
tim mengetahui perkembangan populasi
harimau di lanskap ini. Tak jarang,
kamera juga memotret orang-orang yang
memasuki taman nasional secara ilegal.

Tim berpatroli dan memantau populasi secara berkala setiap tahun.


Total 32 individu harimau yang berhasil diidentiikasi dari rekaman
kamera jebak.
Penemuan jerat di daerah ini juga tinggi. Pada 2014 – 2015, tim
membongkar tak kurang 30 jerat harimau aktif. Jerat-jerat ini tidak
saja menyasar harimau, namun juga satwa lain.
Satu kejadian terekam tim monitoring pada 2015: menemukan
kamp pemburu harimau di dalam hutan. Di kamp itu, tim menemukan
kulit segar dan tulang harimau yang baru satu hari dikuliti pemburu.
Daging harimau berserakan dibuang tidak jauh dari kamp. Pada
saat itu, pemburu berhasil kabur.
Beruntung, pemimpin dari perburuan tersebut berhasil ditangkap
pada 2016, lantas divonis 3,5 tahun penjara. Dan pada 2018, salah
seorang pelaku yang kabur pada 2015 berhasil ditangkap pada operasi
penegakan hukum perdagangan kulit harimau. Kulit harimau yang
dijual ternyata adalah harimau jantan dewasa yang terekam kamera
jebak yang dipasang di sekitar core area akhir 2013.
Kerja keras tim pelestarian dan monitoring terbukti berhasil
menurunkan jumlah jerat harimau secara drastis. Selain itu, juga
terekam pertumbuhan populasi harimau, seperti terfotonya seekor
harimau betina secara berkala sejak 2005. Harimau itu terekam sejak
masih anak hingga dewasa, dan ia memiliki wilayah jelajahnya sendiri.
Di salah satu bagian core area, yang semula banyak ditemukan
jerat pemburu, berkat patroli berkala, jumlahnya menurun drastis.
Dan pada saat yang sama, jumlah harimau yang terekam kamera
jebak meningkat. Dulu, di awal pemantauan, saat temuan jerat masih
tinggi, harimau yang terekam kamera hanya dua ekor. Dengan
perlindungan secara berkala, saat temuan jerat menurun, individu
harimau yang terekam kamera semakin meningkat dari tahun ke
tahun.
Dari pemantauan mutakhir, kamera jebak merekam tujuh harimau.
Wilayah core area memiliki populasi harimau yang stabil dari tahun ke
tahun. Dan, dengan menekan tingkat perburuan, diharapkan upaya
konservasi harimau menjadi lebih efektif. ***
FOTO: AGUS PRIJONO

192 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 193
Saat senja menjelang, ibu ini menggiring
kerbaunya ke dekat rumahnya. Pemukiman
di pelosok Kerinci Seblat ini dikelilingi taman
nasional, yang menjadi rumah harimau. Tata
cara beternak ini perlu diperbaiki untuk mitigasi
konlik. Salah satunya caranya: melindungi
ternak di kandang yang kokoh.
FOTO: EDY SUSANTO

194 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 195
MEMBILANG SANG DATUK
FEBRI A. WIDODO

Menduga populasi harimau di hutan belantara: tantangan dan


peluang inovasinya.

Seperti sudah diketahui secara umum, deinisi populasi adalah


kumpulan makhluk hidup yang sejenis dalam suatu area dalam
waktu tertentu. Pertanyaannya, bagaimana menghitung ukuran
populasi?
Jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada objek beserta
wilayahnya yang akan diukur. Pendugaan populasi manusia misalnya,
relatif mudah dilakukan karena bisa memakai metode sensus untuk
seluruh penduduk.
Tim sensus mengunjungi satu per satu rumah, lalu mendata Pemasangan kamera Namun, survei transek ini lebih cocok untuk mengetahui kekayaan
jumlah jiwanya. Tentu saja, tantangannya, sensus mencakup seluruh jebak perlu ketelitian dan kelimpahan relatif satwa, ketimbang untuk mengukur populasi.
wilayah seluas sebaran penduduk. dan kehati-hatian Survei transek juga cocok untuk memprediksi tingkat hunian
Itu berbeda dalam menduga populasi harimau sumatra. Pemangsa agar hasilnya sesuai harimau—daripada untuk menduga populasi. Kendati begitu, dengan
ini pemalu, susah dijumpai, dan menghuni wilayah luas di belantara harapan. Salah distance sampling memungkinkan survei transek dapat juga untuk
liar. Sulit membayangkan, untuk mengetahui jumlah harimau satunya: memberikan menduga populasi. Survei ini memang relatif mudah dan murah.
di kawasan tertentu, lantas mengirimkan puluhan orang untuk penanda ujicoba, dan Hanya saja, salah satu kelemahannya adalah akurasinya sangat rendah.
memastikan kamera
menghitung satu-satu. Lagipula, bertemu langsung dengan satwa ini Seiring berjalannya waktu, kebutuhan informasi populasi yang
bekerja dengan baik
bukanlah ide yang bagus. akurat mutlak diperlukan. Kemudian, muncul penggunaan metode
sebelum ditinggalkan.
Namun, pendugaan populasi satwa ini penting sebagai dasar mark - recapture untuk menduga populasi satwa dengan informasi
Tim akan kembali lagi
menentukan arah dan upaya konservasi di masa depan. Misalnya saja, untuk mengunduh hasil
dasar berupa individu-individu yang bisa dikenali dan diidentiikasi.
bila populasinya menurun, berarti perlu tindakan konservasi guna jepretan dan mengisi
Berkat teknologi kamera jebak, peneliti dapat mengenali individu
menjaga keseimbangan alam. Karena, sebagai pemuncak mata rantai baterai. yang terpotret, lalu menjadi bekal penting dalam memperkirakan
makanan, harimau berperan sebagai pengatur ekosistem. populasinya. Untuk hewan ini, setiap harimau yang terpotret kamera
Di masa lalu, karena keterbatasan teknologi, peneliti dan pemerhati dapat dikenali melalui perbedaan pola belangnya.
menduga harimau dengan pendekatan sederhana, seperti survei Tantangannya, memasang kamera jebak di alam liar tidak mudah,
transek dengan mendeteksi jejak maupun tanda-tanda perjumpaan entah karena medan yang sulit, cuaca, ataupun kondisi sosial. Tekanan
lainnya. Hasil deteksi jejak dan perjumpaan ini akan digunakan sosial tak jarang menjadi kendala dalam pemasangan kamera. Ada
dalam menduga populasi dengan pendugaan perpendicular, yang saja oknum yang sengaja mencuri ataupun merusak kamera jebak.
mempertimbangkan jumlah deteksi dan jaraknya dari transek. Alhasil, Tak ayal, beberapa kali peneliti menemukan kamera hangus terbakar,
bias perhitungannya lumayan tinggi karena tanpa mengidentiikasi hanyut terbawa air, atau malah hilang dicuri seseorang. Padahal harga
individu. kamera jebak tidaklah murah.
FOTO: WWF - INDONESIA/FEBRI A WIDODO

196 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 197
Makan siang sahaja di tengah hutan saat pemasangan kamera jebak.
Menunya: sambal teri, tahu, kerupuk (atas). Untuk survei lapangan
lebih dari dua pekan, setiap orang membawa beban setidaknya 15
kg beras, dan kebutuhan lainnya. Seringkali, tim mesti melewati jalur-
jalur ekstrem demi mencapai titik lokasi pemasangan kamera. Kerja
keras ini kadang berakhir memilukan bila kamera dicuri atau dirusak
orang yang tak bertanggung jawab (kiri).

Tantangan itu perlu dijawab dengan inovasi dan pemutakhiran


kamera jebak. Beberapa inovasi muncul dengan adanya alat pelacak
atau pendeteksi lokasi kamera penjebak. Atau, malah kamera jebak
dapat mengirimkan gambar langsung secara real time melalui sinyal
GSM maupun sinyal satelit. Namun teknologi itu tidaklah mudah
dan murah.
Selain itu, khususnya untuk sinyal GSM juga belum menjangkau
semua tempat lantaran terbatas cakupan wilayahnya. Kapasitas baterai
juga menjadi masalah untuk kamera jebak yang dapat memancarkan
atau mencari sinyal.
Seiring berjalannya waktu, kamera jebak tak hanya digunakan
sebagai alat pemantauan harimau. Kamera ini juga menjadi alat
dokumentasi untuk bahan produksi material kampanye. Bahkan
belakangan ini, muncul pengembangan kamera jebak 360 derajat
yang mampu merekam ke segala penjuru arah.
FOTO: WWF - INDONESIA /KUSDIANTO (SEMUANYA)

198 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 199
Dari rekaman kamera jebak, peneliti
mengetahui identitas setiap harimau yang
terpotret dengan menelisik pola loreng di
sisi kiri dan kanan tubuhnya. Jadi, perlu
sepasang kamera buat memotret sisi kanan
dan kiri. Foto ini Ini baru satu contoh pola
loreng di sisi kiri, yang harus dilengkapi
dengan foto sisi kanan. Dengan mengenali
setiap individu, di suatu wilayah, peneliti
bisa menduga populasi harimau.
Hanya saja, pengembangannya masih belum sempurna, terutama
ukurannya yang cukup besar dan kapasitas energinya masih terbatas.
Akankah di masa datang lahir kamera jebak super-canggih yang
mampu memantau 360 derajat, mengirim obyek ke peneliti, aman
dari pencurian, dengan kapasitas energi besar, dan tentu saja harganya
terjangkau?
Apapun itu, kehadiran peneliti di lapangan tetap penting karena
ia perlu merasakan langsung suasana habitat harimau. Peneliti tak
hanya duduk di belakang meja, sembari menunggu hasil jepretan
datang otomatis.
Analisis gambar dari jepretan kamera jebak selama ini masih
memerlukan peneliti untuk mengidentiikasi individu, dan menduga
populasi dengan perangkat lunak terpisah. Akankah kelak ada
perangkat lunak yang bisa menganalisis secara otomatis foto, lalu
langsung muncul angka dugaan populasi harimau?
Selain itu, identiikasi individu juga dapat dilakukan dengan
menggunakan informasi genetik DNA (deoxyribonucleic acid).
Survei lapangan untuk mengoleksi DNA harimau tidak murah dan
sulit. Survei dengan cara ini umumnya dilakukan bila penempatan
kamera jebak tidak memungkinkan untuk analisis.
Pendekatan DNA tak banyak digunakan dalam menduga populasi,
melainkan lebih untuk tujuan lain, seperti mengetahui kekerabatan
harimau. Sejauh ini, tingkat keberhasilan dalam mengoleksi DNA
harimau pun masih minim. Agaknya, perlu perangkat baru yang dapat
memudahkan mengoleksi informasi genetik harimau.
Perkembangan lain yang perlu perhatian adalah kegandrungan
memakai pesawat nir-awak atau drone dalam konservasi satwa liar.
Sejauh ini masih belum ada drone yang mampu menghitung populasi,
semisal memindai suatu kawasan, lalu diketahui jumlah harimaunya.
Di sisi lain, penggunaan pesawat ini juga perlu dibatasi. Soalnya, alih-
alih untuk mendukung upaya konservasi, drone bisa dimanfaatkan
pemburu untuk mengejar harimau di alam liar.***
FOTO: WWF - INDONESIA/BALAI BESAR KSDA RIAU

200 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 201
Kamera jebak mengabarkan berita yang cukup
mengggembirakan: di beberapa tempat
harimau terekam sedang kawin. Citra ini
menunjukkan harimau masih punya harapan
untuk berkembang biak di alam liar Sumatra.
FOTO: WWF - INDONESIA/BALAI BESAR KSDA RIAU

202 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 203
HARIMAU DATARAN TINGGI
WULAN PUSPARINI

Populasi di lanskap Leuser menunjukkan luasnya relung habitat


dan lentingnya daya hidup sang karnivor.

Pertanyaan besarnya: berapa harimau yang ada di Sumatra? Untuk


menjawab pertanyaan ini sungguh tidak mudah. Pertama-tama,
mesti memasang serangkaian kamera jebak di luasan area penelitian
selama tiga bulan. Kedua, berdasarkan hasil rekaman kamera itu,
lalu dihitung populasinya dengan metode statistika spatially explicit
capture recapture. Pertanyaan selanjutnya yang lebih menarik: apakah
populasi harimau sumatra naik, stabil, atau malah turun? Untuk
menjawab ini, proses perhitungan dengan kamera jebak tadi harus
dilakukan secara periodik, atau berulang.
Masalahnya, tidak banyak lokasi di Sumatra yang memiliki
pengukuran populasi berulang. Hanya ada beberapa lokasi yang telah
dilakukan pengukuran berkala, seperti Bukit Barisan Selatan, Way
Kambas, Kerinci Seblat, dan Langkat di lanskap Leuser. Syarat agar
perkembangan populasi bisa diamati adalah pengukuran berulang itu
harus dilakukan di area studi yang sama dengan metode yang sistematis.
Nah, mari melihat lebih lanjut lokasi yang terakhir, yaitu Langkat
di sebelah timur dari lanskap Leuser atau Taman Nasional Gunung
Leuser. Langkat memiliki perwakilan habitat yang lengkap, mulai
dari hutan dataran rendah, perbukitan, sub-pegunungan, hingga
pegunungan. Tetapi yang menarik, habitat di Langkat didominasi Harimau jantan dewasa yang selalu terfoto di ketiga periode survei,
sub-pegunungan hingga pegunungan dengan ketinggian rata-rata 2010-2013-2017. Hanya seekor harimau jantan inilah yang terfoto
lokasi kamera jebak berada di atas 1.400 meter dari muka laut. berulang di Langkat. Total individu harimau yang terekam kembali
Di lokasi ini, peneliti telah melakukan tiga kali survei dengan (recapture) yang cukup rendah menunjukkan dinamika populasi
kamera jebak untuk memantau populasi harimau sumatra. Selama di Langkat sangat tinggi, dengan tingkat kemampuan hidup
hampir sepuluh tahun pemantauan, 2010-2013-2018, harimau yang berkelanjutan (kesintasan) antar-periode: 0,85.
teridentiikasi ada 23 ekor, yang terdiri dari 14 ekor betina, lima
jantan, dan empat ekor tak teridentiikasi jenis kelaminnya. Tiga ekor
betina yang sama terfoto selama dua periode 2010 dan 2013, dan
hanya seekor harimau jantan yang terfoto berulang di tiga periode
2010 hingga 2018.
FOTO: WCS-IP & TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER

204 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 205
Total individu harimau yang terekam kembali (recapture) yang Harimau betina dewasa Belum diketahui dengan pasti apakah perbedaan deteksi jenis
cukup rendah ini menunjukkan dinamika populasi di Langkat sangat yang terfoto pada kelamin di habitat yang berbeda ini mencerminkan respon harimau
tinggi, dengan tingkat keberlanjutan hidup (kesintasan) antar-periode survei 2010 dan 2013 di terhadap perbedaan gangguan. Mungkin saja ini hanya keunikan
0,85. Nilai ini cukup baik bagi populasi harimau. Bicara sedikit lebih Langkat (atas). Harimau spesiik yang ada di setiap area. Contohnya, di area lain dari lanskap
teknis, dengan pendekatan analisis multisession dari spatially explicit jantan yang terekam di Leuser, yaitu di Aceh Selatan, harimau yang terfoto di pegunungan
capture recapture, ternyata harimau di Langkat populasinya stabil...! Aceh Selatan (kanan). justru harimau-harimau jantan, dan tanpa ada harimau yang terfoto
Itu berita baik mengingat banyaknya ancaman di daerah penyangga di dataran rendah.
di wilayah Langkat. Oh ya, untuk melihat kecenderungan populasi, Meski banyak harimau di Leuser hidup di pegunungan, tapi dari
nilai yang harus dibandingkan adalah kepadatan, yaitu jumlah foto, mereka tak terlihat kurus atau kekurangan makanan. Memang,
harimau per 100 km persegi. Jadi yang dibandingkan bukan jumlah mangsa utama harimau, seperti rusa dan babi hutan, paling banyak
harimau total, ya. Ini dilakukan agar perbandingan lebih sahih, karena menghuni hutan dataran rendah hingga perbukitan. Tapi, hasil analisis
berbicara dengan satuan luasan yang sama dan standar. Analisis pemodelan okupansi terlihat di pegunungan Langkat pun masih ada
permulaan menunjukkan kepadatan harimau di Langkat selama 2010 mangsa, seperti kijang muncak. Sebaran satwa mangsa, seperti rusa
hingga 2018 kira-kira sama, yaitu 1 harimau per 200 km persegi. dan babi, semakin sedikit seiring naiknya tinggi tempat. Itu berbeda
Habitat optimal untuk kesintasan jangka panjang karnivor terbesar dengan kijang muncak yang tak sensitif terhadap tinggi tempat, yang
di Sumatra ini adalah area yang aman dari gangguan manusia, menyukai area dengan tutupan hutan yang baik dengan sumber air.
banyak mangsa, serta sumber air di hutan dataran rendah. Tapi, Harimau-harimau di Leuser menunjukkan betapa luasnya relung
seperti umumnya hutan dataran rendah Sumatra, Langkat dikelilingi habitat dan lentingnya daya hidup karnivor ini. Mereka bisa hidup
ancaman langsung, seperti kerusakan habitat dan perburuan satwa lestari di berbagai tipe habitat, bahkan hingga di ketinggian di mana
mangsa. Atau, bahkan mungkin juga perburuan harimau itu sendiri. satwa mangsa jauh lebih sedikit dibandingkan di hutan dataran
Menarik untuk dilihat, harimau yang terfoto kamera jebak di hutan rendah. Resep utama keberlanjutan hidup harimau sepertinya
dataran rendah Langkat adalah harimau-harimau jantan, sedangkan adalah area yang aman dari gangguan manusia dan tersedianya satwa
harimau-harimau betina terfoto di area pegunungan. Perbandingan mangsa. Bila ini dipenuhi, harimau akan beradaptasi menyesuaikan
jumlah individu harimau: satu jantan untuk setiap empat betina. dengan lingkungan untuk hidup dan berkembang biak. ***
FOTO: WCS-IP, TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER FOTO: WCS-IP, USAID, BKSDA ACEH,
TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER
206 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 207
MEMBURU PEMBURU SI RAJA RIMBA
GIYANTO

Kejahatan terhadap harimau melibatkan jaringan yang rumit


dan tertutup.

Kejahatan satwa liar di Indonesia menempati urutan ketiga


setelah perdagangan narkoba dan perdagangan manusia dari segi
besarnya kerugian bagi negara. Sementara dari sisi organisasi
jaringan, perdagangan satwa liar menempati urutan keempat setelah
perdagangan narkoba, senjata, dan perdagangan manusia.
Salah satu jenis satwa liar yang menjadi target perdagangan di
pasar gelap adalah harimau sumatra. Perdagangan harimau sumatra
merupakan bisnis yang menjanjikan keuntungan besar. Umumnya,
harimau sumatra yang dijual dalam bentuk bagian tubuhnya: kulit, Tim gabungan Polda Modal untuk meringankan beban, lantaran dalam sekali perburuan,
tulang, tengkorak, kumis, penis, taring, dan kuku. Aceh, Polres Biruen, pemburu menghabiskan waktu berhari-hari dengan biaya jutaan
Harimau sumatra yang beredar di pasaran tidak hanya dari dan BKSDA Aceh rupiah.
perburuan, namun ada indikasi juga dari kepemilikan ilegal dan dari menangkap pelaku Sementara itu, pembeli memiliki latar belakang dan level yang
lembaga konservasi yang melibatkan oknum lembaga konservasi berinisial AS, dengan beragam. Satu pembeli dapat terhubung dengan pembeli lain, sehingga
tersebut. Permintaan pasar yang terbuka dengan harga yang tinggi, barang bukti kulit dalam satu kasus perdagangan tubuh harimau, dapat ditemukan dua
nasional maupun internasional, memicu perburuan hampir di serta tulang harimau sampai tiga pembeli untuk produk yang sama.
semua habitat harimau di Sumatra. sumatra, pada Ada dua kelompok besar yang bermain di level pembeli harimau
17 Maret 2016 di sumatra. Kelompok pertama: pembeli lokal Indonesia. Mereka
JARINGAN DAN MODUS OPERANDI Kabupaten Biruen,
terhubung dengan berbagai kelompok yang saling membantu dan
Khusus untuk harimau sumatra, perdagangannya dilakukan oleh Aceh.
punya wilayah operasi sendiri.
jaringan tertutup dengan mata rantai yang panjang, kompleks dan Kelompok kedua: pembeli lintas-provinsi atau skala ekspor.
berlapis. Di tingkat pemburu dan pembeli, para pelaku berkelompok Mayoritas pelakunya warga negara asing Cina ataupun WNI ber-
dan saling terhubung dalam hubungan yang saling menguntungkan. etnis Cina. Pelaku ini membatasi bisnisnya di kalangan etnis tertentu,
Dalam jaringan itu, pemburu berada di tingkat paling bawah atau hanya mencakup bisnis keluarga. Pembeli di kelompok kedua ini
yang berperan penting dalam organisasi perdagangan. Para pemburu didominasi pelaku dengan latar belakang etnis Cina, karena negara
punya spesialisasi khusus, terlatih, dan berpengalaman. Mereka pasar terakhir adalah Cina atau Vietnam.
memahami perilaku dan habitat kesukaan harimau. Mereka bahkan Di dalam bisnis keluarga atau etnis tertentu, tingkat kepercayaan
terampil dalam memodiikasi alat berburu. Mereka lihai memasang akan tinggi bila mitra bisnis dari kalangan keluarga atau etnis yang
perangkap di tempat-tempat yang berpeluang besar mendapatkan sama. Alhasil, tertangkapnya pelaku tak serta-merta menghentikan
harimau. kejahatan, lantaran mereka bisa mengalihkan bisnis haramnya ke
Pemburu biasanya diberi modal awal oleh pembeli atau cukong. anggota keluarga lain. Fenomena ini hanya dijumpai di perdagangan
FOTO: WCS-IP/GIYANTO

208 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 209
Sidang kasus perdagangan
harimau sumatra pada 1 Juni
2016, dengan tersangka berinisial
AS dan MAS di Pengadilan Negeri
Biruen, Aceh.

terbatas pada pelaku yang tertangkap tangan, dan sulit mengurai


pelaku yang lain.
Karena itu, pengembangan kasus kriminal satwa tergantung
pada kemampuan interogasi dan teknologi dalam penyelidikan dan
penyidikan. Selain itu, lebih dari lima kasus perdagangan harimau,
ditemukan keterlibatan oknum penegak hukum, dan pelaku lain yang
terkait dengan sindikat internasional. Adanya berbagai level pelaku ini
membuat harga harimau sumatra menjadi semakin mahal. Masing-
masing level berupaya mendapatkan keuntungan sendiri-sendiri.
Berkembangnya Internet dan media sosial telah mengubah strategi
perdagangan harimau secara signiikan dalam lima tahun terakhir.
Perdagangan harimau yang awalnya melalui pertemuan langsung,
dan terbatas antara penjual dengan pembeli, kini berubah menjadi
transaksi daring atau online. Transaksi daring lebih praktis, murah,
aman, dan menjangkau pasar global.
Pada 2014, International Fund for Animal Welfare (IFAW) meneliti
perdagangan satwa via Internet di 16 negara. Hasilnya: perdagangan
hidupan liar daring sebanyak 33.006 di 280 situs web terbuka.
Sebanyak 9.482 iklan daring menawarkan spesies hidupan liar
Appendix I dan II konvensi internasional perdagangan spesies
terancam punah CITES, termasuk harimau sumatra.
Pelaku perdagangan daring umumnya memakai rekening pihak
ketiga, sering disebut rekening bersama, sebagai sarana bertransaksi.
ilegal untuk jenis satwa tertentu: harimau, trenggiling, kepala Ketika kesepakatan jual-beli terjadi, pengiriman kepada pembeli
rangkong gading. dilakukan dengan memakai jasa pihak ketiga, baik kurir, bis,
Perdagangan gelap harimau tidak hanya dilakukan antara penjual kendaraan travel, maupun layanan pengiriman barang.
dan pembeli, namun dapat juga melibatkan pihak lain: kurir dan Dan, konlik harimau dengan manusia menjadi salah satu
makelar. Karena berperan dalam memainkan harga, kurir dan makelar peluang bagi para pemburu untuk mendapatkan harimau. Pelaku
dapat menjadi faktor penentu terjadinya transaksi. memanfaatkan informasi yang berkembang di masyarakat, maupun
Dalam jaringan gelap ini, kurir dan makelar juga berperan penting dari media massa, untuk memasang perangkap dengan target
dalam memutus jalur komunikasi antara satu pelaku dengan pelaku harimau yang berkonlik. Rasa resah dan kecewa masyarakat terhadap
lain. Mereka ibaratnya menjadi simpul dari beberapa pelaku. Itulah penanganan konlik yang berlarut-larut kerap menjadi pembenaran
sebabnya, ketika operasi penangkapan digelar, penegak hukum sulit untuk memburu harimau sumatra—misalnya di Mandailing Natal,
mengembangkan mata rantai jaringan perdagangan. Alhasil, operasi Sumatra Utara, beberapa waktu lalu.
FOTO: WCS-IP/NANDA P. NABABAN

210 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 211
JUMLAH KASUS BERKEKUATAN HUKUM TETAP 2003 - SEPTEMBER 2018.
35
Meningkatnya jumlah penangkapan
bukan berarti naiknya perburuan
harimau. Itu dapat dijadikan petunjuk
meningkatnya kemampuan dan
komitmen aparat dalam 4-5 tahun
terakhir. Ini dimungkinkan dengan UPAYA PENEGAKAN HUKUM
semakin terlatihnya aparat dalam 11 12
Penegakan hukum bagi pelaku kejahatan harimau sumatra sudah
mendeteksi daerah rawan kejahatan 7
satwa liar, mampu menyelesaikan dilakukan dan masih berjalan hingga saat ini. Sejak 2003, sedikitnya
perkara, dan partisipasi aktif dari ada 64 operasi penangkapan yang berhasil sampai putusan hukum
lembaga terkait. 2003-06 2007-10 2011-14 2015-’Sep 18 di pengadilan. Operasi penangkapan yang terbanyak terungkap,
dan pelakunya menjalani proses hukum, terjadi pada antara 2015 –
RERATA VONIS KURUNGAN DAN DENDA
September 2018, yaitu 35 penangkapan.
2003 - SEPTEMBER 2018. Meningkatnya jumlah penangkapan bukan berarti meningkatnya
44,5 Rerata hukuman kurungan kejahatan terhadap harimau sumatra. Namun hal itu dapat dijadikan
Rerata vonis kurungan bagi pelaku selama 2003- petunjuk meningkatnya kemampuan dan komitmen aparat dalam
(bulan) 2006: 25,6 bulan, kemudian 4-5 tahun terakhir.
25,6 menurun pada 2007-
22,6 2010: 20,7, dan 2011-
Hal itu dimungkinkan dengan makin terlatihnya aparat dalam
20,4
2014: 8,8. Namun selama mendeteksi daerah rawan kejahatan satwa liar, mampu menyelesaikan
2015-September 2018 kembali perkara, dan partisipasi dari pihak terkait—Kementerian Lingkungan
8,8 Rerata hukuman denda meningkat dengan rerata 22,6
(juta)
Hidup dan Kehutanan, polisi, bea cukai, dan aparat bandara AvSec.
bulan. Sedangkan untuk rerata
denda cenderung meningkat
Dari 64 penangkapan itu, 104 pelaku telah divonis di meja hijau—
? 8,1 sampai September 2018. Setiap pelaku divonis dengan hukuman
3,1 dalam setiap periodenya, yang
tertinggi terjadi pada 2015 - kurungan dan denda yang beragam. Hukuman tertinggi: 48 bulan,
2003-2006 2007-1010 2011-2014 2015-’Sep 18 September 2018: Rp 37,6 juta. dengan denda seratus juta rupiah di Riau pada 2016. Jumlah pelaku
yang divonis hukuman kurungan lebih dari 24 bulan sejak 2003
sebanyak 27 orang, yang 21 vonis di antaranya terjadi pada periode
DAFTAR VONIS HUKUMAN PENJARA LEBIH DARI 24 BULAN 2015 - September 2018, dan enam vonis pada periode sebelumnya.
KURUNGAN (BULAN) DENDA (JUTA RP)
Terjadi penurunan jumlah rata-rata hukuman kurungan kepada
SUBSIDER (BULAN)
RIAU - 2016 48 100 1 pelaku dari 2003-2006 sampai 2011-2014. Namun terjadi peningkatan
BENGKULU - 2016 48 60 3 yang signiikan pada periode 2015 sampai September 2018, dengan
ACEH - 2018 50 4
rata-rata vonis: 44,5 bulan.
48
Sedangkan untuk rata-rata denda cenderung meningkat dalam
RIAU - 2016 48 50 3
setiap periode. Rata-rata denda tertinggi terjadi pada 2015 - September
BENGKULU - 2017 42 50 5
2018, yaitu Rp 37,6 juta. Meningkatnya hukuman dalam 4 tahun
BENGKULU - 2017 42 30 6 terakhir menunjukkan kasus kejahatan terhadap harimau menjadi
LAMPUNG - 2003 42 ? kasus yang serius—khususnya bagi jaksa dan hakim. Sehingga, vonis
LAMPUNG - 2005 42 ? hukuman lebih tinggi dari periode sebelumnya.
LAMPUNG - 2003 36 ? Selain itu, hal tersebut barangkali juga karena adanya peningkatan
BENGKULU - 2017 36 50 5 kapasitas penanganan tindak pidana satwa liar dalam 4 tahun
LAMPUNG - 2018 36 50 4
terakhir. Pemantauan kasus-kasus harimau yang sedang ditangani
LAMPUNG - 2018 36
juga menghasilkan hukuman yang signiikan.
50 4
Pemantauan ini penting mengingat penyidik, jaksa, dan hakim,
ACEH - 2016 36 50 3
perlu mendapatkan informasi status konservasi satwa, nilai kerugian
BENGKULU - 2016 36 30 2
negara, atau dampak ekologi hilangnya harimau. Pemantauan kasus
JAMBI - 2017 30 100 2 tak hanya dilakukan oleh praktisi hukum, namun juga media massa
LAMPUNG - 2005 32 ? yang berkontribusi dalam menyebarluaskan hasil penanganan
SUMATRA UTARA - 2008 32 ? perkara.***
LAMPUNG - 2003 30 ?

212 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 213
RELAWAN BERHATI HARIMAU
LAKSMI DATU BAHADURI

Perjuangan generasi muda berjiwa konservasi demi masa depan


harimau Indonesia.

Pada awal 2011, momen itu tercipta: lahirlah jaringan relawan


Forum HarimauKita, Tiger Heart. Relawan Tiger Heart lantas berjuang
bersama lembaga konservasi Wildlife Conservation Society - Indonesia
Program, Zoological Society of London – Indonesia, YayasanWWF
Indonesia, Fauna & Flora International - Indonesia Programme, Forum
Konservasi Leuser, Perkumpulan Konservasi Harimau Sumatra dan
lembaga lain. Sejak itu, kolaborasi ini berkontribusi dalam gerakan
konservasi harimau.
Hingga 2018, sebanyak 310 relawan Tiger Heart menjadi basis Kampanye konservasi Salah satu tujuan peringatan, seperti tercantum dalam Strategi dan
gerakan untuk menyuarakan pentingnya konservasi habitat dan harimau dari Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatra, untuk meningkatkan
satwa-satwa kunci Indonesia—terutama harimau. Ini sebentuk model relawan Tiger Heart dukungan masyarakat terhadap upaya konservasi harimau, baik
community outreach: Tiger Heart berkampanye menyentuh segala menjangkau segala nasional maupun global secara persuasif. Perkembangan itu
lapisan masyarakat di berbagai kota. lapisan masyarakat. mendasari pentingnya mendorong peran relawan untuk mempertajam
Rentang tema kampanye beragam, mulai dari menggalang Hari Harimau se- kampanye, dan membawa perubahan positif serta aksi nyata bagi
partisipasi publik dalam perlindungan harimau dan habitatnya. Tak Dunia menjadi sarana konservasi harimau.
menautkan hasil dan
hanya itu, Tiger Heart juga turun ke lapangan bersama pengelola Pada satu pertemuan tahunan, Forum HarimauKita menegaskan
upaya konservasi
kawasan konservasi untuk menggelar ‘sapu jerat’. relawan dapat dilibatkan dalam setiap konservasi harimau—apapun
harimau dengan
Semenjak Hari Harimau se-Dunia - Global Tiger Day bentuknya. Salah satu aksi nyatanya: sapu jerat. Aksi ini berpeluang
khalayak luas.
dicanangkan, Forum HarimauKita, Tiger Heart, dan pemerintah dapat dikembangkan, dan menjadi gerakan yang mewadahi
berinisiatif terdepan dalam perhelatan itu. Hari Harimau merupakan partisipasi publik dalam pengamanan kawasan konservasi. Aktivitas
peringatan tahunan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat sapu jerat juga dapat dipadukan dengan wisata minat khusus jelajah
terhadap konservasi kucing besar itu. Peringatan ini disepakati alam, sehingga lebih bermakna bagi ekosistem.
pada International Tiger Forum di Tiger Summit, Saint Petersburg, Pada hakikatnya, sapu jerat merupakan aksi bersama dalam
November 2010. Dalam pertemuan itu, disepakati Hari Harimau memerangi perburuan liar. Seperti diketahui, selain perubahan
se-Dunia diperingati setiap 29 Juli. Tekad untuk menggelar Hari habitat dan konlik, perburuan merupakan ancaman mematikan
Harimau dilandasi oleh kondisi populasi-populasi harimau yang bagi harimau, di mana para pemburu umumnya menggunakan
rentan punah. jebakan jerat. Hal ini terlihat dari banyaknya temuan alat pembunuh
Dan sejak 2011, secara serentak perayaannya digelar di kota-kota itu selama patroli.
di Sumatra, dan sebagian kota di Jawa, dengan melibatkan lembaga Jerat terbuat dari berbagai bahan dengan ukuran dan desain yang
pegiat konservasi, mahasiswa, masyarakat, dan pihak swasta. beragam, tergantung pada satwa sasaran. Jerat tak hanya menyasar
FOTO: TIGER HEART BENGKULU - FORUM HARIMAUKITA

214 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 215
Relawan menelisik jejak harimau di
sebatang pohon saat aksi sapu jerat.
Aksi ini berpeluang menjadi gerakan
yang mewadahi partisipasi publik dalam
pengamanan kawasan konservasi.

Upaya Tiger Heart bersama mitra dan partisipasi masyarakat


dalam memusnahkan jerat tentu harus didukung dengan penegakan
hukum untuk memberikan efek jera kepada pemburu. Namun,
saat ini proses hukum terhadap pemburu belum pernah dilakukan
petugas bila si pemburu belum memperoleh satwa buruannya.
Seperti banyak diketahui, masyarakat di tepi hutan, yang juga
memanfaatkan hasil hutan, dapat menilik kembali kearifan leluhurnya
yang mampu memanfaatkan hutan secara berkelanjutan. Para leluhur
di perbatasan hutan ini bertahun-tahun telah memetik inspirasi dari
harimau. Memang, selain berperan secara ekologi, harimau juga
mewarnai budaya dan peradaban manusia.
Para leluhur di Sumatra mempercayai harimau merupakan nenek
moyang, atau yang dituakan. Suku Melayu memanggilnya datuk, yang
bisa diartikan kakek. Suku Minangkabau memanggilnya inyiak, yang
juga berarti kakek. Di tempat lain, Aceh, harimau disebut rimueng.
Berbagai sebutan itu menunjukkan masyarakat menempatkan
harimau dalam posisi terhormat sebagai simbol penjaga ketentraman
wilayah. Sebagai contoh, di Aceh, ketika ada harimau mati, masyarakat
melakukan upacara adat kenduri. Ada juga yang meyakini, auman
dan terlihatnya harimau di desa sebagai pertanda akan datangnya
bahaya dan terjadi hal-hal buruk yang dilakukan masyarakat yang
menyalahi aturan.
Dikenalnya harimau baik yang tak menimbulkan masalah, hanya
melintas, dan harimau tidak baik, juga mendasari masyarakat dalam
menindak harimau yang masuk kampung. Bahkan beberapa kearifan
harimau, tapi juga bisa menjerat hewan mangsa dan spesies terancam lokal mengadopsi perilaku harimau dalam gerakan beladiri.
punah lain. Atau sebaliknya, jerat untuk satwa lain tak jarang juga Dahulu, ternak yang dimangsa harimau dianggap hal biasa, sebagai
menyasar harimau. Artinya, apa pun dalihnya, jerat pemburu adalah perwujudan bentuk “sedekah” untuk yang dituakan. Petani hutan
alat yang mematikan bagi satwa liar—bahkan kadang melukai di sejumlah tempat mempersembahkan durian pertama yang jatuh
petugas patroli. untuk harimau—simbol ia dituakan.
Selama 2015 – 2018, polisi hutan dan mitra telah memusnahkan Masih kuatnya kepercayaan terhadap adat dan peran tokoh
sekitar 1.326 jerat. Para jagawana dan tim patroli telah menyisir adat, dapat dipastikan membentuk pandangan dan persepsi positif
segala medan, yang jika diukur jarak tempuhnya mencapai 44.969 masyarakat terhadap harimau. Namun kearifan lokal kini mulai
kilometer. Jangkauan yang hampir 45 kali panjang Pulau Jawa ini memudar seiring dengan perkembangan zaman dan kerapnya konlik
ditempuh jagawana kawasan konservasi bersama mitranya di enam manusia-harimau di desa sekitar kawasan hutan. Nampaknya, sambil
lanskap: Bukit Barisan Selatan, Kerinci Seblat, Leuser, Ulu Masen, menegakkan hukum formal, perlu juga membangkitkan kembali
Rimbang Baling, dan Berbak Sembilang. kearifan lokal terhadap harimau .***
FOTO: TIGER HEART BENGKULU - FORUM HARIMAUKITA

216 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 217
KONSERVASI EX-SITU
HARIMAU SUMATRA
LIGAYA TUMBELAKA

Menjaga populasi cadangan untuk menyangga kelestarian


harimau di alam liar.

Lembaga konservasi di Indonesia telah membuktikan mampu


mengelola dan merawat harimau sumatra. Bahkan Beberapa
lembaga konservasi mampu meningkatkan jumlah harimau melalui
perkembangbiakan. Saat ini, program pengembangbiakan harimau
dilaksanakan melalui Global Species Management Plan (GSMP).
Hasil pendataan sensus dan silsilah harimau sampai Februari
2018, ada 119 ekor di 16 lembaga konservasi Perkumpulan Kebun
Binatang se-Indonesia (PKBSI). Sampai Oktober 2018, jumlahnya
menjadi 129 ekor di 17 lembaga konservasi umum, dan 1 lembaga
konservasi khusus. Peningkatan ini karena adanya kelahiran pada
2018, dan masuknya data baru dari satu lembaga konservasi khusus.
Populasi harimau PKBSI merupakan populasi ex-situ primer.
Dalam populasi ini, sejumlah besar harimau berada pada usia
tua, dengan beberapa harimau muda. Dengan kondisi ini, dapat
menyebabkan penurunan populasi dalam waktu yang singkat,
kecuali ada upaya meningkatkan perkembangbiakan. Analisis data
menunjukkan diperlukan 6 anakan dari perkawinan indukan yang
terkontrol pada tahun mendatang, untuk mempertahankan jumlah
populasi saat ini.
Mulai 2008, Indonesia bekerja sama dengan perhimpunan kebun Harimau sumatra di Taman Margasatwa Ragunan, DKI Jakarta,
binatang di Eropa, Amerika, Australia, dan Jepang dalam strategi menjadi bagian dari populasi ex-situ sebagai cadangan primer.
perkembangbiakan harimau sumatra (GSMP). Sasarannya: harimau Untuk menjaga populasi ex-situ saat ini, diperlukan 6 anakan
sumatra ex-situ dapat mencapai keragaman genetik global 94,3 dari perkawinan indukan yang terkontrol pada tahun mendatang.
persen, dengan mengawinkan 10 harimau asal alam yang berada di Tantangannya: belum semua lembaga konservasi yang memiliki
PKBSI. harimau sumatra mau turut berkontribusi dalam program
Keragaman genetik populasi harimau PKBSI saat ini masih penangkaran terpadu (cooperative breeding program). Selain itu,
berada dalam kategori sedang: 89,3 persen, di bawah target minimum proses pemindahan harimau antar-institusi yang harus mengikuti
standar 90 persen. Dari data Studbook Nasional Indonesia, tercatat prosedur pemerintah, terkadang lambat dalam pelaksanaannya.
10 harimau asal alam dengan garis genetik murni yang baru, atau
langka, dan tidak punya keturunan.
FOTO: ASEP ABDULLAH

218 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 219
CADANGAN TERAKHIR
Populasi di lembaga konservasi ex-situ menjadi cadangan terakhir bila harimau sumatra liar punah di
alam. Caranya: pengembangbiakan terkontrol untuk menjaga kemurnian jenis dan mencegah kawin
sedarah. Pendataan silsilah dilakukan secara nasional maupun internasional. Lembaga konservasi juga
sarana edukasi bagi masyarakat, dan tempat belajar tenaga kesehatan untuk pengendalian harimau.

SEBARAN HARIMAU SUMATRA EX-SITU SAMPAI OKTOBER 2018


JANTAN
Taman Safari Indonesia I
BETINA KERAGAMAN GENETIK
Taman Margasatwa Ragunan POPULASI HARIMAU PKBSI

Kebun Binatang Surabaya


SAAT INI MASIH BERADA DALAM KATEGORI
SEDANG: 89,3 PERSEN,
Kebun Binatang Medan
DI BAWAH TARGET
Taman Margasatwa
Kinantan Bukittinggi MINIMUM STANDAR 90 PERSEN.
Maharani Zoo & Goa
Dalam strategi ke depan, satwa-satwa ini yang harus diprioritaskan
DUA TIPE LEMBAGA KONSERVASI
Kebun Binatang Bali LEMBAGA KONSERVASI UMUM
dalam perkembangbiakan ex-situ PKBSI. Dengan demikian, akan
untuk tujuan umum, seperti taman safari, membantu menstabilkan struktur usia, lantaran masih ada harimau
Kebun Binatang
Tamansari Bandung
taman margasatwa, dan kebun binatang. muda yang dapat bereproduksi beberapa tahun kemudian. Hal ini
LEMBAGA KONSERVASI KHUSUS
Batu Secret Zoo - Batu untuk tujuan tertentu, seperti pusat dapat meningkatkan keragaman genetik, dan mengurangi perkawinan
penyelamatan satwa, ataupun pusat rehabilitasi sedarah di masa depan.
Kebun Binatang
Gembira Loka
satwa. Untuk keberhasilan program ini, lembaga konservasi PKBSI
Taman Hewan telah memiliki harimau sumatra untuk perkawinan lintas-lembaga
Pematang Siantar POPULASI CADANGAN PRIMER
sesuai rekomendasi dari pengelola populasi harimau dan studbook
Taman Satwa
Taru Jurug Surakarta

Gelata Lestari
129
di 18 lembaga konservasi Indonesia
keeper. Pemindahan atau transfer harimau sumatra akan terjadi
guna pencapaian strategi ini.
Bagi lembaga konservasi PKBSI yang ingin memelihara harimau
Tambling Wildlife
Nature Conservation POPULASI CADANGAN SEKUNDER akan dimungkinkan, dengan syarat memenuhi sarana dan prasarana
kandang, sumberdaya manusia berkompeten, dan mengikuti standar
Taman Safari Indonesia II
Kebun Binatang
Taman Rimbo Jambi
Agrowisata Sido Muncul
265
Amerika Utara, Eropa, Australasia, Jepang
pemeliharaan harimau. Syarat ini juga berlaku bagi semua lembaga
konservasi yang telah mempunyai harimau sumatra.
Bila sampai saat ini masih belum memenuhi standar pengelolaan,
Taman Satwa Cikembulan
Garut dengan pedoman PKBSI-GSMP, lembaga konservasi perlu segera
mencapai standar itu. Untuk itu, Perkumpulan Kebun Binatang se-
POPULASI HARIMAU SUMATRA 6 TAHUN POPULASI JANTAN DAN BETINA 6 TAHUN Indonesia akan segera menyusun pedoman standar pemeliharaan
TERAKHIR TERAKHIR
dan perkembangbiakan harimau sumatra.
120 60 Sampai saat ini, 265 harimau sumatra dikelola di luar Indonesia.
ekor
ekor Ini membentuk populasi ex-situ sekunder, atau cadangan harimau
100 50 sumatra, yang perlu diperhatikan populasi dan keragaman mutu
genetiknya. Hampir semua harimau sumatra di luar negeri punya
kekerabatan satu sama lain.
Peningkatan keragaman genetik dapat dilakukan dengan cara
memberikan kesempatan harimau populasi sekunder memperoleh
darah baru dari PKBSI yang tak berkerabat. Sehingga, tidak perlu
perbaikan genetik di PKBSI, dan dapat menjadi kandidat berharga
untuk dikawinkan dengan harimau sumatra di luar Indonesia di
masa mendatang. Kegiatan ini untuk meningkatkan kelangsungan
populasi global harimau sumatra, yang terkoordinasi dalam Global
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Species Management Plan. ***
2013 2014 2015 2016 2017 2018

220 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 221
PELEPASLIARAN
HARIMAU SUMATRA
AHMAD FAISAL DAN YOAN DINATA

Keputusan cepat dan tepat adalah kunci yang menentukan masa


depan harimau korban konlik.

Konteks bahasan dalam artikel ini adalah pelepasan kembali


harimau liar tangkapan (yang tertangkap ataupun ditangkap) pada
saat konlik. Dengan kata lain, bukan pelepasliaran harimau captive
yang lahir di lembaga konservasi—semisal di kebun binatang ataupun
taman safari.
Pada 2012, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melalui
Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, didukung beberapa
lembaga swadaya masyarakat, telah menyusun Pedoman Praktis
Pencegahan dan Penanggulangan Konlik antara Manusia dan Pemasangan kalung Meski begitu, di beberapa tempat di Sumatra, kamera jebak pernah
Harimau. Kendati pedoman itu telah menyinggung soal pelepasliaran, GPS dilakukan saat merekam harimau dengan kaki cacat—kemungkinan besar karena
namun nampaknya masih diperlukan adanya panduan detail yang harimau terbius terjerat, lalu bisa lepas sendiri.
menjelaskan teknis dan tahapan pelepasliaran. pada pemeriksaan Di sisi lain, ada juga beberapa kasus harimau tertangkap dalam
Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat adalah kunci terakhir mendekati kondisi normal secara isik tapi proses pelepasannya tak bisa segera
yang menentukan masa depan harimau tangkapan. Prosesnya perlu hari pelepasliaran. dilakukan, baik ke habitat asalnya ataupun ke habitat lain. Hal itu
melibatkan orang-orang berkompeten, seperti dokter hewan, ahli Perangkat GPS terjadi lantaran mesti menimbang banyak hal, seperti penentuan
biologi, ahli ekologi dan ahli perilaku harimau. Keputusan tindakan membantu tim lokasi pelepasliaran, tidak tersedianya perangkat pemantau kalung
yang akan diambil terhadap harimau tangkapan perlu menimbang memantau pergerakan GPS (GPS collar), dan lain-lain.
harimau dalam jangka Dalam melepas satwa liar, termasuk harimau, kesehatan menjadi
beberapa aspek: kesehatan, biologi dan ekologi.
pendek.
Kondisi kesehatan harimau yang akan dilepas tentu saja harus salah satu aspek penting yang harus diperhatikan. Prinsip utama
normal untuk menunjang kelangsungan hidupnya di alam liar. Ia pelepasliaran adalah mencegah penularan penyakit, terutama yang
juga mesti bebas dari gangguan kesehatan, semisal tidak mengidap infeksius, dari harimau yang dilepas ke populasi harimau yang
penyakit yang dapat menular kepada harimau liar lainnya. Dalam sudah menghuni habitat setempat. Dan, tentu saja harus tetap
hal ini, dokter hewan bertanggung jawab atas penilaian kesehatan memperlakukan si harimau tangkapan sebagai harimau liar, bukan
si harimau, berdasarkan pemeriksaan isik secara langsung dan harimau captive.
pemeriksaan sampel biologis, seperti darah, feses, organ, dan bagian Pemeriksaan isik dapat dilakukan melalui observasi langsung
lain yang diperlukan. untuk menentukan skor kondisi tubuh, kehamilan, jenis kelamin,
Seringkali pada kasus harimau yang terjerat, kaki yang terluka luka luar yang dapat teramati dan abnormalitas tubuh luar lainnya.
tak dapat diselamatkan sehingga harus diamputasi. Pada kasus seperti Hasil observasi tersebut dapat dijadikan pertimbangan apakah
itu, harimau tidak dapat dilepasliarkan kembali karena ia bakal sulit harimau dapat segera dilepas, atau masih perlu tindakan medis
bertahan hidup dalam kondisi cacat. lanjutan sebelum dilepas.
FOTO: AHMAD FAISAL - ZSL INDONESIA

222 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 223
Pun, tim medis perlu mengambil sampel biologis, seperti darah,
feses, dan rambut. Tak hanya untuk medis, pencuplikan sampel
juga penting buat pemeriksaan genetika. Informasi genetika kelak
bermanfaat dalam pengelolaan kantong-kantong populasi harimau
yang tersebar di kawasan yang terfragmentasi—yang dihuni beberapa
harimau, bahkan sangat sedikit individu.
Sampel biologis tersebut juga dapat menjadi bahan penelitian,
mengingat sedikitnya informasi untuk pemantauan kesehatan harimau
liar. Uji laboratorium terhadap sampel darah dapat memberikan
informasi mengenai kesehatan harimau apakah terinfeksi parasit,
bakteri, virus, ataupun adanya kelainan sistemik tubuh lainnya.
Namun, berdasarkan pengalaman, nampaknya perlu adanya
panduan dalam menentukan kondisi harimau liar yang memadai Harimau bernama Gadis Liku ini akhirnya keluar dari kandang
untuk dilepasliarkan. Misalnya saja, status kesehatan standar untuk untuk bebas kembali di Taman Nasional Kerinci Seblat. Ia sempat
melewati perawatan selama dua bulan di Taman Margasatwa dan
menentukan apakah harimau dapat dilepas langsung, atau masih perlu
Budaya Kinantan Bukittinggi. Pada Mei 2016, ia memangsa sapi
intervensi medis sebelum pelepasan. Dengan demikian, penilaian
masyarakat di Ranah Pesisir, Pesisir Selatan. Setelah penghalauan,
kesehatan sesuai standar baku, bukan berdasarkan subjektivitas
rupanya ia masih berkeliaran. Untuk mencegah jatuhnya korban
dokter hewan.
manusia maupun si harimau, Balai Konservasi Sumber Daya Alam
Melengkapi aspek kesehatan, aspek biologi juga perlu diperhatikan Sumatra Barat memutuskan untuk menangkapnya. Sebelum
dalam menyelamatkan harimau konlik. Salah satunya: apakah harimau dilepaskan kembali, tim medis memeriksa kesehatan Gadis Liku.
konlik itu perlu ditangkap atau tidak. Seandainya perlu ditangkap,
harus juga menimbang kemungkinan dan peluang pelepasliaran
pasca-penangkapan. Aspek biologi yang perlu diperhatikan antara
lain umur, jenis kelamin, dan tingkah laku. Hal-hal itu yang menjadi
dasar yang menentukan harimau tangkapan dapat segera dilepas,
berikut tahap-tahap pelepasliarannya.
Dalam banyak kasus, harimau konlik yang ditangkap adalah
dewasa muda yang produktif, umur tiga sampai lima tahun, sehingga
penting dilepasliarkan untuk menunjang keberlangsungan populasi
harimau di alam.
Harimau betina yang produktif memiliki prioritas untuk
dilepasliarkan agar dapat berkembang biak. Sementara itu, pejantan
berperan untuk menjaga dan menyebarluaskan variasi genetik.
Namun demikian, di sisi lain, perlu juga memperhatikan sejarah
konlik dan tingkah laku si harimau. Misalnya, apakah harimau itu
pernah memangsa manusia atau menyerang ternak.
Untuk harimau dengan riwayat pernah memangsa manusia,
atau biasa disebut man-eater, beberapa ahli dan praktisi tidak
merekomendasikan untuk dilepasliarkan. Pengalaman dari beberapa
kasus di India, meski sudah melewati proses rehabilitasi, dan lalu
dilepas, harimau yang pernah memangsa manusia ternyata kembali
melakukan perbuatannya.
FOTO: WILSON NOVARINO (SEMUANYA)

224 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 225
Tidak hanya pada saat pelepasliaran, tim ini bertugas mulai dari
sebelum sampai sesudah pelepasliaran. Pendeknya, tim bekerja
mulai dari menentukan titik lokasi lepas, tahap-tahap saat pelepasan,
dan pemantuan usai lepas liar.
Lokasi pelepasliaran ditentukan berdasarkan kajian ekologi dan
analisis kesesuaian habitat dengan variabel spasial dan non-spasial.
Secara umum, kajian ekologi menyangkut beberapa hal, seperti
ketersediaan mangsa, ancaman perburuan, aktivitas manusia, tipe
habitat, topograi, populasi harimau liar, dan sosial masyarakat.
Tentu saja titik pelepasliaran yang sangat disarankan adalah lanskap
yang sama dengan lokasi penangkapan si harimau. Harapannya, hal
ini dapat menjaga keberlangsungan populasi harimau di lanskap
tersebut.
Setelah pelepasliaran, tim akan memonitor pergerakan harimau.
Pada tahap inilah kalung GPS sangat berguna untuk memantau
pergerakan dan lokasi harimau secara berkala. Pemasangan kalung
GPS sebaiknya dilakukan pada saat harimau dibius dalam pemeriksaan
kesehatan menjelang pelepasan.
Pemasangan kalung GPS mendekati pelepasan ini untuk
menghindari pemakaian baterai yang tidak perlu. Dan, perlu juga
memastikan kalung GPS dapat berfungsi baik, dan sabuknya tidak
mencederai harimau.
Pemantauan pergerakan harimau dapat dilakukan selama periode
yang telah disepakati bersama tim monitoring. Jika terdeteksi
harimau mendekati pemukiman, atau tak bergerak dalam waktu
Desain kandang angkut tak terlalu terbuka agar harimau tak terlihat lama, tim harus segera menuju titik lokasi untuk memeriksanya.
dari luar. Namun kandang mesti berventilasi, dan berlubang pakan Jika harimau berada dekat pemukiman, maka tim dapat
yang cukup, untuk mencegah harimau mengalami stres. Saat melakukan pengusiran. Jika terdeteksi tak bergerak dalam waktu
pelepasan, harimau dipastikan dalam keadaan sadar, dan cukup lama, tim harus memeriksa ke titik lokasi untuk mengonfirmasi
isitirahat usai pengangkutan. Alat dokumentasi, katrol penarik keadaan si harimau.
pintu, jalur keluar harimau, dokter hewan, dan petugas bersenjata Hanya saja, pemantauan dengan kalung GPS hanya untuk jangka
api mesti dipersiapkan secara matang dan siap siaga. pendek, hanya dalam kisaran beberapa bulan. Sementara untuk
pemantauan jangka panjang, tim dapat memakai kamera jebak.
Akhirnya, harimau pemangsa manusia itu harus ditangkap kembali, Pelepasliaran harimau selalu menjadi berita yang sensasional di
atau ditembak mati. Kendati begitu, hal itu masih menjadi perdebatan media massa. Namun ada juga aspek lain yang tak kalah penting,
para ahli dan praktisi sehingga perlu penelitian lebih lanjut. yaitu upaya memperbaiki habitat harimau dan perlindungan dari
Dalam menentukan harimau tangkapan layak dilepasliarkan atau perburuan. Tanpa upaya-upaya itu, pelepasliaran akan menjadi
tidak, harus berdasarkan pertimbangan tim yang terdiri dari dokter kurang berguna.
hewan, ahli biologi dan ekologi harimau. Dan selanjutnya, unit Pada akhirnya, upaya pelepasliaran dapat dikatakan berhasil bila
pelaksana teknis konservasi sumber daya alam setempat membentuk harimau dapat bertahan hidup berdampingan dengan manusia, dan
tim pelepasliaran: dokter hewan, ahli biologi, polisi kehutanan dan populasinya tetap terjaga. Hal ini dapat dicapai dengan perencanaan
pihak terkait lainnya. dan penanganan yang baik dengan melibatkan para pihak terkait.***
FOTO: AHMAD FAISAL - ZSL INDONESIA

226 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 227
INSPIRASI DARI SAINS
FAHRUL AMAMA

Menuju kemandirian masyarakat sebagai pelestari harimau


sumatra.

Dalam pelestarian harimau sumatra, Wildlife Conservation Society


senantiasa menerapkan pendekatan konservasi berbasis sains. Upaya
konservasi diawali dengan survei lapangan untuk mendapatkan data
kepadatan populasi dan menentukan status konservasi. Pendekatan
sains juga digunakan untuk mengidentiikasi faktor pembatas dan
ancaman kelestarian harimau. Secara umum, strategi WCS dalam
konservasi hidupan liar adalah “Discover-Protect-Inspire.”
Ancaman utama bagi pemangsa ini adalah menurunnya populasi
akibat perburuan. Harimau dibunuh untuk diambil kulit, tulang, Masyarakat Data patroli yang memadai diharapkan dapat memberikan
dan organ tubuhnya yang lain. Pada saat yang sama, satwa mangsa membangun kandang informasi akurat bagi pengelolaan kawasan konservasi. Untuk itu,
harimau pun diburu, sementara hutan habitatnya tak sedikit yang ternak anti-serangan WCS terus meningkatkan dukungan bagi patroli perlindungan dari
dirombak. Dampaknya berantai: daerah jelajah harimau berubah, harimau secara mandiri tahun ke tahun. Berkat dukungan itu, cakupan patroli di Bukit Barisan
dan pecahlah konlik dengan manusia. di batas Taman Nasional Selatan meningkat, dari 18 persen dari luas kawasan pada 2014, jadi
Perseteruan itu umumnya berupa pemangsaan ternak, atau Bukit Barisan Selatan. 27 persen pada 2017. Sementara di Leuser, luas areal yang dipatroli
Selain menjaga aset pada 2014 hanya mencakup 8,3 persen, meningkat jadi 16,4 persen
harimau berkeliaran di pemukiman. Pemangsaan ternak mendorong
ternak aman, peternak
manusia melakukan aksi balas dendam, yang berdampak pada dari luas kawasan pada 2017.
juga nyaman dan tidak
menurunnya populasi harimau. Untuk meningkatkan upaya mitigasi konlik manusia dengan
resah.
Karena itu, seluruh upaya WCS dilakukan di habitat kunci harimau, satwa liar, WCS memulai program Wildlife Response Unit (WRU)
seperti perlindungan, mitigasi konlik, dukungan penegakan hukum, pada 2007. Program ini untuk mengurangi kerugian dan mencegah
serta kampanye. Hakikatnya, WCS menerapkan pendekatan berbasis jatuhnya korban, baik manusia maupun satwa liar, dengan merespon
lanskap di tingkat tapak, sebagai bagian dari implementasi strategi konlik secara cepat dan eisien. Kehadiran unit tanggap satwa liar
nasional konservasi harimau. ini juga memperkuat implementasi kebijakan dan pengembangan
Perlindungan kawasan konservasi menjadi kunci utama dalam teknik penanggulangan konlik melalui peningkatan peran, kapasitas,
melestarikan harimau di alam. Karena itu, Wildlife Conservation ketrampilan, dan kemandirian para pihak.
Society mendorong perlindungan kawasan secara kolaboratif dan Dalam menangangi konlik, unit tanggap satwa liar memakai
terpadu di tiga taman nasional: Gunung Leuser, Bukit Barisan Selatan, pendekatan yang tak mematikan, dengan memfasilitasi masyarakat
dan Way Kambas. Dukungan tersebut melalui patroli berbasis Spatial membangun kandang ternak anti-serangan harimau (tiger proof
Monitoring and Reporting Tool (SMART). Berkolaborasi dengan mitra enclosure-TPE). Wildlife Response Unit pun mengembangkan inovasi
lainnya, WCS mendukung pemangku kawasan menjaga intensitas dengan menggunakan alat penanggulangan konlik dan melatih
dan konsistensi patroli. masyarakat menangani satwa liar—termasuk dokter hewan.
FOTO: EDY SUSANTO

228 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 229
Selama 2008-2017, Wildlife Response Unit telah merespon 550
konlik harimau-manusia dan mendorong pembangunan 500 unit
kandang anti-pemangsaan di 50 desa di lanskap Leuser dan Bukit
Barisan Selatan. Dari pengalaman, respon cepat unit ini sangat
menentukan keberhasilan dalam penanganan konlik. Dan, yang tak
kalah penting, tim mampu memelihara persepsi positif masyarakat
terhadap harimau.
Hasilnya, hingga kini di lanskap Leuser dan Bukit Barisan Selatan,
tidak ada harimau yang terbunuh akibat aksi balas dendam karena
memangsa ternak. Kandang anti-pemangsaan juga amat efektif, dalam
arti tak tercatat adanya harimau memangsa ternak di dalam kandang.
Secara konsisten pula, WCS mendukung penegakan hukum
dari pihak berwenang. Penegakan hukum memberikan efek jera
untuk mencegah pembunuhan harimau dengan dalih balas dendam.
Tindakan balas dendam ditengarai juga berkaitan dengan perburuan
dan perdagangan harimau. Di sisi lain, untuk meningkatkan persepsi
positif terhadap harimau, WCS menggelar kampanye penyadartahuan
masyarakat. Kampanye dibarengi dengan promosi prinsip hidup ko-
eksis dengan membangun sikap toleran terhadap keberadaan harimau.
Hasilnya, sudah sewajarnya semua upaya tersebut bisa mengurangi
ataupun menghentikan ancaman bagi harimau dan habitatnya. Staf Balai Besar Pada 2017, WCS menginisiasi pengembangan masyarakat
Indikasi positifnya dapat dilihat dari hasil survei kamera jebak di Taman Nasional Bukti desa mandiri (MDM) dalam mitigasi konlik di sebelas desa di
Bukit Barisan Selatan pada 2015. Untuk kawasan hutan dataran Barisan Selatan dan lanskap Leuser dan Bukit Barisan Selatan. Konlik yang sporadis,
rendah Bukit Barisan Selatan, perkiraan kepadatan harimau 2,8 tim Wildlife Response tersebar luas, dan cenderung berulang membutuhkan kemandirian
individu per 100 kilometer persegi adalah angka yang bagus. Unit WCS berdiskusi masyarakat dalam menanganinya. Dengan bekal mitigasi konlik,
Di Gunung Leuser, khususnya di Langkat-Bendahara, hasil dengan satuan tugas masyarakat setempat bisa lebih cepat dalam menanggapi konlik
survei menunjukkan indikasi peningkatan populasi. Pada 2010, konlik mandiri di desa harimau. Masyarakat desa mandiri dapat meredam konlik agar
perkiraan kepadatan harimau 0,44 individu per 100 kilometer Sukaraja. Satgas mandiri
tidak berkembang menjadi membahayakan kedua belah pihak.
ini memungkinkan
persegi, meningkat jadi 0,46 pada 2013. Dan pada 2018, angkanya Wildlife Response Unit bekerja bersama masyarakat membangun
warga melakukan
naik menjadi 0,59 individu. kemandirian itu melalui pendampingan, pelatihan, sosialisasi dan
mitigasi konlik untuk
Hasil analisis deforestasi di Gunung Leuser dan Bukit Barisan kampanye. Di lanskap Leuser, delapan desa di Aceh dan Sumatra
menyelamatkan
Selatan juga menggembirakan. Laju kehilangan hutan di Taman Utara telah didampingi sejak 2017. Lima desa di antaranya, Seumanah
manusia dan satwa.
Nasional Gunung Leuser pada 2011 yang 0,29 hektare per tahun, Jaya, Panton Lues, Batu Napal, Terlis, dan Listen, telah membentuk
berkurang menjadi 0,27 di 2015. Dan, pada 2017 menjadi 0,01. Semua kelompok swadaya masyarakat (KSM) dan satgas mitigasi konlik
hasil positif ini menunjukkan implementasi yang konsisten akan sendiri. Dua satgas mitigasi konlik yang terbentuk telah bekerja
membawa dampak positif bagi pelestarian harimau dan habitatnya. efektif berdasarkan surat keputusan desa.
Di Bukit Barisan Selatan, penurunan laju deforestasi cukup tinggi Sementara di Bukit Barisan Selatan, satgas mitigasi konlik di
terjadi, khususnya di wilayah perlindungan intensif (IPZ). Laju desa mempromosikan pembangunan kandang ternak anti-serangan
deforestasinya menurun dari 0,18 persen per tahun pada 2000-2005 harimau kepada masyarakat. Peternak mulai membangun kandang
menjadi 0,02 persen pada 2005-2011. Pada 2011-2015, laju deforestasi anti-serangan secara mandiri, dan memandangnya sebagai proteksi
menjadi -0,04 yang menunjukkan bertambahnya tutupan hutan dari terhadap investasi dalam usaha peternakan. Masyarakat yang
suksesi sekunder di areal bekas perambahan—khususnya di Resor berketrampilan, sadar, dan berdaya, pada gilirannya akan menjelma
Sukaraja Atas. menjadi masyarakat mandiri pelestari harimau.***
FOTO: AGUS PRIJONO

230 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 231
KEARIFAN DI BATAS BUKIT BARISAN SELATAN

Wildlife Response Unit, tim dari Wildlife Conservation


Society – Indonesia Program, bekerja di bentang alam Taman
Nasional Bukit Barisan Selatan. Tim ini menanggapi segala
bentuk konlik satwa liar dengan manusia. Salah satu peristiwa
konlik terjadi di Way Asahan, Desa Kubu Perahu, di sekitar
taman nasional. Tim lantas sosialisasi, dan mendapati jejak
yang diduga induk harimau dan anaknya.
Salah seorang tetua Kubu Perahu, Selamet, mengatakan Saat di hutan, kehadiran harimau ditandai bau anyir yang Warga mengunduh
ternaknya pernah dimangsa harimau. Sejak 1970, Selamet telah khas. Tiba-tiba nyamuk ataupun agas pun bertambah banyak. getah di hutan damar,
hidup dan menetap di Kubu Perahu. Sebagian masyarakat Kubu Primata siamang kadang juga melengking dengan nada tak jauh dari Taman
Perahu meyakini ada dua golongan harimau: jadi-jadian dan pendek. Bila harimau memang ada di sekitaran, warga biasanya Nasional Bukit Barisan
sungguhan. Harimau jejadian dipercaya melintasi pemukiman di menyalakan rokok yang beraroma tajam. Ini untuk menghalangi Selatan. Tegakan damar
bulan tertentu, biasanya Muharam. Harimau jadi-jadian juga harimau mengendus kehadiran manusia. Tentu saja, tetap milik masyarakat ini
diyakini sebagai perwujudan prajurit Prabu Siliwangi, raja Pajajaran berdoa dan berpikir positif: memasuki hutan dengan niat baik. membentuk hutan yang
dari tanah Pasundan. Karena itu, pada Muharam, warga desa Tak hanya harimau, kearifan lokal juga berkaitan dengan satwa bisa menjadi tambahan
membatasi aktivitasnya, terutama saat malam hari. liar lain. Pecing misalnya, zat pembau yang digunakan untuk habitat bagi harimau.
Dalam kearifan Kubu Perahu, sebagian orang yang pernah mengusir babi hutan yang menjadi hama bagi petani. Pecing Sayangnya, kini pewaris
ke hutan pernah bertemu sosok yang selalu bertopi yang terbuat dari darah kambing yang disimpan dalam waktu lama. menebangi hutan damar
diyakini sebagai manusia harimau. Berbeda dengan harimau Atau, ada juga yang membuat rajah bertuliskan Arab yang untuk diambil kayu,
jejadian, kata Selamet, harimau sungguhan biasanya cenderung dijampi-jampi tetua. Warga lebih memilih pecing ketimbang dan ganti komoditas
menghindar bila bertemu manusia. jaring bentang untuk melindungi tanamannya. Mereka khawatir, budidaya.
Manajer Program Lanskap Bukit Barisan Selatan Firdaus jika memakai jaring, yang masuk malah harimau.
R. Affandi menuturkan, begitu banyak kearifan lokal di Kubu Saat ini, generasi seusia Selamet sudah langka. Tak banyak
Perahu. Sosok harimau sumatra diagungkan dalam berbagai lagi yang memahami kearifan lokal dalam berkomunikasi
kepercayaan. “Manusia dan harimau membangun sebentuk dengan alam. Pemangsaan ternak oleh harimau adalah
komunikasi dengan bijak. Warga menghalau harimau cukup konsekuensi dari siklus alam yang terganggu. Hutan di Kubu
dengan kearifan lokal, tidak dengan sarana yang terbilang Perahu masih bagus, namun sudah banyak warga dari luar
kasar, seperti meledakkan petasan,” terangnya. desa yang memburu satwa liar, termasuk harimau.
Dahulu, saat menemukan jejak harimau, warga biasanya Firdaus mengungkapkan, agar harimau tidak memangsa
menutupinya dengan dedaunan. Maksudnya, mencegah ternak, dapat dicegah dengan tidak memburu satwa
harimau kembali lagi di masa depan. Pun, ada kepercayaan mangsanya. Nampaknya dibutuhkan banyak masyarakat, seperti
lokal: jangan sampai jejaknya terinjak, karena niscaya si harimau Selamet, yang memakai logika alam dan kearifan lokal: harimau
akan mengikuti si penginjak. dan hutan tak terpisahkan dari kehidupan manusia.
FOTO: AGUS PRIJONO

232 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 233
Masyarakat Pesanguan, desa penyangga
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, memiliki
satuan tugas mandiri konlik satwa liar dengan
manusia. Satuan tugas ini berada di garis
depan pananganan konlik, mengingat lokasi
yang terpencil dan sulit dijangkau tim Wildlife
Respon Unit WCS dan taman nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO

234 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 235
AKSI KONSERVASI DI ULU MASEN
SILFI IRIYANI

Pendekatan konservasi dengan skema hutan desa: manfaat bagi


masyarakat dan melindungi harimau.

Ulu Masen merupakan hamparan ekosistem yang mencakup


berbagai jenis kawasan hutan. Fauna & Flora International mencatat,
sebagian besar kawasan Ulu Masen terdiri dari hutan lindung dan
cagar alam, sebagian lagi hutan produksi, sedikit areal penggunaan
lain dan non-hutan.
Ekosistem Ulu Masen memiliki biodiversitas tinggi dan menjadi
salah satu habitat harimau sumatra. Karena itu, kawasan ini menjadi
salah satu habitat rekomendasi Global Tiger Recovery untuk Lanskap Ulu Masen desa di Pidie dan Pidie Jaya, Aceh. Di Pidie, meliputi Gampong Mane,
pemulihan harimau sumatra. tercakup dalam 4.620 hektare; Gampong Blang Dalam, 1.048 hektare, dan Gampong
Ulu Masen berada dalam wilayah yang dilindungi versi IUCN ekosistem Leuser yang Lutueng, 2.271 hektare. Sementara di Pidie Jaya: Gampong Blang
membentang di Aceh Sukon, 1.110 hektare, dan Gampong Kayee Jatoe, 1.088 hektare.
tingkat VI. Artinya, Ulu Masen merupakan kawasan lindung dengan
dan Sumatra Utara. Sebagai salah satu pendekatan dalam konservasi harimau, hutan
rekomendasi untuk dikelola secara terpadu berbasis masyarakat,
Kawasan ini sarat desa juga memberikan manfaat bagi masyarakat pengelola hutan
perlindungan ekosistem, dan minim pembangunan industri.
jasa lingkungan yang desa. Dalam dokumen 'Tiger Conservation Landscape' disebutkan
Nilai penting itulah yang menjadi pertimbangan aksi konservasi menyokong kehidupan
FFI di wilayah ini. Aksi konservasi tidak hanya dalam aspek perlindungan terhadap habitat harimau juga dapat memberikan
manusia, lora dan
perlindungan, namun juga kerja kolaboratif dengan para pihak untuk manfaat bagi kehidupan manusia.
fauna.
memperkuat dampak dan manfaat konservasi. Manfaat dan fungsi ekosistem Ulu Masen memberi manfaat jasa
Beberapa pendekatan konservasi merujuk pada kepentingan lingkungan dan ekonomi, baik bagi masyarakat sekitar. Sehingga,
mendasar. Pertama, kolaborasi melindungi habitat untuk mengurangi kawasan ini kemudian didorong untuk dikelola masyarakat
ancaman kerusakan hutan dengan patroli bersama, terdiri dari melalui skema hutan desa. Skema ini sekaligus bagian dari upaya
Kesatuan Pengelolaan Hutan Wilayah I Aceh, FFI Aceh Program, dan perlindungan habitat harimau sumatera.
tim patroli dari unsur masyarakat. Kedua, kolaborasi mengurangi Sementara itu, dalam perlindungan habitat dan hewan mangsa,
perburuan dan perdagangan satwa melalui operasi jerat dan sejak 2016 hingga 2018 telah dilakukan patroli bersama KPH I Aceh.
membentuk jaringan informan. Ketiga, memperkuat kelembagaan Fauna & Flora International Aceh bersama tujuh community ranger
pengelola hutan di tingkat tapak. dan KPH I melakukan patroli selama 565 hari dengan jarak tempuh
Selain itu, juga dilakukan pelatihan dalam pengelolaan kawasan 3.300 kilometer.
hutan, baik bagi KPH I Aceh, masyarakat, dan mitra lokal. Aktivitas Patroli ini fokus di wilayah Ulu Masen yang berada di wilayah
ini untuk penguatan data dasar dalam mendukung konservasi pengelolaan KPH I. Jumlah hari patroli paling banyak pada 2017:
harimau sumatra. Hingga saat ini, FFI Aceh Program telah berupaya 306 hari, dan melibatkan tujuh komunitas jagawana dengan jarak
melindungi habitat harimau dengan mendorong pengelolaan hutan tempuh 1.750 km.
FOTO: DWI OBLO

236 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 237
Keumala Rangger
713 km

JEJAK PATROLI 2016 - 2018


Dalam upaya perlindungan habitat harimau
dan mangsanya, sejak 2016 hingga 2018
digelar patroli bersama: FFI, Kesatuan
Pengelolaan Hutan Wilayah I Aceh, dan Blang Raweu Rangger
tujuh komunitas ranger. Patroli berfokus
pada wilayah Ulu Masen di wilayah kelolaan
KPH I. Jumlah hari patroli terbanyak pada
2017: 306 hari, melibatkan tujuh komunitas
ranger. Sementara pada 2016, hanya lima
Beungga Rangger
komunitas ranger. Perbedaan ini karena pada
2017 dan 2018, patroli didukung program
persatuan konservasi alam dunia IUCN, yang
diselaraskan dengan patroli di hutan desa.
Meutala Rangger

Lembah Paleng Rangger


Lanskap Ulu Masen Pada 2016 hanya lima tim patroli hutan masyarakat yang aktif
sarat jasa lingkungan dan melakukan patroli selama 129 hari patroli, dengan jarak tempuh
Sabee Rangger
yang menyokong 848 km. Adanya perbedaan ini dikarenakan pada 2017 dan 2018
kehidupan manusia, aktivitas patroli didukung IUCN yang juga diserasikan dengan patroli
lora dan fauna. di wilayah hutan desa.
Patroli swadaya dari pengelola hutan desa dilakukan melalui
pendanaan dari berbagai sumber. Salah satunya, pembiayaan dari hasil
usaha kelompok yang dikontribusikan untuk patroli hutan. Lembaga
JENIS TEMUAN SELAMA PATROLI 2016 - 2018
pengelola hutan desa secara reguler juga dilatih beragam keterampilan
KAYU ILEGAL Jantho Rangger pengelolaan hutan desa, termasuk pemahaman konservasi harimau
248 km sumatra dan habitatnya. Hasil survei FFI pada 2017 menunjukkan

1.017 kubik
masyarakat sekitar hutan desa memiliki pemahaman yang baik
tentang harimau sebagai satwa dilindungi, juga gajah, trenggiling, dan
orangutan.
PEMBALAKAN KAYU Selama 2016 – 2018, tim patroli menemukan 233 tanda-

665 101
tanda aktivitas perambahan, 665 tanda pembalakan liar, 19 tanda
pertambangan ilegal, 136 temuan tanda perburuan satwa. Patroli
juga menghancurkan 119 jerat, dan temuan 1.000 kubik kayu hasil
PERAMBAHAN penjarahan. Patroli juga menemukan tanda keberadaan harimau
233 sumatra berupa jejak dan rekaman kamera jebak. Tantangan terbesar
yang dihadapi dalam konservasi harimau, di antaranya penegakan
PERBURUAN hukum terhadap aktivitas yang mengancam habitat dan harimau.
Untuk mengatasi tantangan itu, FFI Aceh bersama Balai
136 45
Konservasi Sumber Daya Alam, dan KPH I melakukan koordinasi
JERAT DIHANCURKAN dan bersinergi secara aktif. Salah satu upaya yang dilakukan secara
119 nyata: mensinergikan rencana kerja, memperkuat kapasitas tim, dan
penyadartahuan bersama. ***
PERTAMBANGAN
FOTO: RADINAL/FFI ACEH
19
238 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 239
Hari patroli Jarak tempuh
HUTAN DESA DAN KONSERVASI
DEDI KISWAYADI

Pengelolaan hutan berbasis masyarakat untuk pengembangan


ekonomi, pembangunan desa, dan konservasi.

Fauna & Flora International telah mendorong pengelolaan


hutan di tingkat tapak melalui skema hutan desa. Pengelolaan hutan
berbasis desa, atau gampong di Aceh, merupakan tingkatan terkecil
pengelolaan di tingkat tapak dalam konteks lokasi. Meski begitu,
tetap diperlukan penyesuaian dalam konteks budaya mukim sebagai
identitas kelembagaan masyarakat yang menghimpun beberapa desa
(gampong-gampong). Dalam konteks pengelolaan yan lebih padu,
direkomendasikan untuk pola pengaturan pengelolaan yang diperkuat
di level kemukiman dalam hal penyusunan reusam atau aturan.
Pengelolaan hutan berbasis masyarakat melalui perhutanan sosial
merupakan salah satu upaya dalam melindungi habitat dan satwa
yang dilindungi. Pada 2013, FFI memfasilitasi lima hutan desa di dua
kabupaten: Pidie dan Pidie Jaya, total area lebih dari 10 ribu hektare.
Hutan desa itu sudah mendapatkan penetapan areal kerja (PAK) dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2015 dan hak
pengelolaan hutan desa (HPHD) dari gubernur Aceh pada 2016.
Lima lokasi hutan desa itu terbagi dalam dua blok hutan. Pada
2017, FFI memfasilitasi tiga gampong di Pidie dan 1 desa di Aceh
Besar. Saat ini, ada empat lokasi yang telah diusulkan, dan sudah
diveriikasi Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan
wilayah Sumatra dengan luas 21.594 hektare. Berdasarkan peta
Masyarakat mengolah rotan yang dipanen dari kawasan hutan desa
indikatif, 79.026 hektare kawasan Ulu Masen dicadangkan sebagai
untuk dijadikan tudung sajian makanan. Selain itu, masyarakat juga
wilayah perhutanan sosial. Dan, FFI mendorong dan memfasilitasi
memanfaatkan hasil hutan bukan kayu lainnya dari hutan desa,
sekitar 31.731 hektare untuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat.
untuk mendorong ekonomi masyarakat. Hasil olahan ini dipasarkan
Dalam fasilitasi itu, FFI mendorong desa melakukan beberapa
ke kota terdekat dan ada juga yang ditampung pengusaha rotan.
kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan, pengembangan Dari penjualan, hasilnya dibagi untuk si pembuat kerajinan dengan
ekonomi, dan konservasi. Di antaranya: penyusunan rencana kelola lembaga pengelola hutan desa.
hutan desa dan qanun desa, mendorong pemanfaatan dana desa
untuk patroli, mitigasi konlik, rehabilitasi lahan, dan pemberdayaan
ekonomi melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu.
FOTO: BOYHAQI/FFI ACEH

240 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 241
Hutan desa di Ulu Masen sungguh
berlimpah hasil bumi. Salah satunya
durian. Warga ini memikul durian
dari hutan desa, melewati seutas
kabel penyeberangan.

Salah satu klausul qanun adalah perlindungan beberapa spesies


penting: harimau, gajah, orangutan, rangkong, trenggiling, murai
batu, dan hewan lain yang dilindungi. Selain itu, juga tanaman endemik
lokal, seperti meudang jeumpa (Elmerrillia tsiampaca).
Selain itu, FFI juga melakukan pelatihan untuk meningkatkan
kapasitas pengelola hutan desa dan masyarakat. Beberapa pelatihan
yang telah diinisiasi: penyusunan rencana pengelolaan hutan desa,
teknik pembibitan dan pengembangan kebun bibit, pelatihan
peradilan adat, patroli monitoring keanekaragaman hayati.
Juga ada lokalatih skema pengurangan emisi dari deforestrasi
dan degradasi hutan, pelatihan dekorasi pelaminan dan menjahit
untuk ibu-ibu, pelatihan kerajinan rotan, penggemukan sapi serta
sekolah lapang yang bekerjasama dengan Balai Perhutanan Sosial
wilayah Sumatra.
Dengan adanya hutan desa, masyarakat dapat memanfaatkan
hasil hutan bukan kayu, seperti jernang dan rotan tanpa rasa takut
akan ditangkap pengaman hutan atau pihak kepolisian. Selain
itu, lembaga pengelola juga menjalin kerjasama dengan beberapa
pengusaha rotan untuk menampung hasil rotan dari hutan desa.
Sampai saat ini, kelompok ibu-ibu mendukung pengelolaan hutan
desa melalui usaha pelaminan telah menghasilkan pendapatan
bersih 5,8 juta rupiah.
Masyarakat sekitar juga melakukan perlindungan hutan desa.
Berada dekat dengan hutan desa, mereka mencegah perburuan satwa,
mencegah masuknya orang dari luar desa yang akan memanen hasil
hutan, serta menjaga lubuk sungai dari oknum yang ingin menuba
dan menyetrum ikan.
Sebab, selama aturan pengelolaan terus berjalan, pendapatan
masyarakat akan meningkat—khususnya yang memanfaatkan ikan
jurung dari sungai di dalam hutan desa. Masyarakat bisa mendapatkan
penghasilan minimal 150 ribu rupiah per hari.***
FOTO: BOYHAQI/FFI ACEH

242 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 243
HARIMAU RAWA GAMBUT
TOMI ARIYANTO DAN YOAN DINATA

Upaya konservasi karnivor di bentang alam rawa gambut Berbak-


Sembilang. Harimau terjaga, masyarakat sejahtera.

Hamparan hutan rawa gambut di Sumatra terbentang di pesisir


timur, di antaranya bentang alam Berbak-Sembilang. Kawasan yang
berada di batas Jambi dan Sumatra Selatan ini menjadi tandon karbon
tertinggi di Indonesia yang mencapai 100 juta ton.
Sejak 1990-an, tekanan terhadap hutan lanskap ini meningkat
pesat karena pesatnya pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan
pembukaan lahan, pembalakan, dan kebakaran hutan. Kebakaran
hutan di rawa gambut menjadi isu utama kehutanan dan perubahan Harimau di Berbak- Pemantauan populasi harimau di hutan rawa gambut memiliki
iklim, yang berpengaruh terhadap ekonomi nasional. Sembilang mampu tantangan tersendiri dibandingkan dengan bentang alam lain.
Pentingnya lanskap ini mendorong pemerintah menetapkan beradaptasi dengan Jika di bentang alam lain, jalur satwa mudah diidentiikasi dengan
habitatnya yang melihat punggungan bukit. Namun di rawa gambut, tak semudah itu.
Taman Nasional Berbak dan Taman Nasional Sembilang. Dua kawasan
didominasi wilayah Genangan air di musim basah, dan tumpukan serasah kering ketika
ini lalu bergabung menjadi Taman Nasional Berbak-Sembilang pada
berair—sebagian musim kemarau, membuat sangat sedikit jejak yang dapat diamati.
2015, dengan luasan 344.157 hektare. Selain sebagai situs RAMSAR
dipengaruhi pasang Setelah melakukan berbagai percobaan yang melibatkan masyarakat
dan Cagar Biosfer UNESCO, secara global, Berbak-Sembilang juga surut, dan daya dukung
salah satu lanskap konservasi harimau, Tiger Conservation Landscape, dan identiikasi lokasi secara bertahap, pada 2010 untuk pertama
mangsa yang rendah.
kelas IV dengan status ‘kurang data.’ Minimnya pengetahuan kalinya kepadatan harimau di Berbak dapat diperkirakan: 1,02 individu
mengenai harimau mendorong inisiatif konservasi harimau di Berbak- per 100 kilometer persegi. Lalu diikuti dengan monitoring pada 2015:
Sembilang. Untuk itu, Balai Taman Nasional Berbak dan Zoological 1,2 individu, dan 2018: 1,6 individu. Trennya: kepadatan harimau
Society of London mendorong pengarusutamaan isu harimau di meningkat. Apakah tren itu berarti populasi harimau meningkat?
kawasan lahan basah ini. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu kehati-hatian. Ini mengingat,
Program konservasi harimau dikembangkan melalui proyek berdasarkan distribusinya, harimau di Berbak tersebar pada wilayah
karbon, dikenal Berbak Carbon Initiatives Project, menjadi terobosan yang cukup sempit, dengan proporsi tumpang-tindih yang tinggi.
dalam upaya pendanaan jangka panjang. Program tersebut dimulai Hasil kajian okupansi dari data kamera jebak menunjukkan,
pada 2008, yang bersamaan dengan kasus konlik manusia dan harimau hanya 30 persen wilayah Berbak yang dihuni harimau. Kajian lebih
yang cukup besar dan menjadi perhatian luas. Konlik itu menjadi mendalam tentang kebakaran hutan menunjukkan bahwa harimau
sorotan pertama dari khalayak terhadap keberadaan harimau di masih menghuni wilayah bekas kebakaran. Bahkan harimau terfoto
Berbak-Sembilang. Dalam waktu yang berdekatan dengan momentum pada lokasi hutan bekas terbakar. Mengapa hunian harimau di Berbak
itu, Berbak menjadi salah satu bentang alam yang disertakan dalam memiliki proporsi yang cukup kecil? Ini nampaknya dipengaruhi
survei seluruh Sumatra, Sumatra Wide Tiger Survey, yang lantas diikuti adanya bekas kebakaran yang menimbulkan cekungan air di tengah
pemantauan, patroli, dan mitigasi konlik yang berkelanjutan. kawasan sehingga lintasan harimau terputus.
FOTO: TAMAN NASIONAL BERBAK-SEMBILANG
ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON
244 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 245
Sayangnya keberhasilan pemantauan di wilayah Berbak belum
dapat dicapai di wilayah Sembilang. Hingga saat ini, belum diperoleh
data yang cukup untuk analisis populasi.
Distribusi yang cukup sempit tersebut tentu saja menyebabkan
harimau di Berbak sangat rentan terhadap perburuan. Pada 2012,
ditemukan harimau terjerat hingga mati di tengah hutan Berbak.
Selain perburuan dengan jerat konvensional, penggunaan setrum
listrik marak dilakukan di Berbak-Sembilang, baik untuk perburuan
maupun perlindungan kebun dari hama babi.
Setidaknya, hingga saat ini, terdapat dua harimau yang mati
karena kabel listrik voltase tinggi. Bahkan pada 2017-2018, ditemukan
beberapa bukti penggunaan setrum listrik untuk perburuan di
beberapa lokasi. Hal ini mendorong program ujicoba pagar listrik
yang ramah satwa. Kendati sudah ujicoba, penerapannya secara
masif belum dapat dilakukan. Ini terutama teknologinya yang masih
terbilang mahal.
Upaya perlindungan harimau di Berbak-Sembilang secara terus
dilakukan, dan disertai dengan adopsi pengembangan teknologi.
Bahkan Berbak menjadi percobaan pertama teknologi SMART
untuk konservasi harimau pada 2013. Balai Taman Nasional Berbak
Sembilang dan Zoological Society of London membentuk unit
patroli harimau sumatra, Tiger Protection and Patrol Unit (TPPU)
yang didukung dengan perangkat SMART dan cyber tracker untuk
pengelolaan informasi.
Untuk keberlanjutan program, unit patroli itu beranggotakan
polisi hutan dan masyarakat mitra polhut yang aktif berpatroli setiap
bulan. Patroli itu diiringi dengan upaya di luar kawasan: edukasi,
pendampingan masyarakat, serta mitigasi konlik, untuk menjaga
harimau Berbak. Berbak-Sembilang merupakan lanskap lahan basah yang menjaga
Karakteristik harimau di hutan rawa gambut mungkin berbeda cadangan karbon terbesar di Indonesia. Dengan melindungi harimau
berarti melindungi seluruh kekayaan hayati di lanskap ini.
dengan kawasan lain. Harimau di Berbak-Sembilang mampu
beradaptasi dengan habitatnya yang didominasi wilayah berair—
sebagian dipengaruhi pasang surut, dan daya dukung mangsa yang yang telah, dan sedang, berjalan meliputi peningkatan produktivitas
rendah. kakao dan karet di beberapa desa. Program ini untuk meningkatkan
Konsentrasi distribusi harimau di Berbak berhasil teridentiikasi, ekonomi setempat sehingga dapat mengurangi tekanan masyarakat
dan ditetapkan sebagai area inti harimau Berbak (Berbak Tiger ke dalam kawasan taman nasional.
Core Area). Namun, hal ini bagaikan pisau bermata dua. Di satu Prosesnya, bermula dengan penguatan kelompok tani dan
sisi, upaya perlindungan dapat semakin terarah dan terfokus, di sisi pembentukan kelompok belajar, yang disebut sekolah lapang, yang
lain populasi tersebut sangat rentan perburuan ataupun penurunan diadakan setiap bulan. Melalui sekolah lapang, masyarakat memeroleh
keragaman genetika dalam jangka panjang. pengetahuan intensiikasi produk pertanian ramah lingkungan.
Pemberdayaan masyarakat juga salah satu kunci bagi kelestarian Proses sekolah lapang menghasilkan semangat: ‘harimau terjaga,
harimau di bentang alam Berbak-Sembilang. Program kemasyarakatan masyarakat sejahtera.’ ***
FOTO: TAMAN NASIONAL BERBAK-SEMBILANG

246 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 247
MENYISIR ANCAMAN BAGI HARIMAU

10 harimau terbunuh selama 2010-2012. Sedangkan risiko


kematian harimau karena pagar listrik, pembunuhan harimau
yang tak sengaja keluar dari hutan, terjeratnya harimau oleh
jerat satwa lain, serta penyakit memiliki risiko sedang. Ancaman
lain, terbunuhnya harimau oleh racun pestisida di perkebunan
berisiko yang rendah.
Ancaman bagi satwa mangsa terdiri dari perburuan dan
Konservasi harimau membutuhkan pengetahuan mendalam penyakit. Ancaman perburuan satwa mangsa di Berbak-
mengenai ancaman utamanya. Karena itu, pada 2013 disusun Sembilang cukup rendah, sedangkan penyakit berisiko sedang.
dokumen Kajian Ancaman terhadap Harimau di Berbak- Walaupun belum banyak penelitian mengenai penyakit pada
Sembilang (Berbak-Sembilang Tiger Threat Assessment). Kajian satwa mangsa (termasuk ternak) namun penyakit berpotensi
ini untuk mengidentiikasi dan memprioritaskan ancaman mempengaruhi harimau. Sehingga, penyakit satwa mangsa
spesiik terhadap harimau-lanskap. Harapannya, kajian ini berkategori sedang—hingga ada penelitian lebih lanjut.
sebagai dasar mengembangkan rencana aksi mitigasi konlik Dari sisi habitat, ada beberapa ancaman langsung
manusia-harimau dan menjamin kelangsungan populasi dan tak langsung yang berpengaruh terhadap harimau.
ANCAMAN harimau di lanskap konservasi prioritas. Ancaman berisiko tinggi: pembalakan legal maupun illegal,
BERISIKO TINGGI: Dokumen ini akan digunakan untuk mendorong kolaborasi pembangunan infrastruktur komersial, dan perambahan, secara
semua pemangku kepentingan di bentang alam—masyarakat, langsung menyebabkan penurunan kuantitas dan fragmentasi
PEMBALAKAN
pemerintah, perusahaan—dalam menerapkan strategi jangka habitat. Sebagai hutan rawa gambut yang rawan terbakar,
LEGAL MAUPUN kebakaran hutan dan lahan juga berisiko tinggi.
pendek dan panjang konservasi harimau. Ini terutama dari
ILEGAL, perspektif manfaat timbal-balik yang dapat diperoleh dari Ancaman sedang berasal dari pengumpulan hasil hutan
PEMBANGUNAN pengurangan ancaman harimau. bukan kayu dan aktivitas pengambilan ikan. Ancaman ini dinilai
INFRASTRUKTUR Jika ancaman berkurang dan pengelolaan lahan yang sedang karena berpeluang meningkatkan risiko konlik manusia-
KOMERSIAL, DAN efektif diterapkan di Berbak-Sembilang, bukti menunjukkan harimau dan kerusakan habitat. Misalnya, kebakaran hutan dan
hunian harimau dapat pulih dan berkembang secara alami. lahan dapat disebabkan aktivitas pengawetan ikan dengan
PERAMBAHAN.
Dengan kondisi itu, dan adanya habitat yang cukup, akan cara dipanggang, yang meninggalkan api tidak terkendali.
memungkinkan harimau dan manusia hidup berdampingan, Sedangkan pertambahan kebutuhan lahan untuk pertanian dan
tanpa konlik, di lanskap yang sama. ladang penggembalaan dinilai sebagai ancaman yang rendah.
Kajian ini menggali ancaman dari tiga faktor utama: yaitu Hasil kajian memberikan peta jalan bagi penyelamatan
ancaman langsung terhadap harimau, ancaman terhadap harimau di Berbak-Sembilang yang disertai dengan jangka
mangsa, dan ancaman terhadap habitat. Ketiga ancaman itu waktu pelaksanaan. Rekomendasi menekankan sejumlah aspek,
dilihat dari tiga sisi: cakupan geograis, tingkat keparahan yaitu pertama, pembentukan unit penegakan hukum dan
ancaman, dan kemampuan untuk pulih kembali tersebab mitigasi konlik. Kedua, menciptakan sistem manajemen adaptif
ancaman. Masing-masing memiliki empat tingkat risiko: sangat berdasarkan monitoring dan intervensi manajemen yang
tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. efektif. Ketiga, menciptakan dasar hukum untuk melindungi
Untuk ancaman langsung terhadap harimau, hasil kajian habitat harimau di luar kawasan lindung dan menerapkannya
mengungkap perburuan memiliki tingkat risiko yang tinggi. di dalam dan di antara lanskap harimau prioritas. Dan
Risiko tinggi dari perburuan dilihat dari data Wildlife Conlict terakhir, mempertahankan konektivitas antara habitat yang
Response Team, kerjasama Zoological Society of London dan terfragmentasi untuk keberhasilan konservasi harimau di
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jambi yang memperkirakan bentang alam Berbak-Sembilang.

248 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 249
KONSERVASI DI LANSKAP PRIORITAS
RUDIJANTA T NUGRAHA

Harimau sumatra pantas menerima perhatian dan kerja keras


dari seluruh elemen bangsa.

Proyek Sumatran Tiger yang dimulai pada 2016 bertujuan


meningkatkan konservasi keanekaragaman hayati di lanskap prioritas
Sumatra. Untuk mencapai sasaran itu, proyek mengadopsi praktik
manajemen yang baik di kawasan lindung dan lanskap produksi
yang berdekatan. Keberhasilan proyek dengan indikator pemulihan
populasi harimau.
Untuk mencapai sasaran tersebut, Proyek Sumatran Tiger
melakukan intervensi melalui tiga komponen. Komponen pertama, Jagawana Taman melalui berbagai metode mitigasi; kedua, pendekatan dalam dimensi
meningkatkan efektivitas lembaga pengelola wilayah lindung yang Nasional Bukit Barisan manusia dalam menyikapi konlik. Upaya ini perlu kerja jangka
akan membantu mengatasi lemahnya kapasitas manajemen wilayah Selatan bersama panjang dan konsisten sehingga berdampak positif di masa datang.
tim WCS mengecek Sementara itu, pada tataran proyek, kondisi harimau di lanskap
lindung dan kontrol atas sumber daya alam.
kamera jebak untuk prioritas memang sangat tergantung pada intensitas perlindungan dari
Selanjutnya, komponen kedua meliputi membangun sistem
memantau harimau institusi pengelola kawasan lindung—balai taman nasional dan balai
koordinasi lintas-sektoral untuk lanskap-lanskap prioritas guna
sumatra di lanskap konservasi sumber daya alam. Ini mengingat ancaman perburuan
mengatasi hambatan kedua buruknya koordinasi kelembagaan antar Bukit Barisan Selatan.
berbagai organisasi yang bergerak di bidang konservasi hutan dan selalu ada, dan selalu terjadi, bila tidak dipantau secara rutin.
Taman nasional satu
alam liar. Dan, komponen ketiga: pembiayaan berkelanjutan untuk Contohnya: di Taman Nasional Kerinci Seblat, pada 2013-2015
dari empat lanskap
manajemen keanekaragaman hayati yang akan mengatasi hambatan terjadi perburuan yang membuat kelimpahan harimau di areal
prioritas proyek
rendahnya manajemen dan perencanaan keuangan untuk wilayah Sumatran Tiger.
pemantauan intensif menurun. Lantaran itu, Proyek Sumatran Tiger
lindung. Tiga komponen tadi diterapkan bersama para mitra dan bekerjasama dengan Fauna & Flora International dan Taman Nasional
pengelola kawasan konservasi di empat taman nasional: Bukit Barisan Kerinci Seblat melakukan pemantauan dan perlindungan harimau.
Selatan, Kerinci Seblat, Berbak-Sembilang, dan Gunung Leuser. Sinergi tersebut—antara lembaga swadaya dengan otoritas kawasan
Ancaman utama keragaman hayati di Sumatra, dan tempat lain di konservasi—diharapkan dapat mengisi kendala dari sisi sumberdaya
Indonesia adalah degradasi dan hilangnya habitat di hutan. Ancaman manusia dan pendanaan. Dari sisi pengelola kawasan, sumberdaya
lain, yang juga mengancam harimau, umumnya perburuan liar manusia masih memerlukan peningkatan kapasitas untuk upaya
untuk konsumsi (seperti perburuan rusa untuk diambil dagingnya), konservasi yang komprehensif. Kapasitas teknis maupun non-
perdagangan organ harimau, serta pembunuhan harimau sebagai teknis sangat penting dan dibutuhkan dalam pengelolaan kawasan
aksi balas dendam akibat konlik. konservasi. Dari sisi anggaran, pengelolaan kawasan konservasi
Pertikaian antara harimau dan manusia adalah tanda adanya relasi masih bertumpu pada anggaran pemerintah yang masih terbatas,
yang negatif. Untuk menekan interaksi yang merugikan itu, perlu sementara dukungan para pihak maupun donor tidak bersifat rutin
mitigasi konlik dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan teknis dan berkelanjutan.
FOTO: AGUS PRIJONO

250 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 251
Dalam mendorong perlindungan, proyek tidak terbatas pada
penanganan perburuan dan perdagangan ilegal harimau, tetapi juga
menekan tingkat perambahan di kawasan konservasi. Selain patroli
untuk pencegahan dan penindakan perambahan, upaya lain melalui
dukungan penyelesaian perambahan dengan kemitraan konservasi,
seperti sedang dilakukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Kawasan konservasi merupakan harapan terakhir pelestarian
harimau dalam jangka panjang. Dengan demikian, pengelola mesti
fokus pada tujuan kawasan konservasinya. Bila memang untuk
perlindungan spesies misalnya, perlu kegiatan yang berfokus pada
konservasi spesies. Jadi, demi pencapaian tujuan itu, pengelolaan
kawasan yang efektif menjadi perhatian utama.
Dalam skala yang lebih luas, pengelolaan kawasan konservasi tidak
bisa berdiri sendiri, tetapi berupa jaringan antar-kawasan. Kawasan
konservasi bisa dibilang hanya sebagian kecil dari lanskap harimau
yang lebih luas. Pada tataran lanskap, upaya konservasi harimau mau
tak mau mesti melibatkan pihak-pihak lain: pemerintah daerah,
perkebunan, perusahaan hutan tanaman dan masyarakat. Pengalaman
menunjukkan, tidak mudah untuk mengajak dan melibatkan pihak
lain di luar kalangan konservasi.
Itulah sebabnya, kapasitas kelembagaan pengelola konservasi
di tingkat nasional juga perlu ditingkatkan untuk mempermudah
koordinasi dan sinergi lintas-kementerian, pemerintah daerah dan
industri budidaya. Inilah yang menjadi perhatian penting dalam
meningkatkan keterhubungan dan keterkaitan para pihak dalam
konservasi harimau.
Selama tiga dekade terakhir, harus diakui adanya peningkatan
cukup signiikan, dari mulai banyaknya lembaga yang terlibat sampai
meningkatnya kapasitas pemantauan, perlindungan, mitigasi konlik,
dan kesadaran publik. Selain itu, peralihan generasi juga berjalan
dengan banyaknya lapisan usia muda yang terlibat dalam konservasi
harimau.
Sebagai kucing besar terakhir yang dimiliki Indonesia, punahnya
harimau sumatra pasti merugikan di tingkat lokal maupun global.
Kepadatan ternak di dekat kawasan hutan menjadi salah satu Secara nasional, Indonesia akan kehilangan salah satu spesies
faktor pemicu konlik harimau dengan manusia. Mitigasi konlik kebanggaan yang berperan dalam memelihara jaringan ekosistem di
memerlukan dua pendekatan: teknis penanganan konlik dan non- habitatnya. Secara global, kalangan ilmuwan akan kehilangan potensi
teknis menyangkut pengelolaan masyarakat dalam menyikapi. Itu sumberdaya dan pengetahuan yang bisa didapatkan dari keberadaan
berarti mitigasi konlik membutuhkan keterlibatan banyak pihak harimau sumatra.
untuk menangani dengan dua pendekatan tersebut. Tujuan akhir Apapun tantangan dan kendalanya, selagi masih ada waktu,
dari mitigasi konlik: masyarakat aman, harimau selamat. harimau sumatra pantas mendapatkan perhatian dan kerja keras
dari seluruh elemen bangsa.***
FOTO: EDY SUSANTO

252 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 253
REFLEKSI KONSERVASI HARIMAU

Sering bertambahnya pengetahuan, gambar besar tantangan


konservasi harimau pun semakin terang.

Momentum pertama konservasi harimau sumatra terjadi


seperempat abad lalu di Padang, Sumatra Barat. Saat itu, pada 1994
para pihak berkumpul dan menggelar lokakarya untuk menentukan
arah konservasi harimau sumatra. Ada tiga tujuan lokakarya: mengkaji
kesintasan populasi dan habitat harimau sumatra, menyusun strategi
pengelolaan untuk mencegah kepunahan harimau, dan rekomendasi
aksi konservasi bagi pemerintah dan lembaga konservasi global.
Sejak 1994 sampai kini, upaya konservasi harimau sumatra telah Relokasi harimau mendapatkan data populasi, perburuan, deforestasi, dan sebagainya.
melewati banyak perkembangan. Dari waktu ke waktu, pengetahuan korban konlik di Data-data lebih komprehensif dibandingkan dengan strategi
dan pemahaman tentang harimau sumatra terus berkembang. Cara Seluma, Bengkulu dari konservasi yang pertama—kendati belum mencukupi.
kantor Balai Konservasi Perkembangan penting yang menentukan setelah 2007 adalah
ringkas untuk melihat perkembangan itu, salah satunya dengan
Sumber Daya Alam inisiatif konservasi harimau di tingkat global. Dalam Global Tiger
menilik kembali tiga momentum penyusunan strategi konservasi
Bengkulu ke Taman Initiative, negara-negara yang menjadi habitat harimau berkomitmen
harimau: 1994, 2007, dan 2018.
Wisata Alam Seblat mendorong konservasi satwa ini di negaranya. Setiap negara lantas
Pada 1994, dalam menyusun strategi konservasi, para pihak pada 28 Oktober 2015.
berbekal sedikit pengetahuan. Analisis kesintasan populasi dan menyusun program nasional pemulihan harimaunya (National Tiger
habitat masih bertumpu pada kajian dari pihak luar, dan terbatas di Recovery Program-NTRP).
taman nasional: Kerinci Seblat, Gunung Leuser, Way Kambas, Berbak, Dan untuk Indonesia, Strategi Konservasi Harimau Sumatra 2007
Bukit Barisan Selatan; serta dua suaka margasatwa, yaitu Kerumutan - 2017 menjadi bekal dalam menyusun NTRP tersebut. Ringkasnya,
dan Rimbang Baling. NTRP dari Global Tiger Initiative merupakan versi ringkas Strategi
Lalu pada 2007, para pihak menyusun strategi konservasi kedua Konservasi 2007 – 2017 itu. Salah satu tujuan Global Tiger Initiative
untuk jangka waktu 2007 – 2017. Berbeda dengan yang pertama, adalah untuk menggalang pendanaan konservasi harimau di lanskap-
pada strategi konservasi kedua, Indonesia telah memiliki peneliti dan lanskap utama.
praktisi harimau—meski belum cukup banyak. Alhasil, substansi National Tiger Recovery Program mendorong upaya di enam
strategi konservasi disesuaikan dengan kapasitas para peneliti dan lanskap utama konservasi harimau: Leuser–Ulu Masen, Kerinci
praktisi harimau. Seblat, Bukit Tigapuluh, Kampar – Kerumutan, Berbak Sembilang,
Dari sisi penyusun saja sudah berbeda dengan yang pertama: dan Bukit Barisan Selatan – Bukit Balai Rejang Selatan. Keenam
kontribusi lebih dominan dari para praktisi Indonesia. Pada saat lanskap ini dipilih berdasarkan telah tersedianya unit manajemen,
yang sama, pengelolaan kawasan konservasi di lanskap harimau luas kawasan, status perlindungan, infrastruktur, peluang populasi
juga semakin mantap. Sejumlah mitra internasional dan nasional bisa bertahan dalam jangka panjang, potensi komitmen dari lembaga
juga mendampingi pengelola kawasan, yang memudahkan untuk swadaya masyarakat, dan kemungkinan pelibatan para pihak.
FOTO: BALAI KSDA BENGKULU

254 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 255
Global Tiger Initiative bisa dibilang lompatan penting dalam
perkembangan konservasi harimau di Indonesia. Semua negara
harimau mendefinisikan aksi-aksi yang berpengaruh signifikan
terhadap konservasi harimau ke depan. Untuk Indonesia, ada
tiga aksi utama. Pertama, penguatan kapasitas pengelola kawasan
konservasi di lanskap utama dan kapasitas pemantauan populasi di
area pemantauan. Kedua, mengembangkan kolaborasi antar-sektor
pemerintahan di lanskap prioritas. Dan ketiga, mengembangkan
pendanaan berkelanjutan. Salah satu hasil dari Global Tiger Initiative
adalah proyek konservasi harimau Global Enviroment Facility.
Seiring berakhirnya strategi konservasi 2007-2017, kini memasuki
babak ketiga untuk 2018-2028. Kini, para pihak menyusun strategi
dengan berbekal sains yang berkembang selama 2007 -2017. Sepanjang
kurun itu, pengetahuan konservasi harimau telah mengalami banyak
perkembangan. Salah satunya, analisis kesintasan populasi harimau—
biasa disebut PVA, population viable analysis.
Perkembangan ilmu pengetahuan tersebut membuat masalah dan
tantangan lebih terang benderang dengan pasokan data deforestasi,
perburuan, konlik, sosial, dan sebagainya. Dan kini, semakin jelas
semua tantangan itu terjadi hampir di seluruh lanskap konservasi
harimau.
Bila dibandingkan yang pertama dan kedua, yang hanya mencakup
beberapa lanskap, strategi konservasi 2018 – 2028 mengkaji seluruh
petak hutan yang dihuni dan tidak dihuni harimau.
Hanya saja, seiring dengan bertambahnya pengetahuan, tentu Warga di Pulau Secara saintiik, selama dasawarsa lalu, memang aksi konservasi
masih ada yang perlu diperbaiki—itu juga berarti ada kemajuan. Tengah, Sungai Penuh, mengacu hasil penelitian yang mendorong perhatian ke lanskap
Dalam jangka sepuluh tahun sebelumnya, ada informasi yang nyata Jambi, menyaksikan utama yang dihuni 50 – 100 harimau. Karena fokus ke sana, konlik
bahwa strategi konservasi luput menangani populasi harimau di pergelaran Ngagah dan perburuan justru sering terjadi di lanskap yang belum tertangani.
lanskap-lanskap kecil. Harimau. Kesenian Harapannya, dalam strategi ke depan, ada mobilisasi pendanaan
Memang, selama 2007 – 2017, konservasi berfokus di lanskap ini membangkitkan untuk lanskap-lanskap kecil. Kelak, konservasi harimau di lanskap
besar dan utama. Hasil kajian peneliti memang mendorong arah kembali tradisi lama besar tetap berjalan, sembari mengelola populasi harimau di lanskap
pendanaan konservasi ke lanskap-lanskap besar. Pertimbangannya, yang punah seiring
kecil. Dengan demikian, secara ringkas, dalam konteks strategi
ketimbang mengelola seluruh lanskap yang bakal tidak efektif, hilangnya harimau
konservasi kini dikenal dua lanskap: yang terkelola dan belum
peneliti dan praktisi lebih menyarankan untuk melindungi lanskap di Pulau Tengah.
terkelola.
Konservasi harimau
besar yang menjadi sumber individu baru di lanskap kecil. Idenya: Untuk itu, perlu pembelajaran dari pengalaman konservasi
nampaknya pantas
populasi di lanskap utama diselamatkan terlebih dahulu, dengan harimau selama ini. Misalnya saja, pendekatan tim anti perdagangan
melibatkan budayawan
zona tanpa gangguan manusia, sehingga pertumbuhan populasinya ilegal cukup berhasil dalam hal jumlah penanganan kasus yang
dan seniman dalam
positif bagi lanskap lain di sekitarnya. ditangani. Itu bagus. Namun kenapa angka kasus perburuan dan
kampanye penyadaran.
Idenya disebut dengan konsep source-sink area. Sederhananya, perdagangan harimau masih tetap tinggi setelah 10 tahun berlalu?
ada daerah sumber populasi di lanskap besar—yang dilindungi dan Pantas diduga, harimau tersebut berasal dari lanskap-lanskap kecil
dikelola, dan lanskap kecil dengan populasi yang rentan hilang, yang belum terkelola. Atau, bisa juga berasal dari sebagian wilayah
entah karena konlik ataupun perburuan. lanskap besar, namun masih luput dari perhatian.
FOTO: AGUS PRIJONO

256 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 257
Tim Pelestarian Harimau Sumatra
Kerinci Seblat mengunjungi Renah
Pemetik, di batas taman nasional,
untuk mitigasi konlik harimau. Tim
ini melakukan sosialisasi kepada
masyarakat untuk mencegah ekskalasi
konlik. Tim ini berada di antara dua
kepentingan: menentramkan masyarakat,
menyelamatkan harimau.

Karena itu, perlu untuk melacak asal-usul harimau yang masih


bertahan di lanskap kecil (kurang dari 500 kilometer persegi) dan
lanskap yang berinteraksi dengan manusia. Ini merupakan salah satu
pekerjaan di masa datang untuk mengetahui mana lanskap kecil yang
dihuni dan tidak dihuni harimau. Bila sudah teridentiikasi, lantas
dilihat kemungkinan koneksi lanskap kecil dengan lanskap utama.
Begitu juga, kemungkinan koneksi antara lanskap-lanskap kecil.
Atau, bisa juga lanskap-lanskap kecil tidak lagi dihuni harimau,
dan tak mungkin lagi dihubungkan dengan lanskap mana pun.
Pilihan yang mungkin adalah menjadi sanctuary atau suaka harimau.
Apapun itu, ke depan perlu dipikirkan berbagai alternatif dalam
konservasi harimau. Pilihan apapun didasarkan pada sains dan
pengetahuan lanskap-lanskap yang belum terkelola tentang populasi,
sebaran, habitat, dan daya dukungnya. Itu hal-hal yang penting
untuk dijawab secara saintiik dalam tahun-tahun mendatang.
Jika sudah terjawab, langkah selanjutnya pemetaan pihak-
pihak terkait di lanskap-lanskap kecil. Hanya dengan mengetahui
para pemangku di lanskap yang dihuni harimau, pengembangan
strategi konservasi akan lebih efektif. Dari sana, lantas menggali
skema pendanaan yang paling mungkin, entah dengan skema
hutan sosial, perdagangan karbon atau yang lain. Skema pendanaan
menjadi tantangan terbesar dalam konservasi harimau. Pengalaman
menunjukkan, karena luasnya cakupan lanskap, seberapa pun besarnya
dana, pada akhirnya tetap harus memilih skala prioritas konservasi.
Kendati perkembangan cukup menggembirakan, studi harimau
sebenarnya tidak hanya tentang populasi, tapi selayaknya juga
memperhatikan sejarah, psikologi, budaya, sosiologi, dan antropologi.
Ini nampaknya yang kurang tersentuh dalam strategi konservasi
harimau. Kajian berbagai disiplin ilmu tersebut akan menentukan
langkah-langkah konservasi harimau ke depan. Dari hasil kajian itu,
langkah selanjutnya adalah menerjemahkannya dalam bahasa publik
dan kebijakan. ***
FOTO: AGUS PRIJONO

258 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 259
Himbauan bagi masyarakat tentang
perlindungan spesies dilindungi di pelosok
Kerinci Seblat, yang berbatasan dengan taman
nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO

260 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 261
EPILOG

GARIS DEPAN DI MASA DATANG


HARIYO T WIBISONO

Telah banyak kemajuan dalam upaya konservasi harimau sumatra


selama dua dekade terakhir. Namun demikian, para pelestari menyadari
tantangan terhadap kelestarian harimau sumatra tidak akan pernah
reda. Pemerintah, para praktisi, akademisi, sektor swasta, pemuka
agama, dan masyarakat luas adalah mata rantai yang tak terpisahkan
dari untaian rantai ekosistem harimau sumatra. Karena itu, sinergi
para pihak tersebut harus terus digalakkan dan diperkuat dengan satu
tujuan: menyelamatkan harimau Indonesia yang terakhir.
Tidak bisa dipungkiri, hingga saat ini upaya konservasi harimau
sumatra masih didominasi entitas internasional. Mimpi yang
harus terus ditanamkan kepada generasi muda adalah memastikan
kepemimpinan anak-anak bangsa di dalam konservasi hidupan liar
di Indonesia di masa datang. Pemerintah harus terus mendorong
dan memfasilitasi tumbuhnya entitas-entitas baru konservasi yang
mumpuni, baik di tingkat lokal maupun nasional. Lembaga-lembaga
pendidikan nasional harus terus memperkuat kapasitas ilmiahnya
untuk menghasilkan generasi baru yang kompetitif di dalam praktik-
praktik konservasi harimau sumatra.
Harimau sumatra adalah harta hidup tak ternilai sekaligus harga
diri bangsa Indonesia. Setelah punahnya harimau bali dan harimau
jawa, kehilangan harimau sumatra pasti merupakan aib bangsa.
Harimau sumatra masih menjelajah bebas di rumahnya. Ruang hidup
dan sumberdaya alamnya masih cukup tersedia. Praktisi anak bangsa
dan pengetahuan masih terus tumbuh. Oleh karena itu, asa masih
Imaji harimau dan banteng di sisi terbentang luas di depan mata. Tugas bersama adalah menjaga dan
depan gunungan wayang Jawa. memupuk asa itu agar terus tumbuh, agar anak cucu masih dapat
Citra ini merupakan simbol keadaan menelusuri jejak harimau sumatra di alam liar. Agar mereka bangga
semesta yang seimbang: pohon memiliki harimau sumatra. Karena, harimau sumatra adalah harimau
kehidupan, satwa liar dan manusia.
terakhir bangsa Indonesia. ***
FOTO: DWI OBLO

EPILOG 263
Saat jembatan desa sedang dibangun, anak-anak
membantu menyeberangkan kendaraan yang lewat.
Anak-anak pedalaman Kerinci Seblat ini calon generasi
yang kelak bisa berkontribusi dalam konservasi
harimau.
FOTO: AGUS PRIJONO

264 ATLAS KONSERVASI HARIMAU NUSANTARA MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA 265
CATATAN PUSTAKA

BAGIAN SATU BAGIAN DUA


NUSANTARA HARIMAU: MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA NUSANTARA HARIMAU: YANG SILAM, YANG KELAM

Jejak Dua Juta Tahun Lalu Dua Sirna, Satu Tersisa


Kitchener, Andrew C. 1999. Tiger Distribution, Phenotypic Variation and Conservation Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in he Malay World, 1600 -
Issues. Dalam: Seidenticker, J., Christie, S., dan Jackson, P. (Editors). Riding the Tiger, 1950. Yale University.
Tiger Conservation In Human-Dominated Landscapes. he Zoological Society of London, Cribb, Robert. 1988. he Politics of Environmental Protection In Indonesia. Working Paper
Cambridge University Press. No. 48. Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, Australia.
Sunquist, M., Karanth, U., dan Sunquist, F. 1999. Ecology, Behaviour and Resilience Of he Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.C.
Tiger And Its Conservation Needs. Dalam: Seidenticker, J.,Christie, S., dan Jackson, Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera.
P. (Editors). Riding the tiger, tiger conservation in human-dominated landscapes. he Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian
Zoological Society of London, Cambridge University Press. Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sunarto, Widodo, E., dan Priatna, D. Tanpa tahun. Rajut Belang: Panduan Perbaikan
Praktik Pengelolaan Perkebunan Sawit dan Hutan Tanaman Industri dalam Harimau Bali, Musnah di Ujung Bedil Pemburu
Mendukung Konservasi Harimau Sumatera. Departemen Kehutanan, WWF, Ashraf, Mohammed. 2006. he Extirpation of Bali and Javan Tiger: Lessons from he Past.
Harimaukita, ZSL. Tiger Paper, July-September 2006, Wildlife and National Parks Management. https://
works.bepress.com/biocen trism/12/
Wibawa Sang Pemangsa Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in he Malay World, 1600 -
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in he Malay World, 1600 - 1950. Yale University.
1950. Yale University. Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Dinerstein, E., Loucks, C., Wikramanayake, E., Ginsberg, J., Sanderson, E., Seidensticker, Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo. Jakarta.
J., Forrest, J., Bryja G., Heydlauf, A., Klenzendorf, S., Leimgruber, P., Mills, J.,
O’brien, T. G., Shrestha, M., Simons, R., & Songer, M. 2007. he Fate of Wild Tigers. Harimau Jawa, Terlambat di Tikungan Terakhir
Bioscience 57 (6), June 2007. doi:10.1641/B570608. Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in he Malay World, 1600 -
Haidir, I.A., Albert, W. R., Pinondang, I. M. R., Ariyanto, T., Widodo, F.A., dan 1950. Yale University.
Ardiantiono. 2017. Pedoman Pemantauan Populasi Harimau Sumatera. Direktorat Cribb, Robert. 1988. he Politics of Environmental Protection in Indonesia. Working Paper
Konservasi Keanekaragaman Hayati. Direktorat Jenderal KSDAE, KLHK, Jakarta. No. 48. Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, Australia.
Kartawibawa, R. 1925. Bakda Mawi Rampog. Wedalan: Bale Pestaka, 1925. Kartawibawa, R. 1925. Bakda Mawi Rampog. Wedalan: Bale Pestaka, 1925.
Kitchener, Andrew C. Tiger Distribution, Phenotypic Variation and Conservation Pandji Yudistira. 2012. Sang Pelopor, peranan Dr. S H Kooders dalam Sejarah
Issues. Dalam: Seidenticker, J., Christie, S., dan Jackson, P. 1999. Riding he Tiger, Perlindungan Alam di Indonesia. Kementerian Kehutanan.
Tiger Conservation In Human-Dominated Landscapes. he Zoological Society of London, Raharyono, D., dan Paripurno, E. T. 2001. Berkawan Harimau Bersama Alam. Yayasan
Cambridge University Press. Kappala Indonesia, he Gibbon Foundation, Pusat nformasi Lingkungan Indonesia –
Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.C. Jaringan Program Pergerakan LSM, Bogor.
Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera. Seidensticker, J., dan Suyono. 1980. he Javan Tiger and Meru Betiri Reserve:
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian A Plan for Management. World Wide Fund, International Union for Conservation
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. of Nature and Natural Resources, Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.
National Geographic Indonesia. 2018. Arwah Rimba, Syaman dan Tarian di Kerinci Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830 - 1939. Penerbit
yang Menyatukan Manusia dan Harimau. Edisi Juli 2018. Taman Siswa. Yogyakarta.
Philip J. Nyhus and Ronald Tilson. 2010. “Where the Tiger Survives, Biodiversity hrives.” Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Kyoto Journal 75 pp 86-87 Available at: http://www.kyotojournal.org/biodiversity/ Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo. Jakarta.
BD_print/86/KJnyhus-tilson. pdf.
Raharyono, D., dan Paripurno, E. T. 2001 Berkawan Harimau Bersama Alam. Yayasan Manusia dan Harimau di Jawa Abad ke-19
Kappala Indonesia, he Gibbon Foundation, Pusat nformasi Lingkungan Indonesia – 1. E. R. Schidmore, Java: he Garden of the East, Singapore: Oxford University Pess,
Jaringan Program Pergerakan LSM, Bogor. 1897.
Kartodirjo, S. dan, Suryo, D. 1994. Sejarah Perkebunan di Indonesia, Kajian Sosial 2. Alfred Russel Wallace, he Malay Archipelago, Singapore: Periplus Classic, hlm. 76.
Ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. 3. Antoine Cabaton, Java, Sumatra, and the Other Islands of the Dutch East Indies,
Sunarto, Widodo, E., dan Priatna, D. Tanpa tahun. Rajut Belang: Panduan Perbaikan London: Adelphi Terrace, 1911), hlm. 53-56.
Praktik Pengelolaan Perkebunan Sawit dan Hutan Tanaman Industri dalam 4. Peter Boomgaard, Children of the Colonial State. Population Growth and Economic
Mendukung Konservasi Harimau Sumatera. Departemen Kehutanan, WWF, Development in Java, 1795-1880, Netherlands: Free University Press, hlm. 167.
Harimaukita, ZSL. 5. Peter Boomgaard dan A.J. Goorszen, Changing Economy in Indonesia Vol. 11.
Sunquist, M., Karanth, U., dan Sunquist, F. 1999. Ecology, behaviour and resilience of the Population Trends 1795-1942, Amsterdam: Royal Tropical Institute, 1991, hlm. 82.
tiger and its conservation needs. Dalam: Seidenticker, J.,Christie, S., dan Jackson, 6. Boomgaard, Children of the Colonial State … hlm. 203.
P. (Editors). Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated Landscapes 7. Vratislav Mazak, “Panthera tigris” dalam Mammalian Species No. 152, Panthera tigris
he Zoological Society of London, Cambridge University Press. (8 Mei 1981), hlm. 1-2.
Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor 8. Andries Hoogerwerf, Udjung Kulon: he Land of the Last Javan Rhinoceros, Leiden:
Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo. Jakarta. E.J. Brill, 1970, hlm. 246.
9. Andrew K. C. dan N. Yamaguchi, “What is a Tiger? Biogeography, Morphology and
Taxonomy” dalam R. Tilson dan P. J. Nyhus (ed.), Tiger of the World. he Science, Politics
and Conservation of Panthera tigris, London: Elsevier, 2010, hlm. 56

266 ATLAS HARIMAU NUSANTARA CATATAN AKHIR 267


10. John Seidensticker dan Suyono, he Javan Tiger and the Meru Betiri Reserve: A Plan Harimau di Kala Antroposen
for Management, Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam dan World Wildlife Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 -
Fund, 1980. 1950. Yale University.
11. R. Kartawibawa, Bakda Mawi Rampog, Wedalan: Bale Pestaka, 1925. Terjemahan: Di Margono, B. A., Turubanova, S., Zhuravleva, I., Potapov, P., Tyukavina A., Baccini, A.,
setiap hutan pasti ada macan, namun tidak berkeliaran di hutan yang saya sebutkan Goetz, S., and Hansen, M.C. 2012. Mapping and Monitoring Deforestation and
tadi (Kartawibawa merujuk pada kadaton sima atau kerajaan harimau di Lodoyo Forest Degradation in Sumatra (Indonesia) Using Landsat Time Series Data Sets
[Blitar selatan], Gadungan [Pare, Kediri], Kedoewang [Wonogiri], dan Cilacap). from 1990 to 2010. Enviromental Research Letter, doi: 10.1088/1748-
Macannya besar-besar, ibaratnya: tapaknya sebesar piring tembikar. Semakin ramai 9326/7/3/034010
daerahnya, semakin habis hutannya, semakin habis macannya. Forum HarimauKita. Tanpa Tahun. Infograis: Berpacu dengan Kepunahan. Ditjen
12. Amanda Williams, “Did Neandhertals and sabre-toothed wage battles? Fossil remains KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Forum Harimaukita.
reveal the predators lived side by side with our ancerstors.” Global Tiger Initiative Secretariat. 2012. Managing Tiger Conservation Landscapes
13. Peter Boomgaard, Frontiers of Fear… hlm. 39. and Habitat Connectivity: hreats and Possible Solutions. Experiences from
14. Boomgaard, Frontiers of Fear … hlm. 249. Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Nepal, hailand, and Vietnam. he
15. Boomgaard, Frontiers of Fear … hlm. 83-84. World Bank, Washington, D.C. https://www.researchgate.net/publication/259344793
16. Bataviaasch Handelsblad No. 99, Senin 29 April 1878, hlm. 4. Kartika, E. C. 2017. Spatio-Temporal Patterns of Human Tiger Conlict in Sumatra 2010
17. Bataviaasch Nieuwsblad, No. 80, 7 Maret 1891, hlm. 2. -2016. Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem,
18. De Locomotief, N0. 192, Senin 22 Agustus 1898, hlm. 2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Jakarta.
19. De Grondwet, No. 14, 27 November 1894, hlm. 7; Leeuwarder Courant, No. 257, Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.
Rabu 31 Oktober 1894, hlm. 6; De Telegraaf, No. 1851, Selasa 5 Januari 1898, hlm. 6; C. Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera.
Java Bode, No. 76, 1 April 1879, hlm. 4. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi
20. “Premies op Het Dooden van Tijgers” dalam De Locomotief No. 88, Sabtu 17 April Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
1897. PDF.
21. "Jachtcomando” dalam Bataviaasch Nieuwsblad No. 168, Sabtu 20 Juni 1903. Pusparini, Wulan. 2016. Laporan Akhir Sumatran Tiger PVA 2016. Penyusun
Rudolph Albert Kerkhoven adalah keponakan Karl Albert Ruolph Bosscha Wulan Pusparini, Tomi Ariyanto, Lili Sadikin, Febri Anggriawan Widodo. Disusun
dan penggagas Nederlandsch Indische Stenkundige Vereeniging (NISV) atau Forum HarimauKita untuk KLHK. Tidak dipublikasikan.
Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda. Keluarga Kerkhoven adalah ilantropis Shepherd, Chris R. and Magnus, Nolan. 2004. Nowhere to Hide: he Trade in Sumatran
yang mendirikan observatorium Bosscha dan Technische Hoogeschool te Bandoeng. Tiger. TRAFFIC Southeast Asia. https://www.researchgate.net/publication/242391386
22. R.A. Kerkhoven dan E.J. Kerkhoven, “A Tiger Hunt in Java” dalam Journal of the Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. he Ecology of Sumatra. he
Straits Branch of the Royal Asiatic Society No. 12, Desember 1883, hlm. 269. ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.

Genealogi Perburuan Harimau


BAGIAN TIGA Ashraf, Mohammed. 2006. he Extirpation of Bali and Javan Tiger: Lessons from the Past.
IKHTIAR SUMATRA, MENJAGA HARIMAU SUMATRA Tiger Paper, July-September 2006, Regional Quarterly Bulletin on Wildlife and
National Parks Management. https://works.bepress.com/biocentrism/12/
Waspada Sumatra Boomgard, Peter. 1997. Hunting and Trapping in the Indonesian Archipelago, 1500-
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 - 1950. Dalam: Boomgard, P., Colombijn, F., and Henley, D. (Editors). Paper
1950. Yale University. Landscapes, Explorations in the Enviromental History of Indonesia. Leiden, KITLV
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Press.
Sumatera (Panthera tigris sumatrae). 2007 – 2017. Departemen Kehutanan, Jakarta. Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 -
Franklin, N., Bastoni, Sriyanto, Siswomartono, D. Manansang, J., and Tilson, R. Last 1950. Yale University.
of the Indonesian Tigers: a Cause for Optimism. Dalam: Seidenticker, J., Christie, Jepson, P. & R.J. Whittetaker. 2000. Histories of Proctected Areas: Internationalisation
S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated of Conservationist Values and heir Adoption in he Netherlands Indies (Indonesia).
Landscapes. he Zoological Society of London, Cambridge University Press. Enviroment and History 8: 129 - 172.
Ng, J. and Nemora. 2007. Tiger Trade Revisited in Sumatra, Indonesia. TRAFFIC Southeast Mill, Judy A. 2015. Blood of the Tiger, A Story of Conspiracy, Greed, and the Battle to Save
Asia, Petaling Jaya, Malaysia. a Magniicent Species. Beacon Press, Boston, Massachusetts.
Pelzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria Ng, J. and Nemora. 2007. Tiger Trade Revisited in Sumatra, Indonesia. TRAFFIC Southeast
di Sumatra Timur 1863-1947. Sinar Harapan, Jakarta. Asia, Petaling Jaya, Malaysia.
Sjamni, Adnan. 1949. Sumatra Pulau Harapan. Graica, Djakarta. Raharyono, D., dan Paripurno, E. T. 2001. Berkawan Harimau Bersama Alam. Yayasan
Sumardjani, Lisman. 2007. Konlik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman untuk Kappala Indonesia, he Gibbon Foundation, Pusat Informasi Lingkungan Indonesia –
Penyelesaian Terbaik. WG Ternure. PDF. Jaringan Program Pergerakan LSM, Bogor.
Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. he Ecology of Sumatra. he Shepherd, Chris R., and Magnus, Nolan. 2004. Nowhere to Hide: he Trade in Sumatran
ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore. Tiger. TRAFFIC Southeast Asia. https://www.researchgate.net/publication/242391386
Wulan, Y C., Yasmi, Y., Purba, C., & Wollenberg, E. 2004. Analisa Konlik Sektor Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. he Ecology of Sumatra. he
Kehutanan di Indonesia 1997 – 2003. Center for International Forestry Research, ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.
Bogor, Indonesia. Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo. Jakarta.

268 ATLAS HARIMAU NUSANTARA CATATAN AKHIR 269


BAGIAN EMPAT
HARAPAN NUSANTARA, GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU

Pengintai dalam Senyap


Fowler ME., et al. 1993. Parasitic Deseases of Carnivores. Zoo and Wild Medicine Current
herapy (3th ed), U.S.A, p 401.
Foreyt WJ. 1997. Veterinary Parasitology Reference Manual (4th ed), Washington, 1997.
p 12-40.
Klos HG, Lang EM. 2005. Handbook of Zoo Medicine. Diseases and Treament of Wild
Animals, Canada, p 101.

Membilang Sang Datuk


Lettink, M., and Armstrong, D.P. 2003. An introduction to using mark-recapture analysis for
monitoring threatened species. Department of Conservation Technical Series 28A:
5–32.
Silveira, L., Ja’como, A. T., & Diniz-Filho, J. A. 2003. Camera trap, line transect census
and track surveys: a comparative evaluation. Biological Conservation 114 , 351–355.
Sunarto, S., M. J. Kelly, K. Parakkasi, S. Klenzendorf, E. Septayuda and et al. 2012.
Tigers Need Cover: Multi-Scale Occupancy Study of the Big Cat in Sumatran Forest
and Plantation Landscapes. PLoS ONE 7 (1).
homas, L. Buckland, A. T. Burnham, K. P. Anderson, D. R. Laake, J. L. Borchers, D.
L., & Strindberg, S. (2002). Distance sampling. Encyclopedia of Environmetrics
Volume 1, 544–552. ISBN 0471 899976.
Wibisono, H. T., M. Linkie, G. Guillera-Arroita, J. A. Smith, Sunarto, and et al. (2011).
Population Status of a Cryptic Top Predator: An Island-Wide Assessment of Tigers
in Sumatran Rainforests. PLoS ONE 6 (11).

Memburu Pemburu Si Raja Rimba


1. https://nasional.tempo.co/read/1066973/kisah-harimau-sumatera-yang-mati-
dibunuh-warga-mandailing-natal/full&view=ok
2. Data-data dari Database Wildlife Crime Unit – Wildlife Conservation Society
Indonesia Program.
3. Kejahatan satwa liar di Indonesia menempati urutan ketiga setelah perdagangan
narkoba dan perdagangan manusia dari segi besarnya kerugian negara yang
ditimbulkan dari https://news.detik.com/berita/d-3998884/menteri-lhk-kejahatan-
satwa-liar-peringkat-ke-3-di-indonesia.
4. Perdagangan satwa liar melibatkan jaringan terorganisir, dan menempati urutan
keempat setelah perdagangan narkoba, senjata, dan perdagangan manusia dari
http://nationalgeographic.grid.id/read/13307329/kesadaran-penegak-hukum-
untuk-melindungi-satwa-nusantara?page=all
5. Untuk membantu melancarkan aksinya... dari http://banjarmasin.tribunnews.
com/2017/10/12/ini-modus-penyelundupan-potongan-tubuh-satwa-di-bandara-
tersangka-berpangkat-kapten.
6. Pada 2014, International Fund for Animal Welfare (IFAW) melakukan penelitian
tentang perdagangan online di 16 negara. Hasilnya: perdagangan hidupan liar
daring sebanyak 33.006 di 280 situs web terbuka. Sebanyak 9.482 iklan daring ini
menawarkan spesies hidupan liar bekategori Appendix I dan II Convention on
International Trade in Endangered Species (CITES), termasuk harimau sumatra
dari https://www.ifaw.org/united-states/news/wanted-%E2%80%93-dead-or-alive-
grisly-wildlife-cybertrade-exposed.

270 ATLAS HARIMAU NUSANTARA CATATAN AKHIR 271


PROFIL PENULIS
Urutan nama sesuai dengan urutan artikel di atlas

SUNARTO ekolog satwa di WWF, anggota Dewan Penasehat Forum HarimauKita, SUGENG DWI HASTONO berpraktik di Amanah Veterinary Services, Lampung.
dan Perkumpulan Konservasi Gajah Indonesia. Ia anggota dari tiga Specialist Sejak 2012, membantu Balai Konservasi Sumber Daya Alam Lampung dalam
Group IUCN, yaitu: Cats, Asian Elephants, dan Asian Rhino. Hasil studi dan menangani konlik satwa liar. Ia sering diminta karya baktinya oleh Taman
pengalamannya telah dipublikasikan di Tropical Biodiversity, PLoS ONE, Oryx, Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, dan Suaka Rhino
Sinar Harapan, Kompas, Tempo, MetroTV, Majalah National Geographic, dan Sumatra. Ia aktif menjadi narasumber di Kementerian Lingkungan Hidup dan
Channel TV NatGeo Wild. Kehutanan. Pada 2017, ia bergabung sebagai anggota Forum HarimauKita.

ABMI HANDAYANI sedang studi di Universiteit Leiden, Belanda, dengan fokus MUNAWAR KHOLIS berkecimpung di konservasi harimau sejak 2002, diawali
sejarah kolonial dan global. Ia juga memiliki minat pada sejarah lingkungan dan dari pusat penyelamatan satwa (PPS). Ia menangani konlik harimau-manusia,
sejarah intelektual. berpatroli, monitoring populasi dan kegiatan awareness di Fauna-Flora
International dan Wildlife Conservation Society. Ia turut mengembangkan
DOLLY PRIATNA adalah kepala Departemen Konservasi Lanskap pada Asia Forum HarimauKita, dan saat ini menjadi ketua periode 2017-2019. Tahun
Pulp & Paper Group (APP) sejak 2012. Ia membuat strategi dan merancang 2016 bergabung dengan USAID-LESTARI untuk konservasi keragaman hayati
konservasi keanekaragaman hayati, mengkoordinasikan kajian, pemantauan, Indonesia.
perlindungan, dan pengelolaan kawasan bernilai konservasi tinggi di konsesi
pemasok kayu. Secara bersamaan, ia juga mengajar di Program Studi Manajemen WIDO R ALBERT sejak 2014 berkiprah di FFI-Indonesia Programme sebagai
Lingkungan, Program Pascasarjana, Universitas Pakuan Bogor. Saat ini masih koordinator Program Monitoring Harimau Sumatera di Taman Nasional Kerinci
tercatat sebagai Dewan Penasehat pada Asian Journal of Conservation Biology Seblat. Sejak duduk di bangku kuliah, ia telah tertarik pada konservasi satwa liar,
dan Forum HarimauKita, Wakil Ketua Dewan Pengurus Yayasan Belantara, dan dan berpartisipasi dalam konservasi khususnya harimau sumatra. Ia mengawali
Anggota Badan Pengembangan Usaha di Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia menjadi volunteer Forum HarimauKita sebagai anggota Tiger Heart Padang,
(APHI). kemudian anggota aktif Forum HarimauKita sejak 2015, dan pengurus pada
2017-2019.
AGUSTINUS WIJAYANTO saat ini aktif di Perkumpulan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam YAPEKA sebagai deputi direktur FEBRI A. WIDODO koordinator program penelitian dan pemantauan harimau
eksekutif. Yapeka adalah perkumpulan yang fokus pada pemberdayaan dan gajah untuk WWF – Indonesia Program Sumatra Tengah. Ia anggota
masyarakat dan pendidikan konservasi alam. Ia juga Livelihood Project manager Forum HarimauKita sebagai pengurus 2017-2019. Selain itu, Febri juga terlibat
untuk Intergrated Tiger Habitat Conservation Program di Rimbang Baling, Riau, ekspedisi dengan Biosphere Expeditions untuk konservasi harimau di Rimbang
bersama WWF-INDECON. Perhatian utama Agus adalah pengembangan strategi Baling. Selain tertarik pada satwa liar, ia juga berpengalaman dalam bidang
pengelolaan sumberdaya alam dan pemberdayaan masyarakat. ekowisata arung jeram dan Search and Rescue (SAR).

AKBAR A. DIGDO saat ini direktur eksekutif Perkumpulan Pemberdayaan WULAN PUSPARINI telah aktif di bidang konservasi harimau sejak 2008. Saat
Masyarakat dan Pendidikan Konservasi Alam-YAPEKA. Ia punya minat khusus ini ia bekerja di Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
pada inisiatif konservasi berbasis masyarakat di kawasan lindung laut, pemantauan senior species conservation project. Selain memberikan nasihat teknis terhadap
pesisir, dan ekowisata. Akbar salah satu tokoh kunci di kalangan lembaga swadaya konservasi spesies di program terestrial, ia juga mengepalai Unit Sains yang
masyarakat untuk Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Lingkungan bekerja lintas-program untuk menjamin pendekatan konservasi berlandaskan
Mandiri Perdesaan (PNPM LMP) di sejumlah wilayah di Sumatra. kaidah ilmiah yang baik. Ia juga aktif menerbitkan jurnal ilmiah dan studi
untuk konservasi harimau.
ERNI SUYANTI MUSABINE berkiprah sebagai kepala urusan Program dan
Kerjasama Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu. Ia juga aktif di GIYANTO memulai kegiatan profesional di konservasi lingkungan pada 2004
advisory board ‘Centre for Orangutan Protection” dan “Animals Indonesia”. Di sebagai peneliti satwa liar. Bekerja untuk isu perdagangan ilegal satwa liar sejak
Forum HarimauKita, ia koordinator Human-Tiger Conlicts, Wildlife Diseases 2007 dengan monitoring pasar burung di Medan, Sumatra Utara. Bergabung
& Genetics Forum HarimauKita. Berbagai penghargaan telah ia terima: Kick dengan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program pada 2008 sebagai
Andy Heroes Awards, Perempuan Inspirasi Bidang Lingkungan ‘Garnita ketua Wildlife Crime Unit untuk perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar di
Malahayati’ Bengkulu, Perempuan Inspiratif NOVA kategori Perempuan dan Aceh dan Sumatra Utara. Saat ini ia menjabat senior Wildlife Crime Unit & Forest
Lingkungan, dan Lifetime Achievement Orangutan Friends Awards. Crime Unit specialist yang mengoordinasi tim di beberapa wilayah di Indonesia.

272 ATLAS HARIMAU NUSANTARA PROFIL PENULIS 273


LAKSMI DATU BAHADURI bekerja di Forum HarimauKita sebagai executive AusAID), dan Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh (BRR). Tugas kerja
oicer. Ia mengelola seluruh kegiatan FHK dan jaringan relawan Tiger Heart Dedi mencakup survei kamera jebak, okupansi, stok karbon, patroli, mitigasi
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melindungi harimau sumatra konlik manusia dan harimau, hingga membangun jaringan kerja.
dan satwa liar lainnya. Ia tertarik pada monitoring mamalia dan burung,
interaksi antara satwa liar dan perdagangan satwa liar. Juga, ia bertanggung TOMI ARIYANTO sejak 2014 bekerja dalam konservasi harimau di Zoological
jawab sebagai project manager pada Microgrant 2 GEF UNDP. Society of London (ZSL) Indonesia sebagai koordinator riset dan monitoring.
Tomi berpengalaman selama 10 tahun bekerja di konservasi spesies dan bentang
LIGAYA TUMBELAKA sebagai dosen di Divisi Reproduksi dan Kebidanan Fakultas alam, khususnya harimau sumatra dan orangutan di Kalimantan. Aktif sebagai
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Ia menjadi studbook keeper harimau anggota Forum HarimauKita sejak 2016, dan pengurus 2017-2019.
sumatra nasional Indonesia sejak 1995. Ligaya mendapatkan pengalaman sebagai
dokter hewan satwa liar dan mengelola kebun binatang sejak 1992, saat ditunjuk RUDIJANTA T NUGRAHA adalah national project manager untuk Transforming
oleh tim kerjasama IPB dan Taman Safari Indonesia Bogor. Pada 2018, Ligaya Efectiveness Biodiversity Conservation in Priority Sumatra Landscapes GEF
menjadi co-covenor program Global Species Management Plan untuk harimau UNDP. Ia telah bekerja dalam bidang konservasi dan kehutanan selama 10
sumatra bekerjasama dengan WAZA, IUCN dan PKBSI. tahun di Taman Nasional Kerinci Seblat. Ia juga aktif di Tiger Protection and
Conservation Unit (TPCU) selama 4 tahun, manajer Taman Nasional Alas Purwo,
AHMAD FAISAL dokter hewan dan biologiwan konservasi. Saat ini ia bekerja di dan Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.
Wildlife Conservation Society – Indonesia Program dan juga salah satu pengurus
Forum HarimauKita untuk Divisi Kesehatan Satwa Liar dan Mitigasi Konlik HARIYO T. WIBISONO, akrab dipanggil Beebach, memulai karir di bidang
periode 2017-2019. Konservasi satwa liar selalu menjadi aspirasi utamanya baik konservasi harimau sejak 1998. Ia satu dari sedikit praktisi konservasi harimau
dalam pekerjaan maupun pendidkan. Selama kurun 10 tahun dia telah bekerja yang masih aktif hingga saat ini. Sejak 2017, Beebach menjadi peneliti pada San
untuk pusat rehabilitasi orangutan di Kalimantan Timur, penangkaran monyet Diego Zoo Global for Conservation Research. Pada 2018, bersama beberapa
ekor panjang di Kepulauan Riau, konservasi harimau di Jambi dan Sumatra rekan, ia mendirikan Yayasan Sintas Indonesia untuk konservasi hidupan dan
Selatan, serta anggota IUCN Reintroduction Specialist Group. alam liar Indonesia. Selama karirnya, Beebach telah memimpin dan menginisiasi
pengembangan beberapa dokumen: Strategi dan Rencana Aksi Konservasi
YOAN DINATA berpengalaman dalam konservasi selama 14 tahun yang fokus Harimau Sumatra 2007 – 2017, Rencana Pemulihan Harimau Sumatra 2012 –
pada konservasi mamalia besar: harimau sumatra, gajah, dan tapir. Selain itu, 2022, dan Strategi dan Rencana Aksi Harimau Sumatra 2018 – 2028. Ia juga
ia berpengalaman dalam pelatihan konservasi tingkat dasar dan lanjutan untuk memimpin Sumatra Wide Tiger Survei yang pertama pada 2007, dan yang kedua
universitas, LSM, perusahaan dan Nature Lover Group di Jawa dan Sumatra. 2018.
Sejak 2008, ia anggota aktif dan ketua Forum HarimauKita 2015-2017. Ia
tertarik pada ekologi populasi felids, manajemen habitat, dan perdagangan FRANSISCA NONI TIRTANINGTYAS saat ini bekerja di Fauna & Flora
satwa liar. Saat ini, Nata sebagai Tiger Conservation project manager untuk International sebagai national biodiversity monitoring specialist. Ia juga kerap
Zoological Society of London. menulis tentang konservasi di media massa dan berkiprah dalam konservasi
burung laut.
FAHRUL AMAMA adalah koordinator Pengembangan Jejaring Konservasi di
Program Terestrial WCS Indonesia. Ia membantu memfasilitasi pengembangan MUHAMMAD YUNUS berkiprah dalam konservasi harimau di Penyelamatan
kerjasama parapihak dalam upaya pelestarian harimau sumatra di lanskap dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) Lampung. Salah satu generasi
Leuser, Bukit Barisan Selatan, dan Way Kambas. pertama dalam pelestarian harimau sumatra.

SILFI IRIYANI saat ini sebagai policy & governance coordinator, Fauna & OKTAFA RINI PUSPITA berkontribusi untuk peta di pustaka ini. Pada 2015, ia
Flora International – Aceh Program. Semenjak 2008, Sili telah berkiprah di bergabung dengan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
Wildlife Conservation Society dan Conservation International. Selain sebagai conservation management officer yang berhubungan dengan pengelolaan
anggota he International Association for he Study of he Commons (IASC), kawasan konservasi. Aktivitas itu utamanya terkait dengan implementasi dan
Sili juga berkiprah di beberapa bidang, di antaranya pengelolaan hutan, pengembangan sistem SMART yang terintegrasi dengan pengelolaan kawasan
REDD+, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pendidikan dan penyadaran, konservasi berbasis resor. Ia juga fasilitator penilaian efektivitas pengelolaan
mitigasi konlik manusia dengan satwa liar, sistem analisis dan pemodelan. kawasan konservasi.

DEDI KISWAYADI beraktivitas sebagai biodiversity and wildlife coordinator, AGUS PRIJONO adalah penulis lepas, ilustrator satwa liar, dan kontributor
Fauna & Flora International – Aceh Program. Ia pernah bekerja di Australian National Geographic Indonesia.
Indonesian Partnership for Reconstruction and Development (AIPRD-

274 ATLAS HARIMAU NUSANTARA PROFIL PENULIS 275


DAFTAR PUSTAKA

Ashraf, Mohammed. 2006. he Extirpation of Bali and Javan Tiger: Lessons From Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
he Past. Tiger Paper, July-September 2006, Regional Quarterly Bulletin on Jakarta.
Wildlife and National Parks Management. https://works.bepress.com/biocen Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.
trism/12/ C. Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera.
Boomgard, Peter. 1997. Hunting and Trapping in the Indonesian Archipelago, 1500- Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi
1950. Dalam: Boomgard, P., Colombijn, F., and Henley, D. (Editors). Paper Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Landscapes, Explorations in the Enviromental History of Indonesia. Leiden, KITLV PDF.
Press. Ng, J. and Nemora. 2007. Tiger Trade Revisited in Sumatra, Indonesia. TRAFFIC Southeast
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 - Asia, Petaling Jaya, Malaysia.
1950. Yale University. Pandji Yudistira. 2012. Sang Pelopor, peranan Dr. S H Kooders dalam Sejarah
Cribb, Robert. 1988. he Politics of Environmental Protection in Indonesia. Working Paper Perlindungan Alam di Indonesia. Kementerian Kehutanan.
No. 48, Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, Australia. Philip J. Nyhus and Ronald Tilson. 2010. “Where the tiger survives, biodiversity thrives”
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Kyoto Journal v75 pp 86-87 Available at: http://www.kyotojournal.org/biodiversity/
Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017. Departemen Kehutanan, Jakarta. BD_print/86/KJnyhus-tilson. pdf.
Franklin, N., Bastoni, Sriyanto, Siswomartono, D. Manansang, J., and Tilson, R. Last Pusparini, Wulan. 2016. Laporan Akhir Sumatran Tiger PVA 2016. Penyusun Wulan
of the Indonesian Tigers: a Cause for Optimism. Dalam: Seidenticker, J., Christie, Pusparini, Tomi Ariyanto, Lili Sadikin, Febri Anggriawan Widodo. Disusun
S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated Forum HarimauKita untuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tidak
Landscapes. he Zoological Society of London, Cambridge University Press. dipublikasikan.
Haidir, I.A., Albert, W. R., Pinondang, I. M. R., Ariyanto, T., Widodo, F.A., dan Raharyono, D., dan Paripurno, E. T. 2001 Berkawan Harimau Bersama Alam. Yayasan
Ardiantiono. 2017. Pedoman Pemantauan Populasi Harimau Sumatera. Direktorat Kappala Indonesia, he Gibbon Foundation, Pusat nformasi Lingkungan Indonesia –
Konservasi Keanekaragaman Hayati. Direktorat Jenderal KSDAE, KLHK, Jakarta Jaringan Program Pergerakan LSM, Bogor.
Hoogerwerf, Andries. 1970. Udjung Kulon: he Land of the Last Javan Rhinoceros. Sjamni, Adnan. 1949. Sumatra Pulau Harapan. Graica, Djakarta.
Leiden: E.J. Brill. Schidmore, E.R. 1897. Java: he Garden of the East, Singapore: Oxford University Pess.
Jepson, P. & R.J. Whittetaker. 2000. Histories of Proctected Areas: Internationalisation Seidensticker, J., dan Suyono. 1980. he Javan tiger and Meru Betiri Reserve:
of Conservationist Values and heir Adoption in he Netherlands Indies (Indonesia). A plan for management. World Wide Fund, International Union for Conservation
Enviroment and History 8: 129 - 172. of Nature and Natural Resources, Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam.
Jacson, P. & Nowell, K. 2008. Panthera tigris ssp. sondaica. he IUCN Red List of Soeratman, Darsiti. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830 - 1939. Penerbit
hreatened Species 2008: e.T41681A10509194. Taman Siswa. Yogyakarta.
------------. 2008. Panthera tigris ssp. balica. he IUCN Red List of Sumardjani, Lisman. 2007. Konlik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman Untuk
hreatened Species 2008: e.T41682A10510320. Penyelesaian Terbaik. WG Ternure. PDF.
Kartawibawa, R. 1925. Bakda Mawi Rampog. Wedalan: Bale Pestaka. Sunarto, Widodo, E., dan Priatna, D. Tanpa tahun. Rajut belang: Panduan perbaikan
Kitchener, Andrew C. Tiger Distribution, Phenotypic Variation and Conservation praktik pengelolaan perkebunan sawit dan hutan tanaman industri dalam mendukung
Issues. Dalam: Seidenticker, J., Christie, S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger konservasi harimau Sumatera. Departemen Kehutanan, WWF, HarimauKita, ZSL.
Conservation in Human-dominated Landscapes. he Zoological Society of London, Sunquist, M., Karanth, U., dan Sunquist, F. Ecology, behaviour and resilience of the tiger
Cambridge University Press. and its conservation needs. Dalam: Seidenticker, J.,Christie, S., dan Jackson, P. 1999.
Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.C. Riding the tiger, tiger conservation in human-dominated landscapes. he Zoological
Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konlik Manusia dan Harimau Sumatera. Society of London, Cambridge University Press.
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. he Ecology of Sumatra. he
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.
Margono, B. A., Turubanova, S., Zhuravleva, I., Potapov, P., Tyukavina A., Baccini, A., Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Goetz, S., and Hansen, M.C. 2012. Mapping and Monitoring Deforestation and Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo, Jakarta.
Forest Degradation in Sumatra (Indonesia) Using Landsat Time Series Data Sets Yudistira, Panji. 2012. Sang Pelopor, peranan Dr. S H Kooders dalam sejarah
from 1990 to 2010. Enviromental Research Letter, doi: 10.1088/1748- perlindungan alam di Indonesia. Direktorat Kawasan Konservasi dan Bina Hutan
9326/7/3/034010 Lindung Ditjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kementerian Kehutanan.
Mill, Judy A. 2015. Blood of the Tiger, A Story of Conspiracy, Greed, and the Battle to Save
a Magniicent Species. Beacon Press, Boston, Massachusetts. REPRODUKSI FOTO
National Geographic Indonesia, Juli 2018. Arwah rimba, syaman dan tarian di Kerinci Foto-foto lama direproduksi dari beberapa sumber buku berikut:
yang menyatukan manusia dan harimau. - Sijthof, A.W. 1980. Java’s Onuitputtelijke Natuur, Reisverhalen,
Kartodirjo, S. dan, Suryo, D. 1994. Sejarah perkebunan di Indonesia, kajian sosial tekeningen en fotograieen van Franz Wilhelm Junghuhn.
ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta. - Heijboer, Pierre. 1977. Klamboes, Klewangs, Klapperbomen. Den Haan.
Kartika, E. C. 2017. Spatio-temporal Patterns of Human Tiger Conlict in Sumatra 2010 - Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Aif, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
-2016. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Konservasi Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo, Jakarta.

276 ATLAS HARIMAU NUSANTARA DAFTAR PUSTAKA 277


INDEKS

A and Natural Heritage (World Heritage Convention- 163, 172, 174, 181, 188, 194, 202, 206, 207, 209, 211,
Aceh 90, 93, 95, 97, 100, 106, 108, 116, 121, 122, 129, 130, UNESCO) 37 216, 217, 218, 219, 226, 230, 234, 237, 244, 249, 251, 252 L
134, 138, 139, 140, 141 Convention International Trade in Endangered Species of Harimau sunda 90 Lanskap belum terkelola 116, 117
Adu harimau dan banteng 60, 61, 70, 76 Wild Fauna and Flora (CITES) 37 Himpunan Perlindungan Alam Hindia Belanda 71, 77 Lanskap konservasi harimau 116, 120, 128, 129, 138, 153
Alas Purwo 65, 71 Holosen 25 tiger conservation landscapes 116
Alfred Russel Wallace 78 D Hutan adat 130 bentang alam 161, 162, 163, 164, 165, 182, 187,
Amur 30 Dangkalan Sunda 24, 26, 28 Hutan desa 130 188, 230, 242, 243, 244, 246, 247
Anaplasma spp 174 Deforestasi 93, 98, 101, 105, 116, 118, 119 H. Zollinger 56, 5 Lanskap terkelola 116
Anaplasmosis 174 Deli 91, 94, 97 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 25, 32, 49, 57, 73,
Ancylostoma sp 173, 178 Dipylidium sp 174 I 74, 83
Amur 30 Dispersal 119 Ijen 63 Lembaga konservasi 177, 206, 212, 216, 217, 218, 219, 220,
ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Distemper 174, 181 India 30, 31 252
Natural Resources 1985 37 Indocina 30 Leuser 93, 94, 95, 116, 119, 120, 121, 122, 129, 138, 140,
Asahan 94, 97 E 141, 152
Asia 24, 25, 26, 28, 30, 33 E. R. Schidmore 78 J Leuweung Sancang 80
Asia Tenggara 24 Ehrlichia canis 174 Jawa 22, 25, 27, 28, 30, 31, 35, 36, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 49, Lodoyo 43, 45, 48, 60
50, 52, 54, 55, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 70, 71, 73, 76, 77, 78, Lumajang 61
B F 79, 80, 81, 83, 84, 85, 90, 92, 96, 97, 102, 105, 106, 110,
Bali 54, 56, 57, 58, 59, 71, 72, 74, 78, 80 Flagship species 47 111, 112, 113, 154 M
Bali Barat 56, 57, 71, 72 Flora & Fauna International 129 Jambi 173, 175, 179, 183, 188, 218, 242, 246, 255 Madiun 112
Baluran 61, 65, 81 FFI 129, 130, 131, 152 Jepara 70, 83 Macan kumbang 67
Bangli 56, 59 Forum HarimauKita 155 Macan tutul 60, 63, 64, 69, 70, 71, 73, 79, 111, 112
Banten 60, 61, 63, 70, 71, 73, 74, 83, 112 Forum Konservasi Leuser 129, 138 K Malaya 30
Banyumas 64, 81, 112 FKL 129, 138, 139 Kalimantan 25, 28 Malaysia 30
Banyuwangi 44, 61, 63, 65, 71, 81, 83, 112 Kamera jebak 161, 163, 165, 189, 191, 195, 197, 199, 202, Marapi 63
Batavia 64, 70, 73, 81 G 204, 221, 225, 228, 237, 243, 249 Meru Betiri 60, 61, 63, 64, 70, 71, 77, 81
Belanda 61, 70, 71, 73, 76, 77, 80, 84 Garut 64, 80 Kawasan konservasi 93, 94, 95, 99, 120, 128, 129, 130, 140, Museum Zoologi Bogor 25, 32, 49, 57, 73, 74, 83, 113
Benggala 30 Global Tiger Initiative 95 141, 153, 154, 160, 161, 163, 165, 166, 168, 170, 171, 212, Metapopulasi 119
Bengkulu 172, 173, 175, 183, 188, 253 Gunung Baluran 61 213, 214, 215, 226, 227, 248, 249, 251, 252, 254 Mitigasi konlik 42, 47, 160, 170, 171, 176, 184, 187, 193,
Berbak-Sembilang 93, 95, 144, 147 Gunung Honje 74 Kaspia 30 226, 227, 229, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, 250,
Besuki 46, 61, 83, 97, 112 Gunung Kidul 63, 65 Kediri 43, 44, 48 251, 257
Bhutan 31 Gunung Malabar 64, 80 Kepunahan 54, 55, 57, 58, 72, 73, 77, 80, 118, 119 Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS)
Blambangan 44, 45 Gunung Slamet 63, 71 Kerinci 42, 43, 44, 45 130
Blitar 22, 43, 45, 48, 49, 60, 65, 67, 71, 76, 83 G.W.F. Kehrer 84 Kerinci Seblat 94, 95, 109, 116, 119, 120, 124, 125, 127, 130,
Bogor 57, 70, 73, 74, 83, 84 131, 132 N
Boja 65, 81 H Kolonial 56, 60, 61, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 80, 85 National Tiger Recovery Program (NTRP) 95
Bukit Balai Rejang 117, 119, 141, 154 Hama harimau 83 Konlik 56, 60, 61, 70, 71, 72, 73, 76, 77, 80, 85, 92, 93, 94, Ngagah Harimau 42, 43
Bukit Barisan 88, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 99, 118, 129, 134, Tulah harimau 70, 83 95, 98, 99, 102, 104, 106, 107, 108, 111, 113, 115, 116, Ngawi 60
135, 140, 141, 142 Harimau 119, 135, 140, 141, 142, 144, 149, 160, 163, 164, 165, Nekropsi 173, 175, 179
Bukit Barisan Selatan 88, 93, 94, 95, 99, 118, 134, 135, 140, Harimau amur 37 170, 171, 172, 173, 175, 176, 177, 181, 182, 183, 184, Nematoda 173
141, 142 Harimau bali 27, 28, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 185, 186, 187, 193, 209, 213, 215, 220, 222, 226, 227,
64, 65, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 78 90, 113, 160 228, 229, 230, 232, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, P
C Harimau bengal 37 250, 251, 253, 254, 255, 257 Padang 93, 97, 101, 107, 117, 129, 131, 135, 139, 141, 145,
Cagar Alam Pinus Jantho 93 Harimau cina selatan 37 Konservasi 63, 72, 77, 80, 85 93, 94, 95, 99, 105, 116, 120, 148
Sanine distemper virus 181, CDV 181 Harimau indocina 37 128, 129, 130, 135, 138, 139, 140, 141, 144, 149, 152, 153, Panthera 24, 26, 27, 28, 31
Cibadak 64, 80 Harimau jawa 25, 26, 28, 31, 32, 35, 41, 45, 46, 49, 90, 154, 155, 156, 158, 160, 161, 163, 164, 165, 166, 167, 168, Panthera tigris 70, 80, 160
Cilacap 48 92, 102, 105, 113 170, 171, 174, 176, 177, 187, 188, 191, 194, 199, 206, 211, Panthera tigris amoyensis 160
Cina 25, 30, 160, 207 Harimau kaspia 37 212, 213, 214, 215, 216, 217, 218, 219, 220, 224, 226, 227, Panthera tigris sondaica 31, 90
Cina Selatan 30 Harimau malaya 37 234, 235, 236, 237, 238, 242, 244, 246, 247, 248, 249, 251, P. t. sondaica 27, 28
Cirebon 46 Harimau sumatra 33, 43, 55, 77, 78, 85, 86, 88, 90, 93, 252, 253, 254, 255, 257 Panthera tigris tigris 31
Coenraad Jacob Temminck 80 94, 102, 103, 104, 105, 106, 113, 114, 115, 128, 132, Korea Selatan 95, 113 P. t. altaica 27
Convention Concerning the Protection of World Cultural 134, 138, 139, 148, 153, 154, 155, 156, 158, 160, 161, Koridor 93, 119, 122, 124, 130, 161, 162, 164, 187 P. t. amoyensis 27

278 ATLAS HARIMAU NUSANTARA DAFTAR PUSTAKA 279


P. t. balica 27, 28 Subspesies 54, 55, 70, 71, 78, 80, 81
P. t. corbetti 27 Sumatra 24, 25, 27, 28, 30, 31, 35, 36, 37, 41, 43, 44, 45,
P. t. jacksonii 27 46 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 100, 101, 105,
P. t. virgata 26 106, 107, 108, 111, 112, 113, 119, 120, 128, 129, 134,
Pulau Tengah 43 138, 139, 144,
152, 154, 155
Sumatra Barat 95, 96, 108, 173, 188, 223, 252
R
Sumatran Tiger Conservation and Protection 152
Rusia 24, 30
Sumatra Wide Tiger Survey 95, 138, 152
P
T
Paragonimus sp 174
Tamanjaya 74
Parvovirus 174
Taman Nasional
Pasuruan 61
Alas Purwo 45
Pekalongan 60
Bali Barat 57
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) 130
Meru Betiri 45, 60, 61, 64
Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera 148
Ujung Kulon 45, 61, 63, 71, 74, 80
PKHS 129, 148, 149, 151
Batang Gadis 93
Pemangsa 34
Berbak-Sembilang 93, 129, 131, 135, 141, 144, 149
Perburuan 55, 56, 57, 58, 63, 70, 72, 73, 76, 77, 78, 80, 83,
Bukit Barisan Selatan 129, 135, 141, 145, 149
84, 91, 92, 93, 95, 96, 110, 111, 113, 115, 116, 118, 119,
Bukit Tigapuluh 131, 149
138, 145, 148
Gunung Leuser 129, 130, 134, 139, 140
Peter Boomgaard 80, 81, 83, 85
Kerinci Seblat 129, 131, 135, 139, 141, 145
Pieter de Carpentier 110
Way Kambas 93, 95, 140, 141, 148, 149, 151,129, 135,
Pleistosen 24, 25, 26, 28, 33
141, 145, 149
Populasi 116, 117, 118, 119, 120, 121, 124, 138, 145, 160,
Tampomas 64, 80
163, 172, 174, 181, 187, 188, 189, 191, 194, 195, 199, 202,
Tegal 112
203, 204, 212, 216, 217, 219, 221, 222, 225, 226, 228, 243,
Tesso Nilo 95
244, 246, 248, 252, 253, 254, 255, 257
Translokasi 108, 119
Priangan 45, 46, 55, 60, 70, 71, 76, 84, 97, 112
Toxocara sp 174
Probolinggo 61, 70, 83
Pulau Tengah 43
U
Ulu Masen 116, 119, 120, 121, 130, 138
R Umbrella species 47
Rampogan 60, 66, 67, 69, 70, 76
Raung 63 W
Rabies 181 Wildlife Conservation Society 129, 138, 140, 152
Rembang 83 WCS 129, 140, 141, 142, 152
Rhipicephalus sp 174 Weleri 60
Rusia 24, 30
Y
S Yogyakarta 46, 47, 50, 63, 71, 112
Samarkilang 134, 135 Yayasan Badak Indonesia 152
Semarang 60 Yayasan Leuser Internasional 152
Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Sumatra Yayasan WWF Indonesia 129
2007 – 2017 95 WWF 92, 103, 104, 111, 129, 134, 135,
Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling 93, 166, 167 137, 152
Suaka Margasatwa Padang Sugihan 93 Z
Suaka Margasatwa Rawa Singkil 93, 121, 138, 140, 141 zoonosis 173, 181
Suaka Margasatwa Rawa Singkil 139, 140
Suaka Margasatwa Rimbang Baling 129, 135
Subang 80

280 ATLAS HARIMAU NUSANTARA DAFTAR PUSTAKA 281


UCAPAN TERIMA KASIH

Buku ini merupakan karya dari sumbangsih banyak pihak: individu-individu yang
bekerja di berbagai lembaga swadaya masyarakat dalam konservasi harimau. Dari
lembaga tersebut, dimungkin untuk mendapatkan data dan informasi yang kemudian
diadaptasi menjadi teks dan infograis. Dengan ini, seluruh tim Atlas Harimau Nusantara
mengucapkan terima kasih:

1. Direktorat Kawasan Konservasi dan Direktorat Konservasi Keanekaragaman


Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kemen-
terian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
2. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atas perkenan untuk memotret spesimen
harimau bali dan harimau jawa di Museum Zoologi Bogor,
3. Fauna & Flora International - Indonesia Programme,
4. Wildlife Conservation Society (WCS) - Indonesia Program,
5. Yayasan WWF Indonesia,
6. Zoological Society of London (ZSL) - Indonesia Programme,
7. Penyelamatan dan Konservasi Harimau Sumatera (PKHS),
8. Forum Konservasi Leuser (FKL).

Begitu juga ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak kami sebutkan satu per
satu. Karya ini tentu masih melewatkan banyak pihak, gagasan, dan inisiatif konservasi
harimau sumatra yang memang mencakup banyak kalangan. Atas dasar itu, karya ini tidak
berniat untuk mengabaikan upaya-upaya pihak lain dalam melindungi dan menyelamatkan
satwa pemangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai