AUM!
AT L A S H A R I M A U N U S A N TA R A
Ada peristiwa besar yang selalu luput dari perhatian banyak orang,
yaitu harimau masih hidup di alam liar Sumatra. Ia belum punah. Sudah
sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai kesempatan menarik napas
panjang untuk merenung dan waspada. Renungan dan kewaspadaan
penting lantaran Indonesia punya pengalaman pahit dengan punahnya
harimau bali dan harimau jawa.
Agaknya perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
harimau pada zaman ini. Hari-hari ini, kabar yang beredar didominasi kisah
konflik harimau dengan manusia. Sebenarnya, konflik hanya salah satu
bentuk interaksi harimau dengan manusia. Yang sering luput dari perhatian
adalah interaksi yang damai dan senyap. Relasi inilah yang terjadi di garis
depan pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
konflik, penegakan hukum, diskusi konservasi dan kebijakan.
Setelah berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi,
pembangunan, penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut
waktu untuk jeda sejenak. Mungkin ini tidak banyak pengaruhnya bagi
harimau, tapi memberikan peluang bagi manusia menyeimbangkan
hubungan yang timpang selama ini.
Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau? Akankah
kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi sang pemangsa dan spesies
terancam punah yang lain? Sekaranglah saat menentukannya. Dan atlas
ini baru langkah awal, bukan akhir.
SPESIMEN TARING HARIMAU JAWA DARI CIANJUR, 1937, DI MUSEUM ZOOLOGI BOGOR, LIPI.
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA
AUM!
ATLAS HARIMAU NUSANTARA
REDAKSI
Agus Prijono
Munawar Kholis
Laksmi Datu Bahaduri
KARTOGRAFER
Oktafa Rini Puspita
Saddam Husein
KONTRIBUTOR ARTIKEL
Sunarto, Abmi Handayani, Dolly Priatna, Agustinus Wijayanto, Akbar A. Digdo, Erni
Suyanti Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Munawar Kholis, Wido R Albert, Febri A.
Widodo, Wulan Pusparini, Giyanto, Laksmi Datu Bahaduri, Ligaya Tumbelaka, Ahmad
Faisal, Yoan Dinata, Fahrul Amama, Silfi Iriyani, Dedi Kiswayadi, Tomi Ariyanto,
Rudijanta T Nugraha, Hariyo T Wibisono, Fransisca Noni Tirtaningtyas, Muhammad
Yunus.
KONTRIBUTOR FOTO
Dwi Oblo, Agus Prijono, Regina Safri, Asep Abdullah, Fitriani Dwi Kurniasari, Febri
A Widodo, Kusdianto, Giyanto, Nanda P Nababan, Radinal, Boyhaqi, Erni Susanti
Musabine, Sugeng Dwi Hastono, Ahmad Faisal, Wilson Novarino, David Whellan.
SARAN SITASI:
Forum HarimauKita. 2019. Aum! Atlas Harimau Nusantara. Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, GEF UNDP. Jakarta.
Atlas ini disusun oleh Forum HarimauKita, yang didukung kerjasama antara Direktorat
Konservasi Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam
dan Ekosistem – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan GEF UNDP dalam
proyek “Transforming Effectiveness of Biodiversity Management on Sumatran Priority
Landscapes.”
ISBN 978-602-0854-32-8
Harimau sumatra, Panthera tigris sumatrae.
FOTO: DWI OBLO
D AFTAR I SI
PRAKATA 10
PROLOG 16
EPILOG 262
INDEKS 278
KATA PENGANTAR 11
KATA PENGANTAR
KETUA FORUM HARIMAUKITA
Munawar Kholis
KATA PENGANTAR 13
Tim kampanye WWF turut
menyemarakkan Kemah Konservasi
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan, di Lampung, 2017.
FOTO: AGUS PRIJONO
PROLOG 15
PROLOG
LANGKAH PERTAMA...
Hingga detik ini, ada peristiwa besar yang selalu luput dari
perhatian banyak orang: harimau masih hidup di alam liar Sumatra.
Ia belum punah. Sudah sewajarnya bila kabar gembira itu sebagai
kesempatan menarik napas panjang untuk merenung dan waspada.
Renungan dan kewaspadaan penting lantaran Indonesia punya
pengalaman pahit dengan punahnya harimau bali dan harimau jawa.
Memang benar, kenyataan getir yang dulu mendorong dua
subspesies kucing besar itu ke jurang kepunahan dapat dilihat di
sekujur Sumatra. Hutan-hutan menyusut, pemburu terus mengintai,
pembangunan fisik mengoyak kawasan konservasi, kepunahan
lokal merajalela. Di lapangan, ada banyak bukti empat petaka itu
mengancam kelestarian harimau.
Yang melegakan, ada upaya untuk mengimbangi tantangan itu.
Terlebih lagi, populasi harimau sumatra masih terbilang 'lumayan'.
Populasinya belum sekarat betul sehingga para pelestari dapat
meneropong masa depan harimau, lalu mengajukan sejumlah jalan
penyelamatan.
Untuk melestarikan harimau sumatra, bekal utamanya adalah
sains. Ilmu pengetahuan itu tentang: apa, siapa, mengapa, bagaimana,
dan di mana harimau sumatra. Pengetahuan membekali semua pihak
untuk memahami skala ruang dan waktu dalam upaya pelestarian
pemangsa kelas wahid itu.
Namun harus disadari, pengetahuan terus berkembang sehingga
data dan informasi tentang harimau sumatra selalu bersifat sementara.
Maksudnya, kelak pemahaman tentang ekologi, populasi, dan sebaran
harimau akan semakin akurat dan persis.
Atas dasar itu, para pelestari akan mampu memprediksi peluang,
tantangan, dan solusi menghadapi perkembangan zaman. Prediksi
adalah benang merah sains. Hanya mereka yang berpengetahuan
Coretan arang yang bisa menciptakan desain besar jangka panjang. Prediksi
di dinding rumah di memang selalu memiliki dua wajah: yang optimis dan yang
pedalaman Kerinci pesimis. Justru itulah, para pelestari dapat menemukan cara untuk
ini mengingatkan: melambungkan sisi optimis, sembari menekan sisi yang pesimis.
menghindari satwa Pengetahuan dalam konservasi harimau mencegah para pelestari
dengan pagar, terjebak dalam pandangan pura-pura.
sementara pagar Karena itu, perlu melihat secara jernih hubungan manusia dengan
manusia adalah
harimau pada zaman ini. Umumnya, kabar yang beredar di media
hukum. Dekat
didominasi kisah konflik harimau dengan manusia. Sebenarnya,
rumah ini, harimau
konflik hanya salah satu bentuk interaksi harimau dengan manusia.
dilaporkan memangsa
ternak warga.
Yang sering luput dari perhatian adalah interaksi yang damai dan
Beberapa pekan
senyap.
kemudian, harimau Relasi inilah yang sedang dan terus berlangsung di garis depan
coba menerkam pelestarian harimau: patroli, kampanye, pemantauan, mitigasi
perempuan pekebun, konflik, penegakan hukum, diskusi konservasi, dan kebijakan. Setelah
yang untungnya berpuluh tahun mempercepat deforestasi, eksploitasi, pembangunan,
bisa diselamatkan penduduk berlipat ganda, kini saatnya memungut waktu untuk jeda
suaminya. sejenak. Mungkin hal itu tidak banyak pengaruhnya bagi harimau,
tapi memberi peluang untuk manusia menyeimbangkan hubungan
yang timpang selama ini.
Akankah zaman memberikan ruang yang cukup bagi harimau?
Akankah kemanusiaan menemukan jalan terbaik bagi harimau
dan spesies terancam punah lainnya? Sekaranglah saatnya untuk
menentukan, dan atlas ini baru langkah awal, bukan akhir. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
PROLOG 17
Beragam sesajian sebagai syarat
untuk menggelar pertemuan dengan
'sahabat harimau' di Kerinci, Jambi.
FOTO: AGUS PRIJONO
Penari Ngagah Harimau meronta-
ronta saat yang 'liyan' merasuki
tubuhnya.
N U S A N TA R A H A R I M A U
MEMAHAMI
SANG RAJA RIMBA
Pernah pada suatu masa, kira-kira dua juta tahun lalu, sebaran
harimau nyaris menjangkau seluruh dataran Asia, dari Turki Timur
sampai Laut Okhotsk, Rusia. Sayangnya, hanya dalam kurun satu
abad terakhir, wilayah hidup harimau telah jauh menyusut, tinggal
menyisakan kantong-kantong habitat yang terpisah satu sama lain.
Harimau sebenarnya dapat dijumpai di berbagai macam hutan,
dari hutan kering, hutan lembab, hutan musim, hingga hutan bakau.
Ia dapat dijumpai di hutan-hutan konifer, habitat berumput tinggi,
hingga hutan tropis Sumatra. Ini menunjukkan kemampuan adaptif
harimau terhadap variasi ketinggian, suhu, dan curah hujan.
Mampu mendiami berbagai habitat dan iklim menunjukkan
habitat bukan menjadi elemen terpenting dalam sejarah evolusi
harimau. Namun keragaman trah tigris dari kucing Panthera ini
kemungkinan besar karena mengikuti sebaran cervid (jenis rusa-
rusa) dan bovid (jenis kerbau) di Asia Tenggara pada kala Pleistosen.
Sebaran harimau nampaknya seiring dengan evolusi sebaran ungulata
besar: rusa, banteng, kerbau, dan kijang, yang menciptakan wilayah
baru bagi pemangsa berbadan besar yang hidup di pinggir hutan.
Pleistosen merupakan kala dengan iklim yang berfluktuasi secara
ekstrem. Sedikitnya ada empat masa glasial yang beku, yang muncul
berselang-seling dengan masa interglasial yang hangat. Suhu dingin
berkaitan dengan zaman es yang diperkirakan paling berat menimpa
daerah garis lintang utara. Sedangkan di daerah tropis, efeknya adalah
perubahan tinggi permukaan laut.
Pada masa glasial, air di kutub membeku, permukaan laut
menurun sehingga menghasilkan daratan kering yang luas, seperti
hamparan di Dangkalan Sunda. Pada saat iklim menghangat, lapisan
es di kutub mencair, lalu permukaan laut naik, dan menutupi jembatan
daratan. Di Asia Tenggara, pulau-pulau yang berada di Dangkalan
Sederetan spesimen Sunda: Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, putus-sambung seiring
macan tutul, harimau dengan perubahan iklim. Pulau-pulau itu akan tersambung saat es di
jawa, dan harimau bali kutub membeku, kemudian terpisah saat es meleleh (hingga akhirnya
di Museum Zoologi seperti saat ini).
Bogor Lembaga Bagi mamalia besar, Pleistosen merupakan kala yang penuh
Ilmu Pengetahuan kekacauan. Tingkat spesiasi dan kepunahan meningkat empat kali
Indonesia. lipat dibandingkan dengan kala Tersier, dan beberapa mamalia
mengalami ledakan penyebaran. Rusa berkembang biak dengan baik
selama Pleistosen. Dari pusat perkembangan satwa ini di Asia, jenis
keturunan cervid yang hidup di hutan dan berbadan kecil (mirip
kijang sekarang), menyebar dan mendiami berbagai wilayah. Awal
Pleistosen ditandai dengan munculnya lembu, bison dan banteng.
Kajian sebaran harimau berdasarkan fosil jauh lebih sulit,
mengingat lokasi fosil yang terserak. Fosil tertua berasal dari Cina
utara dan Jawa. Fosil dari Jawa diperkirakan berasal dari 1,66 dan
1,81 juta tahun lalu. Bukti fosil tersebut memberikan petunjuk
bahwa harimau telah menyebar ke Asia Timur.
Petunjuk ini juga didasarkan bukti fosil harimau dari masa tengah
sampai akhir Pleistosen yang hanya diketahui berasal dari Cina,
Sumatra, dan Jawa. Sementara itu, fosil harimau dari masa Holosen
tercatat ditemukan di Jawa dan Kalimantan. Namun, harimau di
Kalimantan nampaknya sudah lama punah. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
IRAN
PAKISTAN
MONGOLIA
Harimau amur
P. t. altaica
GYZSTAN
CINA
NEPAL
VIETNAM
Harimau malaya
P. t. jacksonii
MALAYSIA
I N D O N E S I A
Harimau sumatra
Panthera tigris sumatrae
DANGKALAN SUNDA
Harimau jawa
P. t. sondaica Harimau bali
P. t. balica
0 km 700
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM, WWW. IUCNREDLIST.ORG.
TEKS: DINERSTEIN, E., LOUCKS, C., WIKRAMANAYAKE, E., GINSBERG, J., SANDERSON, E., SEIDENSTICKER, J., FORREST, J., BRYJA G., HEYDLAUFF, A., KLENZENDORF, S.,
LEIMGRUBER, P., MILLS, J., O’BRIEN, T. G., SHRESTHA, M., SIMONS, R., & SONGER, M. 2007. THE FATE OF WILD TIGERS. BIOSCIENCE 57 (6), JUNE 2007; SEIDENTICKER,
J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P. (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF
LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN
PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
NUSANTARA HARIMAU
Selama kala Pleistosen, terjadi masa glasial beberapa kali
yang diselingi periode interglasial. Evolusi sebaran harimau di
Nusantara dipengaruhi perubahan iklim pada kala Pleistosen
yang menyebabkan permukaan laut naik-turun. Hal itu membuat
Dangkalan Sunda beberapa kali timbul-tenggelam seiring meluap
dan surutnya permukaan laut selama Pleistosen.
SUMATRA KALIMANTAN
Secara zoogeografis, harimau
pernah menghuni Kalimantan
tapi tak didukung bukti
akurat. Bukti harimau di
pulau ini berupa ujung gigi
taring di Gua Niah, Sarawak.
DANGKALAN SUNDA
Harimau sumatra Pada masa interglasial, es kutub mencair, laut
Panthera tigris sumatrae membanjiri Dangkalan Sunda, lalu mengurung tiga
harimau di Sumatra, Jawa, dan Bali. Pada 8.000
tahun lalu, jarak pulau yang dekat memungkinkan
harimau dapat berenang dari pulau ke pulau .
J A W A
BALI
Fosil palung betis di Jawa berusia
Harimau jawa
SAMUDRA HINDIA P. t. sondaica 1,6 dan 1,8 juta tahun. Ini bukti:
awal kala Pleistosen, harimau
telah menyebar ke Asia Timur.
Harimau bali
P. t. balica
PULAU HARIMAU
Di luar daratan Benua Asia, harimau menghuni pulau-pulau Dangkalan
Sunda: Sumatra, Jawa, dan Bali. Dengan punahnya harimau jawa dan
harimau bali, berarti tinggal satu harimau pulau di muka Bumi. Sepanjang
masa sejarah, hanya Nusantara yang dikenal sebagai kepulauan yang dihuni
harimau. Sumatra, Jawa, dan Bali merupakan wilayah harimau paling ujung:
sisi selatan khatulistiwa.
S A M U D R A PA S I F I K
SULAWESI
PAPUA
DANGKALAN SAHUL
PUNAH
GENTING PUNAH
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
TEKS: SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P. (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE
ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., DAN AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA DAN BALI. EDITOR
SERI: S. N. KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA.
APALAH ARTI SEBUAH NAMA...
SUNARTO
KARAKTER HARIMAU
PENGUASA WILAYAH MANGSA JELAJAH LUAS
Menguasai teritori untuk bertahan Hidupnya tergantung pada Hidupnya menjelajah mencari
hidup dan berkembang biak. kelimpahan mangsa. mangsa, istirahat, kawin, dan
aktivitas lain.
MARTABAT LOKAL
Berikut beberapa nama lokal harimau di Sumatra dan Jawa.
PULAU JAWA PULAU SUMATRA
Simbah, kyai, loreng, gembong, Rimueng, rimau, imau, datuk, inyiak,
maung, lodhaya. ompung, ampang limo.
WAJAH
Salah satu petunjuk untuk
membedakan
dua individu yang berbeda.
TUBUH
Pola loreng di tubuh harimau
bercorak beda-beda. Sisi kiri
dan kanan asimetris.
KAKI
Bila citra kamera memotret sisi
depan, pola di kaki menjadi
pembeda individu.
STATUS HARIMAU
Lembaga persatuan konservasi dunia IUCN memasukkan seluruh
subspesies harimau dalam daftar terancam punah.
PUNGGUNG
Bagian ini dapat memberikan
petunjuk untuk identifikasi.
EKOR
Loreng yang melingkar seperti
cincin menjadi penanda
identifikasi.
SUMBER: KHOLIS, M., FAISAL, A., WIDODO, F. A., MUSABINE, E. S., HASIHOLAN, W., & KARTIKA, E.C. TANPA TAHUN. PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK
MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA. DITJEN KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN; SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., DAN JACKSON, P.
1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS;
PHILIP J. NYHUS & RONALD TILSON. 2010. WHERE THE TIGER SURVIVES, BIODIVERSITY THRIVES. KYOTO JOURNAL 75 PP 86-87. HTTP://WWW. KYOTOJOURNAL.
ORG/BIODIVERSIT BD_PRINT/86/KJNYHUS-TILSON; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK
PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN,
WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
PREDATOR ULET
Ia jarang mengaum. Namun sekali meraung, gemanya menggetarkan seisi hutan dalam
radius 1,5 km. Kekuatan utamanya adalah tenaga, bukan daya berlari jauh dalam waktu lama.
Ia tipe pemangsa yang mengintai, mengendap, melompat, lalu menyergap—mematikan—
dengan tumpuan kaki pendek nan kokoh.
LORENG
Semburat garis hitam di sekujur tubuh menyamarkan
pemangsa ini dari pindaian mangsa yang ia intai.
JAGOAN TAKTIK
Ia mengandalkan taktik perburuan
individual: bersembunyi, mengendap,
mengejar, menyergap tiba-tiba, lalu
menuntaskan nyawa mangsanya.
SENSOR KUMIS
Harimau punya lima jenis misai
sebagai sensor pendeteksi
keadaan sekeliling. Letak lima
rambut ini tersebar di tubuh
harimau. Kumis harimau tebal,
kuat, dan lentur, mengakar dalam,
dan diselimuti kapsul darah.
Darah akan mengaliri akar misai
bila bersentuhan dengan sesuatu,
yang akan mendorong gerakan si
harimau.
Harimau membutuhkan 5-6 kg daging setiap hari untuk kelangsungan hidupnya. Ini
berarti ia butuh 1.825 sampai 2.190 kg daging setiap tahun. Menu favoritnya: rusa
sambar, babi hutan, muncak.
EKOR
Ekor untuk keseimbangan dan berperan
dalam komunikasi visual. Saat rileks,
ekornya menjuntai santai. Perilaku agresif
terlihat dari ekor yang bergoyang kiri-
kanan atau kedutan-kedutan intens.
PERILAKU TERITORIAL
Setiap individu harimau punya batas wilayah jelajah masing-masing.
Luas jelajah harimau berbeda-beda bergantung kerapatan mangsa
dan jenis kelamin. Teritori pejantan dewasa biasanya bersinggungan
dengan teritori beberapa betina.
SUMBER: KHOLIS, M., FAISAL, A., WIDODO, F. A., MUSABINE, E. S., HASIHOLAN, W., & KARTIKA, E.C. TANPA TAHUN. PEDOMAN PENANGGULANGAN KONFLIK
MANUSIA DAN HARIMAU SUMATERA. DITJEN KSDAE, KLHK; SEIDENTICKER, J., CHRISTIE, S., & JACKSON, P (EDITORS). 1999. RIDING THE TIGER, TIGER CONSERVATION
IN HUMAN-DOMINATED LANDSCAPES. THE ZOOLOGICAL SOCIETY OF LONDON, CAMBRIDGE UNIVERSITY PRESS; PHILIP J. NYHUS & RONALD TILSON. 2010.
WHERE THE TIGER SURVIVES, BIODIVERSITY THRIVES. KYOTO JOURNAL 75 PP 86-87. HTTP://WWW. KYOTOJOURNAL.ORG/BIODIVERSIT BD_PRINT/86/KJNYHUS-
TILSON; SUNARTO, WIDODO, E., & PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG: PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN
HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA . DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
FOTO: ASEP ABDULLAH
JASA HARIMAU BAGI PERADABAN
KRISIS YANG MELANDA HARIMAU ADALAH TENGARA DARI KRISIS YANG LEBIH
LUAS. TERSINGKIRNYA HARIMAU PERTANDA EKOSISTEM SEDANG GOYAH.
DENGAN KATA LAIN, MELINDUNGI HARIMAU BERARTI MELINDUNGI HUTAN
SEISINYA: KERAGAMAN HAYATI DAN JASA LINGKUNGAN. DI MASA LALU
WILAYAH HUNIAN HARIMAU MENJADI HUTAN LARANGAN YANG PANTANG
UNTUK DIUSIK. BAHKAN KITAB JAWA KUNO NITI-SASTRA MENYEBUT
HARIMAU DAN HUTAN SALING MELINDUNGI. PUSTAKA ABAD KE-15 ITU
BERISI PANDANGAN MORALISTIK: HARIMAU AKAN MENINGGALKAN HUTAN
YANG DITEBANGI MANUSIA. LANTAS, MANUSIA MENGEJAR HARIMAU
YANG TAK BISA LAGI BERSEMBUNYI DI HUTAN. ITU TENGARA MURAM DARI
PANDANGAN JAWA KUNO.
PERAWAT BUDAYA
Dalam budaya Bali, Jawa, dan Sumatra,
harimau merupakan simbol budaya dan
pandangan hidup. Bahkan setelah punah,
harimau jawa pun masih menjadi simbol bagi
divisi Tentara Nasional Indonesia di Jawa
Barat.
PELINDUNG PERADABAN
Melindungi harimau juga berarti menjaga
dan merawat ekosistem di wilayah jelajahnya:
hidrologi, plasma nutfah bagi obat-obatan,
dan pangan.
MORAL
Harimau menjadi inspirasi etika sosial masyarakat di pedalaman
Jawa dan Sumatra. Di masa Jawa klasik misalnya, tempat-tempat
yang dihuni harimau disebut angker, keramat, dan biasanya menjadi
hutan larangan.
Dalam ritual adu harimau dan banteng, harimau dianggap
mewakili Belanda dan banteng mewakili Jawa. Sebagai simbol Belanda,
harimau mewakili citra kekacauan dari pihak asing yang mengancam
tatanan Jawa. Dalam pertarungan itu, raja berharap harimau kalah,
sebagai tanda tunduknya kekacauan dari kekuatan pemberi hidup—
diwakili kerbau, hewan pertanian Jawa. Artinya, adu macan dan
banteng dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan kosmik
antara yang baik dan yang jahat. Tak heran, dalam ritual itu sang raja
menginginkan banteng atau kerbau keluar sebagai pemenang.
SUPRANATURAL
Di wilayah Jawa bagian barat hingga kini masih ada mitos tentang
harimau putih. Tokoh besar Jawa bagian barat, Raja Siliwangi selalu
dikaitkan dengan harimau putih, yang menegaskan sisi supranatural
harimau. Macan putih juga dikaitkan dengan dua kerajaan Hindu di
Kediri dan Blambangan (Banyuwangi), Jawa Timur.
FOTO: AGUS PRIJONO
BIOLOGI
Harimau adalah pemangsa di puncak piramida makanan. Karena
itu, ia mengendalikan populasi mangsa yang ada di rangkaian rantai
makanan di bawahnya. Kehadiran harimau menandakan rantai
makanan berputar: dari produsen (tumbuhan) – herbivor (konsumen
1) – karnivor (konsumen 2) - dekomposer (pengurai). Dengan
demikian, adanya harimau menandai kesehatan ekosistem.
Sebagai pemangsa, ia terampil berburu secara individual. Ia
tipe pemangsa seperti penembak jitu: mengintai, mengendap,
lalu menyergap dengan bertumpu pada kaki pendek yang kokoh.
Kekuatan utamanya terletak pada tenaga, bukan daya berlari jauh
dalam waktu lama. Semburat lorengnya menyamarkan harimau saat
mengintai mangsa di antara rimbunnya tumbuhan.
Tubuh harimau penuh dengan fitur-fitur mematikan: siungnya
disangga rahang kokoh yang mampu meremukkan tulang, cakarnya
bisa meregang sampai beberapa sentimeter. Matanya berpendar saat
gelap: mekanisme penerangan dari belakang lensa oleh membran
yang memantulkan cahaya melalui retina.
N U S A N TA R A H A R I M A U
YANG SILAM,
YANG KELAM
HARIMAU BALI
MUSNAH DI UJUNG BEDIL PEMBURU
Pemangsa terkecil dari semua ras tigris ini tidak banyak dikenal
sains. Tidak mengherankan, nasib harimau bali bisa dibilang amat
tragis. Karena itu pula, tidak ada banyak informasi tentang harimau
bali.
Pada 1830, daerah pegunungan Pulau Bali dikenal sebagai
wilayah hunian harimau. Begitu juga daerah Jembrana, pegunungan
Buleleng, dan Tabanan merupakan daerah jelajah harimau. Kedua
daerah tersebut tercakup dalam wilayah bagian barat Bali.
Sekitar satu dekade kemudian, ahli botani Swiss H. Zollinger
menemukan harimau mendiami pegunungan Bangli, Bali bagian
timur. Catatan-catatan itu menegaskan harimau pernah tersebar di
seluruh bagian utara Bali. Kendati sampai 1881, dilaporkan masih
ditemukan di sekitar Bangli, namun sejak 1860-an harimau bali
semakin jarang. Selama dekade terakhir keberadaannya, sebaran
harimau terbatas di ujung barat pulau.
Salah satu penyebab punahnya harimau bali adalah pembangunan
wilayah ini pada zaman kolonial. Pembangunan lahan pertanian dan
infrastruktur jalan telah dimulai pada akhir 1800-an dan awal 1900-
an, yang berkontribusi mengubah ekosistem Bali. Jalan-jalan utama
sudah dikembangkan pada 1935 yang memecah-belah hutan habitat
harimau. Infrastruktur jalan terutama untuk menghubungkan sisi
barat dan timur pulau yang dikenal sulit untuk ditembus.
Namun, perburuan untuk rekreasi menjadi penyebab utama
yang mengakhiri harimau bali. Selama 1920 - 1930-an, para
pemburu mengejar harimau bali tanpa pandang bulu. Perburuan
juga menyasar satwa mangsa, yang mempengaruhi persediaan
pakan harimau.
Padahal, selama masa pergantian abad ke-19 menuju abad ke-
20, Bali Barat masih dipandang sebagai wilayah harimau. Sampai
1930-an, kawasan yang kini menjadi taman nasional ini dikenal
Satu-satunya spesimen sebagai daerah jelajah harimau yang membuat orang berpikir dua
harimau bali di kali untuk melewati jalan yang menembus hutan Bali Barat. (Kini,
Museum Zoologi jalan itu menjadi jalur utama dari Gilimanuk ke daerah lain di Pulau
Bogor Lembaga Bali. Jalan lebar dan beraspal mulus itu membelah Taman Nasional
Ilmu Pengetahuan Bali Barat).
Indonesia yang menjadi Wilayah di tepi barat Bali ini menjadi tempat berburu harimau
bukti otentik hewan yang populer bagi orang Eropa. Pada masa 1935, perburuan dengan
ini memang pernah
senjata api begitu intensif, sehingga beberapa ahli menduga harimau
menghuni Pulau Bali.
bali bakal punah dalam beberapa tahun.
Pada paruh pertama 1936, pemburu membunuh lima harimau
bali, dan pada 1937, seekor harimau betina dewasa dibunuh di
Sumber Kima, Bali Barat. Selama kurun 1933 sampai 1937, 14 harimau
meregang nyawa di ujung bedil pemburu. Kendati populasinya telah
banyak berkurang, setelah itu masih ada saja laporan enam harimau
di dataran rendah, dan mungkin lebih banyak di pegunungan.
Beberapa catatan menyimpulkan 1937 merupakan tahun terakhir
bagi harimau bali. Bisa jadi, tahun kepunahan ras ini terjadi pada
1942, dan pasti punah sekitar 1955. Upaya melindungi harimau bali
mulai terlihat pada 1947, saat dewan raja-raja Bali melindungi hutan
Banyuwedang sebagai suaka perlindungan satwa, yang menjadi cikal
bakal Taman Nasional Bali Barat. Sampai 1970-an masih terdengar
kabar ihwal perjumpaan dengan harimau bali. ***
FOTO: AGUS PRIJONO
SEIZIN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Negara
SURGA PERBURUAN
Sudah semenjak 1906, Bali menjadi tempat favorit
bagi para pemburu yang tertarik dengan pegunungan
yang sunyi, penuh rusa dan harimau. Banyak pemburu
melakukan perjalanan tahunan ke pulau ini. Seperti
pembuat bom E. Munaut dari Surabaya, yang membunuh
20 harimau bali pada 1913. Atau, Ledeboer bersaudara,
dari Jawa Timur, yang menembak 11 harimau bali sebelum
tahun 1915.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: ASHRAF, MOHAMMED.
2006. THE EXTIRPATION OF BALI AND JAVAN TIGER: LESSONS FROM THE PAST . TIGER PAPER, JULY-SEPTEMBER 2006, REGIONAL QUARTERLY BULLETIN ON
WILDLIFE AND NATIONAL PARKS MANAGEMENT. DIUNDUH DI HTTPS://WORKS.BEPRESS.COM/BIOCENTRISM/12/; BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF
FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600 - 1950 . YALE UNIVERSITY; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., & AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA
DAN BALI . EDITOR SERI: S. N. KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA.
SEBELUM PUNAH PADA 1940-AN, BERAPA KIRA-KIRA
POPULASI HARIMAU BALI?
Jika bisa diterima asumsi kepadatan rata-rata di hutan
dataran rendah bagi seekor harimau adalah 15 km persegi,
dan sekalipun seluruh Bali adalah habitat harimau, maka
hanya ada 110 ekor harimau bali dewasa pada satu waktu
yang bersamaan.
Singaraja
Badung
DENPASAR
TAMAN NASIONAL
TUTUPAN
HUTAN 2014
KILOMETER
0 9 18
JALAN ARTERI
YANG SILAM, YANG KELAM
H A R I M A U J A WA
TERLAMBAT DI TIKUNGAN TERAKHIR
IBUKOTA HARIMAU
Sejak mendirikan pos dagang pada abad ke-17, konflik
harimau-manusia telah pecah di Batavia. Ibukota negara
ini dahulunya wilayah jelajah harimau jawa.
BANTEN
Garut 1940
Baluran
Kediri
DI YOGYAKARTA J AWA T I M U R
Blitar
Gunung Kidul 1940
Banyuwangi
1940
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: RAHARYONO, D., &
PARIPURNO, E. T. 2001. BERKAWAN HARIMAU BERSAMA ALAM. YAYASAN KAPPALA INDONESIA, THE GIBBON FOUNDATION, PUSAT INFORMASI LINGKUNGAN
INDONESIA – JARINGAN PROGRAM PERGERAKAN LSM, BOGOR; SEIDENSTICKER, J., & SUYONO. 1980. THE JAVAN TIGER AND MERU BETIRI RESERVE: A
PLAN FOR MANAGEMENT. WORLD WIDE FUND, INTERNATIONAL UNION FOR CONSERVATION OF NATURE AND NATURAL RESOURCES, DIREKTORAT
PERLINDUNGAN DAN PENGAWETAN ALAM; WHITTEN, T., SOERIAATMADJA, R. E., & AFIFF, S. A. 1999. EKOLOGI JAWA DAN BALI . EDITOR SERI: S. N.
KARTIKASARI. PRENHALLINDO, JAKARTA.
Keadaan pasti kisruh bila ada harimau yang lolos atau sima
ambabal dari medan rampogan. Setiap ada harimau yang
lolos, khalayak pasti panik bukan kepalang. Lha… ada yang
terpisah dari anaknya, dari temannya, ada juga yang terluka
karena lari tunggang langgang. Itulah yang menjadi cerita dari
mulut ke mulut. Saya sudah pernah melihat harimau lolos dari
rampogan. Di Kediri, ada harimau besar yang bisa menjebol
barisan bertombak itu, lantaran masih gesit dan sehat.
Rupanya, harimau ini ditangkap malam 25 Ramadan—
mendekati 1 Syawal jelang lebaran, sehingga, ia masih segar
dan kuat. Setelah keluar kandang, harimau itu langsung lari,
berhenti sejenak menatap barisan orang di sisi utara. Dalam
sekejap mata, ia melompat, dan mendarat di barisan depan.
Tentu saja, orang yang menjadi sasaran lompatan harimau
itu kocar-kacir. Sialnya, lantaran tidak menduga, barisan
di bagian belakang ikut bubar. Harimau pun lolos. Saat
menerabas barisan, harimau itu mencakari orang-orang. Enam
orang terluka berdarah-darah. Wah, tak terbayangkan betapa
kisruhnya suasana!
Kebetulan, harimau itu bersembunyi di bawah meja si
penjual rawon. Suami si penjual rawon berteriak minta tolong.
Tanpa pikir panjang, ia menggebrak meja itu dengan gagang
pikulan. Hancur-leburlah seluruh dagangan istrinya. Harimau itu
akhirnya bisa dibunuh.
Sebelum benar-benar mati, harimau itu merangkak dari
bawah meja, dan si suami menggebukinya sampai mati.
Lantaran marah, suami itu mengumpati si harimau: gara-gara
ia, dagangan istrinya porak-poranda. Siapa pun yang pernah
* Cuplikan penuturan R. menonton harimau lolos, pasti bisa berkisah tentang keriuhan
Kartawibawa dalam Bakda
Mawi Rampog, terbitan Bale orang. Lantaran akan lebaran, orang-orang ingin memakai
Pestaka, 1925. baju bagus, dan tidak heran ada yang mencopet, mengutil,
1605
Catatan awal tentang ritual adu harimau vs
1620-an banteng dan rampogan macan di kerajaan Jawa.
Harimau jadi ancaman penghuni Batavia. Saksi
mata: Sultan Agung mengirim punggawa berburu 1625
200 harimau selama 3 bulan. Harimau diadu Gubernur Jenderal melaporkan harimau
dengan prajurit (mungkin rampogan macan). menyerang warga Batavia—sekitar 60 korban
dari populasi 6.000 manusia.
1644
Imbalan uang untuk penangkap harimau dan 1648
satwa lain: badak, ular besar, dan buaya. Imbalan uang menjadi kebiasaan: bukti
1648 - 1654 kompeni mendorong perburuan harimau dan
Catatan duta kompeni: Sunan Amangkurat I satwa lainnya.
sesekali menggelar adu harimau vs banteng.
1659
Konflik harimau makin kerap seiring
1670
berkembangnya permukiman ke luar Batavia.
Saran untuk penangkapan harimau dekat Batavia. Ekspansi pertanian menyingkirkan habitat
Ratusan harimau dan macan tutul ditangkap di harimau.
sekitar kota.
1703
1820 Sunan Amangkurat III menghukum Pangeran
Ada ide membentuk tim pembasmi harimau jawa. Puger bersama sejumlah keluarganya. Mereka
Usul ini sia-sia, tapi tetap ada upaya membasmi dimasukkan ke kandang harimau di Kartasura.
harimau jawa.
1830
1830–1870 Di daerah Bogor dan Priangan, sekitar 100
Ritual harimau mulai dikurangi, mungkin karena harimau dan macan tutul dibunuh setiap tahun.
populasi harimau berkurang. Tahun 1830: masa
tanam paksa yang mendorong pembukaan lahan 1861
baru di wilayah liar. Pemerintah meminta residen di Jawa melaporkan
harimau di wilayahnya. Data itu untuk membasmi
1862
harimau, lantaran tingginya konflik.
Terbit aturan bagi warga yang ingin jadi pemburu
harimau profesional dengan senjata api. Juga, 1875
pendaftaran ‘kecelakaan’ bagi korban harimau. Awal istilah 'harimau pemakan manusia,'
dengan fenomena ‘tulah harimau’ atau
1879 serangan harimau ke manusia. Konflik bermula
Tulah harimau mendera Gunung Muria dan di Priangan dan Banten, lalu merembet ke
Probolinggo, disusul Kediri pada 1880. timur. Tren perburuan harimau meningkat.
1880
1886 & 1887 Ritual harimau kian jarang. Harimau musnah di
Harimau jawa yang dibunuh pada 1886: 126, kawasan yang mudah dijangkau. Gejala awal
dan pada 1887: 116. Angka ini lebih tinggi berkurangnya populasi harimau jawa makin
dari rata-rata pembunuhan harimau pada kentara.
dasawarsa 1860-an.
1894
1897 Pukulan terakhir tulah harimau jawa melanda
wilayah Gunung Muria, Jepara.
Pemerintah kolonial menghapus sistem
imbalan untuk harimau jawa dan macan tutul.
1922
1930-an Pemerintah tak lagi butuh statistik harimau yang
Sampai tahun ini Bali Barat masih menjadi tempat ditangkap dan dibunuh. Namun, sistem imbalan
tak pernah sepenuhnya dihapus—utamanya di
berburu favorit bagi orang Eropa modern.
Sumatra, lantaran harimau masih jadi ancaman.
1990
Tim lain coba mencari harimau jawa, hanya 1994
menemukan jejak-jejaknya. UU Nomor 5/1990 Berita harimau jawa dijumpai di Banyuwangi.
Sejak 1990-an seluruh kabar perjumpaan dengan
memperkuat perlindungan harimau.
harimau jawa tanpa verifikasi pakar.
KAJIAN KE DEPAN
Artikel ini hanya sebagian kecil dari seluruh penelitian yang
telah dilakukan, dan kemungkin yang dapat dilakukan. Pertama-
tama, yang penting disebutkan ketersediaan sumber berita untuk
kasus Sumatra cukup banyak. Selain Peter Boomgaard, yang dalam
'Frontiers of Fear' menyinggung persoalan harimau di Sumatra, tak
banyak yang memanfaatkan sumber-sumber itu untuk membangun
narasi historis tentang hubungan manusia dan harimau sumatra—
dan kerumitannya.
Pemetaan dan penelitian sejarah harimau sumatra setidaknya
dapat dilakukan dengan menelusuri berita surat kabar, arsip kolonial
tentang Sumatra, catatan-catatan dari pelancong atau peneliti.
Dan, yang terpenting: upaya menghidupkan sumber-sumber dari
daerah-daerah di Sumatra. Ini penting dilakukan agar peneliti dapat
menghadirkan narasi yang berimbang dengan memeriksa kedua
jenis sumber.
Penelitian lainnya terkait kesadaran dan gerakan konservasi satwa
di Indonesia. Persoalan ini masih menyisakan banyak pertanyaan.
Misalnya, siapa agen-agen yang menyuarakan perlindungan satwa,
yang mungkin dilacak dari dokumen kolonial dan aparatur ilmiahnya
dalam mengusahakan adanya natuurmonumenten. Namun, sama
seperti sebelumnya, juga perlu mencermati gagasan-gagasan pelestarian
yang melekat pada berbagai kebudayaan di Indonesia.
Untuk melakukan penelitian semacam ini, kerangka konseptual
yang dapat digunakan adalah environmental history dan animal history.
Sebagai kerangka konseptual, keduanya juga masih menyisakan
banyak ruang untuk dimanfaatkan dan diperdebatkan di Indonesia.
Terlepas dari persoalan kebaruan penggunaannya dalam studi
sejarah di Indonesia, yang perlu disoroti dari dua pendekatan ini
adalah karakter multidisiplinernya. Penerapan kedua sub-disiplin
ilmu ini dapat mewadahi dialog dan kerjasama antara ilmu humaniora
dengan, misalnya, biologi dan kehutanan—serta cabang ilmu lain
ihwal pelestarian satwa di Indonesia.***
I K H T I A R S U M AT R A
MENJAGA
HARIMAU NUSANTARA
HARIMAU NUSANTARA
MUNAWAR KHOLIS
1773
Catatan dari Rawas, Palembang, sebuah
1816
kampung tak berpenghuni karena kehadiran
Catatan di Mukomuko, Bengkulu, harimau begitu harimau.
banyak dijumpai seluruh negeri.
1800-an
1838 Di wilayah Bengkulu, harimau cukup
Imbalan atau premi pertama untuk harimau yang merepotkan. Elit perusahaan Inggris sering
ditangkap atau dibunuh wilayah pesisir barat membawa kepala harimau yang dibunuh.
Sumatra. 1844
1847 Di wilayah Batak, para wanita yang bekerja
Di Tebingtinggi, serangan harimau di sawah berlindung di bawah keranjang
sangat besar. Dari 47 pekerja kebun, 17 anyaman rotan untuk berlindung dari harimau.
menunjukkan bekas luka serangan harimau.
1854
1897 Imbalan untuk meredam konflik harimau.
Imbalan dihapus lantaran tak efektif. Di Kampar, Korban serangan harimau: 300 di Palembang
pantai timur, setiap desa diperintahkan membangun dan 100 di Mandailing, Pesisir Barat Sumatra.
perangkap dengan umpan ternak hidup. Sistem ini
cukup berhasil,100 harimau terperangkap.
1900
Laporan rerata 60 orang menjadi korban
1928
serangan dalam setahun.
Usulan pertama untuk melindungi sepanjang lanskap
Bukit Barisan. 1904
344 harimau dibunuh dan sekitar 60 orang
1910 - 1940 menjadi korban.
Pemerintahan di Sumatra menawarkan imbalan
harimau. Daerah semi-otonom, seperti Asahan dan 1930-an
Langkat, memiliki anggaran untuk membasmi hewan Harga kulit harimau sumatra dalam lembaran
berbahaya. Perkebunan di Deli juga menawarkan utuh berkisar 150-350 gulden.
hadiah.
1934 –1935
1970
Pendirian kawasan lindung di lanskap
Pemerintah melindungi harimau sumatra dengan
Leuser dan Bukit Barisan Selatan, yang kelak
terbitnya Keputusan Menteri Pertanian No. 421/
menjadi taman nasional.
Kpts/Um/8/1970.
1973 1977
Konvensi internasional perdagangan dan peredaran Populasi harimau di alam pada 1970-an diduga
tumbuhan dan satwa terancam punah, CITES, sekitar 1.000 ekor.
menetapkan harimau sumatra masuk Appendix 1:
perdagangannya diawasi secara ketat. 1980-an
Penunjukan taman nasional: Leuser, Kerinci
1984 Seblat, Bukit Barisan Selatan yang melindungi
Tercatat adanya ekspor ilegal tulang harimau ke habitat inti harimau sumatra dan mamalia besar
Taiwan. lain.
1992 1990
Lokakarya pertama analisis populasi dan habitat UU Nomor 5 memperkuat perlindungan harimau
harimau. Konsensus: populasi 500 ekor: 400 di sumatra.
Leuser, Kerinci Seblat, Way Kambas, Berbak, Bukit
Barisan Selatan, dan Kerumutan dan Rimbang.
Sisanya, 100 di luar kawasan konservasi.
1993
1994
Selama 1970-1993, tercatat 3.994 kg tulang
Pakar menduga sekira 36 harimau diburu pada
harimau diekspor ke Korea Selatan.
awal 1990-an.
1995
1997
Sumatran Tiger Project pertama di Taman Nasional
Sejak 1985 – 1997 hutan Sumatra berubah sekitar
Way Kambas. Pemantauan populasi pertama kali
6,7 juta hektare. Ini menekan populasi harimau.
dengan kamera intai.
Korban konflik harimau-manusia selama 1978 –
1997 umumnya pria yang bekerja siang hari di
2000
tepi hutan. Konflik tertinggi di Sumatra Barat, 48
Pada dasawarsa ini perkembangan baru
kasus; Riau, 36; dan Aceh, 34.
dalam upaya melindungi harimau dan
2002 menghentikan perburuan, taman nasional
Selama 1998 - 2002, tercatat 35 ekor harimau memiliki unit perlindungan harimau. Tim
korban konflik. Sekira 253 ekor harimau ini berpatroli untuk mendeteksi perburuan,
tersingkir dari habitatnya. TRAFFIC melakukan investigasi, penangkapan, dan pendidikan
observasi 24 kota besar dan kecil di 8 provinsi. masyarakat di sekitar taman nasional.
Hasilnya, hanya di 7 kota kecil tak ditemukan 2004
bukti perdagangan harimau. Sejak 1998, 253 Pemerintah menetapkan Tesso
harimau dibunuh atau ditangkap. Rata-rata 51 Nilo sebagai taman nasional untuk
harimau per tahun. memastikan masa depan harimau.
2000 - 2004
Tercatat 40 orang tewas berkonflik dengan harimau. 2006
Survei ulang TRAFFIC di 22 kota besar
2007 dan kecil di 7 provinsi—kecuali Aceh.
Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau Hasilnya, hanya 9 kota besar dan kecil tidak
Sumatra 2007 – 2017. Perkiraan populasi di ditemukan perdagangan harimau.
beberapa kawasan konservasi, dan belum dapat 2007 - 2008
digunakan untuk menduga populasi di seluruh Sumatra Wide Tiger Survey yang pertama di seluruh
Sumatra. Dugaan: 250 ekor di 8 dari 18 kawasan Sumatra. Survei okupansi ini merupakan kegiatan
yang diduga dihuni harimau. Harimau sumatra kolaboratif untuk memantau pola sebaran harimau
di lembaga konservasi ex-situ di Indonesia: 127 di seluruh kawasan yang tersisa di Sumatra.
ekor. Di luar negeri: 244.
2008
2016 Lompatan penting konservasi harimau: Global
Proyek Sumatran Tiger di empat lanskap: Kerinci Tiger Initiative. Setiap negara menyusun program
Seblat, Leuser, Bukit Barisan Selatan dan Berbak- nasional pemulihan harimau: National Tiger
Sembilang. Proyek ini bertujuan meningkatkan Recovery Program (NTRP). Strategi Konservasi
konservasi keanekaragaman hayati di lanskap Harimau Sumatra 2007 - 2017 menjadi bekal
prioritas Sumatra. Untuk mencapai sasaran itu, dalam menyusun NTRP tersebut.
proyek mengadopsi praktik manajemen yang 2018
baik dengan indikator keberhasilan pemulihan Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau
populasi harimau. Sumatra 2018 - 2028. Pada strategi pada
periode ketiga ini, para pihak menekankan
upaya konservasi harimau di lanskap yang belum
tersentuh pengelolaan. Para pelestari menggelar
Sumatra Wide Tiger Survey yang kedua. Dengan
membandingkan survei sebelumnya, dapat
diketahui sebaran harimau dalam skala ruang dan
waktu.
WASPADA SUMATRA
GELOMBANG PERTAMA
Ekspansi ekonomi Belanda diiringi dengan masuknya modal
asing untuk perkebunan. Pada 1870, pemerintah menerapkan
kebijakan pintu terbuka demi aliran investasi swasta di sektor
perkebunan tembakau di Sumatra bagian timur. Ini bisa dikatakan
gelombang pertama pembukaan wilayah hutan dengan ribuan kuli
dari Cina dan Jawa. Pada 1891, perkebunan tembakau surut lantaran
produksi melebihi permintaan pasar. Untuk itu, pada 1904, pemodal
melirik komoditas lain: karet, kopi, teh, dan kelapa sawit.
Seperti di Jawa, perkebunan baru di Sumatra dibuka dengan
membersihkan belantara dan kawasan lain yang belum digarap.
Antara 1910 - 1940, selain otoritas di Batavia, kadang-kadang
perkebunan menawarkan imbalan untuk perburuan harimau.
Beberapa daerah di Sumatra yang semi-otonom punya anggaran
tahunan untuk membasmi hewan berbahaya, termasuk harimau.
Selain untuk melindungi diri, aset, dan investasi, imbalan mendorong
pekebun menjadi pemburu.
Setelah 1870, seiring dengan keinginan mendapatkan konsesi
perkebunan, gaya hidup berburu berkembang di kalangan elit
perkebunan. Pemilik perkebunan juga menggunakan perangkap
harimau, seperti perangkap tikus tapi berukuran raksasa. Perangkap
Pembukaan lahan berbahan besi produksi Jerman ini bisa dibeli di Batavia, dan
besar-besaran lanskap digunakan pemilik perkebunan di Aceh, Asahan, Deli, dan Padang
di Deli, pesisir timur (juga Pulau Jawa: di Priangan dan Besuki).
Sumatra ini untuk
perkebunan tembakau. GELOMBANG KEDUA
Setelah hutan lebat Sekitar dua dekade setelah kemerdekaan, pemerintah Orde Baru
ditebangi, bukit-bukit hendak meningkatkan pendapatan negara dari sektor kehutanan.
Deli terlihat seperti Sejak 1970-an, seperti meniru kebijakan pintu terbuka Belanda,
lanskap permukaan pemerintah menerbitkan kebijakan yang mendorong pemodal dan
Bulan yang keriput. badan usaha menjalankan pengusahaan hutan. Sekali lagi, kawasan
Begitu kesan yang
hutan di Sumatra dan pulau luar Jawa, menjadi lahan baru bagi
berkembang saat
pengusahaan hutan.
ledakan investasi
Fase awal pengusahaan hutan bersifat ekstraktif: menebangi
perkebunan tembakau
di Deli.
kayu-kayu komersial dari hutan hujan tropis. Memang ada beberapa
skema silvikultur, seperti tebang pilih, tebang habis permudaan
alam, hutan tanaman industri, dan sebagainya, faktanya sampai
berakhirnya Orde Baru pada 1998, industri kehutanan memasuki
masa senjakala. Ini menunjukkan praktik pengusahaan yang gagal
dalam menjaga kelestarian hutan. Hingga era Reformasi, pada
2005, masih ada tak kurang 389 hak pengusahaan hutan dan hutan
tanaman industri. Selama 1985 sampai 1997, hampir 6,7 juta hektare
tutupan hutan telah menghilang dari Pulau Sumatra.
FOTO: REPRO ‘KLAMBOES, KLEWANGS, KLAPPERBOMEN’
WASPADA SUMATRA
7 ACEH
5 SUMATRA BARAT
4 BENGKULU
1 LAMPUNG
1990
ACEH 2000
2010
SUMATRA UTARA
SUMATRA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATRA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
PETA: ESRI, USGS, NOAA, WWW.INTACTFORESTS.ORG, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
TEKS: MARGONO, B. A., TURUBANOVA, S., ZHURAVLEVA, I., POTAPOV, P., TYUKAVINA A., BACCINI, A., GOETZ, S., AND HANSEN, M.C. 2012. MAPPING AND
MONITORING DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION IN SUMATRA (INDONESIA) USING LANDSAT TIME SERIES DATA SETS FROM 1990 TO 2010 .
ENVIROMENTAL RESEARCH LETTER. DEFORESTASI MELAMBAT, TAPI HUTAN TROPIS SUMATERA KINI TELANJUR MUSNAH . MONGABAY.CO.ID.
PENDORONG DEFORESTASI
Antara 1950-an - 1960-an, penyebab utama hilangnya
hutan Sumatra adalah ekspansi pertanian dan
penebangan hutan skala kecil untuk kopi dan karet.
Pada dekade selanjutnya, di era 1970-an hingga 1990-
an, operasi perusahaan kayu skala besar dan hutan
tanaman industri menjadi faktor utama deforestasi,
Medan sementara program transmigrasi dan kebakaran hutan
antara 1982 -1983 menjadi faktor sekunder. Setelah era
1990-an, perkebunan sawit, industri bubur kertas dan
bubur kayu menjadi faktor utama deforestasi, sementara
penebangan liar menjadi penyebab utama degradasi
SUMATRA UTARA hutan.
Pekanbaru
RIAU
SUMATR A
BAR AT
Padang
Jambi
JAMBI
BENGKULU Palembang
SUMATRA SELATAN
Hutan Utuh 2016
KILOMETER
Bandarlampung
0 105 210
WASPADA SUMATRA
Sungguh, ini situasi yang tak nyaman. Namun rasa tak enak
kadang diperlukan untuk memahami derita panjang harimau
sumatra. Simak sejenak kisah pilu dari pedalaman Kuantan Singingi,
Riau, ini.
Masih tumbuh dalam kandungan, dua janin itu meregang nyawa
mengikuti kematian induknya. Semula, si induk terjerat jebakan senar
yang dipasang pekebun. Harimau itu sebenarnya bisa melepaskan
diri. Namun, rupanya senar baja itu masih melilit pinggangnya.
Beberapa hari kemudian, tim pelestari menemukan ia mati
tergantung di tepi jurang dengan sling yang mencekik pinggangnya.
Kejadian ini begitu dramatis: harimau betina itu bunting! Memandangi
foto ini semestinya tak nyaman bagi akal yang beradab. Sebingkai foto
yang merangkum seribu kata ihwal citra kelam interaksi harimau
dengan manusia di zaman ini.
Sampai dasawarsa kedua abad ke-21, hubungan antara manusia
dan harimau sumatra seolah meniti kembali garis nasib harimau jawa:
pertikaian tiada akhir. Dari abad ke-17 sampai era kolonial berakhir,
pelajaran dari Jawa menegaskan konflik selalu berujung pada satu
pihak yang kalah, entah manusia entah harimau. Hasil akhirnya:
kekuasaan harimau di Jawa dan Bali runtuh pada abad ke-20. Itu kisah
pertarungan habis-habisan.
Sekarang, lantaran pertikaian tiada akhir, khalayak mengenal
harimau sumatra dari berita-berita konflik. Dan sayangnya, berita
konflik hampir selalu diikuti dengan prasangka negatif. Alhasil,
harimau sumatra mesti menerima prasangka buruk. Tak mengejutkan
bila persepsi khalayak terombang-ambing di antara dua kutub: rindu
dan dendam.
Saat konflik, kerinduan mengemuka dengan adanya desas-desus
harimau masih dijumpai di Pulau Jawa. Di balik kabar angin itu, tersirat
harapan dan kerinduan akan kehadiran harimau di alam liar Jawa.
Tim medik satwa membedah total harimau betina yang mati terjerat
sling. Dari hasil nekropsi, diketahui harimau betina ini menderita
kerusakan ginjal dan hati. Setiap kematian berarti satu langkah
mendekatkan harimau sumatra ke jurang kepunahan.
Sigli
Jantho
WASPADA SUMATRA Bireuen
ACEH
Takengon
KECAMUK KONFLIK
Penggundulan hutan mempersempit habitat harimau sumatra. Langsa
Benturan pun tak terelakkan. Padahal, tak semua orang yang Blangpidie
Langka
berinteraksi dengan harimau punya pengetahuan yang cukup untuk
Babussalam Bin
hidup di wilayah jelajah harimau. Lantaran habitatnya menyusut,
populasi mangsanya menurun, sementara populasi manusia semakin Tapaktuan
146
TEWAS
265 MATI
392
PIARAAN UMUM
95
SAPI & KERBAU
30
LUKA
97
DITANGKAP
354
KAMBING
27
ANJING
27 KUDA
PENYULUT KONFLIK
Selain berkurangnya tempat hidup, ada beberapa faktor yang
dapat memicu pertikaian antara harimau dan manusia. Dari kajian
data konflik yang tercacat, ada beberapa faktor pemicu. Ini dua
di antaranya.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI
ALAM. TEKS: BOOMGARD, PETER. 2001. FRONTIERS OF FEAR, TIGERS AND PEOPLE IN THE MALAY WORLD, 1600
- 1950. YALE UNIVERSITY. KARTIKA, E. C. 2017. SPATIO-TEMPORAL PATTERNS OF HUMAN TIGER CONFLICT IN
SUMATRA 2010 -2016. DIREKTORAT KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI
SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, JAKARTA. NYHUS,
P.J. & R. TILSON. 2004. DIKUTIP DALAM SUNARTO, WIDODO, E., DAN PRIATNA, D. TANPA TAHUN. RAJUT BELANG:
PANDUAN PERBAIKAN PRAKTIK PENGELOLAAN PERKEBUNAN SAWIT DAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM
MENDUKUNG KONSERVASI HARIMAU SUMATERA. DEPARTEMEN KEHUTANAN, WWF, HARIMAUKITA, ZSL.
TITIK KONFLIK 2001 - 2016
Pertikaian terheboh terjadi selama empat bulan
pertama 2018, saat harimau memangsa dua manusia
di Indragiri Hilir, Riau. Sebelumnya, pada 2009, Salma
at menebar ketakutan di Jambi. Ia memangsa 10 manusia.
njai Kisah dua harimau betina itu hanya segelintir dari
MEDAN ribuan kasus konflik harimau-manusia. Selama kurun
2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus.
Kabanjahe
Titik-titik konflik menyebar di sekujur pulau, dari utara
ke selatan, dari pesisir barat ke pesisir timur.
SUMATRA UTARA
71
oloksanggul
Balige Bagan Siapiapi
Rantauprapat
Tarutung
WASPADA!
Serangan harimau
Dumai 148 terhadap manusia
dominan di Provinsi
Padang Sidempuan
Riau: 75 kasus.
Panyabungan RIAU
PEKANBARU
Pelalawan
Kampar
Limapuluhkota
Payakumbuh
Rengat
Tanah Datar WASPADA JUGA!
SUMATRA BARAT Serangan terhadap
Sawahlunto manusia terbanyak
kedua ada di Jambi.
PADANG
Muara Sabak 203
Painansalido
JAMBI
JAMBI
82
Mukomuko Utara
13
BENGKULU Musi Banyuasin
BENGKULU
Lahat
NASIB HARIMAU
Akhir konflik di Pagaralam Ogan Komering Ulu
Bengkulu didominasi 216
harimau dibunuh atau Manna
ditangkap: 30 kasus.
KAWASAN KONSERVASI LAMPUNG
DI LUAR TAMAN NASIONAL
Liwa
LOKASI TAMAN Sukadana
KONFLIK NASIONAL
HANYA MELINTAS
Konflik umumnya BANDARLAMPUNG
Kotaagung
KILOMETER berlevel rendah: 95
harimau berkeliaran.
0 105 210
WASPADA SUMATRA
Selama 2001-2016, di seluruh Sumatra tercatat 1.065 kasus konflik dengan berbagai tingkat risiko.
Sumatra Selatan
Lampung
Sumatra Utara
Sumatra Barat
Riau
Jambi
Bengkulu
Aceh
879LARI
8
LARI, TERLUKA
130 M ATI
43
KEBUN BINATANG
5
TRANSLOKASI
Usai selamat dari serangan harimau,
warga di pedalaman Kerinci Seblat
ini mengaku bisa merasakan
kehadiran kucing besar itu. Konflik
selalu merugikan kedua belah pihak:
harimau dan manusia.
FOTO: AGUS PRIJONO
WASPADA SUMATRA
GENEALOGI
PERBURUAN HARIMAU
35
Dibutuhkan minimal 35 ekor, agar harimau mampu bertahan hidup
pada satu lanskap. Itu pun dengan syarat: daya dukung habitat setara
untuk 70 ekor harimau.
LANSKAP BESAR
BERDAYA DUKUNG
Medan
>70
TANAH KARO
LANSKAP SEDANG
BERDAYA DUKUNG
ASAHAN
DOLOK
SENEPIS-BULUHALA 20-70
SURUNGAN LANSKAP KECIL
BERDAYA DUKUNG
<20
BATANG TORU GIAM SIAK KECIL
BARUMUN
KISARAN POPULASI DI 23 LANSKAP
TESSO NILO
KAMPAR
600-an
HASIL PENDUGAAN TERBAIK 2016
PASAMAN Perhitungan ini berdasarkan data kamera jebak
di sejumlah lanskap sebelum 2016.
KERUMUTAN
MANINJAU
RIMBANG BALING
BETABUH-SOSA
Padang
BATANGHARI BUKIT TIGAPULUH
Jambi
BERBAK-SEMBILANG
BUKIT DUABELAS
KERINCI SEBLAT
HUTAN DANGKU
HARAPAN
Palembang
LANSKAP BESAR
LANSKAP SEDANG
Bengkulu
LANSKAP KECIL
KAWASAN
KONSERVASI TUTUPAN BUKIT BALAI REJANG
DI LUAR HUTAN 2014
TAMAN
NASIONAL
TAMAN NASIONAL
KILOMETER WAY KAMBAS
0 105 210 BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung
WASPADA SUMATRA
TEKS: PUSPARINI, WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI
ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA UNTUK KEMENTERIAN
LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN; INFOGRAFIS BERPACU DENGAN KEPUNAHAN,
FORUM HARIMAUKITA.
SKENARIO ANCAMAN MENINGKAT
Skenario 10 tahun ke depan: bila laju deforestasi meningkat 0 - 25 persen
per tahun, dan perburuan menyasar 10 persen jantan dan 5 persen betina.
Berikut ambang batas hingga populasi harimau mulai mengalami
kepunahan di salah satu lanskap.
LANSKAP KECIL AMBANG BATAS LANSKAP AMBANG BATAS LANSKAP
Tak ada ambang SEDANG BESAR
batas: populasi akan Laju deforestasi 3% Laju deforestasi 7%
punah dalam kondisi Perburuan menyasar 3% Perburuan menyasar 20%
ancaman apapun. jantan, 1% betina jantan, 2% betina.
Dengan laju deforestasi 9% per Dengan laju deforestasi 20% per
tahun selama 10 tahun, populasi tahun selama 10 tahun, populasi
akan punah. akan punah.
MANFAAT METAPOPULASI
MEMPERPANJANG KESINTASAN POPULASI
LANSKAP KECIL
WAY KAMBAS KAMPAR BERBAK-SEMBILANG
50 PERSEN 41 7 PERSEN
WASPADA SUMATRA
RAMALAN BURUK
Nasib harimau di lanskap Leuser-Ulu Masen jauh lebih buruk
dibandingkan dengan dampak fragmentasi di Kerinci Seblat
akibat jalan evakuasi bencana alam. Tidak ada populasi
yang layak atau mendekati layak sintas di blok-blok hutan
Lueser-Ulu Masen. Peluang kepunahan pun sangat tinggi,
lebih dari 70 persen di 5 blok, dan 66 persen di blok 13.
Bila dibandingkan sebelum dan sesudah pembangunan
jalan, peluang kepunahan harimau di Leuser-Ulu Masen
melejit hampir 9 kali lipat, dari 5 persen menjadi 49 persen;
keragaman genetik turun hingga 29 persen, dari 0,89 menjadi
0,63; pertumbuhan populasi pun turun 150 persen, dari 0,03
menjadi -0,015.
5% 49 %
NAIK hampir 9 kali
0,89
TURUN 29 persen
0,63 0,03 -0,015
TURUN 150 persen
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FORUM HARIMAU KITA. TANPA TAHUN. INFOGRAFIS: APA
YANG TERJADI JIKA PEMBANGUNAN JALAN DILAKUKAN DI KAWASAN KONSERVASI? DITJEN
KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, HARIMAUKITA; PUSPARINI,
WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016. PENYUSUN: WULAN PUSPARINI,
TOMI ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO. DISUSUN FORUM HARIMAUKITA
UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. TIDAK DIPUBLIKASIKAN.
ANALISIS POPULASI
Populasi harimau di lanskap utuh: 420, di
lanskap terbelah jalan: 68.
BANDA ACEH
Populasi harimau di Populasi harimau
Sigli lanskap Leuser - Ulu di lanskap yang
Jantho Masen yang utuh. dipisahkan jalan.
2
Bireuen
3
4
1
Takengon
ACEH 5
6 Langsa
7
9
8 10 11
Meulaboh
Tapaktuan
Kabanjahe
SUMATR A
UTAR A
Blok hutan 15: Suaka Margasatwa Rawa Singkil
telah tersudut sebelum pembangunan Ladia
Galaska. Bila jalur jalan dibuat, akan semakin
memisahkan kawasan ini dari ekosistem Leuser.
Kawasan berawa gambut ini dihuni harimau dan 15 16
AREA DIPERBESAR orangutan.
KAWASAN
KONSERVASI
TAMAN DI LUAR
NASIONAL TAMAN
NASIONAL
KILOMETER
JALAN SEDANG JALAN
DIKONTRUKSI SUDAH EKSIS 0 35 70
Rawa Tripa, blok hutan 12, terkucil dan terputus dari ekosistem
Leuser. Jalan dan permukiman memutus koridor yang
menghubungkan Rawa Tripa dengan ekosistem Leuser. Para
pegiat lingkungan Aceh memenangi gugatan terhadap kebun
sawit yang membakar ekosistem gambut ini beberapa tahun silam.
Hingga 2018, kasus hukum Rawa Tripa kembali mencuat. Kawasan
ini berlimpah karbon, dan menjadi tempat hidup harimau dan
orangutan di pesisir barat Aceh.
FOTO: AGUS PRIJONO
WASPADA SUMATRA
3% 19 %
NAIK hampir 6 kali
0,86
TURUN 19 persen
0,73 0,03 0,0037
TURUN 87,6 persen
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM, FORUM HARIMAUKITA. TEKS: FORUM HARIMAU KITA. TANPA
TAHUN. INFOGRAFIS: APA YANG TERJADI JIKA PEMBANGUNAN JALAN DILAKUKAN DI
KAWASAN KONSERVASI? DITJEN KSDAE, KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,
HARIMAUKITA; PUSPARINI, WULAN. 2016. LAPORAN AKHIR SUMATRAN TIGER PVA 2016.
PENYUSUN: WULAN PUSPARINI, TOMI ARIYANTO, LILI SADIKIN, FEBRI ANGGRIAWAN WIDODO.
DISUSUN FORUM HARIMAUKITA UNTUK KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN.
TIDAK DIPUBLIKASIKAN.
RIAU
SUMATR A BAR AT
2
JAMBI
BENGKULU
AREA
DIPERBESAR
6
Argamakmur
Curup
TAMAN
NASIONAL
KILOMETER
RENCANA JALAN 0 30 60
BENGKULU
Pengendara baru saja ke luar dari Taman Nasional Kerinci Seblat,
melalui jalan baru yang dibangun saat pemilihan kepala daerah
2018 di Kerinci. Letak jalan ini di Renah Pemetik, di antara blok
hutan 3 dan 4. Rencananya, dari wilayah ini akan dibangun jalan
tembus ke Bungo. Tapi, jalur jalan ini nampaknya berbeda dengan
rencana jalan evakuasi. Bisa diduga, agaknya jalan ini untuk
memberikan akses pekebun di taman nasional.
FOTO: AGUS PRIJONO
UPAYA SUMATRA
SUMATRA UTARA
RIAU
Pekanbaru
Padang
HUTAN LINDUNG TAMAN NASIONAL
BATANGGADIS BUKIT TIGAPULUH
Jambi
JAMBI TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG
KERINCI SEBLAT
LEMBAGA PELESTARI
Lokasi para pihak yang melakukan konservasi
harimau tersebar dari utara sampai selatan. Palembang
Para pihak ini terdiri dari: Flora & Fauna
International (FFI) - Indonesia Programme, BENGKULU
SUMATRA SELATAN
Yayasan WWF Indonesia, Forum Konservasi
Leuser (FKL), Wildlife Conservation Society Bengkulu
(WCS) - Indonesia Program, Zoological
Society of London (ZSL) - Indonesia
Programme, dan Penyelamatan dan LAMPUNG
KAWASAN
KONSERVASI
TUTUPAN
DI LUAR
HUTAN 2014
TAMAN KILOMETER
NASIONAL
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN,
TAMAN NASIONAL 0 105 210 DIREKTORAT PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM.
UPAYA SUMATRA
ULU MASEN
Bersama tujuh komunitas ranger dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Wilayah I Aceh, FFI melaksanakan aksi ACEH
konservasi harimau. Dengan memfasilitasi hutan desa,
FFI melibatkan masyarakat dalam pengelolaan hutan di
lanskap harimau. Kegiatan utama di hutan desa: patroli
perlindungan dan monitoring keragaman hayati, sembari
mengembangkan ekonomi setempat.
PERHUTANAN SOSIAL
Fauna & Flora International bekerja di lima Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi untuk mengembangkan
perhutanan sosial di kawasan penyangga Taman Nasional
Kerinci Seblat. Skema yang dikembangkan: hutan desa dan
hutan adat. Keberadaan hutan desa dan hutan adat dapat
memperluas habitat dan menjadi koridor bagi harimau di
sekitar taman nasional. Pengelola hutan desa dan hutan
adat berpatroli untuk perlindungan dan pemantauan
keanekaragaman hayati.
SUMATRA UTARA
AREA DIPERBESAR
RIAU
Pekanbaru
Padang
KAWASAN
KONSERVASI WILAYAH
DI LUAR KERJA FFI
TAMAN NASIONAL
0 105 210
BENGKULU
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT
PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FAUNA & FLORA
INTERNATIONAL (FFI) - INDONESIA PROGRAMME.
Bengkulu
LANSKAP
K E R I N C I S E B L AT
ACEH
YAYASAN WWF INDONESIA (WWF) SAMARKILANG
PERLINDUNGAN TERINTEGRASI
Mencakup beberapa kegiatan di lapangan dan perkotaan,
baik kegiatan langsung maupun dukungan kebijakan. Di
lapangan, proteksi satwa di habitatnya melalui patroli berbasis
masyarakat dengan teknologi SMART (Spatial Monitoring and
Reporting Tool). Kesadaran dan kebanggaan masyarakat
lokal tentang pentingnya menjaga satwa dan habitatnya
merupakan kunci keberhasilan perlindungan harimau. Di luar
habitat, WWF berupaya meningkatkan efektivitas penegakan
hukum dan menekan permintaan bagian-bagian tubuh satwa
liar langka, melalui perubahan perilaku dan gaya hidup. Pun,
WWF berupaya mendorong pelaksanaan kebijakan, peraturan,
dan perundangan untuk pembangunan berkelanjutan, dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan, khususnya satwa dan
kekayaan hayati.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: YAYASAN WWF INDONESIA (WWF).
SAMARKILANG
Aksi konservasi menitikberatkan upaya perlindungan habitat
sebagai daerah tangakapan air dan monitoring spesies
payung, termasuk harimau
Pekanbaru
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
BENGKULU Palembang
BUKIT BARISAN SELATAN
Bersama Balai Besar Taman Bukit Barisan
SU M AT R A S E L ATA N
Selatan dan KPH Batu Tegi, WWF
melakukan perlindungan, penguatan Bengkulu
lembaga konservasi, dan pemberdayaan.
Di Merpas, Bengkulu: penguatan
mitigasi konflik, dukungan kandang anti-
serangan harimau, sekolah lapang. WWF
juga mendukung penyusunan rencana LAMPUNG
pembangunan wilayah yang ramah
satwaliar, dan penegakan hukum. TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL KPH BATUTEGI WAY KAMBAS
TUTUPAN HUTAN 2014 BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung
KAWASAN
KONSERVASI WILAYAH KILOMETER
DI LUAR KERJA WWF
TAMAN NASIONAL 0 105 210
TAMAN NASIONAL
LANSKAP
RIMBANG BALING
MENYISIR LEUSER
Setiap tim patroli terdiri dari empat masyarakat dan seorang
jagawana dari pihak berwenang. Anggota dari masyarakat
dilatih untuk patroli antiperburuan satwa. Distribusinya: 15 tim
di Leuser bagian barat: Aceh Tenggara, Subulussalam, Aceh
Selatan dan Aceh Barat Daya; dan 8 tim di Leuser bagian
timur: Gayo Lues, Aceh Timur, Bener Meriah, Aceh Tengah
dan Aceh Tamiang.
PEMANTAUAN POPULASI
Monitoring populasi dan habitat harimau sumatra juga
menjadi bagian dari tugas tim perlindungan satwa liar. Tim
mengumpulkan data keberadaan harimau sumatra di lokasi-
lokasi patroli yang menyentuh seluruh kawasan Ekosistem
Leuser. Selain itu, di beberapa lokasi penting tim memasang
kamera intai. Pada 2017, FKL memasang 50 kamera intai
di beberapa kawasan penting di Leuser. Begitu juga FKL
mengoperasikan 19 tim monitoring dalam Survei Okupansi
Harimau Sumatra (Sumatra Wide Tiger Survey) bersama
Wildlife Conservation Society.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: FORUM KONSERVASI LEUSER (FKL).
Banda Aceh
ACEH
KAWASAN EKOSISTEM KAWASAN EKOSISTEM LEUSER
LEUSER
Kawasan ini membentang di Aceh dan Sumatra Utara,
mencakup lanskap penting dan luas bagi konservasi
harimau sumatra.
TAMAN NASIONAL
GUNUNG LEUSER
Medan
SUAKA MARGASATWA
RAWA SINGKIL
SUMATRA UTARA
RIAU
RESTORASI HUTAN
Restorasi kawasan hutan dilakukan terhadap
3.000 hektare lahan kelapa sawit ilegal yang Pekanbaru
telah diserahkan kepada pemerintah Aceh
pada 2009 – 2011. Dari luas tersebut, baru
2.000 hektare yang telah dikembalikan
fungsinya sebagai hutan. Di sebagian wilayah
restorasi, FKL bersama masyarakat yang
menanami bekas perkebunan ilegal dengan
tanaman hutan serba guna: durian, jengkol,
petai, aren, asam gelugur dan lainnya. SUMATR A
Kawasan hutan yang direstorasi merupakan Padang BAR AT
habitat penting harimau sumatra.
JAMBI
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
Bengkulu
Banda Aceh
UPAYA SUMATRA
ACEH
WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS)
INDONESIA PROGRAM
TEMUKAN-LINDUNGI-INSPIRASI
Dalam menjalankan misinya, Wildlife Conservation Society
menerapkan tiga strategi pokok: intervensi berbasis sains,
pengembangan kemitraan, dan penggalangan dukungan
TAMAN NASIONAL Medan
masyarakat. Untuk mencapai tujuannya, WCS memakai GUNUNG LEUSER
pendekatan “Menemukan-Melindungi-Menginspirasi”
atau “Discover-Protect-Inspire”. WCS menerapkan strategi
konservasi harimau tersebut di Taman Nasional Gunung
Leuser, Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Taman Nasional SUAKA MARGASATWA
Bukit Barisan Selatan, Bukit Balai Rejang Selatan, dan Taman RAWA SINGKIL
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: WILDLIFE CONSERVATION SOCIETY (WCS) - INDONESIA
PROGRAM.
LANSKAP LEUSER - RAWA SINGKIL
Aksi konservasi harimau bersama Balai Besar Taman Nasional
Gunung Leuser dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh
berupa monitoring populasi harimau dan mangsanya, patroli
kawasan, migitasi konflik manusia-satwa liar, dan penegakan
hukum. Selain itu, WCS mendukung balai taman nasional
meningkatkan efektivitas pengelolaan kawasan konservasi.
Sementara di Suaka Margasatwa Rawa Singkil, dilakukan patroli
pengamanan kawasan, dan migitasi konflik manusia-satwa liar,
termasuk harimau.
SUMATRA UTARA
RIAU
Pekanbaru
KAWASAN TUTUPAN
KONSERVASI HUTAN
DI LUAR 2014
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL
JAMBI Jambi
TAMAN NASIONAL
BERBAK SEMBILANG
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
Palembang
BENGKULU
MENELISIK ANCAMAN
Konservasi harimau membutuhkan pengetahuan mengenai
ancaman utamanya. Karena itu, pada 2013 disusun Kajian
Ancaman terhadap Harimau di Berbak-Sembilang (Berbak-
Sembilang Tiger Threat Assessment).Kajian menggali ancaman
dari tiga faktor utama: ancaman langsung terhadap harimau,
ancaman terhadap mangsa, dan ancaman terhadap habitat.
Ketiga ancaman itu dilihat dari tiga sisi: geografis, tingkat
keparahan ancaman, dan kemampuan untuk pulih kembali
tersebab ancaman. Masing-masing memiliki empat tingkat
risiko: sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah. Hasil kajian
memberikan peta jalan bagi penyelamatan harimau di kawasan
ini. Ada sejumlah rekomendasi. Pertama, membentuk unit
penegakan hukum dan mitigasi konflik. Kedua, menciptakan
sistem manajemen adaptif berdasarkan monitoring dan
intervensi manajemen yang efektif. Ketiga, menciptakan dasar
hukum untuk melindungi habitat harimau di luar kawasan
lindung dan menerapkannya di dalam dan di antara lanskap
harimau prioritas. Dan terakhir, mempertahankan konektivitas
antara habitat yang terfragmentasi untuk konservasi harimau.
AREA DIPERBESAR
PANTAU POPULASI BERBAK per 100 kilometer persegi
Pekanbaru
TAMAN NASIONAL
BERBAK-SEMBILANG
Jambi
JAMBI
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
Pangkalpinang
SUAKA MARGASATWA
DANGKU
Palembang
BENGKULU
SUMATRA SELATAN
Bengkulu
KAWASAN
KONSERVASI WILAYAH LAMPUNG
DI LUAR KERJA ZSL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL
TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
KILOMETER BUKIT BARISAN SELATAN
0 105 210
Bandarlampung
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT
PEMOLAAN DAN INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: ZOOLOGICAL SOCIETY
OF LONDON (ZSL) - INDONESIA PROGRAMME.
FOTO: TAMAN NASIONAL BERBAK-SEMBILANG
LANSKAP
BERBAK
SEMBILANG
TAMAN NASIONAL
KERINCI SEBLAT
GEMBONG RAHWANA
Berkuasa selama tiga tahun, kurun Oktober 1995 sampai
Oktober 1998.
BUYUNG
Penerus Gembong, yang berkuasa selama 4 tahun, antara
Oktober 1997 sampai Februari 2001.
GOGON
Penerus Buyung ini terpantau pertama kali pada Juni 1999. Ia
penguasa terlama: 12 tahun, antara 1999 sampai 2011.
GIBRAL
Mendominasi setelah masa Gogon, dan masih berkuasa
hingga 2015.
PETA: ESRI, USGS, NOAA, BADAN PLANOLOGI KEHUTANAN, DIREKTORAT PEMOLAAN DAN
INFORMASI KONSERVASI ALAM. TEKS: MUHAMMAD YUNUS, PENYELAMATAN DAN KONSERVASI
HARIMAU SUMATERA (PKHS).
TUTUPAN HUTAN 2014
KAWASAN
KONSERVASI WILAYAH
DI LUAR KERJA PKHS
TAMAN NASIONAL
R I AU
TAMAN NASIONAL
BUKIT TIGAPULUH
Jambi
JAMBI
TAMAN NASIONAL
BERBAK SEMBILANG
Palembang
S U M AT R A S E L ATA N
BENGKULU
Bengkulu
Pemantauan populasi
harimau berjangka panjang
antara 1995-2015, dengan
LAMPUNG menentukan Tiger Intensive
Monitoring Area (TIMA). Ini
adalah kawasan yang cukup
TAMAN NASIONAL luas, dengan tipe habitat
WAY KAMBAS yang mewakili kawasan Way
Kambas. Lokasi TIMA di
tengah kawasan, seluas 13
TAMAN NASIONAL x 13 km persegi, atau sekira
BUKIT BARISAN SELATAN
Bandarlampung 13 persen dari luas Taman
Nasional Way Kambas.
KILOMETER
0 105 210
FOTO: AGUS PRIJONO
LANSKAP
WAY KAMBAS
TESSO NILO 40
tahun, kali ini akan ditargetkan tuntas dalam satu tahun. Jadi, paling
tidak butuh upaya tiga kali lipat lebih intensif. Ditambah lagi, dalam
73 REGU
survei kali ini, tim juga mencuplik sampel kotoran harimau guna
analisis kepadatan populasi melalui DNA. Inovasi ini menunjukkan 354 PERSONEL
H A R A PA N N U S A N TA R A
GARIS DEPAN
KONSERVASI HARIMAU
KEBIJAKAN DESA
Dokumen rencana tata
Internalisasi di ruang, dan rencana jangka
UU No. 6/2014 Permendagri
desa melalui menengah kabupaten dan
PP No. 43/2014 No. 114/2014
perencanaan desa provinsi.
Hasil kajian di
desa: untuk
memahami potensi, Hasil penyelarasan:
kecenderungan, dan Rencana kegiatan
Pengelolaan modal sosial. yang dituangkan
sumberdaya alam dalam Rencana
Proses Fasilitasi Pembangunan
dan pembangunan
berkelanjutan Pemanfaatan Jangka Menengah
Fasilitasi untuk sumberdaya alam Desa dan kerjasama
Konsep untuk harmonisasi memasukkan dan keterlibatan pengelolaan dengan
kebijakan kehutanan dan pembangunan masyarakat di KLHK.
pembangunan desa. berkelanjutan dalam blok pengelolaan
konteks pembangunan dan rencana
desa dan pengelolaan pengelolaan suaka
kawasan konservasi. margasatwa.
Aksi kegiatan
matapencaharian
UU No. 5/1990, Integrasi vertikal berkelanjutan dan
Permen No. P43/2017
UU No. 41/1999 KLHK: dari pusat Permen No. P44/2017
konservasi.
PP No. 108/2015 sampai tapak
TRAUMA FISIK
Sebagai penguasa rantai makanan, dipastikan tidak ada satwa
lain yang akan memangsa harimau. Artinya, agak aneh bila harimau
mengalami trauma fisik. Di alam liar, harimau mengalami trauma
fisik mungkin lantaran berkelahi dengan sesamanya.
Dari hampir semua kasus, harimau mengalami trauma fisik karena
jerat pemburu. Jerat dari senar baja misalnya, dapat melukai telapak
kaki hingga tungkai bawah. Itulah bagian tubuh harimau yang paling
sering terluka jeratan.
Selain itu, harimau korban konflik juga mengalami luka tertembus
peluru, anak panah para pemburu, atau benda runcing-tajam lain.
Bahkan, baru-baru ini seekor harimau betina yang mengandung dua
anak, ditemukan mati tergantung di pinggir jurang akibat jerat sling
yang melingkar di pinggangnya.
INFEKSI KUMAN
Luka perkelahian, jerat, peluru, benda tajam-runcing yang tidak
mendapatkan penanganan tim medik, berisiko diikuti terinfeksi
kuman (bakteri). Tidak jarang harimau yang ditemukan dengan
luka jerat yang bernanah—tanda pembusukan, sehingga terpaksa
diamputasi untuk membuang bagian yang telah membusuk.
Luka yang tak tertangani dengan baik membuat infeksi menjadi
kronis, yang selanjutnya sepsis atau infeksi menyebar ke bagian tubuh
lain. Bila begitu, sepsis dapat mengancam jiwa harimau.
Pada tingkat yang kronis, tim medik terpaksa mengamputasi
bagian tubuh harimau. Ini bukan hal mudah bagi harimau. Amputasi
menurunkan daya gerak dan kemampuan harimau untuk berburu
demi bertahan hidup di alam liar. Sehingga, harimau yang teramputasi
terpaksa menjalani sisa hidupnya di lembaga konservasi ex-situ.
Ia menjadi harimau berkebutuhan khusus, yang bergantung pada
manusia untuk mendapatkan pakan dan pasangan hidup.
FOTO: FITRIANI DWI KURNIASARI
WILDLIFE CRIME TEAM RIAU/WWF-INDONESIA
CENTRAL SUMATRA PROGRAM
GARIS DEPAN KONSERVASI HARIMAU 179
INFESTASI PARASIT
Pertama-tama, infestasi parasit tersebab kelompok parasit eksternal
di antaranya caplak dan pinjal. Kedua parasit ini menghisap darah
harimau melalui gigitan di permukaan kulit. Selain menyebabkan
anemia, caplak dan pinjal juga dapat menularkan penyakit, seperti
babesia, anaplasma dan ehrlichia. Perlahan-lahan, penyakit-penyakit
itu membuat harimau menderita malnutrisi—lalu dapat mati.
Sementara itu, cacing pita dan cacing gilig adalah parasit
internal yang sangat mudah ditemukan pada harimau. Harimau
dapat terinfeksi bila memangsa satwa atau ternak yang kebetulan
mengidap kelompok cacing tersebut.
Ancylostoma sp adalah salah satu cacing gilig yang dapat bermigrasi
dari saluran pencernaan harimau: menembus dinding usus, dan
dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh. Akibatnya, seringkali anak
harimau yang masih muda dapat terinfestasi cacing ini karena migrasi
dari induk ke janin di dalam kandungan.
Semua jenis cacing akan menghisap darah sehingga harimau
menderita anemia – malnutrisi. Dampak selanjutnya, daya tahan
tubuh harimau merosot, lalu mudah sakit. Migrasi larva cacing gilig
menyebabkan radang dan pendarahan hebat di berbagai organ tubuh
harimau. Bila sudah begitu, nyawa harimau tinggal menunggu waktu.
Luka harimau mengeluarkan darah dan berbau amis yang
disukai lalat. Serangga ini hinggap, lalu menggerogoti jaringan luka,
dan bertelur. Dalam hitungan jam, telur menetas menjadi larva,
Taman Nasional Kerinci Seblat terbentang seluas lebih dari 1,3 juta
hektare. Dengan luasan tersebut, butuh usaha dan sumber daya yang
tak sedikit untuk upaya konservasi harimau sumatra di bentang alam
Kerinci Seblat.
Komponen pokok dalam upaya konservasi harimau di tingkat
tapak adalah perlindungan dan pemantauan populasi. Dalam
upaya tersebut, Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat bersama
mitra kerja Fauna & Flora International – Indonesia Programme
membentuk tim konservasi harimau. Tim ini terdiri dua unit
kerja: Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) dan
Monitoring Harimau Sumatera Kerinci Seblat (MHSKS).
Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat bekerja intensif
dalam upaya perlindungan: patroli rutin untuk mencegah perburuan
di dalam dan sekitar taman nasional. Sementara itu, Monitoring
Harimau Sumatera Kerinci Seblat secara berkala memantau populasi
harimau di sekitar Kerinci Seblat.
Usaha perlindungan dan pemantauan yang mencakup seluruh
taman nasional, berada di empat provinsi: Jambi, Sumatra Barat,
Sumatra Selatan, dan Bengkulu, dirasa sangat berat. Apalagi personel
dan dana juga terbatas.
Untuk memaksimalkan perlindungan dan pemantauan, dipilihlah
lokasi prioritas yang menjadi fokus utama patroli intensif dan
pemantauan. Salah satu wilayah fokus tersebut dikenal dengan nama
Core area – Taman Nasional Kerinci Seblat.
Area pemantauan itu terbilang kecil dibandingkan dengan total
luas wilayah taman nasional. Luasnya tidak sampai 1/10 dari luas
taman nasional. Wilayah ini terletak di bagian tengah taman nasional,
yang membentang di Jambi dan Bengkulu. Berdasarkan pengamatan
berkala, core area masih memiliki populasi harimau yang baik.
Namun, tingkat ancaman perburuan juga tinggi.
ACEH - 2018 48 50 4
RIAU - 2016 48 50 3
BENGKULU - 2017 42 50 5
BENGKULU - 2017 42 30 6
LAMPUNG - 2003 42 ?
LAMPUNG - 2005 42 ?
LAMPUNG - 2003 36 ?
BENGKULU - 2017 36 50 5
LAMPUNG - 2018 36 50 4
LAMPUNG - 2018 36 50 4
ACEH - 2016 36 50 3
BENGKULU - 2016 36 30 2
JAMBI - 2017 30 100 2
LAMPUNG - 2005 32 ?
SUMATRA UTARA - 2008 32 ?
LAMPUNG - 2003 30 ?
Taman Margasatwa
Kinantan Bukittinggi
Taman Hewan
Pematang Siantar POPULASI CADANGAN PRIMER
Taman Satwa
Taru Jurug Surakarta
Gelata Lestari
129
di 18 lembaga konservasi Indonesia
Tambling Wildlife
Nature Conservation POPULASI CADANGAN SEKUNDER
Taman Safari Indonesia II
Kebun Binatang
Taman Rimbo Jambi
Agrowisata Sido Muncul
265
Amerika Utara, Eropa, Australasia, Jepang
120 60
ekor
ekor
100 50
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1.017 kubik
PEMBALAKAN KAYU
665 101
PERAMBAHAN
233
PERBURUAN
136 45
JERAT DIHANCURKAN
119
PERTAMBANGAN
19
238 AUM! ATLAS HARIMAU NUSANTARA
Hari patroli Jarak tempuh
Lanskap Ulu Masen Pada 2016 hanya lima tim patroli hutan masyarakat yang aktif
sarat jasa lingkungan dan melakukan patroli selama 129 hari patroli, dengan jarak tempuh
yang menyokong 848 km. Adanya perbedaan ini dikarenakan pada 2017 dan 2018
kehidupan manusia, aktivitas patroli didukung IUCN yang juga diserasikan dengan patroli
flora dan fauna. di wilayah hutan desa.
Patroli swadaya dari pengelola hutan desa dilakukan melalui
pendanaan dari berbagai sumber. Salah satunya, pembiayaan dari hasil
usaha kelompok yang dikontribusikan untuk patroli hutan. Lembaga
pengelola hutan desa secara reguler juga dilatih beragam keterampilan
pengelolaan hutan desa, termasuk pemahaman konservasi harimau
sumatra dan habitatnya. Hasil survei FFI pada 2017 menunjukkan
masyarakat sekitar hutan desa memiliki pemahaman yang baik
tentang harimau sebagai satwa dilindungi, juga gajah, trenggiling, dan
orangutan.
Selama 2016 – 2018, tim patroli menemukan 233 tanda-
tanda aktivitas perambahan, 665 tanda pembalakan liar, 19 tanda
pertambangan ilegal, 136 temuan tanda perburuan satwa. Patroli
juga menghancurkan 119 jerat, dan temuan 1.000 kubik kayu hasil
penjarahan. Patroli juga menemukan tanda keberadaan harimau
sumatra berupa jejak dan rekaman kamera jebak. Tantangan terbesar
yang dihadapi dalam konservasi harimau, di antaranya penegakan
hukum terhadap aktivitas yang mengancam habitat dan harimau.
Untuk mengatasi tantangan itu, FFI Aceh bersama Balai
Konservasi Sumber Daya Alam, dan KPH I melakukan koordinasi
dan bersinergi secara aktif. Salah satu upaya yang dilakukan secara
nyata: mensinergikan rencana kerja, memperkuat kapasitas tim, dan
penyadartahuan bersama. ***
FOTO: RADINAL/FFI ACEH
EPILOG 263
FOTO: AGUS PRIJONO
BAGIAN SATU
NUSANTARA HARIMAU: MEMAHAMI SANG RAJA RIMBA
BAGIAN TIGA
IKHTIAR SUMATRA, MENJAGA HARIMAU SUMATRA
Waspada Sumatra
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 -
1950. Yale University.
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae). 2007 – 2017. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Franklin, N., Bastoni, Sriyanto, Siswomartono, D. Manansang, J., and Tilson, R. Last
of the Indonesian Tigers: a Cause for Optimism. Dalam: Seidenticker, J., Christie,
S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated
Landscapes. The Zoological Society of London, Cambridge University Press.
Ng, J. and Nemora. 2007. Tiger Trade Revisited in Sumatra, Indonesia. TRAFFIC Southeast
Asia, Petaling Jaya, Malaysia.
Pelzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria
di Sumatra Timur 1863-1947. Sinar Harapan, Jakarta.
Sjamni, Adnan. 1949. Sumatra Pulau Harapan. Grafica, Djakarta.
Sumardjani, Lisman. 2007. Konflik Sosial Kehutanan: Mencari Pemahaman untuk
Penyelesaian Terbaik. WG Ternure. PDF.
Whitten, T., Damanik, S. J., Anwar, J, dan Hisyam, N. 1997. The Ecology of Sumatra. The
ecology of Indonesia Series Volume I. Periplus, Singapore.
Wulan, Y C., Yasmi, Y., Purba, C., & Wollenberg, E. 2004. Analisa Konflik Sektor
Kehutanan di Indonesia 1997 – 2003. Center for International Forestry Research,
Bogor, Indonesia.
WULAN PUSPARINI telah aktif di bidang konservasi harimau sejak 2008. Saat
ini ia bekerja di Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
senior species conservation project. Selain memberikan nasihat teknis terhadap
konservasi spesies di program terestrial, ia juga mengepalai Unit Sains yang
bekerja lintas-program untuk menjamin pendekatan konservasi berlandaskan
kaidah ilmiah yang baik. Ia juga aktif menerbitkan jurnal ilmiah dan studi
untuk konservasi harimau.
AHMAD FAISAL dokter hewan dan biologiwan konservasi. Saat ini ia bekerja di
Wildlife Conservation Society – Indonesia Program dan juga salah satu pengurus
Forum HarimauKita untuk Divisi Kesehatan Satwa Liar dan Mitigasi Konflik
periode 2017-2019. Konservasi satwa liar selalu menjadi aspirasi utamanya baik
dalam pekerjaan maupun pendidkan. Selama kurun 10 tahun dia telah bekerja
untuk pusat rehabilitasi orangutan di Kalimantan Timur, penangkaran monyet
ekor panjang di Kepulauan Riau, konservasi harimau di Jambi dan Sumatra
Selatan, serta anggota IUCN Reintroduction Specialist Group.
SILFI IRIYANI saat ini sebagai policy & governance coordinator, Fauna &
Flora International – Aceh Program. Semenjak 2008, Silfi telah berkiprah di
Wildlife Conservation Society dan Conservation International. Selain sebagai
anggota The International Association for The Study of The Commons (IASC),
Silfi juga berkiprah di beberapa bidang, di antaranya pengelolaan hutan,
REDD+, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, pendidikan dan penyadaran,
mitigasi konflik manusia dengan satwa liar, sistem analisis dan pemodelan.
OKTAFA RINI PUSPITA berkontribusi untuk peta di pustaka ini. Pada 2015, ia
bergabung dengan Wildlife Conservation Society - Indonesia Program sebagai
conservation management officer yang berhubungan dengan pengelolaan
kawasan konservasi. Aktivitas itu utamanya terkait dengan implementasi dan
pengembangan sistem SMART yang terintegrasi dengan pengelolaan kawasan
konservasi berbasis resor. Ia juga fasilitator penilaian efektivitas pengelolaan
kawasan konservasi.
AGUS PRIJONO adalah penulis lepas, ilustrator satwa liar, dan kontributor
National Geographic Indonesia.
Ashraf, Mohammed. 2006. The Extirpation of Bali and Javan Tiger: Lessons From
The Past. Tiger Paper, July-September 2006, Regional Quarterly Bulletin on
Wildlife and National Parks Management. https://works.bepress.com/biocen
trism/12/
Boomgard, Peter. 1997. Hunting and Trapping in the Indonesian Archipelago, 1500-
1950. Dalam: Boomgard, P., Colombijn, F., and Henley, D. (Editors). Paper
Landscapes, Explorations in the Enviromental History of Indonesia. Leiden, KITLV
Press.
Boomgard, Peter. 2001. Frontiers of Fear, Tigers and People in the Malay World, 1600 -
1950. Yale University.
Cribb, Robert. 1988. The Politics of Environmental Protection in Indonesia. Working Paper
No. 48, Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, Australia.
Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Harimau
Sumatera (Panthera tigris sumatrae) 2007 – 2017. Departemen Kehutanan, Jakarta.
Franklin, N., Bastoni, Sriyanto, Siswomartono, D. Manansang, J., and Tilson, R. Last
of the Indonesian Tigers: a Cause for Optimism. Dalam: Seidenticker, J., Christie,
S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger Conservation in Human-dominated
Landscapes. The Zoological Society of London, Cambridge University Press.
Haidir, I.A., Albert, W. R., Pinondang, I. M. R., Ariyanto, T., Widodo, F.A., dan
Ardiantiono. 2017. Pedoman Pemantauan Populasi Harimau Sumatera. Direktorat
Konservasi Keanekaragaman Hayati. Direktorat Jenderal KSDAE, KLHK, Jakarta
Hoogerwerf, Andries. 1970. Udjung Kulon: The Land of the Last Javan Rhinoceros.
Leiden: E.J. Brill.
Jepson, P. & R.J. Whittetaker. 2000. Histories of Proctected Areas: Internationalisation
of Conservationist Values and Their Adoption in The Netherlands Indies (Indonesia).
Enviroment and History 8: 129 - 172.
Jacson, P. & Nowell, K. 2008. Panthera tigris ssp. sondaica. The IUCN Red List of
Threatened Species 2008: e.T41681A10509194.
------------. 2008. Panthera tigris ssp. balica. The IUCN Red List of
Threatened Species 2008: e.T41682A10510320.
Kartawibawa, R. 1925. Bakda Mawi Rampog. Wedalan: Bale Pestaka.
Kitchener, Andrew C. Tiger Distribution, Phenotypic Variation and Conservation
Issues. Dalam: Seidenticker, J., Christie, S., dan Jackson, P. 1999. Riding the Tiger, Tiger
Conservation in Human-dominated Landscapes. The Zoological Society of London,
Cambridge University Press.
Kholis, M., Faisal, A., Widodo, F. A., Musabine, E. S., Hasiholan, W., dan Kartika, E.C.
Tanpa Tahun. Pedoman Penanggulangan Konflik Manusia dan Harimau Sumatera.
Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Margono, B. A., Turubanova, S., Zhuravleva, I., Potapov, P., Tyukavina A., Baccini, A.,
Goetz, S., and Hansen, M.C. 2012. Mapping and Monitoring Deforestation and
Forest Degradation in Sumatra (Indonesia) Using Landsat Time Series Data Sets
from 1990 to 2010. Enviromental Research Letter, doi: 10.1088/1748-
9326/7/3/034010
Mill, Judy A. 2015. Blood of the Tiger, A Story of Conspiracy, Greed, and the Battle to Save
a Magnificent Species. Beacon Press, Boston, Massachusetts.
National Geographic Indonesia, Juli 2018. Arwah rimba, syaman dan tarian di Kerinci
yang menyatukan manusia dan harimau.
Kartodirjo, S. dan, Suryo, D. 1994. Sejarah perkebunan di Indonesia, kajian sosial
ekonomi. Aditya Media, Yogyakarta.
Kartika, E. C. 2017. Spatio-temporal Patterns of Human Tiger Conflict in Sumatra 2010
-2016. Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Direktorat Jenderal Konservasi
REPRODUKSI FOTO
Foto-foto lama direproduksi dari beberapa sumber buku berikut:
- Sijthoff, A.W. 1980. Java’s Onuitputtelijke Natuur, Reisverhalen,
tekeningen en fotografieen van Franz Wilhelm Junghuhn.
- Heijboer, Pierre. 1977. Klamboes, Klewangs, Klapperbomen. Den Haan.
- Whitten, T., Soeriaatmadja, R. E., dan Afiff, S. A. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Editor
Seri: S. N. Kartikasari. Prenhallindo, Jakarta.
B F
Bali 54, 56, 57, 58, 59, 71, 72, 74, 78, 80 Flagship species 47
Bali Barat 56, 57, 71, 72 Flora & Fauna International 129
Baluran 61, 65, 81 FFI 129, 130, 131, 152
Bangli 56, 59 Forum HarimauKita 155
Banten 60, 61, 63, 70, 71, 73, 74, 83, 112 Forum Konservasi Leuser 129, 138
Banyumas 64, 81, 112 FKL 129, 138, 139
Banyuwangi 44, 61, 63, 65, 71, 81, 83, 112
Batavia 64, 70, 73, 81 G
Belanda 61, 70, 71, 73, 76, 77, 80, 84 Garut 64, 80
Benggala 30 Global Tiger Initiative 95
Bengkulu 172, 173, 175, 183, 188, 253 Gunung Baluran 61
Berbak-Sembilang 93, 95, 144, 147 Gunung Honje 74
Besuki 46, 61, 83, 97, 112 Gunung Kidul 63, 65
Bhutan 31 Gunung Malabar 64, 80
Blambangan 44, 45 Gunung Slamet 63, 71
Blitar 22, 43, 45, 48, 49, 60, 65, 67, 71, 76, 83 G.W.F. Kehrer 84
Bogor 57, 70, 73, 74, 83, 84
Boja 65, 81 H
Bukit Balai Rejang 117, 119, 141, 154 Hama harimau 83
Bukit Barisan 88, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 99, 118, 129, 134, Tulah harimau 70, 83
135, 140, 141, 142 Harimau
Bukit Barisan Selatan 88, 93, 94, 95, 99, 118, 134, 135, 140, Harimau amur 37
141, 142 Harimau bali 27, 28, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63,
64, 65, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 78 90, 113, 160
C Harimau bengal 37
Cagar Alam Pinus Jantho 93 Harimau cina selatan 37
Sanine distemper virus 181, CDV 181 Harimau indocina 37
Cibadak 64, 80 Harimau jawa 25, 26, 28, 31, 32, 35, 41, 45, 46, 49, 90,
Cilacap 48 92, 102, 105, 113
Cina 25, 30, 160, 207 Harimau kaspia 37
Cina Selatan 30 Harimau malaya 37
Cirebon 46 Harimau sumatra 33, 43, 55, 77, 78, 85, 86, 88, 90, 93,
Coenraad Jacob Temminck 80 94, 102, 103, 104, 105, 106, 113, 114, 115, 128, 132,
Convention Concerning the Protection of World Cultural 134, 138, 139, 148, 153, 154, 155, 156, 158, 160, 161,
Buku ini merupakan karya dari sumbangsih banyak pihak: individu-individu yang
bekerja di berbagai lembaga swadaya masyarakat dalam konservasi harimau. Dari
lembaga tersebut, dimungkin untuk mendapatkan data dan informasi yang kemudian
diadaptasi menjadi teks dan infografis. Dengan ini, seluruh tim Atlas Harimau Nusantara
mengucapkan terima kasih:
Begitu juga ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang tidak kami sebutkan satu per
satu. Karya ini tentu masih melewatkan banyak pihak, gagasan, dan inisiatif konservasi
harimau sumatra yang memang mencakup banyak kalangan. Atas dasar itu, karya ini tidak
berniat untuk mengabaikan upaya-upaya pihak lain dalam melindungi dan menyelamatkan
satwa pemangsa ini.