1
Sumber pendataan dari papan selayang pandang di kantor Kecamatan Sumber Kabupaten
Cirebon, tanggal 7 November 2014
30
A. Profil Desa Matangaji
1. Sejarah Desa Matangaji
Pada jaman dahulu ada sesuatu daerah yang sebagian besar berupa hutan
belantara hanya beberapa meter persegi saja yang tanahnya sudah dihuni berkisar
tahun 1870 M. Karena desa Sidawangi letaknya dipinggir jalan yang mudah
dijangkau Belanda, Sultan Syaefudin merasa tidak aman. Akhirnya sepakat untuk
meninggalkan Desa Sidawangi untuk mencari tempat yang lebih aman dengan
menyusuri hutan ke sebelah barat hingga sampai ke suatu daerah yang sekarang
disebut desa Matangaji. Oleh karena daerah ini dirasa lebih aman, segeralah
dibuat sebuah pesanggrahan kecil tempat beristirahat. Tempat itu sekarang disebut
blok Padaleman, artinya tempat istirahat para abdi dalem atau keraton antara lain
sultan.2
Di daerah ini ada dua orang Sultan yang berasal dari tanah Pejawen
keduanya bernama Sultan Mangku Buana dan Sultan Yusup Ashari. Secara
kebetulan mereka datang bersama sehingga mereka berebut kekuasaan melalui
pertarungan bahwa siapa yang menang itulah yang berhak mendudukinya. Pada
pertarungan tersebut tidak ada yang kalah akhirnya mengadakan kesepakatan
Daerah itu diberi nama Padamatang dan diserahkan kepada sultan Mangku Buana
sedangkan Sultan Yusup Ashari di beri daerah baru sebelah timur yang diberi
nama “Matangaji”3 yang mengandung arti matang dalam ilmu.4
2
Proyek Penyusunan Inventarisasi Ceritera Rakyat/Legenda, Asal Usul Desa Di Kabupaten
Cirebon, Bagian Pertama, Pemerintah Kabupaten Cirebon Kantor Pariwisata Seni dan Budaya,
2004, hlm 169
3
Untuk pendataan Desa Matangaji di dapatkan melalui pengambilan Dokumenasi Data dan
Wawancara di desa tersebut dengan bantuan Bapak Casmita (Jurutulis), Bapak Udin (Lebe),
Bapak Jono (Mandor). Sebagai tambahan data yang diperlukan, maka mengambil sumber acuan
dari buku “Data Profil Desa/Kelurahan Pemerintahan Kabupaten Cirebon: Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Tahun 2014” dan “Buku Catatan Kehendak Nikah: Model
N10”.
4
Ibid, hlm. 170
31
Patilasan Aria Calingcingan, Lawang Gede, Goa Lawet, Hulu Dayeuh/Bujal
Dayeuh/Birit Dayeuh, Balong Kambang, Sumur Kajayaan, Sumur Panyipuhan,
Sumur Kapandean, Sumur Bandung, Gunung Jejar Pawayangan, Pancuran Emas,
Pancuran Curug, Pancuran Cijambu, Pancuran Simpur, Gunung Pugag, Gunung
Geleseran, Tanah Pangoragan, Cibelentuk, Cipataunan, Cibadak.5
Peninggalan tersebut merupakan suatu bukti bahwa desa Matangaji,
termasuk desa yang bersejarah, baik dalam penyebaran agama Islam yang
termasuk benteng pertahanan dalam jaman kolenial Belanda. Pada tahun 1870 M
kampung desa Matangaji masih menggabung dengan desa Cimara dan kantor
kewadannya bertempat di Mandirancan setelah itu dengan keputusan, bahwa
kampung Matangaji dimasukan ke wilayah Cirebon sedangkan Cimara Masuk
wilayah Kuningan. Dalam masa pemerintahan yang tercantum dalam sejarah
antara lain yang menjadi pepayung agung desa adalah Buyut Sinjang atau Buyut
Lurah atau Buyut Sideang kurang lebih pada tahun 1870 M.
Pada jaman pemerintahan desa dipegang oleh Kuwu H. Salab (H. Nur)
Matangaji di jadikan pos pertahanan dan pengatur siasat pada jaman penjajahan
Belanda dan penjajahan Jepang yang diantaranya ada pasuka tentara yaitu
dibawah kepala pasukan Cipto, Budiarjo, Paryono Purbadi, dan Usman,SE. Dan
pada waktu itu korban yang meninggal dua orang pasukan yaitu Cele dan Arsad
setelah aman dari penjajah, pada jaman pemerintahan desa dipegang oleh kuwu
D.Umar timbul gerombolan DI/TII sekitar kurang lebih tahun 1958.M .
Di desa mulai memebentuk PD (Pagar Desa) lantas tak lama kemudian
diganti istilah menjadi OKD (Organisasi Kader Desa). Organisasi ini sebagai
tentara desa dipersenjatai oleh TNI untuk mengusir gerombolan DI/TII. Dalam
pertempuran sengit melawan serangan DI TII jatuhlah korban daro OKD yaitu
Sarkadi, Tahir, Reja dan Rawan dari masyarakat adalah Sumar dan Santana.
Lantas ada komando dari pusat, bahwa semua masyarakat yang ada di desa
Matangaji (terutama laki-laki desa) diwajibkan melaksanakan Pager Betis dan
berangkat ke gunung Ciremai tepatnya di wilayah panyusupan dan sekitarnya.
5
Wawancara dengan Bapak Casmita (Jurutulis Desa Matangaji) di Kantor Desa Matangaji,
tanggal 10 November 2014.
32
Setelah aman dari DI/TII Timbul pemeberontakan G 30 S/PKI tahun 1965
namun berkat lindungan Tuhan, di Matangaji tidak ada satu pun masyarakat yang
ikut campur baik langsung atau tidak langsung dengan gerakan tersebut
(G30S/PKI). Karena jaman telah dimakan usia pemerintahan D.Umar diganti oleh
Kuwu Sanawi pada jaman pemerintahan Kuwu Sanawi sampai Kuwu yang masih
menjabat barulah di Matangaji, banyak pembangunan-pembangunan disegala
sektor.
Sampai sekarang ada 27 Kuwu yang pernah menjabat di pemerintahan Desa
Matangaji diantaranya: Kuwu Sinjang, Kuwu Antijah, Kuwu Damis, Kuwu
Marijah, Kuwu Marjani (Buyut sanyaman), Lapian, Kastam, Nasipah (Buyut
Kudung), Samikar, Kialim, Mihidin, Laniyah, Asidam, Lapian, Karti, Laya Pan,
Manggis, Murati, H.Saleh, H.Sidik, H.Salab (H.Nur), Sanawi, Ohim, Sukardi DS,
D. Umar, Ade Darya, Juansih.6
Pada peta rupa bumi terletak dalam koordinat antara 108º27¹44¹¹ (6.7956º)
Bujur Timur dan 6º47¹44¹¹ (-108.4622º) Lintang Selatan, dengan hamparan
bidang wilayahnya berada pada elevasi antara 312 meter di atas permukaan laut
(m.dpl). Secara fisik sekitar 90% berupa dataran, dan sekitar 10% berupa
perbukitan dan dengan keadaan lahannya 112,968 ha berupa lahan kering dan
135,203 ha lahan basah. Sedangkan tanah kekayaan Desa Matangaji seluas 58,874
6
Sumber pendataan dari papan sejarah pemerintahan kuwu Desa Matangaji, tanggal 10
November 2014.
7
Data Profil Desa/Kelurahan Pemerintahan Kabupaten Cirebon: Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintahan Desa Tahun 2014. Data Profil Desa Matangaji.
33
ha yang terdiri dari: tanah Bengkok 28,2286 ha, tanah Titisara 15,5488 ha dan
tanah Pangonan 14,9100 ha.
Adapun jarak Ibukota dari Desa Matangaji ke Ibukota Kecamatan sekitar 5
Km, ke Ibukota Kabupaten sekitar 5 Km, dan ke Ibukota Propinsi Jawa Barat 130
Km. Keadaan luas jalan di Desa Matangaji yaitu: Jalan Protokol + 1.500 meter,
Jalan Blok + 6.300 meter. Terbentang hulu sungai, yaitu sungai Cipaniis,
umumnya lebih dominan dimanfaatkan untuk sumber pengairan bagi sawah dan
kolam/empang. Terdapat bukit yang berfungsi sebagai perkebunan dan lebih
akrab disebut gunung, yaitu Gunung Pugag. 8
8
Sumber pendataan dari papan monografi Desa Matangaji tahun 2014, tanggal 10
November 2014
9
Sumber pendataan dari bagan struktur RT/RW Desa Matangaji Kecamatan Sumber
Kabupaten Cirebon, tahun 2014, tanggal 10 November 2014
34
2.350 jiwa (53.86%) dan wanita sebanyak 2.013 jiwa (46.14%), seks rasio pria
dengan wanita 101: 99. Banyaknya rumah tangga 1.311 keluarga, dan jumlah rata-
rata anggota keluarga 4 jiwa/keluarga. Dari angka-angka kependudukan tersebut
selalu memungkinkan untuk terjadinya penambahan jumlah penduduk dari tahun
ke tahun. Dan dari tahun 2013 sampai tahun 2014/bulan November tercatat
peningkatan penduduk sebesar 79 jiwa, terdiri pria sebanyak dari 48 jiwa dan
wanita sebanyak 31 jiwa. 10
a. Kedaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
JUMLAH
No. Jenis Kelamin
2013 2014
1. Jumlah laki-laki 2.302 2.350
2. Jumlah perempuan 1.982 2.013
3. Jumlah 4.284 4.363
4. Jumlah Kepala Keluarga 1.246 1.311
35
b. Karakteristik sosial budayanya relatif masih homogen dengan masih
cukup terpeliharanya ikatan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan.
c. Sosial agama penduduk mayoritas atau sekitar 100 % adalah muslim.11
11
Ibid.
12
Sumber pendatatan dari monografi kependudukan Desa Matangaji berdasarkan
pendidikan tahun 2014, tanggal 10 November 2014
13
Sumber pendatatan dari monografi kependudukan Desa Matangaji berdasarkan mata
pencaharian penduduk tahun 2014 , tanggal 10 November 2014.
36
MATA
No TAHUN 2013 TAHUN 2014
PENCAHARIAN
1. PNS 49 orang 22 orang
2. Pegawai Swasta 102 orang 107 orang
3. TNI/Polri 9 orang 9 orang
4. Petani 379 orang 401 orang
5. Pedagang 89 orang 150 orang
6. Peternak 46 orang 51 orang
7. Buruh 285 orang 400 orang
8. Pensiunan 13 orang 57 orang
9. Jasa 10 orang - orang
10. IRT dan lain-lain 982orang 1.197orang
14
Sumber pendataan dari bagan struktur pemerintahan Desa Matangaji, tahun 2014, tanggal
10 November 2014.
37
10. Daftar Data Pelaksanaan Pernikahan di Desa Matangaji yang
Pembiayaan Nikahnya Mengacu Pada PP No. 47 Tahun 2004
15
Sumber pendataan dari buku Kehendak Pencatatan Nikah: Model N10 P3N Desa
Matangaji tahun 2014, tanggal 10 November 2014
38
pelaksanaan pernikahan yang menggunakan PP No. 48 Tahun 2014 ini dimulai
dengan acuan tanggal 27 Juni. Berikut hasil pendataannya.16
Tanggal Akad
No Nama Mempelai Nikah Tempat
Dilangsungkan
1 Karta Rusman/Ayu Rahayu 03 Agustus 2014 Sijambu
2 Iman / Rokayah 06 Agustus 2014 Sipetir
3 Ismail / Indah Mayangsari 07 Agustus 2014 Padaleman
4 Hulom / Sri Sulastri 11 Agustus 2014 Sijambu
5 Rohman Hidayat / Roslia 13 Agustus 2014 Sigendang
6 Ladin / Sri Ayu Wahyu 28 September 2014 Ciwareng
7 Ruswa / Acah 01 Oktober 2014 Ciwareng
8 Jaenudin / Aryati 07 Oktober 2014 Padaleman
9 Dadang Sofian / Teti Kurnia 11 oktober 2014 Sijambu
10 Suhana / Marnisah 13 Oktober 2014 Padaleman
11 Murnasih / Santi 14 Oktober 2014 Sijambu
12 Kusen / Eni Suheni 15 Oktober 2014 Sigendang
13 Andiwan / Dedeh Kurniasih 15 Oktober 2014 Sijambu
14 Jajat Teguh/ Fitri Romadoni 20 Oktober 2014 Blok Desa
15 Jai / Ida Susilawati 22 Oktober 2014 Sijambu
16 Ukat Sukatma / Eneng Fitri 22 Oktober 2014 Sijambu
17 Sumarna / Nur Inayah 19 November 2014 Padaleman
16
Sumber pendataan dari buku Kehendak Pencatatan Nikah: Model N10 P3N Desa
Matangaji tahun 2014, tanggal 10 November 2014
39
Capar baru ada 110 orang. Yang menjadi kuwu pertama di Desa Capar adalah
Bapak Jenol Putra Buyut Kejah kelahiran Desa Kubang. Setelah kuwu Jenol
berhenti, diganti oleh kuwu Marsati, kemudian diganti oleh kuwu Karna dan
setelah kuwu Karna berhenti diganti oleh kuwu Sarya dan yang terakhir yaitu
kuwu Sarkawi.17
Di sebelah selatan desa Capar juga terdapat sebuah cantilan bernama Blok
Cikadu yang termasuk wilayah Desa Tenjolayar Kecamatan Mandirancan
Kabupaten Kuningan. Blok Cikadu dan Desa Tenjolayar juga dipisahkan oleh
sungai yang sama yaitu sungai Cipager. Keluhan masyarakat Blok Cikadu juga
sama dengan masyarakat Blok Capar sebelum memisahkan diri dari Desa Kubang,
yaitu tidak dapat menyebrangi sungai Cipager diwaktu musim penghujan.
Akhirnya blok Cikadu juga memisahkan diri dari desa induknya yaitu Desa
Tenjolayar menjadi sebuah desa kecil bernama Desa Cikadu. Orang yang pertama
menjadi kuwu di Desa Cikadu yaitu bapak Along atau Ahlan dan setelah Along
berhenti diganti oleh kuwu Shaleh dan kemudian kuwu yang terakhir yaitu kuwu
Angga Kariya.18
Pada waktu pemerintahan Belanda mengadakan penertiban wilayah, kedua
desa kecil itu yakni Desa Capar dan Desa Cikadu akhirnya dijadikan satu dan
penyatuan kedua desa itu diberi nama “Desa Sidawangi”. Kuwu dari kedua desa
kecil itu pun diberhentikan, kemudian diadakan pemilihan kuwu yang baru. Calon
kuwu ada dua orang yaitu bapak Sarkawi dan Angga Kariya mantan kuwu Desa
Cikadu yang diberhentikan. Setelah diadakan pemilihan kuwu, akhirnya
dimenangkan oleh bapak Angga Kariya. Dan bapak Angga Kariya adalah orang
pertama yang menjadi kuwu Desa Sidawangi, namun nama Blok Capar dan Blok
Cikadu hingga sekarang masih ada sebagaimana dahulu.19
Sampai sekarang ada 9 Kuwu yang pernah menjabat di pemerintahan Desa
Sidawangi di antaranya: Angga Karya (1927 -1935), Sarkawi (1936 – 1948),
17
Proyek Penyusunan Inventarisasi Ceritera Rakyat/Legenda, Asal Usul Desa Di
Kabupaten Cirebon, Edisi Keempat, Pemerintah Kabupaten Cirebon Kantor Pariwisata Seni dan
Budaya, 2004, hlm 141
18
Ibid.
19
Ibid.
40
Abdul Rojak (1949 – 1961), Sajum (1962 – 1973), H. Muhyidin (1973 – 1987),
H. Mukam (1987 – 1994), Asmirah (1994 – 2000), Karsa (2001 – 2010), H. Alfan
Nasuha (2011 – sekarang).20
20
Wawancara dengan Bapak Moh. Rohmanullah/Roy (Sekdes Desa Sidawangi) di Kantor
Desa Sidawangi, tanggal 10 November 2014.
21
Proyek Penyusunan Inventarisasi Ceritera Rakyat/Legenda, Asal Usul Desa Di
Kabupaten Cirebon, hlm. 142
22
Wawancara dengan Bapak Kasmudi (Kaur Umum Desa Sidawangi) di Kantor Desa
Sidawangi, tanggal 19 November 2014.
41
madrasah dan TK. Mayoritas penduduk Desa Sidawangi adalah petani dan buruh
tani, namun banyak juga masyarakat desa Sidawangi yang mencari nafkah di
kota-kota besar terutama di Jakarta, baik sebagai pedagang atau buruh lainnya.23
Pada peta rupa bumi terletak dalam koordinat antara 108.469971º Bujur
Timur dan -6.785956º Lintang Selatan, dengan hamparan bidang wilayahnya
berada pada elevasi antara 121 meter di atas permukaan laut (m.dpl). Secara fisik
sekitar 70% berupa perbukitan, dan sekitar 30% berupa dataran dengan keadaan
lahannya 150,952 ha berupa lahan kering dan 229,591 ha lahan sawah. Adapun
Jarak Ibukota dari Desa Sidawangi ke Ibukota Kecamatan sekitar 3 Km, ke
Ibukota Kabupaten sekitar 3 Km, dan ke Ibukota Propinsi Jawa Barat 120 Km.
Keadaan luas jalan di Desa Sidawangi yaitu: Jalan Aspal + 330.105 meter, Jalan
Tanah + 13.100 meter, Jalan Makadam + 1.500 meter.25
23
Proyek Penyusunan Inventarisasi Ceritera Rakyat/Legenda, Asal Usul Desa Di
Kabupaten Cirebon, hlm. 143
24
Untuk pendataan Desa Sidawangi di dapatkan melalui pengambilan Dokumenasi Data
dan Wawancara di desa tersebut dengan bantuan Bapak Roy(Jurutulis), Bapak Sukmana (Lebe).
Sebagai tambahan data yang diperlukan, maka mengambil sumber acuan dari buku “Data Profil
Desa/Kelurahan Pemerintahan Kabupaten Cirebon: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa Tahun 2014” dan “Buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10”.
25
Sumber pendataan dari monografi wilayah Desa Sidawangi tahun 2014, tanggal 10
November 2014
42
4. Administrasi Kewilayahan Desa Sidawangi
Wilayah Desa Sidawangi Kecamatan Sumber secara administrasi
kewilayahan meliputi: 5 Dusun, 10 Rukun Warga (RW), dan 20 Rukun Tetangga
(RT). Berikut gambaran terperinci mengenai administrasi kewilayahan. Dari
sepuluh RW tersebut ditangani oleh lima orang KADUS (Kepala Dusun). Dimana
masing-masing Kadus tersebut memiliki tanggung jawab dan peran aktif yang
sangat sentral dalam memajukan RW yang menjadi tanggung jawabnya. Kadus 1
bertanggung jawab terhadap RW 1 dan 3. Kadus II bertanggung jawab terhadap
RW 2 dan 4. Kadus III bertanggung jawab terhadap RW 5 dan 6. Kadus IV
bertanggung jawab dalam menangani RW 7 dan 8. Sedangkan untuk RW 9 dan 10
ditangani oleh Kadus V.26
Rukun
No Wilayah Nama Blok Dusun
Tetangga
1. RW. 01 Blok Cikadu I 2
2. RW. 02 Blok Cikadu II 2
3. RW. 03 Blok Cikadu I 2
4. RW. 04 Blok Cikadu II 2
5. RW. 05 Blok Capar III 2
6. RW. 06 Blok Capar III 2
7. RW. 07 Blok Capar IV 2
8. RW. 08 Blok Capar IV 2
9. RW. 09 Blok Sirehbeureum V 2
10. RW. 10 Blok Sirehbeureum V 2
TOTAL 20
26
Sumber pendataan dari bagan struktur kepengurusan RT/RW Desa Sidawangi tahun
2014, tanggal 10 November 2014
43
sedangkan untuk jumlah wanita sebanyak -31 jiwa pada tahun 2014/bulan
November dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
a. Kedaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah
No. Jenis Kelamin
2013 2014
1. Jumlah laki-laki 3.102 3.141
2. Jumlah perempuan 3.528 3.497
3. Jumlah 6.630 6.638
4. Jumlah Kepala Keluarga 1.706 1.734
27
Sumber pendataan dari jumlah kependudukan Desa Sidawangi pada tahun 2014 per-
bulan November, tanggal 10 November 2014
44
b. Karakteristik sosial budayanya relatif masih homogen dengan masih
cukup terpeliharanya ikatan hubungan kekeluargaan dan kekerabatan.
c. Sosial agama penduduknya mayoritas muslim sebanyak 6.498 orang,
kristen 10 orang, khatolik 85 orang, dan kepercayaan 45 orang.
28
Sumber pendatatan dari monografi kependudukan Desa Sidawangi berdasarkan
pendidikan tahun 2014, tanggal 10 November 2014
45
pertukangan, pengrajin, dan pensiunan. Berikut mata pencaharian masyarakat desa
Sidawangi pada tahun 2014.29
MATA
No TAHUN 2014
PENCAHARIAN
1. Petani 415 orang
2. Buruh Tani 701 orang
3. PNS 87 orang
4. TNI 2 orang
5. Polri 3 orang
6. Pedagang 320 orang
7. Peternak 78 orang
8. Pensiunan 58 orang
9. Pertukangan 41 orang
10 Pengrajin 4 orang
11 IRT dan lain-lain 2.175 orang
12 Belum bekerja 2.754 orang
29
Sumber pendataan dari monografi kependudukan Desa Sidawangi berdasarkan
matapencaharian tahun 2014, tanggal 10 November 2014
30
Sumber pendataan dari bagan struktur pemerintahan Desa Sidawangi, tanggal 10
November 2014
46
9 Masuri Kadus I
10 Didi RP Kadus II
11 Sarjana Kadus III
12 Ajat Sudrajat Kadus IV
13 Sarta Kadus V
31
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10 P3N Desa Sidawangi
pada tahun 2014, tanggal 10 November 2014
47
11. Daftar Data Pelaksanaan Pernikahan di Desa Sidawangi yang
Pembiayaan Nikahnya Mengacu Pada PP No. 48 Tahun 2014
32
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10 P3N Desa Sidawangi
pada tahun 2014, tanggal 10 November 2014.
48
tertarik, dan kemudian menganut Islam. Sementara yang tidak tertarik pergi
meninggalkan Sumber.
Para wali sering kali mengadakan ceramah atau musyawarah di puncak
Gunung Ciremai. Gunung tertinggi di Jawa Barat ini dikatakan Gunung Ciremai
karena sering dijadikan tempat ceramah para wali. Ketika berangkat ke gunung
Ciremai atau kembalinya, para wali selalu singgah-singgah berlama-lama di
daerah Sumber untuk memantau perkembangan agama Islam. Oleh karena itu di
daerah Sumber pernah direncanakan untuk mendirikan sebuah pesanggrahan atau
keraton kecil, namun dibatalkan karena salah seorang wali yang tidak
menyutujuinya.
Meskipun tembok/dinding atau kuta kosong telah mulai dibangun. Itulah
sebabnya disebelah selatan Polsek Sumber sekarang terdapat nama blok
Pesanggrahan, Kuta Kosod, dan Perwatalan. Disekitar tempat peristirahatan para
wali itu dibuat sebuah taman (Taman Sari) yang di dalamnya terdapat kolam atau
balong, yang sekarang menjadi Situs Balong Sumber.
Setiap tahun ketika musim kemarau, masyarakat sering kesulitan air. Salah
seorang wali mencoba mancari air dengan mendongkel tanah, kemudian keluarlah
air bersih yang berlimpah-limpah. Maka dibuatlah sebuah tuk, yang sekarang
disebut Tuk Melanse, Tuk Mudal, Tuk Gumer, dan Tuk Luak. Setelah
ditemukannya mata air yang sangat dibutuhkan masyarakat, maka daerah ini
semakin ramai dan banyak dikunjungi dan akhirnya daerah tersebut disebut
dengan nama “Sumber”.
Tersebutlah seorang perempuan bernama Nyi Mas Rarakuning, yang sangat
sabar dan patuh serta setia mengabdi kepada para wali dalam perjuangannya.
Sebagai imbalan jasa atau tanda jasa terhadap Nyi Mas Rarakuning, para wali
mengangkatnya sebagai pimpinan dengan julukan Nyi Gede Sumber. Pada suatu
saat Kerajaan Rajagaluh berusaha menghambat perkembangan agama Islam di
daerah Sumber, bahkan ia ingin menghancurkan Kesultanan Cirebon. Atas
kesigapan serta kewaspadaan Nyi Gede Sumber dengan tokoh-tokoh Islam
lainnya, pasukan Rajagaluh dapat dipatahkan, dan banyak yang ditawan sehingga
49
akhirnya menganut agama Islam. Diantara tawanan itu adalah Kencana Wungu
seorang perempuan mata-mata dari Rajagaluh.
Sebagai imbalan kepada Kencana Wungu yang kemudian membantu
perjuangan Nyi Gede Sumber dalam mengembangkan agama Islam, maka
Kencana Wungu diserahi tugas untuk merawat atau memelihara taman sari.
Dalam membangun Desa Sumber, Nyi Gede Sumber dibantu oleh tokoh-tokoh
Islam seperti: Pangeran Panjul, Pangeran Sampiran, Pangeran Panjang, Pangeran
Parakamuncang, Ki Gede Dermayu, Ki Gede Siwalan, Ki Gede Semu, Ki Gede
Jaka Karti, Ki Gede Cikuya, Ki Gede Ranggajati, Ki Gede Jatijajar, Ki Gede
Agus, Ki Gede Patih Jongkara, Ki Gede Sawud/Nyi Gede Sawud, Ki Gede
Pataraksa, Ki Gede Anderwangu.
Nyi Mas Rarakuning menikah dengan Ki Gede Wanakerta, dan dikaruniai
putri yang bernama Nyi Mas Rara Sakti. Ki Gede Wanakerta adalah seorang ahli
bercocok tanam, seperti di Sungai Cipager ia menanam manggis dan hingga
sekarang daerah tersebut bernama blok Pemanggisan. Disebelah utaranya
menanam salak, hingga daerah tersebut terkenal dengan nama desa Pasalakan.
Mulai tahun 1981 desa Sumber berubah status menjadi kelurahan. Lurah yang
pertama adalah Ahmad Mista. 33
Sampai sekarang untuk pergantian kepemimpinan pemerintahan kelurahan
Sumber baru dilakukan 21 kali pergantian kepemimpinan lurah. Pergantian
tersebut antara lain: Waskida (1913 – 1924), Arsani (1925 – 1930), Kamar (1931
– 1951), Yais (1951 – 1952), Sumira (1952 – 1965), Tapsari (1965 – 1966),
Ahmad Mista (1967 – 1985), Sutikno (1986 – 1990), Azhar Riyadi (1990 – 1995),
Kusdiono (1995 – 1996), Dedi Susilo (1996 – 2001), Kadia Siswono (2001 –
2005), Sus Subarto (2005 – 2007), Mukhlas (2007 – 2009), Hardjo Siswono (2009
– 2009), Utien Masruchin (2009 – 2009), Iwan R. Hardiawan (2009 – 2010), Iiz
Riza Raki Putra (2010 – 2011), Daryono (2011 -2013), dan Budi Kuswara (2013 –
33
Seluruh data sejarah tentang Kelurahan Sumber ini didapat dari buku: Proyek
Penyusunan Inventarisasi Ceritera Rakyat/Legenda, Asal Usul Desa Di Kabupaten Cirebon, Edisi
Kedua, Pemerintah Kabupaten Cirebon Kantor Pariwisata Seni dan Budaya, 2004, hlm 154
50
sekarang). Untuk lurah Ahmad Mista mejabat sebanyak 2 periode
34
kepemimpinan.
34
Wawancara dengan bapak Budi Kuswara (Lurah Sumber) di Kantor Kelurahan Sumber
pada tanggal 2 Desember 2014
35
Wawancara dengan Bapak Samsudin,SH (Sekretaris Lurah Kelurahan Sumber) di Kantor
Kelurahan Sumber, tanggal 2 Desember 2014
36
Untuk pendataan Kelurahan Sumber di dapatkan melalui pengambilan Dokumenasi Data
dan Wawancara di desa tersebut dengan bantuan Bapak Samsudin,SH (Seklur Kelurahan Sumber),
dan Bapak H.Suyuti (Lebe Kelurahan Sumber). Sebagai tambahan data yang diperlukan, maka
mengambil sumber acuan dari buku “Data Profil Desa/Kelurahan Pemerintahan Kabupaten
Cirebon: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Tahun 2014” dan “Buku
Catatan Kehendak Nikah: Model N10”.
51
Km, ke Ibukota Kabupaten sekitar 1 Km, dan ke Ibukota Propinsi Jawa Barat 238
Km. 37
37
Sumber data dari papan monografi Kelurahan Sumber pada tahun 2014, tanggal 2
Desember 2014
38
Sumber pendataan dari bagan struktur RT/RW kelurahan Sumber tahun 2014, tanggal 2
Desember 2014
52
5. Kondisi Demografi Kelurahan Sumber
Penduduk Kelurahan Sumber Kecamatan Sumber hingga akhir bulan
November 2014 tercatat berjumlah 8.199 jiwa, terdiri dari pria sebanyak 4.177
jiwa dan wanita sebanyak 4.022 jiwa. Banyaknya rumah tangga 2.065 keluarga,
dan jumlah rata-rata anggota keluarga 4 jiwa/keluarga. Jumlah penduduk miskin
3.736 jiwa orang. Jumlah penduduk dari tahun 2013 sampai 2014 khususnya di
kelurahan Sumber mengalami penurunan, yakni mengalami penurunan penduduk
sebanyak 56 jiwa.
a. Kedaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah
No. Jenis Kelamin
2013 2014
1. Jumlah laki-laki 4.206 4.177
2. Jumlah perempuan 4.019 4.022
3. Jumlah 8.255 8.199
4. Jumlah Kepala Keluarga 2.625 2.586
39
Sumber pendataan dari papan monografi Kelurahan Sumber per bulan November tahun
2014, tanggal 2 Desember 2014
53
7. Kondisi Sosial Pendidikan Kelurahan Sumber
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk menentukan IPM (Indeks
Pembangunan Manusia), yaitu dilihat dari angka rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf. Kondisi sosial pendidikan masyarakat tahun 2014 cenderung
meningkat. Dalam pendataan ini tercatat jenjang pendidikan penduduk masyarakat
Kecamatan Sumber yang cukup signifikan. Jenjang pendidikan tersebut dari mulai
Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, Akademia, bahkan sampai program
S3. Berikut kondisi pendidikan di kelurahan Sumber Kecamatan Sumber pada
tahun 2014.40
TAHUN
No URAIAN
2014
1 Taman Kanak-Kanak 856 Orang
2 Sekolah Dasar 2.985 Orang
3 SMP 1.634 Orang
4 SMA/SMU 2.369 Orang
5 Akademi/D1-D3 574 Orang
6 S1 215 Orang
7 Pascasarjana 39 Orang
8 Pondok Pesantren 786 Orang
9 Kursus Keterampilan 428 Orang
40
Sumber pendataan dari papan monografi pendidikan Kelurahan Sumber tahun 2014,
tanggal 2 Desember 2014
54
Upah Minimum untuk Kabupaten Cirebon sendiri sebesar Rp. 1.300.000. Berikut
mata pencaharian masyarakat kelurahan Sumber pada tahun 2014.41
MATA
No TAHUN 2014
PENCAHARIAN
1. Petani 78 orang
2. Buruh Tani 157 orang
3. PNS 246 orang
4. TNI 10 orang
5. Polri 27 orang
6. Pedagang Keliling 94 orang
7 Montir 34 orang
8 Peternak 30 orang
9 Dokter Swasta 3 orang
10 Pensiunan 88 orang
11 Bidan Swasta 6 orang
12 Perawat Swasta 342 orang
13 Guru Swasta 12 orang
14 Karyawan Swasta 4 orang
15 Karyawan Pemerintah 22 orang
16 Wiraswasta 243 orang
41
Sumber pendataan dari papan monografi matapencaharian penduduk masyarakat
Kelurahan Sumber tahun 2014, tanggal 2 Desember 2014
42
Sumber data dari bagan struktur pemerintahan Kelurahan Sumber Kecamatan Sumber
tahun 2014, tanggal 2 Desember 2014
55
6 Endang Retnowati Kasi Yan Um
7 Samaun Staf Pemerintahan
8 Eti Yusdiati Staf Ekbangsos
43
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10 Kelurahan Sumber
tahun 2014, tanggal 4 Desember 2014
56
11. Daftar Data Pelaksanaan di Kelurahan Sumber yang Pembiayaan
Nikahnya Masih Mengacu Pada PP No. 48 Tahun 2014
D. Kelurahan Kemantren
1. Kondisi Geografis Kelurahan Kemantren
Kelurahan Kemantren45 merupakan kategori swasembada, terletak disebelah
selatan wilayah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, luas wilayahnya tercatat
± 350.345 Km2, dengan batas-batasnya:
44
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N1o Kelurahan Sumber
tahun 2014, tanggal 4 Desember 2014
45
Untuk pendataan Kelurahan Kemantren di dapatkan melalui pengambilan Dokumenasi
Data dan Wawancara di desa/kelurahan tersebut dengan bantuan Bapak Wahyu (Seklur Kelurahan
Kemantren), dan Bapak H.Suyud (Lebe Kelurahan Kemantren). Sebagai tambahan data yang
diperlukan, maka mengambil sumber acuan dari buku “Data Profil Desa/Kelurahan Pemerintahan
57
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kaliwadas
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wanasaba
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sendang
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sumber
Kabupaten Cirebon: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Tahun 2014” dan
“Buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10”.
46
Sumber data dari papan monografi Kelurahan Kemantren pada tahun 2014, tanggal 27
Februari 2015
47
Sumber pendataan dari bagan struktur RT/RW kelurahan Kemantren tahun 2014, tanggal
27 Februari 2015
58
4. RW. 04 Abdul Komar 5
5. RW. 05 Drs. Tata Sutarno 5
6. RW. 06 Mahfudin 5
7. RW. 07 Ardisah 5
TOTAL 35
59
meningkat. Dalam pendataan ini tercatat jenjang pendidikan penduduk masyarakat
Kecamatan Sumber yang cukup signifikan. Jenjang pendidikan tersebut dari mulai
Taman Kanak-kanak (TK), SD, SMP, SMA, Akademia, bahkan sampai program
S3. Berikut kondisi pendidikan di kelurahan Kemantren Kecamatan Sumber pada
tahun 2014.48
TAHUN
No URAIAN
2014
1 Taman Kanak-Kanak 746 Orang
2 Sekolah Dasar 2.985 Orang
3 SMP 1. 348 Orang
4 SMA/SMU 2.574 Orang
5 Akademi/D1-D3 465 Orang
6 S1 315 Orang
7 Pascasarjana 69 Orang
8 Pondok Pesantren 586 Orang
9 Kursus Keterampilan 458 Orang
60
3. PNS 346 orang
4. TNI 10 orang
5. Polri 27 orang
6. Pedagang Keliling 84 orang
7 Montir 34 orang
8 Peternak 30 orang
9 Dokter Swasta 13 orang
10 Pensiunan 78 orang
11 Bidan Swasta 26 orang
12 Perawat Swasta 242 orang
13 Guru Swasta 22 orang
14 Karyawan Swasta 104 orang
15 Karyawan Pemerintah 62 orang
16 Wiraswasta 43 orang
50
Sumber data dari bagan struktur pemerintahan Kelurahan Kemantren Kecamatan Sumber
tahun 2014, tanggal 27 Februari 2015
61
8. Daftar Data Pelaksanaan di Kelurahan Kemantren yang Pembiayaan
Nikahnya Masih Mengacu Pada PP No. 47 Tahun 2004
51
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10 Kelurahan
Kemantren tahun 2014, tanggal 27 Februari 2015
62
pelaksanaan pernikahan yang menggunakan PP No. 48 Tahun 2014 ini dimulai
dengan acuan tanggal 27 Juni. Berikut hasil pendataannya.52
Tanggal Akad Tempat
No Nama Mempelai Nikah
Dilangsungkan
1 Suhardi / Neneng 13 Oktober 2014 RT 02 /05
2 Yogi / Devi 14 Oktober 2014 RT 05 /02
3 Hasan / Novi 02 November 2014 RT 05 /04
4 Taufik Hidayat / Ismayati 02 November 2014 RT 05 /04
5 Sahudin/ Rohmahwati 14 Agustus 2014 RT 05 /06
6 Saefudin/ Windi 08 Oktober 2014 RT 05 /04
7 Irfan / Siti Umayah 09 Oktober 2014 RT 05 /07
8 Teguh / Lili S 12 Oktober 2014 RT 01 /04
9 Yandi / Ningsih 01 Oktober 2014 RT 01 /06
10 Umar / Indri 27 Oktober 2014 RT 05 /02
11 Asep / Nur 28 Oktober 2014 RT 05 /02
12 Ahmad Arifin / Yayah 09 Oktober 2014 RT 01 /06
13 Saputra / Sintya 09 Oktober 2014 RT 05 /04
14 Muhamad Bagja / Indah 18 Oktober 2014 RT 04 /03
15 Agus / Yuni 12 Oktober 2014 RT 06 /05
16 Yusuf / Nisa 30 Oktober 2014 RT 02 /07
17 Edy / Rani 07 Oktober 2014 RT 05 /06
52
Sumber pendataan dari buku Catatan Kehendak Nikah: Model N10 Kelurahan
Kemantren tahun 2014, tanggal 27 Februari 2015
63