PENDAHULUAN
1
Laporan Potensi Desa dan Kelurahan, Desa Kertabumi Kecamatan
Cijeungjing, Ciamis tahun 2018.
3
Mokteng berasal dari kata moksa yang bermakna kebebasan dari
ikatan duniawi, lepas dari reinkarnasi, sebagai bagian dari konsep Hindu-
Buddha. Moksa mendapat akhiran ing yang bermakna di. Sehingga Sang
mokteng berarti Ia yang moksa di. Selain Mokteng, juga dikenal istilah
Lumahing yang berasal dari kata lumah yang berarti telentang, mati atau
tempat. Sang Lumahing dapat diartikan Ia yang mati di. Sebutan Sang
Mokteng dan Sang Lumahing banyak digunakan sebagai anumerta untuk
raja-raja yang sudah meninggal.
4
Menurut naskah-naskah Pangeran Wangsakerta, Prabu
Brajawisesa, Prabu Darmaraja dan Prabu Darmakusumah adalah
penguasa-penguasa Sunda,Galuh dan Galunggung yang disebut sebagai
Sang Moteng atau Sang Lumahing Winduraja.
5
Atja, Tjarita Parahjangan, Jajasan Kebudajaan Nusalarang
Bandung, 1968
Terjemahan :
Mendengar bunyi gamelan ramai bergemuruh, tak
menentu kedengarannya, gamelan di Galuh. Maka
Pwah Rababu kembali ke Galuh, penuh dengan
orang yang menari. Ketika Ia tiba di halaman besar,
Kata Rahyangtang Mandiminyak ; “Sang patih, siapa
itu?”. “Kata orang ada yang menari di halaman
besar.” “Nih, bawa kain seperangkat. Selesaikanlah.
Ini tanggungjawabku. Lalu bawa olehmu. Paksa !”.
Pergilah Sang Patih ke halaman besar. Dibawalah
Pwah Rababu ke keraton. Diperistri oleh
Rahyangtang Mandiminyak. Dikawin karena sangat
cintanya kepada Pwah Rababu. Beranak dari
pergaulan ini, dinamai Sang Salah.6
6
Ma’mur Danasasmita, Wacana Bahasa Dan Sastra Sunda Lama,
STSI Press Bandung (2001), hlm. 96-97
8
Pohon Nipah (Metroxylonrumphii) daunnya bisa dibuat atap.
9
tahun 1978 masih banyak rumah panggung beratap kirai seperti
di Kampung Kanekes Badui. Kabuyutan Pagergunung oleh masyarakat
sekitar disebut juga Makam Gede dan disekitarnya bertebaran
kabuyutan-kabuyutan lainnya. Hasil wawancara dengan R.Rustam
Effendi, Warga Sadewata.(2018)
10
Kabuyutan Pagergunung masih berada di jajaran Gunung
Bitung bagian tenggara. Gunung Bitung awalnya merupakan padepokan
agama Buddha yang didirikan oleh Sang Sudhayosa di abad 14 Masehi
dan bernaung dalam Kerajaan Sunda Galuh yang berpusat di Kawali.
Gunung Bitung kemudian dikenal sebagai cikal bakal Kerajaan Talaga
11
Atja, Op. Cit., wacana 20
13
Muhamad Mukhtar Zaedin.,dkk. Pangeran Wangsakerta,
Carita Parahyangan Sakeng Bumi Jawa Kulwan, alih bahasa dan aksara,
(Cirebon :2016), Hlm.41-18
14
Yoseph Iskandar, Sejarah Jawa Barat Yuganing Raja Kawasa
(Bandung : Geger Sunten : 2005, Cet.5, hlm. 262.
15
Ibid., 261
16
Nina Lubis, et al., Sejarah Sunda, jilid 1 (Bandung : Cahya
Historika) Cet.1, hlm.90-91
17
Ibid., 91.
18
Muhamad Mukhtar Zaedin.,dkk. Op. Cit., 57.
19
Bekas karatuan Hanum adalah Desa Hanum, Kecamatan
Dayeuh Luhur, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Pandu
Radea,dkk.,Pendataan Situs-situs Di Dayeuh Luhur, Yayasan
Tapakkaruhun Nusantara (2015)
20
Atja, Loc Cit.
21
Gunung Ageung terletak di Desa Cipasung, Kecamatan
Lemahsugih, Majalengka. Di kawasan ini terdapat lebih dari 30 situs yang
bertebaran., Pandu Radea,dkk.,Pendataan Situs-situs Talaga, Yayasan
Tapakkaruhun Nusantara (2018)
22
Nagarakertabumi tidak menyebutkan nama tempat Resi
Dawuarsih. Yoseph Iskandar dalam bukunya Yuganing Rajakawasa
menduga yang dimaksud parahyangan bang wetan adalah Dieng.
Namun situs Maraapi di Rajadesa sebagai tempat Resi Danuwarsih
dikenal luas oleh masyarakat Rajadesa dan keletakannya berada di
parahyangan bang wetan
23
Di Rajadesa sampai Rancah banyak makam-makam kuno para
ulama yang mengembangkan islam di kawasan tersebut.
24
Samida merupakan salah satu jenis Kabuyutan Sunda berupa
kawasan hutan lindung yang dibuat untuk kegiatan ritual Hindu Budha.
Biasanya berdampingan dengan talaga dan gugunungan sebagai simbol
religi-kosmologi. Pohon yang ditanam bernilai sakral dan berbau wangi
yang digunakan untuk kegiatan religi. Di dalam Samida dibangun pula
beberapa tatanan bebatuan dengan cara dibalay, sebagai lambang dan
sarana peribadatan. Samida yang dibuat Sri Baduga Maharaja disebut
dalam Prasasti Batutulis. Saat ini Kabuyutan Samida yang masih tersisa
diantaranya di Kecamatan Rajadesa.
28
Kapal dengan dua tiang layar utama. Tiang depan
menggunakan layar persegi sedangkan tiang belakang menggunakan
layar yang bisa diputar.
29
Muhamad Mukhtar Zaedin.,dkk. Op. Cit., 56-59
Terjemahan :
(70) Kemudian pada seribu empat ratus lima puluh
tarikhSaka, bala tentara muslim dari Sunda Kalapa,
ialah bala tentara
(72) Demak dengan Cirebon, juga bala tentara dari
Kuningan menyerbu bala tentara Galuh yang sudah
berkumpul di daerah Rajagaluh. Kemudian
matangkeplah yang berperang, antara bala tentara
muslim dari Demak, Cirebon, Kuningan dan ratu-
ratu daerah yang sudah memeluk agama Islam.
Berperanglah mereka melawan balatentara yang
dipimpin oleh Prabu Galuh Jayaningrat dan Adhipati
Wilayah Rajagaluh Sang Arya Kiban, kalahlah
pertempuran mereka. Semenjak itu daerah Galuh
30
Ibid, hlm.38-39
31
Alih Aksara ,Tarka Sutaraharja.
32
Yoseph Iskandar., Op.Cit., hlm 275
33
Naskah Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawa Kulwan hanya
menyebut Mundingsari Ageung sebagai ayah dari Rangga Mantri. Tidak
menyebut nama ibunya.
34
Muhamad Mukhtar Zaedin.,dkk. Op. Cit., hlm. 78
35
Istilah selir ke 12 juga terdapat dalam Naskah Negarakertabumi,
tanpa menyebutkan nama selir tersebut.
36
Ditulis Raden Demang Kramadinata yaitu cucu Pangeran Ariya
Wiradipa (putra Arya Sacanata), dituangkan dalam kertas daluwang
menggunakan aksara Sunda cacarakaan. Sampulnya dari kulit mencek
yang masih ada bulunya. Naskah tersebut kemudian dilengkapi dari
sumber lain dan ditulis ulang oleh R.Suparman Sastrawijaya.
37
Istilah Pucuk Umun bermakna raja yang disembah digunakan
oleh beberapa penguasa wilayah Pajajaran. Sedangkan Pucuk Umum,
merupakan gelar yang digunakan setelah masuk Islam memiliki makna
pemimpin Umat
38
Naskah Sejarah Galuh adalah koleksi Raden Angga
Kusumasumbada, patih pengsiunan di Galuh (Ciamis) dengan no Katalog
Lor.7399 (4). Lihat Ensiklopedi Sastra Sunda, Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan (1997)
39
Raden Padmadikusumah, adalah penyusun Naskah Sejarah
Galuh berdasarkan tiga buah naskah lainnya yang merupakan milik
Bupati Galuh R.A.A Kusumahdiningrat (1836-1886), Bupati Galuh
R.T.Wiradikusumah (1815-1819) dan R.A.Sukmandara (1819), Lihat
Ensiklopedi Sastra Sunda, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
(1997)
40
T.D. Sudjana, Naskah Nagara Kretabhumi, Dwitya Sarga
(Cirebon:2007), terj. hlm.33
Terjemahan :
Siapa gerangan yang mengapit kereta kencana, di
sebelah kanan ibunda yang cantik Baliklayaran, putri
dari Kalapa Girang, disamping kiri Baliklarangan,
putri pemimpin masyarakat Kalapa, putri dari Kalapa
Hilir. Dibelakang Maya Pangabar, putra sulung Pulau
Sagara, putri dari Kandang Haur.
41
Dalam catatanya, Atja membagi Carita Ratu Pakuan dalam
dua bagian. Pertama, mengenai gunung-gunung pertapaan para pohaci,.
Kedua, kisah mengenai Putri Ngambetkasih diperistri oleh Ratu Pakuan,
lihat “Menyelamatkan Alam Sunda Dan Beberapa Kajian Mengenai
Sunda” , Sundalana (2007)
42
Babad Tjirebon bertuliskan arab pegon berbahasa Cirebon
Madya dialih aksarakan oleh Pangeran Sulendraningrat diberi judul baru
Babad Tanah Sunda
44
Kisah Tanduran Gagang dapat ditemui dalam naskah
Mertasinga pada Pupuh LIX 02-20, Sedikit berbeda dengan keterangan
Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawa Kulwan. Menurut Naskah Mertasinga
Dewi Mandhapa adalah adik Rangga Mantri, Ia juga Ibu dari Tanduran
Gagang. Sedangkan dalam Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawa Kulwan,
Tanduran Gagang adalah adik dari Rangga Mantri dan Istri dari Prabu
Jaya Asmara.
45
Purwaka Caruban Nagari ditulis oleh Pangeran Aria Tjirebon
tahun 1720 Masehi, Lihat P.S. Sulendraningrat, Penanggung Djawab
Sedjarah Tjirebon, Keprabonan Lemah Wungkuk Tjirebon (1971)
46
Kumitir,Alangalang, Babad Galuh.
alangalangkumitir.wordpress.com. 9 Maret 2018
Terjemahan :
(04)…..Adapun Prabu Pucuk Umun memperistri Nyi
Inten Kadaton, seorang putri yang ditinggalkan oleh
Sang Prabu Ciyungwanara.
48
Zaedin, dkk., Op. Cit., Hlm. 70.
49
Sastrawijaya, Loc. Cit.
50
Ibid.
51
H.Djadja Sukardja Naratas Sejarah Galuh Ciamis yang
(Kandepdikbud : 1999), hlm. 57
52
Penyebutan Rajagaluh sebagai kenangan tempat diculiknya
Haur Kuning merupakan salah satu versi lokal tentang asal-usul nama
tempat (sasakala) bernama Rajagaluh disesuaikan dengan konteks cerita
yang mendasarinya.
53
Dari bahasa sunda. aub artinya ikut atau gabung. Pangauban
artinya tempat untuk diikuti atau tempat bergabung.
54
Deupa atau depa adalah jarak yang diukur dari ujung jari
tangan kanan sampai ujung jari tangan kiri dengan kedua tangan
terentang lurus horizontal . 1 deupa sekitar 150 cm. Maka 100 deupa
persegi = 1.500 cm x 2 = 30.000 cm = 3 km persegi.
55
Pohon Bambu Haur berduri disunda disebut Haur Cucuk atau
Awi Duri, tumbuh merumpun dan padat. Pangkal rumpun dapat
dilingkuni oleh cabang dan ranting-ranting berduri, warnanya hijau
mengilap.
56
H. Djadja Sukardja, Kerajaan Galuh, Raja dan Bupati Galuh
Keturunan Prabu Haur Kuning (1999).
57
Ibid.
58
Dalam Buku Silsilah Sedjarah Galoeh yang disusun oleh Gun
Gun Gurnadi, disebutkan Prabu Haur Kuning berputra Maharaja
Sanghyang Cipta, berputra Sanghyang Permana (Bupati Cobodas Hilir),
berputra Dalem Wirabraja, berputra Ni Rd, Tjaweri.
59
beberapa peristiwa sejarah di Galuh-Sunda menunjukan
kedudukan anak pertama tidak mutlak menjadi pewaris takhta. Seperti
halnya Mandiminyak, adalah putra ke 3 Wretikandayun, yang menjadi
penguasa Galuh.
62
Gambaran mengenai wilayah Kertabumi terdapat dalam
catatan R.Yusuf Suriadiputra (Bupati Ciamis 1945-1958).
64
Tanduran Ageung kadang disebut Tanduran Gagang,
sepertinya untuk menunjukan bahwa Ia anak tertua Maharaja
Sanghyang Cipta, bukan merujuk Tanduran Gagang adik Rangga
Permana
65
Sebutan Prabu Di Muntur untuk Rangga Permana seperti
halnya sebutan Prabu Di Galuh untuk Cipta Permana.
66
Kawasan Sukama adalah bekas pemukiman kuno dengan
banyaknya ditemukan limbah pemukiman masa lalu seperti pecahan
gerabah dan keramik. Blok Sukama ini masih berada di Bojong Gandu
menurut cerita setempat adalah tempat kediaman Prabu Di Muntur atau
keraton Kertabumi.
67
Anjung perubahan kata dari Tanjung, merujuk pada wilayah
di Desa Selamaya, Kecamatan Lumbung Kawali.
68
Disebut Juga Maharaja Kawali, Putra Pangeran Bangsit atau
Mas Palembang yang berkuasa tahun 1575-1592. Pangeran Bangsit
putra Pangeran Dungkut bupati pertama kawali yang diangkat Cirebon
tahun 1528-1575 Masehi. Lihat H.Djadja Sukardja, Astana Gede Kawali
(Ciamis : 1998) cet.1, hlm.32-33
69
Dadan Wildan.,et-al, Sejarah Ciamis,
(Bandung:Humaniora),2005), hlm.71.
70
F.de Haan, Priangan: De Preanger Regentschappen onder het
Nederlandsch Bestuur tot 1818 lihat Yuliani Sopiani, R.A.A.
Kusumahdiningrat & R.A.A. KusumasubrataGaya Hidup Bupati-bupati
Galuh ombak (2012), hlm.20.
71
Wildan, et-alOp.cit, hal 72.
72
Keterangan Jejen Nurjana, Juru Kunci Makam Prabu Di
Muntur (2018)
73
Makam Sang Raja Cita dalam komplek makam Prabu Di
Muntur berdasarkan identifikasi R.H. Gun Gun Gurnadi penyusun buku
Silsilah Sedjarah Galoeh.
74
Dalam sumber Belanda disebut wasterlanden.
75
Yuliani Sopiani, R.A.A. Kusumahdiningrat & R.A.A.
Kusumasubrata Gaya Hidup Bupati-bupati Galuh (Ombak : 2012), hlm.
68
76
Ibid.
77
Dipati Ukur Ageung alias Wangsajaya, Penguasa Ukur
pertama yang masuk Islam dan mengakui kekuasaan Matarm. Berkuasa
sekitar 1587.
78
Nina Lubis, et al, Sejarah Tatar Sunda Jilid 1, hlm 192
79
Ibid, hlm.209
80
Ibid,hlm.211
81
Djadja Sukardja, Rajapati Dipati Panaekan Dan Dipati
Imbanagara (2003) hlm. 17
82
Ibid, hlm.17
83
Lubis, et.al, Op.Cit. Hlm.189
84
Dari Buku Silsilah Sedjarah Galoeh, yang disusun oleh R.H.
Gun Gun Gurnadi. Buku ini menjadi rujukan utama bari beberapa buku
yang menulis silsilah galuh. Seperti buku Silsilah Rundayan Prabu Haoer
Koening yang disusun oleh AT. Soedradjat (1997) dan buku-buku sejarah
tentang galuh ciamis oleh H Djadja Sukardja
85
Djadja Sukardja, Naratas Sejarah Galuh Ciamis, Kebudayaan
Kandep Dikbud Ciamis (1999). Hlm.105
86
Wildan, et.al.Op. Cit., 75-76
87
Lihat Nina Lubis, et.al, Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat.
(Alqaprint : 2000), hlm.19-20
88
Ibid, Hlm 20
89
Istilah dalam pembagian empat wilayah Mataram.
Pertama, Nagara, yaitu pusat yang mutlak mengendalikan
seluruh wilayah, Kedua, nagaragung yaitu wilayah di sekitar
nagara, tempat kedudukan pejabat tinggi yang tinggal di istana.
Ketiga, Mancanagara yaitu wilayah di luar nagaragung, yaitu
negara-negara kecil yang ditaklukkan oleh Mataram dan
diperintah oleh bupati. Keempat yaitu pasisir adalah wilayah
pantai utara dari mancanagara yang terbentang dari Cirebon ke
Surabaya, lihat Moertono Soemarsaid, State and- Statecraft in Old
Java : A Study of the Later Mataram Period, 16th to 19th Century,
1968
90
Alih Aksara Tizi Rakyan, Yayasan Tapak Karuhun Nusantara
91
H.Djadja Sukardja, Kanjeng Prebu R.A.A. Kusumadiningrat,
(2003)
92
Julukan masyarakat Ciamis kepada R.A.A Kusumadiningrat
93
Diterbitkan Dalam buku “Arkeologi dari Lapangan ke
Permasalahan”, hlm. 55 – 72. Editor Prof. Dr. Edi Sedyawati. Bandung:
Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komda Jawa Barat – Banten, 2006.
94
Singkatan dari Jambansari
95
Ibid, hlm. 55 – 72.
96
Ada peribahasa yang berkembang saat itu yaitu ulah
munjung ka gunung ulah muja ka talaga tapi munjung kudu ka indung
muja mah ka bapa, merupakan bentuk sindiran terhadap kegiatan
munjung dan muja gunung dan talaga sebagai kawasan yang disakralkan
dalam keyakinan sunda kuno.
97
Paraji atau bidan tradisional.
98
Tercatat dalam buku tamu yang disimpan di Abah Adang.
2. Batu Patapan II
Struktur balai tersusun dari batu andesitis. Di teras
atas terdapat batu besar persegi berukuran panjang 182
cm, lebar 180 cm, dan tebal 53 cm. Teras paling bawah :
panjang 7.14 m, lebar 5.70 m, dan tinggi balai 29 cm.
Teras kedua : panjang 6.18 m, lebar 4 m, dan tinggi balai
23 cm. Teras ketiga : panjang 5 m, lebar 2.5 m dan tinggi
balai 30 cm
Lokasi ini berada di kordinat S 07°20’48.80” da E
108°27’42.39” di ketinggian 95 mdpl. Ke arah timur laut
terdapat struktur punden lainnya yang tersusun oleh 5
undakan dengan luas area 3 m². Lingkungannya ditumbuhi
pohon Jati (Tectona grandis), Kanyere (Bridelia stipularis),
Heras (Vitex vinata), Hanjuang (Cordyline fruticosa),
Hanjuang (Cordyline fruticosa) dan Imba (Azadirachta
indica).
5. Goa Kamuning
Goa ini berada di sebelah selatan dari Batu Patapan I, di
tebing yang berhadapan dengan Sungai Cileueur. Goa
Kamuning berada di kordinat S 07°20’46.05” dan E
108°27’47.71” dan berada di ketinggian 83 mdpl. Di atas
6. Batu Tangga
Lokasi Batu Tangga berada di kordinat S
07°20’48.23” dan E 108°27’44.48” di ketinggian 76 mdpl.
Batu Tangga tersusun oleh dua buah batu besar persegi
yang bertumpuk membentuk umpak batu seperti tangga. Di
sekitarnya ditumbuhi oleh pohon Heras (Vitex vinata), Kiara
(Fellicium Decipiens), Kelapa(Cocos nucifera), dan tanaman
perdu. Di area tersebut masih bisa ditemukan fragmen
gerabah. Ukuran batu paling bawah panjangnya 2.8 m,
lebar 2.6 m, dan tebal 96 cm, sedangkan batu diatasnya
memiliki panjang 2.5 m, lebar 1.6 m, dan tebal 85 cm.
Letak batu tangga berada di teras tanah dengan jarak ke
99
Endang Widyastuti, Jenis-Jenis Tinggalan Arkeologi Di Kawasan
Kertabumi, dalam buku Dimensi Arkeologi Kawasan Ciamis, Editor Endang sSri
Hardiati, IAAI, Bandung (2006)
c. Makna Kabuyutan
Pemukiman-pemukiman yang masih memiliki jejak
sejarahnya biasanya ditandai dengan adanya kabuyutan-
kabuyutan yang masih dilestarikan oleh masyarakat
pendukungnya. Dari kabuyutan-kabuyutan tersebut maka
dapat dipelajari tentang perkembangan kawasan tersebut.
Pemakaman-pemakaman kuna pada masa Islam terkadang
tidak berdiri sendiri, namun banyak meninggalkan jejak
lapisan budaya dari masa pra Islam ke masa Islam.
Demikian pula kabuyutan berupa struktur berundak,
patapaan, mata air keramat, bukit, danau, dan sungai bisa
menjadi indikator adanya lapisan budaya. Tidak saja dari
kisah-kisah yang menyertainya, namun dari semua yang
ada di dalam dan lingkungannya, baik itu yang bersifat
100
Ibid, hlm.47
101
Pandu Radea, Penelusuran Arsip Sejarah Di Kecamatan
Sindangkasih Ciamis, Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Daerah
(2017).Hlm.4
D 73 :
//O// Swasti shakawarsatita 952 karttikamasa tithi
dwadashi shuklapa-ksa. ha. ka. ra. wara tambir. iri-
ka diwasha nira prahajyan sunda ma-haraja shri
jayabhupati jayamana-henwisnumurtti
samarawijayashaka-labhuwanamandaleswaranindita
harogowardhana wikra-mottunggadewa, ma-
D 96 :
gaway tepek i purwa sanghyang tapak ginaway
denira shri jayabhupati prahajyan sunda. mwang tan
hanani baryya baryya shila. irikang lwah tan
pangalapa ikan sesini lwah. Makahingan sanghyang
tapak wates kapujan i hulu, i sor makahingan ia
sanghyang tapak wates kapujan i wungkalagong
kalih matangyan pinagawayaken pra-sasti
pagepageh. mangmang sapatha.
D 97 :
sumpah denira prahajyan sunda. lwirnya nihan.
102
Danasasmita.,Op.Cit, hlm.43
103
Radea,Op.Cit. Hlm.8
104
Agus Aris Munandar, Tatar Sunda Masa Silam (Jakarta :
Wedatama Widya Sastra, 2010) hlm. 58;59.
105
Radea,Lok.Cit.
106
Radea, Op.Cit, Hlm 9
107
Noorduyn, J & A.Teeuw, Tiga Pesona Sunda Kuna. Jakarta :
Pustaka Jaya. (2009)
108
Aditia Gunawan, Warugan Lemah : Pola Permukiman Sunda
Kuna. (Sundalana : PSS,2010).
109
Ibid.
110
Munandar, Loc. Cit.
111
Ibid
112
Munandar, Op.Cit.131
113
Ibid, hlm.132
114
Ibid.hlm.134
115
Gunawan,Loc.Cit.
116
Endang Widyastuti, Tembikar Dan Keramik Dari Kawasan
Kertabumi, dalam Buku Tapak-Tapak Budaya, hlm 98. Penyunting
Dr.Endang Sri Hardiati, IAAI. Banten (2002)
117
Ibid., hlm 102,104,
e. Batu tegak
Pada bagian ini terdapat batu tegak berbentuk
segitiga dengan ujung berbentuk kotak. Tinggi batu 30 cm,
lebar 20 cm, dan diameter 47 cm. Disekeliling batu terdapat
batu-batu alam yang mengelilinginya.
118
Penutup atau aling-aling
D. Lingga Kolelet
Area ini termasuk ke dalam wilayah RT09 RW04 Dsn
Bunder Desa Kertabhumi. Lingga Kolelet merupakan sebuah
batu alam tegak berbentuk pipih dengan ujung bulat,
berukuran tinggi 50 cm, lebar 31 cm, dan diameter 78 cm.
batu tersebut berada di perkebunan warga dekat bantaran
sungai Cileueur, sedangkan ke arah utara merupakan leuwi
kulelet. Titik kordinatnya S 07°20’36.73” dan E
108°27’14.24” di ketinggian 94 mdpl.
F. Situs Jalaksana
Lokasi berada di wilayah Dusun Nagrog Desa
Kertabhumi dengan titik kordinat S 07°19’30.44” dan E
108°25’17.30” berada di ketinggian 127 mdpl. Terdapat
batu alam dengan ukuran panjang 1,60 m, lebar 1,20 m
dan ketebalan 35 cm. Kemudian diatasnya terdapat batu
yang disebut dengan batu pamangkonan.
Objek yang disakralkan disini adalah batu monolit
dan pamangkonan yang dianggap peninggalan leluhur
Dusun Nagrog. Berada di samping bendungan DAS Cibuyut.
Ditempat ini sering diselenggarakan marak lauk Cibuyut
dengan memanfaatkan bendungan Cibuyut.
I. Bojong Gandu
Walau masih satu kawasan dengan Gunung Susuru
namun Bojong Gandu yang keletakannya berada di sebelah
barat laut situs Gunung Susuru merupakan situs terpisah
dari Gunung Susuru. Bojong Gandu dalam ingatan kolektif
warga setempat merupakan bekas pasar kuno dan bekas
kediaman Prabu Di Muntur atau keraton Kertabumi.
Keadaan lahan di Situs Bojong Gandu relatif datar.
Ditempat ini petani saat mengolah tanah banyak
119
Widyastuti, Op.Cit, Hlm 100
120
Widyastuti, Jenis-Jenis Tinggalan Arkleologi Di Kawasan Kertabumi,
hlm. 102
121
Widyastuti, Op.Cit. hlm.104
J. Lulumpang
Tembikar dari Lulumpang berasal dari wadah terdiri
dari jenis 16 periuk, 4 mangkuk, 2 tempayan, 1 tutup, 4
kendi, 1 belanga, dan 1 cawan. Dari pengamatan tampak
122
Widyastuti, Op.Cit. hlm.109-110
K. Sumur Batu
Sumur ini merupakan batu besar memiliki tinggi
2,05 m, berdiameter 4 m, dan berada di ketinggian 1,85 m
dari dasar sungai. Lokasinya berada di aliran Sungai
Cimuntur dekat Leuwi Baru dengan titik kordinat S
07°20’23.82” dan E 108°27’26.46” di ketinggian 74 mdpl.
Keletakan Sumur batu berada di sebelah barat Gunung
Susuru. Lobang Sumur terletak di sisi batu bagian selatan,
123
Ibid. hlm.104
124
Ibid. hlm 104
Website :
R.Suparman Sastrawijaya.Naskah Salinan Serat Rundayan
Talaga trah Ratu Laubarangsari saking Pangeran
Ariya Satjanata/ Bupati Panjalu.
www.sunantalagamanggung.wordpress.com , diunduh 3
Mei 2017
Ali Nurdin, DAS Citanduy., www.academia.edu, diunduh 11
April 2017
Alang-Alang Kumitir,Babad Galuh.
alangalangkumitir.wordpress.com.diunduh 9 Maret
2018
2. Abah Adang
Dusun Bunder Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing,
Kabupaten Ciamis.
Sesepuh dan Pelestari Sejarah di Desa Kertabumi
3. Jejen Nurjana
Ciamis, 24 Pebruari-1972
Alamat Dusun Bunder RT 10/05
Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis
Juru Kunci dan Juru Pelihara Situs Makam Prabu Di Muntur
4. Teti Haryati
Ciamis, 8 Juli 1970
Dusun Bunder Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing,
Kabupaten Ciamis.
Juru Pelihara Situs Gunung Susuru
5. Yuyu Mulyani
Ciamis 10 Juli 1981
Dusun Bunder Desa Kertabumi, Kecamatan Cijeungjing,
Kabupaten Ciamis.
Juru Pelihara Situs Gunung Susuru.