Anda di halaman 1dari 26

PENYEBARAN SARANG KOMODO DI PULAU LONGOS

DAN AKTIVITAS BERSARANG KOMODO DI PULAU RINCA


NUSA TENGGARA TIMUR

MUHAMMAD GALIH GURENDA NUSANTARA


E34150099

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penyebaran Sarang Komodo
di Pulau Longos dan Aktivitas Bersarang Komodo di Pulau Rinca, Nusa Tenggara
Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2020

Muhammad Galih Gurenda Nusantara


NIM E34150099
ABSTRAK
MUHAMMAD GALIH GURENDA NUSANTARA. Keberadaan Sarang Komodo di
Pulau Longos dan Aktivitas Bersarang Komodo di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur.
Dibimbing oleh MIRZA DIKARI KUSRINI dan YENI ARYATI MULYANI.

Keberhasilan bersarang merupakan salah satu tanda keberhasilan komodo


(Varanus komodoensis) mempertahankan populasinya di alam. Komodo diketahui
tersebar bukan saja di Taman Nasional Komodo, namun di pulau-pulau kecil di luar
Taman Nasional juga. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan sarang komodo di
Pulau Longos dan mendeskprisikan perilaku bersarang komodo di Pulau Rinca. Untuk
mencari keberadaan sarang komodo di Pulau Longos, dilakukan survei intensif dengan
menggunakan peta grid 300x300 m. Lalu untuk mendeskripsikan perilaku bersarang
komodo di Pulau Rinca, dilakukan pengamatan langsung dengan pemilihan sample
menggunakan metode Focal Animal Sampling. Terdapat 86 sarang ditemukan di
Longos yang menyebar secara berkelompok. Tidak terdapat tanda Komodo bersarang
walaupun tanda-tanda keberadaan Komodo masih ditemukan. Sebagian besar dari
sarang terdapat jerat yang dipasang masyarakat untuk mencari burung gosong sehingga
dapat mengganggu populasi komodo. Perilaku komodo di Resort Loh Buaya sudah
mengalami perubahan dalam hal waktu bersarang komodo.

Kata kunci: Longos, Rinca, komodo, ancaman, perilaku

ABSTRACT

MUHAMMAD GALIH GURENDA NUSANTARA. Distribution of Komodo Nests on


Longos Island and Komodo Nesting Activities on Rinca Island, East Nusa Tenggara.
Supervised by MIRZA DIKARI KUSRINI and YENI ARYATI MULYANI.

Nesting success is one of the indicator of Komodo’s dragon (Varanus


komodoensis) to maintain its population in the natural habitat. Komodo has been
known not only distributed in Komodo National Park but also in small islands
surrounding the National Park. This study aims to map the distribution of komodo
dragon's nest on Longos Island and to describe nesting behavior of komodo dragon on
Rinca Island. To map Komodo dragon's nest on Longos Island, intensive survey was
conducted using a 300x300 m grid map. Nesting behavior on Rinca Island was
observed using direct observations by Focal Animal Sampling method on selected
female’s dragon. 86 nest were found in Longos Islands with clumped distribution. There
is no evidence of nesting behaviours in Longos, although signed of Komodo’s
occurrence is evident. Most of the areas surrounding the nest are littered by snares
made by locals for catching bird which might harm the population of komodos. The
behavior of komodos in the Loh Buaya Resort has undergone changes in nesting
behavior that cause changes in komodo dragon's nesting time.

Keywords: Longos, Rinca, komodo, nest, threats, behavior


PENYEBARAN SARANG KOMODO DI PULAU LONGOS
DAN AKTIVITAS BERSARANG KOMODO DI PULAU RINCA
NUSA TENGGARA TIMUR

MUHAMMAD GALIH GURENDA NUSANTARA


E34150099

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Judul Skripsi: Penyebaran Sarang Komodo di Pulau Longos dan Aktivitas Bersarang
Komodo di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur
Nama : Muhammad Galih Gurenda Nusantara
NIM : E34150099

Disetujui oleh

Dr Ir Mirza Dikari Kusrini, MSi Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Nyoto Santoso, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2019 ini ialah Penyebaran Sarang
Komodo di Pulau Longos dan Aktivitas Bersarang Komodo di Pulau Rinca, Nusa
Tenggara Timur.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Mirza Dikari Kusrini dan Ibu Yeni
Aryati Mulyani selaku pembimbing, serta Bapak Achmad Ariefiandy yang telah banyak
memberi saran. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2020

Muhammad Galih Gurenda Nusantara


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Alat dan Objek Penelitian 3
Metode Pengambilan Data 3
ANALISIS DATA 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Hasil 5
Pembahasan 12
SIMPULAN DAN SARAN 14
Simpulan 14
Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
RIWAYAT HIDUP 16
DAFTAR TABEL

1. Karakteristik sarang yang dimanfaatkan komodo di Pulau Longos 6

DAFTAR GAMBAR

1. Peta lokasi penelitian 3


2. Peta grid 300x300 m 4
3. Metode pengukuran karakteristik sarang 4
4. Bentuk sebaran spasial sarang 6
5. Sarang bukit (a) dan sarang gundukan (b) 7
6. Hasil rekaman camera trap di sarang gundukan 8
7. Hasil rekaman camera trap di sarang bukit 8
8. Jerat gantung 9
9. Lokasi sarang yang terdapat jerat 9
10. Time budget activity 10
11. Komodo kawin pada sarang 3 11
12. Frekuensi perilaku bersarang di sarang 1, 4, dan 5 11
13. Frekuensi perilaku bersarang di sarang 3 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komodo (Varanus komodoensis) adalah jenis biawak terbesar yang terdapat di


Indonesia bagian Timur, tepatnya di Nusa Tenggara Timur. Walaupun komodo lebih
dikenal menyebar di Pulau Komodo dan Rinca, satwa ini sebenarnya tersebar di lokasi
lain di luar Taman Nasional. Keberadaan komodo di Pulau Flores, di luar Taman
Nasional Komodo dilaporkan oleh Ciofi et al. (1999). Ariefiandy et al. (2015)
melaporkan penemuan komodo di di Pulau Ontoloe yaitu sebelah utara Pulau Flores
sementara KSP (2017) melaporkan penemuan komodo di Pulau Longos, sebelah utara
Pulau Flores (http://komododragon.org/post/detail/13). Komodo dapat dijumpai pada
habitat dengan ketinggian mencapai 800 m dpl dan hidup di hutan tropis, hutan gugur
terbuka, sabana, dan hutan bakau. Namun, komodo lebih sering dijumpai di dataran
rendah yang dikelilingi bukit sabana (Ariefiandy et al. 2017).
Komodo betina yang kawin akan menyimpan telur yang dibuahi dalam sebuah
sarang. Pada umumnya komodo akan menggali lubang sarang untuk meletakkan
telurnya. Terdapat tiga tipe sarang komodo, yaitu sarang bukit, sarang tanah, dan sarang
gundukan. Sarang bukit adalah sarang yang dibuat di bukit – bukit sabana. Sarang tanah
adalah sarang yang dibuat di dalam tanah, sedangkan sarang gundukan adalah sarang
yang berupa gundukan tanah hasil modifikasi dari sarang burung gosong (Jessop et al.
2004). Penggunaan sarang burung gosong oleh komodo untuk bersarang juga
dilaporkan oleh Panggur (2008). Sarang burung gosong yang aktif dapat dibedakan
dengan sarang komodo dengan melihat adanya serasah yang banyak dalam sarangnya.
Penelitian Jessop et al. (2004) menemukan bahwa komodo betina cenderung memilih
tipe sarang gundukan, yaitu sebesar 62% atau 16 dari 26 total sarang yang ditemukan.
Aktivitas kawin merupakan salah satu aktivitas yang penting untung
melangsungkan kehidupan satwa. Apabila tidak ada aktivitas ini, maka satwa tersebut
akan punah. Menurut Cita et al. (2019), salah satu faktor keberhasilan konservasi ex situ
adalah adanya kemampuan satwa untuk bereproduksi. Habitat yang mendukung juga
memengaruhi keberhasilan satwa dalam melakukan perkawinan. Maka dari itu perlu
adanya penelitian mengenai keberadaan sarang dan perilaku bersarang komodo.
Masa perkawinan komodo terjadi mulai bulan Juni hingga bulan Juli. Pada bulan
Juli, komodo akan mulai mencari dan menggali sarang untuk menyimpan telurnya. Lalu
pada bulan Agustus, komodo akan menyimpan telurnya di dalam sarang dan menjaga
sarangnya hingga bulan November (Purwandana 2007). Oleh karena itu pada masa itu
merupakan waktu yang tepat untuk mempelajari ekologi komodo, terutama di pulau-
pulau di luar kawasan Taman Nasional yang keberadaan populasi komodo tidak banyak
diketahui.
Sebagai salah satu lokasi yang telah diketahui memiliki Komodo, Pulau Longos
(478 ha) merupakan pulau berpenghuni dengan beberapa tipe ekosistem di pulau ini,
yaitu hutan tanaman jati, hutan lamtoro, hutan mangrove, dan hutan sekunder (Irawan
2017). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Komodo Survival Program pada
tahun 2017 telah ditemukan 24 gundukan sarang dan 15 dari gundukan yang ditemukan
memiliki tanda aktivitas baik oleh burung gosong kaki merah (Megapodius reinwardt)
atau komodo. Survei tersebut belum menyeluruh dan kemungkinan masih banyak
sarang komodo yang belum ditemukan, sehingga perlu dilakukan survei menyeluruh di
Pulau Longos untuk melihat penyebaran sarang dan kemungkinan adanya aktivitas
bersarang di Pulau ini. Hanya ada satu tulisan yang melaporkan penggunaan sarang di
luar Taman Nasional (Ariefiandy et al. 2015).
Penelitian mengenai perilaku bersarang komodo saat ini didominasi oleh laporan
dari dalam kawasan Taman Nasional (Chrismiawati 2008; Jessop et al. 2004). Pulau
Rinca merupakan pulau terluas kedua di kawasan Taman Nasional Komodo. Salah satu
resort yang terdapat di Pulau Rinca adalah Resort Loh Buaya yang diperuntukkan
sebagai kawasan wisata. Di resort ini juga mudah untuk melihat komodo dan lokasi
sarang komodo sudah dipetakan di resort ini. Terdapat tujuh sarang yang sudah
ditemukan oleh Balai Taman Nasional Komodo. Lokasi sarang tersebut lokasinya juga
tidak jauh dari pos jaga resort. Penelitian mengenai perilaku bersarang komodo di
Resort Loh Buaya pernah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Komodo pada tahun
2011. Namun pada penelitian tersebut hanya menggunakan satu individu saja sebagai
sampel penelitiannya. Oleh karena itu perlu adanya pengembangan penelitian dengan
menambah jumlah individu sampel, sehingga bias yang dihasilkan lebih kecil.

Tujuan Penelitian

1. Memetakan dan mendeskripsikan sarang komodo di Pulau Longos.


2. Mendeskripsikan perilaku bersarang komodo di Resort Loh Buaya, Pulau Rinca.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Pulau Longos dan Pulau Rinca (Resort Loh Buaya)
(Gambar 1), Nusa Tenggara Timur. Kegiatan pengambilan data dilaksanakan pada
tanggal 9 Juli – 21 September 2019. Penelitian untuk mencari sarang komodo dilakukan
di Pulau Longos dan dilakukan dari tanggal 9 Juli hingga 18 Agustus. Sedangkan
penelitian mengenai perilaku bersarang komodo dilakukan di Resort Loh Buaya, Pulau
Rinca dan dilakukan dari tanggal 21 Agustus hingga 21 September 2019.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Objek Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pit tag reader, GPS,
pita ukur, meteran jahit, alat tulis, buku catatan, tally sheet, kamera, kayu, camera trap,
dan alat pencatat waktu. Objek penelitian ini adalah komodo yang melakukan aktivitas
bersarang dan sarang komodo.

Metode Pengambilan Data

Keberadaan Sarang Komodo


Penelitian dimulai dengan memetakan seluruh Pulau Longos, yaitu dilakukan
pembuatan grid 300x300 meter (Gambar 2). Survei intensif dilakukan pada setiap grid
yang telah dibuat tersebut. Survei dilakukan dengan berjalan pada setiap grid dan
mencari keberadaan lubang di bukit dan di tanah serta gundukan yang diduga sarang.
Penemuan sarang kemudian diberi tanda menggunakan GPS. Pengecekan dilakukan
untuk membedakan sarang burung gosong dengan sarang komodo dengan cara melihat
jumlah lubang dan besarnya diameter lubang sarang serta jejak satwanya. Pengecekan
ancaman yang terdapat di sekitar sarang dilakuan dengan melihat keberadaan jerat dan
juga diskusi dengan masyarakat lokal. Sarang yang diduga digunakan oleh komodo
akan dipasang camera trap Bushnell Tropy Cam HD untuk memastikan apakah sarang
tersebut aktif atau tidak. Setiap sarang yang diduga dipakai oleh komodo akan dipasang
kamera sebanyak 2 buah dan dipasang selama 8 hari tiap sarangnya.
Gambar 2 Peta grid 300x300 m
Pengukuran karakteristik fisik sarang dilakukan pada semua lubang atau sarang
yang ditemukan. Karakteristik fisik yang diukur adalah diameter sarang, diameter mulut
sarang, dan kedalaman sarang dengan menggunakan pita ukur dan kayu sepanjang 1,5
m yang telah ditandai tiap 10 cm. Pengukuran diameter dilakukan dua kali secara tegak
lurus dalam satu sarang untuk mendapatkan rataan diameter (Gambar 3).

Gambar 3 Metode pengukuran karakteristik sarang

Perilaku Bersarang Komodo


Pengamatan perilaku bersarang dilakukan di lokasi sarang yang sudah diketahui
oleh Taman Nasional dan sudah diberi kode sarang. Berdasarkan data Taman Nasional
terdapat 7 sarang yang telah dipetakan dan diberi kode. Dari tujuh sarang tersebut
setelah dilakukan pengecekan di Resort Loh Buaya hanya ada empat sarang aktif yang
berupa sarang gundukan. Adapun kode sarang dan kode individu komodo yang
menggunakan sarang tersebut, sebagai berikut:
1. Sarang 1 (000708E783)
2. Sarang 3 (0006439831)
3. Sarang 4 (00063A7607)
4. Sarang 5 (000682F6D6)
Perilaku bersarang komodo diamati langsung di sekitar lokasi sarang komodo
terutama perilaku saat komodo menjaga sarang. Pembuatan ethogram dilakukan pada
awal pengamatan dengan metode Ad Libitum Sampling dan Focal Animal Sampling
(Altmann 1974), yaitu mencatat semua aktivitas yang dilakukan pada satu komodo
betina yang terdapat di sekitar sarang. Perilaku bersarang diamati mulai pukul 08.00
hingga 13.30 WITA dan mulai pukul 14.30 hingga 17.30 WITA. Selain pengamatan
langsung, aktivitas komodo direkam dan difoto menggunakan kamera. Tidak ada
pembatasan jarak antara pengamat dan komodo, karena terdapat beberapa sarang yang
sekitarnya ditumbuhi banyak tumbuhan, sehingga pengamatan menyesuaikan dengan
kondisi lapang dan tidak mengganggu satwa yang diamati agar dapat mengurangi bias
data yang dihasilkan.

ANALISIS DATA

Pemetaan dan Karakteristik Sarang Komodo


Sarang komodo hasil survei akan ditampilkan dalam bentuk peta persebaran dan
dikelompokkan berdasarkan penggunaan sarang oleh burung gosong atau komodo. Tipe
sarang komodo akan dibedakan menjadi sarang bukit dan sarang gundukan.
Karakteristik sarang disajikan dalam bentuk nilai rataan dan ancaman sarang disajikan
dalam bentuk persentase antara sarang terancam dan sarang tidak terancam.
Bentuk sebaran spasial sarang akan diuji menggunakan metode nisbah ragam dan
nilai tengah (Krebs 2014). Berikut adalah rumus untuk menentukan bentuk sebaran
spasial sarang:
S2
ID=
x
Keterangan: ID : Index of Dispersion
S2 : Ragam
x : Nilai tengah
Jika: ID = 1, maka sarang menyebar acak
ID < 1, maka sarang menyebar homogen
ID > 1, maka sarang menyebar kelompok

Perilaku Bersarang Komodo


Persentase perilaku bersarang komodo berdasarkan ethogram yang telah dibuat,
akan dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:

lama waktu perilaku(menit)


%Perilaku= ×100 %
total waktu pengamatan(menit )

Selain itu, dihitung juga frekuensi perilaku yang dilakukan betina komodo setiap
setengah jam. Hasil perhitungan dalam time budget activity akan disajikan dalam bentuk
diagram. Persentase perilaku bersarang akan dideskripsikan untuk menunjukkan
perilaku - perilaku bersarang komodo di Pulau Rinca.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penyebaran Sarang Komodo


Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan didapatkan sebanyak 9 sarang bukit
dan 77 sarang gundukan (Gambar 5). Perhitungan menggunakan metode nisbah ragam
dan nilai tengah mendapatkan nilai Index of Dispersion sebesar 1,64 yang berarti pola
sebaran spasial sarang adalah menyebar kelompok (Gambar 4). Jarak antara sarang
komodo ke pemukiman penduduk berkisar 400 – 1000 m. Sarang ditemukan di habitat
hutan sekunder dan kebun warga serta tidak ditemukan di hutan mangrove.

Gambar 4 Bentuk sebaran spasial sarang


Berdasarkan hasil camera trap dan karakteristik sarangnya, terdapat 19 sarang
yang digunakan komodo. Semua sarang bukit digunakan oleh komodo (n=9), dan hanya
10 sarang gundukan yang digunakan oleh komodo. Sisanya digunakan oleh burung
gosong.
Sarang yang dipakai oleh komodo memiliki diameter dan kedalaman yang lebih
besar dibandingkan yang dipakai oleh burung gosong. Diameter lubangnya berkisar
antara 0,42 – 0,68 m dengan rata-rata sebesar 0,54 m (Tabel 1). Lokasi sarang gundukan
hampir tersebar merata di Pulau Longos. Namun, kebanyakan sarang gundukan yang
dipakai oleh komodo terletak jauh dari lokasi pemukiman.
Sarang bukit adalah sarang yang lebih sedikit ditemukan. Sarang tersebut terletak
di pinggir-pinggir bukit dan biasanya langsung berhadapan dengan laut, sehingga sinar
matahari langsung terpapar di mulut lubang. Diameter lubang berkisar antara 0,24 –
0,71 m, sedangkan kedalamannya berkisar antara 0,7 – 2,02 m (Tabel 1).

Tabel 1 Karakteristik sarang yang dimanfaatkan komodo di Pulau Longos


Sarang Gundukan (n=10) Sarang Bukit (n=9)
Dimensi
Terkecil Terbesar Rata-rata Terkecil Terbesar Rata-rata
Diameter sarang 5,95 8,55 7,19 - - -
(m)
Ketinggian sarang 0,5 1,6 1 - - -
(m)
Jumlah lubang 5 14 8,7 1 2 1,11
Diameter lubang 0,42 0,68 0,54 0,24 0,71 0,44
(m)
Kedalaman 0,47 0,64 0,55 0,7 2,02 1,33
lubang (m)

a b
Gambar 5 Sarang bukit (a) dan sarang gundukan (b)
Terdapat 10 sarang gundukan yang teridentifikasi pernah dipakai oleh komodo,
namun sudah tidak dipakai lagi oleh komodo. Hanya terdapat jejak dan hasil rekaman
camera trap yang menunjukkan adanya keberadaan komodo di sarang gundukan,
namun hanya sebagai predasi (Gambar 6). Saat ini komodo di Pulau Longos banyak
menggunakan sarang bukit untuk tidur dan kemungkinan untuk bertelur juga (Gambar
7).
Gambar 6 Hasil rekaman camera trap di sarang gundukan

Gambar 7 Hasil rekaman camera trap di sarang bukit


Dari 77 sarang gundukan yang ditemukan terdapat 45 sarang yang dipasang jerat
gantung yang di sekeliling sarang (Gambar 8 & 9).

Gambar 8 Jerat gantung

Gambar 9 Lokasi sarang yang terdapat jerat

Perilaku Bersarang Komodo


Perilaku khusus bersarang komodo betina dapat dikelompokkan menjadi empat
kategori perilaku. Berikut adalah deskripsi dari kategori perilaku tersebut:
1. Berjalan
Komodo yang melakukan perpindahan tempat masuk dalam kategori ini. Komodo
berjalan dengan menggerakkan keempat kakinya untuk bergerak. Biasa dilakukan
saat komodo akan berteduh ataupun sebelum melakukan aktivitas lain.
2. Pemeliharaan diri
Kategori perilaku ini terdiri dari perilaku berjemur dan beristirahat. Komodo
berjemur dengan berdiam diri di suatu tempat yang terkena sinar matahari langsung,
sedangkan beristirahat di tempat yang teduh. Posisi kepala menempel di tanah
dengan kaki lurus. Perilaku berjemur biasa dilakukan pada pagi hingga siang hari,
sedangkan perilaku istirahat dilakukan di hampir setiap waktu pengamatan.
3. Menjaga
Perilaku ini terdiri dari perilaku waspada dan mengusir komodo lain yang mendekat
ke sarang. Komodo yang waspada akan mengangkat kepala dengan sesaat menengok
ke kiri maupun ke kanan. Biasa dilakukan saat ada satwa atau manusia yang
mendekat ke sarang. Komodo mengusir komodo lain dengan cara mengejar dan
menyerang komodo lain hingga komodo lain tersebut pergi meninggalkan sarang.
4. Menggali
Komodo menggali tanah dengan mencakar cakar tanah untuk membuat lubang.
Perilaku ini dilakukan untuk membuat lubang-lubang tipuan untuk mengelabuhi
predator.
Perilaku berjalan, pemeliharaan diri, dan menjaga dilakukan oleh semua individu
yang diamati. Perilaku pemeliharaan diri adalah perilaku yang paling banyak dilakukan
oleh komodo betina. Perilaku menggali adalah perilaku yang paling sedikit dilakukan
oleh komodo betina. Perilaku ini hanya dilakukan oleh individu di sarang 1 dan 3. Dari
empat ekor komodo betina, ada satu komodo yang meninggalkan sarang relatif lebih
lama, yaitu individu di sarang 3 (Gambar 10).
Saat pengamatan untuk mendapatkan data ethogram, perilaku kawin tidak
ditemukan. Namun pada saat pengambilan data perilaku bersarang, ditemukan individu
di sarang 3 sedang melakukan perilaku ini (Gambar 10 dan 11). Perilaku ini seharusnya
sudah tidak dilakukan pada waktu pengamatan.
45.00%
41.67%
40.00%

35.00% 33.33%

30.00% 28.21%
26.92%
25.00% 23.99%

20.00% 19.23%

15.00%
11.54%
10.26%
10.00%

5.00% 3.85%
0.25% 0.00% 0.76%
0.00%
Berjalan Pemeliharaan Menjaga Menggali Kawin Tidak ada di
diri sekitar sarang

Sarang 1, 4, 5 Sarang 3

Gambar 10 Time budget activity


Gambar 11 Komodo kawin pada sarang 3
Pada umumnya perilaku yang sering dilakukan adalah perilaku pemeliharaan diri
dan paling sering dilakukan pada pukul 08:00 – 08:30 WITA (Gambar 11). Namun,
pada sarang 3, komodo betina lebih sering melakukan perilaku menjaga daripada
perilaku pemeliharaan diri. Perilaku menjaga sering dilakukan pada sore hari antara
pukul 16:00 – 17:30 WITA. Pada pagi hari, betina komodo di sarang 3 jarang
beraktivitas, karena saat pengamatan betina komodo tersebut sering meninggalkan
sarang (Gambar 12).

0
8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00 17:30

Berjalan Pemeliharaan diri Menjaga Menggali

Gambar 12 Frekuensi perilaku bersarang di sarang 1, 4, dan 5


6

0
8:30 9:00 9:30 10:00 10:30 11:00 11:30 12:00 12:30 13:00 13:30 14:30 15:00 15:30 16:00 16:30 17:00 17:30

Berjalan Pemeliharaan diri Menjaga


Menggali Kawin

Gambar 13 Frekuensi perilaku bersarang di sarang 3

Pembahasan

Keberadaan Sarang Komodo


Pola sebaran sarang gundukan dan bukit di Pulau Longos menyebar kelompok
(clumped), sesuai dengan teori yaitu sebaran satwaliar umumnya mengelompok karena
adanya sumber daya yang terkumpul di suatu tempat. Pada umumnya penyebaran satwa
adalah mengelompok (Krebs 2017). Pulau Longos ini dikelilingi oleh hutan mangrove,
sehingga burung gosong ataupun komodo tidak dapat membangun sarangnya di tanah
hutan mangrove yang selalu digenangi oleh air. Selain itu ada lahan yang sudah
dijadikan pemukiman oleh warga dan kebun yang vegetasinya rapat, sehingga tidak
memungkinkan untuk dijadikan tempat bersarang. Maka dari itu sebaran sarang burung
gosong dan komodo mengelompok di tempat-tempat yang memiliki sumber daya yang
cukup untuk membuat sarang.
Letak sarang gundukan dan bukit ini umumnya menjauhi pemukiman dan lahan
terbangun lainnya. Adanya aktivitas yang intensif dari warga sekitar membuat burung
gosong dan komodo memilih tempat yang jauh dari aktivitas tersebut. Hal ini sesuai
dengan penelitian Moore dan Seigel (2006) pada kura-kura yang melaporkan bahwa
aktivitas manusia dapat memengaruhi aktivitas bersarang pada satwa. Penelitian
tersebut menggunakan Graptemys flavimaculata sebagai objeknya, dimana aktivitas
manusia membuat kura-kura ini meninggalkan sarangnya dan tidak jadi bertelur.
Penyebaran sarang pada Pulau Longos dan Pulau Komodo sama-sama menyebar
kelompok. Pada pulau komodo, lokasi sarang aktif terletak pada ekosistem hutan
terbuka yang tutupan tajuknya cenderung terbuka (>25%). Hanya ada dua sarang yang
ditemukan di ekosistem hutan (Jessop et al. 2004). Meskipun di kawasan Taman
Nasional, ancaman yang ada lebih sedikit, namun karena sumberdaya untuk membuat
sarang terkumpul di suatu tempat, maka dari itu penyebaran sarang di Pulau Komodo
juga menyebar kelompok.
Ancaman yang terdapat di sarang komodo juga dapat memengaruhi keberadaan
sarang komodo tersebut. 45 dari 77 sarang gundukan, ditemukan adanya ancaman
berupa jerat yang dipasang warga untuk menangkap burung gosong. Namun, pada
kenyataanya bukan hanya burung gosong saja yang dapat terkena oleh jerat tersebut,
komodo juga bisa terkena jerta tersebut. Hal ini dapat mengurangi populasi komodo
karena mati terjebak jerat itu atau dibunuh oleh warga. Adanya jerat ataupun perburuan
liar sangat memengaruhi keberadaan dari satwa liar. Banyak satwa liar yang mati karena
terkena jerat yang dipasang oleh pemburu. Data dari penelitian Becker et al. (2012)
menunjukkan bahwa semakin banyak jerat yang ditemukan tiap tahun, maka semakin
banyak juga kasus kematian gajah yang ditemukan. Selama ini masalah mengenai
perburuan di kawasan yang terdapat komodo hanya terfokus pada perburuan mamalia
besar seperti rusa sehingga perburuan terhadap satwa lain seperti burung gosong
diabaikan (Ariefiandy et al. 2015). Padahal satwa mangsa komodo di Pulau Longos
kemungkinan adalah burung gosong tersebut, karena di sana tidak ditemui adanya
mamalia besar seperti rusa. Menurut Imansyah et al. (2009), bahwa status aktivitas dari
sarang burung gosong dipengaruhi oleh adanya komodo yang menjadi pemangsanya.

Perilaku Bersarang Komodo


Pengambilan data ethogram berdasarkan pencatatan dari empat individu betina
komodo, karena yang melakukan aktivitas bersarang hanyalah betina komodo. Untuk
membedakan komodo betina dan jantan diperkuat dengan pembacaan pit tag yang telah
ditanamkan di pangkal paha komodo agar tidak terjadi kesalahan identifikasi juga.
Hanya terdapat empat kategori perilaku yang tercatat saat pembuatan ethogram
awal. Namun, saat dilakukan pengambilan data perilaku terdapat penambahan kategori
perilaku, yaitu perilaku kawin yang dilakukan oleh komodo di sarang 3. Perilaku ini
seharusnya sudah tidak dilakukan oleh komodo, karena waktu penelitian dimulai adalah
waktu komodo sudah meletakkan telurnya dan mulai menjaga sarangnya. Bisa jadi
komodo tersebut telat kawin hingga pada saat waktu untuk menjaga sarang, komodo
tersebut masih melakukan perilaku kawin. Menurut Purwandana (2007), komodo mulai
meletakkan telurnya pada bulan Agustus dan akan mulai menjaganya hingga bulan
November. Hal ini dapat terjadi karena komodo tersebut sudah mengalami perubahan
perilaku. Komodo pada sarang 3 ini juga berbeda dengan komodo pada sarang lain,
yaitu merupakan komodo yang paling lama meninggalkan sarang. Hal ini memang
dapat terjadi, mengingat komodo juga perlu meninggalkan sarang untuk mencari makan
dan minum. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Purwandana (2007), yaitu terdapat
komodo yang dapat berjalan hingga 1km dari lokasi sarang untuk mencari minum. Bisa
jadi komodo tersebut telat kawin hingga pada saat waktu untuk menjaga sarang,
komodo tersebut masih melakukan perilaku kawin.
Perilaku menggali tercatat paling sedikit dilakukan. Hal ini terjadi karena waktu
menggali sarang yang dilakukan komodo untuk mempersiapkan sarangnya adalah pada
bulan Juli. Purwandana (2007) melaporkan bahwa betina komodo mulai menggali
sarang untuk meletakkan telur pada bulan Juli. Maka dari itu betina komodo melakukan
perilaku tersebut hanya untuk menambah lubang-lubang tiruan yang digunakan untuk
mengelabuhi predator.
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Keberadaan komodo di Pulau Longos sangat terancam akibat adanya ancaman


berupa jerat yang dapat mengakibatkan penurunan populasi komodo. Perilaku komodo
di Resort Loh Buaya sudah mengalami perubahan perilaku bersarang yang
menyebabkan terjadinya perubahan waktu bersarang komodo.

Saran

1. Perlu adanya sosialisasi ke warga dan pengawasan lebih lanjut terkait pemasangan
jerat oleh warga di Pulau Longos agar dapat menurunkan angka kematian komodo.
2. Diadakannya sosialisai tentang pentingnya keberadaan komodo, sehingga komodo
tidak lagi dianggap hama oleh warga Pulau Longos.
3. Dibangun pos pengawasan di Pulau Longos untuk mempermudah pengawasan.
4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai perilaku kawin komodo di Resort Loh
Buaya yang sudah mulai berubah.
DAFTAR PUSTAKA

Ariefiandy A, Purwandana D, Nasu SA, Benu YJ, Chrismiawati M, Kamil PI, Imansyah
MJ, Ciofi C, Jessop T, 2017. Panduan Lapangan Biawak Komdodo. Denpasar (ID):
Yayasan Komodo Survival Program.
Ariefiandy A, Purwandana D, Nasu SA, Surahman M, Ciofi C, Jessop T. 2015. First
record of komodo dragon nesting activity and hatchling emergence from North
Flores, Eastern Indonesia. Biawak. 9(1): 33-35.
[BTNK] Balai Taman Nasional Komodo. 2011. Laporan Studi Perilaku Bersarang
Biawak Komodo (Varanus komodoensis) di Loh Buaya, Pulau Rinca, Taman
Nasional Komodo. Labuan Bajo (ID): Balai Taman Nasional Komodo.
Becker M, McRobb R, Watson F, Droge E, Kanyembo B, Murdoch J, Kakumbi C.
2012. Evaluating wire-snare poaching trends and the impacts of by-catch on
elephants and large carnivores. Biological Conservation. 158(2013): 26-36.
Ciofi C, Beaumont MA, Swingland IR, Bruford MW. 1999. Genetic divergence and
units for conservation in the komodo dragon Varanus komodoensis. Proc. R. Lond.
B. 266: 2269-2274.
Cita KD, Hernowo JB, Masy’ud B. 2019. Faktor-faktor penentu keberhasilan
konservasi ex situ cendrawasih kecil (Paradisaea minor Shaw, 1809). Buletin
Plasma Nutfah. 25(1): 13-24.
Chrismiawati M. 2008. Identifikasi karakteristik sarang berbiak komodo (Varanus
komodoensis Ouwens 1912) di Loh Buaya Pulau Rinca Taman Nasional Komodo,
Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Irawan Y. 2017. Pemilihan habitat oleh jenis-jenis burung di Pulau Longos, Kabupaten
Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Jessop TS, Sumner J, Rudiharto H, Purwandana D, Imansyah MJ, Phillips JA. 2004.
Distribution, use and selection of nest type by Komodo Dragons. Biological
Conservation. 117: 463-470.
[KSP] Komodo Survival Program. 2017. First record of a Komodo Dragon Island
population in Longos Island [internet]. [diacu 2019 April 1]. Tersedia dari:
http://komododragon.org/post/detail/13.
Moore MJC, Seigel RA. 2006. No place to nest or bask effects of human disturbance on
the nesting and basking habits of yellow-blotched map turtles (Graptemys
flavimaculata). Biological Conservation. 1(30): 386-393.
Panggur MR. 2008. Karakteristik gundukan bertelur dan perilaku bertelur burung
gosong kaki-merah (Megapodius reindardt Dumont 1823) di Pulau Rinca, Taman
Nasional Komodo [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwandana D. 2007. Nesting activity and spatial ecology of female komodo dragons
(Varanus komodoensis) in the Komodo National Park, Indonesia [thesis]. Bangi
(MY): Universiti Kebangsaan Malaysia.
RIWAYAT HIDUP

Muhammad Galih Gurenda Nusantara lahir di Kediri, 28 Februari 1997. penulis


merupakan anak kedua dari pasangan Edy Wiyono dan Sulikatus Indiyah. penulis
menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Pare pada tahun 2015.
kemudian pada tahun 2015, penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian
Bogor jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) di Fakultas
Kehutanan dengan Mayor Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama masa
perkuliahan penulis merupakan anggota dari Organisasi Mahasiswa Daerah Asal
(OMDA) Keluarga Mahasiswa Jayabaya (KAMAJAYA), penulis juga merupakan
anggota dari Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) pada tahun 2016-2018. Penulis menjabat sebagai ketua Kelompok
Pemerhati Herpetofauna pada tahun 2017-2018 dan Badan Pengawas Organisasi (BPO)
HIMAKOVA pada tahun 2018-2019.
Pengalaman lapangan dari kegiatan yang diikuti penulis selama di IPB antara lain:
Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (Rafflesia) di Cagar Alam Leuweung
Sancang pada tahun 2017; Geopark Ciletuh pada tahun 2018 dan Ekspedisi Studi
Konservasi Lingkungan (SURILI) Taman Nasional Kutai pada tahun 2017; Taman
Nasional Aketajawe Lolobata (Maluku Utara) pada tahun 2018; Praktik Umum
Kehutanan (PUK) di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Suaka Margasatwa Gunung
Sawal dan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Fakultas Kehutanan IPB pada
tahun 2017, serta Praktik Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Alas Purwo
pada tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai