Kelompok IX
BALQIS DINARTY (1414142005)
NUR ISTIQAMAH (1414142011)
BIOLOGI SAINS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
Versi 1.0: Mace and Lande (1991). Dokumen pertama yang mendiskusikan
aturan baru untuk klasifikasi.
Versi 2.0: Mace et al. (1992). Revisi besar terhadap versi 1.0.
berdasarkan IUCN Redlist versi 3.1 meliputi Extinct (EX; Punah); Extinct in the
Wild (EW; Punah Di Alam Liar); Critically Endangered (CR; Kritis), Endangered
(EN; Genting atau Terancam), Vulnerable (VU; Rentan), Near Threatened (NT;
Hampir Terancam), Least Concern (LC; Berisiko Rendah), Data Deficient (DD;
Informasi Kurang), dan Not Evaluated (NE; Belum dievaluasi).
A. FLORA
Critically Endangered (CR; Kritis) adalah status konservasi yang
diberikan kepada spesies yang menghadapi risiko kepunahan di waktu dekat.
Dalam IUCN Redlist tercatat 1.742 hewan dan 1.577 tumbuhan yang
berstatus Kritis.
1. Anggrek Bulan sulawesi ( Phalaenopsis Celebensis )
penebangan
hutan
untuk
pembukaan
lahan
ataupun
pertambangan.
Rinaldi Sjahrir, peneliti anggrek dari Universitas Hasanuddin,
ditemui di kantor sekaligus laboratorium di Jurusan Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin, 16 Juli 2013 memperkirakan, populasi
Enau atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) adalah palma yang
terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna.
Palma yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65
cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut
berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk
sebenarnya
adalah
bagian
dari
pelepah
daun
yang
menyelubungi
kemungkinan
terjadi
tereksplorasi.McPherson
populasi
varian
pada
sejumlah
menekankan
tertentu,
terutama
puncak
kebutuhan
bentuk
yang
untuk
berbulu
belum
memantau
merah,
Pohon gufasa atau bitti berukuran sedang hingga besar dan dapat
mencapai tinggi hingga 40 meter.Batangnya biasanya tanpa banir dan
diameternya dapat mencapai 130 cm, beralur dalam dan jelas, kayunya
padat dan berwarna kepucatan.Kayunya tergolong sedang hingga berat,
kuat, tahan lama dan tidak mengandung silika.Kayu basah beraroma
seperti kulit.
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili
: Bovidae
Genus
: Bubalus
Spesies
: Bubalus quarlesi
(Ouwens, 1910).
Anoa pegunungan merupakan satu dari dua jenis Anoa. Jenis lainnya
adalah Anoa Dataran Rendah (Bubalus depressicornis). Anoa Pegunungan
dan kerabat dekatnya, Anoa Dataran Rendah, merupakan hewan khas yang
endemik Pulau Sulawesi. Hewan endemik ini pun termasuk salah satu hewan
langka di Indonesia dan hewan yang dilindungi di Indonesia.
Nama latin hewan dari famili bovidae ini adalah Bubalus
quarlesi (Ouwens, 1910). Sedangkan dalam bahasa Inggris binatang langka
asal pulau Sulawesi ini biasa disebut sebagai Mountain Anoa. Penambahan
kata pegunungan pada nama anoa ini didasarkan pada habitatnya yang
terletak di dataran tinggi.
Ciri dan Karakteristik Anoa Pegunungan
Sesuai dengan namanya, Anoa Pegunungan hidup di dataran tinggi.
Ukuran tubuhnya lebih ramping dibanding dengan kerabatnya, Anoa Dataran
Rendah. Panjang tubuh Anoa Pegunungan berkisar antara 122-153 cm,
dengan tinggi tubuh sekitar 75 cm, berat tubuh sekitar 150 kg. Dibanding
dengan kerabatnya, jenis ini memiliki bulu yang lebih lebat, ekor relatif lebih
pendek (27 cm), dan tanduk yang lebih pendek (15-20 cm). Bulu
tubuh Anoa Pegunungan berwarna cokelat gelap hingga hitam. Umumnya,
bulu pada pejantan lebih gelap dibanding betina. Baik pada Anoa jantan
maupun betina memiliki tanduk yang sudutnya mengarah ke belakang.
Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) di alam liar mampu hidup hingga
usia antara 20-25 tahun. Matang secara seksual (dewasa) saat berusia 2-3
tahun. Dalam satu masa kehamilan, anoa ini hanya melahirkan satu bayi.
Masa kehamilannya sendiri berkisar 276-315 hari. Saat lahir, bayi anoa
memiliki bulu berwarna cokelat keemasan atau kekuningan yang sesuai usia
beranjak berubah menjadi lebih gelap. Anak anoa akan mengikuti induknya
hingga berusia dewasa meskipun saat umur 9-10 bulan telah disapih.
Sehingga tidak jarang satu induk terlihat bersama dengan 2 anak anoa yang
berbeda usia.Anoa pegunungan cenderung lebih aktif pada pagi hari, dan
beristirahat saat tengah hari. Hidup secara soliter atau berpasangan. Makanan
bintang ini adalah rumput, dedaunan, serta buahan-buahan dan beberapa jenis
umbi-umbian.
Kerajaan : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Primata
Famili
: Cercopithecidae
Genus
: Macaca
Spesies
: Macaca nigra
primata
langka
ini
disebut
dengan
beberapa
nama
utama
Kera
Hitam
Sulawesi
(Macaca
nigra)
ini
sama
Kera
Hitam
Sulawesi
dalam
daftar
status
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Artiodactyla
Famili
: Suidae
Genus
: Babyrousa
Spesies
: B. babyrussa
(Linnaeus, 1758)
Babirusa merupakan hewan endemik Sulawesi, Indonesia. Babirusa yang
dalam bahasa latin disebut sebagai Babyrousa babirussa hanya bisa dijumpai
di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya seperti pulau Togian, Sula, Buru,
Malenge, dan Maluku. Sebagai hewan endemik, Babirusa tidak ditemukan di
tempat lainnya.Sayangnya satwa endemik ini mulai langka.
Sang binatang endemik Babirusa, mempunyai tubuh yang meyerupai babi
namun berukuran lebih kecil.Yang membedakan dari babi dan merupakan ciri
khas babirusa mempunyai taring panjang yang mencuat menembus
moncongnya.Lantaran bentuk tubuh dan taring yang dipunyainya hewan
endemik Sulawesi ini dinamakan babirusa.
Satwa endemik ini dalam bahasa inggris sering disebut sebagai Hairy
Babirusa, Babiroussa, Babirusa, Buru Babirusa, ataupun Deer Hog.
Sedangkan nama latin hewan yang endemik Sulawesi, Indonesia ini disebut
sebagai Babyrousa
babirussa dengan
beberapa
nama
sinonim
Gaimard,
1830), Babyrousa
frosti (Thomas,
1920),Babyrousa
Satwa yang terancam punah ini terdiri atas tiga subspesies yang masih
bertahan hidup sampai sekarang yaitu; Babyrousa babyrussa babyrussa,
Babyrousa babyrussatogeanensis, dan Babyrousa babyrussa celebensis serta
satu
subspesies
yang
diyakini
telah
punah
yakni
Babyrousa
babyrussa bolabatuensis.
Ciri-ciri dan Perilaku Babirusa
Babirusa mempunyai ciri khas bentuk tubuhnya yang menyerupai babi
namun mempunyai taring panjang pada moncongnya.Hewan endemik
Indonesia ini mempunyai tubuh sepanjang 85-105 cm. Tinggi babirusa sekitar
65-80 cm dengan berat tubuh sekitar 90-100 kg.Binatang endemik yang
langka ini juga mempunyai ekor yang panjangnya sekitar 20-35 cm.
Babirusa (Babyrousa babirussa) memiliki kulit yang kasar berwarna
keabu-abuan dan hampir tak berbulu. Ciri yang paling menonjol dari
binatang ini adalah taringnya. Taring atas Babirusa tumbuh menembus
moncongnya dan melengkung ke belakang ke arah mata.Taring ini berguna
untuk melindungi mata hewan endemik Indonesia ini dari duri rotan.
Babirusa termasuk binatang yang bersifat menyendiri namun sering
terlihat dalam kelompok-kelompok kecil dengan satu babirusa jantan yang
paling kuat sebagai pemimpinnya.Babirusa mencari makan tidak menyuruk
tanah seperti babi hutan, tapi memakan buah dan membelah kayu-kayu mati
untuk mencari larva lebah. Babirusa menyukai buah-buahan seperti mangga,
jamur, dan dedaunan.Satwa langka endemik Indonesia ini suka berkubang
dalam lumpur sehingga menyukai tempat-tempat yang dekat dengan sungai.
Babirusa betina hanya melahirkan sekali dalam setahun dengan jumlah
bayi satu sampai dua ekor sekali melahirkan.Masa kehamilannya berkisar
antara 125 hingga 150 hari. Selah melahirkan bayi babirusa akan disusui
induknya selama satu bulan. Setelah itu akan mencari makanan sendiri di
hutan bebas. Hewan endemik ini dapat bertahan hingga berumur 24 tahun.
Babirusa termasuk binatang yang pemalu dan selalu berusaha menghindar
jika bertemu dengan manusia. Namun jika merasa terganggu, hewan endemik
Sulawesi ini akan menjadi sangat buas.
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Ordo
: Diprotodontia
Famili
: Phalangeridae
Genus
: Ailurops
Spesies
: Ailurops ursinus
dengan
berbagai
jenis
Kuskus
lainnya
yang
Beruang
Sulawesi
yang
mempunyai nama
latin Ailurops
ursinus ini dalam bahasa Inggris di kenal sebagai Bear Cuscus, Bear
Phalanger,
Sulawesi
Bear
Cuscus.
Daerah
sebarannya
mulai
dari
pulauSulawesi, pulau Muna, pulau Peleng, pulau Togian, dan pulau Buton.
Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) mempunyai ukuran tubuh
mencapai 60 cm dengan ekor yang panjangnya hampir sama dengan panjang
tubuhnya. Berat tubuh Kuskus Beruang Sulawesi dewasa mencapai 8
kg.Warna bulunya hitam, kecoklatan, dan abu-abu.
Meskipun masih bisa ditemui di beberapa tempat seperti Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone (Sulawesi Utara) dan TN. Lore Lindu
(Sulawesi Tengah), populasi Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus)
diyakini mengalami penurunan drastis. Oleh karenanya IUCN Red
List memasukkan Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus) dalam
kategori Vulnerable.
Menurunnya populasi Kuskus Beruang Sulawesi (Ailurops ursinus)
disebabkan oleh deforestasi hutan akibat pembukaan lahan untuk konversi
hutan dan pembalakan liar.Selain itu juga diakibatkan oleh aksi perburuan liar
baik
untuk
diambil
dagingnya
sebagai
bahan
makanan
maupun
Klasifikasi
Kerajaan : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Testudines
Famili
: Geoemydidae
Genus
: Leucocephalon
Spesies
: L. yuwonoi
&
Boeadi,
yuwonoi (McCord,
1995)
Iverson
yang
&
bersinonim
Boeadi,
denganGeoemyda
1995)
dan Heosemys
pertama
kura-kura
GorontaloSulawesi.
Ciri-ciri dan karakteristik
hutan
sulawesi
ini
di
pasar
di
Specialist
Group, Wildlife
Conservation
International (CI)
dan
lainnya
: Chordata
Kelas
: Aves
Ordo
: Strigiformes
Famili
: Strigidae
Genus
: Otus
Spesies
: Otus siaoensis
burung endemik pulau Siau ini mempunyai ukuran kepala dan sayap yang
relatif besar.
Burung langka ini termasuk binatang nokturnal yang lebih banyak aktif di
malam hari terutama untuk berburu mangsa.Di siang hari, celepuk siau (Otus
siaoensis) banyak menghabiskan waktunya untuk beristirahat.
Burung celepuk siau diyakini hanya terdapat di satu tempat yakni pulau
Siau (Koordinat: 24322N 1252336E) di Kabupaten Sangihe, Propinsi
Sulawesi Utara, Indonesia. Di duga binatang endemik ini mendiami daerah di
sekitar Danau Kepetta yang terletak di bagian Selatan Pulau Siau.Selain itu
juga di sekitar Gunung Tamata yang berada di bagian tengah Pulau
Siau.Meskipun populasi di habitat tersebut hanya berdasarkan pengakuan
masyarakat sekitar.
terancam kepunahan tapi ternyata burung ini tidak termasuk dalam salah satu
satwa yang dilindungi di Indonesia.Entah karena kealpaan, sehingga burung
ini lolos dari daftar satwa yang dilindungi Undang-undang Indonesia.
Incaran Penggemar Burung. Jumlah populasi, endemikitas, dan jarangnya
penampakan membuat celepuk siau (Otus siaoensis) menjadi incaran para
pengamat dan peneliti burung dari seluruh penjuru dunia.Namun hingga kini
tidak satupun para peneliti tersebut yang dapat mengungkap keberadaan
celepuk siau, apalagi bertemu langsung dengan spesies ini.
Organisasi IUCN Redlist bekerja sama dengan Birdlife Internasional
pernah mengadakan penelitian keberadaan burung celepuk siau ini pada
1998. Namun survey selama 32 hari itu tidak berhasil menemukan data
keberadaan burung endemik langka ini, kecuali berdasarkan hasil wawancara
dengan masyarakat setempat.
Hingga saat ini beberapa LSM lingkungan hidup lokal masih terus
memburu eksistensi dan mengumpulkan data tentang burung celepuk siau ini
dengan sokongan dana dariWildlife Conservation Society.