Oleh :
Budi Suriansyah
Lukmanul Hakim
M. Agus Supriadi
Primatody
Nindra Karma
Agus Dianto
Alfian Soehara
Budiansyah
Ulfah Nurhasanah
Nurmalia
Tim Penyusun :
Budi Suriansyah, Lukmanul Hakim, M. Agus Supriadi, Primatody, Nindra Karma,
Agus Dianto, Alfian Soehara, Budiansyah, Ulfah Nurhasanah, Nurmalia.
Penyunting :
Ulfah Nurhasanah dan Nurmalia.
Pengolah Image :
Busur Art Work. (Gambar 1, 3-7, 9-16, 18-22, 24-35, Cover & Lembar Pembatas)
Illustrasi dan Foto :
Daily Animal Sketch by Lindsay Cibos. (Gambar 8), birding.in (Gambar 17).
id. wikipedia.org (Gambar 2 dan 23).
Copyright © 2014
Pedoman
Teknis
Survei
Keanekaragaman
Hayati
TN.
Tanjung
Puting
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa memberikan kemudahan
dalam menyelesaikan segala urusan hingga kami mampu menyelesaikan Pedoman
Teknis Survey Keanekaragaman Hayati, yang selama ini hanya tertera dalam buku
catatan lapangan kami.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kami sampaikan pada staff SPTN
Wilayah II serta semua pihak yang telah membantu dengan ikhlas dan memberikan
dukungan moril dalam setiap tahapan proses pembuatan buku pedoman ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya pada para penulis dan
pengarang yang bukunya kami gunakan sebagai referensi dalam penyusunan
pedoman ini, semoga mendapatkan berkah dan balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
Adalah kebahagian bagi kami dapat menyajikan sebuah pedoman berdasarkan hasil
kompilasi beberapa literatur dan pengalaman lapangan yang kami miliki. Pedoman
ini disusun bab per bab dengan halaman pemisah, harapannya adalah agar pembaca
dapat mudah memahami teknik survei yang akan digunakan sesuai dengan obyek
yang akan diamati.
Selain merupakan sebuah acuan dalam mencapai keseragaman teknik melakukan
survei keanekaragaman hayati di TN. Tanjung Puting, pedoman ini juga diharapkan
dapat menjadi salah satu alat pendukung dalam penerapan Pengelolaan Berbasis
Resort serta dalam mencapai tujuan dari Pengelolaan Berbasis Resort yaitu
memperoleh dan mengolah data secara series dan akurat sehingga dapat berguna
dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan dan strategi pengelolaan
keanekaragaman hayati TN. Tanjung Puting.
Akhirul kalam, semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
staff SPTN Wilayah II Kuala Pembuang dan para pembaca umumnya. Kami juga
berharap dan membuka diri untuk segala kritik dan saran yang konstruktif demi
perbaikan tulisan kami berikutnya.
Seruyan, 2014
Salam Konservasi,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Biodiversitas atau keragaman jenis mencakup kehidupan dalam segala bentuknya
meliputi tumbuhan, hewan, jamur dan bentuk mikro-organisme lain. Pada
berbagai tingkatan keragaman jenis merujuk pada tingkatan gen, jenis dan
ekosistem. Definisi lain menyederhanakan keragaman jenis sebagai kehidupan
dalam segala bentuknya dan segala tingkatannya. (Bismark, M. 2011).
Kegiatan Survei keragaman jenis (biodiversitas) sangat diperlukan untuk
mendemonstrasikan keberadaan atau ketidak beradaan nilai-nilai kualitas
ekosistem dan konservasi seperti jenis-jenis yang secara regional dan global
terancam populasinya. Selain itu, data dan informasi tentang keragaman jenis
diperlukan sebagai data dasar (baseline) dan dasar kegiatan Pengelolaan Berbasis
Resort (RBM) yang mensyaratkan mengenai Biodiversity Assesmen sehingga
selanjutnya data hasil Survei tersebut merupakan bagian dari rencana pemantauan
biodiversitas untuk mengkaji kondisi dan keberadaan jenis serta dinamika
populasi dan keragaman jenis serta perkembangannya di taman nasional dari
waktu ke waktu.
Sebagai unit pengelolaan terkecil, peranan resort sangat penting dalam
pelaksanaan asessmen biodiversity dan ekosistemnya serta penentuan Key
Features Biodiversity untuk menghasilkan output yang diinginkan oleh Balai
Taman Nasional sebagai penentu kebijakan. Atas dasar tersebut serta kepentingan
keakuratan hasil Survei biodiversitas, diperlukan adanya metode ilmiah sebagai
Pedoman Teknis. Pada Pedoman Teknis ini, keragaman jenis yang dibahas hanya
meliputi elemen hewan dan tumbuhan sedangkan mikro-organisme tidak
dimasukkan. Disini keragaman jenis merujuk kepada jenis, kelimpahan jenis,
komposisi jenis dan komunitas, ekosistem dan bentang alam yang ada.
Dengan adanya Pedoman Teknis ini, diharapkan adanya pemahaman yang sama
terhadap Key Features Biodiversity (KFB) pada setiap level pengelolaan taman
nasional sehingga interpretasi terhadap gambaran penting suatu jenis spesies dan
ekosistemnya sesuai antara output dan outcame. Disamping itu masyarakat juga
dapat dilibatkan dalam Survei biodiversitas sehingga masyarakat dapat merasa
peduli dengan keberadaan taman nasional dan dapat lebih berpartisipasi aktif
dalam kegiatan pengelolaan taman nasional yang pada akhirnya akan memberikan
manfaat, baik itu kepada masyarakat, pada lingkungan maupun pada pelestarian
biodiversitas itu sendiri.
A. Undang-Undang,
1. Undang Undang No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan.
2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
B. Keputusan Presiden,
1. Keppres No. 43 Tahun 1978, tentang Ratifikasi CITES (Convention on
International Trades of Endangered Species of Wild Flora and Fauna).
2. Keppres No. 32, tentang Kawasan Fungsi Lindung.
3. Keppres No. 48 Tahun 1991, tentang Pengesahan Convention On Wetland of
International Importance Especially as Waterfowl Habitat.
C. Peraturan Pemerintah,
1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa
2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar.
3. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1985, tentang Perlindungan Hutan.
4. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986, tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL)
5. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993, tentang Deregulasi AMDAL.
6. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994, tentang Perburuan Satwa Buru.
7. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994, tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman
Wisata.
8. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan
9. Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
D. Peraturan Menteri
1. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Pedoman Konservasi Keanekargaman Hayati di Daerah.
E. Keputusan Menteri
1. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 689/Kpts-II/1989, tentang
Peraturan-peraturan untuk Perijinan Usaha di zona Pemanfaatan.
2. Surat Keputusan Menhutbun No. 687/Kpts-II/1999, tentang perubahan status
kawasan menjadi Taman Nasional Tanjung Puting
3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 878/Kpts-II/1992, tentang Tarif
Tanda Masuk ke Taman Nasional, Taman Hutan Wisata dan Taman Laut
4. Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 446/Kpts-II/1996, tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin Pengusaha Pariwisata Alam.
5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.29/Menhut-II/2006, tentang Perubahan
Pertama atas Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6186/Kpts-II/2002
tentang organisasi dan tata kerja Balai Taman Nasional
6. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.56/Menhut-II/2006, tentang Pedoman
Zonasi Taman Nasional.
7. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 355/Kpts-II/2003 tentang Penandaan
Tumbuhan dan Satwa Liar.
F. Keputusan Dirjen
1. Keputusan Dirjen PHPA No. 59/Kpts/DJ-VI/1993, tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Nasional.
2. Keputusan Dirjen PHPA No. 129/Kpts/DJ-VI/1996, tentang Pola Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru, Dan Hutan
Lindung.
1.3. Tujuan
Survei keragaman jenis dilaksanakan untuk mendapatkan data dasar keragaman
jenis yang diperlukan, yaitu untuk (1); identifikasi jenis prioritas dan indikator
kualitas ekosistem serta upaya konservasi dimasa yang akan datang (2);
persyaratan validasi; dan (3) membuat rencana pemantauan keragaman jenis di
taman nasional dari waktu ke waktu.
Pedoman Teknis ini disusun berdasarkan pengalaman dilapangan, studi pustaka
dan hasil kajian keanekaragaman jenis, pengetahuan, dan pembelajaran. Pedoman
Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk umum dalam pelaksanaan Survei
biodiversitas, khususnya di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting guna
mendukung kegiatan-kegiatan pengelolaan biodiversitas yang dapat diukur,
dilaporkan dan diverifikasi kebenarannya.
CATATAN PENTING
PELAKSANAAN SURVEI
2. CATATAN PENTING
PELAKSANAAN SURVEI BIODIVERSITAS
2.1. Menentukan Wilayah Survei
Penentuan wilayah Survei biodiversitas dilakukan dengan pertimbangan sebagai
berikut:
• Survei biodiversitas dilaksanakan pada wilayah yang mewakili zona Taman
Nasional seperti : Zona Inti, Zona Rimba, Zona Bahari dan Perairan, Zona
Tradisional, Zona Pemanfaatan I dan Zona Rehabilitasi,
• Pada masing-masing zona tersebut, lokasi pengamatan dapat dijadikan Petak
Contoh Permanen atau Permanen Sample Plot (PSP), yaitu dengan melakukan
pertimbangan terhadap kriteria-kriteria, seperti: keterwakilan areal Survei,
kondisi biofisik lanskap, tipe ekosistem, kekompakan kawasan, keberadaan
habitat dan biodiversitas fauna flora indikator, aksesibilitas dan tingkat
kerawanan.
• Kegiatan Survei selanjutnya dilakukan di areal (lokasi PSP) yang mewakili
setiap zonasi Taman Nasional khususnya di SPTN Wilayah II.
• Selain untuk pengamatan biodiversitas, PSP lain juga dapat dikembangkan
menjadi petak percontohan (demonstration plot) pemanfaatan flora atau satwa
pada zona tertentu (Zona Pemanfaatan atau mungkin Zona Tradisional).
PEDOMAN TEKNIS
SURVEI VEGETASI
3. SURVEI VEGETASI
3.1. Informasi Umum
Struktur vegetasi pada hutan hujan tropika terbagai ke dalam lima strata yaitu:
Strata A : 35 – 42 m, yang merupakan lapisan teratas pohon terbesar (pohon
dominan), Strata B : 20 – 35 m, lapisan kedua pohon yang lapisan tajuknya
sambung-menyambung, Strata C : 4 – 20 m, terdiri dari pohon muda (sapling –
pole) dengan tajuk yang mengerucut, Strata D : 1 – 4 m, merupakan pohon
belukar atau anakan pohon (seedling – sapling), dan Strata E : 0 – 1 m, merupakan
semak atau anakan pohon (seedling), guna untuk kepentingan analisis vegetasi
dilakukan pembagian vegetasi kedalam tingkat pertumbuhannya, menurut kriteria
sebagai berikut :
• Semai (Seedling): anakan pohon dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m,
• Pancang/Sapihan (Sapling): semai yang telah tumbuh dengan ketinggian lebih
dari 1,5 m dan diameter batang kurang dari 10 cm,
• Tiang (Pole): tumbuhan berkayu dengan diameter batang yang berkisar antara
10 cm – 20 cm,
• Pohon (Trees): tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm,
Analisis vegetasi hutan bertujuan untuk mengetahui komposisi dan struktur
vegetasi hutan. Pada vegetasi hutan alam, umumnya dilakukan dengan metode
petak dalam jalur, yaitu mencatat semua vegetasi yang ada berupa vegetasi
bawah, semai, pancang, tiang dan pohon.
Strata
A
Strata
B
Strata
C
Strata
D
Strata
E
5) Indeks Keragaman
s H = Indeks diversitas Shannon-Wiener
s = jumlah spesies
Shannon Index: H =
∑ pi log pi pi = ni/N
i=1 ni : jumlah individu spesies I dan
N : total individu di seluruh plot.
A. Informasi Umum
Analisis vegetasi dilakukan dengan membagi vegetasi kedalam tingkat
pertumbuhannya, menurut kriteria sebagai berikut :
• Semai : anakan pohon dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m
• Pancang : semai yang telah tumbuh dengan ketinggian lebih dari 1,5 m
dan diameter batang kurang dari 10 cm
• Tiang: tumbuhan berkayu dengan diameter batang antara 10 cm – 20 cm
• Pohon : tumbuhan berkayu dengan diameter batang lebih dari 20 cm
Analisis vegetasi tujuannya adalah untuk mengetahui komposisi dan struktur
vegetasi hutan. Analisis vegetasi hutan alam, umumnya dilakukan dengan metode
petak dalam jalur (jalan setapak), analisis dilakukan terhadap tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon.