Anda di halaman 1dari 24

PANDUAN PRAKTIS PENGUKURAN DAN

PENGOLAHAN DATA KARBON MANGROVE

Dalam Rangka Aktualisasi


Latihan Dasar CPNS Golongan III 2019

DIREKTORAT PENGELOLAAN RUANG LAUT


LOKA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL PEKANBARU

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove i


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2.Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3.Sasaran ............................................................................................................. 2
1.4.Informasi Umum.............................................................................................. 3

II. METODE ............................................................................................................ ..5


2.1. Gambaran Umum ......................................................................................... ..5
2.1.1. Sampling dengan Pemanenan .................................................................. 5
2.1.2. Sampling tanpa Pemanenan ..................................................................... 5
2.1.3. Persamaan Allometrik............................................................................... 5
2.2. Peralatan ......................................................................................................... 6
2.3. Metode Sampling ............................................................................................ 7
2.3.1. Pengambilan Sampel Sedimen ................................................................. 9
2.4. Pengolahan Data ............................................................................................. 9
2.4.1. Penentuan Biomassa Pohon ..................................................................... 9
2.4.2. Penentuan Stok Karbon dan CO2 equivalen .......................................... 11
2.4.3. Penentuan Karbon Organik Tanah ......................................................... 12
2.4.4. Penentuan Potensi per Hektar pada Setiap Lokasi ................................. 13

Diagram Alir ............................................................................................................... 14


Contoh Perhitungan ..................................................................................................... 15
Contoh Hasil Penyajian ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove ii


DAFTAR TABEL

Halaman
1. Peralatan yang digunakan ................................................................................ 6

2. Persamaan Allometrik untuk Perhitungan Biomassa Mangrove .................... 10

3. Model allometrik below ground biomass ............................................................ 10

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove iii


DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Peletakkan plot transek ....................................................................................... 7

2. Cara Pengukuran Diameter Batang Menggunakan Pita dan Jangka Sorong ....... 8

3. Berbagai Cara Melakukan Pengukuran Keliling Pohon ......................................... 9

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove iv


I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hutan mangrove terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang hidupnya
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan ini merupakan salah satu hutan terkaya
karbon di kawasan tropis. Menurut Darusman (2006) Fungsi optimal penyerapan
karbon oleh mangrove mencapai 77,9%. Pendugaan biomassa dan penyimpanan
karbon pada hutan mangrove dibutuhkan karena hutan tersebut mempunyai potensi
yang besar dalam pengurangan kadar CO2 melalui konservasi dan manajemen
kehutanan (Brown et al., 1996). Keberadaan hutan ini sebagai sink
(penyerap/penyimpan karbon) maupun source (pengemisi karbon) menjadi sangat
penting mengingat semakin menariknya isu tentang perubahan iklim.
Perubahan iklim global terjadi akibat peningkatan GRK (gas rumah kaca) di
lapisan atmosfer bumi. Konsentrasi GRK meningkat akibat adanya kegiatan manusia
yang kurang bijak seperti penebangan pohon liar, pembakaran vegetasi hutan dalam
skala luas dan banyaknya aktivitas industri sehingga pelepasan unsur C ke udara
semakin meningkat. Menurut Stern (2007) deforestasi mangrove secara global dan
perubahan tata guna lahan dapat menyebabkan peningkatan emisi karbon dioksida
(CO2) sebesar 20% .
Potensi hutan mangrove dalam menyerap karbon akan bermanfaat dan memiliki
nilai tinggi untuk menyerap emisi GRK terutama karbon sehinggga peningkatan unsur
C di udara dapat ditekan. Fungsi ekologis hutan ini sebagai penyerap karbon menjadi
pertimbangan penting bagi upaya konservasi suatu kawasan dan mitigasi perubahan
iklim. Dampak perubahan iklim terhadap perikanan dan kelautan, seperti :
ketidakpastian cuaca, cuaca ekstrem, kenaikan suhu permukaan laut, perubahan arah
angin, mempengaruhi distribusi dan penyebaran ikan di laut, kenaikan permukaan air

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 1


laut, rusaknya ekosistem pesisir dan laut (karang, lamun, mangrove dan
plankton), dan tenggelamnya pulau pulau kecil sehingga mengakibatkan menurunnya
jumlah produksi ikan dan mengganggu kedaulatan negara.
Upaya pengurangan konsentrasi GRK diatmosfer (emisi) adalah dengan
mengurangi pelepasan CO2 ke udara. Untuk itu, maka jumlah CO2 di udara harus
dikendalikan dengan jalan meningkatkan jumlah serapan CO2 oleh tanaman sebanyak
mungkin dan menekan pelepasan emisi serendah mungkin. Mempertahankan keutuhan
hutan mangrove, menanam pepohonan pada lahan-lahan pertanian dan melindungi
lahan gambut sangat penting untuk mengurangi jumlah CO2 yang berlebihan di udara.
Jumlah karbon yang tersimpan dalam biomassa pohon dapat mendeskripsikan
banyaknya CO2 di atmosfer yang diserap oleh vegetasi mangrove. Pengukuran jumlah
karbon tersimpan perlu diketahui untuk mengetahui seberapa besar kemampuan hutan
mangrove menyerap karbon dan menunjukan nilai kepentingan konservasi hutan
mangrove. Nilai ini dapat menunjang kegiatan pengelolaan kawasan hutan mangrove
secara berkelanjutan dan lestari sebagai upaya mitigasi perubuhan iklim dan
pemanasan global.
1.2. Tujuan
Penyusunan panduan pengukuran serapan karbon bertujuan untuk memberikan
petunjuk praktis dalam pelaksanaan monitoring pengukuran dan perhitungan karbon
mangrove di LKKPN Pekanbaru khususnya TWP Kep Anambas. Data yang dihasilkan
nanti dapat bermanfaat sebagai referensi dalam upaya meningkatkan kesiapan dan
kesadaran masyarakat serta para pihak lainnya dalam mendukung kegiatan konservasi
dan mitigasi perubahan iklim.

1.3. Sasaran
Target yang ingin dicapai dari penulisan panduan ini adalah agar peneliti,
akademisi, LSM, masyarakat lokal, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya
mampu melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan secara mandiri mulai dari
persiapan lapangan, pengambilan data dan analisis data terkait karbon mangrove

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 2


1.4. Informasi Umum
Mangrove menyerap CO2 pada saat proses fotosintesis, kemudian
mengubahnya menjadi karbohidrat dengan menyimpannya dalam bentuk biomassa
pada akar ,pohon, serta daun. Biomassa adalah total berat kering atau volume
organisme dalam suatu area atau volume tertentu (IPCC,1995). Biomassa juga
didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon
dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas (Brown, 1997).
Biomassa dapat menstimulasikan penyerapan karbon bersih disimpan dalam organ
tumbuhan melalui proses fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi biomassa tegakan hutan antara lain adalah umur tegakan
hutan, perkembangan vegetasi, komposisi dan struktur tegakkan hutan. Selain itu juga
dipengaruhi oleh faktor iklim seperti suhu dan curah hujan (Brown, 1997).
Chave et al. (1999), menyatakan bahwa data biomassa suatu ekosistem sangat
berguna untuk mengevaluasi pola produktivitas berbagai macam ekosistem yang ada.
Tegakan hutan mempunyai potensi besar dalam menyerap dan mengurangi kadar
karbondioksida di udara melalui kegiatan konservasi dan fotosintesis. Semakin
banyaknya karbondioksida yang diserap oleh tanaman dalam bentuk biomassa akan
dapat membantu mengurangi efek gas rumah kaca di atmosfer.
Efek gas rumah kaca yang semakin meningkat di atmosfer akan menyebabkan
peningkatan pemanasan global dan pada akhirnya akan merubah fungsi ekologis hutan
(Houghton et al., 1996). Salah satu cara untuk menjaga fungsi ekologis hutan akibat
perubahan iklim adalah dengan melaksanakan mekanisme REDD (Reducing Emissions
from Deforestation and Degradation) dalam perdagangan karbon internasional. Hutan
mangrove indonesia memiliki potensi yang besar untuk diikutsertakan dalam
mekanisme REDD karena merupakan hutan kedua terbesar di dunia setelah Brazil
(Masripatin 2010).
Cadangan karbon adalah kandungan karbon tersimpan pada permukaan tanah
sebagai biomasa tanaman, sisa tanaman yang sudah mati dan bahan organik tanah.
Perubahan wujud karbon ini kemudian menjadi dasar untuk menghitung emisi, dimana
sebagian besar unsur karbon (C) yang terurai ke udara biasanya terikat dengan O2

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 3


(oksigen) dan menjadi CO2 (karbon dioksida). Jika satu hektar hutan rusak, maka
biomasa pohon-pohon tersebut cepat atau lambat akan terurai dan unsur karbonnya
terikat ke udara menjadi emisi. Ketika satu lahan kosong ditanami tumbuhan, maka
akan terjadi proses pengikatan unsur C dari udara kembali menjadi biomasa tanaman
secara bertahap ketika tanaman tersebut tumbuh besar (sekuestrasi). Sehingga efek
rumah kaca karena pengaruh unsur CO2 dapat dikurangi (Kauffman dan Donato, 2012).
Karbon merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan sehari-hari dan
berperan sebagai pembentuk Gas Rumah Kaca (GRK). Sektor kehutanan memberi
kontribusi terhadap GRK disebabkan oleh gas karbondioksida (CO2). GRK lain yang
mengandung unsur karbon adalah gas metan (CH4), Hidro Fluoro Carbon (HFC), dan
PFC. Konsentrasi gas-gas ini dalam skala global dipengaruhi langsung oleh aktivitas
manusia (Lugina et al., 2011).
Menurut Sutaryo (2009) Carbon pool yang diperhitungkan dalam inventarisasi
karbon hutan setidaknya ada 4 kantong karbon yaitu biomassa atas permukaan,
biomassa bawah permukaan, bahan organic mati dan karbon organic tanah.
a. Biomassa atas permukaan adalah semua material hidup di atas permukaan,
termasuk batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi baik dari
strata pohon maupun tumbuhan bawah di lantai hutan.
b. Biomassa bawah permukaan adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang
hidup. Pengertian akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang
ditetapkan karena akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari ketentuan
cenderung sulit untuk dibedakan dengan bahan organik tanah dan serasah.
c. Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah dinyatakan
sebagai semua bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil dari diameter
yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi yang terletak di
permukaan tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik mati yang tidak
tercakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun yang roboh di tanah, akar
mati, dan tunggul dengan diameter lebih besar dari telah ditetapkan.
d. Karbon organik tanah mencakup karbon pada tanah mineral dan tanah organik
termasuk gambut.

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 4


II. METODE

2.1. Gambaran Umum


Untuk mengatahui kandungan karbon mangrove, terlebih dahulu yang dicari
adalah nilai biomassa pohon. Menurut Brown (1997) biomassa didefinisikan sebagai
total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan
satuan ton berat kering per satuan luas. Biomassa dapat memberikan dugaan sumber karbon
pada vegetasi hutan, karena sekitar 50 % dari biomassa adalah karbon.
Terdapat 4 cara utama untuk menghitung biomassa yaitu (i) sampling dengan
pemanenan (Destructive sampling) secara in situ;(ii) sampling tanpa pemanenan (Non-
destructive sampling) dengan data pendataan hutan secara in situ; (iii) Pendugaan
melalui penginderaan jauh; dan (iv) pembuatan model. Untuk masing masing metode
di atas, persamaan allometrik digunakan untuk mengekstrapolasi cuplikan data ke area
yang lebih luas.
2.1.1. Sampling dengan pemanenan
Metode ini dilaksanakan dengan memanen selurh bagian tumbuhan termasuk
akarnya, mengeringkannya dan menimbang berat biomassanya. Pengukuran dengan
metode ini untuk mengukur biomassa hutan dapat dilakukan dengan mengulang
beberapa area cuplikan atau melakukan ekstrapolasi untuk area yang lebih luas dengan
menggunakan persamaan allometrik. Meskipun metode ini terhitung akurat untuk
menghitung biomass pada cakupan area kecil, metode ini terhitung mahal dan sangat
memakan waktu.
2.1.2. Sampling tanpa pemanenan
Metode ini merupakan cara sampling dengan melakukan pengkukuran tanpa
melakukan pemanenan. Metode ini antara lain dilakukan dengan mengukur tinggi atau
diameter pohon dan menggunakan persamaan allometrik untuk mengekstrapolasi
biomassa.
2.1.3. Persamaan allometrik
Allometri didefinisikan sebagai suatu studi dari suatu hubungan antara
pertumbuhan dan ukuran salah satu bagian organisme dengan pertumbuhan atau

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 5


ukuran dari keseluruhan organisme. Dalam studi biomassa hutan / pohon persamaan
allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau
tinggi) dengan berat (kering) pohon secara keseluruhan. Penentuan biomassa pohon
menggunakan persamaan allometrik yang telah dikembangkan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya yang pengukurannya diawali dengan penebangan dan penimbangan
beberapa pohon.
2.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam melakukan pengukuran karbon mangrove
sebagai berikut :
Tabel 1. Peralatan yang digunakan
No Nama Keterangan
1 GPS Sebagai alat pendeteksi letak koordinat
2 Meteran Jahit/ jangka sorong Sebagai alat pengukur diameter batang pohon
3 Sedimen core/Ring soil Sebagai alat pengambil sample sedimen
sampler
4 Timbangan Sebagai alat pengukur berat
5 Kompas Sebagai alat petunjuk arah
6 Peta kerja Sebagai alat petunjuk titik stasiun
7 Gergaji Sebagai alat pemotong sample pohon
8 Gunting Sebagai alat pemotong
9 Oven Sebagai alat pengering
10 Wadah Sebagai tempat sample
11 Buku iden mangrove Sebagai alat identifikasi jenis mangrove
12 Kamera Sebagai alat dokumentasi dan tutupan kanopi
13 Tali transek Sebagai Plot transek stasiun
14 Kertas Newtop Sebagai media pencatat data
15 P3K
16 Water Quality Check Sebagai alat pengukur kualitas air
17 Alat tulis
18 Cat pilox Sebagai alat penanda pohon
19 Pipa peralon Sebagai alat penanda plot
20 Roll meter

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 6


2.3. Metode Sampling
Pengukuran data mangrove dilakukan melalui pengamatan kondisi vegetasi
mangrove. Pengamatan ini dilakukan dengan metode line transek yaitu melakukan
plotting area pada suatu area tertentu pada ekosistem mangrove dengan ukuran 10x10
m dan berbentuk persegi panjang (Sutaryo, 2009). Ukuran plot dibuat sesuai dengan
rata-rata diameter pohon. Secara garis besar ukuran plot menurut Pearson and Brown
(2004) dalam Sutaryo (2009) menyatakan kisaran diameter batang pohon (DBH) 5 –
20 cm digunakan ukuran plot persegi 10x10 m. Selain dengan rata-rata diameter pohon,
ukuran sample plot sangat erat kaitannya jumlah pohon dan perbedaan atau variansi
dari cadangan karbon diantara plot-plot tersebut. Plot harus cukup besar untuk berisi
pohon yang akan diukur dalam jumlah yang cukup (IPCC, 2003). Menurut Morikawa
(2001) dalam Sutaryo (2009) panjang sisi terpendek dari plot harus lebih panjang
dibanding tinggi pohon maksimum yang ada di dalam plot tersebut. Misalnya, jika
tinggi maksimum pohon dalam plot 5 m, maka panjang dari sisi terpendek plot harus
lebih dari 5 m. Pengambilan data dilakukan di setiap lokasi dengan 3 kali pengulangan
yang penentuannya didasarkan pada plot persegi dengan sumbu x sejajar garis pantai
dan sumbu y mengarah ke arah daratan sesuai tipe zonasi mangrove dan jarak masing
masing plot 10-50m.

Gambar 1. Peletakkan plot transek

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 7


Pengukuran diameter batang dilakukan dengan cara mengukur diameter
batang diameter breast high (DBH) pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah.
Pengukuran dilakukan pada pohon yang masuk dalam plot dengan diameter >4 cm atau
dengan lingkar batang >12,56 cm sesuai dengan prosedur Hairiah dan Rahayu (2007).

Gambar 2. Cara Pengukuran Diameter Batang Menggunakan Pita dan


Jangka Sorong (Sumber: Hairiah dan Rahayu, 2007)

Berbagai macam bentuk dari sebagian pohon vegetasi mangrove menimbulkan


kesulitan untuk menentukan posisi pengukuran diameter, maka penelitian ini mengacu
pada Cintron dan Novelli (1984) yaitu:
1. Apabila batang bercabang di bawah ketinggian sebatas dada (1,3 m) dan masing-
masing cabang memiliki diameter ≥ 4 cm, maka diukur sebagai dua pohon yang
terpisah,
2. Apabila percabangan batang berada di atas setinggi dada atau sedikit di atasnya
maka diameter diukur pada ukuran setinggi dada atau di bawah cabangnya,
3. Apabila batang mempunyai akar tunjang/ udara, maka diameter diukur 1,3 m di
atas tonjolan tertinggi, dan
4. Apabila batang mempunyai batang yang tidak lurus, bercabang atau terdapat
ketidaknormalan pada point pengukuran maka diameter diambil 30 cm di atas atau
di bawah setinggi dada.

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 8


Gambar 3. Berbagai Cara Melakukan Pengukuran Keliling Pohon
(Sumber: Sutaryo,2009).
2.3.1. Pengambilan sampel sedimen

Karbon organik tanah pada hutan mangrove ditentukan melalui pengukuran


kedalaman tanah, berat jenis tanah, dan kandungan karbon organik (Sutaryo, 2009).
Pengambilan sampel sedimen dilakukan menggunakan sedimen correr berdiameter 5
cm dan panjang 1 m. Alat tersebut dibuat dari pipa PVC yang sudah dimodifikasi,
sehingga dapat berfungsi seperti sedimen correr yang bertujuan untuk mengambil
sampel sedimen. Pengambilan sampel dilakukan di setiap lokasi dengan 3 kali
pengulangan dan diambil pada kedalaman 30 cm dari permukaan substrat.

2.4. Pengolahan Data


Pengolahan data meliputi perhitungan berat jenis, biomassa, stock karbon dan
serapan CO2 pada seluruh komponen pohon dan sedimen. Biomassa dan stok karbon
pada masing-masing komponen dihitung dengan cara berbeda.
2.4.1. Penentuan Biomassa Pohon
Penentuan biomassa pohon dilakukan menggunakan persamaan allometrik
yang telah dikembangkan. Hasil pengukuran DBH dilapangan, selanjutnya dihitung
menggunakan metode non-destruktif dengan jenis tanaman telah diketahui rumus

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 9


allometriknya. Persamaan allometrik akan menghasilkan nilai kandungan biomassa
pohon (kg).
Menurut Sutaryo (2009) dalam studi biomassa hutan / pohon persamaan
allometrik digunakan untuk mengetahui hubungan antara ukuran pohon (diameter atau
tinggi) dengan berat (kering) pohon secara keseluruhan.
Penentuan biomassa mangrove menggunakan model allometrik untuk setiap
jenisnya.Biomassa terbagi menjadi dua bagian, yaitu above ground biomass dan below
ground biomass (Rusolono et al. (2015). Untuk beberapa persamaan allometrik yang
sudah dikembangkan peneliti sebelumnya, persamaan tersebut sudah mencakup above
ground biomass dan below ground biomass. Sedangkan untuk persamaan allometrik
yang dikembangkan oleh Komiyama et al. (2008) terdapat dua persamaan untuk
menentukan above ground biomass dan below ground biomass. Persamaan allometrik
untuk perhitungan biomassa disajikan pada Tabel dan Tabel.

Tabel 2. Persamaan Allometrik untuk Perhitungan Biomassa Mangrove


Spesies Persamaan R2 Sumber
Rhizophora apiculata B = 0,048 (D)2,614 0,96 Balitbang Kehutanan, 2013
Rhizophora mucronata B = 0,1466 (D)2,3136 0,93 Dharmawan , 2010
Avicennia marina B = 0,1848 (D)2,3524 0,98 Balitbang Kehutanan, 2013
Avicennia alba B = 0,079211 (D)2,470895 0,97 Chukwamdeel, 1997
Sonneratia caseolaris B = 0,251 ρ (D)2,46 0,97 Komiyama et al., 2005
Sonneratia alba B = 0,3841 ρ (D)2,101 0,92 Kauffman and Donato, 2012
Ceriops tagal B = 0,188495 (D)2,3379 0,98 Clough and K.Scott, 1989
2,3055
Bruguiera gymnorhiza B = 0,1858 (D) 0,98 Clough and K.Scott, 1989
Xylocarpus granatum B = 0,1726 (D)2,23 0,95 Balitbang Kehutanan, 2013
Common equation B = 0.251*ρ*D2.46 Komiyama et al, 2005

Tabel 3. Model allometrik below ground biomass


Jenis spesies Model allometrik Sumber
Common equation B = 0.199* ρ0.899*D2.22 Komiyama et al, 2005
Keterangan :
B = Biomassa D = Diameter Batang Pohon ρ = Berat Jenis

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 10


Menghitung berat jenis (BJ) kayu dari masing masing jenis pohon dengan jalan
memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan timbang berat
basahnya. Masukkan dalam oven padasuhu 100c selama 48 jam dan timbang berat
keringnya. hitung volume dan BJ kayu dengan rumus sebagi berikut
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 (𝑔)
BJ (g cm-3) = 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (𝑐𝑚3)

Volume (cm ) = π R T
3 2

Dimana :
R = jari-jari potongan kayu = ½ x Diameter (cm)
T = panjang kayu (cm)

2.4.2. Penentuan Stok Karbon dan CO2-equivalen


Stok karbon merupakan karbon yang tersimpan dalam biomassa atau ekosistem
hutan. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2013), penghitungan
stok karbon berdasarkan biomassa membutuhkan nilai faktor konversi biomassa ke
stok karbon yang disebut dengan fraksi karbon. Rumus perhitungan stok karbon, yaitu:
Stok Karbon = Fraksi Karbon x Biomassa

Menurut IPCC (2006), konsentrasi karbon yang terkandung dalam biomassa


sebesar 47%, sehingga jumlah karbon tersimpan dihitung dengan mengalikan 0,47 dan
biomassa seperti pada persamaan berikut:

C = B X 0,47

Keterangan :
C = jumlah stok karbon (kg)
B = Biomassa (kg)
0,47 = Faktor Konversi
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2013),untuk
mengkonversi stok karbon ke serapan CO2(kg) diperlukan massa atom relatif C (12)
dengan CO2 (44), dirumuskan:
CO2 ekuivalen = (44/12) x Stok Karbon

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 11


2.4.3. Penentuan Karbon Organik Tanah

Sampel sedimen yang diperoleh, dikeringkan terlebih dahulu sebelum dianalisa


kandungan bahan organiknya. Pengujian kandungan bahan organik sedimen
menggunakan metode pengabuan kering (loss on ignition). Sampel sedimen sebanyak
5 g dipanaskan dengan oven selama 24 jam pada suhu 80ºC dan dilanjutkan
pembakaran pada furnace dengan suhu 600ºC selama kurang lebih 6 jam. Setelah itu,
sampel disimpan di dalam desikator sampai temperaturnya sama dengan suhu ruangan
dan selanjutnya ditimbang kembali untuk mengetahui nillai loss on ignition yang
merupakan nilai kadar bahan organiknya. Kehilangan berat sampel dalam proses
pembakaran merupakan berat dari bahan organik (Howard et al., 2014).
% LOI bahan organic = ((D - E)/(D - C)) x 100
Keterangan:
C adalah bobot cawan porselen kosong
D adalah bobot cawan porselen + contoh
E adalah bobot cawan porselen + contoh setelah pemijaran
(residu)
Bahan organik tanah diasumsikan mengandung 58-60% kandungan karbon
(Chamura et al., 2003). Menurut Agus et al. (2011) apabila analisa laboratorium
menunjukan kandungan bahan organik, maka kandungan karbon organik tanah
diasumsikan 1/1,724 dari kandungan bahan organiknya.
% Corg = (% LOI) x 1/1,724
Bisa juga menggunakan persamaan Fourqurean et al. (2014) dalam metode LOI
bukan hanya karbon organik yang terukur tapi juga bahan organik lainnya di luar
karbon seperti nitrogen, sulfur dan lainnnya, maka dilakukan koreksi sebagai berikut:
% Corg = 0,40 x % LOI - 0,21

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 12


Menurut Lugina et al.(2011) penghitungan karbon tanah menggunakan rumus
sebagai berikut:
Ct = Kd x ρ x % C organik

Keterangan:
Ct : kandungan karbon tanah (g/cm2);
Kd : kedalaman contoh tanah/kedalaman tanah gambut (cm)
ρ : kerapatan lindak/bulk density/berat jenis (g/cm3)
%C organik : kandungan karbon organik (%)
Penghitungan kandungan karbon organik tanah per hektar dapat
menggunakanpersamaan sebagai berikut:
Ctanah = Ct x 100
Keterangan:
Ctanah : kandungan karbon organik tanah per hektar (ton/ha)
Ct : kandungan karbon tanah (g/cm2);
100 : faktor konversi dari g/cm2 ke ton/ha.

2.4.4. Penentuan Potensi Biomassa, Stok Karbon dan CO2-equivalen per Hektar
pada Setiap Lokasi

Penghitungan potensi Biomassa, Stok Karbon dan Serapan CO2 per hektar
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut (Lugina, 2011) :
𝐶𝑥 10000
𝐶𝑛 = ×
1000 𝐿𝑝𝑙𝑜𝑡
Keterangan:
Cn = kandungan per hektar pada tiap plot dinyatakan dalam ton per hektar
(ton/ha)
Cx = kandungan pada tiap plot dinyatakan dalam kilogram (kg)
Lplot = luas plot pada masing-masing pool, dinyatakan dalam meter persegi
(m2)

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 13


Diagram Alir Metode Pengukuran dan
Perhitungan Karbon Mangrove

Pemilihan stasiun pengukuran karbon mangrove

Pembuatan Plot Transek

Pengukuran DBH, Jenis mangrove, dan Parameter Vegetasi lainnya

Pengambil Sample Sedimen

Pengolahan data

Biomassa Pohon Karbon Organik Tanah

Persamaan Allometrik Bahan Organik


% LOI

Menurut Sutaryo (2009) Menurut Karbon Organik Tanah


dan Hairiah (2007) Komiyama (2008) % C org

Rumus Rumus Allometrik Karbon Tanah


Allometrik yang AGB + BGB (g/cm2)
dikembangkan
beberapa peneliti
Konversi Karbon Tanah
(Ton/Ha)
Nilai Biomassa (Kg)

Konversi Stok Karbon


C stok = Fraksi Karbon X Biomassa

CO2-equivalen

Kandungan C
tersimpan per Hektar
(Ton/Ha)

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 14


Contoh Perhitungan
Data hasil kegiatan inventarisasi :
Lokasi : Desa Temburun, Kab Anambas
Tipe Hutan : Hutan Mangrove
Hasil pengukuran :
D = Lingkar/3.14

Olah Data :
Berdasarkan data dan informasi tersebut, penghitungan biomassa tingkat pohon dapat menggunakan
pendekatan Allometrik sebagai berikut :
Rhizophora apiculata B = 0,048 (D)2,614
Avicennia marina B = 0,1848 (D)2,3524
Ceriops tagal B = 0,188495 (D)2,3379
Bruguiera gymnorhiza B = 0,1858 (D)2,3055
Xylocarpus granatum B = 0,1726 (D)2,23
Sonneratia alba B = 0,3841 ρ (D)2,101
Biomassa tingkat pohon hasil pengukuran tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan model allometrik biomassa yang sesuai dengan jenis spesienya dengan
memasukkan nilai-nilai diameter hasil pengukuran kedalam model allometrik :

Plot 10x10m (3 plot) B = 0.1848*((9)^2.3524)

B = 0.1858*((8)^2.3055)

B = 0.188495*((12)^2.3379)

B = 0.048*((12)^2.614)

B = 0.1728*((9)^2.23)

=sum(D5:D16)

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 15


Fraksi karbon x Biomassa (kg)
0.47 X 353.99

MrCO2/Mr C x Stok Karbon (kg)


(44/12) X 166.38

Cn= (166.38/1000) x (10000/300)

Stok karbon kawasan A (Mg C/ha)


= BA (Mg C/ha) + BB (Mg C/ha) + Sedimen organik (Mg C/ha) x Luas kawasan (ha)

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 16


Contoh Hasil Penyajian

KONDISI UMUM LOKASI


Lokasi administratif
Provinsi = Kecamatan =
Kota/Kabupaten = Desa =
Site =
Lokasi Geografi
Latitude = Longitude =
Iklim
Curah hujan = Suhu =
Jumlah hari hujan = Kelembapan =
Tanah
Jenis = pH =
Kedalaman = Tekstur =
Berat Jenis =
Kondisi Hutan
Tipe Hutan = Basal Area =
Kerapatan = H Dominan =
Jenis Dominan = Umur =
Gangguan =
METODE
Plot sampling
Jumlah Plot =
Ukuran Plot =
Bentuk Plot =
Pengolahan Data
Model allometrik =
Berat Jenis =
Fraksi Karbon =
HASIL DUGAAN

Koordnat Biomassa Stok Karbon CO2 equivalen


Nomor Plot
Latitude Longitude (ton/ha) (ton C/ha) (ton/ha)

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 17


DAFTAR PUSTAKA

Agus F., Hairiah, K.dan Mulyani A. 2011. Measuring carbon stock in Peat Soil
Practical Guidlines. World Agroforestry (ICRAF) and Indonesian Soil
Research Institute, Bogor, 155 hlm.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2010. Cadangan Karbon pada
Berbagai Tipe Hutan dan Jenis tanaman di Indonesia. Kementrian Kehutanan.
Bogor, 43 hlm.
Brown, S. 1997. Estimating Biomass and Biomass Change of Tropical Forests: a
Primer. FAO, Rome, 134 hlm.
Brown, S., J. Sathaye., M. Canel and P. Kauppi. 1996. Mitigation of carbon emission
to the atmosphere by forest management, Commonwealth Forestry Review 75:
80-91.
Chave J. C. A., S. Brown, M.A. Cairns, J. Q. Chambers, D. Eamus, F. Ister, F Fromard,
N. Higuchi, T. Kira, J.P. Lescure, B.W. Nelson, Ogawa, H. Puig, B. Riera dan
T. Yamakura. 1999. Tree allometry and improved estimation of carbon stocks
and balance in tropical forest. Journal Ecologia, 145 : 87-99.
Chmura, G. L., Anisfeld, S. C., Cahoon, D. R., dan Lynch, J. C. 2003. Global carbon
sequestraction in tidal, saline wetland soils. Global Biogeochemical Cycles,
17(4):11.
Chukwamdee, J. and A. Anunsiriwat, 1997. Biomass estimation for Anvicennia alba at
Chungwat Samut Songkrum. Proceedings of the 10th Thailand National
Mangrove Ecosystem Seminar, August 25-28, 1997, Songkhla, Thailand, pp:
5-14.
Cintron, G., dan Y. S. Novelli. 1984. Methods for studying mangrove structure. dalam
editor Snedaker, S. C. dan Snedaker, J. S. The mangrove ecosystem: research
methods. UNESCO, Paris, France, pp: 91-113.
Clough, B.F. dan K. Scott. 1989. Allometric relationships for estimating above-ground
biomass in six mangrove species. Forest Ecology and Management., 27:117-
127.
Darusman, D. 2006. Pengembangan Potensi Nilai Ekonomi Hutan Dalam Restorasi
Ekosistem. Jakarta
Dharmawan, I.W., S. Ginoga, E.I. Putradan A.G. Ahmad. 2010. Standard Operating
Procedures (SOP). ITTO - International Tropical Timber O xrganization dan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kementerian Kehutanan,
Bogor, Indonesia, 50 hlm.
Fourqurean, J.W 2014. Conceptualizing the project and Developing a Field
Measurement Plan. Dalam Howard, J., S. Hoyt., K Isensee., E. Pidgeon., M.

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 18


Telszewski. Coastal Blue Carbon:Methods for Assessing Carbon Stock and
Emissions factor in Mangrove, Tidal Salt Marshand Seagrass Meadow. The
Blue Carbon Initiative. 39 - 107 hal
Hairiah, K dan S. Rahayu. 2007. Petunjuk Praktis Pengukuran Karbon Tersimpan di
Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre,ICRAF
Southeast Asia, Bogor, 77 hlm.
Houghton, J. T. 2001. Climate Change 2001: The Scientific Basis Contribution of
Working Group I to the Third Assesment Report of the IPCC on Climate
Change. Cambridge University, UK, 881 hlm.
Howard, J., Hoyt, S., Isensee, K., Telszewski, M., Pidgeon, E. 2014. Coastal Blue
Carbon: Methods for Assessing Carbon Srocks and Emission Factors in
Mangroves, Tidal Salt Marshes, and Seagrass Meadows. Conservation
Internasional, Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO,
Internasional Union for Conservastion of Nature. Virginia, USA, 180 hlm.
IPCC. 1995. The IPCC Send Assessment Report: Scientific- Technical Analyses of
Impact, Adaptations, and Mitigation of Climate Change, Cambridge University
Press. Cambridge, UK, 73 hlm.
_____. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC
National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES, Japan, 20 hlm.
_____.2003. Good Practice Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry.
Intergovernmental Panel on Climate Change National Greenhouse Gas
Inventories Programme, 59 hlm.
Kauffman, J. B. dan D. C.Donato. 2012. Protocols for The Measurement, Monitoring
and Reporting of Structure, Biomass and Carbon Stocks in Mangrove Forest.
CIFOR.
Komiyama A., S. Poungparn dan Kato S. 2005. Coomon allometric equation for
estimating the tree weight of mangroves. Journal of Tropical Ecology., 21: 471-
477
Lugina, M., K.L. Ginoga, A. Wibowo, A. Bainnaura, T. Partiani. 2011. Prosedur
Operasi Standar (SOP) untuk Pengukuran Stok Karbon di Kawasan Konservasi.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, 28 hlm.
Masripatin, N dan C. Wulandari.2010. REDD+ and Forest Governance. Pusat
Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan, Bogor, 87 hlm.
Stern, N. 2007. The stern review: The economics of climate change. Cambridge
University Press. Cambridge, pp. 265-280.
Sutaryo, D. 2009. Perhitungan Biomassa (Sebuah Pengantar untuk Studi Karbon dan
Perdagangan Karbon). Wetlands International Indonesia Programme. Bogor,
39 hlm.

Panduan Praktis Pengukuran dan Pengolahan Data Karbon Mangrove 19

Anda mungkin juga menyukai