Sebagian hutan di Indonesia telah mengalami kerusakan akibat berbagai
faktor seperti aktivitas manusia, bencana alam, kebakaran, maupun hama dan penyakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK: SK.4/V- DAS/2015 tanggal 29 januari 2015 tentang Penetapan Peta dan Data Hutan dan Lahan Kritis Nasional, pada tahun 2013 terdapat 24.303.294 ha lahan dengan kondisi sangat kritis dan kritis termasuk dalam hal ini hutan konservasi. Demikian pula kawasan Taman Nasional Gunung Palung, dibeberapa bagian kawasan telah mengalami degradasi terutama akibat penebangan liar, perambahan, dan kebakaran hutan sehingga menurunkan fungsi kawasan dan kualitas habitat keanekaragamanhayati di dalamnya.
Dalam rangka menjaga kondisi hutan konservasi, Direktorat Jenderal
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (KSDAE) melakukan berbagai upaya, termasuk melaksanakan program pemulihan ekosistem hutan konservasi yang terdegradasi. Dalam Roadmap Rencana Strategis Ditjen KSDAE tahun 2015-2019, salah satu target adalah pemulihan ekosistem kawasan konservasi yang terdegradasi seluas 100.000 ha. Dengan upaya pemulihan ekosistem tersebut, diharapkan fungsi hutan konservasi akan mampu kembali atau mendekati kondisi semula. Realisasi capaian target pemulihan ekosistem tahun 2015-2017 masih relatif kecil, yaitu sebesar 10,443,25 ha (10,44%) dari total luas 100.000 ha yang ditargetkan hingga 2019.
Dalam upaya mendorong pelaksanaan pemulihan ekosistem di hutan
konservasi telah diterbitkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.48/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara Pemulihan Ekosistem pada Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam dan Peraturan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya Nomor P.12/KSDAE- SET/2015 tentang Pedoman Tata Cara Penanaman dan Pengkayaan Jenis Dalam Rangka Pemulihan Ekositem Daratan pada Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Berdasarkan peraturan tersebut di atas, untuk melaksanakan pemulihan ekosistem di hutan konservasi perlu terlebih dahulu dibuat Rencana Pemulihan Ekosistem sebagai pedoman/arahan bagi pelaksanaan pemulihan ekosistem lima tahun kedepan di hutan konservasi.
Berdasarkan RPJP Taman Nasional Gunung Palung (2016-2025), kegiatan
pemulihan ekosistem termasuk dalam upaya mencapai Sasaran 2 yaitu Terjaganya Ekosistem dalam Kawasan, dimana salah satu keluarannya adalah areal terdegradasi dapat dipulihkan fungsi ekologinya melalui program restorasi ekosistem pada areal terdegradasi. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka pemulihan ekosistem di kawasan Taman Nasional Gunung Palung, maka perlu disusun Rencana Pemulihan Ekosistem Taman Nasional Gunung Palung 2018-2022. Penyusunan Rencana Pemulihan Ekosistem tersebut dilakukan dengan melakukan kajian dokumen/peta, analisis citra satelit, serta ground check lansung ke lokasi-lokasi yang sudah diidentifikasi. Dengan adanya Rencana Pemulihan Ekosistem TNGP 2018-2022 maka dapat diidentifikasi lokasi- lokasi yang perlu direhabilitasi, luas kawasan yang perlu direhabilitasi, serta metode pemulihan ekosistem yang tepat pada masing-masing lokasi apakah dengan metode rehabilitasi/penanaman/pengkayaan, restorasi, atau melalui suksesi alami. Adanya dokumen Rencana Pemulihan Ekosistem juga dapat menjadi pedoman bagi pihak-pihak lain yang berminat untuk berkontribusi dalam kegiatan pemulihan ekosistem Taman Nasional Gunung Palung.