PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia masih menghadapi beberapa persoalan pokok, khususnya permasalahan lingkungan
berupa deforestasi, kebakaran, dan peningkatan lahan kritis. Sebagaimana dikutip dari Buku Rencana Strategis Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2015-2019, dalam rentang waktu 11 tahun (2000 – 2011), hutan Indonesia mengalami
pengurangan/kehilangan luas (deforestasi) sebanyak 6,5 juta hektar. Laju penurunan luasan hutan mencapai lebih dari 1% per
tahun, khususnya di Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah. Deforestasi ini berimbas pada
peningkatan luas lahan kritis di dalam kawasan hutan.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai
leading sector menetapkan target pengurangan lahan kritis seluas 5,5 juta hektar melalui rehabilitasi di dalam areal KPH dan DAS
Prioritas. Target ini merupakan salah satu sasaran bidang pengelolaan DAS dalam kurun waktu 5 tahun (2015 – 2019),
sebagaimana termuat dalam Rencana Strategis KLHK Tahun 2015 – 2019. Berbagai upaya rehabilitasi hutan dan lahan (RHL)
dilakukan dengan menggerakkan semua elemen bangsa, baik pemerintah, pihak swasta, maupun masyarakat dari berbagai unsur.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2008 tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan, pelaksanaan kegiatan RHL
harus memiliki perencanaan mikro di tingkat tapak (site) dalam bentuk Dokumen Rancangan Kegiatan RHL dan Permenlhk RI
Nomor P.89/MLHK/SETJEN/KUM.1/11/20016 tentang Pedoman Penanaman Bagi Pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
(PPKH) Dalam Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai. Di dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.039/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan RHL,
pelaksanaan RHL harus disesuaikan dengan Rencana Penanaman Tahunan dan Rancangan Kegiatan Penanaman. Rancangan
Kegiatan RHL merupakan rancangan detail (bestek) dari satu kegiatan RHL yang akan dilaksanakan pada setiap site/lokasi.
Rancangan kegiatan RHL berupa Rancangan Kegiatan Penanaman dan/atau Rancangan Kegiatan Konservasi Tanah. Rancangan
Salah satu kewajiban terkait dengan rehabilitasi DAS telah diatur dalam Peraturan Menteri LHK
No.P.89/Menlhk/Setjen/Kum.1/11/2016 tentang Pedoman Penanaman Dalam Rangka Rehabilitasi Daerah Aliran Sungai. Dalam
Permenhut tersebut pada Pasal 3 menerangkan bahwa Untuk memenuhi kewajiban penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS
sesuai ketentuan, maka Pemegang IPPKH wajib melaksanakan penanaman rehabilitasi DAS sebelum masa IPPKHnya berakhir.
Perusahaan PT. Adaro Indonesia selaku pemegang Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) sesuai Keputusan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal No. 17/1/IPPKH/PMA/2017 tanggal 2 Agustus 2017 tentang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan untuk
jalan produksi dan sarana pendukungnya pada kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi
di Kabupaten Barito Timur dan Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah seluas 381,69 Ha. Untuk memenuhi kewajiban
Rehabilitasi DAS PT. Adaro Indonesia maka diperlukan lahan untuk kegiatan Penanaman Dalam Rangka Rehabilitasi DAS seluas
381,69 Ha ditambah 10 % untuk mengantisipasi adanya areal yang tidak dapat ditanami sehingga menjadi 420 Ha.
Dalam pelaksanaan kegiatan penanaman rehabilitasi DAS di Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) mutlak
disusun Dokumen Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi Hutan sebagai acuan dalam pelaksanaan fisik, anggaran, dan tata
waktu kegiatan rehabilitasi dimaksud. Dengan adanya dokumen rancangan tersebut, diharapkan pelaksanaan kegiatan
penanaman rehabilitasi hutan di areal yang menjadi target lokasi kegiatan dapat terarah, terorganisir, dan tercapai indikator
kinerjanya sebagaimana yang diharapkan.
Dokumen Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi DAS Seluas 210 hektar di areal Kawasan Suaka Alam / Kawasan
Pelestarian Alam (KSA/KPA) dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan fisik, penggunaan
Sedangkan Tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan dokumen rancangan ini adalah tersedianya dokumen perencanaan yang
menjadi pedoman atau arahan sehingga kegiatan penanaman rehabilitasi DAS dimaksud dapat terlaksana dengan lancar, efektif,
efisien, dan akuntabel.
C. SASARAN
Sasaran kegiatan penyusunan rancangan kegiatan ini adalah tersusunnya buku rancangan kegiatan Rehabilitasi DAS pada
Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) meliputi kegiatan rehabilitasi DAS untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
2018 s.d 2020, terdiri dari :
Tahun ke-1 : Penanaman dan pemeliharaan tahun berjalan (P0)
Tahun ke-2 : Pemeliharaan tahun pertama (P1)
Tahun ke-3 : Pemeliharaan tahun kedua (P2)
Akhir tahun ke-3 : Evaluasi keberhasilan tanaman.
D. PENGERTIAN
1. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang selanjutnya disingkat IPPKH adalah izin yang diberikan untuk menggunakan
kawasan hutan guna kepentingan pembangunan diluar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi dan peruntukan
kawasan hutan.
2. Penggunaan Kawasan Hutan adalah penggunaan atas sebagian kawasan hutan kepada pihak lain untuk kepentingan
pembangunan diluar kegiatan kehutanan tanpa mengubah status, peruntukan dan fungsi kawasan tersebut.
A. BIOFISIK
b. Luas Areal
Luas areal kegiatan penanaman rehabilitasi DAS Blok I adalah 210 hektar dalam satu hamparan
2. Penggunaan Lahan
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) Sungai Kapuas merupakan perwakilan ekosistem hutan yang
memiliki kelimpahan jenis yang cukup besar. Keragaman kehidupan ini dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian, sumber daya alam
hayati dan non hayati. Selain bernilai konservasi tinggi juga bernilai ekonomis, estetika, budaya dan ilmu pengetahuan. Tipe
Penggunaan Lahan pada lokasi rehabilitasi DAS pada umumnya merupakan Compound: Tipe penggunaan lahan yang tergolong
compound terdiri lebih dari satu jenis penggunaan (komoditas) yang diusahakan pada areal-areal dari sebidang lahan yang
untuk tujuan evaluasi diberlakukan sebagai unit tunggal.
Perbedaan jenis penggunaan bisa terjadi pada suatu sekuen atau urutan waktu, dalam hal ini ditanam secara rotasi atau secara
5. Vegetasi
Pada calon lokasi penanaman pada wilayah Kawasan Suaka Alam / Kawasan pelestarian Alam (KSA/KPA) Sungai Kapuas di
Kelurahan Mengkatip memiliki vegetasi penutupan lahan semak belukar berupa tumbuhan kelakai. Sesuai Peta RTkRHL DAS
lokasi termasuk dalam LMU Prioritas I. Kawasan Kawasan Suaka Alam / Kawasan pelestarian Alam (KSA/KPA) Sungai Kapuas di
Kelurahan Mengkatip merupakan perwakilan ekosistem hutan yang memiliki kelimpahan jenis yang cukup besar. Keragaman
kehidupan ini dipengaruhi oleh faktor iklim, ketinggian, sumber daya alam hayati dan non hayati. Berdasarkan hasil identifikasi di
lapangan lokasi penanaman mewakili tipe Hutan Gambut dengan jenis –jenis , yaitu : balangeran (Shorea balangeran), Jelutung
rawa (Dyera Lowii), Tumih (Combretocarpus rotundatus), Pulai rawa (Alstonia Pneumatophora), geronggang (Cratoxylum
arborescens (Vahl). Untuk tumbuhan bawah ( semak belukar didominasi oleh jenis Kelakai (Stenochlaena palustris (Burm.f),
juga ditemukan jenis jenis lainnya seperti Kantong semar (Nephentes Mirabilis Blume).
Sesuai Peta RTkRHL DAS lokasi termasuk dalam LMU Prioritas I dan Layak untuk dilakukan penanaman dengan Pola Intensif. Luas
calon lokasi rehabilitasi DAS Blok I di wilayah BKSDA Kalimantan Tengah Pada Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam
(KSA/KPA) Sungai Kapuas adalah seluas 210 Ha. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh tim, selama kegiatan
6. Aksesibilitas
Lokasi penanaman rehabilitasi DAS berada di Kelurahan Mengkatip Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan dengan
aksesibilitas sebagai berikut:
a. Jalur air : dari Kota Buntok dengan menggunakan longboat/Speed Boat selama ± 2 – 3 jam menuju Kelurahan Mengkatip
dan selanjutnya menggunakan kelotok bermesin + 50 menit.
b. Kombinasi jalur darat dan air : dari Palangka Raya ke Kota Buntok kemudian lanjut ke Daerah Klanis melalui jalur darat selama
± 4 jam dilanjutkan ke Kelurahan Mengkatip + 1 jam. Untuk menuju lokasi tanam dari Kelurahan Mengkatip melalui jalur air
(menggunakan klotok/cess) selama ± 50 menit.
B. SOSIAL EKONOMI
1. Demografi
Berdasarkan data Kantor Kelurahan Mengkatip jumlah penduduk di sekitar calon lokasi yaitu Kelurahan Mengkatip, Kecamatan
Dusun Hilir, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 3.632 Jiwa dengan komposisi 1.851 jiwa laki-laki
dan 1.781 jiwa perempuan dengan perbandingan sex ratio 1.04%. Sedangkan jumlah kepala Keluarga sebanyak 1.129 KK.
Masyarakat Kelurahan Mengkatip secara umum beragama Islam, dengan penduduk mayoritas didominasi oleh Dayak dan
sebagian kecil dari masyarakat pendatang. Kepadatan penduduk rata-rata 21 jiwa/Km2.
2. Tenaga Kerja.
Berdasarkan kondisi kependudukan, koordinasi, dan sosialisasi di Kelurahan Mengkatip, potensi tenaga kerja yang berasal dari
Kelurahan Mengkatip termasuk cukup banyak sehingga bisa mencukupi kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan penanaman
rehabilitasi DAS PT Adaro Indonesia . Masyarakat disekitar lokasi 50% merupakan masyarakat yang perkerjaannya banyak
Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi DAS PT. Adaro Indonesia 10
Blok I Seluas 210 hektar
menggantungkan diri dengan lahan. Selain bertani untuk komoditas pertanian, masyarakat kebanyakan juga berprofesi sebagai
nelayan, dan sebagian berupa perikanan budidaya dan perikanan tangkap. Sekiranya masih diperlukan, maka tenaga kerja dari
Kelurahan Mengkatip sekitar masih dapat dilibatkan dengan bimbingan oleh mandor dan pelaksana lapangan serta pengawas
yang ditunjuk.
Masyarakat Kelurahan Mengkatip adalah mayoritas penduduk sebagai petani, hal ini menunjukkan bahwa ekonomi masyarakat
lebih banyak tergantung pada lahan sebagai mata pencaharian dalam menunjang perekonomian masyarakat. Sehingga tekanan
penduduk terhadap lahan cukup tinggi. Dengan demikian terdapat hubungan yang sangat erat terkait dengan aspek sosial dan
perekonomian penduduk setempat dengan lingkungannya khususnya pemanfaatan lahan. Dengan demikian terdapat potensi
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Rehabilitasi DAS sebagai pendorong keberhasilan upaya penanaman Rehabilitasi
DAS. Sumber pendapatan penduduk terutama berasal dari pengelolaan lahan, baik pada sektor pertanian, perkebunan,
perikanan maupun usaha lain yang dipengaruhi oleh sektor lahan. Pendapatan rata-rata penduduk tergolong kecil sampai
sedang, dan lebih banyak dipengaruhi oleh penggunaan dan pemanfaatan lahan. Ketergantantungan masyarakat terhadap lahan
cukup tinggi.
1. Kelembagaan Masyarakat
Aspek kelembagaan masyarakat penting untuk diketahui dalam rangka tahap perencanaan, pelaksanaan dan keberlanjutan
kegiatan akan sangat tergantung pada masyarakat setempat. Kelembagaan yang terdapat di Kelurahan adalah sebagai
berikut :
a. Pemerintahan Kelurahan
Pemerintahan Kelurahan di pimpin oleh seorang Lurah. Dalam menjalankan tugasnya Lurah dibantu oleh Sekretaris Lurah
dan Kepala Urusan, yaitu Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Umum, dan Kepala Urusan Pembangunan. Dalam
menjalankan roda pemerintahan, Lurah selalu aktif bekerjasama dengan RW (Rukun Warga) dan RT (Rukun Tetangga).
Kegiatan pemerintahan Kelurahan berjalan cukup baik termasuk organisasi kemasyarakatan seperti LMD dan Karang
taruna. Dalam pelaksanaan penanaman rehabilitasi DAS oleh PT. Adaro Indonesia telah mendapatkan dukungan dari
Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi DAS PT. Adaro Indonesia 12
Blok I Seluas 210 hektar
pemerintah Kelurahan dan tokoh masyarakat.
b. Kelembagaan Masyarakat
Kelembagaan masyarakat kelurahan secara umum telah terbentuk kelompok tani atau kelompok masyarakat baik
dibidang pertanian, perkebunan, perikanan maupun di bidang kehutanan sehingga kegiatan penanaman tanaman
rehabilitasi hutan pada kawasan ini nantinya akan mudah dilaksanakan dengan memanfaatkan kelompok-kelompok
masyarakat yang ada. Berdasarkan hasil wawancara itu kegiatan kehutanan bukan hal yang baru bagi masyarakat di
semua Kelurahan Mengkatip. Di wilayah kerja BKSDA Kalteng pada KSA/KPA Sungai Kapuas di Kelurahan Mengkatip ini telah
terdapat kegiatan Reboisasi maupun kegiatan berupa Penanaman Hutan Rakyat sehingga Kelembagaan Kelompok Tani telah
terbentuk meskipun tidak terlalu aktif dan hanya sebatas keproyekan. Pada Kelurahan Mengkatip terdapat Penyuluh
Pertanian dan Penyuluh Kehutanan masing-masing satu orang dari Pemerintah Kabupaten Barito Selatan dan secara
khusus belum ada Penyuluh dari BKSDA Kalimantan Tengah untuk wilayah KSA/KPA Sungai Kapuas di Kelurahan
Mengkatip. Di Kelurahan Mengkatip telah terdapat kelompok tani Hutan dan Pertanian. Selain itu terdapat kelompok
atau Organisasi Masyarakat Peduli Api (MPA) di tingkat Kelurahan.
2. Sosial Budaya
Kondisi Budaya masyarakat Kelurahan Mengkatip pada awalnya merupakan termasuk daerah hunian masyarakat di pinggir
sungai Barito, namun dengan adanya perkembangan transportasi dan komunikasi, maka budaya yang berkembang telah
berinteraksi dan beradaptasi dengan baik. Calon lokasi penanaman rehabilitasi DAS PT Adaro Indonesia masuk dalam
Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) Kalimantan Tengah. Calon lokasi ini berada di sekitar Sungai
Rancangan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi DAS PT. Adaro Indonesia 13
Blok I Seluas 210 hektar
Barito masuk ke dalam Kanal Eks. PLG. Secara umum, tidak dijumpai konflik sosial ataupun tenurial. Di sekitar Sungai Barito
dulunya banyak terdapat kegiatan penebangan kayu ilegal, baik yang dilakukan oleh masyarakat sekitar maupun oleh orang
lain. Semenjak dijadikan sebagai Kawasan Konservasi, maka kegiatan penebangan kayu ilegal menjadi terhenti. Walaupun
berstatus sebagai Kawasan Konservasi, masyarakat sekitar masih diperkenankan untuk beraktivitas di dalam Kawasan Suaka
Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) untuk kegiatan-kegiatan yang tidak merusak. Kegiatan penanaman tersebut
dilakukan dengan mengutamakan tenaga pelaksana dari masyarakat sekitar, mulai dari penyiapan areal, pembibitan,
penanaman hingga pemeliharaan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat mempunyai kegiatan yang bersifat konservatif dari
yang dulunya melakukan kegiatan penebangan kayu. Selain itu, masyarakat sekitar hutan harus dilibatkan secara langsung
karena mereka yang beraktivitas sehari-hari di sekitar kawasan konservasi, mereka yang dianggap memahami kondisi
Kawasan Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) di sekitar mereka dan mereka pula yang memperoleh manfaat
secara langsung.
1. Tata Letak
Lokasi yang direncanakan untuk kegiatan rehabilitasi ini adalah seluas 210 Hektar dalam satu hamparan dengan dibagi menjadi.
Blok I seluas 210 hektar terbagi dalam 8 petak masing-masing seluas ± 25 hektar. Lokasi tersebut berada didalam Kawasan
Suaka Alam / Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) Balai KSDA Kalimantan Tengah yang secara admistrasi terletak di
Kelurahan Mengkatip Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Adapun koordinat lokasi Blok
I dimaksud secara rinci disajikan pada tabel 3.1. dengan peta lokasi terlampir.
Tabel 3.1. Koordinat Lokasi Kegiatan Rehabilitasi DAS Blok I PT Adaro Indonesia
Perkiraan
Jenis Tanaman Yang
No Nomor Petak Jmlh Pohon Jenis Kegiatan
Mendominasi Petak
Per Ha
1 PU 1 Semak Belukar - Penanaman Intensif
2 PU 2 Semak Belukar - Penanaman Intensif
3 PU 3 Semak Belukar - Penanaman Intensif
4 PU 3 Semak Belukar - Penanaman Intensif
5 PU 5 Semak Belukar - Penanaman Intensif
6 PU 6 Semak Belukar - Penanaman Intensif
7 PU 7 Semak Belukar 2 Penanaman Intensif
8 PU 8 Semak Belukar 1 Penanaman Intensif
9 PU 9 Semak Belukar - Penanaman Intensif
10 PU 10 Semak Belukar - Penanaman Intensif
B. URAIAN PEKERJAAN
1. Persiapan Lapangan
Sebelum kegiatan penanaman di lapangan dilaksanakan, perlu adanya persiapan yang baik dalam rangka pencapaian
keberhasilan tanaman yang disesuaikan dengan rancangan, meliputi :
a. Penyiapan dokumen rancangan pembuatan tanaman untuk lokasi/blok/ petak sasaran pembuatan tanaman rehabilitasi.
b. Penyiapan organisasi pelaksana (Pemimpin Pelaksana, Mandor/pengawas dan tenaga kerja) dan koordinasi dengan pihak
terkait untuk lokasi dan luas areal yang akan direhabilitasi, serta penyusunan tata waktu kegiatan dan pembagian kerja yang
rasional.
c. Penyiapan bahan (bahan pondok kerja, bahan gubuk kerja papan nama kegiatan, papan nama petak, papan nama
peringatan bahaya kebakaran, dan ajir) dan alat pengukuran (GPS, kompas, altimeter dan lain-lain) dan perlengkapan kerja.
d. Pengukuran ulang batas-batas lokasi, pembuatan pondok kerja, pembuatan gubuk kerja, papan nama kegiatan, papan nama
petak, papan nama peringatan bahaya kebakaran dan penyiapan lahan dalam rangka penerapan pola tanaman yang sesuai
dalam petak tanaman.
e. Pola tanam dapat dilakukan secara cemplongan atau sistim jalur sesuai kontur secara merata di seluruh petak, menyesuaikan
keadaan lapangan (mempertimbangkan tegakan sisa dan kemiringan lahan).
f. Penyiapan bibit pada tempat penampungan sementara.
2 Pengadaan pupuk tablet Bahan : Untuk pupuk terbuat dari pupuk tablet dengan total pengadaan 5.250 kg
dengan dosis perbatang + 50 gram dan diberikan 1 kali dalam penanaman P0.
8 Pengadaan Ajir Bahan : Kayu bulat campuran/bambu (panjang > 1,5 m, Ø ± 1,5 cm). Jumlah ajir
105.000 batang. Ajir tidak diambil/bersumber dari pohon dan permudaan yang
ada di dalam/di sekitar kawasan hutan yang direhabilitasi.
Metode : Pembersihan jalur dengan tebas rintis jalur (tidak dengan membakar)
Penentuan arah larikan dengan menancapkan patok/ajir mengikuti arah utara-
selatan atau timur-barat atau menyesuaikan kondisi bentuk Blok/Petak.
12 Pengadaan herbisida Bahan : Terbuat dari bahan kimia cair untuk mengendalikan hama / gulma / ilalang
dan penyemprotan Jumlah : Pengadaan herbisida sebanyak 630 liter
Metode : Setelah jalur blok, petak/inspeksi telah ditebas/dibersihkan, kemudian dilakukan
penyemprotan dengan menggunakan herbisida. Standar yang digunakan untuk
penyemprotan herbisida pada saat pembukaan lahan pertama sebanyak + 3 ltr
/ ha. Dilakukan penyemprotan sebanyak 1 kali di P0 ini.
13 Pemasangan Ajir Metode : Ajir ditancapkan ke dalam tanah (kedalaman menyesuaikan) sebagai
tanda letak tanaman, dipasang dengan jarak ± 4 x 5 meter mengikuti arah
larikan/jalur tanam.
14 Pembuatan Piringan dan Ukuran : Lubang tanam dengan 20 cm x 20 cm x 30 cm atau menyesuaikan kondisi
lubang tanam lahan dan ukuran piringan dengan 50 cm x 50 cm.
Metode : Lubang dibuat dengan menggali/menugal tanah menggunakan cangkul/alat
tugal, posisi lubang menyesuaikan posisi ajir.
Membuat piringan dengan membersihkan disekitar lokasi lubang tanam dari
gulma, serasah, maupun lainnya.
16 Penanaman dan Waktu : Setelah jalur dan lubang tanam telah selesai dibuat, dengan memperhatikan
Pemupukan kondisi musim dan diupayakan setelah bibit diaklimatisasi di TPS selama ± 15
hari.
Metode : Polybag dilepas secara hati-hati agar media tetap kompak dan perakaran bibit
tidak rusak. Bibit dan media yang telah dilepas polybagnya dimasukkan ke
dalam lubang tanaman dengan posisi tegak lurus, kemudian ditimbun dengan
tanah bekas galian lubang. Tanah timbunan diupayakan lebih tinggi dari
permukaan tanah asal. Bekas kantong plastik/polybag ditusukkan atau dIkatkan
di atas ajir tanaman. Untuk beberapa lokasi tanaman tertentu yang sedikit
tergenang dibuatkan gundukan tiap tanaman.
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanaman dengan
mencampurkan pupuk dan tanah dilakukan dengan dosis 50 gram/btg
sebanyak 1 kali dalam P0 ini.
22 Pembuatan menara pantau Ukuran : Menara pantau api dengan ketinggian 7 m terbuat dari bahan kayu
(menara pantau api)
23 Pengadaan taso/baja Ukuran : Taso/baja ringan ukuran 7,5 cm x 600 cm. lebar jalan inspeksi +- 30 cm
ringan untuk jalan inspeksi sepanjang 7.106 meter, sehingga diperlukan taso/baja ringan sebanyak 3.775
sepanjang 7.106 meter batang.
dengan lebar 30 cm
27 Pengadaan perahu cess Bahan dan : Terbuat dari kayu dilengkapi dengan penggerak motor. Ukuran perahu 4 s.d 6
ukuran meter sebanyak 1 unit
2 Pengamanan dan Metode : Bibit sulaman dirawat di TPS selama minimal 1 (satu) bulan sebelum
Pemeliharaan Bibit penanaman. Bibit ditata rapi di dalam bedeng-bedeng sementara yang diberi
Sementara naungan. Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pengamanan bibit dari
gangguan hama, pencurian, dan gangguan lainnya.
3 Pengadaan Pupuk Bahan : Untuk pupuk terbuat dari pupuk tablet dengan total pengadaan 10.500 kg.
Diberikan dosis 50 gram/btg dan dilakukan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun
pemeliharaan.
6 Pemeliharaan/pembersihan Waktu : Dilakukan secara berkala dengan selang waktu ± 3 bulan selama masa
jalur tanam, penyiangan, pemeliharan I atau 3 kali dalam 1 tahun (P1).
pendangiran, dan
Metode : Pembersihan dilakukan dengan menebas/ memotong gulma/ tanaman
pemupukan
pengganggu di sekitar tanaman/sepanjang jalur tanaman.
Pendangiran dilakukan dengan cara menggemburkan tanah di sekitar
tanaman dengan menggunakan parang atau cangkul untuk meningkatkan
kemampuan tanah dalam menyerap air,menjaga suhu dan kelembaban tanah.
Penyiangan jalur tanam (khusus untuk penanaman sistem jalur) yaitu
membabat semak atau vegetasilain di sepanjang jalur tanam dengan maksud
untuk memperjelas jalur tanam serta mengatur intensitas cahaya,disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan bersamaan dengan kegiatan penyiangan dan
pendangiran dengan mencampurkan pupuk dan tanah.
9 Pengawasan Lapangan Waktu : Pengawasan dilakukan selama periode pemeliharaan I (P1) berlangsung atau
selama 12 bulan.
Metode : Pengawasan dilakukan setiap bulan oleh mandor yang ditunjuk pelaksana
pekerjaan dan harus membuat laporan progress pekerjaan secara berkala
kepada pelaksana pekerjaan dan penyedia pekerjaan.
10 Pengendalian kebakaran Metode : Dilakukan pada saat musim kemarau dengan menggunakan tenaga MPA.
Pada saat musim kering / kemarau dilakukan pembasahan pada areal tanam
tanpa menunggu adanya api yang membakar lahan. Kegiatan ini dilakukan
selama + 4 bulan
4 Pemeliharaan Batas Blok, Waktu : Dilakukan sebanyak 1 kali selama masa pemeliharan II (P2).
Petak/Jalur Inspeksi, dan Metode : Memperbaiki/memperjelas kembali jalur batas blok/petak/jalur inspeksi , dan
sekat bakar sekat bakar dengan cara tebas rintis jalur keliling blok dan petak, serta
memperbaiki/memperjelas kembali patok-patok batas lokasi yang sudah ada
sebelumnya.
5 Pemeliharaan/pembersihan Waktu : Dilakukan secara berkala dengan selang waktu ± 3 bulan selama masa
jalur tanam, penyiangan, pemeliharan / 3 kali dalam 1 tahun(P2).
6 Distribusi bibit ke lubang Metode : Distribusi dilakukan secara manual menggunakan gerobak dorong/lanjung/
tanam kantong/alat angkut lainnya dari TPS ke masing-masing lubang tanam. Bibit
tidak boleh dilepaskan dari medianya (polybag). Pengangkutan dilakukan
dengan hati-hati agar bibit tidak rusak.
1. Kelembagaan Pelaksana
Pelaksana Pekerjaan Kegiatan Penanaman Rehabilitasi DAS dilaksanakan langsung oleh PT Adaro Indonesia secara swakelola
atau dilaksanakan oleh pihak III yang ditunjuk. Dalam pelaksanaan pekerjaan, diharapkan pihak pelaksana pekerjaan senantiasa
mengutamakan keterlibatan/peran serta masyarakat/kelompok kerja di Kelurahan setempat.
Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman tahun kedua (P2) terdiri dari penyiangan , pendangiran dan pengendalian hama.
Pemeliharaan tanaman pada tahun kedua (P2) dilaksanakan sebanyak 3 (kali) kali dalam setahun dengan jadwal kegiatan secara
rinci sebagai berikut :
GUDANG 1m
Pintu
3m
Deskripsi:
Pondok Kerja untuk Pertemuan, Tempat Istirahat dan Gudang
- Atap seng, kayu persegi/balok, papan sedang dan tipis
- Ukuran lebar dan panjang = 3 m x 4 m (Gudang Tertutup Berpintu 1 m x 3 m)
- Tinggi tiang minimum 0,50 meter dari permukaan tanah
- Jumlah Pondok Kerja 4 Unit.
80 cm cm
PETAK ...... 40
cm
BLOK : I (PT ADARO INDONESIA)
LUAS PETAK : 25 HA
JENIS TANAMAN : ………..
TAHUN TANAM : 2018
150
cm
Deskripsi:
90
cm
200
cm
PT ADARO INDONESIA
Deskripsi:
Catatan :
- Kedalam + 20 meter
- Menggunakan pipa 2 inci luar dan dalam 1,5 inci
- Di permukaan tanah dibuatkan beton dgn 1 m2
1. Luas bangunan + 100 M2 ( terdiri dari ruang rapat, kamar tidur, dapur, gudang, kamar mandi,)
2. Dinding terbuat dari kayu / kalsiboard
3. Pondasi / tongkat terbuat dari kayu balok (minimal tinggi dari tanah 1 m)
4. Lantai terbuat dari kayu
5. Atap terbuat dari Seng
20 m
1.5x4 m dapur km wc
Teras 1 m Teras 1 m
4m
Keterangan :
Bahan Baja ringan panjang 600 cm lebar 7.5 cm
Disatukan dengan sekrup atau diikat suapaya tidak terlepas
6 meter
±30 cm