Anda di halaman 1dari 22

BAB I

DESKRIPSI PROYEK dan ISU POKOK

1. DESKRIPSI PROYEK
1.1. Deskripsi Umum
Sesuai dengan UU RI No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
pada pasal 15 ayat 1 bahwa setiap rencana usaha dan/ atau kegiatannya kemungkinan
akan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, wajib
memiliki analisisi mengenai dampak lingkungan hidup. Dampak besar dan penting yang
dimaksud dijelaskan pada PP No.27 tahun 99 pasal 3 ayat 1 poin 2 yaitu salah satunya
adalah usaha/ kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap
eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui seperti
kegiatan pertambangan.
Akan dilakukannya kegiatan penambangan emas oleh PT. Aneka Tambang di
wilayah Curug Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Rencana kegiatan
penambangan pada level 600 dan level 700 yang akan melalui beberapa tahapam
kegiatan, yaitu:
Tahap persiapan
Mobilisasi peralatan dan tenaga kerja
Pemetaan lahan
Rencana pembangunan sarana dan prasarana antara lain:
1. Pembangunan kantor, change house, bengkel dan trafo PLN
2. Unit backfill
3. Unit perusak Cyanide
4. Unit Incenerator
5. Tempat penyimpanan LB3
6. Jalur pipa
7. Gudang
8. Portal
9. Klinik kesehatan
10. Sistem penyediaan air bersih
11. Decant pond IPAL Sorongan
12. Settling pon IPAL Cikaret
13. Gorong-gorong
1.2. Kegiatan
Kegiatan penambangan bijih emas pada UBPE ini akan dilaksanakan dengan
sistem tambang bawah menggunakakn metode Cut and Fill. Tahap-tahap penambangan
diawali dengan development suatu kegiatan kontstruksi, pembuatan fasilitas
penambangan seperti lubang bukaan tambang antara lain berupa tunel atau terowongan,
drift, shaft, ore pasa dan stop. Kemudian dilanjutkan dengan penambangan berupa
kegiatan pemboran, peledakan, pemuatan. Pengangkutan dan pengisiian kembali rongga
bekas penambangan.
Proses pengolahan yang digunakan pada UPBE ini adalah sianida kontinyu.
Pada awal mulanya (Dokumen AMDAL 1991) ekstraksi emas dan perak akan dilakukan
dengan cara Carbon In Puip(CIP), Tetapi pada pelaksanaannya ekstraksi emas dan
perak dilakukan dengan cara Carbon In Leach (CIL). Operasi pengolahan terdiri dari
pembongkaran biji dari alat pengangkut lori, penggerusan biji, proses sianidasi serta
pengolahan dan pembungan limbah.

Kegiatan lain disekitar lokasi pertambangan Emas PT Aneka Tambang diuraikan


sebagai berikut:
1. Kegiatan Pertambangan Rakyat
Kegiatan pertambangan rakyat merupakan pertambangan yang berkaitan dengan
penggunaan alat-alat sederhana. Pertambangan rakyat ini terdapat di wilayah KP
atau luar wilayah KP tapi masih disekitar wilayah pertambangan PT. Aneka
Tambang Emas, pertambangan memanfaatkan sumber daya mineral lain seperti
pasir dan batu belah.
2. Kawasan Permukiman
Satuan pemukiman yang terdapat disekitar lokasi pertambangan berada pada
wilayah PT. Aneka Tambang dan dalam daerah tangkapan air yang sama dengan
lokasi penambangan adalah
Kampung Melani
Curuggirang
Tonggoh
Curuggirang Pabangbong Satu
Pabangbong Dua
Kopo
Desa Melasari
Satuan pemukiman lainnya yaitu:
Kampung Cimanganter
Leuwibitung
Nunggul
Bantar Karet
Keempat kampung tersebut termasuk Bantar Karet dan Kampung Cisarua Cimanja,
termasuk Desa Cisarua.
3. Kegiatan Pertanian
Kegiatan pertanian yang berkaitan dengan dampak penambangan adalah sawah
irigasi yang memanfaatkan air sungai Cikaniki. Sawah ini terdapat di sekitar
Kampung Susukan, Desa Cisarua. Hutan yang ada di tapak proyek dan sekitarnya
adalah hutan produksi, tanaman yang diusahakan yaitu: pinus (Pinus Merkusi).
Hutan Produksi ini dibawah pengelolaan PT. Perhutani, Kabupataen Bogor.
4. Kegiatan Transportasi
Kegiatan tranportasi yang berdekatan dengan wilayah Ciurug Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor adalah ................
1.3. Produk Landasan Hukum Pendirian dan Kegiatan Pertambangan Emas
Tabel 1.1
Produk Landasan Hukum Terkait
No. Jenis Peraturan Terkait
1. Undang-undang No. 17 tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol To The
United Nations Framework Convention On Climate Change (Protokol Kyoto
Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan
Iklim.
2. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
4. Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
5. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
6. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
dan Beracun.
7. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Pengesahan
Vienna Convention For The Protection Of The Ozone Layer dan Montreal
Protocol On Substances That Deplete The Ozone Layer As Adjusted And
Amended By The Second Meeting Of The Parties London, 27 29 June 19
9. Peraturan Menteri Perdagangan No. 24/M-GAG/PER/6/2006 tentang Ketentuan
Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.
10. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No. 33/M-IND/PER/4/2007
tentang Larangan Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon Serta
Memproduksi Barang Yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon.
11. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 tahun 2007 tentang
Pedoman Teknis dan Persyaratan Kompetensi Pelaksanaan Retrofit dan Recycle
Pada Sistem Refrigerasi.
12. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008 tentang Tata
Cara Pemberian Simbol dan Label Bahan Berbahaya dan Beracun.
13. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 06 Tahun 2009 tentang
Laboratorium Lingkungan.
14. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 18 Tahun 2009 tentang Tata
Cara Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.
16. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan
SuratPernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
17. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.13/MEN/X/2011
Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
18. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
19. Keputusan Kepala BAPEDAL No. KEP-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol
dan Label Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 11 Tahun 2006 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara
21.

1.4. Berbagai Sarana dan Fasilitas Penunjang


Untuk menunjang berlangsungnya berbagai kegiatan operasioanal pertambangan emas
PT. Aneka Tambang emas, maka berbagai sarana penunjang yang telah dan akan
dibangun adalah:
Jalan dan Saluran/ Gorong-gorong
Jalan akses kendaraan oprasioanl pertambangan yang sudah dan akan dibagun
dapat dilihat pada tabel 1.2
Sistem drainase yang sudah dan akan dibangun dalam area pertambangan
meliputi, U-ditc, Main canal, Secondary canal dan river diversion dengan
spesifikasi sebagaimana tabel 1.3
Sistem sewerage yang sudah ada dan yang akan dibangun meliputi sewer pipe line
dan distribution pipe line seperti tercabtum dalam tabel 1.4
Pembangunan Kantor
Untuk menunjang proses aktivitas pekerjaan bagi para karyawan perusahaaan, maka
PT. Aneka Tambang Emas membangun kantor yang terletak sekitar area tambang,
yang terdiri dari 3 lantai dilengkapi dengan pos jaga, sarana parkir karyawan/ tamu, ,
kantin, tempat ibadah/ mushala dan taman.
Pembangunan Change House
Untuk memenuhi tempat tinggal sementara bagi tenaga kerja perusahaan PT. Aneka
Tambang Emas, maka perusahaan membangun change home di sekitar area
tambang, yang teridiri dari 1 lantai dilengkapi dengan sarana ruangan/ kamar tidur
karyawan.
Fasilitas Area Pertambangan
Fasilitas pertambangan berupa unit bengkel, trafo, unit backfill, unit perusak
cyanide, unit incenerator, tempat penyimpanan limbah B3, jalur pipa, gudang,
portal, klinik kesehatan, decant pond IPAL Sorongan, settling pond IPAL Cikaret,
gorong-gorong. Peralatan pemadam kebakaran juga disediakan oleh PT. Aneka
Tambang Emas yang dipasang di sepanjang area yang beresiko dan mobil pemadam
kebakaran milik perusahaan dan bekerjasama dengan Dinas Pemadam Kebakaran
Kabupaten Bogor.
Tabel 1.2 Spesifikasi Jalan Pertambangan
PT. Aneka Tambang Emas
Ukuran
Posisi Jalan
Panjang jalan (m) Luas Jalan (m) Luas Aspal (m)

Total

Tabel 1.3 Spesifikasi Sistem Drainase Pertambangan


PT. Aneka Tambang Emas
U-ditc Main Canal Secondary Canal River Diversion
Posisi
Panjang Volume Panjang Volume Panjang Volume Panjang Volume
Drainase
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)

Total
Tabel 1.4 Spesifikasi Sistem Sewer Pipe Line dan Distribution Pipe Line
Pertambangan PT. Aneka Tambang Emas
Posisi Sewer dan Panjang Sewer Pipe Line Panjang Distribution Pipe
Distribution Pipe Line (meter) Line (meter)

Total

1.5. Sistem Penyediaan Air Bersih


Kebutuhan air bersih untuk keperluan operasional, dipenuhi dari sumber air bersih
sungai Cikaniki yang sebelumnya dilakukan proses pengolahan terlebih dahulu. Sumber
air baku berasal dari sungai Cikaniki atas kerjasama dengan instansi PDAM setempat.
1.6. Sistem Pengelolaan dan Pengolahan Limbah
a. Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri
Limbah cair dari kegiatan pertambangan emas terdiri dari limbah cair domestik
(kegiatan karyawan dan sarana penunjang) dan proses pertambangan. Limbah cair dari
masing-masing area tambang dan sarana penunjang dialirkan ke saluran air limbah
(sewer), selanjutnya dioalah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Aneka
Tambang Emas. Setelah diolah dalam IPAL dan kualitas air limbah tersebut telah
memenuhi standar Effluen Kualitas Air Limbah Peraturan Pemerintah Jawa Barat,
selanjutnya dialirkan ke badan air penerima limbah yaitu sungai Cikaniki. IPAL PT.
Aneka Tambang Emas terdiri atas 2 (dua) yaitu: decant pond IPAL Sorongan, dan
settling pond IPAL Cikaret.
Kapasitas IPAL:
- Decant pond IPAL Sorongan : m/hari
- Settling pond IPAL Cikaret : m/hari
Sistem pengolahan yang digunakan adalah fisical, Chemical dan biological treatment.
(pengolahan dengan system fisika, kimia dan sistem biologi).
Adapun tahapan dalam pengolahan limbah cair ini adalah:
a) Pemisahan limbah cair dari benda-benda padat, selain itu juga pasir-pasir dan
lumpur endapan lain yang akan menyulitkan dalam proses berikutnya.
b) Pemberian Oxygen (O) dengan alat blower aerator, untuk memerikan O pada
bakteri supaya hidup dan bakteri ini yang akan menguraikan zat organik secara
biologi. Nutrient untuk bakteri yaitu zat organik, phosphate dan nitrogen terdapat
dalam limbah yang masuk karena 87% limbah cair dari tambang tersebut berasal
dari WC, toilet.
c) Pengendapan (settling tank) pada tahap ini proses pengendapan limabah cair agar
terpisah yang jernih dengan lumpur, sehingga air yang keluar ke sungai sudah jernih
dan tidak mengandung kandungan logam berat yang membahayakan baik bagi
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang disesuaikan dengan peraturan
pemerintah mengenai Nilai Ambang Batas Limbah Cair.
d) Klorinisasi (chlorinisasi), sebelum air limbah keluar dari proses injeksi dengan
NaOCl (Natrium Hipoklorit) untuk membunuh bakteri yang mungkin lolos sehingga
tidak membahayakan.
e) Lumpur yang terjadi pada proses biologi dan meruoakan media hidup
mikroorganisme makin lama makin padat dan tidak fresh lagi, maka lumpur yang
tidak aktif akan ditarik dari sistem untuk mendapat pengganti dengan lumpur aktif.
Perlakuan terhadap lumpur yang tidak aktif tersebut kemudian dituang kedalam bak
berpasir untuk dikeringkan (dry bed). Jika tidak berbahaya berdasarkan analisis
laboratorium, maka lumpur kering tersebut dikumpulkan dan dibuang di tempat
yang telah dipersiapkan.
Pretreatment
Sebelum masuk ke dalam IPAL tambang, limbah cair masing-masing pasca proses
dipantau terlebih dahulu kualitas dan debitnya. Batas kadar zat pencemar yang boleh
masuk ke IPAL antara lain:
PH = 6-9
BOD = 200 mg/l
COD = 400 mg/l
TSS = 400 mg/l
TDS = 2000 mg/l
Minyak dan Lemak = 10 mg/l
Sistem IPAL yang dioperasikan mempunyai fungsi utama untuk mereduksi ke 6
parameter tersebut diatas.
Kualitas Influent dan Effluent IPAL
Baku mutu influen yang akan diolah dalam IPAL tambang dapat dilihat pada tabel 1.5.
untuk kualitas limbah cair effluent mengikuti baku mutu limbah cair sesuai SK
Gubernur KDT. I Jawa Barat No.6 Tahun 1999 dan Kep-.03/MENLH/1998.
b. Sistem Pengolahan Limbah Padat Baik B3 dan Non B3
- Penanganan Limbah Padat B3 (Bahan Berbahaya Beracun)
Pada waktu PT. Aneka Tambang Emas beroperasi akan menghasilkan limbah yang
termasuk kategori B3. Limbah padat B3 berasal dari kegiatan tambang, sludge dari
IPAl. Limbah padat yang mengandung B3 sebagai berikut:
Limbah padat B3 dikemas dengan cara sesuai dengan ketetapan Pengelolaan limbah
B3 dan keputusan kepala Bapedal No. KEP-01/BAPEDAL/09/1995 tentang tata
cara Peryaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan B3.
Penyimpanan sementara dan pengangkutan limbah B3 dikontrol/ diawasi dan
dipantau oleh pemerintah yang berwenang. Pelaporan dilakukan tiap 3 bulan ke
BPLHD/ KLH setempat.
Mengenai limbah B3 pertambangan bertanggung jawab sendiri terhadap pemerintah
tentang pelaksanaan penanggulangan limbah B3 supaya sesuai dengan peraturan
pemerintah.
IPAL Tambang Keterangan
No. Parameter Unit Sebelum Setelah
BML *) BML **)
diolah diolah
Fisik
1. Temperatur C 38 30 38
2. Zat padat terlarut mg/l 2,000 800 2,000
3. Zat padat tersuspensi mg/l 400 160 200 200
Kimia
1. pH - 6-9 6,5-8 6-9 6-9
2. COD Mg/l 400 80 100 100
3. BOD Mg/l 200 40 50 50
4. Minyak dan Lemak Mg/l 10 4 5
5. Phenol Mg/l 0,5 0,5 0,5
6. Nitrat (NO) Mg/l 20 20 20
7. Nitrit (NO) Mg/l 1 1 1
8. Sulfida (HS) Mg/l 0,05 0,05 0,05
9. Ammonia (NH) Mg/l 1 1 1
10. Sianida (CN) Mg/l 0,05 0,05 0,05
11. Chlorin (Cl) Mg/l 1 1 1
12. Flourida (F) Mg/l 2 2 2
13. Besi Total (Fe Total) Mg/l 5 5 5
14. Mangan (Mn) Mg/l 2 2 2
15. Tembaga (Cu) Mg/l 2 2 2
16. Chromium (Cr+6) Mg/l 0,1 0,1 0,1
17. Cadmium Mg/l 0,05 0,05 0,05
18. Arsen (AS) Mg/l 0,1 0,1 0,1
19. Air Raksa (Hg) Mg/l 0,002 0,002 0,002
20. Seng (Zn) Mg/l 5 5 5
21. Timbal (Pb) Mg/l 0,1 0,1 0,1
22. Selenium (Se) Mg/l 0,05 0,05 0,05
23. Surfaktan Mg/l 5 5 5
24. Radio Isotop (RI) Sesuai Peraturan BATAN
Ket: *) Sesuai dengan KDT I Jawa Barat No. 6 Tahun 1999 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan
industri di jawa barat.
**) BML sesuai KEP-03/MENLH/I/1998
F) Standar Influen dan Effluen sesuai Standar Pertambangan

- Penangann Limbah Padat Non B3


Untuk menanggulangi Sampah (Limbah padat non B3) serta menjaga estetika dan
kebersihan lingkungan, pihak perusahaan akan menerapkan cara pengelolaan sebagai
berikut:
Menyediakan tempat penampungan sementara sampah (TPS) dengan kapasitas yang
disesuaikan dengan volume maksimum sampah yang ditimbulkan pada area
pertambangan.
Pada lahan umum yang diperuntukan bagi fasilitas umum akan diletakkan tempat
sampah sesuai dengan volume timbulan sampahnya.
Sampah dari semua area pertambangan dan fasilitas umum diangkut dengan truk
pengangkutan sampah bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Bogor.
Pengambilan sampah tergantung dari volume sampahnya.
Untuk mengurangi sampah yang dihasilkan , sebelum dikumpulkan di tempat smpah
dan TPS, sampah disortir dahulu. Sampah yang dapat dimanfaatkan akan dijual/
diberikan ke pihak ketiga.
Pihak perusahaan PT. Aneka Tambang Emas berencana akan membangun incenerator
yang berlokasi di pinggir area tambang.
c. Sistem Penanggulangan Pencemaran Udara
limbah gas yang dikendalikan pada pusat emisi sebelum dibuang ke udara. Polusi udara,
emisi udara, dan kebisingan akan dikendalikan agar memenuhi Baku Mutu Lingkungan
Berdasarkan Kep-02/MenKLH/I/1988. Pengendalian Pencemaran udara di dalam
ruangan kerja mengacu dan memenuhi Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE-
01/MEN/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja.
Sedangkan pengendalian kebisingan mememenuhi Kep-48/MENLH/II/1996 tentang
Baku Tingkat Kebisingan. Penanggulanganyang akan dilakukan PT. Aneka Tambang
Emas adalah sebagai berikut:
Dalam perencanaan tata letak memperhatikan arah angin dominan.
Menerapkan landscape, dengan menanam pohon-pohon pelindung berkarakteristik
daun dapat menangkap debu maupun meredam suara.
Pihak perusahaan dalam mengurangi pencemaran udara menggunakan cerobong gas
(Stack Gas) yang dilengkapi scruber dan sistem penangkap debu (Dust Colecctor),
sehingga kualitas gas buangnya berada di bawah baku mutu emisi yang berlaku.
1.7. Tahapan Pelakasanaan Kegiatan
Tahapan pelaksanaan kegiatan PT Aneka Tambang Emas dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Tahap Pra-Konstruksi
b. Tahap Konstruksi
c. Tahap Operasi
d. Tahap Pasca Operasi
2. ISU POKOK KEGIATAN PERTAMBANGAN
Berdasarkan paparan spesifik lokasi baik tapak maupun regional dan jenis-jenis
kegiatan pertambangan, maka beberapa isu pokok yang perlu dikaji lagi lebih mendalam
studi ANDAL ini adalah:
a. Penggunaan air sungai Cikaniki sebagai air baku pertambangan, dimana dalam
pengambilan perlu dijaga segi keamanannya dan perlu MOU dengan pemerintah
daerah setempat.
b. Adanya jalur tegangan tinggi yang melintasi area pertambangan, perlu diatur
penggunaan lahan dibawahnya dengan memperhatikan ketentuan sempadan
tegangan tinggi.
c. Dengan adanya kegiatan Cut & Fill dimana dalam hal ini bersifat balnace (tetap),
artinya tidak ada pengangkutan tanah keluar atau masuk area tambang, akan
mempengaruhi debit run off pada saat konstruksi maupun setelah beroperasinya
lahan pertambangan diman sebagian besar perbukitan tidak sesuai dengan fungsi
awalnya yang berkaitan dengan perencanaan sistem drainase.
d. Kegiatan pengoperasian/ penganguktan alat berat dan material serta pengerukan
tanah perbukitan akan menurunkan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
e. Mobilisasi tenaga kerja yang cukup besar dalam kaitan dengan kebutuhan
permukiman, fasilitas lingkungan.
f. Dengan adanya banyak kesempatan kerja bagi calon tenaga kerja, maka perlu dilihat
dampak-dampak sesekbud yang mungkin terjadi baik positif maupun negatif.
g. Mobilsasi tenaga kerja dan barang (bahan baku dan hasil pertambagan) perlu
diperhitungkan dampaknya terhadap peningkatan beban jalan akses, terutama pada
pintu masuk wilayah pertambangan agar tidak timbul masalah kemacetan pada saat
waktu puncak.
h. Oleh karena sungai Cikaniki yang berfungsi sebagai badan air penerima air limbah
dan air hujan dari area pertambangan ini perlu memperhatikan garis sempadan
sungai serta kemungkinan jalan pintas bagi pembuangan limbah.
i. Spesfikasi sungai Cikaniki juga kurang memadai sehingga perlu adanya normalisasi
sungai tersebut.
j. Kemungkinan pencemaran udara dan tanah dari berbagai limbah tambang yang
berdampak negatif terhadap lingkungan.
k. Karena terdapat lokasi permukiman, perlu sistem buffer untuk mengurangi cemaran.
l. Perlu kejelasan tentang pengelolaan limbah padat baik B3 maupun Non B3 terutama
dari segi pihak-pihak yang bertanggung jawab termasuk sludge dari IPAL.
m. Dengan adanya rencana pembangunan incenerator yang berlokasi dipinggir area
tambang dekat sungai Cikaniki perlu diperhatikan dampaknya terhadap penurunan
kualitas lingkungan di sekitarnya.
n. Trace dari pipa transmisi air dari intake perlu dipelajari segi-segi pengamanan,
karena melintasi lahan penduduk dan bahu sungai.
o. Dengan adanya aktifitas pertambangan yang potensial mencemari air, akan
dibangun IPAL Decant Pond IPAL Sorongan dan Settling Pond IPAL Cikaret.
p. Mengingat areal pertambangan ini cukup luas dan adanya data rona terdahulu, maka
dengan cara membandingkan kaulitas iklim mikro (temparatur dan kelembaban)
dapat diketahui seberapa besar perubahan-perubahan iklim mikro yang terjadi dan
langkah-langkah perabikannya.
q. Perlu dipelajari perubahan tata ruang di sekitar yang terstimulus sebagai akibat
beroperasinya Areal Pertambangan PT. Aneka Tambang Emas ini, terutama untuk
menghindari terjadinya konflik.
3. IDENTITAS PENYUSUN
1) Identitas Pemrakarsa
Nama Perusahaan :
Alamat Perusahaan :
Telepon :
Faksimili :
Status Perusahaan :
Nomor Perizinan :
Tanggal Perizinan :
Nama Proyek :
Lokasi Proyek :
Penaggung Jawab/
Pimpinan Perusahaan :
Nama :
Jabatan :
2) Identitas Penyusun
Nama Perusahaan :
Alamat :
Telepon :
Faksimili :
Susunan Tim Studi :
Ketua Tim :
Deskripsi Kegiatan :
Kualitas Udara :
Kualiatas Air :
Hidrologi & Fisiografi :
Biologi :
Sosial Ekonomi dan Budaya :
Tata Ruang :
3) Identitas Penilai
Nama Perusahaan :
Alamat :
Telepon :
Faksimili :
Susunan Tim Studi :
Ketua Tim :
Deskripsi Kegiatan :
Kualitas Udara :
Kualiatas Air :
Hidrologi & Fisiografi :
Biologi :
Sosial Ekonomi dan Budaya :
Tata Ruang :
BAB II
RONA AWAL LINGKUNGAN HIDUP

Rona awal lingkungan hidup di lokasi tambang PT. Aneka Tambang Emas dan
sekitarnya adalah seperti tercantum pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Rona Awal Lingkungan
No Aspek Lingkungan Rona Lingkungan
1. Aspek Tata Ruang
1.1 Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor, yaitu lahan
perbukitan, dan pegunungan.
1.2 Kegiatan Sekitar Ekternal: Sungai Cikaniki, sawah Kampung Susukan
desa Cisarua, hutan produksi PT. Perhutani dan area
taman Nasional Gunung Halimun.
Internal: Jalur transmisi listrik tegangan tinggi, Hutan
Produksi PT. Perhutani.
1.3 Sistem Transportasi Jalan Akses Pertambangan
Jenis kendaraan yang sering memalui ruas jalan ini
adalah mobil penumpang, truk, sepeda, sepeda motor,
dan bus karyawan tambang.
1.4 Kebutuhan Jumlah tenaga kerja pendatang akan berdomisili di
Permukiman sekitar area tambang adalah......orang
Beberapa % dari tenaga kerja pendatang bestatus
sebagai kepala keluaraga.
Jumlah jiwa setiap kepala keluarga 4 orang.
Multiplier effect (ME) : ......%.
Prakiraan kebutuhan rumah adalah .......unit rumah.
2. Aspek Fisik-Kimia
2.1 Iklim Tipe Iklim D menurut Schmidt & Ferguson
Curah hujan rata-rata tahunan:
Arah angin dominan bertiup dari barat dengan
kecepatan rata-rata 3 knot.
Kelembaban nisbi udara rata-rata diatas 80 % dengan
kecenderungan turun 5 tahun terakhir.
Suhu rata-rata bulanan berkisar :
Suhu udara maksimum bulanan berkisar :
Suhu udara minimum bulanan berkisar:
2.2 Kualitas Udara dan Kualiatas udara yang terukur di lokasi dan sekitarnya
Kebisingan masih dibawah baku mutu.
Kebisingan di area melebihi baku mutu akibat
aktivitas transportasi.
2.3 Fisiografi Lokasi wilayah studi berada pada satuan morfologi
dataran tinggi dengan bentang alam permukaan
umumnya tinggi dengan lembah-lembah sungainya
yang sempit dan terjal.
Sebagian besar daerah penelitian berada pada satuan
zona pengendapan laut yang terdiri dari fysch dan
lempung dibagian bawahnya dan breksi dibagian
atasnya.
Pola aliran terdiri dari radial dan dendritik
dengankerapatan sedang hingga tinggi, batuan
penyusunnya teerdiri dari hasil produk gunung api
tua, yang umumnya telah melapuk (deeply weathered)
dan mudah tererosi.
2.4 Hidrologi
2.4.1 Air Permukaan Sungai Cikaniki
o Sumber air baku untuk air bersih area
pertambangan atas kerjasama dengan PDAM Kab.
Bogor.
2.4.2 Air Tanah Arah umum aliran air tanah di Cicurug Kabupaten
Bogor adalah dari selatan menuju utara.
Kondisi muka air tanah dangkal relatif stabil tidak
dipengaruhi oleh musim.
Posisi muka air tanah dangkal relatif dangkal yaitu:
berkisar dari: ....m - .....m dari muka tanah.
Secara visual kualitas air tanah dangkal yang ada di
sekitar tapak proyek dapat dikatakan baik dan layak
dimanfaatkan sebagai air bersih.
3. Aspek Biologi Flora Darat
o Lahan dilokasi proyek yang sebagian masih dalam
tahap pra-konstruksi ditemukan beberapa
tumbuhan perintis berupa herba penutup tanah dan
rerumputan, serta tumbuhan pinus merkusi milik
PT. Perhutani.
o Diluar tapak jenis tumbuhan yang ditemukan pada
komunitas hutan produksi adalah hutan pinus
merkusi.
Fauna Darat
o Fauna yang ditemukan pada umumnya fauna liar
dari jenis-jenis umum katak, kadal, ular dan
burung pelatuk.
o Fauna yang ditemukan diluar tapak proyek:
- Fauna peliharaan: anjing dan kucing.
- Fauna ternak : itik, ayam,kerbau, domba dan sapi
- Fauna liar : kadal, burung pelatuk, musang,
kadal, ular

4. Aspek Sosial Kependudukan


Ekonomi dan Budaya o Jumlah penduduk di wilayah studi adalah .......jiwa
o Tingkat kepadatan penduduk berkisar .jiwa
o Laju pertumbuhan penduduk berkisar % per
tahun.
Social Ekonomi
o Terjadi proses transformasi struktur dari struktur
ekonomi argaris ke struktur ekonomi tambang.
o Mata pencaharian/ lapangan pekerjaan yang paling
dominan di wilayah studi adalah sektor pertanian
dan perkebunan.
o Kesempatan kerja di wilayah studi di dominasi
oleh sektor pertambangan.
Sosial Budaya
o Tingkat pendidikan di wilayah studi mayoritas
tamat SD-SMA.
o Proses transisi penduduk asli sunda dari
masyarakat desa menjadi masyarakat urban
berlangsung dalam intensitas tinggi sehingga tidak
mampu diikuti oleh penduduk asli Cicurug Bogor,
sehingga terjadi ketidaksesuaian sosial. (social
maladjusment).
o Ikatan dan hubungan diantara anggota keluarga
atau antara kelompok kerabat masih kuat,
demikian juga ikatan dan hubungan spiritual
dengan orang tua atau leluhur yang telah
meninggal selalu dijaga kelangsungannya,
o Sebanyak ...% responden tidak setuju pembukaan
area pertambangan emas dapat meningkatkan
kesempatan kerja, sedangkan ....% dari responden
menyatakan setuju terhadap kehadiran para
pendatang di desa mereka.
Kesehatan Masyarakat
o Penyakit ISPA....%, Influensa.....%, penyakit
kulit.....%, penyakit diare....% merupakan penyakit
terbanyak diderita penduduk setempat.

BAB III
PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK

3.1 PRAKIRAAN DAMPAK


Secara eksplisit prakiraan dampak dilakukan dengan peninjauan dampak dalam dimensi
skala tapak, dan regional dan berdasarkan dimensi waktu. Dengan demikian prakiraan
dampak dapat dapat dibagi dalam 3 (tiga) dimensi, yaitu:
a. Dimensi Komponen Lingkungan : Tata Ruang, Fisik-Kimia, Biologi dan Sosial-
ekonomi dan Sosial-Budaya.
b. Dimensi Waktu : Prakonstruksi, Konstruksi, Operasi dan Pasca
operasi
c. Dimensi Skala Peninjauan : Skala Tapak dan Regional.
A. Dimensi Komponen Lingkungan
1. Komponen Lingkungan Tata Ruang terdiri dari :
a. Tata Ruang Makro, yaitu menyangkut sub komponen tata guna lahan, sistem
transportasi, pemukiman, fasilitas lingkungan dan kegiatan di sekitar pertambangan
emas PT. Aneka Tambang Emas.
b. Tata Ruang Mikro, yaitu menyangkut sub komponen secara tapak, zoning, sirkulasi
traffic, estetika lingkungan, peraturan bangunan dan kegiatan disekitar.
Khusus untuk 3 (tiga) sub komponen tata ruang mikro, yaitu rencana tapak, zoning dan
peraturan bangunan pada dasarnya bukan merupakan komponen lingkungan, melainkan
merupakan peraturan yang secara spesifik perlu diperhatikan dalam pembukaan lahan
pertambangan.
2. Komponen Fisik-kimia terdiri dari :
a. Iklim, yaitu sub komponen iklim, kualitas udara dan kebisingan.
b. Fisiografi, yaitu menyangkut komponen topografi dan geologi/ morfologi.
c. Hidrologi, yaitu menyangakut sub komponen air permukaan dan air tanah.
3. Komponen Lingkungan Biologi terdiri dari :
a. Biota darat, yaitu menyangkut se\ub komponen flora dan fauna darat.
b. Biota perairan, yaitu menyangkut sub komponen flora dan fauna perairan
4. Komponen Lingkungan Sosial Ekonomi dan Budaya terdiri dari :
a. Kependudukan, yaitu menyangkut sub komponen jumlah penduduk, tingkat
pertumbuhan dan tingkat kepadatan.
b. Sosial Ekonomi, yaitu menyangkut sub komponen pendapatan/ struktur
perekonomian daerah, mata pencaharian, tingkat pendapatan, dan kesempatan
kerja dan berusaha.
c. Sosial Budaya, yaitu menyangkut sub komponen kehidupan sosial, kehidupan
budaya dan agama, kesehatan masyarakat, keamanan dan ketertiban.
B. Dimensi Waktu Peninjauan
Dimensi waktu peninjauan dikaitkan dengan jenis kegiatan untuk setiap tahapan waktu,
yaitu:
1. Tahap Prakonstruksi yang terdiri dari kegiatan:
a. Survey Lapangan dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat yang mungkin
akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
b. Pembebasan Lahan yang meliputi alih fungsi lahan dan pelebaran akses jalan.
c. Pengurusan ijin proyek ke instansi terkait
d. .....next
2. Tahap Konstruksi
a. Perekrutan tenaga kerja akan membuka kesempatan kerja
b. Mobilisasi alat dan bahan dapat menimbulkan pencemaran udara, kebisingan
dan getaran.
c. Pembukaan dan pematangan lahan dapat menimbulkan pencemaran air dan
tanah, erosi, sedimentasi, pencemaran udara, kebisingan, getaran, ekosistem
terganggu.
d. Konstruksi sarana dan prasarana dapat mengakibatkan pencemaran air, tanah
pencemaran udara, kebisingan, getaran.
3. Tahap Operasi
a. Mobilisasi alat dan bahan dapat mengakibatkan pencemaran udara, kebisingan,
getaran.
b. Pengeboran dapat mengakibatkan pencemaran air dan tanah, pencemaran udara,
kebisingan getaran.
c. Penambangan dapat menagkibatkan pencemaran air dan tanah karena adanya
limbah B3, pencemaran udara, kebisingan, getaran.
d. Proses pemurnian/ pengolahan emas dapat mengakibatkan pencemaran air dan
tanah karena adanya limbah B3, pencemaran udara, kebisingan, getaran.
4. Tahap Pasca Operasi
a. Pengurugan lahan bekas pemboran dapat menimbulkan pencemaran udara,
kebisingan, getaran, kerusakan ekosistem lingkungan.
b. PHK pegawai dapat menimbulkan keresahan masyarakat, kerusahan, krisis
ekonomi, kriminalitas, perubahan gaya hidup.
C. Dimensi Skala Peninjauan
1. Skala peninjauan tapak, adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi dan penyebaran
dampaknya pada areal pertambangan yang bersangkutan.
2. Skala peninjauan regional adalah kegiatan-kegiatan pertambangan PT. Aneka
Tambang Emas Yang berinteraksi dengan lingkungan di
sekitarnya dan penyebaran dampaknya di luar areal PT. Aneka
Tambang Emas yang bersifat regional.

Matriks interaksi dampak dimensi kegiatan pertambangan PT. Aneka Tambang Emas
dapat lihat pada tabel ...... tugas Bu Ida

Anda mungkin juga menyukai