BAB I
PENDAHULUAN
8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
10. Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 2002 tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan.
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan
pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung.
14. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
16. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 02 Tahun 1999
tentang Ijin Lokasi.
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2017 tentang Perijinan Terminal.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2018 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2017 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2017 tentang Klasifikasi Terminal.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
22. Keputusan Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya.
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2018 tentang Ijin Lingkungan.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
25. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Bahan Limbah Berbahaya
dan Beracun.
1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Terminal Tipe B Kolaka Timur di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur ,
adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur dan instansi terkait dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa
BAB II
IDENTITAS PEMRAKARSA DAN
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN
2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau : Jl. Poros Kendari Kolaka Kabupaten Kolaka Timur .
Kegiatan
3. Informasi Kegiatan : Rencana kegiatan terletak pada kawasan dengan
peruntukan sesuai penataan ruang adalah kawasan
jasa dan perdagangan.
7. Pekerjaan Landscape
Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur nantinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian elevasi
3 18.372,53 m3
gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
4 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
5 Beton Bertulang Tangga Darurat
2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
12.014,59 m2
.
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2
D.2
Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
.
1 Pekerjaan Pintu dan Jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.3
Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
.
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
5 Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar dalam) 720,00 m2
6 Pengecatan dinding Interior dinding 3.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.3
Pekerjaan Plafond/Celling
.
1 Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti Crossti 8.006,25 m2
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit
2.2.2 Fasilitas Pelayanan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur
Pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur direncanakan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti:
1. Fasilitas Pokok, terdiri dari :
a. Entrance
b. Ruang Tunggu
c. Kantor Pengelolah
d. Ruang Operator
Selain itu terminal ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain layanan Mobil
Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum, layanan KB Terminal dan
layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan
penyediaan jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Terminal Tipe B Kolaka
Timur Kabupaten Kolaka Timur memiliki kapasitas 233 tempat tidur serta berbagai fasilitas
pendukung seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Pendukung Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur
No. Fasilitas Terminal Keterangan
1 Ruang Tunggu Lantai Satu
2 Kantor, Cafetaria, Lantai Dua
3 Gudang, Pantry,.
4 Ruang Mesin Lift, Ruang ME, Ruang Kompresor AC,
Atap
Ruang Tandon Air.
2) Base camp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K, penginapan pekerja,
bengkel an dan perbaikan alat berat serta gudang penyimpanan material, disamping itu
dilengkapi dengan sarana MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi,
kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa
menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan
dampak positif berupa kesempatan usaha.
3) Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan, pagar
keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa debu,
kebisingan, hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan gangguan terhadap lalu
lintas.
4) Pekerjaan Konstruksi
Uraian pekerjaan konstruksi disajikan secara lengkap dalam tabel 7.
Tabel 7. Uraian pekerjaan konstruksi
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian
3 18.372,53 m3
elevasi gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pile cup 256,77 m3
4
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
Kegiatan tersebut di atas akan menimbulkan dampak berupa kebisingan, debu, peningkatan
emisi gas buangan, sedimentasi, peningkatan aliran permukaan. Kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi, kebisingan, lalu lintas
pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan konflik sosial
dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan dampak positif
berupa lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
5) Tahap Operasi Terminal
a. Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional terminal diperkirakan 200
karyawan baik maupun non , dengan rincian sebagai berikut :
1) Direktur Utama : 1 orang
2) Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Administrasi : 1 orang
3) Wakil Direktur Bidang : 1 orang
4) Manajer lapangan : 1 orang
5) Umum : 11 orang
6) Front Office : 20 orang
7) Tenaga Adminitrasi Terminal : 50 orang
8) Pantry dan Restaurant : 10 orang
9) Engineering : 3 orang
10) Satpam : 4 orang
Dari tabel diatas diperoleh total kebutuhan air bersih untuk aktivitas harian
Terminal Tipe B Kolaka Timur sebesar 92.718,00 liter/hari atau 92,72 m3/hari atau
3, 863 m3/jam. Sesuai dengan kebutuhan akan air bersih di atas, akan dibangun
reservoar bawah yang mampu menampung air sebesar 125 m 3 dan reservoar atas
dengan daya tampung sebesar 20 m3.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih berupa
limbah cair.
3) Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari 92.72 m 3/hr,
maka akan terbuang sebagai air limbah, sehingga debit (Q) air limbah atau limbah
cair yang dihasilkan dalam satu hari = 74,176,00 m 3/hr atau 74,2 m3/hr atau 3,1
m3/jam. Untuk mengelola air limbah cair tersebut diperlukan unit pengelolaan
limbah cair dengan kapasitas sebesar 100 m 3/hr, dengan teknologi sistem biofilter
aerob dan anaerob, seperti dalam gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan
dampak negatif berupa limbah padat. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai
sebagai cadangan untuk pemadam kebakaran.
timbul dari kegiatan ini adanya kebutuhan tambahan tenaga kerja dengan keahlian
khusus dan terhindar bahaya kebakaran pada gedung terminal.
6) Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan hubungan
kerja.
BAB III
KONDISI UMUM RONA LINGKUNGAN AWAL
Kecamatan Tirawuta terletak di jazirah Tenggara Kabupaten Kolaka Timur. Secara geografis terletak di
bagian timur Kabupaten Kolaka Timur, Kecamatan Tirawuta di sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Mowewe, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ladongi, sebelah Timur
berbatasan Kabupaten Konawe, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lalolae
Kecamatan Tirawuta mempunyai luas wilayah 206,8 km2 .Secara administrasi Kecamatan
Tirawuta pada tahun 2017 terdiri atas enam belas wilayah desa/kelurahan, meliputi: Rate- Rate,
Tawainalu, Simbune, Lalingato, Tirawuta, Poni-Poniki, Tasahea, Orawa, Woiha, Lara, Tumbudadio,
Roko-Roko, Loka, Tababu, Matabondu, Karemotingge.
3.3 Iklim
3.3.1 Musim
Kecamatan Tirawuta memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia
tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya Musim
Hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan
Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Khusus pada Bulan April
arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai
musim pancaroba.
3.3.2 Curah Hujan
Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini
menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah
Kecamatan Tirawuta, curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun.
Tabel 3.2. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur
No. Bulan
Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
(1) (2) (3) (4)
1. Januari 65,1 14
2. Februari 432,5 21
3. Maret 204,2 23
3. April 260,2 23
5. Mei 149,8 22
6. Juni 120,3 17
7. Juli 249,8 17
8. Agustus 17,1 6
9. September 53,7 11
10. Oktober 185,0 4
11. November 45,1 9
12. Desember 280,0 20
Sumber : Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka, 2018
Desa/ Luas/Area
Km2 %
Dalam sistem fisiografis, Kecamatan Tirawuta secara umum berada pada ketinggian antara 500 -
1000 mdpl yakni mencapai 52, 59% dari luas wilayah, ketinggian lebih dari 1000 mdpl 46,90 %,
sedangkan sisanya berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. Kecamatan Tirawuta dikelilingi
oleh perbukitan di sebelah utara dan barat. Dengan kondisi demikian, maka Kecamatan Tirawuta
menjadi perlintasan regional, yang mengalir dari hulu di utara ke arah hilir di selatan. Sistem
drainase di Kecamatan Tirawuta akan didukung oleh sistem Tirawuta regional tersebut,
dengan mengalirkan limpasan air hujan yang jatuh di Kecamatan Tirawuta ke sistem Tirawuta
terkait, yang secara topografis mengalir ke arah hilir selatan di Kabupaten Konawe Selatan dan
Konawe.
Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng wilayah Kecamatan Tirawuta
sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukitbukit, dan terjal. Wilayah
yang terjal berada di bagian tengah Kecamatan Tirawuta dan Lalolae (24,3
%), sementara daerah perbukitan (28,2 %) berada di bagian barat Kecamatan Tirawuta dan
Lalolae dan dikasawan perbatasan Kecamatan Tirawuta dengan Kabupaten Konawe . Lahan yang
memiliki kemiringan relatif datar (12,3 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan Tirawuta dan
Lalolae , serta di Kecamatan Tinondo, Tirawuta dan Mowewe .
3.3.2.3 Klimatologi
Curah Hujan harian rata-rata Kecamatan Tirawuta dalam satu tahun 49,4 - 169,2 mm/th dengan
kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun 13 m/detik, kelembapan udara harian rata-rata dalam
satu tahun 39 % dan suhu harian rata-rata dalam satu tahun 17,2 - 29,3 0C.
Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Tirawuta meliputi 4 (empat) macam jenis tanah,
yaitu:andosol, latosol, podsolik, dan alluvial yang dapat dilihat pada tabel 3.5.
Pemanfaatan tanah jenis alluvial pada usaha pertanian dapat dilakukan di daerah endapan Tirawuta
atau daerah rawa-rawa pasang surut, sedangkan tanah aluvial yang berasal dari bahan alluvium
umumnya merupakan tanah subur. Perbaikan drainase perlu diperhitungkan agar tidak
mengakibatkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Jenis
tanah alluvial di Kecamatan Tirawuta umumnya berupa tanah subur yang dimanfaatkan menjadi
lahan pertanian sawah.
3.3.2.5 Hidrologi
Pada dasarnya kondisi hidrologi Kecamatan Tirawuta dapat terlihat dari adanya sumbersumber air,
baik berupa air permukaan, mata air, maupun air tanah sebagai berikut.
(a) Air permukaan
Wilayah Kecamatan Tirawuta termasuk dalam Sub Daerah Aliran Tirawuta (DAS) Konaweha , yang
merupakan rangkaian daerah aliran Tirawuta dari Kabupaten Konawe . Wilayah Kabupaten Konawe
didominasi oleh pegunungan Mekongga , sebagai bagian dan rangkaian pegunungan Mekongga
yang memanjang sepanjang jasirah Daratan Sulawesi Tenggara , titik tertinggi adalah puncak
Gunung Mekongga . Terdapat banyak dataran sepanjang sungai tersebut. Pegunungan Mekongga
yang berada sebelah Barat dan timur Konawe ini menjadi titik
tertinggi di wilayah Kecamatan Tirawuta dan Kabupaten Konawe , sehingga semua Tirawuta yang
mengalir di Kecamatan Tirawuta mengalir ke arah tengah dan selatan menuju dan bermuara ke
Rawa Aopa .
Berdasarkan hasil penyelidikan hidrogeologi regional lembar Tirawuta dapat dibagi kedalam
tiga (tiga) wilayah produktivitas akuifer (lapisan pembawa air) yaitu:
1) Akuifer Produktif sedang dengan penyebaran luas, keterusan rendah sampai sedang, muka
air tanah beragam dan debit sumur kurang dari 5 l/det.
2) Akuifer dengan produktifitas rendah setempat dimana umumnya keterusan rendah,
setempat sedang, air tanah dalam jumlahnya cukup dapat diperoleh terutama dilembah-
lembah atau zona sesar dan pelapukan.
3) Daerah air tanah langka. Pemanfaatan air permukaan sebagai air baku untuk
pelayanan air bersih di Kecamatan Tirawuta terutama berasal dari anak Tirawuta Ampuh
yang terletak ± 3 m di bagian tenggara pusat Kecamatan Tirawuta yakni di desa Tirawuta
jernih Kecamatan Tirawuta.
Secara keseluruhan, luas daratan Kecamatan Tirawuta mencapai 688.878 ha, sebagian besar
merupakan (digunakan sebagai) hutan negara. Penggunaan lahan diklasifikasikan kedalam 13 kategori
yaitu; sawah, tanah pekarangan/ tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tanah tegal/ kebun,
tanah ladang/ huma, tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak dapat ditanami, tanah
tambak/kolam/ tebat dan empang, tanah lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan tanaman
kayu-kayuan, tanah hutan negara, tanah perkebunan dan tanah lain-lain.
Kecamatan Tirawuta saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang
bersifat Perkotaan an dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta
kegiatan kepariwisataan. Kegiatan Perkotaan an yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah
(regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi
regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan- kegiatan
kepariwisataan di Kecamatan Tirawuta memiliki tingkat pelayanan nasional maupun regional antara
lain berupa fasilitas akomodasi hotel dalam memberikan pelayanan jasa kepariwisataan yang
mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam Kecamatan ataupun yang terletak di
luar Kecamatan dan daerah lain di Kabupaten Konawe .
Komponen ruang Kecamatan yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman
pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland Kecamatan
dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Sulawesi Tenggara , dan wilayah Daratan
Sulawesi Tenggara Barat. Daerah pertanian ini sebagian besar berada di bagian timur dan selatan
wilayah Kecamatan , terutama di Kecamatan Lalolae dan . Secara umum gambaran penggunaan
lahan di Kecamatan Tirawuta dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat Kecamatan yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,
pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup
pelayanan regional wilayah Kecamatan dan daerah pinggiran.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya
(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat
Kecamatan . Bagian barat dan tenggara serta utara Kecamatan merupakan daerah
perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Tirawuta bagian barat, dan Tinondo.
(d) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara Kecamatan yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan.
Perkembangan fisik ruang Kecamatan dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang
berawal dari lingkungan pusat Kecamatan .
Struktur Kecamatan Tirawuta yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran
sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan
kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan
kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat Kecamatan .
Kecamatan Tirawuta saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang
bersifat perkota an dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta
kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkota an yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah
(regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan-
kegiatan kepariwisataan di Kecamatan Tirawuta memiliki tingkat pelayanan nasional maupun
regional antara lain berupa fasilitas akomodasi hotel dalam memberikan pelayanan jasa
kepariwisataan yang mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam Kecamatan
ataupun yang terletak di luar Kecamatan dan daerah lain di Kabupaten Kolaka Timur .
Komponen ruang Kecamatan yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman
pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland Kecamatan
dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Sulawesi Tenggara , dan wilayah
SumateraBarat. Daerah pertanian ini sebagian besar berada di bagian timur dan selatan wilayah
Kecamatan , terutama di Kecamatan dan . Secara umum gambaran penggunaan lahan di
Kecamatan Tirawuta dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat Kecamatan yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,
pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup
pelayanan regional wilayah Kecamatan dan daerah pinggiran.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya
(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat
Kecamatan . Bagian barat dan tenggara serta utara Kecamatan merupakan daerah
perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Tirawuta bagian barat, dan .
(d) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara Kecamatan yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan.
Perkembangan fisik ruang Kecamatan dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang
berawal dari lingkungan pusat Kecamatan . Perkembangan mengikuti rencana pola jaringan
jalan lingkar
Struktur Kecamatan Tirawuta yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran
sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan
kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan
kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat Kecamatan .
Tabel IV-6 Penggunaan Lahan Kecamatan Tirawuta Tahun 2017
Tirawuta
No. Penggunaan Lahan
(1) (2) (6)
1. Tanah Sawah 1.250
2. Tegal/Kebun 205
3. Ladang/Humu 206
3. Padang Rumput 125
5. Sementara tidak diusahakan 0
6. Perkebunan 3.206
Jumlah 3.992
Sumber : Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka, 2017
3.3.4 Kependudukan
Jumlah penduduk Kecamatan Tirawuta pada tahun 2017 sebesar 82.293 jiwa, Kecamatan
Tirawuta mempunyai jumlah penduduk paling besar yaitu 35.067 jiwa, sedangkan Kecamatan
yang mempunyai jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan dengan jumlah 8.396 jiwa.
Sedangkan rata – rata laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Tirawuta adalah sebesar
1,04%
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Tirawuta dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk mencari
pekerjaan di luar Kecamatan wilayah Tirawuta. Selain itu perlu diperhatikan perbedaan jumlah
penduduk yang beraktivitas di Kecamatan Tirawuta (penduduk siang hari) lebih besar dari pada
jumlah penduduk pada malam hari (penduduk domisili). Hal ini dikarenakan Kecamatan Tirawuta
telah menjadi destinasi perjalanan bagi wilayah –wilayah hinterland Kecamatan Tirawuta yang
pada umumnya adalah wilayah administrasi Kabupaten Kolaka Timur .
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-15-9
0
Kecamatan Tirawuta secara umum dihuni oleh penduduk usia produktif, ini menandakan bahwa
perkembangan Kecamatan Tirawuta ke depan harus mengakomodasi pengembangan
pengembangan tempat bekerja, baik kegiatan perdagangan dan jasa maupun kegiatan
perkantoran. Struktur Penduduk Kecamatan Tirawuta berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dan piramida berikut ini.
Dari piramida penduduk diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia 5-14 tahun merupakan penduduk
terbanyak menurut kelompok umur di Kecamatan Tirawuta , hal ini menunjukan bahwa 10
sampai dengan 15 tahun mendatang Kecamatan Tirawuta memiliki banyak penduduk produktif/
usia kerja sehingga diperlukan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja tersebut.
Selain itu jika dilihat jumlah penduduk usia 20 – 24 tahun, memperlihatkan bahwa jumlah penduduk
usia penduduk 20 – 24 tahun hanya sebesar 7,4 % hal ini di sebabkan oleh banyaknya penduduk
Kecamatan Tirawuta yang melanjutkan pendidikan keluar daerah, hal ini merupakan potensi
dalam pengembangan sektor pendidikan untuk Kecamatan Tirawuta sehingga penduduk
usia 20 – 24 tahun dapat melanjutkan pendidikan hanya dalam Kecamatan Tirawuta .
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2017
diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Tirawuta mayoritas
berkecimpung dalam sektor pertanian, Perdagangan, Buruh, serta pegawai negeri sipil. Dengan
data tersebut terlihat bahwa penduduk di Kecamatan Tirawuta
Tergantung pada sektor ekstraktif terutama pertanian; perkebunan dan kehutanan serta kegiatan
jasa kemasyarakatan lainnya.
Struktur penduduk menurut jenis pekerjaan di Kecamatan Tirawuta tahun 2009 menunjukan
bahwa jumlah penduduk Kecamatan Tirawuta sebagian besar bekerja di sektor pertanian 44,70
%, diikuti perdagangan 20,29 %, sektor buruh 13,18 % dan sektor lainnya.
Secara regional, Kecamatan Tirawuta merupakan pusat ekonomi bagi wilayah hinterlandnya,
dalam hal ini wilayah Kabupaten Kolaka Timur . Karakteristik ekonomi Kecamatan Tirawuta
tercermin dari dominasi kegiatan perdagangan dan jasa di Kecamatan Tirawuta, yang menjadi
orientasi bagi wilayah hinterlandnya. Dalam hal ini Kecamatan Tirawuta berperan sebagai pusat
distribusi dan koleksi barang dan jasa bagi wilayah di Kecamatan Tirawuta itu sendiri maupun
wilayah regionalnya. Terkait dengan Kabupaten Kolaka Timur yang memiliki sektor unggulan pada
sektor pertanian, Kecamatan Tirawuta berperan sebagai pusat pemasaran produksi pertanian dari
Kabupaten Kolaka Timur , yang tercermin dari maraknya kegiatan pasar di Kecamatan Tirawuta,
yang berpusat di Kawasan dan Pasar Pond. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa
perekonomian Kecamatan Tirawuta yang ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa didukung
oleh keberadaan sektor-sektor primer di Kabupaten Kolaka Timur , seperti sektor pertanian, serta
maraknya berbagai kegiatan industri kecil kerajinan tangan.
Dalam kaitannya antara sektor unggulan Kecamatan dengan mata pencaharian utama
penduduk Kecamatan , dapat dikatakan bahwa saat ini kegiatan ekonomi utama yang ada saling
mendukung dengan mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Tirawuta sebagai pedagang
dan petani. Mata pencaharian sebagai pedagang tercermin dari kegiatan ekonomi yang didominasi
oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sementara mata pencaharian sebagai petani tercermin dari
masih banyaknya penggunaan lahan pertanian di pinggiran Kecamatan . Selain itu, dukungan
Kecamatan terhadap masyarakat yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani adalah
sebagai pusat pemasaran hasil produksi pertaniannya. Ilustrasi di atas tercermin dalam
perkembangan PDRB Kecamatan Tirawuta.
Perekonomian Kecamatan Tirawuta berdasarkan perkembangan nilai PDRB atas dasar harga
konstan dari tahun ke tahun bila dilihat dari distribusinya ternyata tidak mengalami pergeseran yang
terlalu signifikan. Secara umum, dominasi sektor tersier sangat besar kontribusinya terhadap
perekonomian Kecamatan Tirawuta, yaitu pada tahun 2009 mencapai hingga 80%. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kecamatan Tirawuta telah menunjukkan sifatnya sebagai kawasan
perkota an, dimana sektor-sektor ekonomi yang berkembang sudah tidak tergantung lagi pada
esktraksi sumber daya alam secara langsung dan pengolahan lanjutannya. Apabila dilihat dengan
lebih seksama, maka sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Kecamatan
Tirawuta adalah sektor perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya,
pemerintahan umum, industri pengolahan non migas, dan komunikasi. Dengan pariwisata
sebagai salah satu andalan Kecamatan Tirawuta, maka dapat terlihat bahwa sektor-sektor yang
memberikan kontribusi besar di atas adalah sektor-sektor yang terkait langsung dengan kegiatan
pariwisata.
Apabila dibandingkan dengan perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara , maka bila dilihat dari
nilai LQ dari tahun ke tahun, sektor hotel, restoran, dan komunikasi memperlihatkan bahwa
Kecamatan Tirawuta memiliki keunggulan yang sangat besar dalam lingkup Provinsi Sulawesi
Tenggara . Hal ini semakin mengukuhkan bahwa dalam konstelasi Provinsi Sulawesi Tenggara ,
Kecamatan Tirawuta adalah merupakan salah satu unggulan dari Provinsi tersebut di bidang
pariwisata. Berdasarkan perhitungan Shift Share, juga dapat diketahui bahwa dalam konstelasi
Provinsi Sulawesi Tenggara , sektor-sektor yang merupakan unggulan dari Kecamatan Tirawuta
adalah sektor industri non migas, perdagangan besar dan eceran, hotel, restoran, dan bank serta
pemerintahan umum. Indikasi-indikasi ini dapat menguatkan bahwa sektor perekonomian
Kecamatan Tirawuta secara garis besar didukung oleh adanya kegiatan pariwisata.
Gambar 3. Posisi titik-titik penyelidikan tanah di lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur
Gambar 3. Grafik Stratigrafi hasil Core drill (deep boring) Geoteknik di Lokasi Rumah Sakit
Tabel 10. Summary test result soil properties Tanah dari lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur (Lab Politeknik Undana, 2018)
Gambar 5. Struktur Geologi Lingkungan Kabupaten Kolaka Timur dalam satuan batuan
3.1.8. Sistem Keamanan Kebakaran Pada Gedung Terminal Tipe B Kolaka Timur Kolaka Timur .
Sistem keamanan kebakaran pada gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat
mencegah dan menanggulangi masalah kritis bila terjadi kebakaran pada gedung Terminal Tipe B
Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur .
Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang digunakan untuk menanggulangi terjadinya
kebakaran pada bangunan gedung Terminal Tipe B Kolaka Timur sebagai berikut :
1. Unit Tabung Pemadam Kebakaran
Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang terbuat dari
tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-kebakaran kecil yang
dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran di letakkan pada tempat yang
mudah terlihat dan mudah dicapai.
2. Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)
Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat selang
hydrant yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter. Hydrant
dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydrant gedung, hydrant halaman dan hydrant Kab.
Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang perletakannya
di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang perletakannya di halaman suatu
lokasi gedung. Dan hydrant perKaban adalah hydrant yang hampir sama dengan hydrant
halaman namun hydrant Kabupaten memiliki dua sampai tiga selang kebakaran. Dan juga
perletakannya berada di titik-titik tertentu perKaban yang memungkinkan unit pemadam
kebakaran suatu Kabupaten mengambil cadangan air.
Komponen hydrant kebakaran terdiri dari sumber air, pompa-pompa kebakaran,
selang kebakaran, penyambung dan perlengkapan lainnya.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah hydrant
Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2
Dimana :
L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m 2.
b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung
3. Sprinkler
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat memancarkan
air secara pengabutan ( Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler juga merupakan sistem
keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk memberikan peringatan dini pada
penghuni atau pengujung gedung tersebut saat terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan
terus menerus namun alat ini berfungsi sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam
kebakaran dapat segerah menanggulangi kebakaran yang terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah sprinkler
tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada plafon ruangan, di
pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler juga bekerja jika ruangan
mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat sprinkler akan membuka dan
menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan dengan
rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = Σ sprinkler x 80 liter.
Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun dan
sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya ( alarm) dan lokasi yang terbakar akan
terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem sprinkler tidak perna
aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun sistem tersebut harus ada dalam
keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran tidak mengalami
permasalahan.
c. Susunan pipa cabang sprinkler
1) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.
2) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.
3) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.
4) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.
Gambar 6. Skema sistem Hydrant Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur
Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di Kabupaten Kolaka Timur yang di kelola oleh PDAM
Kabupaten dan UPTD Kabupaten Kolaka Timur .
No. Pemilik/ Debit pakai
Elevasi (m) Debit maks (ltr/dtk)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15
34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kab 171 30 10
29 UPTD Kab 27 30 6
63 UPTD Kab 188 26 7
33 UPTD Kab 72 25 7,5
9 UPTD Kab 61 16 6
19 UPTD Kab 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kab 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kab 40 15 5
160 PDAM 60 15 10
1 PDAM 261 12 10
46 Rujab Bupati Kab 37 10 2,5
46 UPTD Kab 32 10 7,5
48 UPTD Kab 60 10 6
49 PDAM 113 10 6
136 UPTD Kab 67 5 2,5
41 Bundaran Rate2 67 2,5 0
Sedangkan sumur bor lainnya merupakan milik perorangan maupun instansi yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sendiri.
sumur yang berada pada titik yang lebih rendah (dengan asumsi di titik tersebut sebagai
limpasan air bawah tanah), yakni pada sumur bor sebelah barat. Meskipun demikian,
pemantauan terhadap kualitas air limbah Terminal, secara periodik akan dipantau pada
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).
Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018
Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam dan sebaliknya bila
lebih tinggi akan bersifat basa.
Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan
(NTU)
(NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor 6 Max. 25
e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan
jalan pendidihan sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan cara
pedidihan. Karena lokasi kegiatan berdiri di atas tanah yang terbentuk dari batuan khas
yang kaya akan mineral seperti Ca dan Mg maka variabel ini ditambahkan sebagai data
pendukung yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan air baku air minum
yang bersumber dari air sumur bor yang tersedia. Air baku air minum adalah air yang
dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara
tradisional melalui cara filtrasi, disenfikasi dan dididihkan.
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018
Dari data hasil analisis mikrobiologi di atas, merekomendasikan bahwa air bor
Tirawuta belum layak untuk digunakan sebagi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan
air di Terminal , karena jumlah coliform total-nya lebih besar dari baku mutu air yakni
1200 MPN dalam 100 mL air. (Baku Standard PP 82 Tahun 2001, 1000 MPN/100 mL
air ).
h. Pemeriksaan logam berat
Hasil pengukuran logam berat dalam ketiga sampel air (Air Bor , Air Bor Tirawuta
dan Air Bor) dapat dibaca pada tabel di bawah ini : Kadar logam Cd, Pb dan Fe pada
masing-masing sample air masih memenuhi Baku Mutu menurut PP Nomor : 82 Tahun
2001.
Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air tersebut di
atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih dibawah baku mutu.
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tingkat kebisingan yang terukur pada 4 (empat) titik pengamatan yaitu di sekitar wilayah
kelurahan Rate Rate, dimana direncanakan akan dibangun Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur dapat dilihat pada tabel 26.
Titik 3.
51 Terminal atau Memenuhi Baku
sejenisnya (55 dBA) Mutu
Perumahan dan
Titik 3. Pemukiman Melampaui Baku
61 (55 dBA) Mutu
Tabel 27. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Rate Rate, Kabupaten Kolaka Timur .
Konsentrasi (µg/Nm3) / Koordinat Sampling
Pararosanili
SOx 710,20 433,81 409,78 452,79 900 µg/Nm3
n
Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2018.
Keterangan : St : Stasiun
Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13 Nov.
2018), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah, tetapi masih
memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997
tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober 1997) artinya tingkat kualitas
udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai
estetika.
3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan
pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup
menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran mekanik berdasarkan Jenis Bangunan
adalah sebagai berikut:
Tabel 28. Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996.
Kec. Getaran (mm/det.)
Pada Fondasi Pada bidang
(Frekuensi (Hz) datar di lantai
Kelas Tipe Bangunan
paling atas.
10 Hz 10-50 Hz 50-100 Hz
Camp. frekuensi
Bangunan untuk
keperluan niaga,
1 bangunan industri
10 20 - 40 40 - 50 40
dan bangunan
sejenis.
Perumahan dan
bangunan
2 dengan
5 5 - 15 15 - 20 15
rancangan dan
kegunaan sejenis
Bangunan yang
3
dilestarikan 3 3-8 8 - 10 8,5
Sumber : Kep. MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996
Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat pada
tabel 29.
Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran.
Kategori C : Kemungkinan kerusakan komponen struktur dinding
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.
Sesuai hasil desain dan gambar – gambar perencanaan dapat disimpulkan bahwa
proses pembangunan Terminal Internasional ini pada tahap konstruksi tidak mempergunakan
peralatan, seperti pengunaan alat pancang yang menimbulkan getaran diatas baku mutu yang
dipersyaratkan oleh Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996.
1.
Mangga Mangivera Indica 23
2.
Kedondong Spondias dulcis 6
3.
Gamal Gliricidia Macaluta 36
4.
Kelapa Cocos nucivera 15
5.
Euphorbia Euphorbia milii 110
6.
Bunga Kamboja Plumeria acuminata 48
7.
Lamtaro Leocaena Leococephala 22
8.
Kabesak hitam Acasia Catechu 1
9.
Kapok Ceiba Petandra Gaernt 6
10.
Mahoni Theobroma Cacao 3
11.
Pisang Musa Paradisiaca 47
12.
Jati Tectona Grandis 9
13.
Alfukat Persea americana mill 2
14.
Jambu biji Psidium Guajava 3
15.
Bunga keladi Caladium bicolor 28
16.
Bunga asoka Saraca indica 1
17.
Cermelek 5
18.
Sukun Arthocarpus communis 9
19.
Nangka Arthocarpus Integra 24
20.
Siri Piper betle 6
22.
Pepaya Carica Papaya 60
23.
Bunga kaktus Opuntia sp 30
24.
Angsana Pterocarpus indicus willd 12
25.
Pinang Areca catechu 7
Sumber : Hasil Pengamatan Flora di Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya,
Tahun 2018
Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur dan sekitarnya.
lantai rumah paling banyak terdapat pada kelompok luas lantai 20-49 m² yaitu
sebesar 44,05 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang tergolong dalam
kelompok luas lantai 150+ m² yaitu sebesar 5,42 %.
2) Jenis Atap Terluas
Indikator ini menyajikan klasifikasi rumah tangga beratap seng, genteng dan lainnya
(ijuk/rumbia). Angka ini dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi bangunan tempat
tinggal penduduk. Rumah tangga di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 sebagian
besar yaitu sebesar 96,46 %, menggunakan jenis atap seng sebagai jenis atap yang
paling luas. Sementara jenis atap ijuk/rumbia yang digunakan rumah tangga sebagai
jenis atap terluas adalah yang paling kecil yaitu sebesar 0.25 %.
3) Jenis Lantai Terluas
Semakin besar rumah tangga yang dihuni berlantai tanah mengindikasikan kondisi
perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka persentase ini,
cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraannya. Persentase rumah tangga di
Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 yang menghuni rumah dengan lantai tanah
sebesar 8.45 %. Sedangkan sisanya sebesar 91.55 % adalah rumah tangga yang
menempati rumah dengan jenis lantai bukan tanah sebagai jenis lantai terluas.
4) Jenis Dinding Terluas
Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah berdinding
tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah
dengan tembok jenis dinding terluas merupakan kelompok yang terbanyak yaitu
sebesar 66,13 %. Sisanya adalah rumah tangga yang menggunakan kayu, bambu
atau lainnya sebagai jenis dinding terluas.
Rumah tangga yang menggunakan leding meteran sebagai sumber air minum
merupakan kelompok yang paling banyak yaitu 42,24 %. Sedangkan yang rumah
tangga dengan sumber air minum mata air tidak terlindung dan mata air terlindung
yaitu sebesar 0.87 %.
3) Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan
Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 memiliki jarak
sumber air minum lebih dari 10 m² yaitu sebesar 61.42 %. Sedangkan rumah tangga
yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m² sebanyak 33.51 %.
Sisanya sebesar 3.07 % rumah tangga tidak tahu jarak sumber air minumnya ke
penampungan.
4) Tempat Buang Air Besar
Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar sendiri
adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 74,02 %. Sedangkan yang paling kecil
adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar umum dan yang tidak
memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar 0.66 %.
BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI
Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan jika
pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur serta fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan terminal akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di
lingkungan sekitar kawasan terminal.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan terminal akan meningkatkan bangkitan lalu
lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika kemampuan (kapasitas)
beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu untuk menerima beban tambahan
dari kegiatan pembangunan dan operasional Terminal maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi akan
mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah menjadi
terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi. Kegiatan pemadatan
tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah,
sehingga akan meningkatkan volume air limpasan ( run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan pembukaan
lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain
pada tahap operasi.
5. Peningkatan Kebisingan.
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan
bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
6. Penurunan Kualitas Air.
Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembagunan kawasan terminal dapat berasal dari
tahap operasional terminal serta prasarana dan sarana lingkungan yang terdapat di kawasan
terminal tersebut. Jika pemrakarsa tidak memiliki perencanaan mengenai jaringan air limbah
yang baik maka akan berakibat terhadap penurunan kualitas air. Potensi dampak penurunan
kualitas air permukaan sangat kecil karena daerah Desa Tawainalu khususnya kawasan
terminal tidak mempunyai aliran air permukaan.
7. Perubahan Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk.
Perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk lokal dapat ditimbulkan oleh kegiatan
pembebasan lahan maupun oleh kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi dan
operasi.
8. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kegiatan konstruksi dan operasi akan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan Terminal .
Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Terminal serta fasilitas
pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Terminal Tipe B Kolaka Timur sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik kepentingan dan
keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana kegiatan
karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Tetapi
konflik dan keresahan itu segera reda setelah selesai survey dan pengukuran oleh Pihak
Terminal dan Dinas Tata Ruang Kabupaten Kolaka Timur .
kesepakatan tentang posisi tenaga kerja lokal sehingga dapat terjadi hubungan yang
harmonis antar pemrakarsa dan masyarakat sekitarnya.
Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas yang
dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik / non medik.
Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal dari
ruang bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang terkontaminasi)
BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN
2) Upaya Pengelolaan
Pemrakarsa memberitahukan ke pihak kelurahan dan kelurahan mengundang
masyarakat dan aparat kelurahan guna memberikan sosialisasi dan pemberian
informasi yang jelas tentang rencana kegiatan oleh pemrakarsa maksud serta
tujuan pembangunan terminal bagi masyarakat, terutama pemberian informasi
tentang lowongan kerja yang tersedia sesuai kebutuhan kegiatan Terminal ,
maupun peluang kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak
pemrakarsa dalam hal pembangunan terminal ini.
Pada sosialisasi ini juga ditampilkan potensi dampak positif dan negatif terhadap
lingkungan dibidang fisik, kimia, biologi, sosial budaya, ekonomi dan kesehatan
masyarakat yang mungkin terjadi, model pengelolaan dan pemantauan yang
wajib dilakukan serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup sehingga dampak positif dapat ditingkatkan serta dampak negatif
diminimalisir.
3) Lokasi Pengelolaan
Sosialisasi dilakukan di lokasi terminal/arena pameran di Kelurahan Rate Rate,
Kecamatan, Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2018 mulai jam
16.30 Wita sampai jam 20.00 dengan jumlah peserta seperti daftar hadir
terlampir.
2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang kesempatan
kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran, cara pembayaran
upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan ketenagakerjaan yang
berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak negatif pada hubungan
keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan semakin memaksimalkan
tingkat pendapatan mereka. Disamping itu perlu pengaturan pembagian tugas
dan Jadwal kerja yang jelas agar pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara
maksimal. Selain upayakan juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara
pekerja terampil dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga
terjadi peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor Lurah Rate
Rate, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka Timur dan lokasi rencana usaha,
sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada pekerja di
lokasi kegiatan pembangunan Terminal.
3)Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman dilaksanakan di media massa, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka
Timur serta Kantor manajemen Terminal agar diperoleh tenaga yang profesional
dibidangnya. Sedangkan Seleksi karyawan Terminal dan peningkatan SDM dapat
dilaksanakan pemrakarsa di tempat lain yang dianggap layak.
d. Dari bak sedimentasi air dialirkan menuju tangki penampungan ( storage tank)
untuk di recycle kembali atau dibuang ke badan air.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di lokasi
Terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan sebelum
pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri
secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada karyawan dilakukan paling lambat 1
tahun sebelum dialihfungsikan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih
baik.
Kualitas udara dan tingkat kebisingan, ketersediaan sarana dan prasarana K3,
Kabk P3K, jumlah kejadian kecelakaan kerja.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat pengukuran kualitas udara dan kebisingan,
observasi, dialog.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada lokasi pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan selama 3 (tiga) kali, yaitu pada awal kegiatan, pertengahan
dan akhir kegiatan untuk membandingkan ketepatan pengelolaan yang diterapkan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air, udara
dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya.