Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan manusia kita mengenal adanya bangunan komersial sebagai sarana untuk
melakukan berbagai kegiatan. Gedung sebagai salah satu bangunan komersial berfungsi sebagai
tempat bekerja dan tempat hunian. Di dalam bangunan gedung kita dapat melakukan berbagai
kegiatan seperti kegiatan usaha, kegiatan sosial dan budaya, keagamaan, jasa kesehatan atau
kegiatan khusus lainnya. Ciri utama bangunan komersial biasanya mempunyai gaya arsitektur
modern dan berada dalam Kabupaten serta mempunyai lokasi yang strategis.
Sebagai tolok ukur dalam menampilkan percepatan pembangunan di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Kabupaten Kolaka Timur harus dapat menyediakan berbagai fasilitas pendukung
utilitas Kabupaten seperti bangunan komersial terminal yang dapat memaksimalkan fungsi
pelayanan kesehatan, pendidikan, bisnis, pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya.
Sejalan dengan trend dan tuntutan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan, pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur dilaksanakan dengan memperhatikan
aspek lingkungan secara menyeluruh yang didahului dengan pengkajian lingkungan yang
dilaksanakan lewat penyusunan dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL).

1.2 Dasar Hukum


Peraturan perundang-undangan yang menjadi rujukan dan dasar hukum dalam penyusunan
dokumen UKL dan UPL ini, adalah :
1. Undang-undang Nomor 05 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2. Undang-undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
3. Undang-undang Nomor 03 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
6. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

1 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

8. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
9. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
10. Keputusan Presiden RI Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang
Pertanahan.
11. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 2002 tentang Baku Tingkat
Kebisingan.
12. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan.
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 02/KPTS/1985 tentang Ketentuan
pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran pada Gedung.
14. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Gedung dan Lingkungan.
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
16. Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 02 Tahun 1999
tentang Ijin Lokasi.
17. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/PER/I/2017 tentang Perijinan Terminal.
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2018 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2017 tentang Upaya
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup.
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340/MENKES/PER/III/2017 tentang Klasifikasi Terminal.
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kab.
22. Keputusan Bapedal Nomor 03 tahun 1995 tentang kualitas incinerator dan emisi yang
dikeluarkannya.
23. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2018 tentang Ijin Lingkungan.
24. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

2 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

25. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
26. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air.
27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 tentang Pengolahan Bahan Limbah Berbahaya
dan Beracun.

1.3 Tujuan dan Kegunaan


1.3.1 Tujuan
Tujuan dari penyusunan dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan
pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten
Kolaka Timur , adalah :

1) Menyajikan informasi lingkungan sebelum adanya kegiatan terminal.


2) Menguraikan kegiatan yang akan dilakukan terminal.
3) Menguraikan komponen rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan menimbulkan dampak
terhadap lingkugan hidup akibat pembangunan dan pengoperasian terminal.
4) Menguraikan tindakan pihak terminal dalam program pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.

1.3.2 Kegunaan
Kegunaan dari dokumen UKL-UPL rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan
Terminal Tipe B Kolaka Timur di Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur ,
adalah :
1) Bagi Pemerintah
a) Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengembangan, pengawasan dan pengendalian pembangunan.
b) Sebagai pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Kolaka Timur dan instansi terkait dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan lingkungan hidup.
2) Bagi Pemrakarsa

3 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

a) Membantu pemrakarsa dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan perencanaan


dan pengelolaan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan Terminal .
b) Sebagai bahan acuan dalam upaya pemberdayaan masyarakat sebagai akibat dari kegiatan
pengoperasian terminal dan fasilitas penunjangnya.
c) Sebagai instrument pengikat dan acuan bagi pemrakarsa dalam pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup.
d) Sebagai bahan pertimbangan dalam permohonan rekomendasi kelayakan lingkungan hidup
terhadap pembangunan dan pengoperasian terminal.
3) Bagi Masyarakat.
a) Kemudahan memperoleh fasilitas terminal yang memadai, yang setara dengan terminal di
internasional serta fasilitas Penumpang yang memadai baik dalam jumlah maupun kualitas
pelayanan bagi penumpang, maupun pelayanan lainnya dengan harga yang bersaing dan
terjangkau oleh masyarakat.
b) Terbukanya kesempatan kerja seperti penyediaan fasilitas penunjang dari warga sekitar
terminal serta penyediaan berbagai jasa pendukung aktivitas lainnya oleh warga di sekitar
terminal.
c) Terjalin pola kemitraan dengan usaha lain.
d) Saling kontrol dari masyarakat terhadap kegiatan terminal yang bersifat negatif.

4 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

BAB II
IDENTITAS PEMRAKARSA DAN
DESKRIPSI RENCANA KEGIATAN

2.1 Identitas Pemrakarsa


1 Nama Badan Usaha : Dinas Perhubungan Prov Sultra

2 Nama Penanggungjawab Rencana : Dr.Hado Hasina, MT


Usaha dan atau Kegiatan

3 Alamat Kantor : Jl. Komp Bumipraja Aundonohu

2.2 Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


1. Nama Rencana Usaha dan/atau : Pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kegiatan Kabupaten Kolaka Timur .

2. Lokasi Rencana Usaha dan/atau : Jl. Poros Kendari Kolaka Kabupaten Kolaka Timur .
Kegiatan
3. Informasi Kegiatan : Rencana kegiatan terletak pada kawasan dengan
peruntukan sesuai penataan ruang adalah kawasan
jasa dan perdagangan.

3. Skala Usaha dan/atau Kegiatan : Terminal tipe B.

2.2.1 Kegiatan Konstruksi


Kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur secara garis
besar dikelompokan menjadi 7 (tujuh) jenis kegiatan utama :
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah
3. Pekerjaan Struktur
4. Pekerjaan Arsitektural
5. Pekerjaan Pelengkap
6. Pekerjaan Mekanical dan Electrical

5 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

7. Pekerjaan Landscape

Secara jelas deskripsi kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur nantinya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Teknis Kegiatan Fisik Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian elevasi
3 18.372,53 m3
gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pondasi bored pile 273,00 m3
4 Pile cup 256,77 m3
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3
3 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3
4 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
5 Beton Bertulang Tangga Darurat
2,00 Unit

D Pekerjaan Arsitektural
D.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
12.014,59 m2
.
1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2

6 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

D.2
Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
.
1 Pekerjaan Pintu dan Jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.3
Pekerjaan Finishing Lantai dan Dinding
.
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
5 Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar dalam) 720,00 m2
6 Pengecatan dinding Interior dinding 3.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.3
Pekerjaan Plafond/Celling
.
1 Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti Crossti 8.006,25 m2
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit

7 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

6 Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data System 1,00 Unit


7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Landscape
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan Kompleks 1,00 Unit
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
6 Pekerjaan Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPAL) 1,00 Unit
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah padat
7 1,00 Unit
(Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit

2.2.2 Fasilitas Pelayanan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur
Pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur direncanakan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti:
1. Fasilitas Pokok, terdiri dari :
a. Entrance
b. Ruang Tunggu
c. Kantor Pengelolah
d. Ruang Operator

2. Fasilitas Pendukung, terdiri dari :


a. Mushollah
b. Kantin
c. R Staff
d. Gudang

3. Fasilitas Penunjang, terdiri dari :


a. Instalasi Pemeliharaan Sarana (mesin-mesin, peralatan, dan lain-lain)

8 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

b. Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan Sampah


c. Instalasi Air Bersih dan Air Limbah
d. Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dan lain-lain.
e. Instalasi Pemadam Kebakaran
f. Security Service
g. Tangga Darurat
4. Fasilitas Umum, terdiri dari :
a. Sarana Perparkiran
b. Cafetaria
c. Pelayanan ATM
d. Taman

Selain itu terminal ini dilengkapi dengan layanan umum, antara lain layanan Mobil
Ambulance, layanan Medical Chek Up, layanan Visum and Repertum, layanan KB Terminal dan
layanan MOW (Medical Operatif Wanita).
Dalam usaha mendukung kegiatan utama, yaitu pelayanan jasa kesehatan dan
penyediaan jasa yang berhubungan dengan kesehatan pasien, maka Terminal Tipe B Kolaka
Timur Kabupaten Kolaka Timur memiliki kapasitas 233 tempat tidur serta berbagai fasilitas
pendukung seperti terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Sarana dan Prasarana Pendukung Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur
No. Fasilitas Terminal Keterangan
1 Ruang Tunggu Lantai Satu
2 Kantor, Cafetaria, Lantai Dua
3 Gudang, Pantry,.
4 Ruang Mesin Lift, Ruang ME, Ruang Kompresor AC,
Atap
Ruang Tandon Air.

9 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 5. Deskripsi layanan dan kapasitas fasilitas penunjang


Jumlah Ruang
Jenis Pelayanan Kapasitas
/ Unit
Instalasi Pemeliharaan Sarana :
a. Genset 1 1400 KVA
b. Pompa Air 1 1 liter / detik
c. Bak Penampung Air Bersih 1 125 m3
d. Tandon Air 1 46 m3
Instalasi Pengolahan Limbah dan Pemusnahan
Sampah :
a. IPAL 1 100 m3 / hari
b. Incenerator 1 80 kg / jam
Instalasi Listrik, Telepon / Fax, AC, Internet, dll :
a. Listrik 1 1500 KVA
b. Telepon / Fax 1 5 line
c. AC 1 2.152.000 BTU /Jam
d. Internet 1 wifi
Instalasi Pemadam Kebakaran 1 532 sprinkle
2 Hydrant umum
Security Service 1 20 orang

2.3 Garis Besar Usaha yang Menimbulkan Dampak


Secara garis besar komponen pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur yang dapat
menimbulkan dampak terhadap lingkungan dapat dibagi menjadi 4 (empat) tahapan kegiatan, yaitu :
tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, tahap operasi dan tahap pasca operasi.
a. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi kegiatan yang dilakukan yaitu survey, pengukuran lokasi, sosialisasi
kepada masyarakat Kabupaten Kolaka Timur khususnya masyarakat di Kelurahan Rate Rate.
Kegiatan ini diperkirakan akan menimbulkan dampak berupa keresahan pada masyarakat.
b. Tahap Konstruksi

10 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

1) Perekrutan tenaga kerja


Kebutuhan tenaga kerja menurut jenis dan posisi untuk proyek ini disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Kebutuhan Tenaga Kerja Konstruksi

No Posisi Jumlah (Orang) Spesifikasi


1 Manajer proyek 1 S-1
2 Site Manajer 1 S-1
3 Keuangan 2 S-1
4 Tenaga Administrasi 2 D-3
5 logistik 10 SMA/STM
6 Sopir 5 SMA/STM
7 Pelaksana 20 SMA/STM
8 Mandor 5 SMA/STM
9 Kepala Tukang 10 SMA/STM
10 Tukang 30 SMA/STM
11 Tenaga Buruh 100 SD, SMP, STM
12 Security 10 SMA
Jumlah Total 196 orang

Kegiatan penerimaan tenaga kerja untuk konstruksi berpotensi menimbulkan dampak


negatif berupa keresahan masyarakat, jika perekrutan tenaga kerja tidak memprioritaskan
tenaga kerja lokal.

2) Base camp
Pembagunan base camp berfungsi sebagai kantor pelaksana, P3K, penginapan pekerja,
bengkel an dan perbaikan alat berat serta gudang penyimpanan material, disamping itu
dilengkapi dengan sarana MCK.
Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi,
kebisingan, lalu lintas pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa
menimbulkan konflik dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan
dampak positif berupa kesempatan usaha.
3) Penyiapan Lahan

11 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan pembersihan dan pengupasan lahan, pagar
keliling lokasi pembangunan. Kegiatan ini dapat menimbulkan dampak berupa debu,
kebisingan, hilangnya sejumlah vegetasi dan fauna lokal, dan gangguan terhadap lalu
lintas.
4) Pekerjaan Konstruksi
Uraian pekerjaan konstruksi disajikan secara lengkap dalam tabel 7.
Tabel 7. Uraian pekerjaan konstruksi
Satuan
No Uraian Rencana Kegiatan Volume
Kegiatan
A Pekerjaan Persiapan
1 Mobilisasi de Mobilisasi 1,00 Unit
2 Pembersihan Lapangan 9.750,00 m2
3 Uitzet & Bouwplank 540,00 m2
4 Pagar Pengaman Keliling 300,00 m
5 Direksi keet 60,00 m2
6 Air & Listrik Kerja 1,00 Unit
7 Papan nama Proyek (120 x240) cm 1,00 Unit
B Pekerjaan Tanah
1 Galian pematangan lahan 37,25 m3
2 Galian tanah pondasi struktur 1.502,79 m3
Urugan dan pemadatan tanah peninggian
3 18.372,53 m3
elevasi gedung
4 Urugan pasir 609,29 m3
C Pekerjaan Struktur
C.1 Pekerjaan Beton Sub Struktur
1 Lantai kerja Pondasi 239,20 m3
2 Pondasi Footplat 422,76 m3
3 Pile cup 256,77 m3
4
C.2 Pekerjaan Beton Upper struktur
1 Beton Bertulang Ground Floor 420,42 m3
2 Beton Bertulang 2nd Floor 883,88 m3

4 Beton Bertulang Roof Floor 839,59 m3


5 Beton Bertulang Tangga 1,00 Unit
6 Beton Bertulang Tangga Darurat 2,00 Unit
D Pekerjaan Arsitektural
D.1 Pekerjaan Pasangan dan Plesteran 12.014,59 m2

12 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

1 Plesteran dan Acian 19.370,93 m2


D.2 Pekerjaan Pintu dan jendela dan Partisi
1 Pekerjaan Pintu dan jendela 411,00 Bh
2 Pekerjaan Partisi 350,00 m2
D.3. Pekerjaan Finishing Lantai Dan Dinding
1 Pekerjaan lantai Marmer 9.417,60 m3
2 Pekerjaan lantai dan dinding Keramik 6.339,00 m2
3 Pekerjaan Dinding lapis Granit 510,93 m2
4 Pekerjaan Dinding ACP 1.688,00 m2
Pekerjaan dinding Lapis Timbel (Luar
5 720,00 m2
dalam)
6 Pengecatan dinding Interior dinding 3.520,46 m2
7 Pekerjaan dinding Cat epoxy 888,00 m2
8 Pekerjaan Waterproffing Atap 1 Unit
D.3. Pekerjaan Plafond/Celling
Plafond Akustik t = 15 mm + Rangka Menti
1 8.006,25 m2
Crossti
2 Plafon Fin ACP + Rangka Galvalum 462,75 m2
3 Lis gipsum arsitektural 2.625,00 m2
4 Pengecatan interior plafond 11.187,00 m2
5 Pekerjaan Plafond Cat epoxy 560,00 m2
E Pekerjaan Pelengkap
1 Railing Tangga 1,00 Unit
2 Penyekat Urinoir 42,00 Unit
3 Canopy Teras IGD 56,98 m2
4 Canopy Teras Samping 200,00 m2
5 Pedestrian 323,31 m2
6 Ramp IGD 32,75 m2
7 Tangga Samping 14,42 m2
8 Ramp loading, unloading 12,57 m2
9 Pekerjaan Gedung Mortuary 1,00 Unit
10 Pekerjaan Rumah Genset dan pompa 1,00 Unit
11 Pekerjaan Instalasi Power Suply 1500 KVA 1,00 Unit
12 Logo Dan Plank Nama 1,00 Unit
F Pekerjaan Mecanical dan Electrical
F.1. Pekerjaan Mecanical dan Electrical Gedung
1 Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan 1,00 Unit
2 Pekerjaan Instalasi Lift 8,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi AC dan Exhaust fan 1,00 Unit
4 Pekerjaan Instalasi Fire alarm 1,00 Unit
5 Pekerjaan Instalasi Tata Suara 1,00 Unit

13 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Pekerjaan Instalasi Telepon dan outlet data


6 1,00 Unit
System
7 Pekerjaan Instalasi penangkal Petir 1,00 Unit
8 Pekerjan Instalasi air Limbah 1,00 Unit
9 Pekerjaan Instalasi air Bersih 1,00 Unit
F.2. Pekerjaan Mekanikal dan Electrical
Landscape
Pekerjaan Instalasi Listrik dan penerangan
1 1,00 Unit
Kompleks
2 Pekerjan Instalasi air Limbah kawasan 1,00 Unit
3 Pekerjaan Instalasi air Bersih taman 1,00 Unit
4 Pekerjaan Ground reservoar air bersih 1,00 Unit
5 Pekerjaan Tandon Air 1,00 Unit
Pekerjaan instalasi pengolahan limbah cair
6 1,00 Unit
(IPAL)
Pekerjaan Instalasi pengolahan limbah
7 1,00 Unit
padat (Incenerator)
G Pekerjaan Landscape
1 Pekerjaan Jalan masuk dan area parkir 1,00 Unit
2 Pekerjaan Tata Taman 1,00 Unit
3 Pekerjaan Saluran drainase permukaan 1,00 Unit

Kegiatan tersebut di atas akan menimbulkan dampak berupa kebisingan, debu, peningkatan
emisi gas buangan, sedimentasi, peningkatan aliran permukaan. Kegiatan yang berpotensi
menimbulkan dampak adalah penumpukan material konstruksi, kebisingan, lalu lintas
pengangkutan material dan aktivitas para pekerja yang bisa menimbulkan konflik sosial
dengan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan ini juga memberikan dampak positif
berupa lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
5) Tahap Operasi Terminal
a. Perekrutan tenaga kerja operasi
Tenaga kerja yang mendukung kegiatan operasional terminal diperkirakan 200
karyawan baik maupun non , dengan rincian sebagai berikut :
1) Direktur Utama : 1 orang
2) Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Administrasi : 1 orang
3) Wakil Direktur Bidang : 1 orang
4) Manajer lapangan : 1 orang

14 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

5) Umum : 11 orang
6) Front Office : 20 orang
7) Tenaga Adminitrasi Terminal : 50 orang
8) Pantry dan Restaurant : 10 orang
9) Engineering : 3 orang
10) Satpam : 4 orang

Kegiatan perekrutan ini dapat menimbulkan dampak positif maupun negatif


terhadap masyarakat lokal. Dampak positif berupa terbukanya kesempatan kerja baru.
Dampak negatif yang mungkin terjadi bahwa kesempatan kerja yang ditawarkan dengan
spesifikasi tertentu beresiko terhadap tenaga kerja lokal yang tidak tersedia sesuai
kebutuhan berupa keresahan, kecemburuan dan bisa menimbulkan konflik sosial.
b. Pengoperasian terminal, meliputi :
1) Instalasi
Fasilitas yang digunakan sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan
dan terminalpenumpangoleh penumpang di bidang masing-masing yang disediakan
untukpenumpangyang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau
tidak memerlukan pelayanan an. Kegiatan ini menimbulkan dampak peningkatan
sampah.
1) Bengkel Mekanikal dan Elektrikal ( Workshop)
Fasilitas untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan ringan terhadap komponen-
komponen sarana, prasarana dan peralatan medik. Kegiatan ini menimbulkan
dampak peningkatan sampah non padat dan cair serta kebisingan.
2) Instalasi Air Bersih
Angka kebutuhan air bersih Terminal Tipe B Kolaka Timur diprediksi berdasarkan
standar kebutuhan air bersih masyarakat perKaban sesuai ketentuan DirJen Cipta
Karya (200 ltr/org/hr untukpenumpangterminal), karyawan dan pengunjung 30
ltr/org/hr, dan rata-rata tingkat hunian terminal dalam wilayah Kabupaten Kolaka
Timur tahun 2018. Perhitungan kebutuhan air bersih untuk Terminal Tipe B Kolaka
Timur dapat dilihat pada tabel 8.

15 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air Bersih untuk Terminal


Jumlah
Fasilitas / Pemakaian
No. Jenis Layanan Orang Kebubutuhan
Peralatan Air (ltr/hr)
Air (ltr/hr)
1. Penumpang 233 - 200 46.600,00
2. Tenaga Kerja Terminal 200 - 30 6.000,00
3. Non (lain-lain) 90 - 30 2.700,00
3. Pengunjung 466 - 30 13.980,00
Jumlah 68.680,00
Kebutuhan air untuk an gedung = 20% 13.736,00
Cadangan air untuk pemadam kebakaran = 5% 3.434,00
Cadangan Persediaan Air Bersih = 10% 6.868,00
Total Kebutuhan Air Bersih 92.718,00

Dari tabel diatas diperoleh total kebutuhan air bersih untuk aktivitas harian
Terminal Tipe B Kolaka Timur sebesar 92.718,00 liter/hari atau 92,72 m3/hari atau
3, 863 m3/jam. Sesuai dengan kebutuhan akan air bersih di atas, akan dibangun
reservoar bawah yang mampu menampung air sebesar 125 m 3 dan reservoar atas
dengan daya tampung sebesar 20 m3.
Dampak yang mungkin ditimbulkan dari pemanfaatan air bersih berupa
limbah cair.
3) Instalasi Pengelolaan Air Limbah
Dari jumlah pemanfaatan air bersih di atas diperkirakan 80% dari 92.72 m 3/hr,
maka akan terbuang sebagai air limbah, sehingga debit (Q) air limbah atau limbah
cair yang dihasilkan dalam satu hari = 74,176,00 m 3/hr atau 74,2 m3/hr atau 3,1
m3/jam. Untuk mengelola air limbah cair tersebut diperlukan unit pengelolaan
limbah cair dengan kapasitas sebesar 100 m 3/hr, dengan teknologi sistem biofilter
aerob dan anaerob, seperti dalam gambar rencana. Kegiatan ini menimbulkan
dampak negatif berupa limbah padat. Sedangkan limbah cair yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan penyiraman taman dan kolam, juga dapat dipakai
sebagai cadangan untuk pemadam kebakaran.

16 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4) Instalasi Pengelolaan Limbah Padat


Menurut SNI 3242 tahun 2008 tentang limbah padat/sampah untuk pemukiman
Kabupaten menunjukan bahwa rata-rata limbah padat per hari sebesar 5 ltr/org/hr
atau sebesar 2,5 kg /hari. Berdasarkan standar tersebut, untuk limbah padat
terminal diperkirakan 3 ltr/org/hr untuk sampah dan 2,5 ltr/org/hr untuk limbah
non . Dengan demikian jumlah sampah yang dihasilkan sebesar =356 x 3 ltr/org/hr
= 1.095 ltr/hr atau = 1,095 m3/hr (dihasilkan oleh fasilitas pelayanan ). Sedangkan
untuk sampah non sebesar 343 x 2,5 ltr/org/hr = 857,5 ltr/hr atau = 0,8575 m 3/hr
(dihasilkan oleh fasilitas pelayanan non ).
Untuk mengelola limbah padat tersebut di atas telah disiapkan 1 unit incenerator
tipe Maxpell dengan kapasitas 80 kg sampah / jam. Sedangkan limbah padat non
pengelolaannya bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Kolaka Timur .
Dampak dari kegiatan pengelolaan limbah padat maupun non berupa kebauan,
polusi udara, gas buangan dari hasil pembakaran.
5) Tahap Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Terminal
Pemeliharaan yang dilakukan dengan tujuan untuk memperpanjang usia layanan,
meliputi pemeliharaan unit , non , sanitasi dan fasilitas penunjang. Kegiatan ini
menimbulkan dampak polusi udara, kebisingan, kebauan, limbah cair dan limbah
padat.
6) Power Suply
Agar dapat beroperasi secara maksimal, Terminal Tipe B Kolaka Timur
membutuhkan suplay arus listrik dari PT PLN sebesar 1400 KVA. Untuk menjaga
kesinambungan operasi terminal saat terjadi pemadaman bergilir yang dilakukan
PT PLN Persero Cabang Kolaka Timur maka disediakan 1 unit Genset Silent Type
(sound proof) dengan daya terpasang 1400 KVA. Dampak yang timbul dari
instalasi dan operasinya berupa kebisingan, polusi, ceceran oli, dan lain-lain.
7) Pemadam Kebakaran
Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, maka disediakan sarana pemadam
kebakaran berupa tabung gas untuk ruangan, 2 (dua) unit hydrant di luar ruangan
serta dilengkapi dengan sistem deteksi kebakaran dalam gedung. Dampak yang

17 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

timbul dari kegiatan ini adanya kebutuhan tambahan tenaga kerja dengan keahlian
khusus dan terhindar bahaya kebakaran pada gedung terminal.
6) Tahap Pasca Operasi
Potensi dampak lingkungan terkait pengalihan fungsi lahan dan pemutusan hubungan
kerja.

18 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

BAB III
KONDISI UMUM RONA LINGKUNGAN AWAL

3.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah

Kecamatan Tirawuta terletak di jazirah Tenggara Kabupaten Kolaka Timur. Secara geografis terletak di
bagian timur Kabupaten Kolaka Timur, Kecamatan Tirawuta di sebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Mowewe, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ladongi, sebelah Timur
berbatasan Kabupaten Konawe, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lalolae

3.2 Luas Wilayah

Kecamatan Tirawuta mempunyai luas wilayah 206,8 km2 .Secara administrasi Kecamatan
Tirawuta pada tahun 2017 terdiri atas enam belas wilayah desa/kelurahan, meliputi: Rate- Rate,
Tawainalu, Simbune, Lalingato, Tirawuta, Poni-Poniki, Tasahea, Orawa, Woiha, Lara, Tumbudadio,
Roko-Roko, Loka, Tababu, Matabondu, Karemotingge.

3.3 Iklim

3.3.1 Musim
Kecamatan Tirawuta memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan.
Musim Kemarau terjadi antara Bulan Mei dan Oktober, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia
tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya Musim
Hujan terjadi antara Bulan November dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan
Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Khusus pada Bulan April
arah angin tidak menentu, demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai
musim pancaroba.
3.3.2 Curah Hujan

19 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini
menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah
Kecamatan Tirawuta, curah hujan kurang dari 2.000 mm pertahun.
Tabel 3.2. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur
No. Bulan
Curah Hujan (mm3) Hari Hujan
(1) (2) (3) (4)
1. Januari 65,1 14
2. Februari 432,5 21
3. Maret 204,2 23
3. April 260,2 23
5. Mei 149,8 22
6. Juni 120,3 17
7. Juli 249,8 17
8. Agustus 17,1 6
9. September 53,7 11
10. Oktober 185,0 4
11. November 45,1 9
12. Desember 280,0 20
Sumber : Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka, 2018

Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa/Kelurahan Di Kecamatan Tirawuta

Desa/ Luas/Area
Km2 %

Rate-rate 17,32 8,38


Tawainalu 7,00 3,38
Simbune 17,03 8,24
Lalingato 20,24 9,79
Tirawuta 10,47 5,06
Poni-Poniki 12,37 5,98
Tasahea 18,23 8,82
Orawa 21,00 10,15
Woiha 11,20 5,42
Lara 19,45 9,41
Tumbudadio 14,05 6,79

20 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Roko-Roko 9,14 4,42


Loka 9,14 4,42
Tababu 6,24 3.02
Matabondu 4,82 2,33
Karemotingge 8,24 3,98
Tirawuta 206,8 100,00
Sumber: Desa/Kelurahan di Tirawuta

3.3.2 Kondisi Fisik Dasar

3.3.2.1 Kondisi Fisiografis

Dalam sistem fisiografis, Kecamatan Tirawuta secara umum berada pada ketinggian antara 500 -
1000 mdpl yakni mencapai 52, 59% dari luas wilayah, ketinggian lebih dari 1000 mdpl 46,90 %,
sedangkan sisanya berada pada ketinggian kurang dari 500 mdpl. Kecamatan Tirawuta dikelilingi
oleh perbukitan di sebelah utara dan barat. Dengan kondisi demikian, maka Kecamatan Tirawuta
menjadi perlintasan regional, yang mengalir dari hulu di utara ke arah hilir di selatan. Sistem
drainase di Kecamatan Tirawuta akan didukung oleh sistem Tirawuta regional tersebut,
dengan mengalirkan limpasan air hujan yang jatuh di Kecamatan Tirawuta ke sistem Tirawuta
terkait, yang secara topografis mengalir ke arah hilir selatan di Kabupaten Konawe Selatan dan
Konawe.

3.3.2.2 Kondisi Topografi

Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng wilayah Kecamatan Tirawuta
sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang relatif datar, berbukitbukit, dan terjal. Wilayah
yang terjal berada di bagian tengah Kecamatan Tirawuta dan Lalolae (24,3
%), sementara daerah perbukitan (28,2 %) berada di bagian barat Kecamatan Tirawuta dan
Lalolae dan dikasawan perbatasan Kecamatan Tirawuta dengan Kabupaten Konawe . Lahan yang
memiliki kemiringan relatif datar (12,3 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan Tirawuta dan
Lalolae , serta di Kecamatan Tinondo, Tirawuta dan Mowewe .

3.3.2.3 Klimatologi

21 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Curah Hujan harian rata-rata Kecamatan Tirawuta dalam satu tahun 49,4 - 169,2 mm/th dengan
kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun 13 m/detik, kelembapan udara harian rata-rata dalam
satu tahun 39 % dan suhu harian rata-rata dalam satu tahun 17,2 - 29,3 0C.

3.3.2.4 Jenis Tanah

Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Tirawuta meliputi 4 (empat) macam jenis tanah,
yaitu:andosol, latosol, podsolik, dan alluvial yang dapat dilihat pada tabel 3.5.
Pemanfaatan tanah jenis alluvial pada usaha pertanian dapat dilakukan di daerah endapan Tirawuta
atau daerah rawa-rawa pasang surut, sedangkan tanah aluvial yang berasal dari bahan alluvium
umumnya merupakan tanah subur. Perbaikan drainase perlu diperhitungkan agar tidak
mengakibatkan munculnya cat clay yang sangat masam akibat oksidasi sulfida menjadi sulfat. Jenis
tanah alluvial di Kecamatan Tirawuta umumnya berupa tanah subur yang dimanfaatkan menjadi
lahan pertanian sawah.

Tabel IV-4 Jenis Tanah di Kabupaten Kolaka Timur


Luas
No. Jenis Tanah
Ha %
(1) (2) (3) (4)
1. Podzolik Merah Kuning 187,415 27,09
2. Podzolik Coklat Kelabu 132478 19,15
3. Lithosol 124,215 17,95
3. Regosol 21,428 3,10
5. Alluvial 51,763 7,84
6. Rendzina 76,264 11,02
7. Mediteran Merah Kuning 98,275 14,21
Jumlah 691,838 100,00
Sumber : Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka, 2017

3.3.2.5 Hidrologi

Pada dasarnya kondisi hidrologi Kecamatan Tirawuta dapat terlihat dari adanya sumbersumber air,
baik berupa air permukaan, mata air, maupun air tanah sebagai berikut.
(a) Air permukaan
Wilayah Kecamatan Tirawuta termasuk dalam Sub Daerah Aliran Tirawuta (DAS) Konaweha , yang
merupakan rangkaian daerah aliran Tirawuta dari Kabupaten Konawe . Wilayah Kabupaten Konawe

22 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

didominasi oleh pegunungan Mekongga , sebagai bagian dan rangkaian pegunungan Mekongga
yang memanjang sepanjang jasirah Daratan Sulawesi Tenggara , titik tertinggi adalah puncak
Gunung Mekongga . Terdapat banyak dataran sepanjang sungai tersebut. Pegunungan Mekongga
yang berada sebelah Barat dan timur Konawe ini menjadi titik
tertinggi di wilayah Kecamatan Tirawuta dan Kabupaten Konawe , sehingga semua Tirawuta yang
mengalir di Kecamatan Tirawuta mengalir ke arah tengah dan selatan menuju dan bermuara ke
Rawa Aopa .
Berdasarkan hasil penyelidikan hidrogeologi regional lembar Tirawuta dapat dibagi kedalam
tiga (tiga) wilayah produktivitas akuifer (lapisan pembawa air) yaitu:
1) Akuifer Produktif sedang dengan penyebaran luas, keterusan rendah sampai sedang, muka
air tanah beragam dan debit sumur kurang dari 5 l/det.
2) Akuifer dengan produktifitas rendah setempat dimana umumnya keterusan rendah,
setempat sedang, air tanah dalam jumlahnya cukup dapat diperoleh terutama dilembah-
lembah atau zona sesar dan pelapukan.
3) Daerah air tanah langka. Pemanfaatan air permukaan sebagai air baku untuk
pelayanan air bersih di Kecamatan Tirawuta terutama berasal dari anak Tirawuta Ampuh
yang terletak ± 3 m di bagian tenggara pusat Kecamatan Tirawuta yakni di desa Tirawuta
jernih Kecamatan Tirawuta.

(b) Mata Air


Di wilayah Kecamatan Tirawuta juga dijumpai mata air, yang terbentuk dari dasar lembah atau kaki
perbukitan yang disebabkan adanya lapisan batuan kedap air dibawahnya, sehingga peregangan
tidak terus ke dalam melainkan ke arah kateral dan muncul di kaki tebing/ lembah atau kaki
perbukitan. Hal ini ditunjukkan adanya beberapa danau, dan air terjun di daerah pegunungan.

(c) Air Tanah


Keberadaan air tanah dipengaruhi oleh curah hujan, luas daerah resapan, sifat kelulusan bahan
permukaan dan batuan yang terdapat dibawahnya serta morfologi. Potensi air tanah
umumnya relatif dalam, sekitar > 60 meter. Hampir seluruh Kecamatan di Kecamatan Tirawuta
mempunyai kedalaman efektif tanah >90 meter.

3.3.3 Penggunaan Lahan Kecamatan

23 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Secara keseluruhan, luas daratan Kecamatan Tirawuta mencapai 688.878 ha, sebagian besar
merupakan (digunakan sebagai) hutan negara. Penggunaan lahan diklasifikasikan kedalam 13 kategori
yaitu; sawah, tanah pekarangan/ tanah untuk bangunan dan halaman sekitarnya, tanah tegal/ kebun,
tanah ladang/ huma, tanah padang rumput, tanah rawa yang tidak dapat ditanami, tanah
tambak/kolam/ tebat dan empang, tanah lahan yang sementara tidak diusahakan, lahan tanaman
kayu-kayuan, tanah hutan negara, tanah perkebunan dan tanah lain-lain.

Kecamatan Tirawuta saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang
bersifat Perkotaan an dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta
kegiatan kepariwisataan. Kegiatan Perkotaan an yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah
(regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi
regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan- kegiatan
kepariwisataan di Kecamatan Tirawuta memiliki tingkat pelayanan nasional maupun regional antara
lain berupa fasilitas akomodasi hotel dalam memberikan pelayanan jasa kepariwisataan yang
mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam Kecamatan ataupun yang terletak di
luar Kecamatan dan daerah lain di Kabupaten Konawe .
Komponen ruang Kecamatan yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman
pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland Kecamatan
dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Sulawesi Tenggara , dan wilayah Daratan
Sulawesi Tenggara Barat. Daerah pertanian ini sebagian besar berada di bagian timur dan selatan
wilayah Kecamatan , terutama di Kecamatan Lalolae dan . Secara umum gambaran penggunaan
lahan di Kecamatan Tirawuta dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat Kecamatan yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,
pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup
pelayanan regional wilayah Kecamatan dan daerah pinggiran.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya
(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat
Kecamatan . Bagian barat dan tenggara serta utara Kecamatan merupakan daerah
perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Tirawuta bagian barat, dan Tinondo.
(d) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara Kecamatan yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan.
Perkembangan fisik ruang Kecamatan dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang
berawal dari lingkungan pusat Kecamatan .

24 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Struktur Kecamatan Tirawuta yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran
sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan
kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan
kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat Kecamatan .

3.3.3 Penggunaan Lahan Kecamatan

Kecamatan Tirawuta saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-kegiatan yang
bersifat perkota an dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa lahan-lahan pertanian, serta
kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkota an yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah
(regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
transportasi regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan-
kegiatan kepariwisataan di Kecamatan Tirawuta memiliki tingkat pelayanan nasional maupun
regional antara lain berupa fasilitas akomodasi hotel dalam memberikan pelayanan jasa
kepariwisataan yang mengkaitkan objek-objek wisata baik yang berada di dalam Kecamatan
ataupun yang terletak di luar Kecamatan dan daerah lain di Kabupaten Kolaka Timur .
Komponen ruang Kecamatan yang bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman
pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland Kecamatan
dengan hasil produksi yang dipasarkan ke Propinsi Sulawesi Tenggara , dan wilayah
SumateraBarat. Daerah pertanian ini sebagian besar berada di bagian timur dan selatan wilayah
Kecamatan , terutama di Kecamatan dan . Secara umum gambaran penggunaan lahan di
Kecamatan Tirawuta dapat dijelaskan sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat Kecamatan yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,
pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan lingkup
pelayanan regional wilayah Kecamatan dan daerah pinggiran.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya
(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke arah pusat
Kecamatan . Bagian barat dan tenggara serta utara Kecamatan merupakan daerah
perkembangan perumahan yang antara lain di Kecamatan Tirawuta bagian barat, dan .
(d) Kawasan Pertanian pada kawasan utara dan tenggara Kecamatan yang besaran lahannya
semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan perumahan.
Perkembangan fisik ruang Kecamatan dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang
berawal dari lingkungan pusat Kecamatan . Perkembangan mengikuti rencana pola jaringan
jalan lingkar

25 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Struktur Kecamatan Tirawuta yang bersifat konsentrik cenderung mengarah ke pola pembauran
sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang tidak begitu jelas batasnya. Terjadi pemusatan
kegiatan-kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan, perkantoran, perhotelan dan
kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan konsentrasi tinggi pada pusat Kecamatan .
Tabel IV-6 Penggunaan Lahan Kecamatan Tirawuta Tahun 2017
Tirawuta
No. Penggunaan Lahan
(1) (2) (6)
1. Tanah Sawah 1.250
2. Tegal/Kebun 205
3. Ladang/Humu 206
3. Padang Rumput 125
5. Sementara tidak diusahakan 0
6. Perkebunan 3.206
Jumlah 3.992
Sumber : Kabupaten Kolaka Timur dalam Angka, 2017

3.3.4 Kependudukan

3.3.3.1 Jumlah dan Karakteristik Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Tirawuta pada tahun 2017 sebesar 82.293 jiwa, Kecamatan
Tirawuta mempunyai jumlah penduduk paling besar yaitu 35.067 jiwa, sedangkan Kecamatan
yang mempunyai jumlah penduduk paling kecil adalah Kecamatan dengan jumlah 8.396 jiwa.
Sedangkan rata – rata laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Tirawuta adalah sebesar
1,04%
Pertumbuhan penduduk Kecamatan Tirawuta dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk mencari
pekerjaan di luar Kecamatan wilayah Tirawuta. Selain itu perlu diperhatikan perbedaan jumlah
penduduk yang beraktivitas di Kecamatan Tirawuta (penduduk siang hari) lebih besar dari pada
jumlah penduduk pada malam hari (penduduk domisili). Hal ini dikarenakan Kecamatan Tirawuta
telah menjadi destinasi perjalanan bagi wilayah –wilayah hinterland Kecamatan Tirawuta yang
pada umumnya adalah wilayah administrasi Kabupaten Kolaka Timur .

75+
70-74
65-69
60-64

26 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-15-9
0

1000 -500 0 500 1000

Gambar 4-3 Piramida Penduduk Kecamatan Tirawuta

Kecamatan Tirawuta secara umum dihuni oleh penduduk usia produktif, ini menandakan bahwa
perkembangan Kecamatan Tirawuta ke depan harus mengakomodasi pengembangan
pengembangan tempat bekerja, baik kegiatan perdagangan dan jasa maupun kegiatan
perkantoran. Struktur Penduduk Kecamatan Tirawuta berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel dan piramida berikut ini.
Dari piramida penduduk diatas dapat dilihat bahwa kelompok usia 5-14 tahun merupakan penduduk
terbanyak menurut kelompok umur di Kecamatan Tirawuta , hal ini menunjukan bahwa 10
sampai dengan 15 tahun mendatang Kecamatan Tirawuta memiliki banyak penduduk produktif/
usia kerja sehingga diperlukan lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja tersebut.
Selain itu jika dilihat jumlah penduduk usia 20 – 24 tahun, memperlihatkan bahwa jumlah penduduk
usia penduduk 20 – 24 tahun hanya sebesar 7,4 % hal ini di sebabkan oleh banyaknya penduduk
Kecamatan Tirawuta yang melanjutkan pendidikan keluar daerah, hal ini merupakan potensi
dalam pengembangan sektor pendidikan untuk Kecamatan Tirawuta sehingga penduduk
usia 20 – 24 tahun dapat melanjutkan pendidikan hanya dalam Kecamatan Tirawuta .

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2017
diketahui bahwa mata pencaharian utama penduduk di Kecamatan Tirawuta mayoritas
berkecimpung dalam sektor pertanian, Perdagangan, Buruh, serta pegawai negeri sipil. Dengan
data tersebut terlihat bahwa penduduk di Kecamatan Tirawuta

27 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 3.4 Data Penduduk

Desa/Kelurahan Luas/Area Penduduk Kepadatan


Km2

Rate-rate 17,32 1 886 109

Tawainalu 7,00 885 126


Simbune 17,03 945 55
Lalingato 20,24 997 49
Tirawuta 10,47 842 80
Poni-Poniki 12,37 832 67
Tasahea 18,23 1 154 63
Orawa 21,00 1 423 68
Woiha 11,20 1 036 93
Lara 19,45 884 45
Tumbudadio 14,05 1 385 99
Tababu 6,24 759 122
Matabondu 4,82 445 92
Karimotingge 8,24 380 46
Roko-Roko 9,14 743 81
Loka 9,14 571 62
Tirawuta 206,8 15 167 73

28 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tergantung pada sektor ekstraktif terutama pertanian; perkebunan dan kehutanan serta kegiatan
jasa kemasyarakatan lainnya.
Struktur penduduk menurut jenis pekerjaan di Kecamatan Tirawuta tahun 2009 menunjukan
bahwa jumlah penduduk Kecamatan Tirawuta sebagian besar bekerja di sektor pertanian 44,70
%, diikuti perdagangan 20,29 %, sektor buruh 13,18 % dan sektor lainnya.

3.3.3.2 Sosial Budaya Masyarakat

Penduduk (masyarakat) Kecamatan Tirawuta adalah penduduk asli, artinya masyarakat


Kecamatan Tirawuta sejak nenek moyangnya telah lama menetap di daerah ini. Keadaan sosial
masyarakat Kabupaten Kolaka Timur dicirikan oleh adanya suku Kabupaten Kolaka Timur , yaitu
merupakan turunan suku Melayu Tua yang telah menetap sejak zaman Mezoliticum, serta
mempunyai bahasa dan dialek spesifik (bahasa Kabupaten Kolaka Timur ) dengan tulisan Incung.
Daerah pertanian merupakan enclave yang terluas dalam kawasan TNKS dan merupakan
daerah yang subur dan relatif terisolir. Hal tersebut menyebabkan perkembangan kebudayaan
lebih menonjolkan sifat religius yang mayoritas Islam serta penghormatan pada peninggalan nenek
moyang. Hubungan kekerabatan lebih erat dan terikat satu sama lain yaitu terlihat adanya suatu
strata masyarakat tuo-tuo tengganai (tokoh masyarakat, ninik mamak, kaum kerabat) alim ulama,
cerdik pandai, masyarakat biasa, dan golongan orang-orang tua, serta
golongan orang muda.

3.3.5 Perekonomian Kecamatan

Secara regional, Kecamatan Tirawuta merupakan pusat ekonomi bagi wilayah hinterlandnya,
dalam hal ini wilayah Kabupaten Kolaka Timur . Karakteristik ekonomi Kecamatan Tirawuta
tercermin dari dominasi kegiatan perdagangan dan jasa di Kecamatan Tirawuta, yang menjadi
orientasi bagi wilayah hinterlandnya. Dalam hal ini Kecamatan Tirawuta berperan sebagai pusat
distribusi dan koleksi barang dan jasa bagi wilayah di Kecamatan Tirawuta itu sendiri maupun
wilayah regionalnya. Terkait dengan Kabupaten Kolaka Timur yang memiliki sektor unggulan pada
sektor pertanian, Kecamatan Tirawuta berperan sebagai pusat pemasaran produksi pertanian dari
Kabupaten Kolaka Timur , yang tercermin dari maraknya kegiatan pasar di Kecamatan Tirawuta,
yang berpusat di Kawasan dan Pasar Pond. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa
perekonomian Kecamatan Tirawuta yang ditopang oleh sektor perdagangan dan jasa didukung

29 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

oleh keberadaan sektor-sektor primer di Kabupaten Kolaka Timur , seperti sektor pertanian, serta
maraknya berbagai kegiatan industri kecil kerajinan tangan.
Dalam kaitannya antara sektor unggulan Kecamatan dengan mata pencaharian utama
penduduk Kecamatan , dapat dikatakan bahwa saat ini kegiatan ekonomi utama yang ada saling
mendukung dengan mata pencaharian utama masyarakat Kecamatan Tirawuta sebagai pedagang
dan petani. Mata pencaharian sebagai pedagang tercermin dari kegiatan ekonomi yang didominasi
oleh kegiatan perdagangan dan jasa, sementara mata pencaharian sebagai petani tercermin dari
masih banyaknya penggunaan lahan pertanian di pinggiran Kecamatan . Selain itu, dukungan
Kecamatan terhadap masyarakat yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani adalah
sebagai pusat pemasaran hasil produksi pertaniannya. Ilustrasi di atas tercermin dalam
perkembangan PDRB Kecamatan Tirawuta.
Perekonomian Kecamatan Tirawuta berdasarkan perkembangan nilai PDRB atas dasar harga
konstan dari tahun ke tahun bila dilihat dari distribusinya ternyata tidak mengalami pergeseran yang
terlalu signifikan. Secara umum, dominasi sektor tersier sangat besar kontribusinya terhadap
perekonomian Kecamatan Tirawuta, yaitu pada tahun 2009 mencapai hingga 80%. Hal ini
mengindikasikan bahwa Kecamatan Tirawuta telah menunjukkan sifatnya sebagai kawasan
perkota an, dimana sektor-sektor ekonomi yang berkembang sudah tidak tergantung lagi pada
esktraksi sumber daya alam secara langsung dan pengolahan lanjutannya. Apabila dilihat dengan
lebih seksama, maka sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar di Kecamatan
Tirawuta adalah sektor perdagangan besar dan eceran, angkutan jalan raya,
pemerintahan umum, industri pengolahan non migas, dan komunikasi. Dengan pariwisata
sebagai salah satu andalan Kecamatan Tirawuta, maka dapat terlihat bahwa sektor-sektor yang
memberikan kontribusi besar di atas adalah sektor-sektor yang terkait langsung dengan kegiatan
pariwisata.
Apabila dibandingkan dengan perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara , maka bila dilihat dari
nilai LQ dari tahun ke tahun, sektor hotel, restoran, dan komunikasi memperlihatkan bahwa
Kecamatan Tirawuta memiliki keunggulan yang sangat besar dalam lingkup Provinsi Sulawesi
Tenggara . Hal ini semakin mengukuhkan bahwa dalam konstelasi Provinsi Sulawesi Tenggara ,
Kecamatan Tirawuta adalah merupakan salah satu unggulan dari Provinsi tersebut di bidang
pariwisata. Berdasarkan perhitungan Shift Share, juga dapat diketahui bahwa dalam konstelasi
Provinsi Sulawesi Tenggara , sektor-sektor yang merupakan unggulan dari Kecamatan Tirawuta
adalah sektor industri non migas, perdagangan besar dan eceran, hotel, restoran, dan bank serta
pemerintahan umum. Indikasi-indikasi ini dapat menguatkan bahwa sektor perekonomian
Kecamatan Tirawuta secara garis besar didukung oleh adanya kegiatan pariwisata.

30 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Gambar 3. Posisi titik-titik penyelidikan tanah di lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka
Timur

31 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Gambar 3. Grafik Stratigrafi hasil Core drill (deep boring) Geoteknik di Lokasi Rumah Sakit

Tabel 10. Summary test result soil properties Tanah dari lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur (Lab Politeknik Undana, 2018)

32 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Gambar 5. Struktur Geologi Lingkungan Kabupaten Kolaka Timur dalam satuan batuan

33 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

3.1.8. Sistem Keamanan Kebakaran Pada Gedung Terminal Tipe B Kolaka Timur Kolaka Timur .
Sistem keamanan kebakaran pada gedung adalah suatu cara yang digunakan untuk dapat
mencegah dan menanggulangi masalah kritis bila terjadi kebakaran pada gedung Terminal Tipe B
Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur .
Jenis-Jenis sistem keamanan gedung yang digunakan untuk menanggulangi terjadinya
kebakaran pada bangunan gedung Terminal Tipe B Kolaka Timur sebagai berikut :
1. Unit Tabung Pemadam Kebakaran
Unit tabung pemadam kebakaran adalah unit pemadam kebakaran yang terbuat dari
tabung kecil yang terisi dengan gas dan digunakan untuk kebakaran-kebakaran kecil yang
dibuat dari bahan-bahan kimia. Tabung pemadam kebakaran di letakkan pada tempat yang
mudah terlihat dan mudah dicapai.
2. Fire Hydrant (hidran pemadam kebakaran)
Fire hydrant adalah alat pemadam kebakaran, dimana pada hydrant terdapat selang
hydrant yang panjangnya 30 meter dengan tekanan air sejauh 5 meter. Hydrant
dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis, yaitu hydrant gedung, hydrant halaman dan hydrant Kab.
Berdasarkan nama hydrant, maka hydrant gedung adalah hydrant yang perletakannya
di dalam gedung. Hydrant halaman adalah hydrant yang perletakannya di halaman suatu
lokasi gedung. Dan hydrant perKaban adalah hydrant yang hampir sama dengan hydrant
halaman namun hydrant Kabupaten memiliki dua sampai tiga selang kebakaran. Dan juga
perletakannya berada di titik-titik tertentu perKaban yang memungkinkan unit pemadam
kebakaran suatu Kabupaten mengambil cadangan air.
Komponen hydrant kebakaran terdiri dari sumber air, pompa-pompa kebakaran,
selang kebakaran, penyambung dan perlengkapan lainnya.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada hydrant dapat pula dinyatakan
dengan rumus :
a. Jumlah hydrant
Hydrant bangunan : 1 unit / 800 m2
Dimana :
L bangunan = Luas bangunan dalam satuan m 2.
b. Kebutuhan air pada sebuah hydrant bangunan gedung

34 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

1 unit hydrant : 400 liter/menit


Kebutuhan air = Σ hydrant x 400 liter/menit

Untuk hydrant kebakaran, diperlukan persyaratan teknis sesuai ketentuan


sebagai berikut :
1. Sumber persediaan air untuk hydrant harus di perhitungkan untuk pemakaian
selama 30 menit.
2. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik
tersendiri dan memiliki sumber daya listrik darurat.
3. Selang kebakaran dengan diameter minimum 1,5 inci (3,8 cm) harus terbuat dari
bahan yang tahan panas, dengan panjang maksimum 30 meter.
4. Harus di sediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari Barisan/Unit
pemadam kebakaran.
5. Semua peralatan hydrant harus dicat dengan warna merah.

Adapun pemasangan hydrant kebakaran juga memperhatikan hal-hal sebagai


berikut :
1. Pipa pemancar sudah harus terpasang pada selang kebakaran
2. Hydrant bangunan yang menggunakan pipa tegak ( riser) ukuran 6 inci (15 cm) harus
dilengkapi dengan kopling outlet dengan diameter 2,5 inci yang bentuk dan ukurnnya
sama dengan kopling dari barisan/unit pemadam kebakaran dan ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai oleh petugas pemadam kebakaran.
3. Hydrant halaman harus di sambungkan dengan pipa induk dengan ukuran diameter
minimum 6 inci (15 cm) dan mampu mengalirkan air 1000 liter/menit. Maksimal jarak
antara hydrant adalah 200 meter dan penempatan hydrant harus mudah dicapai oleh
mobil pemadam kebakaran.

3. Sprinkler
Spinkler adalah suatu alat semacam nozzle (penyemprot) yang dapat memancarkan
air secara pengabutan ( Fog) dan bekerja secara otomatis. Sprinkler juga merupakan sistem

35 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

keamanan kebakaran yang digunakan di gedung untuk memberikan peringatan dini pada
penghuni atau pengujung gedung tersebut saat terjadi kebakaran, meskipun tidak digunakan
terus menerus namun alat ini berfungsi sebagai pemberi tanda agar agar barisan pemadam
kebakaran dapat segerah menanggulangi kebakaran yang terjadi.
Ada beberapa jenis sprinkler, diantaranya yang sering digunakan adalah sprinkler
tabung dan sprinkler segel. Perletakan sprinkler biasanya di pasang pada plafon ruangan, di
pasang juga pada ruangan-ruangan yang isinya mahal, sprinkler juga bekerja jika ruangan
mencapai suhu panas tertentu, dengan thermostat sprinkler akan membuka dan
menyemprotkan air.
Untuk perhitungan jumlah dan kebutuhan air pada sprinkler dapat dinyatakan dengan
rumus :
a. Jumlah sprinkler
Area 1 head : 25 m2
1 zone : 16 unit
b. Kebutuhan air
1 zone : 80 liter
Kebutuhan air = Σ sprinkler x 80 liter.

Pada saat sprinkler bekerja maka, tekanan air dalam pipa akan menurun dan
sensor otomatis akan memberikan tanda bahaya ( alarm) dan lokasi yang terbakar akan
terlihat pada panel pengembalian kebakaran. Meskipun sistem sprinkler tidak perna
aktif dalam jangka waktu yang cukup panjang, namun sistem tersebut harus ada dalam
keadan siap sehingga bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran tidak mengalami
permasalahan.
c. Susunan pipa cabang sprinkler
1) Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.
2) Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.
3) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di tengah.
4) Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air di ujung.

36 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4. Sistem Deteksi dan Tanda Bahaya Kebakaran


Berdasarkan SNI 03-1736-2000 bangunan ini dilengkapi dengan sistem tanda bahaya jika
terjadi kebakaran yang panel induknya berada dalam ruang pengendali kebakaran,
sedangkan sub panelnya dipasang di setiap lantai berdekatan dengan Kabk hidran (lihat
skema instalasi kebakaran). Pengoperasian tanda bahayanya dapat dilakukan secara
manual dengan cara memecahkan kaca tombol saklar tanda kebakaran atau bekerja secara
otomatis, dimana tanda bahaya kebakaran dihubungkan dengan sistem detektor (detektor
asap atau panas) atau sistem Sprinkler.
5. Tangga Darurat
Pada bangunan ini dilengkapi dengan 2 (dua) tangga darurat di sisi kiri-kanan gedung, yang
berfungsi untuk mengevakuasi seluruh orang dalam gedung dengan cepat pada saat terjadi
kebakaran. Tangga kebakaran ini langsung berhubungan dengan udara luar baik dari lantai
dasar sampai atap gedung. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

37 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Gambar 6. Skema sistem Hydrant Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten Kolaka Timur

38 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

39 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

3.4 Sumber Air Bersih


Pada saat ini sumber daya air yang umum dimanfaatkan untuk kebutuhan pelayanan air
bersih bagi kebutuhan Kabupaten Kolaka Timur diambil dari sumber mata air yang keluar pada
beberapa wilayah, dialirkan dan ditampung pada reservoir dengan ketinggian tertentu lalu
didistribusikan secara gravitasi. Namun kenyataannya akhir-akhir ini sumber-sumber air yang
biasa dipakai untuk melayani penduduk Kabupaten Kolaka Timur mengalami penurunan debit
yang besar antara 60% - 70% seperti mata air baumata dari 75 ltr/dtk turun menjadi 18 – 20
ltr/dtk.
Dengan menipisnya potensi sumber air yang ada, maka saat ini 90 % kebutuhan air
bersih Kabupaten Kolaka Timur memanfaatkan potensi air tanah (Dinas Pertambangan dan
Energi Kabupaten Kolaka Timur 2007) mengunakan sumur bor yang tersebar di beberapa
cekungan air tanah.
Cekungan air tanah di Kabupaten Kolaka Timur dan sekitarnya menurut Laporan Akhir
Penelitian Potensi Pengembangan Pengelolan dan Zonasi Air tanah di Kabupaten Kolaka Timur
Cekungan air tanah ini dapat dibedakan lagi menjadi sub cekungan Namosain dengan
potensi air tanah yang dapat diambil adalah 19 ltr/dtk dengan pemompaan selama 24 jam non
stop selama setahun, sub cekungan Tenau Alak dengan potensi air tanah yang dapat diambil
pada sub cekungan Alak - Tenau adalah 107.66 ltr/dtk dengan pemompaan selama 24 jam non
stop selama setahun, dan sub cekungan Bolok yang berada dalam wilayah Kabupaten Kolaka
Timur .
Berdasarkan data dari hasil penelitian potensi air tanah di Kabupaten Kolaka Timur tahun
2007, terdapat sebanyak 3100 sumur gali, dan 74 sumur bor tersebar di sekitar Kabupaten
Kolaka Timur .
Beberapa data potensi air tanah yang ada di Kabupaten Kolaka Timur yang dikelolah oleh
PDAM Kab Kolaka Timur dan UPTD Kabupaten Kolaka Timur , seperti tabel dibawah ini.

Tabel 16. Data potensi air tanah tersedia di Kabupaten Kolaka Timur yang di kelola oleh PDAM
Kabupaten dan UPTD Kabupaten Kolaka Timur .
No. Pemilik/ Debit pakai
Elevasi (m) Debit maks (ltr/dtk)
Sumur Pengelolah (ltr/dtk)
12 PDAM Kab 67 31 15
3 PDAM Kab 171 30 10
11 PDAM Kab 76 30 15

40 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

34 PDAM Kab 76 20 15
4 UPTD Kab 171 30 10
29 UPTD Kab 27 30 6
63 UPTD Kab 188 26 7
33 UPTD Kab 72 25 7,5
9 UPTD Kab 61 16 6
19 UPTD Kab 46 15 5
24 PDAM 29 15 2,5
41 UPTD Kab 26 15 6
42 PDAM 60 15 10
44 PDAM 47 15 10
45 UPTD Kab 40 15 5
160 PDAM 60 15 10
1 PDAM 261 12 10
46 Rujab Bupati Kab 37 10 2,5
46 UPTD Kab 32 10 7,5
48 UPTD Kab 60 10 6
49 PDAM 113 10 6
136 UPTD Kab 67 5 2,5
41 Bundaran Rate2 67 2,5 0

Sedangkan sumur bor lainnya merupakan milik perorangan maupun instansi yang dimanfaatkan
untuk kebutuhan sendiri.

3.4.1 Kondisi awal Air


Air bersih untuk kebutuhan Terminal Tipe B Kolaka Timur direncanakan disuplai dari Air
Bor dan Air Bor. Adapun alasan dan perkiraan akan kebutuhan air dari kedua sumber air di
atas, jika Terminal Tipe B Kolaka Timur beroperasi maksimal adalah sebagai berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan air bersih untuk beberapa Hotel di Kabupaten Kolaka Timur
selama ini, yakni Hotel Kristal, Hotel The Santosa, Restoran Nelayan dan Terminal
Mamami adalah bersumber dari Air Bor , sedangkan Air Bor Tirawuta dipilih sebagai
sumber air untuk Terminal Tipe B Kolaka Timur hanya karena letaknya dekat. Karena
itu, identifikasi kondisi awal kualitas air, terutama kualitas air bersih yang direncakan
untuk mensuplai kebutuhan Terminal, yakni Air Bor dan Air Bor.
b. Karena letak Terminal Tipe B Kolaka Timur yang akan dibangun, yakni di lokasi
Pameran Rate Rate (Kabupaten Kolaka Timur ) yang secara topografis berada di
ketinggian, sehingga pilihan sumur pantau untuk memantau kegiatan Terminal, yakni

41 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

sumur yang berada pada titik yang lebih rendah (dengan asumsi di titik tersebut sebagai
limpasan air bawah tanah), yakni pada sumur bor sebelah barat. Meskipun demikian,
pemantauan terhadap kualitas air limbah Terminal, secara periodik akan dipantau pada
Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

Untuk kebutuhan konstruksi dan operasi terminal, pihak pemrakarasa


memanfaatkan air tangki yang diambil dari sumur bor dalam wilayah Kabupaten Kolaka
Timur . Sedangkan sumur pantau adalah sumur bor yang letaknya di sebelah barat.
Adapun kondisi awal kualitas air seperti yang tercantum di bawah ini :
Pemeriksaan Fisik Air :
a. Suhu air
Data pengukuran suhu air dari ketiga sampel air dapat dilihat pada tabel 17.
Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Suhu Air
Jenis Hasil
Standar
No Pemeriksaa Nama Sampel Pemeriksaan ( O C
( OC )
n )

1 Suhu air Air Sumur Bor 30,4 27

2 Suhu air Air Sumur Bor 30,7 27

3 Suhu Air Air Sumur Bor 31,6 27


Sumber : Hasil analisis Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Provinsi SULTRA , Tahun 2018.

Suhu air yang semakin tinggi menyebabkan sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

b. Tingkat keasaman /basa (pH)


Tabel 18. Hasil Pemeriksaan tingkat keasaman (pH) Air
Hasil Baku Mutu
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan pH Air.
pH

1 Tingkat Keasaman Air Bor 7,0 6–9

Air Bor 6–9


2 Tingkat Keasaman 7,6

3 Tingkat Keasaman Air Bor 7,2 6-9

42 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

Nilai pH air sebagai sampel sebesar 7 dan 7,1 masih dalam ambang batas baku
mutu yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9 sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun
2001. Air dengan pH lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam dan sebaliknya bila
lebih tinggi akan bersifat basa.

c. Bau dan rasa air


Analisis dengan pendekatan sensorik terhadap bau dan rasa air menunjukkan bahwa
air tidak berbau, dan berasa tawar atau normal.
d. Total Suspended Solids (TSS) dan Kekeruhan.
Padatan tersuspensi total (Total Suspended Solids atau TSS) adalah bahan-
bahan yang tersuspensi (diameter > 1 µm) yang tertahan pada saringan millipore
dengan diameter pori 0,45 µm. TSS terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-
jasad renik, terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang
terbawa ke badan air. Nilai TSS air dapat dilihat pada tabel 19.

Tabel 19. Hasil Pemeriksaan TSS air.


Jenis Hasil
Standar
No Pemeriksaa Nama Sampel Pemeriksaan
(mg/liter)
n (mg/liter)
1 TSS Air Bor 1 Max. 50
2 TSS Air Bor 1 Max. 50
3 TSS Air Bor 1 Max. 50
Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

Tingkat kekeruhan air yang terukur dapat dibaca pada tabel di tabel 20.
Tabel 20. Analisa Tingkat Kekeruhan Air
Hasil
Standar
No Jenis Pemeriksaan Nama Sampel Pemeriksaan
(NTU)
(NTU)
1 Tkt kekeruhan Air Bor 4 Max. 25
2 Tingkat kekeruhan Air Bor 6 Max. 25

43 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

3 Tingkat kekeruhan Air Bor 4 Max. 25


Sumber : Hasil Analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

e. Kesadahan Total
Kesadahan merupakan jumlah ion Ca dan Mg yang bersenyawa dengan
karbonat yang terdapat di perairan. Kesadahan terbagi atas 2, yaitu kesadahan
sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara dapat dihilangkan dengan
jalan pendidihan sedangkan kesadahan tetap tidak dapat dihilangkan dengan cara
pedidihan. Karena lokasi kegiatan berdiri di atas tanah yang terbentuk dari batuan khas
yang kaya akan mineral seperti Ca dan Mg maka variabel ini ditambahkan sebagai data
pendukung yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan air baku air minum
yang bersumber dari air sumur bor yang tersedia. Air baku air minum adalah air yang
dapat diolah menjadi air yang layak sebagai air minum dengan pengolahan secara
tradisional melalui cara filtrasi, disenfikasi dan dididihkan.

Tabel 21. Hasil pemeriksaan kesadahan total air


Hasil
Jenis Standar
No Nama Sampel Pemeriksaan
Pemeriksaan (mg/l)
(mg/l)
1 Kesadahan total Air Bor 219 Max. 500
2 Kesadahan total Air Bor 268 Max. 500
3. Kesadahan Total. Air Bor 234 Max. 500
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

f. Biological Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD)


Dari hasil analisa air sebagai data awal, BOD dan COD air masih dalam ambang
batas seperti terbaca pada tabel, artinya tingkatan pencemaran oleh bahan organik
dalam air masih dalam ambang kemampuan mikroorganisme untuk mengurai.

Tabel 22. Hasil Pemeriksaan kadar BOD dan COD air.


Jenis
No Nama Sampel Hasil Pemeriksaan Standar
Pemeriksaan (mg/l) (mg/l)
1 BOD Air Bor 0,8 Max 2
2 BOD Air Bor 0,8 Max 2
3 BOD Air Bor 1,61 Max 2
4 COD Air Bor 5,166 Max 10

44 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Sumber : Data hasil analisa Lab Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

g. Komponen Bakteriologi (E. Coli dan Total Coliform)


Pengamatan coli fecal dan total coliform dilakukan terhadap sampel air baku yang
diambil pada titik yang ditetapkan untuk pengamatan kualitas air awal. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907.Menkes/SK/VII/2002
serta PP No. 82 Tahun 2001.

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan E. Coli dan total Coliform air.


Jenis Hasil Pemeriksaan Standar
No Nama Sampel
Pemeriksaan (MPN/100 ml) (MPN/100 ml)
1 E. Coli Air Bor 0
2 E. Coli Air Boir 0 100
3 E. coli Air Bor 0
4 Coliform Air Bor 0
5 Coliform Air Bor 1200 1000
6 Coliform Air Bor 0
Sumber : Data hasil analisa Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018

Dari data hasil analisis mikrobiologi di atas, merekomendasikan bahwa air bor
Tirawuta belum layak untuk digunakan sebagi sumber air bagi pemenuhan kebutuhan
air di Terminal , karena jumlah coliform total-nya lebih besar dari baku mutu air yakni
1200 MPN dalam 100 mL air. (Baku Standard PP 82 Tahun 2001, 1000 MPN/100 mL
air ).
h. Pemeriksaan logam berat
Hasil pengukuran logam berat dalam ketiga sampel air (Air Bor , Air Bor Tirawuta
dan Air Bor) dapat dibaca pada tabel di bawah ini : Kadar logam Cd, Pb dan Fe pada
masing-masing sample air masih memenuhi Baku Mutu menurut PP Nomor : 82 Tahun
2001.

45 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 23. Hasil Pemeriksaan logam berat.


Jenis logam Konsentasi (mg/L) Baku Mutu menurut PP
berat Air Bor Air Bor Air Bor 82 Tahun 2001 (mg/L)
Cd 0,0141 0,0018 0,0123 0,01
Pb 0,2478 -0,0413 0,2891 0,03
Fe -0,1746 -0,1116 0,0970 0,3
Sumber : Data hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

i. Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak


Hasil pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak dapat dilihat pada tabel 25.
Tabel 25. Hasil Pemeriksaan Ion Nitrat, Nitrit dan Amoniak
Konsentasi (mg/L) Baku Mutu
menurut PP 82
Jenis ion Air Bor Air Bor Air Bor Tahun 2001
(mg/L)
Nitrat ( NO3-) 0,030 0,030 0,030 10
Nitrit ( NO2- ) 0,057 0,007 0,017 0,06
Amoniak (NH3) 0,140 0,05 0,04 0,5
Sumber : Hasil analisis Lab. Lingkungan UPTD BALAI LABORATORIUM KESEHATAN Prov. SULTRA Tahun 2018.

Kadar Ion Nitrat ( NO3-), Nitrit (NO2- ) dan Amoniak, pada ketiga sumber air tersebut di
atas menggambarkan kualitas air masih normal artinya masih dibawah baku mutu.

3.4.2 Drainase Permukaan Kawasan


Dengan adanya rencana pembanguan Terminal serta jangka panjang adalah
pembanguna Kolaka Timur use-mixed development di Rate Rate (ex. Lokasi Pameran),
menimbulkan perubahan besarnya jumlah air yang melimpas akibat hujan yang turun
pada daerah tersebut. Dengan tertutupnya lahan maka limpasan permukaan akan
bertambah, dan jika tidak diantisipasikan terjadi banjir/genangan baik dalam kawasan
maupun diluar kawasan terbangun.
Dari hasil identifikasi kondisi eksisting, tidak adanya saluran drainase yang
tersedia di lokasi, Dari hasil pantauan lokasi rencana merupakan area resapan aair
permukaan yang berasal dari jalan Frans Seda serta limpasan dari jalan Bajawa dan
sekitarnya.

3.5 Kondisi Kebisingan

46 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat
dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan
lingkungan. Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Tingkat kebisingan yang terukur pada 4 (empat) titik pengamatan yaitu di sekitar wilayah
kelurahan Rate Rate, dimana direncanakan akan dibangun Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur dapat dilihat pada tabel 26.

Tabel 26. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Empat Titik Pengamatan


Tingkat Baku Tingkat
Titik
Kebisingan Kebisingan Keterangan
Pengukuran
Terukur dB(A) dB(A)
Perumahan dan Memenuhi baku
Titik 1.
Pemukiman (55 mutu toleransi
58
dB(A). + 3dB(A)
Ruang terbuka Hijau Melampaui Baku
Titik 2.
(50 dBA) Mutu
57

Titik 3.
51 Terminal atau Memenuhi Baku
sejenisnya (55 dBA) Mutu
Perumahan dan
Titik 3. Pemukiman Melampaui Baku
61 (55 dBA) Mutu

Sumber : Hasil pengukuran dan analisis Lab. Dinkes Prov Sultra

3.6 Kualitas Udara Ambien


Kondisi lingkungan udara di Kelurahan Rate Rate, berdasarkan hasil analisis konsentrasi
gas SOx, NOx dan NH3 pada 4 (empat) titik, yakni di Jl. Poros KDI_KLK (titik I/St.1), di titik
tengah lokasi Terminal (titik 2/St.2),

47 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 27. Hasil Analisis Kualitas Udara Ambien di Lokasi Rate Rate, Kabupaten Kolaka Timur .
Konsentrasi (µg/Nm3) / Koordinat Sampling

Baku Mutu Metode


Parameter

Stasiun 1 Stasiun 3 Stasiun 4


Stasiun 2

Pararosanili
SOx 710,20 433,81 409,78 452,79 900 µg/Nm3
n

NOx 397,42 175,09 343,69 353,88 400 µg/Nm3 Saltzman

NH3 0,3172 0,1926 0,4984 0,3965 2 µg/liter Nessller

Sumber : Hasil Sampling dan analisis Lab. Kimia, Fakultas Sains dan Teknik UNDANA Tahun 2018.

Keterangan : St : Stasiun

Konsentasi gas di stasiun 1 (disamping siang hari sebelum hujan pada tanggal, 13 Nov.
2018), menunjukkan kadar SOx relatif tinggi, sedangkan di stasiun lain rendah, tetapi masih
memenuhi baku mutu udara ambien sesuai Kepmen LH Nomor : Kep-45/MENLH/10/1997
tentang Indeks Standar Pencemar Udara Tanggal 13 Oktober 1997) artinya tingkat kualitas
udara tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada
tumbuhan yang sensitif (karena pH air hujan menjadi kurang dari 7 atau agak asam), dan nilai
estetika.

3.7 Getaran
Untuk menjamin kelestarian lingkungan hidup agar dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan makluk hidup lainnya, maka setiap usaha atau kegiatan perlu melakukan
pengendalian akibat getaran yang dihasilkan. Karena itu, Kementerian Lingkungan Hidup

48 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

menetapkan Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996. Adapun baku tingkat getaran mekanik berdasarkan Jenis Bangunan
adalah sebagai berikut:

Tabel 28. Baku Tingkat Getaran dalam Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor :
49/MENLH/11/1996.
Kec. Getaran (mm/det.)
Pada Fondasi Pada bidang
(Frekuensi (Hz) datar di lantai
Kelas Tipe Bangunan
paling atas.
10 Hz 10-50 Hz 50-100 Hz
Camp. frekuensi
Bangunan untuk
keperluan niaga,
1 bangunan industri
10 20 - 40 40 - 50 40
dan bangunan
sejenis.
Perumahan dan
bangunan
2 dengan
5 5 - 15 15 - 20 15
rancangan dan
kegunaan sejenis
Bangunan yang
3
dilestarikan 3 3-8 8 - 10 8,5
Sumber : Kep. MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Selain itu, baku tingkat getaran mekanik berdasarkan dampak kerusakan dapat dilihat pada
tabel 29.

49 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Tabel 29. Baku Tingkat Getaran Berdasarkan Dampak Kerusakan.

Frekuensi (Hz) Kecepatan Getaran ( mm/detik)


(Sumber getar) Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
4 <2 2 – 27 >27 – 140 140
5 < 7,5 7,5 – 25 >25 – 130 130
6,3 <7 7 – 21 >21 – 110 110
8 <6 6 – 19 >19 – 100 100
10 < 5,2 5,2 – 16 >16 – 90 90
12.5 < 4,8 4,8 – 15 >15 – 80 80
16 <4 4 – 14 >14 – 70 70
20 < 3,8 3,8 – 12 >12 – 67 67
25 < 3,2 3,2 – 10 >10 – 60 60
31,5 <3 3–9 >9 – 53 53
40 <2 2–8 >8 – 50 50
50 <1 1 –7 >7 - 42 42
Sumber : Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996

Keterangan :
Kategori A : Tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B : Kemungkinan keretakan plesteran.
Kategori C : Kemungkinan kerusakan komponen struktur dinding
Kategori D : Rusak dinding pemikul beban.

Sesuai hasil desain dan gambar – gambar perencanaan dapat disimpulkan bahwa
proses pembangunan Terminal Internasional ini pada tahap konstruksi tidak mempergunakan
peralatan, seperti pengunaan alat pancang yang menimbulkan getaran diatas baku mutu yang
dipersyaratkan oleh Kep-MENLH Nomor : 49/MENLH/11/1996.

3.8 Komponen Flora - Fauna


Pengamatan flora dan fauna pada lokasi Terminal Internasional dengan
mengidentifikasi vegetasi tanaman dan hewan yang ada dilokasi dan sekitarnya di kelurahan
Rate Rate, Kecamatan, Kabupaten Kolaka Timur . Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel
30.

Tabel 30. Hasil pengamatan Flora di lokasi dan pemukiman sekitarnya

50 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

No. Nama indonesia Nama latin Jumlah Keterangan

51 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

1.
Mangga Mangivera Indica 23

2.
Kedondong Spondias dulcis 6

3.
Gamal Gliricidia Macaluta 36

4.
Kelapa Cocos nucivera 15

5.
Euphorbia Euphorbia milii 110

6.
Bunga Kamboja Plumeria acuminata 48

7.
Lamtaro Leocaena Leococephala 22

8.
Kabesak hitam Acasia Catechu 1

9.
Kapok Ceiba Petandra Gaernt 6

10.
Mahoni Theobroma Cacao 3

11.
Pisang Musa Paradisiaca 47

12.
Jati Tectona Grandis 9

13.
Alfukat Persea americana mill 2

14.
Jambu biji Psidium Guajava 3

15.
Bunga keladi Caladium bicolor 28

16.
Bunga asoka Saraca indica 1

17.
Cermelek 5

18.
Sukun Arthocarpus communis 9

19.
Nangka Arthocarpus Integra 24

20.
Siri Piper betle 6

21. Kesambi Scleichera oleosa 4

52 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

22.
Pepaya Carica Papaya 60

23.
Bunga kaktus Opuntia sp 30

24.
Angsana Pterocarpus indicus willd 12

25.
Pinang Areca catechu 7

Sumber : Hasil Pengamatan Flora di Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya,
Tahun 2018

Tabel 31. Hasil Pengamatan Fauna di Lokasi dan Sekitarnya.


No. Nama Lokal Nama Indonesia Nama Latin Jumlah Keterangan
1 Fafi Babi Cavia porcellus 18
2 Asu Anjing Canis lupus familiaris 10
3 Manu Ayam Gallus sp 58
4 Rade Bebek Cairina moschata 12
5 Mbibi Kambing Capra aegagrus hircus 4
6 Busang Kucing Felis catus 3
7 Iang Ikan Latimeria 5
Sumber : Data Pengamatan Fauna di Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya,
Tahun 2018

Dari data diatas tidak ditemukan fauna yang dilindungi di lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur dan sekitarnya.

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan ukuran yang diperoleh
melalui perbandingan antara jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia
15 tahun ke atas. Persentase Angkatan Kerja Kabupaten Kolaka Timur usia 15 tahun
ke atas terhadap total penduduk pada tahun 2017 adalah sebesar 59.84 %.
Sementara persentase Bukan Angkatan Kerja sebesar 40.16 %. Bila dirinci menurut
jenis kelamin, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) laki-laki lebih besar
dibandingkan dengan TPAK perempuan. TPAK laki-laki sebesar

53 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

a. Tingkat Pengangguran Terbuka


Menurut definisi, seseorang dikatakan bekerja apabila mereka melakukan
pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan dan
lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus selama seminggu yang
lalu. Penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan disebut
menganggur (unemployed). Jadi, pengangguran termasuk mereka yang tidak
bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, telah diterima bekerja tetapi belum
bekerja dan yang di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tetapi masih berkeinginan
untuk bekerja. Angka Pengangguran Terbuka dihitung melalui perbandingan antara
jumlah pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang menganggur di Kabupaten
Kolaka Timur pada tahun 2017 adalah sebesar 12,58 %. Jumlah ini terdiri dari 8,82
% penduduk laki-laki dan 18,49 % penduduk perempuan (Indikator Kesra
Kabupaten Kolaka Timur , Tahun 2017).

b. Pengeluaran Rata-rata Perkapita


Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan oleh jumlah
pendapatan atau penghasilan dari masyarakat tersebut. Semakin besar tingkat
pendapatan berarti tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi. Penghitungan
pendapatan masyarakat sangat sulit untuk dilakukan pada suatu survei atau sensus.
Oleh sebab itu, untuk menghitung tingkat pendapatan atau penghasilan suatu
masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap jumlah
pengeluaran terutama pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga yang
dimaksud dibedakan menurut jenisnya, yaitu pengeluaran rumah tangga untuk
makanan dan non makanan. Selain dapat mengetahui jumlah pendapatan rumah
tangga dari suatu masyarakat dapat pula diketahui pola konsumsi dari masyarakat.
Dimana semakin rendah pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total
pengeluaran, pola konsumsinya akan semakin baik. Sebaliknya semakin tinggi
pengeluaran rumah tangga untuk makanan terhadap total pengeluaran maka pola
konsumsinya akan semakin buruk.
Penduduk Kabupaten Kolaka Timur pada tahun 2017 sebagian besar
tergolong dalam kelompok penduduk dengan jumlah pengeluaran perkapita per
bulan Rp 500.000,00 ke atas sebesar 69,43 %. Sedangkan yang paling kecil

54 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

terdapat pada kelompok dengan tingkat pengeluaran perkapita sebulan sebesar Rp


150.000,00 sampai dengan Rp 199.999,00 yaitu sebesar 0,25 %, sementara
pengeluaran perkapita lebih kecil dari Rp 100.000,00 tidak ada. Secara akumulatif,
tingkat pengeluaran perkapita sebulan antara Rp. 200.000,- sampai dengan Rp.
499.999,- adalah sebesar 29,84 %.
Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan penduduk Kabupaten Kolaka
Timur tahun 2017 sebesar Rp 1,099,273. Dari jumlah tersebut 47.87 % atau
sebesar Rp. 467,419 merupakan pengeluaran untuk makanan dan 52.13 % atau
sebesar Rp. 632,273 adalah pengeluaran bukan makanan.

3.11 Perumahan dan Lingkungan


Arti fisik perumahan, dalam konteks yang diperluas disebut permukiman. Permukiman
yaitu tempat tinggal anggota masyarakat dan individu-individu yang biasanya hidup dalam
ikatan perkawinan atau keluarga beserta berbagai fasilitas pendukungnya. Perumahan
menjadi tempat untuk tumbuh, hidup, berinteraksi, perlindungan dari gangguan, dan masih
banyak fungsi lainnya bagi para penghuninya. Program pembangunan bidang perumahan
terus ditingkatkan, bukan hanya dari segi kuantitasnya melainkan juga dari segi kualitas.
Peningkatan jumlah penduduk yang pesat menjadikan kebutuhan terhadap perumahan
semakin meningkat.

a. Kondisi Fisik Bangunan


Indiktor kondisi fisik bangunan menggambarkan kualitas dan kuantitas tempat tinggal
yang dikuasai. Fisik bangunan yang kuat dan terbuat dari bahan yang tidak
membahayakan menjamin keamanan penghuni tidak saja dari ancaman tindak kriminal,
tetapi juga kerentanan bangunan itu sendiri dari kemungkinan terserang penyakit. Fisik
bangunan yang kuat ditentukan oleh pemilihan bahan komponen bangunan yaitu lantai,
dinding dan atap. Sementara kenyamanan dan kesehatan penghuni ditentukan oleh
luasannya.
1) Luas Lantai Rumah
Rata-rata luas lantai (hunian) per rumah tangga dapat digunakan untuk
menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin luas lantai yang dihuni
oleh suatu rumah tangga, semakin baik kondisi (kesehatan) rumah tangga tersebut.
Di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017, persentase rumah tangga menurut luas

55 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

lantai rumah paling banyak terdapat pada kelompok luas lantai 20-49 m² yaitu
sebesar 44,05 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang tergolong dalam
kelompok luas lantai 150+ m² yaitu sebesar 5,42 %.
2) Jenis Atap Terluas
Indikator ini menyajikan klasifikasi rumah tangga beratap seng, genteng dan lainnya
(ijuk/rumbia). Angka ini dapat digunakan sebagai petunjuk kondisi bangunan tempat
tinggal penduduk. Rumah tangga di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 sebagian
besar yaitu sebesar 96,46 %, menggunakan jenis atap seng sebagai jenis atap yang
paling luas. Sementara jenis atap ijuk/rumbia yang digunakan rumah tangga sebagai
jenis atap terluas adalah yang paling kecil yaitu sebesar 0.25 %.
3) Jenis Lantai Terluas
Semakin besar rumah tangga yang dihuni berlantai tanah mengindikasikan kondisi
perumahan di daerah tersebut umumnya jelek. Semakin kecil angka persentase ini,
cenderung akan semakin baik tingkat kesejahteraannya. Persentase rumah tangga di
Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 yang menghuni rumah dengan lantai tanah
sebesar 8.45 %. Sedangkan sisanya sebesar 91.55 % adalah rumah tangga yang
menempati rumah dengan jenis lantai bukan tanah sebagai jenis lantai terluas.
4) Jenis Dinding Terluas
Indikator ini menyajikan proporsi rumah tangga yang menghuni rumah berdinding
tembok, kayu, bambu atau lainnya. Persentase rumah tangga yang menempati rumah
dengan tembok jenis dinding terluas merupakan kelompok yang terbanyak yaitu
sebesar 66,13 %. Sisanya adalah rumah tangga yang menggunakan kayu, bambu
atau lainnya sebagai jenis dinding terluas.

b. Fasilitas Tempat Tinggal


Indikator ini menunjukkan kelengkapan, kelayakan, fasilitas dan penggunaan tempat
tinggal seperti kelengkapan fasilitas listrik, telepon, air dan lain-lainnya. Semakin lengkap
fasilitas dan utilitas hunian di suatu daerah, semakin nyaman berdiam di daerah tersebut.
1) Sumber Penerangan
Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kolaka Timur menggunakan
penerangan yang bersumber dari istrik PLN yaitu sebesar 92,13 %.
2) Sumber Air Minum

56 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Rumah tangga yang menggunakan leding meteran sebagai sumber air minum
merupakan kelompok yang paling banyak yaitu 42,24 %. Sedangkan yang rumah
tangga dengan sumber air minum mata air tidak terlindung dan mata air terlindung
yaitu sebesar 0.87 %.
3) Jarak Sumber Air Minum ke Penampungan
Sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Kolaka Timur tahun 2017 memiliki jarak
sumber air minum lebih dari 10 m² yaitu sebesar 61.42 %. Sedangkan rumah tangga
yang jarak sumber air minum ke penampungan kurang dari 10 m² sebanyak 33.51 %.
Sisanya sebesar 3.07 % rumah tangga tidak tahu jarak sumber air minumnya ke
penampungan.
4) Tempat Buang Air Besar
Persentase rumah tangga yang mempunyai fasilitas tempat buang air besar sendiri
adalah paling banyak yaitu tercatat sebesar 74,02 %. Sedangkan yang paling kecil
adalah rumah tangga dengan fasilitas tempat buang air besar umum dan yang tidak
memiliki fasilitas tempat buang air besar yaitu sebesar 0.66 %.

5) Tempat Pembuangan Tinja


Persentase rumah tangga yang menggunakan jenis pembuangan tinja melalui
tangki/spal paling tinggi yaitu sebesar 54,18 %. Sedangkan paling kecil yaitu tempat
akhir pembuangan tinja lainnya yaitu sebesar 0.21 %.

57 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

BAB IV
DAMPAK LINGKUNGAN YANG AKAN TERJADI

Potensi dampak yang mungkin terjadi dan perlu dilakukan pengelolaan dan pemantauan jika
pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur serta fasilitas pendukung lainnya dilaksanakan dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Perubahan Fungsi dan Tata Guna Lahan.
Pembangunan kegiatan terminal akan merubah tata guna lahan serta produktivitas lahan di
lingkungan sekitar kawasan terminal.
2. Peningkatan Bangkitan Lalu lintas dan Kerusakan Jalan.
Pembangunan dan kegiatan operasional kawasan terminal akan meningkatkan bangkitan lalu
lintas sehingga kemungkinan akan terjadi kemacetan. Selain itu jika kemampuan (kapasitas)
beban jalan maksimum disekitar lokasi ternyata tidak mampu untuk menerima beban tambahan
dari kegiatan pembangunan dan operasional Terminal maka akan terjadi kerusakan jalan.
3. Peningkatan Run Off, Erosi dan Banjir.
Kegiatan pembukaan lahan, pemotongan dan pengurugan tanah pada tahap konstruksi akan
mengakibatkan perubahan struktur dan sifat tanah, misalnya permukaan tanah menjadi
terbuka, agregat tanah hancur dan menjadikan tanah peka terhadap erosi. Kegiatan pemadatan
tanah pada tahap konstruksi juga mengakibatkan air tidak dapat meresap ke dalam tanah,
sehingga akan meningkatkan volume air limpasan ( run off).
4. Penurunan Kualitas Udara (Debu).
Penurunan kualitas udara (peningkatan kadar debu) diakibatkan oleh kegiatan pembukaan
lahan dan mobilisasi alat dan bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain
pada tahap operasi.
5. Peningkatan Kebisingan.
Peningkatan kebisingan diakibatkan oleh kegiatan pembukaan lahan dan mobilisasi alat dan
bahan pada tahap konstruksi serta dari kegiatan-kegiatan lain pada tahap operasi.
6. Penurunan Kualitas Air.

58 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan pembagunan kawasan terminal dapat berasal dari
tahap operasional terminal serta prasarana dan sarana lingkungan yang terdapat di kawasan
terminal tersebut. Jika pemrakarsa tidak memiliki perencanaan mengenai jaringan air limbah
yang baik maka akan berakibat terhadap penurunan kualitas air. Potensi dampak penurunan
kualitas air permukaan sangat kecil karena daerah Desa Tawainalu khususnya kawasan
terminal tidak mempunyai aliran air permukaan.
7. Perubahan Mata Pencaharian dan Pendapatan Penduduk.
Perubahan mata pencaharian dan pendapatan penduduk lokal dapat ditimbulkan oleh kegiatan
pembebasan lahan maupun oleh kegiatan penerimaan tenaga kerja pada tahap konstruksi dan
operasi.
8. Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha.
Kegiatan konstruksi dan operasi akan mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja dan
berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan Terminal .

Dampak Lingkungan yang mungkin terjadi jika pembangunan Terminal serta fasilitas
pendukung lainnya dilaksanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
4.1 Tahap Pra Konstruksi.
a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
Hal ini akan berdampak sangat kecil karena lokasi rencana usaha berada dalam
penguasaan Terminal Tipe B Kolaka Timur sesuai sertifikat terlampir.
b. Potensi Dampak Terkait Survey dan Pengukuran.
Survey dan pengukuran lokasi akan berdampak negatif kecil berupa konflik kepentingan dan
keresahan pada masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana kegiatan
karena kurangnya informasi tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Tetapi
konflik dan keresahan itu segera reda setelah selesai survey dan pengukuran oleh Pihak
Terminal dan Dinas Tata Ruang Kabupaten Kolaka Timur .

c. Potensi Dampak Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.


Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan terminal pada masyarakat berdampak positif
berupa terjalinnya komunikasi yang baik antara pemrakarsa dan masyarakat sekitar,
terbukanya kesempatan kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sekitar serta

59 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

kesepakatan tentang posisi tenaga kerja lokal sehingga dapat terjadi hubungan yang
harmonis antar pemrakarsa dan masyarakat sekitarnya.

4.2 Tahap Konstruksi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan Lokasi.
Pembersihan dan penyiapan lokasi dilakukan meliputi pekerjaan penebangan pohon yang
ada dan pembersihan semak pada lokasi dimana masyarakat sekitar diuntungkan karena
memanfaatkan potongan dahan/pohon untuk kebutuhan kayu bakar.
Dampak negatif sesaat yang akan timbul adalah debu dan tingkat kebisingan yang
meningkat karena aktivitas dan mobilitas kendaraan yang meningkat membawa material
atau pembersihan dan perataan lahan yang dilakukan secara manual maupun dengan
menggunakan alat berat saat mobilisasi dan demobilisasi bahan / material konstruksi.
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.
Rekrutmen tenaga kerja pada tahap konstruksi berdampak positif berupa terbukanya
kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja dibidang konstruksi, sopir dan kondektur.
Dampak negatif yang timbul pada tahap ini adalah timbulnya kecemburuan pada tenaga
kerja yang tidak diterima bekerja pada kegiatan ini.
c. Pembangunan sarana dan Prasarana penunjang.
Sebelum pembangunan bangunan fisik Terminal, dilakukan pembangunan base camp
untuk tempat kerja yang dilengkapi dengan fasilitas MCK permanen , sarana air bersih,
gudang penyimpanan peralatan dan bahan bangunan , sarana K3 serta tempat tidur
penjaga. Sedangkan kebutuhan air untuk konstruksi disuplai menggunakan truk tanki.

d. Pembangunan Fisik Terminal dan Fasilitasnya.


Pembangunan fisik terminal dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak negatif berupa
peningkatan kebisingan, debu dan mungkin kecelakaan kerja. Pembangunan fisik terminal
terdiri dari pekerjaan tanah dan urugan, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur beton,
pekerjaan tembok, pekerjaan pintu dan jendela, pekerjaan plafon, pekerjaan instalasi listrik,
air bersih, air limbah, pemadam kebakaran, AC, pekerjaan instalasi penangkal petir,
pekerjaan instalasi telekomunikasi, pekerjaan instalasi pengolahan limbah padat dan
limbah cair, pekerjaan landscape, area parkir dan pekerjaan drainase (untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran).

60 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4.3 Tahap Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Karyawan untuk Manajemen Terminal
Tipe B Kolaka Timur serta Seleksi Calon Tenaga Kerja.
Rekrutmen karyawan terminal dan seleksi calon karyawan akan berdampak positif yakni
terbukanya kesempatan kerja bagi 200 orang tenaga kerja yang akan dimanfaatkan untuk
tenaga administrasi, penjualan dan promosi, penagihan, serta terpenuhinya kebutuhan
kamar bagi 233 konsumen . Meskipun menyerap tenaga kerja lokal dan pemenuhan
kebutuhan terminal tetapi kesempatan kerja yang ada tidak bisa menampung angkatan
kerja yang tersedia terutama berkaitan dengan ketrampilan yang dimiliki oleh pencari kerja
lokal tersebut. Demikian juga dengan jumlah kamar dan tempat tidur yang disediakan tidak
mencukupi permintaan penyediaan kamar dan tempat tidur bagipenumpang dari
masyarakat Kabupaten Kolaka Timur dan luar Kabupaten Kolaka Timur .
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Operasional Terminal dan Fasilitasnya.
Operasional Terminal dan fasilitasnya akan menimbulkan dampak berupa meningkatnya
pendapatan asli daerah yang bersumber dari pajak dan retribusi, juga berdampak pada
perkembangan sektor perdagangan dan jasa kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
warga konsumen Terminal. Dampak lain yang penting yang berkaitan dengan berbagai
aktivitas yang terjadi dalam terminal dari berbagai bidang, antara lain :
1) Kegiatan pelayanan medik (ruang bedah, ruang UGD, poliklinik, dealisis /
hemodialisis, pemusaran jenasah dan kemoterapi)
2) Kegiatan pelayanan pendukung (laboratorium – laboratorium, radiologi, laundry,
dapur, ruang an dan farmasi)
3) Kegiatan perkantoran dan sosial (kegiatan administrasi perkantoran/ medical record,
restaurant, rumah tunggu dan asrama)

Dari ketiga pelayanan diatas dapat menghasilkan limbah padat, cair dan gas yang
dapat dikelompokan menjadi limbah klinik / medik dan limbah non klinik / non medik.
Kelompok limbah medik/klinik yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan medik terdiri dari :
1) Limbah inveksius (limbah yang mengandung mikro organisme yang berasal dari
ruang bedah, laboratorium dan hemodialisis yang dapat menimbulkan penyakit).
2) Limbah pathological (limbah yang berasal dari jaringan tubuh manusia)
3) Limbah Citotoxic (limbah yang berasal dari material-material yang terkontaminasi)

61 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4) Limbah parmacological (obat-obat bekas, obat-obat kedaluarsa atau obat-obat yang


terkontaminasi, tabung-tabung obat atau bungkusan-bungkusan obat)
5) Limbah dari Alat-alat bekas (syringe, gunting, pisau, pecahan gelas dan gunting
kuku).

Kelompok limbah non medik umumnya dihasilkan dari kegiatan pelayanan


pendukung terminal, perkantoran dan sosial yang terdiri dari limbah umum, kardus-kardus
makanan, zat-zat berbahaya (yang bersifat racun, korosif, mudah terbakar dan reaktif)
dan limbah kimia (disinfeksi dan laboratorium-laboratorium).
Keseluruhan limbah cair yang dihasilkan dari berbagai jenis pelayanan medik dan
non medik diolah dengan teknologi pengolahan limbah cair secara ”Bio Filter Anaerob dan
Aerob” (lihat dalam lampiran gambar alir proses pengolahan limbah cair). Sedangkan
limbah padat medik dan non medik diolah dengan incenerator dan sampah lainnya
diangkut secara berkala oleh Dinas Kebersihan Kab.

4.4 Tahap Pasca Operasi


a. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
Pengalihan fungsi lahan pada Terminal dapat terjadi karena beberapa hal seperti pailit,
bencana alam, angin puting beliung, gempa bumi, maupun kebakaran yang besar.
Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan puing-puing bangunan akan banyak
menimbulkan dampak negatif berupa limbah padat, debu, bangkitan lalulintas karena
mobilisasi kendaraan pengangkut. Dampak positif adalah menyerap tenaga kerja non skill
yang diperlukan untuk pembongkaran gedung, sedangkan sisa sebahagian bahan
bongkaran dapat di daur ulang, atau dapat menimbun fondasi bangunan lain yang
diperlukan.
Pengalihan fungsi lahan akan berdampak negatif berupa munculnya konflik dan keresahan
diantara karyawan karena kemungkinan penurunan pendapatan dan kehilangan
pekerjaan/pemutusan hubungan kerja (PHK).
b. Potensi Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
Salah satu sumber dampak pada tahap pasca operasi adalah Pemutusan hubungan kerja
dengan jenis dampak negatif berupa keresahan dan munculnya pengangguran akibat tidak
dipekerjakan lagi pada usaha yang baru.

62 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

BAB V
PROGRAM PENGELOLAAN DAN

63 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

5.1 Upaya Pengelolaan Dampak Lingkungan Hidup


5.1.1 Tahap Pra Konstruksi
a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat sekitar lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Pemberian informasi tentang rencana kegiatan pada lokasi yang dibebaskan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum dilakukan
survey dan pengukuran.
b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Survey Dan Pengukuran.
1) Sasaran Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan terhadap masyarakat yang berbatasan langsung dengan
lokasi rencana kegiatan.
2) Upaya Pengelolaan.
Melakukan survey dan pengukuran lokasi rencana kegiatan sehingga
masyarakat memperoleh kepastian tentang batas lokasi usaha dan tidak resah.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Informasi tentang rencana usaha disampaikan 7 (tujuh) hari sebelum dilakukan
survey dan pengukuran.
c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.
1) Sasaran Pengelolaan
Masyarakat lingkup lokasi dan aparat kelurahan menjadi sasaran pengelolaan.
Sosialisasi rencana kegiatan pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur .

64 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

2) Upaya Pengelolaan
Pemrakarsa memberitahukan ke pihak kelurahan dan kelurahan mengundang
masyarakat dan aparat kelurahan guna memberikan sosialisasi dan pemberian
informasi yang jelas tentang rencana kegiatan oleh pemrakarsa maksud serta
tujuan pembangunan terminal bagi masyarakat, terutama pemberian informasi
tentang lowongan kerja yang tersedia sesuai kebutuhan kegiatan Terminal ,
maupun peluang kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak
pemrakarsa dalam hal pembangunan terminal ini.
Pada sosialisasi ini juga ditampilkan potensi dampak positif dan negatif terhadap
lingkungan dibidang fisik, kimia, biologi, sosial budaya, ekonomi dan kesehatan
masyarakat yang mungkin terjadi, model pengelolaan dan pemantauan yang
wajib dilakukan serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup sehingga dampak positif dapat ditingkatkan serta dampak negatif
diminimalisir.
3) Lokasi Pengelolaan
Sosialisasi dilakukan di lokasi terminal/arena pameran di Kelurahan Rate Rate,
Kecamatan, Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan
Sosialisasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 29 Oktober 2018 mulai jam
16.30 Wita sampai jam 20.00 dengan jumlah peserta seperti daftar hadir
terlampir.

5.1.2 Tahap Konstruksi


a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan Lokasi
1) Sasaran Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan terhadap lokasi rencana kegiatan yang ditumbuhi pohon
dan semak, serta operator kendaraan angkutan material.
2) Upaya Pengelolaan
Saat pembersihan dan penyiapan lokasi, dilakukan penebangan pohon dan
semak serta pembersihan sisa tebangan. Kegiatan ini menimbukan
peningkatan kebisingan akibat aktivitas keluar masuk kendaraan operasional.
Pengelolaan yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak tersebut
adalah pengangkutan sisa tebangan serta operasional pengangkutan dilakukan

65 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

pada malam hari. Upaya Pengelolaan ini diharapkan dapat mengurangi


kuantitas bangkitan debu ke udara. Kebisingan tidak terlalu nampak akibat
kebisingan dari lingkungan dan transportasi.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan Terminal di Rate Rate
Desa Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan selama pengerjaan pembersihan lahan dan penyiapan
lokasi, yakni 30 (sembilan puluh) hari kerja.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja


1) Sasaran Pengelolaan.
Persaingan dalam memanfaatkan kesempatan kerja bagi para pekerja lokal
perlu diperhatikan. Prioritas utama ditujukan kepada pekerja lokal sebagai
sasaran agar kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan lancar tanpa ada
gejolak sosial.

2) Upaya Pengelolaan.
Dilakukan dengan cara mengumumkan secara luas tentang kesempatan
kerja, jumlah lowongan, sistim kerja, waktu pembayaran, cara pembayaran
upah kerja, semuanya dilaksanakan sesuai aturan ketenagakerjaan yang
berlaku. Upaya ini akan mengeliminasi dampak negatif pada hubungan
keharmonisan diantara pencari kerja lokal dan semakin memaksimalkan
tingkat pendapatan mereka. Disamping itu perlu pengaturan pembagian tugas
dan Jadwal kerja yang jelas agar pekerjaan fisik dapat dilaksanakan secara
maksimal. Selain upayakan juga mengatur hubungan kerja yang baik diantara
pekerja terampil dari luar dengan pekerja lokal yang kurang terampil sehingga
terjadi peningkatan kinerja antara transfer teknologi pekerja.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman lewat radio dan koran serta ditempatkan di Kantor Lurah Rate
Rate, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka Timur dan lokasi rencana usaha,
sedangkan pembagian tugas dan jadwal kerja dijelaskan kepada pekerja di
lokasi kegiatan pembangunan Terminal.

66 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4) Waktu dan durasi pengelolaan.


Pengumuman ditempatkan di Kantor Lurah Rate Rate, Dinas Nakertrans
Kabupaten Kolaka Timur , 14 (empat belas) hari sebelum rekrutmen
dilaksanakan.

c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan atau


Material Konstruksi.
1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja
konstruksi bangunan, pengawas, sopir, kondektur.
2) Upaya Pengelolaan
Pengelolaan dilakukan untuk mengurangi dampak peningkatan debu dan
kebisingan, kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas, dilaksanakan melalui
penyiraman lokasi, penutupan dengan terpal pada bak truk pengangkut,
pemasangan tanda larangan masuk dan rambu lalu lintas portabel, mentaati
jadwal angkut dan jadwal kerja, pembuatan gudang tempat penyimpanan
material.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi, sebelum kegiatan
pembangunan fisik Terminal dan fasilitasnya.

d. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Terminal dan


Fasilitasnya.
1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada lokasi rencana usaha serta para pekerja konstruksi
bangunan, pengawas, sopir dan kondektur.
2) Upaya Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan untuk mencegah peningkatan debu dan kebisingan serta
kecelakaan kerja; dilaksanakan melalui penyiraman lokasi, pemasangan tanda
larangan masuk, himbauan, pagar lokasi, penerapan disiplin dan Standart

67 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Operation Procedure (SOP), serta taat terhadap Keselamatan dan Keamanan


Kerja (K3) seperti penggunaan helm pengaman, masker hidung, sabuk pengaman,
dan lain-lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan pembangunan terminal di Desa
Tawainalu Kecamatan Tirawuta Kabupaten Kolaka Timur .
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Pengelolaan dilakukan pada tahap konstruksi sampai kegiatan pembangunan fisik
Terminal dan fasilitasnya selesai.

5.1.3 Tahap Operasi


a. Pengelolaan dampak lingkungan terkait rekrutmen karyawan terminal dan seleksi calon
karyawan.
1)Sasaran Pengelolaan.
Yang menjadi sasaran pengelolaan adalah masyarakat pencari kerja terutama
yang memiliki spesifikasi di bidang pengelolaan terminal dan fasilitasnya, serta
masyarakat yang telah mendaftar untuk bekerja di Terminal Tipe B Kolaka Timur
Kabupaten Kolaka Timur .
2)Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dilakukan dengan cara mengumumkan jumlah kesempatan atau
lowongan kerja sebanyak 200 orang tenaga yang dibutuhkan berdasarkan
spesifikasi kebutuhan manajemen terminal, serta pelaksanaan seleksi calon
karyawan dilakukan secara transparan.
Selain itu juga direncanakan pelaksanaan peningkatan kualitas dan kuantitas
Sumber Daya Manusia Terminal melalui berbagai program magang, diklat maupun
kursus.
Meningkatkan kemampuan pekerja dengan latihan ketrampilan/ permagangan bagi
tenaga pengurus terminal, kerjasama dengan Dinas kebersihan dalam menangani
persampahan, dengan pihak Kepolisian dalam melatih satpam, penanggulangan
keadaan darurat pada Dinas Kebakaran, serta peningkatan kesehatan kerja melalui
Askes tenaga kerja guna pememeriksaan kesehatan pekerja ke para setiap tahun.
Guna menjaga keharmonisan diperlukan Pengarahan dan selalu konsisten dalam
menegaskan aturan yang sudah disepakati bersama pekerja.

68 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

3)Lokasi Pengelolaan.
Pengumuman dilaksanakan di media massa, Dinas Nakertrans Kabupaten Kolaka
Timur serta Kantor manajemen Terminal agar diperoleh tenaga yang profesional
dibidangnya. Sedangkan Seleksi karyawan Terminal dan peningkatan SDM dapat
dilaksanakan pemrakarsa di tempat lain yang dianggap layak.

4)Waktu dan Durasi Pengelolaan.


Tahap Pengumuman sampai seleksi karyawan Terminal dilaksanakan 14 (empat
belas) hari; sedangkan program peningkatan SDM karyawan Terminal dilaksanakan
secara terus menerus dan berkala sesuai tingkat kebutuhan manajemen terminal.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Operasional Terminal dan Fasilitasnya


1) Sasaran Pengelolaan
Sasaran pengelolaan pada manajemen terminal, sistem pengelolaan terminal dan
sarana prasarana pendukung Terminal .
2) Upaya Pengelolaan
Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir dampak lingkungan berupa
peningkatan pencemaran air karena aktifitas manusia saat operasional Terminal.
Karena itu pengolahan semua limbah cair dari semua unit operasi Terminal Tipe B
Kolaka Timur akan diolah dengan sistem Bio Filter Anaerob dan Aerob, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Limbah cair dari Unit UGD, Operasi dan laboratorium akan melalui proses pre-
treatment setelah itu dialirkan ke Equilizing tank. Kemudian limbah cair dari
toilet dan laundry dialirkan ke Equilizing tank dan limbah cair dari dapur di
treatment (untuk menangkap lemak dan minyak) selanjutnya dialirkan ke
Equilizing tank.
b. Semua limbah cair dalam Equilizing tank dihomogenkan dan ditambahkan
kadar oksigen terlarut (DO), selanjutnya dipompa ke arah STP Biofilter serta
diolah secara biologis anaerob dan aerob.
c. Dari STP Biofilter air yang telah memenuhi baku lingkungan dialirkan ke bak
sedimentasi dan ditambahkan PAC untuk mengendapkan zat-zat tersuspensi
yang sebagian kemungkinan mengandung B3, padatan yang mengendap
diharuskan di sedot secara periodik.

69 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

d. Dari bak sedimentasi air dialirkan menuju tangki penampungan ( storage tank)
untuk di recycle kembali atau dibuang ke badan air.

Upaya pengelolaan kualitas udara dengan memelihara pohon yang sudah


ada dan menanam kembali atau menyediakan tanaman in door dalam tiap ruangan
dapat menyerap polutan yang ada maupun menyerap tingkat kebisingan. Beberapa
tanaman in door yang dianjurkan yaitu Siri Belanda ( Epipremnum aureum)
meredam 53 % dari total Benzena sebesar 0,156 ppm per hari juga menekan 67 %
dari total formaldehid 18 ppm dan 75 % dari total karbon Monoksida sebesar 113
ppm . Tumbuhan ini merambat berdaun kuning, termasuk Sansivieria/ lidah mertua
dan pakis Boston (Hasim,2008). Pengelolaan polutan dengan menggunakan
tanaman out door yaitu Puring/croton ; menurut hasil penelitian Ir Suparwoko Univ.
Islam Indonesia, Yokyakarta, croton paling baik dalam menyerap Timbal. Sehelai
daun Puring mampu menyerap 2,05 mg/l timbal, beringin ( Ficus benjamina) hanya
1,025 mg/l dan Tanjung (Mimusops elengi) 0,505 mg/l (Trubus ,Agts 2008).
Disamping itu perlu menyiapkan tempat/ ruang terbuka bagi perokok dengan
tanaman seperti di atas.
Upaya pengelolaan sistim drainase, sumur resapan, dipelihara sehingga tetap
berfungsi dengan baik.
Upaya pengelolaan untuk tujuan mengurangi timbunan sampah padat
dilakukan dengan cara memasang tanda larangan membuang sampah
sembarangan, menyediakan tempat sampah dan TPS Terminal dengan peruntukan
sebagai berikut: sampah umum dalam kantong plastik warna hitam, semua sampah
akan diteruskan ke incenerator disimpan di dalam plastik berwarna kuning strip
hitam. Limbah sebaiknya di incinerasi dan dapat dibuang ke Landfill. Limbah yang
harus disterilisasi di tempatkan dalam kantong biru muda. Sedangkan limbah padat
radioaktif disimpan di dalam Kabk yang dilapisi logam Pb dan beri identitas khusus
bahan radioaktif (selanjutnya diolah di Badan Tenaga Atom (BATAN) dan limbah
radiokatif cair dengan waktu paruh pendek di simpan dalam Kabk berlapis Pb
sampai aktivitasnya.
Pembuatan sebuah TPS terminal memudahkan saat menjalin kerjasama
dengan Dinas Kebersihan Kabupaten Kolaka Timur agar pengangkutan sampah
dari TPS Terminal dilakukan secara rutin.

70 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Upaya pengelolaan untuk tujuan meminimalisir kecelakaan kerja dan kebakaran


dilakukan dengan cara penerapan SOP dan K3 secara ketat, pelatihan
penanggulangan bahaya kebakaran bagi karyawan, pemasangan tabung pemadam,
akses jalan yang cukup untuk kendaraan pemadam kebakaran, pemasangan tanda
larangan (merokok, parkir, berhenti), tanda bahaya (gampang terbakar, gampang
meledak), maupun himbauan.
3) Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan fasilitas berada dalam lokasi terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan :
Mengatur Jadwal penyedotan tinja secara rutin melalui Dinas Kebersihan
Kabupaten Kolaka Timur adalah cara yang tepat sebelum tangki septik penuh,
serta menganalisa kualitas air maksimal dua kali dalam setahun pada Laboratorium
terakreditasi di tingkat provinsi atau laboratorium lingkungan pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Kolaka Timur . dan dilaporkan ke BPLHD Kabupaten Kolaka Timur tiap
6 (enam) bulan.

5.1.4 Tahap Pasca Operasi


a. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan pada kegiatan ini adalah karyawan Terminal dan penghuni
perumahan di sekitarnya.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan untuk meminimalisir dampak akibat kegiatan ini dilakukan
dengan cara pemberian informasi yang lengkap mengenai alasan pengalihan fungsi
lahan dari terminal ke usaha/kegiatan lain sehingga karyawan dan pemilik/penghuni
dapat memahaminya sehingga tidak timbul konflik dan keresahan.

3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pengalihan fungsi lahan dilaksanakan di lokasi
Terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Waktu pemberian informasi kepada karyawan dilaksanakan 2-5 bulan sebelum
pengalihan fungsi dilaksanakan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri

71 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

secara lebih baik. Sedangkan informasi kepada karyawan dilakukan paling lambat 1
tahun sebelum dialihfungsikan sehingga karyawan dapat mempersiapkan diri lebih
baik.

b. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pembongkaran Bangunan.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah pemilik bangunan Terminal yang
dibongkar.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara sosialisasi pada
masyarakat sekitar tentang rencana dan waktu pembongkaran, mempekerjakan
tenaga kerja non skill sekitar lokasi terminal, mencegah debu yang berterbangan
dengan menyiram lokasi, mengatur alat berat dan arus lalu lintas agar tidak terjadi
kecelakaan lalulintas maupun tenaga kerja, mendaur ulang sebahagian bahan
bangunan.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan pembongkaran bangunan terminal dilaksanakan pada
kawasan terminal.
4) Waktu dan Durasi Pengelolaan.
Sosialisasi, penyerapan tenaga kerja dan pembongkaran dilaksanakan dalam waktu
secepatnya.

c. Pengelolaan Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.


1) Sasaran Pengelolaan.
Sasaran pengelolaan dari kegiatan ini adalah karyawan yang akan di-PHK, terutama
yang tidak dipekerjakan kembali pada usaha yang baru.
2) Upaya Pengelolaan.
Upaya pengelolaan dampak akibat kegiatan ini dilakukan dengan cara pemberian
pesangon sesuai dengan kontrak kerja dan aturan ketenagakerjaan , mengalihkan
tenaga kerja tersebut ke usaha lain/baru, dan/atau mengusahakan bantuan modal
usaha dari lembaga atau instansi lain.
3) Lokasi Pengelolaan.
Pengelolaan dampak kegiatan PHK dilaksanakan di manajemen terminal.

72 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

4) Waktu dan durasi Pengelolaan.


Pemberian pesangon, mengalihkan tenaga kerja ke usaha lain/baru, dan/atau
mengusahakan bantuan modal usaha dari lembaga / instansi lain dilakukan saat
pelaksanaan PHK.

5.2 Upaya Pemantauan Dampak Lingkungan Hidup


5.2.1 Tahap Pra konstruksi.
a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembebasan Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tanggapan masyarakat yang berdomisili di sekitar lokasi dalam bentuk positif,
maupun keluhan dan keraguan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Yang menjadi tolok ukur pemantauan dalam kegiatan ini adalah perbandingan
persentase yang menolak dan yang menerima serta alasan-alasannya.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan dengan metode observasi, tanya jawab dan dialog
dengan masyarakat sekitar lokasi rencana usaha.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di sekitar lokasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat sebelum
pembebasan lahan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Survey dan Pengukuran.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasarannya adalah masyarakat yang berbatasan langsung dengan lokasi
rencana usaha.
2) Parameter Yang Dipantau.
Jumlah dan asal persepsi negatif maupun positif terhadap rencana usaha.
3) Tolok Ukur Pemantauan.

73 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Pemantauan dilakukan dengan memperhatikan dan membandingkan jumlah


persepsi negatif maupun positif.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, dialog, tanya jawab dengan masyarakat dilakukan pada saat sebelum
pembebasan lahan.
5) Lokasi Pemantauan.
Masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan lokasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan 1-2 hari sebelum saat pelaksanaan survey dan
pengukuran oleh Terminal dan Dinas PU Kabupaten Kolaka Timur .

c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Sosialisasi Rencana Kegiatan.


1) Sasaran Pemantauan.
Masyarakat sekitar, tokoh agama, tokoh masyarakat dan aparat kelurahan Rate
Rate.
2) Parameter yang Dipantau.
Ada tidaknya informasi tentang rencana usaha serta peluang kerja kepada
masyarakat sekitar.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Ketersediaan informasi dan bahan sosialisasi rencana kegiatan yang berisi
peluang dan kesempatan kerja serta manfaat rencana kegiatan bagi pemrakarsa
dan lingkungan sekitar; tingkat penerimaan masyarakat sekitar terhadap rencana
usaha.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat metode observasi, dialog dan wawancara.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan pada tempat sosialisasi rencana usaha.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Waktu pemantauan adalah saat pelaksanaan sosialisasi dan sesi dialog dengan
masyarakat sekitar.

5.2.2 Tahap Konstruksi.

74 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

a. Pemantauan Dampak Lingkungan Lingkungan Terkait Pembersihan dan Penyiapan


Lokasi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan yang dipakai adalah kondisi tingkat partikel debu serta
tingkat kebisingan awal.
4) Metode Pemantauan.
Metode pemantauan yang dipakai adalah pengujian tingkat partikel debu di
udara serta tingkat kebisingan pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana usaha pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali pada saat kegiatan pembersihan lahan dan
penyiapan lokasi.
b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Tenaga Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran Pemantauan adalah tenaga kerja di lingkungan lokasi rencana
pembangunan terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter yang dipakai dalam pemantauan adalah jumlah tenaga kerja yang
terlibat dalam tahap konstruksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukur pemantauan adalah kebutuhan minimal tenaga kerja konstruksi
sebanyak 196 orang agar pekerjaan konstruksi berjalan optimal.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilaksanakan menggunakan metode pemeriksaan daftar hadir tenaga
kerja, wawancara dengan tenaga kerja dan manajemen usaha.
5) Lokasi Pemantauan.

75 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Lokasi rencana usaha pembangunan Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten


Kolaka Timur .
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan minimal 2 (dua) kali selama kegiatan konstruksi.
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Mobilisasi dan Demobilisasi Bahan atau
Material Konstruksi.
1) Sasaran Pemantauan.
Kondisi lingkungan lokasi rencana pembangunan terminal saat kegiatan mobilisasi
dan demobilisasi bahan / material konstruksi.
2) Parameter yang Dipantau.
Tingkat partikel debu di udara dan tingkat kebisingan.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kondisi tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan daerah permukiman sekitar
Terminal .
4) Metode Pemantauan.
Pengukuran tingkat partikel debu dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi rencana pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Dilakukan saat sedang berlangsung kegiatan mobilisasi dan demobilisasi bahan
konstruksi.

d. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembangunan Fisik Terminal Tipe B


Kolaka Timur dan Fasilitasnya.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah kondisi kualitas lingkungan lokasi
rencana usaha yang terdiri dari kualitas udara dan kebisingan, kejadian
kecelakaan kerja.
2) Parameter Yang Dipantau.
Tingkat partikel debu dan kebisingan, jadwal kerja, Pembagian kerja, SOP,
peralatan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) serta laporan kecelakaan kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.

76 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Kualitas udara dan tingkat kebisingan, ketersediaan sarana dan prasarana K3,
Kabk P3K, jumlah kejadian kecelakaan kerja.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan lewat pengukuran kualitas udara dan kebisingan,
observasi, dialog.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada lokasi pembangunan terminal.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan selama 3 (tiga) kali, yaitu pada awal kegiatan, pertengahan
dan akhir kegiatan untuk membandingkan ketepatan pengelolaan yang diterapkan.

5.2.3 Tahap Operasi.


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Rekrutmen Karyawan Terminal Tipe B
Kolaka Timur dan seleksi Calon Karyawan Terminal .
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan dalam kegiatan ini adalah Sistem dan hasil rekrutmen
karyawan Terminal serta seleksi calon karyawan.
2) Parameter Yang Dipantau.
Pemantauan dilakukan terhadap jumlah minimal karyawan (200 orang), jumlah
tenaga kerja lokal yang melamar dan yang diterima, kontrak kerja dan upah serta
kriteria dan jumlah calon karyawan yang lolos seleksi.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Pengumuman seleksi dan penerimaan calon karyawan, Jumlah kebutuhan dan
jumlah hasil rekrutmen karyawan, Informasi hak dan kewajiban karyawan, serta
pengumuman pendaftaran maupun hasil seleksi calon karyawan.
4) Metode Pemantauan.
Pemantauan dilakukan menggunakan metode pemeriksaan terhadap perjanjian
kerja, daftar hadir calon karyawan, wawancara dengan calon karyawan dan
manajemen terminal, manifest pendaftar, daftar calon serta kelengkapan terhadap
dokumen yang disyaratkan.
5) Lokasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan pada kantor Terminal Tipe B Kolaka Timur Kabupaten
Kolaka Timur .

77 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

6) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Pemantauan dilakukan minimal 1 kali pada saat seleksi dilakukan, sebelum
terminal difungsikan.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Operasional Terminal dan Fasilitasnya.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan pada kegiatan ini adalah manajemen terminal, sarana dan
prasarana pendukung aktivitas terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Dalam rangka pencegahan dan meminimalisir dampak terhadap kualitas air, udara
dan kebisingan maka parameter lingkungan yang dipantau adalah jumlah dan
kondisi IPAL, Septic Tank, Sistem drainase, pohon peneduh , tanda larangan /
himbauan, serta SOP, jalan, fasilitas umum.
Pemantauan terhadap pengelolaan timbulan sampah dilaksanakan dengan
melihat jumlah dan kondisi Tempat sampah atau TPS, tanda larangan dan
himbauan. Pemantauan terhadap kualitas udara dan kebisingan dilakukan dengan
mengukur kadar NOx, SOx dan membandingkan tingkat kebisingan pada saat
rona awal dengan tahap operasi terminal.
Sedangkan pemantauan hasil dari upaya pengelolaan terhadap dampak
kecelakaan kerja dan kebakaran dilakukan dengan melihat SOP, Ketersediaan
sarana dan prasarana K3, Sarana dan prasarana damkar, Laporan jumlah
kejadian Kecelakaan kerja dan kebakaran.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Kualitas udara, air dan tingkat kebisingan pada kondisi awal lokasi sebelum ada
kegiatan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk Terminal pada tahap
operasi.

4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara, pengujian laboratorium pada kualitas air, udara
dan tingkat kebisingan.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya.

78 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

6) Waktu dan Durasi Pemantauan.


Pemantauan dilakukan tiap 6 (enam) bulan selama terminal beroperasi dan
dilaporkan ke BPLHD Kabupaten Kolaka Timur serta instansi terkait.

5.2.4 Tahap pasca Operasi


a. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pengalihan Fungsi Lahan.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah kondisi karyawan dan manajemen terminal yang
akan berhenti beroperasi.
2) Parameter yang Dipantau.
Parameter yang harus dilihat adalah apakah terminal telah berhenti
beroperasi secara permanen dan penyebab pengalihan usaha, tingkat
keresahan warga dan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Tolok ukurnya adalah jumlah karyawan yang masih aktif, kondisi manajemen
terminal, jumlah karyawan dan jumlah warga di sekitar lokasi terminal yang
resah.
4) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya.
5) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali selama proses pengalihan usaha.

b. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pembongkaran bangunan Terminal.


1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah manajemen terminal dan pemilik bangunan.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur pembongkaran dan peralatan yang
digunakan, kualitas udara dan kebisingan serta keresahan warga.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Bahan yang di daur ulang, penempatan sisa bahan bangunan, sosialisasi dan
waktu pembongkaran serta teknis penanganan pengangkutan material, debu,
kebisingan, bangkitan lalu lintas dan jumlah tenaga kerja lokal yang diserap.
4) Metode Pemantauan.

79 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

Observasi, pengujian laboratorium, survey, wawancara dengan pemrakarsa,


tenaga kerja, lurah dan masyarakat sekitar.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses pembongkaran bangunan
Terminal.
c. Pemantauan Dampak Lingkungan Terkait Pemutusan Hubungan Kerja.
1) Sasaran Pemantauan.
Sasaran pemantauan adalah karyawan dan manajemen terminal.
2) Parameter Yang Dipantau.
Parameter pemantauan adalah prosedur PHK, jumlah yang di-PHK, serta
alasan PHK, tingkat keresahan tenaga kerja.
3) Tolok Ukur Pemantauan.
Aturan ketenagakerjaan, kontrak kerja, besar pesangon atau kompensasi
yang diterima, kontrak penyewaan.
4) Metode Pemantauan.
Observasi, survey, wawancara dengan karyawan dan pemrakarsa.
5) Lokasi Pemantauan.
Lokasi Terminal Tipe B Kolaka Timur dan sekitarnya.
6) Waktu dan Durasi Pemantauan.
Pemantauan dilakukan sekali saat proses PHK.

80 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO


LAPORAN UKL UPL TERMINAL KABUPATEN KOLAKA TIMUR TA 2018

81 DISHUB PROV SULTRA - LPPM UHO

Anda mungkin juga menyukai