DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
ii
Daftar Tabel
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten serang memiliki salah satu penyedia air bersih yaitu PT
Sarana Catur Tirta Kelola yang terletak di Kecamatan Kibin, Kabupaten
Serang. PT Sarana Catur Tirta Kelola melakukan kerjasama dengan
pihak Kawasan Modern Cikande sebagai penyedia air bersih di
kawasan industri. Selain sebagai pemasok air bersih di Kawasan Modern
Cikande, PT Sarana Catur Tirta Kelola juga sebagai pemasok air bersih
PDAM Tirta Albantani yang digunakan oleh masyarakat sekitar.
Saat ini PT Sarana Catur Tirta Kelola telah memiliki persetujuan
teknis Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), RKL&RPL Nomor
666/96/Penceg./BLH/2016 Tanggal 19 Oktober 2016 dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Serang. Selain itu PT Sarana Catur Tirta
Kelola telah memiliki Izin Lingkungan Nomor 660.1/Kep.554-
HUK.BLH/2016 tentang “Izin Lingkungan PT Sarana Catur Tirta Kelola
untuk Rencana Kegiatan Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum
(SPAM) dengan Peningkatan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) di
Desa Cijeruk, Kecamatan Kibin, dan Perluasan Jaringan Distribusi
Utama (JDU) berada di daerah Kecamatan Kibin, Bandung, Cikande,
dan Binuang, Kabupaten Serang Provinsi Banten” pada tanggal 10
November 2016. Adapun lingkup kegiatan dari persetujuan dan izin
lingkungan adalah sistem penyedian air minum dengan pengambilan
debit air sebesar 375 liter/detik dengan 1 (satu) intake. Berada dilahan
seluas 11.963 m2.
Kegiatan pelaporan RKL RPL ini dibuat secara periodik sebagai wujud
ketaatan terhadap ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku.
Dengan demikian pada kesempatan ini kami sampaikan laporan
Pelaksanaan RKL RPL yang sudah dilaksanakan oleh PT Sarana Catur
Tirta Kelola pada Periode IV (Oktober-Desember). Pelaporan ini sebagai
1.2 Tujuan
Penyusunan laporan ini bertujuan untuk:
1. Memberikan informasi tentang kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang dilakukan oleh PT Sarana Catur Tirta Kelola dalam
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) triwulan keempat
(Oktober - Desember) 2021.
2. Mempermudah perusahaani dalam mengevaluasi kinerja
berdasarkan hasil pemantauan yang telah dilakukan.
3. Sebagai dasar mengevaluasi dan meningkatkan kinerja
pengelolaan lingkungan hidup perusahaan
d. Jabatan : Direktur
Pada tahun 2019 PT Sarana Catur Tirta Kelola mempunyai luas lahan
11.963,31 m2 untuk bangunan Water Treatment Plan (WTP). Kegiatan yang sudah
berjalan saat ini adalah pengolahan air dengan debit pengambilan air di WTP
sebesar 100 L/dtk dan intake yang terletak di Sungai Ciujung, serta memiliki
sebaran Jaringan Distribursi Utama (JDU) yang berada di wilayah Kecamatan
Kibin, Cikande, Bandung, dan Binuang Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Seiring dengan permintaan maka PT sarana Catur Tirta Kelola melakukan
pengembangan JDU di daerah Cikande Ambon, Tarikolot, Dystar dan Kawasan
Pancatama, Kabupaten Serang Provinsi Banten, serta penambahan debit
pengambilan air yang telah tercantum dalam dokumen AMDAL tahun 2016 yaitu
penambahan debit menjadi 375 L/dtk. Salain itu PT Sarana Catur Tirta Kelola telah
melakukan penambahan luas lahan yang tercantum dalam dokumen AMDAL
tahun 2020 yaitu dengan luas 21.174 m2, dimana lahannya tersebar
pemanfaatannya untuk pembangunan WTP : 14.981 m2, Intake 2.345 m2, dan jalur
Pipa 3.848 m2.
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kabupaten Serang Bagian Timur milik PT
Sarana Catur Tirta Kelola terdiri dari:
1. Kapasitas Intake air baku di Desa Cijeruk Kecamatan Kibin, Kabupaten Serang
dengan cara peningkatan kapasitas pompa air baku menjadi kapasitas 400
lps.
2. Bak prasedimentasi dengan luas lahan seluruhnya 500 m2.
3. Pipa Transmisi Air Baku dari Bak Prasedimentasi ke Instalasi Pengolahan Air
Minum (IPAM)/ WTP sepanjang 1,3 km.
4. Bangunan IPAM dengan kapasitas debit 275 liter/detik (WTP), pembangunan
reservoir 576 m³ dan fasilitas pendukungnya (kantor, ruang kontrol, pos jaga,
jalan) dengan luas seluruhnya 14.308,31 m2.
Lokasi INTAKE
PT Sarana Catur Tirta Kelola
Pada laporan pelaksanaan RKL dan RPL saat ini akan membahas
kegiatan yang sudah dan berlangsung saat ini yaitu tahap pra konstruksi
(sosialisasi kegiatan dan pengadaan lahan) dan tahap konstruksi antara
lain: penerimaan tenaga kerja, mobilisasidan demobilisasi alat dan
material, pematangan lahan bak sedimentasi, pembuangan bak
sedimentasi dan pemasangan filter press, pemasangan pipa JDU dan jalur
pipa prasedimentasi, pelepasan tenaga kerja tahap konstruksi, limbah
yang dihasilkan pada tahap konstruksi, dan timbulan sampah. Tahapan
kegiatan yang berlangsung saat ini dijelaskan pada uraian berikut:
❖ Pengadaan Lahan
Rencana Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten
Serang Bagian Timur oleh PT Sarana Catur Tirta Kelola terdiri dari dua
jenis kegiatan, yaitu:
I. Jaringan pipa JDU
Jalur pipa akses Intake menuju Water Treatment Plant (WTP) PT
Sarana Catur Tirta Kelola akan dilakukan di atas lahan milik sendiri.
Panjang pipa JDU ialah 97.258 m (91,258 KM), dimana 1.300 m akan
menggunakan lahan milik SCTK sedangkan 95.958 m akan
menggunakan akses jalan Desa dan Kabupaten. Karena
menggunakan akses jalan Desa dan Kabupaten maka tidak ada
pembebasan lahan tetapi akan diberikan kompensasi kepada para
warga yang terkena kerusakan akibat pembangunan pipa JDU. Pipa
tersebut akan ditanam di bawah tanah sekitar 1,5 m dari permukaan
tanah, sehingga keberadaanya tidak mengganggu aktivitas warga.
a. Intake air baku di Desa Cijeruk, Kecamatan Kibin telah dimiliki oleh
PT Sarana Catur Tirta Kelola.
B. Tahap Konstruksi
❖ Pengadaan Tenaga Kerja Konstruksi
Kegiatan rencana Pengembangan Pembangunan SPAM Kabupaten
Serang Bagian Timur pada tahap konstruksi akan memerlukan tenaga kerja
untuk pengerjaan pembersihan lahan (land clearing), pekerjaan
penggalian, pekerjaan penimbunan, pekerjaan pembetonan bangunan
bak sedimentasi dan fasilitas pendukungnya, serta pekerjaan galian pipa
JDU. Tenaga kerja terdiri dari beberapa staf ahli dan staf teknik dari
kontraktor dan sejumlah pekerja lokal dan pekerja yang didatangkan dari
daerah lain. Jumlah tenaga yang akan dibutuhkan diperkirakan ± 50 orang
sebagaimana tersaji pada tabel berikut.
1 Manajer S1 1
2 Administrasi S1 2
3 Tenaga Ahli S1 3
4 Keamanan/Satpam SMP/SMA 4
5 Umum SMP/SMA 40
Total 50
Sumber: PT Sarana Catur Tirta Kelola, 2021
Jumlah
No Jenis alat Kapasitas Penggunaan
(unit)
Jumlah
No Jenis alat Kapasitas Penggunaan
(unit)
3 Bulldozer 120m3/jam Untuk meratakan tanah
4 Truk molen 5 – 20 ton 10 Untuk mengangkut bahan semen beton
curah
5 Motor grader 5 – 20 ton 2 Untuk meratakan suatu pekerjaan tanah
6 Water tank Untuk sarana yang akan dipergunakan
pada saat proses konstruksi
7 Asphal finisher 1 Menghamparkan campuran aspal yang
dihasilkan dari alat produksi
8 Generator set 1 Menghasilkan daya listrik
9 Concrete Alat untuk menggetarkan (vibrating)
vibrator tuangan beton
Sumber: PT Sarana Catur Tirta Kelola, 2021
c) Ruang Kontrol
Ruang kendali otomatisasi IPAM & BPA bisa diprogram secara
terpusat baik di area bak sedimentasi atau diatas menara air
pencuci yang berfungsi pula sebagai bak pengumpul flokulator
pada elevasi 851,00 dml atau + 8,00 m diatas muka tanah. Ruang
bawah diantara tiang beton menara dapat dimanfaatkan untuk
tangga naik dan gudang PAC atau bak pelarut kimia dan pompa
pembubuhnya. Lokasi menara pencuci yang berada diatas
memudahkan pengawasan ke segala penjuru IPA. Ruang
LOKASI
WILAYAH DIAMETER
NO PEMASANGAN PANJANG ( m' ) KETERANGAN
PEMASANGAN PIPA PIPA ( mm )
PIPA
I. KECAMATAN KIBIN
Citawa - PT.
250 1,450
1 Desa Kibin Jl. Kabupaten Arwana
Gerbang KIMC -
300 495 Gerbang
2 Desa Nambi Ilir Jl. Negara Pancatama
Panjang Pipa 1 1.945
II. KECAMATAN CIKANDE
Jl Raya Serang -
300 2,752
Jl. Negara Jakarta
Kawasan
250 1,188
1 Desa Leuwilimus Jl. Kawasan Pancatama
Kawasan
200 1,706
Jl. Kawasan Pancatama
Kawasan
200 2,500 Langgeng
2 Desa Parigi Jl. Kawasan Sahabat
3 Desa Cikande Jl Raya Serang -
300 1,818
Jl. Negara Jakarta
Jl Raya Rangkas
300 3,260
Jl. Provinsi Bitung
Jl Cikande -
300 1,690
Jl. Kabupaten Bandung
Jl. Kabupaten 250 978 Tarikkolot
4 Desa Situ Terate Jl Cikande -
300 1,657
Jl. Kabupaten Bandung
Kawasan New
300 1,500
Jl. Kabupaten Asia
Jl Cikande -
500 848
Jl. Kabupaten Bandung
5 Desa Sukatani Renc. Kawasan
400 507
Jl. Kawasan Modern
Renc. Kawasan
300 2.250
Jl. Kawasan Modern
6 Desa Nambo Udik Renc. Kawasan
400 1.838
Jl. Kawasan Modern
Renc. Kawasan
300 2.500
Jl. Kawasan Modern
7 Pengembangan
200 1.400
Desa Julang Jl. Kawasan Industri
Panjang Pipa 2 28.392
LOKASI
WILAYAH DIAMETER
NO PEMASANGAN PANJANG ( m' ) KETERANGAN
PEMASANGAN PIPA PIPA ( mm )
PIPA
III. KECAMATAN BANDUNG
Pengembangan
500 2.228
1 Desa Bandung Jl. Kabupaten Modern
Pengembangan
300 2.000
2 Desa Babakan Jl. Kawasan Modern
Pengembangan
500 2.560
3 Desa Panamping Jl. Kabupaten Modern
4 Desa Mander Jl. Kawasan Pengembangan
300 1.500
Modern
Pengembangan
400 1.002
Jl. Kawasan Modern
Panjang Pipa 3 9.290
IV. KECAMATAN BINUANG
1 Desa Gembor Jl. Kabupaten Pengembangan
200 400
Industri
Panjang Pipa 4 400
Total Panjang Pipa 40.027
b) Spesifikasi Pipa
Pipa yang akan digunakan ialah pipa jenis HDPE. Hal ini karena
pipa jenis HDPE memiliki daya tahan yang bagus, berat jenis yang
rendah, dan tingkat kebocoran yang rendah sehingga telah sesuai
dengan SNI tentang Sistem Transmisi Pipa Air Minum.
Desain Standar
lebar efektif 3,50 m s/d 4,00 m, sehingga lebar bahu pada kiri dan
kanan jalan masing-masing 1,00 m. Misal diameter pipa JDU 500 mm
dan lebar galian sesuai dokumen kontrak adalah 800 mm, apabila
badan jalan ada yang terkena galian pemasangan pipa maka
badan jalan tersebut akan dikembalikan minimal ke kondisi semula
dan sesuai arahan Dinas Teknis terkait.
▪ Metode Boring
Boring Manual, jenis boring ini menggunakan peralatan yang
sederhana seperti mata bor dengan berbagai ukuran, stang bor
dan pipa galian dan soket sebagai penyambung bor
▪ Metode Open
Pembangunan pipa tersebut akan dipendam (dikubur) di dalam tanah
dengan kedalaman galian untuk pipa diameter 500 mm, 400 mm, 300
mm, 250 mm dan 200 mm rata-rata dari dasar pipa sekitar 2 m dan dari
top pipa terhadap muka tanah adalah 1,50 m, sedangkan untuk pipa
lainnya harus berada pada kedalaman 1,5 m dari permukaan tanah.
Tahapan pemasangan pipa secara umum adalah sebagai berikut:
3. Stringing (Penjajaran)
Pipa diangkut dari pemasok di Kabupaten Serang menggunakan
truk, kemudian diletakan secara berurutan (berjajar) di sepanjang
jalur pipa secara hati-hati agar tidak rusak. Setiap ujung pipa ditutup
agar terhindar dari kotoran maupun sampah yang masuk dalam
saluran pipa yang dapat mengakibatkan sumbatan pada saat
pelaksanaan uji coba.
5. Penyambungan Pipa
Penyambungan pipa dilakukan dengan pengelasan dengan metode
butt fusion dan electro fusion, system butt fusion (pengelasan pipa
HDPE) ini dilakukan dengan alat pengelasan hidrolic adapun system
elecrto fusion adalah system penyambungan pipa dengan
menggunakan accessories / socket berupa elctro fitting (coupler)
dengan system elektorda yang ada di elctro fusion. Penyambungan
pipa dengan system butt fusion akan dilakukan di atas parit galian
pipa dengan dudukkan balok kayu, persegmen penyambungan ini
direncanakan dengan jumlah pipa 10 batang a 6 m, sehingga total
persegmen = 60 m, selanjutnya penyambungan antar segmen
dilakukan di dalam parit galian dengan system electro fusion,
alternatif kedua penyambungan persegmen dilaksanakan
diseberang galian pipa.
6. Trenching (Penggalian)
Total
No. Penggunaan Kebutuhan Sumber Air
(m3/hari)
1 MCK dan domestik
Tenaga kerja lokal (50 orang) 0,5 Air permukaan
2 Penyiraman tanah dan jalan 1 Air permukaan
3 Kebutuhan konstruksi 3 Air permukaan
4 Pencucian peralatan 1 Air permukaan
Total 5,5
Sumber : PT Sarana Catur Tirta Kelola, 2021
Konstruksi 3 m3/hari
Habis Terpakai
0,05 m3/hari
Pencucian Peralatan
Konstruksi 1 m3/hari
0,8 m3/hari
Total
Jumlah Timbulan
No. Jenis Kegiatan Timbulan Sampah
(orang) (L/orang/hari)
(L/hari)
1. Pekerja
Mandor, Tukang, Operator, 50 2,0 2) 100
Mekanik, Crew Pancang
dan Helper
5. Konstruksi - 500 500
Total 600
Sumber: PT Sarana Catur Tirta Kelola, 2021
Keterangan: 2) Pengelolaan Sampah – Prof. Enri Damanhuri & Dr. Tri Padmi, ITB,2011; (1,75-2,00
L/orang/hari)
a) Limbah gas
b) Limbah debu
Berasal dari debu lokal yaitu serpihan tanah yang terbang tertiup angin
pada saat kegiatan mobilisasi alat dan bahan serta demobilisasi alat,
pembukaan dan pembersihan lahan, penggalian dan penimbunan,
khususnya pada saat dilakukan timbunan tanah pada pekerjaan
pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) di wilayah Kabupaten
Serang Timur, serta kegiatan pemasangan jaringan pipa berupa
pekerjaan galian dan timbunan untuk memendam pipa. Sebaran debu,
khusus sekitar permukiman, akan ditekan melalui penyiraman pada saat
cuaca panas.
c) Limbah cair
d) Limbah padat
Berupa potongan besi, pipa HDPE, kawat las, bekas kemasan lem, limbah
padat lainnya berupa kayu, serta limbah domestik berupa sampah
organik (yang mudah membusuk) saat konstruksi. Limbah padat tersebut
akan dikumpulkan/ditampung, selanjutnya dibawa ke tempat
pembuangan akhir yang direkomendasi oleh Pemerintah Daerah
setempat, sedangkan limbah domestik berupa sampah organik akan
ditimbun di dalam lokasi koridor.
BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
2.1 Pelaksanaan
Dokumen operasional dalam studi AMDAL yaitu Dokumen Rencana
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Hidup (RKL-RPL) disusun untuk menguraikan berbagai teknik pengelolaan
dan pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan terhadap berbagai
dampak yang diprakirakan terjadi. Secara umum hingga saat ini seluruh
aktifitas pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup pada tahap
konstruksi tersebut telah berjalan secara optimal.
Pelaksanaan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup pada lokasi Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM)
dengan Peningkatan Instalasi Pengolahan Air MInum (IPAM).
Penunjangnya adalah dengan melakukan uji laboratorium terhadap
kondisi di lapangan dengan parameter pengukuran udara ambient,
pengukuran kebisingan dan pengukuran kualitas air sungai, pengukuran
biota air sungai Plankton dan Benthos yang dilakukan oleh laboratorium
terakreditasi, dimana semua hasil sampling tersebut mengacu kepada
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yang pada akhirnya
dilakukan evaluasi hasil untuk menentukan langkah kerja pengelolaan dan
pemantauan.
Maksud dan tujuan dari pemantauan dan pengelolaan lingkungan
adalah untuk mengurangi atau mencegah dampak negatif yang mungkin
ditimbulkan akibat kegiatan usaha, dan mengembangkan dampak positif
yang akan terjadi untuk menjaga kondisi kebersihan, kerapian dan
kesehatan lingkungan pada lokasi kegiatan.
II-1
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
1 Timbulnya bangkitan Peningkatan volume Kelancaran lalu lintas Sepanjang jalur pipa Pada saat kegiatan
lalu lintas kendaraan akibat JDU sekitar 81,877 m konstruksi pemasangan
mobilisasi alat berat pipa JDU
dan material konstruksi
pipa JDU, serta
penyempitan jalan
akibat penyimpanan
tanah hasil galian dan
material pipa JDU
dipinggir jalan.
2 Terjadinya kerusakan Kerusakan jalan Minim kerusakan jalan Sepanjang jalur pipa Sebelum dan pada saat
jalan akibat penggalian JDU sekitar 81,877 m kegiatan konstruksi
landasan pipa JDU di pemasangan pipa JDU
sempadan jalan dan
penyimpanan tanah
hasil galian di pinggir
jalan
II-2
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
3 Terbukanya Pengadaan Jumlah penduduk Kecamatan Cikande Satu kali pada awal
kesempatan kerja dan tenaga kerja setempat yang bekerja di Ambon, Tarikkolot, Dystar, konstruksi dan satu kali
berusaha proyek Kawasan Pancatama yang pada pertengahan
tersebar di wilayah konstruksi
Kabupaten Serang yang
dilewati jalur
pembangunan pipa jDU
sepanjang 81,877 m
4 Terbukanya konflik - Pembangunan Jumlah/frekuensi konflik Kecamatan Cikande Satu kali pada awal konstruksi
sosial sebagai dampak IPAM masyarakat setempat Ambon, Tarikkolot, dan satu kali pada
turunan dari bangkitan - Pengadaan tentang kerusakan tanaman Dystar, Kawasan pertengahan konstruksi
tenaga kerja dan
lalu lintas, kerusakan dan bangunan yang belum Pancatama yang
aktivitasnya
jalan dan penerimaan - Mobilisasi alat diberi tersebar di wilayah
tenaga kerja berat dan material Kabupaten Serang
yang dilewati jalur
pembangunan pipa
jDU sepanjang 81,877 m
II-3
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-4
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-5
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-6
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-7
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
2.1.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RKL)
a. Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Konstruksi
Tabel 2.2 Matrik Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Tahap Konstruksi
Lokasi Pemantauan Periode Pengelolaan
No Jenis Dampak Sumber Dampak Tolak Ukur Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
1 Timbulnya bangkitan Peningkatan volume Kelancaran lalu lintas Sepanjang jalur pipa Pada saat kegiatan
lalu lintas kendaraan akibat JDU sekitar 81,877 m konstruksi pemasangan
mobilisasi alat berat pipa JDU
dan material konstruksi
pipa JDU, serta
penyempitan jalan
akibat penyimpanan
tanah hasil galian dan
material pipa JDU
dipinggir jalan.
2 Terjadinya kerusakan Kerusakan jalan Minim kerusakan jalan Sepanjang jalur pipa Sebelum dan pada saat
jalan akibat penggalian JDU sekitar 81,877 m kegiatan konstruksi
landasan pipa JDU pemasangan pipa JDU
di sempadan jalan
dan penyimpanan
tanah hasil galian
di pinggir jalan
II-8
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Lokasi Pemantauan Periode Pengelolaan
No Jenis Dampak Sumber Dampak Tolak Ukur Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
3 Terbukanya Pengadaan Jumlah penduduk setempat Kecamatan Cikande Satu kali pada awal
kesempatan kerja dan tenaga kerja yang bekerja di proyek Ambon, Tarikkolot, konstruksi dan satu kali
berusaha Dystar, Kawasan pada pertengahan
Pancatama yang konstruksi
tersebar di wilayah
Kabupaten Serang
yang dilewati jalur
pembangunan pipa
jDU sepanjang 81,877 m
4 Terbukanya konflik - Pembangunan Jumlah/frekuensi konflik Kecamatan Cikande Satu kali pada awal
sosial sebagai IPAM masyarakat setempat Ambon, Tarikkolot, Dystar, konstruksi dan satu kali
dampak turunan dari - Pengadaan tentang kerusakan Kawasan Pancatama yang pada pertengahan
tenaga kerja dan
bangkitan lalu lintas, tanaman dan bangunan tersebar di wilayah konstruksi
aktivitasnya
kerusakan jalan dan - Mobilisasi alat yang belum diberi Kabupaten Serang yang
penerimaan tenaga berat dan dilewati jalur
kerja material pembangunan pipa jDU
sepanjang 81,877 m
5 Gangguan Kesehatan Kegiatan - Kondisi Kesehatan Pemukiman Satu kali pada pertengahan
lingkungan sebagai pematangan dan lingkungan di pemukiman masyarakat yang kegiatan
dampak turunan dari pembangunan sekitar lokasi kegiatan berbatasan langsung
sebelum adanya kegiatan
penurunan kualitas pipa JDU dengan kegiatan serta
konstruksi
udara, peningkatan - Kecenderungan timbulnya Puskesmas Kecamatan
kasus yang disebabkan Cikande Ambon,
II-9
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Lokasi Pemantauan Periode Pengelolaan
No Jenis Dampak Sumber Dampak Tolak Ukur Pengelolaan
Lingkungan Hidup Lingkungan Hidup
II-10
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-11
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-12
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-13
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
2. Peningkatan Kebisingan
Bentuk upaya pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan
adalah dengan cara Pengukuran kebisingan dengan alat
Sound Level Meter. Hasil pengukuran kebisingan kemudian
dibandingkan dengan baku mutu berdasarkan Kep.MenLH No.
48/MenLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Adapun
pengukuran tingkat kebisingan triwulan keempat (Oktober -
Desember 2021) disajikan pada tabel sebagai berikut:
II-14
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
A.Fisika
Temperatur Deviasi 3 20,1 °C
Padatan Terlarut Total (TDS) 1.000 129 mg/L
Padatan Tersuspensi Total (TSS) 50 - mg/L
Warna 50 29 Pt-Co Unit
Sampah Nihil Nihil -
Debit - 0,08 m3/detik
B. Kimia
Derajat Keasaman (pH Insitu) 6-9 7,81 mg/L
BOD5 3 2,7 mg/L
COD 25 22 mg/L
Oksigen Terlarut 4 3,4 mg/L
Sulfat (SO4) 300 3 mg/L
Khlorida (Cl2) 300 31 mg/L
Nitrat (Sebagai N-) 10 1 mg/L
Nitrit (Sebagai N-) 0,06 <0,005 mg/L
Amonia (NH3-) 0,2 0,04 mg/L
Total Nitrogen 15 2 mg/L
Total Fosfat (PO4-P) 0,2 <0,01 mg/L
Fluorida (F) 1,5 <0,006 mg/L
Belereng Sebagai H2S 0,002 <0,002 mg/L
Sianida (CN) 0,02 <0,001 mg/L
Khlorida Bebas (Cl2) 0,03 <0,03 mg/L
Boron Terlarut (B) 1 0,083 mg/L
Merkuri Terlarut (Hg) 0,002 <0,0002 mg/L
Arsen Terlarut (As) 0,05 <0,003 mg/L
Sleenium Terlarut (Se) 0,05 <0,003 mg/L
Kadmium Terlarut (Cd) 0,01 <0,001 mg/L
Kobalt Terlarut (Co) 0,2 <0,006 mg/L
Nikel Terlarut (Ni) 0,05 <0,006 mg/L
Seng Terlarut (Zn) 0,05 <0,006 mg/L
Tembaga Terlarut (Cu) 0,02 <0,006 mg/L
Timbal Terlarut (Pb) 0,03 <0,006 mg/L
II-15
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
C. Komponen Biologi
Berdasarkan hasil pelingkupan, komponen biologi yang
diperkirakan terkena dampak penting dari rencana kegiatan
adalah biota air (plankton dan benthos). Oleh karena itu, rona
lingkungan komponen biologi yang akan diuraikan adalah
mengenai biota air (plankton dan benthos). Komponen biologi
darat tidak akan terkena dampak penting, karena didaerah
tersebut tidak ada biota darat khas, selain itu kegiatan ini
hanya penanaman pipa, dan pembukaan lahan untuk IPAM
dilakukan pada tanah perkebunan.
II-16
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
❖ Flora darat
Keberadaan flora baik di dalam lokasi pembangunan
maupun di daerah pemukiman sekitarnya umumya dijumpai
sebagai tanaman budidaya, tanaman perdu dan tanaman
pelindung. Jenis tanaman budidaya yang secara umum
ditemui di lokasi pembangunan dan daerah sekitar adalah
padi, pisang, kelapa, pepaya. Untuk jenis tanaman perdu dan
tanaman pelindung yang umum dijumpai adalah petai cina,
mangga, kersen, sengon, mahoni, putri malu, takokak, kapuk,
akasia, orok-orok.
II-17
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
❖ Fauna darat
Kawasan di sekitar lokasi proyek terdiri dari ekosistem darat
dan sungai. Menurut tata guna lahannya, daratan terdiri dari
pemukiman, industri dan kebun. Tataguna lahan tersebut
merupakan habitat bagi fauna. Dalam lokasi tidak banyak
dijumpai jenis hewan, kecuali beberapa jenis serangga seperti
capung, kupu-kupu, burung gereja, serta amphibi seperti
kodok dan kadal. Fauna lainnya adalah nyamuk dan semut.
Secara umum hewan darat yang ditemukan di lokasi kegiatan
dan sekitarnya merupakan hewan peliharaan penduduk
sekitar seperti kambing, sapi, kerbau, anjing, kucing.
❖ Biota Air
• Benthos
Benthos merupakan biota air yang sebagian atau seluruh
hidupnya berada di dalam atau di dasar perairan yang
pergerakannya relatif lambat. Benthos berfungsi sebagai
sumber makanan hewan dasar atau berkembang sampai
dewasa menjadi kerang-kerangan. Makrozoobenthos
merupakan organism penghuni dasar perairan yang relative
menetap atau tidak berpindah tempat. Dari segi rantai
makanan, makrozoobenthos umumnya berperan sebagai
detritus feeder, filter feeder, dan scavenger (pemakan
bangkai). Dengan demikian, organisme hewan ini berperan
dalam memanfaatkan kembali energi yang relatif akan hilang
ke dasar perairan.
Dengan sifatnya yang relatif menetap, komunitas
organism makrozoo benthos merupakan organisme yang
paling menderita terkena dampak lingkungan perairan. Oleh
karena itu, struktur komunitas makrozoobenthos merupakan
indikator yang baik untuk mendeteksi adanya dampak
lingkungan perairan. Hal penting lainnya adalah
II-18
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
• Plankton
Plankton merupakan suatu organisme yang hidupnya
melayang-layang atau terombang ambing di dalam air yang
kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa
arus atau mengikuti arus di laut bebas. Plankton merupakan
II-19
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-20
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
6 Anisonema sp 1429
7 Paranema sp 1429
Jumlah indovidu/m2 38583
Jumlah taxa 7
Indeks Diversitas H1 = -E Pi log2pi
2,22
(SHANNON – WIENER, 1949)
H-max = Log2S 2,81
Equitabilitas (E) = H’/H-max 0,79
Sumber: PT Kehati Lab Indonesia, 2021
II-21
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
No individu hasil
5 Nitzschia sp 1429
6 Surirella sp 1429
Jumlah indovidu/m2 15719
Jumlah taxa 6
Indeks Diversitas H1 = -E Pi log2pi
2,22
(SHANNON – WIENER, 1949)
H-max = Log2S 2,58
Equitabilitas (E) = H’/H-max 0,86
Sumber: PT Kehati Lab Indonesia, 2021
II-22
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Kec. Kibin 2 1 3 1 1 10 2 20
Kec.
4 1 12 - 1 30 1 48
Cikande
Kec.
1 - 4 - - 14 - 19
Pamarayan
II-23
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Kec.
- 1 4 - - 2 - 7
Bandung
Kec. Jawilan 3 1 15 - 5 19 1 44
Kec. Kragilan 3 2 11 - - 28 - 44
Kec. Kopo 3 1 13 - - 20 2 39
Kec. Cikeusal 2 1 14 - - 22 - 39
II-24
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
2.2 Evaluasi
2.2.1 Timbulnya Bangkitan Lalu Lintas
PT Sarana Catur Tirta Kelola bekerja sama dengan kontraktor telah
menyediakan petugas khusus untuk mengatur keluar masuk
kendaraan yang berada di jalan masuk lokasi kegiatan dan telah
menyediakan area parkir yang memadai. Pengolahan lingkungan
hidup yang sudah dilaksanakan oleh perusahaan yaitu memasang
rambu lalu lintas atau marka jalan, membatasi kecepatan
kendaraan yang masuk serta pengecekan rutin emisi kendaraan
pengangkut. Adapun kegitan pemantauan yang diperlukan tetap
dilakukan dilapangan dan mengatur keluar masuk kendaraan di
area pembangunan agar mengurangi tingkat kemacetan di area
sekitar lokasi kegiatan. Hasil evaluasi diketahui tidak ada laporan
terjadi bangkitan lalu lintas yang disebabkan oleh aktivitas PT Sarana
Catur Tirta Kelola.
II-25
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-26
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-27
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-28
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Keterangan P1: Baku MUtu Kualitas Udara Ambien Nasional Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
1999
R1: Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Lampiran VII
(Baku Mutu Udara Ambien)
U1: Area Intake (S 06º09’54.04” E 106º18’11.03”)
U2: Area WTP (S 06º09’42.07” E 106º18’39.05”)
II-29
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-30
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-31
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
A.Fisika
Temperatur Deviasi 3 20,1 °C
Padatan Terlarut Total (TDS) 1.000 129 mg/L
Padatan Tersuspensi Total
50 - mg/L
(TSS)
Warna 50 29 Pt-Co Unit
Sampah Nihil Nihil -
Debit - 0,08 m3/detik
B. Kimia
Derajat Keasaman (pH Insitu) 6-9 7,81 mg/L
BOD5 3 2,7 mg/L
COD 25 22 mg/L
Oksigen Terlarut 4 3,4 mg/L
Sulfat (SO4) 300 3 mg/L
Khlorida (Cl2) 300 31 mg/L
Nitrat (Sebagai N-) 10 1 mg/L
Nitrit (Sebagai N-) 0,06 <0,005 mg/L
Amonia (NH3-) 0,2 0,04 mg/L
Total Nitrogen 15 2 mg/L
Total Fosfat (PO4-P) 0,2 <0,01 mg/L
Fluorida (F) 1,5 <0,006 mg/L
Belereng Sebagai H2S 0,002 <0,002 mg/L
Sianida (CN) 0,02 <0,001 mg/L
Khlorida Bebas (Cl2) 0,03 <0,03 mg/L
Boron Terlarut (B) 1 0,083 mg/L
Merkuri Terlarut (Hg) 0,002 <0,0002 mg/L
Arsen Terlarut (As) 0,05 <0,003 mg/L
Sleenium Terlarut (Se) 0,05 <0,003 mg/L
Kadmium Terlarut (Cd) 0,01 <0,001 mg/L
II-32
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
Hasil Pengujian
Unsur Parameter Batas Baku Mutu Satuan
Laboratorium
Kobalt Terlarut (Co) 0,2 <0,006 mg/L
Nikel Terlarut (Ni) 0,05 <0,006 mg/L
Seng Terlarut (Zn) 0,05 <0,006 mg/L
Tembaga Terlarut (Cu) 0,02 <0,006 mg/L
Timbal Terlarut (Pb) 0,03 <0,006 mg/L
Khromium Heksavalen (VI)
0,05 <0,01 mg/L
(Cr6+)
Minyak dan Lemak 1 <0,2 mg/L
II-33
BAB II Pelaksanaan dan Evaluasi
II-34
Bab III Kesimpulan
BAB III
KESIMPULAN
III-1
Bab III Kesimpulan
III-2
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA