BERDASARKAN
PERATURAN PEMERINTAH NO. 22 TAHUN 2021
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Disiapkan oleh:
Catatan:
Seluruh informasi yang termuat di dalam tulisan ini disiapkan untuk para peserta
Bimbingan Teknis tentang “Persetujuan Teknis dan Penerapannya dalam
Penyusunan Dokumen ANDAL dan RKL-RPL, sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaran Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan Peraturan Pelaksanaannya”.
Informasi yang sudah dituangkan dalam tulisan ini akan diupdate setelah
Peraturan Menteri LHK yang mengatur tentang Tata Cara Penyusunan dan
Penetapan Persetujuan Teknis telah diterbitkan oleh KLHK.
Semoga informasi yang Penulis sampaikan kepada para Peserta Bimbingan Teknis
bermanfaat dan dapat digunakan dalam mengikuti Bimbingan Teknis nanti.
Penulis meminta ma’af dengan keterbatasan informasi yang ada di dalam tulisan
ini.
Penulis
Peraturan Menteri LHK yang mengatur tentang kajian teknis pembuangan air
limbah ke media lingkungan air yang masih berlaku sampai saat ini adalah:
a. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Persyaratan Dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah Ke Laut
b. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan R.I. No. P.22 Tahun 2018
tentang Norma, Standar, Prosedur, Dan Kriteria Pelayanan Perizinan Terintegrasi
Secara Elektronik Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
c. Permen LHK No. P.102 Tahun 2018 tentang Tata Cara Perizinan Pembuangan
Air Limbah Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
Pengaturan secara umum tentang kajian teknis pembuangan air limbah ke laut
yang diperlukan sebagai pertimbangan permohonan PERSETUJUAN TEKNIS telah
diatur di dalam PP No. 22 Tahun 2021, sedangkan peraturan pelaksanaannya masih
menunggu Peraturan Menteri yang baru diterbitkan oleh KLHK.
Ada beberapa hal dalam yang belum diatur di dalam PP No. 22 Tahun 2021 yang
perlu diatur dalam Peraturan Menteri, antara lain:
2. PERSETUJUAN TEKNIS
PERSETUJUAN TEKNIS pemenuhan Baku Mutu Air Limbah (BMAL) terkait dengan
pembuangan limbah atau air limbah ke media lingkungan air, terdiri dari:
a. PERSETUJUAN TEKNIS kegiatan Dumping (Pembuangan) limbah ke laut;
b. PERSETUJUAN TEKNIS Pemenuhan BMAL untuk pembuangan air limbah ke
laut;
c. PERSETUJUAN TEKNIS Pemenuhan BMAL untuk pembuangan air limbah ke
badan air permukaan;
d. PERSETUJUAN TEKNIS Pemenuhan BMAL untuk pembuangan dan/atau
pemanfaatan Air Limbah ke formasi tertentu;
Di dalam PP No. 22 Tahun 2021 belum diatur secara detail tentang tata cara
penyusunan dan penerbitan PERSETUJUAN TEKNIS pemenuhan BMAL yang
dibuang ke laut, hal ini akan diatur di dalam Peraturan Menteri LHK yang akan
diterbitkan pada tanggal 2 April 2021.
Dalam pemenuhan BMAL yang akan dibuang ke laut, Pelaku Usaha dan/atau
Kegiatan mengacu kepada Baku Mutu Air Laut yang terdiri atas:
a. Baku Mutu Air Laut peruntukan pelabuhan;
b. Baku Mutu Air Laut peruntukan wisata bahari; dan
c. Baku Mutu Air Laut peruntukan biota Laut.
Baku Mutu Air Laut meliputi jenis parameter Air Laut dan nilai parameter Air Laut
yang tercantum dalam Lampiran VIII, PP No. 22 Tahun 2021, yang selengkapnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Salah satu upaya pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan laut, yakni berupa
pembatasan Limbah ke Laut, diterapkan pada usaha dan/atau kegiatan yang
melakukan:
a. Dumping (Pembuangan) limbah ke laut; dan
b. pembuangan Air Limbah ke laut.
BMAL untuk usaha dan/atau kegiatan yang akan membuang limbahnya ke laut
dan standar teknologi pengolahan Air Limbah ditetapkan oleh Menteri. Penanggung
jawab Usaha dan/atau Kegiatan dapat menggunakan standar teknologi yang
ditetapkan atau menentukan teknologi berdasarkan BMAL yang ditetapkan oleh
Menteri.
Kajian teknis yang akan dibuat oleh Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan
harus memuat informasi tentang:
a. identifikasi sumber, kuantitas, dan karakteristik Air Limbah;
b. penentuan parameter kunci yang akan dijadikan prediksi sebaran Air Limbah dan
BMAL;
c. identifikasi Laut penerima Air Limbah;
d. kualitas Air Laut penerima Air Limbah;
e. data sirkulasi Air Laut musiman;
f. area sensitif;
g. prediksi sebaran Air Limbah di Laut termasuk penentuan zone of initial dilution;
h. usulan titik pemantauan kualitas Air Laut berdasarkan hasii prediksi sebaran Air
Limbah di Laut;
i. informasi mengenai tata letak industri keseluruhan dan penandaan unit yang
berkaitan dengan pengelolaan Air Limbah;
j. neraca air yang menggambarkan keseluruhan system pengelolaan Air Limbah;
k. informasi mengenai deskripsi sistem instalasi pengolahan Air Limbah;
l. informasi yang menjelaskan upaya yang dilakukan dalam pengelolaan Air
Limbah;
m.prosedur operasional standar tanggap darurat instalasi pengolahan Air Limbah;
n. informasi yang menjelaskan upaya yang dilakukan dalam pengelolaan Air
Limbah; dan
o. informasi uraian penanganan kondisi darurat Pencemaran Laut.
PDCA, singkatan bahasa Inggris dari "Plan, Do, Check, Act" (Rencanakan, Kerjakan,
Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah iteratif
yang umum digunakan dalam pengendalian kualitas. PDCA dikenal sebagai “siklus
Shewhart”, karena pertama kali dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh
tahun yang lalu. PDCA adalah alat yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan
secara terus menerus tanpa berhenti.
(2) Sebutkan seluruh sumber Air Limbah yang akan dibuang ke air
permukaan/laut, yang akan ditetapkan dalam Izin Pembuangan Air Limbah.
(3) Sebutkan lokasi pembuangan Air Limbah dengan menggambarkan tata letak
usaha dan/atau kegiatan, dan unit-unit yang berkaitan dengan inlet, unit
proses pengolahan air baku, proses produksi penghasil Air Limbah, unit
pengolahan Air Limbah, outlet, saluran pembuangan (outfall) dan titik
pemantauan kualitas air di laut / Badan Air.
(4) Deskripsi Lokasi pembuangan air limbah berupa peta dan tabel titik koordinat.
(5) Sebutkan dan gambarkan proses pengolahan Air Limbah. Ditampilkan dalam
bentuk diagram atau skema, dan dilengkapi dengan deskripsi/narasi yang
menggambarkan aliran Air Limbah, proses pengolahan Air Limbah sampai
dengan Titik Pembuangan untuk masing-masing jenis Air Limbah.
(6) Sebutkan kewajiban pelaku usaha dalam mengolah Air Limbah, sebagai
contoh:
a. melakukan pengukuran debit Air Limbah,
b. pencatatan debit harian Air Limbah,
c. pemantauan kualitas Air Limbah, dan lainnya.