Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KAJIAN TEKNIS

RENCANA PENAMBANGAN BATUBARA


PT.XYZ
DAFTAR ISI

BAGIAN A STANDAR TEKNIS


Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Penanggung Jawab kegiatan
1.4 Peraturan Perundang-Undangan
Bab 2 Deskripsi Kegiatan
2.1 Jenis dan kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan
2.2 Jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan
2.3 Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan penunjang yang
berpotensi menghasilkan Air Limbah
2.3.1 Proses Utama dan Proses Penunjang Usaha dan/atau Kegiatan
2.3.2 Karakteristik Air Limbah
2.3.3 Diagram Alir Proses
2.3.4 Neraca Air
2.3.5 Fluktuasi atau Kontinuitas Produksi dan Air Limbah
2.3.6 Layout Lokasi Masing-Masing Unit Proses/Kerja
2.3.7 Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah, Saluran Air Limbah serta Lokasi
Pembuangan Air Limbah (Outfall)
Bab 3 Rona Lingkungan Awal
3.1 Badan Air Permukaan
3.1.1 Mutu Air Permukaan
3.1.2 Lokasi Pengambilan Contoh Uji
3.1.3 Debit
3.1.4 Alokasi Beban Pencemar Air (Bila Ada)
3.1.5 Mutu Sedimen (untuk Kegiatan yang Mempunyai Potensi Pencemar Air Tinggi)
3.2 Hidrologi dan Morfologi Badan Air Permukaan
3.3 Biota Air
3.4 Ekosistem yang Memiliki Nilai Penting (Bila Ada)
3.5 Air Tanah
Bab 4 Prakiraan Dampak
4.1 Perhitungan Baku Mutu Air Limbah
4.2 Sebaran Air Limbah
4.3 Sifat penting dampak
Bab 5 Rencana Pengelolaan Lingkungan
5.1 Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah
5.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
5.3 Unit Proses atau Unit Operasi
5.4 Kriteria Desain Setiap Unit Proses
5.5 Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah
5.6 Pengelolaan Lumpur dan/atau Gas yang Dihasilkan
Bab 6 Rencana Pemantauan Lingkungan
6.1 Titik Penaatan (Outlet)
6.2 Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall)
6.3 Titik Pemantauan Badan Air Permukaan
6.4 Mutu Air Limbah dan Metode Pengambilan Contoh Uji
6.5 Mutu Air pada Badan Air Permukaan yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
6.6 Mutu Air Tanah yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
6.7 Frekuensi Pemantauan
Bab 7 Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
7.1 Unit yang Bertanggung Jawab terhadap Penanganan Kondisi Darurat
7.2 Rencana dan Prosedur Tanggap Darurat
Bab 8 Internalisasi Biaya Lingkungan
Bab 9 Periode waktu uji coba

BAGIAN B STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA


Bab 10 Struktur Organisasi
Bab 11 Sumberdaya manusia

BAGIAN C SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


BAGIAN A

STANDAR TEKNIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dokumen Kajian Teknis PT XYZ ini merupakan bagian dari persyaratan Persetujuan Teknis.
Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 93 PP No. 22 Tahun 2021 bahwa Persetujuan
Teknis adalah Persetujuan dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah berupa ketentuan mengenai
Standar Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan/atau Analisis Mengenai Dampak
Lalu Lintas usaha dan/atau kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan. Dokumen Kajian
Teknis merupakan kelengkapan untuk memperoleh Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO).
Berdasarkan Pasal 1 angka 94 PP No. 22 Tahun 2021, Sertifikat Kelayakan Operasional (SLO)
adalah surat yang memuat pernyataan pemenuhan mengenai Standar Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup usaha dan/atau kegiatan sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.5 Tahun 2021 tentang
Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan, pada pasal 3 ayat 1 dijelaskan bahwa Setiap Usaha dan/atau Kegiatan
wajib Amdal atau UKL-UPL yang melakukan kegiatan pembuangan dan/atau pemanfaatan air
limbah, wajib memiliki: Persetujuan Teknis; dan SLO. Pada pasal 14 ayat 1 peraturan tersebut
juga dijelaskan bahwa Persetujuan Teknis merupakan persyaratan penerbitan dan menjadi bagian
dari persetujuan lingkungan dan perizinan berusaha. Berdasarkan hasil penapisan mandiri yang
tercantum pada Lampiran X Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 5 Tahun
2021 tersebut, pertambanga batubara termasuk dalam kegiatan usaha dengan dampak emisi tinggi
dengan kode KBLI 05100 sehingga harus menyusun kajian teknis.
Oleh karena itu, sebagai persyaratan perizinan berusaha PT XYZ dan sebagai upaya
dalam pengendalian pencemaran lingkungan maka dalam dokumen ini disusun Kajian Teknis
Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah untuk Pembuangan Air Limbah ke Badan Air
Permukaan.

I - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


1.2 Tujuan
Tujuan dokumen ini adalah untuk menyusun Kajian Teknis Penambangan Batubara PT XYZ.
Dokumen Kajian Teknis merupakan persyaratan untuk memperoleh Persetujuan Teknis dan
juga merupakan kelengkapan untuk memperoleh SLO.

1.3 IDENTITAS PEMRAKARSA

Nama Perusahaan : PT XYZ


Bentuk Badan Usaha : Perseroan Terbatas
Alamat Kantor : Jalan Kalimantan
Telp : 000
Email : batubara@gmail.com
Usaha : Pertambangan Batubara
Kode KBLI : 05100
Lokasi Tempat Usaha : Jalan lebar Desa pedalaman
Penangagung Jawab : Bapak Hitam Batubara
Alamat : Jalan sempit
Jabatan : Direktur Utama
No Tlp/Hp :

1.4 Peraturan Perundang-Undangan


Kajian Teknis Penambangan Batubara PT XYZ ini dibuat dengan mengacu para peraturan
perundangan sebagai berikut:

a) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

b) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 5 Tahun 2022 tentang


Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha dan /Atau Kegiatan Pertambangan dengan
Menggunakan Metode Lahan Basah Buatan

d) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Sertifikat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.

e) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 4 Tahun 2021 tentang Draf
I - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelola

f) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah.

I - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB II

DESKRIPSI KEGIATAN

…………………………………………………………

II - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB III
RONA LINGKUNGAN AWAL

Uraian mengenai rona lingkungan hidup awal merupakan gambaran umum tentang keadaan
lingkungan eksisting pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT.X yang berlokasi di
kecamatan X, Kabupaten Y dan, Provinsi Z dengan rencana luasan tambang sekitar 1.000 Hektar
(Ha). Kondisi rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen ini merupakan hasil
kompilasi data baik berupa data primer maupun data sekunder.

3.1. Badan Air Permukaan

Badan air permukaan (surface water) secara umum meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan
atau bentuk jenis genangan air lainnya. Pada rona awal ini disajikan lebih fokus pada kondisi sungai,
dikarenakan badan air sungai inilah yang diprakirakan akan berdampak besar dari adanya rencana
usaha penambangan batubara oleh PT. X. Sungai sendiri didefinisikan sebagai badan air yang
berbentuk saluran dimana mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Kulitas air sungai
sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar aliran sungai.

3.1.1. Mutu air permukaan

Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air didefinisikan sebagai ukuran kondisi air pada waktu dan
tempat tertentu yang diukur dan/ atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang
kemudian dilakukan pengujian pada air dari aliran sungai, dimana disesuaikan pula dengan lokasi
rencana outfall (pembuangan air limbah hasil olahan) fasilitas pengolahan air limbah di sekitar lokasi
rencana pertambangan batubara PT. X, maka didapatkan hasil mutu air sungai yang ditunjukkan oleh
tabel berikut:

III - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.1. Mutu Air Pada Hulu Sungai (Hulu 1)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

III - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.2. Mutu Air Pada Hilir Sungai (Hilir 1)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

III - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.3 Mutu Air Pada Hulu Sungai (Hulu 2)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

III - 4 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.4. Mutu Air Pada Hilir Sungai (Hilir 2)

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

Mutu air sungai dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti musim dan kondisi iklim pada
beberapa bulan terakhir sebelum dan saat pengambilan sampel dilakukan, alih fungsi lahan di sekitar

III - 5 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


sungai dan aktifitas manusia lainnya yang mengakibatkan masukknya unsur pencemar ke badan aliran
sungai. Jika dibandingkan dengan Baku Mutu Air Nasional Kelas II sesuai dengan lampiran VI PP 22
Tahun 2021, secara umum dari parameter – parameter uji di atas masih memenuhi ambang batas atau
baku mutu yang ditetapkan, namun terdapat beberapa parameter yang melebihi seperti BOD (8,70
mg/L pada Hulu 1; 3,27 mg/L pada Hulu 2 ; dan 5,04 mg/L pada Hilir 2), COD (41,63 mg/L pada
Hulu 1), dan parameter Minyak & Lemak (1,80 mg/L pada Hulu 1; 1,80 mg/L pada Hilir 1; 2,20
mg/L pada Hulu 2; dan 3,00 mg/L pada Hilir 2).

3.1.2. Lokasi Pengambilan Contoh Uji

Titik lokasi pengambilan contoh uji atau sampel air sungai harus sebisa mungkin mewakili
kondisi sebenarnya sehingga didapatkan gambaran yang baik mengenai kondisi mutu air sungai di
sekitar lokasi rencana usaha pertambangan batubara PT.X ini. Lokasi pengambilan contoh uji mutu
kualitas air sungai ini disesuaikan pula dengan rencana lokasi outfall atau pembuangan air limbah
hasil olahan fasilitas pengolah air limbah, untuk lebih jelasnya ditunjukkan oleh tabel dan gambar
berikut ini:

Tabel 3.5. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Mutu Air Sungai di Sekitar Lokasi Rencana Penambangan
Batubara PT. X

Titik Koordinat
No Nama Sampel UTM Geografis
X Y BT LS
1. Hulu Sungai 1 208197.01 9892260.94 114° 22' 41.499" E 0° 58' 25.396" S
2. Hilir Sungai 1 208554.16 9892157.16 114° 22' 53.008" E 0° 58' 28.782" S
3. Hulu Sungai 2 209155.60 9890541.40 114° 23' 12.407" E 0° 59' 21.367" S
4. Hilir Sungai 2 209377.85 9891504.49 114° 23' 19.616" E 0° 58' 50.038" S
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

III - 6 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Keterangan :
 S .X : Nama Sungai
 WMP : Rencana Fasilitas Pengolahan Limbah Cair Pertambangan Batubara

Gambar 3.1. Sketsa Lokasi Pengambilan Sampel Mutu Air Sungai

3.1.3. Debit

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah
satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah
meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2010). Aliran sungai berasal
dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah
permukaan, debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian yang turun
kembali setelah hujan selesai.

Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan air bawah tanah
lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama
dengan laju penurunannya, sehingga debit aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju
pertambahan air bawah tanah melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan
air tanah dan debit sungai (Arsyad, 2010). Dari hasil perhitungan dan survei lapangan didapatkan
debit aliran sungai di lokasi rencana penambangan batubara PT. X yang ditunjukkan oleh tabel
berikut:

Tabel 3.6. Nilai Debit Pendekatan pada Sungai


Di Lokasi Rencana Usaha Pertambangan Batubara PT. X

Debit Pendekatan
No. Lokasi Kondisi
m3/s Liter/s m3/Jam
Kering 1,79 1.794 6.458
1. Hulu Rata – Rata 25,49 25.486 91.751
Banjir 106,46 106.464 383.271
2. Hilir Kering 1,99 1.989 7.162
Rata – Rata 27,25 27.246 98.087

III - 7 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Banjir 107,78 107.779 388.005
Sumber : PT.X, 2022.

3.2. Hidrologi dan Morfologi Badan Air Permukaan

Sungai adalah sebuah sistem alur alam yang secara menerus menyesuaikan dirinya terhadap
perubahan lingkungan sekitarnya dalam bentuk aksi dan reaksi. Penyesuaian terhadap perubahan
lingkungan sekitar ini bisa berjalan pelan tak terlihat dan berjangka panjang atau bisa juga berjalan
sangat cepat mendadak.

Siklus hidrologi adalah sirkulasi menerus air di bumi yang tidak pernah berhenti dalam jumlah
besar dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi melalui proses-proses evaporasi dan
transpirasi, kondensasi, presipitasi. Dalam perjalanan di tiap proses tersebut air dapat berubah phase
dari cair (air) menjadi gas (uap air), menjadi cair lagi atau bahkan menjadi padat (es). Siklus hidrologi
dimulai oleh pemanasan air laut oleh sinar matahari, yang menimbulkan pergerakan uap air dalam
jumlah besar karena penguapan menuju atmosfer. Setelah melalui proses kondensasi uap air berubah
menjadi cair dan turun ke bumi lagi menjadi hujan (presipitasi). Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat terevaporasi kembali ke atmosfer atau jatuh ke tetumbuhan diintersepsi
oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, air hujan terpisah menjadi dua yaitu :

1. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan bebatuan menuju muka air tanah.

2. Aliran Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah, yang tampak nyata adalah di daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang
(danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan yang mengalir mengisi sungai
akhirnya membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

Pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT. X ini Berdasarkan data curah hujan
dari stasiun klimatologi setempat, besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata di area tambang
adalah sebesar 99.4 mm/hari. Jumlah hari hujan yang terjadi rata-rata yang terjadi adalah 16 hari per
bulan, dengan jumlah hujan terbesar terjadi pada Bulan November yaitu mencapai 22.9 hari dan curah
hujan minimum terjadi pada Bulan Juni dengan jumlah hari hujan 11.9 hari. Untuk lebih jelasnya
mengenai data curah hujan ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tabel 3.7. Data Curah Hujan di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan Batubara PT. X

Curah Jam Rata-rata Jam


Intensitas Days/
Periode Waktu Hujan Hujan Hujan Harian
(mm/hours) Mounth
(mm) (hours) (hours)
2012 Jan-12 246.00 67.87 3.62 31 2.19
2012 Feb-12 335.90 84.64 3.97 29 2.92

III - 8 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Curah Jam Rata-rata Jam
Intensitas Days/
Periode Waktu Hujan Hujan Hujan Harian
(mm/hours) Mounth
(mm) (hours) (hours)
2012 Mar-12 376.70 85.31 4.42 31 2.75
2012 Apr-12 367.90 88.51 4.16 30 2.95
2012 May-12 184.60 42.03 4.39 31 1.36
2012 Jun-12 138.70 29.51 4.70 30 0.98
2012 Jul-12 240.50 42.55 5.65 31 1.37
2012 Aug-12 106.60 31.48 3.39 31 1.02
2012 Sep-12 179.20 22.42 7.99 30 0.75
2012 Oct-12 107.70 28.83 3.74 31 0.93
2012 Nov-12 368.00 84.23 4.37 30 2.81
2012 Dec-12 478.10 68.26 7.00 31 2.20
2013 Jan-13 248.40 63.93 3.89 31 2.06
2013 Feb-13 398.40 89.41 4.46 28 3.19
2013 Mar-13 339.70 79.82 4.26 31 2.57
2013 Apr-13 334.10 56.69 5.89 30 1.89
2013 May-13 673.50 113.35 5.94 31 3.66
2013 Jun-13 188.30 29.18 6.45 30 0.97
2013 Jul-13 351.30 91.40 3.84 31 2.95
2013 Aug-13 153.00 130.57 1.17 31 4.21
2013 Sep-13 392.90 35.36 11.11 30 1.18
2013 Oct-13 238.80 48.49 4.92 31 1.56
2013 Nov-13 253.30 123.06 2.06 30 4.10
2013 Dec-13 374.20 149.89 2.50 31 4.84
2014 Jan-14 271.00 77.34 3.50 31 2.49
2014 Feb-14 364.00 60.79 5.99 28 2.17
2014 Mar-14 362.00 64.84 5.58 31 2.09
2014 Apr-14 170.07 56.69 3.00 30 1.89
2014 May-14 282.50 73.39 3.85 31 2.37
2014 Jun-14 311.20 67.47 4.61 30 2.25
2014 Jul-14 225.50 43.97 5.13 31 1.42
2014 Aug-14 156.50 34.28 4.57 31 1.11
2014 Sep-14 49.00 15.18 3.23 30 0.51
2014 Oct-14 111.95 28.58 3.92 31 0.92
2014 Nov-14 281.80 72.11 3.91 30 2.40
2014 Dec-14 400.00 107.70 3.71 31 3.47
2015 Jan-15 301.30 124.98 2.41 31 4.03
2015 Feb-15 429.00 114.64 3.74 28 4.09
2015 Mar-15 550.43 90.65 6.07 31 2.92
2015 Apr-15 474.19 91.65 5.17 30 3.05
2015 May-15 341.27 77.87 4.38 31 2.51
2015 Jun-15 258.00 60.43 4.27 30 2.01
2015 Jul-15 47.43 15.81 3.00 31 0.51
2015 Aug-15 173.11 15.81 10.95 31 0.51

III - 9 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Curah Jam Rata-rata Jam
Intensitas Days/
Periode Waktu Hujan Hujan Hujan Harian
(mm/hours) Mounth
(mm) (hours) (hours)
2015 Sep-15 4.80 1.58 3.04 30 0.05
2015 Oct-15 14.47 5.08 2.85 31 0.16
2015 Nov-15 630.21 92.66 6.80 30 3.09
2015 Dec-15 555.27 94.83 5.86 31 3.06
2016 Jan-16 531.95 72.70 7.32 31 2.35
2016 Feb-16 252.58 72.04 3.51 28 2.57
2016 Mar-16 522.59 95.12 5.49 31 3.07
2016 Apr-16 65.18 71.03 0.92 30 2.37
2016 May-16 626.26 78.84 7.94 31 2.54
2016 Jun-16 306.14 53.54 5.72 30 1.78
2016 Jul-16 355.00 54.90 6.47 31 1.77
2016 Aug-16 76.40 16.61 4.60 31 0.54
2016 Sep-16 251.40 68.04 3.70 30 2.27
2016 Oct-16 520.00 134.98 3.85 31 4.35
2016 Nov-16 324.10 124.47 2.60 30 4.15
2016 Dec-16 314.60 93.56 3.36 31 3.02
2017 Jan-17 307.20 133.29 2.30 31 4.30
2017 Feb-17 380.76 79.16 4.81 28 2.83
2017 Mar-17 338.60 151.62 2.23 31 4.89
2017 Apr-17 246.60 118.58 2.08 30 3.95
2017 May-17 361.30 100.24 3.60 31 3.23
2017 Jun-17 157.00 87.80 1.79 30 2.93
2017 Jul-17 272.90 91.87 2.97 31 2.96
2017 Aug-17 532.70 100.58 5.30 31 3.24
2017 Sep-17 410.30 82.99 4.94 30 2.77
2017 Oct-17 265.60 96.20 2.76 31 3.10
2017 Nov-17 425.05 178.69 2.38 30 5.96
2017 Dec-17 345.20 94.98 3.63 31 3.06
2018 Jan-18 277.70 93.86 2.96 31 3.03
2018 Feb-18 405.80 123.82 3.28 28 4.42
2018 Mar-18 289.70 103.94 2.79 31 3.35
2018 Apr-18 533.80 125.11 4.27 30 4.17
2018 May-18 416.35 105.55 3.94 31 3.40
2018 Jun-18 135.20 45.35 2.98 30 1.51
2018 Jul-18 311.00 54.58 5.70 31 1.76
2018 Aug-18 64.70 34.61 1.87 31 1.12
2018 Sep-18 166.70 24.54 6.79 30 0.82
2018 Oct-18 246.80 63.44 3.89 31 2.05
2018 Nov-18 621.90 153.03 4.06 30 5.10
2018 Dec-18 384.63 109.82 3.50 31 3.54
2019 Jan-19 485.55 115.17 4.22 31 3.72

III - 10 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Curah Jam Rata-rata Jam
Intensitas Days/
Periode Waktu Hujan Hujan Hujan Harian
(mm/hours) Mounth
(mm) (hours) (hours)
2019 Feb-19 248.00 94.77 2.62 28 3.38
2019 Mar-19 361.50 106.25 3.40 31 3.43
2019 Apr-19 560.20 126.44 4.43 30 4.21
2019 May-19 278.80 73.17 3.81 31 2.36
2019 Jun-19 358.70 96.54 3.72 30 3.22
2019 Jul-19 104.50 28.00 3.73 31 0.90
2019 Aug-19 137.60 35.30 3.90 31 1.14
2019 Sep-19 88.00 16.86 5.22 30 0.56
2019 Oct-19 19.50 72.57 0.27 31 2.34
2019 Nov-19 143.00 66.79 2.14 30 2.23
2019 Dec-19 483.70 132.84 3.64 31 4.29
2020 Jan-20 597.60 114.38 5.22 31 3.69
2020 Feb-20 417.50 102.00 4.09 29 3.52
2020 Mar-20 687.00 143.01 4.80 31 4.61
2020 Apr-20 509.40 154.67 3.29 30 5.16
2020 May-20 416.10 109.38 3.80 31 3.53
2020 Jun-20 201.30 89.16 2.26 30 2.97
2020 Jul-20 342.50 89.83 3.81 31 2.90
2020 Aug-20 170.40 55.34 3.08 31 1.79
2020 Sep-20 439.10 66.49 6.60 30 2.22
2020 Oct-20 539.70 136.74 3.95 31 4.41
2020 Nov-20 351.00 116.01 3.03 30 3.87
2020 Dec-20 219.30 111.29 1.97 31 3.59
2021 Jan-21 384.50 156.92 2.45 31 5.06
2021 Feb-21 160.00 84.99 1.88 28 3.04
2021 Mar-21 483.50 151.86 3.18 31 4.90
2021 Apr-21 511.60 108.68 4.71 30 3.62
2021 May-21 318.00 103.80 3.06 31 3.35
2021 Jun-21 260.30 62.52 4.16 30 2.08
2021 Jul-21 159.80 82.28 1.94 31 2.65
2021 Aug-21 438.50 140.25 3.13 31 4.52
2021 Sep-21 422.00 138.09 3.06 30 4.60
2021 Oct-21 268.10 91.58 2.93 31 2.95
2021 Nov-21 559.20 153.47 3.64 30 5.12
2021 Dec-21 421.00 134.86 3.12 31 4.35
Sumber : Stasiun Klimatologi Kota/Kabupaten Z, 2012 -2022.

Jaringan sungai, dalam suatu DAS anak sungai di bagian atas akan bersambung dengan anak
sungai yang lebih besar di bawahnya. Setiap anak sungai menghasilkan hidrograf aliran yang
menunjukkan respon DAS terhadap curah hujan. Respon tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva
hidrograf aliran yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi DAS yang

III - 11 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


bersangkutan. Ketika anak sungai bergabung dengan anak sungai lain dibawahnya, aliran air dari
kedua anak sungai tersebut tidak terjadi secara bersamaan. Debit puncak untuk satu anak sungai
mungkin telah terlampaui, sementara pada anak sungai berikutnya debit puncak akan segera terjadi.
Pengaruh ketidaksamaan waktu terjadinya debit puncak pada masing- masing anak sungai tersebut
akan menurunkan besarnya debit puncak total pada sungai utama (sungai yang menampung kedua
anak sungai tersebut). Secara umum dimensi sungai di area rencana usaha penambangan PT. X
ditunjukkan oleh tabel berikut ini:

Tabel 3.8. Dimensi Sungai Di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan PT.X

Dimensi Sungai
No. Lokasi Kondisi
b (m) h (m) T (m)
Kering 54,90 0,85 55,92
1. Hulu Rata – Rata 54,90 2,10 57,42
Banjir 54,90 3,45 59,05
Kering 55,03 0,88 55,93
2. Hilir Rata – Rata 55,03 2,15 57,22
Banjir 55,03 3,47 58,57
Sumber : PT.X, 2022.

3.3. Biota Air

Bioindikator adalah ukuran langsung dari kesehatan fauna dan flora di perairan. Indikator biologi
yang umum digunakan di air tawar meliputi berbagai ukuran makroinvertebrata atau keragaman ikan,
pertumbuhan alga benthik (benthic algal growth) dan kebutuhan oksigen bentik (benthic oxygen
demand). Biomonitoring air dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme indikator.
Organisme tersebut, yaitu (1) Plankton; “kelompok mikroorganisme yang hidup melayang-layang di
dalam air”; (2) Perifiton; “kelompok alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang hidup di dalam
air”; (3) Mikrobentos; “kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam atau di permukaan air”; (4)
Kelompok makroinvertebrata di dalam atau permukaan air; (5) Makrofita: kelompok tumbuhan air;
dan (6) Nekton: ikan. Kelompok ini digunakan untuk menduga kualitas air sebab mampu
menggambarkan pengaruh perubahan kondisi fisik dan kimia di perairan dalam pada kurun waktu
tertentu. Untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi (Husamah, & A.
Rahardjanto, 2019).

Biota perairan yang terdapat di wilayah studi adalah biota perairan tawar yang digolongkan
berdasarkan jenis diantaranya plankton, benthos, perifiton, tumbuhan air, nekton, dan dekomposer.
Jenis biota air tingkat nekton yang pada rantai makanan ekosistem perairan menempati tingkatan
trofik sebagai konsumen. Pada tabel berikut akan ditujukkan mengenai hasil uji biota air di badan air
permukaan pada wilayah studi:

III - 12 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Tabel 3.9. Hasil Identifikasi Bioindikator Pada Wilayah Studi

Sampel
No Phylum Genera
Hulu Hilir
Phytoplankton
1 Cyanopyhta Oscillatoria 10 -
2 Chlorophyta Closterium - 30
Homidium 40 20
Gonatozygom 40 40
3 Chrysophyta Diatom 20 10
Suriella 30 -
Kelimpahan (Individu/m2) 140 100
Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 1,5125 1,2799
Indeks Keseragaman 0,9397 0,9232
Indeks Dominansi 0,2347 0,3000
Jumlah Taksa 5 4
Zooplaknton
1 Protozoa Euglenopsi 10 -
Euglypha Tuberculata 10 10
Spirostosum 20 10
Kelimpahan (Individu/m2) 40 20
Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 1,0397 0,6931
Indeks Keseragaman 0,9464 1,0000
Indeks Dominansi 0,3750 0,5000
Jumlah Taksa 3 2
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

3.4. Air Tanah

Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar butir
tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Untuk air tanah di wilayah lokasi
rencana kegiatan tersusun dari batuan induk yang bervariasi dan terletak ketinggian 0 – 100 mdpl.
Oleh sebab itu kedalaman air tanahnya akan bervariasi, dari dangkal (daerah dataran hingga
perbukitan dan pegunungan). Pada Lokasi Kegiatan X secara umum mencakup pada satu DAS. Air
tanah berada di dalam lapisan tanah dengan kedalam berbeda-beda dan airtanah dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup manusia. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum

III - 13 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Kualitas, standar baku mutu kesehatan lingkungan untuk media air untuk keperluan higiene sanitasi
meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia yang dapat berupa parameter wajib dan parameter
tambahan. Berikut adalah hasil analisa laboratorium mengenai kualitas air tanah di wilayah studi:

Tabel 3.10 Hasil Uji Kualitas Air Tanah Pada Lokasi Rencana Usaha
Pertambangan Batubara PT.X

Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.

III - 14 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB IV
PRAKIRAAN DAMPAK

4.1 Perhitungan baku mutu air limbah


Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor Permen LHK No. 5 Tahun 2022 dalam industri batubara yang harus dipantau adalah
pH, TSS, BOD, COD dan Debit. Berikut merupakan jenis dan kadar parameter serta debit air
limbah yang dihasilkan
Tabel 4.1 Perkiraan karakteristik limbah cair PT X

COD BOD
pH TSS (mg/L) Debit (m3/hari)
(mg/L) (mg/L)

4,5 1.748 200 100 216

4.2 Sebaran air limbah


Dalam kajian sebaran air limbah di Sungai X dengan menggunakan pemodelan QUAL2Kw
menghasilkan potensi sebaran sebagai berikut. QUAL2Kw adalah model kualitas air yang
dapat mensimulasikan transport dan transformasi berbagai konstituen termasuk oksigen
terlarut, COD, dsb.

IV- 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Sungai X (8/22/2022)
5

4.5

3.5

3
slow-reacting CBOD (mg/L)

2.5

1.5

0.5

0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

CBODs (mgO2/L) CBODs (mgO2/L) data CBODs (mgO2/L) Min


CBODs (mgO2/L) Max

Gambar 4.1 Perbandingan model dan data untuk parameter CBOD

120.0 Sungai X (8/22/2022)


100.0

80.0

60.0

40.0

20.0

0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00

distance upstream (Km)

Generic constituent Generic constituent user defined Generic Min


Generic Max

Gambar 4.2 Perbandingan model dan data untuk parameter COD

IV - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Sungai X (8/22/2022)
9.0

8.0

7.0

6.0

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

pH pH data pH Min pH Max


Minimum pH-data Maximum pH-data pHsat

Gambar 4.3 Perbandingan model dan data untuk parameter pH

Sungai X (8/22/2022)
30

25

20
temperature (deg C)

15

10

0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)

Temp(C) Average Mean Temp-data Temp(C) Minimum


Temp(C) Maximum Minimum Temp-data Maximum Temp-data

Gambar 4.4 Perbandingan model dan data untuk parameter suhu

IV - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Sungai X (8/22/2022)
60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0
2 1 0
distance upstream (Km)

TSS (mgD/L) TSS (mgD/L) data TSS Min TSS Max

Gambar 4.5 Perbandingan model dan data untuk parameter TSS

IV - 4 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB V
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

5.1 Kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah


Konfigurasi IPAL yang akan dipergunakan untuk menurunkan pencemar air dari pabrik
tekstil PT X adalah sebagai berikut :

inlet outlet
Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik

Gambar 5.1 Diagram alir Proses IPAL PT. XYZ

Unit IPAL yang akan dipergunakan adalah sebagai berikut:

1) Kolam Ekualisasi

2) Kolam pengendapan

3) Kolam Pengolahan pH dan Parameter Logam

4) Kolam Pengolahan Parameter Organik

5) Kolam Indikator Penaatan BMAL

V - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


5.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah
Unit prapengolahan terbagi menjadi kolam ekualisasi dan kolam pengendapan.
Sedangkan unit Pengolahan Air Limbah Lahan Basah Buatan terbagi menjadi kolam
pengolahan derajat keasaman (pH) dan parameter logam, kolam pengolahan parameter
organik dan kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah. Unit IPAL PT. XYZ yang
akan dipergunakan adalah sebagai berikut :
1) Kolam Ekualisasi
Untuk mengatasi fluktuasi air limbah, digunakan kolam ekualisasi air limbah dari
proses produksi Batubara. Kolam ekualisasi berfungsi untuk menghomogenkan limbah
cair yang akan diolah, baik dari segi kuantitas (debit aliran) maupun kualitas (beban atau
konsentrasi polutan), sehingga pengolahan limbah di unit-unit selanjutnya dapat berjalan
optimal. Unit prapengolahan terdiri dari kolam ekualisasi dan kolam pengendapan. Kolam
ekualisasi digunakan untuk penampungan sementara air limbah. Kolam ini dapat
ditambahkan tanaman air yang memiliki kemampuan menyaring limbah untuk
meningkatkan efektivitas.

2) Kolam pengendapan
Kolam pengendapan memanfaatkan gravitasi untuk mengendapkan padatan terlarut.
Air limbah dalam kegiatan penambangan pada umumnya banyak mengandung padatan
terlarut yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan. Upaya untuk
mengurangi degradasi kualitas lingkungan dalam kegiatan penambangan tersebut,
dibutuhkan kolam pengendapan yang dirancang sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) pada PT.XYZ. Kolam pengendapan yang dirancang secara fisika terdiri
dari dua kolam yaitu kolam penangkap sedimen dan kolam kontrol. kolam pengendapan
dengan tujuan agar padatan tersuspensi dapat terendapkan dengan baik.

3) Kolam Pengolahan pH dan Parameter Logam


Pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur logam pada sistem Lahan Basah Buatan
ini memanfaatkan interaksi antara bahan organik, mikro organisme dan tanaman. Kolam
pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur logam terdiri dari beberapa kompartemen
yang mempertimbangkan luas Lahan Basah Buatan yang diperlukan maupun yang
tersedia, pengaturan proses pengaliran Air Limbah, dan pemeliharaan pada masing-
masing kompartemen. Bahan organik akan menghasilkan asam organik yang selanjutnya
bereaksi kimia untuk menurunkan konsentrasi sulfat, mengendapkan dan menjerat unsur
V - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
logam, serta menaikkan derajat keasaman (pH) sebagaimana terlihat pada Reaksi (1) dan
Reaksi 2 berikut:
(Reaksi 1)
Bahan organik + SO42- CH3COO- + HS- + HCO3-
(Reaksi 2)
Me2+ (aq) + HS- (aq) MeS (s) + H+ (aq)
(Me = unsur logam)

Bakteri pereduksi sulfat (BPS) akan tumbuh berkembang dan aktif mereduksi sulfat
dalam air asam tambang (bioremediasi). Penyerapan unsur-unsur logam oleh tanaman
(fitoremediasi). Daun-daun dan organ tanaman yang mati akan memberikan masukan
bahan organik ke dalam sistem Lahan Basah Buatan sehingga keberlanjutannya dapat
terjaga.

4) Kolam Pengolahan Parameter Organik


Dari proses pengolahan derajat keasaman (pH) dan unsur logam yang memanfaatkan
bahan organik, implikasinya terjadi peningkatan parameter Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi (BOD). Untuk menetralisir Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD)
dilakukan dengan memanfaatkan tanaman yang memiliki kemampuan untuk menetralisir
Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD). Bahan organik yang terdapat dalam Air Limbah
akan diubah menjadi senyawa lebih sederhana dan akan dimanfaatkan oleh tumbuhan
sebagai nutrisi, sedangkan sistem perakaran tumbuhan air akan menghasilkan oksigen
yang dapat digunakan sebagai sumber energi/katalis untuk rangkaian proses metabolisme
mikroorganisme. Kolam pengolahan Kebutuhan Oksigen Biokimiawi (BOD) dapat terdiri
dari beberapa kompartemen yang mempertimbangkan beban Kebutuhan Oksigen
Biokimiawi (BOD) yang dihasilkan dari bahan organik yang digunakan.

5) Kolam Indikator Penaatan BMAL (termasuk apabila ada pembatasan debit Air
Limbah maksimal).
Kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah dapat dilengkapi sarana dan
prasarana yang disesuaikan dengan kualitas Air Limbah dan Baku Mutu Air Limbah.
Sarana dan prasarana tersebut seperti bahan dan alat untuk penambahan kapur.

V - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


5.3 Unit Proses atau Unit Operasi
Pada pengolahan air limbah industri dibagi menjadi beberapa tahapan. Berikut
merupakan beberapa unit proses atau unit operasi pengolahan limbah Batubara dari PT
XYZ :

5.4 Kriteria Desain Setiap Unit Proses

5.5 Alur Proses dan Layout Instalasi Pengolahan Air Limbah


Untuk pemilihan teknologi pengolahan air limbah industri dapat menggunakan diagram
alir yang ditunjukkan pada Gambar 5.1.
Alur proses IPAL yang akan dipergunakan untuk menurunkan pencemar air dari Pabrik
Batubara PT. XYZ adalah sebagai berikut: outlet

inlet
Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik

Pre-treatment Biological Treatment Physical Treatment

Gambar 5.2 Diagram alir IPAL Pabrik Tekstil PT X

Layout IPAL dan saluran IPAL dapat dilihat pada gambar 5.3 sebagai berikut.

Gambar 5.3 Layout unit proses IPAL PT. XYZ

V - 4 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


5.6 Pengelolaan Lumpur dan/atau Gas yang Dihasilkan

V - 5 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB VI
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

6.1 Titik Penaatan (Outlet)


Titik pengambilan contoh uji air limbah diambil pada outlet terakhir IPAL sebelum
menuju badan air permukaan, yaitu pada masing-masing bak final tank dengan koordinat:
a. Titik 1 (WMP 14) = 0° 58' 40.479" S – 114° 22' 40.908" E
b. Titik 2 (WMP 25) = 0° 59' 08.794" S – 114° 22' 52.134" E
Pada titik penaatan ini juga akan dipasang water meter untuk memantau debit air limbah
yang dibuang ke badan air permukaan. Pemantauan debit dilakukan setiap hari untuk
mengetahui jumlah debit yang dibuang ke badan air permukaan setiap harinya.
6.2 Titik Pembuangan Air Limbah (Outfall)
Titik pembuangan air limbah (outfall) terdapat pada 2 (dua) lokasi dengan koordinat:
a. Titik 1 (OF WMP 14) = 0° 58' 37.834" S – 114° 22' 43.687" E
b. Titik 2 (OF WMP 25) = 0° 59' 6.339" S – 114° 23' 17.349" E.

6.3 Titik Pemantauan Badan Air Permukaan


Titik pemantauan badan air permukaan pada kegiatan pertambangan batubara ini terdiri
atas 2 (dua) titik, yaitu pada bagian hulu dan bagian hilir. Pada bagian hulu, titik pengambilan
contoh uji diambil pada lokasi badan air sebelum titik pembuangan air limbah bagian hulu
dengan koordinat : 0° 58' 50.038" S - 114° 23' 19.616" E. Adapun pada bagian hilir, titik
pengambilan contoh uji diambil pada lokasi badan air setelah titik pembuangan air limbah
bagian hilir dengan koordinat 0° 58' 28.782" S - 114° 22' 53.008" E.
6.4 Mutu Air Limbah dan Metode Pengambilan Contoh Uji
Baku mutu air limbah kegiatan pertambangan batubara mengacu pada standar baku
Lampiran II Permen LHK No. 5 Tahun 2022 tentang Pengolahan Air Limbah Bagi Usaha
dan/atau Kegiatan Pertambangan dengan Menggunakan Metode Lahan Basa Buatan dengan
rincian sebagaimana Tabel 1.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batu Bara
Kadar Maksimum
Parameter Satuan
Penambangan Pengolahan/Pencucian
Derajat keasaman (pH) 6-9 6–9
TSS mg/l 400 200
Besi (Fe) Total mg/l 7 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4 4
BOD mg/l 30 30
COD mg/l 100 100

VI - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Selain itu debit maksimal air limbah yang boleh dibuang yakni sebesar 30 m 3/hari
sesuai dengan hasil perhitungan debit air limbah maksimal sebelumnya. Debit air limbah
dicek setiap hari untuk memastikan air limbah yang dibuang tidak lebih dari 30 m3/hari.
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.59-2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Limbah.
6.5 Mutu Air pada Badan Air Permukaan yang Dipantau dan Metode Pengambilan
Contoh Uji
Badan air yang permukaan tempat pembuangan air limbah adalah sungai dengan
dimensi lebar 6 m, kedalaman rata-rata 1,2 m, dan panjang sungai yang lokasi kegiatan 550
m. Air sungai mengalir sepanjang tahun dengan kondisi di musim penghujan lebuih banyak
debitnya.
Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air dibagi menjadi empat golongan,
yaitu Kelas 1, 2, 3 dan 4. Mutu air sungai yang dijadikan acuan untuk dipantau adalah
memenuhi mutu air kelas 2 dengan rincian sebagaimana Tabel 2.
Tabel 2. Baku Mutu Air Sungai
No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
1. Suhu ⁰C Dev 3 Perbedaan dengan suhu
udara di atas
permukaan air
2. TDS mg/L 1.000 Tidak berlaku untuk
muara
3. TSS mg/L 50
4. Warna Pt-Co Unit 50 Tidak berlaku untuk air
gambut (berdasarkan
kondisi alaminya)
5. pH - 6–9 Tidak berlaku untuk air
gambut (berdasarkan
kondisi alaminya)
6. BOD mg/L 3
7. COD mg/L 25
8. DO mg/L 4 Batas Minimal
9. Sulfat (SO42-) mg/L 300
10. Klorida (Cl-) mg/L 300
11. Nitrat (sebagai N) mg/L 10
12. Nitrit (sebagai N) mg/L 0,06
13. Amoniak (sebagai N) mg/L 0,2
14. Total Nitrogen mg/L 15
15. Total Fosfat (sebagai P) mg/L 0,2
16. Fluorida (F-) mg/L 1,5
17. Belerang sebagai H2S mg/L 0,002

VI - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


No. Parameter Unit Kelas 2 Keterangan
18. Sianida (CN- ) mg/L 0,02
19. Klorin bebas mg/L 0,03 Bagi air baku air minum
tidak dipersyaratkan
20. Barium (Ba) terlarut mg/L -
21. Boron (B) terlarut mg/L 1,0
22. Merkuri (Hg) terlarut mg/L 0,002
23. Arsen (As) terlarut mg/L 0,05
24. Selenium (Se) terlarut mg/L 0,05
25. Besi (Fe) terlarut mg/L -
26. Kadmium (Cd) terlarut mg/L 0,01
27. Kobalt (Co) terlarut mg/L 0,2
28. Mangan (Mn) terlarut mg/L -
29. Nikel (Ni) terlarut mg/L 0,05
30. Seng (Zn) terlarut mg/L 0,05
31. Tembaga (Cu) terlarut mg/L 0,02
32. Timbal (Pb) terlarut mg/L 0,03
33. Kromium heksavalen (Cr- (VI)) mg/L 0,05
34. Minyak dan lemak mg/L 1
35. Deterjen total mg/L 0,2
36. Fecal Coliform MPN/100 1.000
mL
37. Total Coliform MPN/100 5.000
mL
38. Sampah - nihil

Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.57-2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan.
6.6 Mutu Air Tanah yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
Parameter mutu air tanah yang digunakan mengacu parameter air bersih yang diatur
dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum dengan rincian sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Standar Baku Mutu Kualitas Air untuk Higiene Sanitasi
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. TDS mg/L 1.000
4. Suhu (insitu) ⁰C Udara ± 3⁰C
5. Rasa - Tidak berasa
6. Bau (insitu) - Tidak berbau
7. pH (insitu) - 6,5 - 8,5

VI - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


No. Parameter Satuan Baku Mutu
8. Besi (Fe) mg/L 1
9. Fluorida (F) mg/L 1,5
10. Kesadahan total (CaCO3) mg/L 500
11. Mangan (Mn) mg/L 0,5
12. Nitrat (NO3-N) mg/L 10
13. Nitrit (NO2-N) mg/L 1
14. Sianida (CN) mg/L 0,1
15. Surfactan anion (MBAS) mg/L 0,05
16. Air raksa (Hg) mg/L 0,001
17. Arsen (As) mg/L 0,05
18. Kadmium (Cd) mg/L 0,005
19. Kromium heksavalen (Cr Vl) mg/L 0,05
20. Selenium (Se) mg/L 0,01
21. Seng (Zn) mg/L 15
22. Sulfat (SO4) mg/L 400
23. Timbal (Pb) mg/L 0,05
24. Nilai permanganate (KMnO4) mg/L 10
25. Klorida (Cl) mg/L -
26. Total Coliform CFU/100 mL 50

Metode pengambilan contoh uji air tanah mengacu pada SNI 6989.58:2008 tentang
Metode pengambilan Contoh Air Tanah.
6.7 Frekuensi Pemantauan
Frekuensi pemantauan effluen instalasi pengolahan air limbah dilakukan 1 (satu) kali
tiap bulan pada titik penaatan. Berdasarkan pada peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan
Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
frekuensi pemantauan air tanah dilakukan paling sedikit 2 kali dalam satu tahun atau
mewakili periode musim kering (kemarau) dan periode musim basah (hujan). Hasil
pemantauan selanjutnya diolah di laboratorium teregistrasi sesuai parameter dalam
Permenkes No. 32 Tahun 2017.

VI - 4 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB VII
SISTEM PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

7.1. Unit Yang Bertanggung Jawab Terhadap Penanganan Kondisi Darurat.


Yang bertanggung jawab dalam penangan kondisi darurat jika terjadi kecelakaan
dalam menjalan kegiatan perusahaan adalah bagian K 3 L (keselamatan dan kesehatan kerja
serta lingkungan) yang akan dipertanggung jawabkan pada pimpinan perusahan.

7.2. Rencana dan Prosedur Tanggap Darurat.

Setiap aktivitas industry akan membawa resiko tertentu terhadap kegagalan


peralatan atau peristiwa yang tidak dikehendaki yamg dpat berkembang yang dapat
berkembang menjadi kecelakaan. Hasilnya dapat berupa kecelakaan perorangan atau
kerusakan peralatan dan hilangnya/menurunya produksi dan barang serta lingkungan
menjadi tercemar.
Sisten tanggap darurat adalah mekanisme atau prosedur untuk menanggulangi
terjadinya malapetaka dalam pengelolaan lingkungan yang memerlukan kecepatan, dan
ketepatan penanganan, pencegahan, kesiapsiagaan, dan menanggulangi kecelakaan sehingga
bahaya yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin.
Limbah cair atau polutan adalah jenis air limbah yang banyak dihasilkan dari
kegiatan proses produksi sebuah industri sehingga limbah cair sangat identik dengan limbah
industri. Pengelolaan Limbah Cair adalah menjaga air yang keluar tetap bersih dengan
menghilangkan polutan yang ada dalam air limbah tersebut, atau dengan menguraikan
polutan yang ada dalam air limbah sehingga hilang sifat-sifat dari polutan tersebut
Beberapa cara pengelolaan limbah cair yang dapat dilakukan di industry yaitu :
a. Pengelolaan limbah secara fisika yaitu dengan memisahkan material- material
pengotor yang kasat mata serta berukuran cukup besar dengan mengunakan
penyaring pada proses sendimentasi, floatasi, dan absorbs.
b. Pengelolaan limbah secara kimia yaitu dengan adanya penambahan bahan kimia
untuk mengendapkan/memisahkan/menghilangkan zat-zat pengotor dalam limbah
cair tersebut, prosesnya meliputi koagulasi, oksidasi,penukarion, degradasi, dan
ozonisasi.

VII - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


c. Pengelolaan limbah cair secara biologi yaitu menggunakan biota hidup atau
migroba untuk menguraikan zat-zat pencemar dalamlimbah cair, prosesnya meliputi
aerobic, anaerobic dan fakultatif.
10 Cara menangani limbah cair dibawah ini bisa membantu kita dalam melakukan
penanganan limbah cair sebagai berikut :
1. PENYARINGAN
Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel tersusensi dari air
2. FLOTASI
Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan
memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air
3. ABSORBSI/ PENYERAPAN
Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan karbon sehngga partikel yang
tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air
4. PENGENDAPAN
Pengendapan diakukan dengan tujan supaya bahan yangtidak mudah larut bisa
terpisah dari air. Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan elektrolit
5. PENYISIHAN
Penyisihan dapat dilakuan dengan cara mengoksidsi limbah cair sehingga zatorganis
beracun bisa terpisah dari air
6. MENGHILANGKAN MATERIAL ORGANIK
Pada cara penanganan limbah cair ini dilakukan dengan cara memberikan
mikroorganisme supaya material organik dalam air hancur atau hilang.

7. MENGHILANGKAN ORGANISME PENYEBAB PENYAKIT


Pada proses ini, kita bisa menggunakan sinar ltravioletataupun menambahkan khlorin
8. PENGHANCURAN PARTIKEL PERUSAK
Ini perlu dilakukan untuk melindungi alat dari partiel – partikel yanng bersifat
merusak
9. PENGGUNAAN KOLAM OKSIDASI
Ini merupakan metode penanganan limbah cair secara Biologi.
10. PENGURANGAN LIMBAH CAIR
Jumlah limbah cair bisa dikurangi dengan cara mengefisienkan proses produksi
sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan bisa diminimalisir.

VII - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


VII - 3 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
BAB VIII
INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

Berikut merupakan prakiraan internalisasi biaya lingkungan untuk operasional IPAL


PT.XYZ
Tabel. Internalisasi biaya lingkungan operasional IPAL

No. Keterangan Biaya Estimasi Biaya Keterangan


1. Pembuatan IPAL dan 250.000.000 Sekali
Saluran
2. Operasional IPAL danGaji 15.000.000 Setiap bulan
Operator
3. Pemeliharaan IPAL 5.000.000 Setiap bulan
4. Pengujian Air LimbahTiap 1.500.000 Setiap bulan
Bulan
5. Pelatihan dan Sertifikasi 15.000.000 Sekali
SDM
6. Biaya Tanggap Darurat 100.000.000 Sekali
Total 391.000.000
Sumber : PT. XYZ

VIII - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB IX
PERIODE WAKTU UJI COBA
Periode waktu kegiatan persiapan desain hingga uji coba IPAL pada PT.XYZ yakni
sebagai berikut.

Tabel 9.1. Periode Waktu Uji Coba IPAL

TAHUN 2022 TAHUN 2023


KEGIATAN 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
Pekerjaan
bangunan Sipil
Pekerjaan
Instalasi
Peralatan STP
Uji Coba

IX - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAGIAN B

STANDAR KOMPETENSI SUMBER


DAYA MANUSIA
BAB X
STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 10.1 Struktur organisasi PT XYZ

X - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAB XI
SUMBERDAYA MANUSIA
PT XYZ telah mempunyai sumber daya manusia/personil yang sudah memiliki
sertifikat kompetensi sebagai berikut:
1. Penanggungjawab pengendalian pencemaran air;
Standar Kompetensi PPA meliputi kemampuan:

1) Melakukan identifikasi sumber pencemaran air;

2) Menentukan karakteristik sumber pencemaran air limbah;

3) Menilai tingkat pencemaran air limbah;

4) Menentukan peralatan instalasi pengolahan air limbah (IPAL);

5) Mengoperasikan instalasi pengolahan air limbah;

6) Melaksanakan daur ulang olahan air limbah;

7) Menyusun rencana pemantauan kualitas air limbah;

8) Melaksanakan pemantauan kualitas air limbah;

9) Mengidentifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah; dan

10) Melakukan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap bahaya dalam
pengolahan air limbah.

2. Penanggungjawab operator instalasi pengolahan air limbah; bertanggung jawab sebagai


berikut:
1) Melakukan pemantauan terhadap bak penampungan limbah termasuk pembersihan,
pengurasan dan pemantauan air limbah
2) Melakukan pemantauan pada kolam ikan sebagai indikator untuk memantau
kualitas air limbah.
3) Melakukan analisa jika terjadi perubahan hasil akhir IPAL dengan
berkoordinasi dengan atasan terkait.
4) Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan kerusakan/gangguan instalasi
pengolahan air limbah.
5) Melaksanakan pengoperasian serta menjamin kelancaran dan berfungsinya
operasional instalasi pengolahan air limbah.

XI - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


Standar kompetensi Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air

Limbah meliputi kemampuan:

1) Mengoperasikan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);

2) Menilai tingkat pencemaran air limbah;

3) Melakukan perawatan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);

4) Mengidentifikasi bahaya dalam pengolahan air limbah; dan

5) Melakukan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

terhadap bahaya dalam pengolahan air limbah.

XI - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


BAGIAN C

SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN
BAB XII
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

Sistem manajemen lingkungan dilakukan sesuai dengan kompleksitas perusahaan.


Sistem manajemen lingkungan terdiri dari:
1. Perencanaan

a. Menentukan lingkup sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian


pencemaran air.

b. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air.

c. Menentukan sumber daya yang dipersyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan


sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran air.

d. Menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi


Pengendalian Pencemaran Air.

e. Menetapkan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak terhadap


Pengendalian Pencemaran Air.

f. Menetapkan struktur organisasi yang menangani Pengendalian Pencemaran Air.

g. Menetapkan tanggung jawab dan kewenangan untuk peran yang sesuai.

h. Menentukan aspek Pengendalian Pencemaran Air dan dampaknya.

i. Mengidentifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan Pengendalian


Pencemaran Air.

j. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evalasi
efektifitas dari kegiatan tersebut.

k. Menetapkan sasaran pengendalian pencemaran air, serta menentukan indikator dan


proses untuk mencapainya.

l. Memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta


pengendalian informasi terdokumentasi;

m. Menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani; dan/atau;

n. Menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan

XII - 1 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id


2. Pelaksanaan

a. Memantau, mengukur, menganalisa dan mengevaluasi kinerja pengendalian


pencemaran air;

b. Mendokumentasikan hasil pemantauan air limbah dan kualitas air laut;

c. Melakukan evaluasi hasil pemantauan air limbah mengacu pada Baku Mutu Air
Limbah yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Teknis atau peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah;

d. Melaporkan seluruh kewajiban Pengendalian Pencemaran Air.


3. Pemeriksaan

a. Mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan Pengendalian Pencemaran


Air;

b. Melakukan internal audit secara berkala;dan/atau

c. Mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait Pengendalian


Pencemaran Air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektifan.

4. Tindakan

a. Melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian; dan

b. Melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen


lingkungan yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja Pengendalian
Pencemaran Air.

XI - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id

Anda mungkin juga menyukai