STANDAR TEKNIS
BAB I
PENDAHULUAN
d) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata
Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Sertifikat Kelayakan Operasional Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan.
e) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 4 Tahun 2021 tentang Draf
I - 2 | Bahan Pelatihan Pertek Air Limbah EcoEdu.id
Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelola
f) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah.
DESKRIPSI KEGIATAN
…………………………………………………………
Uraian mengenai rona lingkungan hidup awal merupakan gambaran umum tentang keadaan
lingkungan eksisting pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT.X yang berlokasi di
kecamatan X, Kabupaten Y dan, Provinsi Z dengan rencana luasan tambang sekitar 1.000 Hektar
(Ha). Kondisi rona lingkungan hidup awal yang disajikan dalam dokumen ini merupakan hasil
kompilasi data baik berupa data primer maupun data sekunder.
Badan air permukaan (surface water) secara umum meliputi air sungai, danau, waduk, rawa dan
atau bentuk jenis genangan air lainnya. Pada rona awal ini disajikan lebih fokus pada kondisi sungai,
dikarenakan badan air sungai inilah yang diprakirakan akan berdampak besar dari adanya rencana
usaha penambangan batubara oleh PT. X. Sungai sendiri didefinisikan sebagai badan air yang
berbentuk saluran dimana mengalir dari elevasi tinggi ke elevasi yang lebih rendah. Kulitas air sungai
sendiri sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar aliran sungai.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, mutu air didefinisikan sebagai ukuran kondisi air pada waktu dan
tempat tertentu yang diukur dan/ atau diuji berdasarkan parameter tertentu dan metode tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang – undangan. Berdasarkan hasil pengambilan sampel yang
kemudian dilakukan pengujian pada air dari aliran sungai, dimana disesuaikan pula dengan lokasi
rencana outfall (pembuangan air limbah hasil olahan) fasilitas pengolahan air limbah di sekitar lokasi
rencana pertambangan batubara PT. X, maka didapatkan hasil mutu air sungai yang ditunjukkan oleh
tabel berikut:
Mutu air sungai dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti musim dan kondisi iklim pada
beberapa bulan terakhir sebelum dan saat pengambilan sampel dilakukan, alih fungsi lahan di sekitar
Titik lokasi pengambilan contoh uji atau sampel air sungai harus sebisa mungkin mewakili
kondisi sebenarnya sehingga didapatkan gambaran yang baik mengenai kondisi mutu air sungai di
sekitar lokasi rencana usaha pertambangan batubara PT.X ini. Lokasi pengambilan contoh uji mutu
kualitas air sungai ini disesuaikan pula dengan rencana lokasi outfall atau pembuangan air limbah
hasil olahan fasilitas pengolah air limbah, untuk lebih jelasnya ditunjukkan oleh tabel dan gambar
berikut ini:
Tabel 3.5. Lokasi Pengambilan Contoh Uji Mutu Air Sungai di Sekitar Lokasi Rencana Penambangan
Batubara PT. X
Titik Koordinat
No Nama Sampel UTM Geografis
X Y BT LS
1. Hulu Sungai 1 208197.01 9892260.94 114° 22' 41.499" E 0° 58' 25.396" S
2. Hilir Sungai 1 208554.16 9892157.16 114° 22' 53.008" E 0° 58' 28.782" S
3. Hulu Sungai 2 209155.60 9890541.40 114° 23' 12.407" E 0° 59' 21.367" S
4. Hilir Sungai 2 209377.85 9891504.49 114° 23' 19.616" E 0° 58' 50.038" S
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.
3.1.3. Debit
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu. Debit adalah
satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan adalah
meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 2010). Aliran sungai berasal
dari hujan yang masuk kedalam alur sungai berupa aliran permukaan dan aliran air dibawah
permukaan, debit aliran sungai akan naik setelah terjadi hujan yang cukup, kemudian yang turun
kembali setelah hujan selesai.
Terdapat tiga kemungkinan perubahan debit air sungai yaitu Laju pertambahan air bawah tanah
lebih kecil dari penurunan aliran air bawah tanah normal, Laju pertambahan air bawah tanah sama
dengan laju penurunannya, sehingga debit aliran menjadi konstan untuk sementara, dan Laju
pertambahan air bawah tanah melebihi laju penurunan normal, sehingga terjadi kenaikan permukaan
air tanah dan debit sungai (Arsyad, 2010). Dari hasil perhitungan dan survei lapangan didapatkan
debit aliran sungai di lokasi rencana penambangan batubara PT. X yang ditunjukkan oleh tabel
berikut:
Debit Pendekatan
No. Lokasi Kondisi
m3/s Liter/s m3/Jam
Kering 1,79 1.794 6.458
1. Hulu Rata – Rata 25,49 25.486 91.751
Banjir 106,46 106.464 383.271
2. Hilir Kering 1,99 1.989 7.162
Rata – Rata 27,25 27.246 98.087
Sungai adalah sebuah sistem alur alam yang secara menerus menyesuaikan dirinya terhadap
perubahan lingkungan sekitarnya dalam bentuk aksi dan reaksi. Penyesuaian terhadap perubahan
lingkungan sekitar ini bisa berjalan pelan tak terlihat dan berjangka panjang atau bisa juga berjalan
sangat cepat mendadak.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi menerus air di bumi yang tidak pernah berhenti dalam jumlah
besar dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi melalui proses-proses evaporasi dan
transpirasi, kondensasi, presipitasi. Dalam perjalanan di tiap proses tersebut air dapat berubah phase
dari cair (air) menjadi gas (uap air), menjadi cair lagi atau bahkan menjadi padat (es). Siklus hidrologi
dimulai oleh pemanasan air laut oleh sinar matahari, yang menimbulkan pergerakan uap air dalam
jumlah besar karena penguapan menuju atmosfer. Setelah melalui proses kondensasi uap air berubah
menjadi cair dan turun ke bumi lagi menjadi hujan (presipitasi). Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat terevaporasi kembali ke atmosfer atau jatuh ke tetumbuhan diintersepsi
oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, air hujan terpisah menjadi dua yaitu :
1. Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan bebatuan menuju muka air tanah.
2. Aliran Permukaan - Air bergerak di atas permukaan tanah, yang tampak nyata adalah di daerah
urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa
seluruh air permukaan menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang
(danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan yang mengalir mengisi sungai
akhirnya membentuk sistem Daerah Aliran Sungai (DAS).
Pada lokasi rencana usaha pertambangan batubara oleh PT. X ini Berdasarkan data curah hujan
dari stasiun klimatologi setempat, besarnya curah hujan maksimum harian rata-rata di area tambang
adalah sebesar 99.4 mm/hari. Jumlah hari hujan yang terjadi rata-rata yang terjadi adalah 16 hari per
bulan, dengan jumlah hujan terbesar terjadi pada Bulan November yaitu mencapai 22.9 hari dan curah
hujan minimum terjadi pada Bulan Juni dengan jumlah hari hujan 11.9 hari. Untuk lebih jelasnya
mengenai data curah hujan ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 3.7. Data Curah Hujan di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan Batubara PT. X
Jaringan sungai, dalam suatu DAS anak sungai di bagian atas akan bersambung dengan anak
sungai yang lebih besar di bawahnya. Setiap anak sungai menghasilkan hidrograf aliran yang
menunjukkan respon DAS terhadap curah hujan. Respon tersebut diwujudkan dalam bentuk kurva
hidrograf aliran yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi kondisi hidrologi DAS yang
Tabel 3.8. Dimensi Sungai Di Areal Lokasi Rencana Usaha Pertambangan PT.X
Dimensi Sungai
No. Lokasi Kondisi
b (m) h (m) T (m)
Kering 54,90 0,85 55,92
1. Hulu Rata – Rata 54,90 2,10 57,42
Banjir 54,90 3,45 59,05
Kering 55,03 0,88 55,93
2. Hilir Rata – Rata 55,03 2,15 57,22
Banjir 55,03 3,47 58,57
Sumber : PT.X, 2022.
Bioindikator adalah ukuran langsung dari kesehatan fauna dan flora di perairan. Indikator biologi
yang umum digunakan di air tawar meliputi berbagai ukuran makroinvertebrata atau keragaman ikan,
pertumbuhan alga benthik (benthic algal growth) dan kebutuhan oksigen bentik (benthic oxygen
demand). Biomonitoring air dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme indikator.
Organisme tersebut, yaitu (1) Plankton; “kelompok mikroorganisme yang hidup melayang-layang di
dalam air”; (2) Perifiton; “kelompok alga, cyanobacter, mikroba dan detritus yang hidup di dalam
air”; (3) Mikrobentos; “kelompok mikroorganisme yang hidup di dalam atau di permukaan air”; (4)
Kelompok makroinvertebrata di dalam atau permukaan air; (5) Makrofita: kelompok tumbuhan air;
dan (6) Nekton: ikan. Kelompok ini digunakan untuk menduga kualitas air sebab mampu
menggambarkan pengaruh perubahan kondisi fisik dan kimia di perairan dalam pada kurun waktu
tertentu. Untuk mendapatkan informasi kualitas air yang lebih akurat, sebaiknya dilakukan
penggabungan antara pemantauan kualitas air secara fisik-kimia dan biologi (Husamah, & A.
Rahardjanto, 2019).
Biota perairan yang terdapat di wilayah studi adalah biota perairan tawar yang digolongkan
berdasarkan jenis diantaranya plankton, benthos, perifiton, tumbuhan air, nekton, dan dekomposer.
Jenis biota air tingkat nekton yang pada rantai makanan ekosistem perairan menempati tingkatan
trofik sebagai konsumen. Pada tabel berikut akan ditujukkan mengenai hasil uji biota air di badan air
permukaan pada wilayah studi:
Sampel
No Phylum Genera
Hulu Hilir
Phytoplankton
1 Cyanopyhta Oscillatoria 10 -
2 Chlorophyta Closterium - 30
Homidium 40 20
Gonatozygom 40 40
3 Chrysophyta Diatom 20 10
Suriella 30 -
Kelimpahan (Individu/m2) 140 100
Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 1,5125 1,2799
Indeks Keseragaman 0,9397 0,9232
Indeks Dominansi 0,2347 0,3000
Jumlah Taksa 5 4
Zooplaknton
1 Protozoa Euglenopsi 10 -
Euglypha Tuberculata 10 10
Spirostosum 20 10
Kelimpahan (Individu/m2) 40 20
Indeks Keanekaragaman (Shannon-Wiener) 1,0397 0,6931
Indeks Keseragaman 0,9464 1,0000
Indeks Dominansi 0,3750 0,5000
Jumlah Taksa 3 2
Sumber : Laboratorium Lingkungan PT.ABC, 2022.
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antar butir
tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak batuan. Untuk air tanah di wilayah lokasi
rencana kegiatan tersusun dari batuan induk yang bervariasi dan terletak ketinggian 0 – 100 mdpl.
Oleh sebab itu kedalaman air tanahnya akan bervariasi, dari dangkal (daerah dataran hingga
perbukitan dan pegunungan). Pada Lokasi Kegiatan X secara umum mencakup pada satu DAS. Air
tanah berada di dalam lapisan tanah dengan kedalam berbeda-beda dan airtanah dimanfaatkan untuk
kebutuhan hidup manusia. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 32 Tahun 2017 tentang standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan
Air Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum
Tabel 3.10 Hasil Uji Kualitas Air Tanah Pada Lokasi Rencana Usaha
Pertambangan Batubara PT.X
COD BOD
pH TSS (mg/L) Debit (m3/hari)
(mg/L) (mg/L)
4.5
3.5
3
slow-reacting CBOD (mg/L)
2.5
1.5
0.5
0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
Sungai X (8/22/2022)
30
25
20
temperature (deg C)
15
10
0
2.00 1.80 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
distance upstream (Km)
50.0
40.0
30.0
20.0
10.0
0.0
2 1 0
distance upstream (Km)
inlet outlet
Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik
1) Kolam Ekualisasi
2) Kolam pengendapan
2) Kolam pengendapan
Kolam pengendapan memanfaatkan gravitasi untuk mengendapkan padatan terlarut.
Air limbah dalam kegiatan penambangan pada umumnya banyak mengandung padatan
terlarut yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan. Upaya untuk
mengurangi degradasi kualitas lingkungan dalam kegiatan penambangan tersebut,
dibutuhkan kolam pengendapan yang dirancang sesuai dengan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) pada PT.XYZ. Kolam pengendapan yang dirancang secara fisika terdiri
dari dua kolam yaitu kolam penangkap sedimen dan kolam kontrol. kolam pengendapan
dengan tujuan agar padatan tersuspensi dapat terendapkan dengan baik.
Bakteri pereduksi sulfat (BPS) akan tumbuh berkembang dan aktif mereduksi sulfat
dalam air asam tambang (bioremediasi). Penyerapan unsur-unsur logam oleh tanaman
(fitoremediasi). Daun-daun dan organ tanaman yang mati akan memberikan masukan
bahan organik ke dalam sistem Lahan Basah Buatan sehingga keberlanjutannya dapat
terjaga.
5) Kolam Indikator Penaatan BMAL (termasuk apabila ada pembatasan debit Air
Limbah maksimal).
Kolam indikator penaatan Baku Mutu Air Limbah dapat dilengkapi sarana dan
prasarana yang disesuaikan dengan kualitas Air Limbah dan Baku Mutu Air Limbah.
Sarana dan prasarana tersebut seperti bahan dan alat untuk penambahan kapur.
inlet
Kolam
Kolam Kolam Pengolahan pH Pengolahan Kolam Indikator
Kolam
Pengendapan dan Parameter Logam Parameter Penaatan BMAL
Ekualisasi
Organik
Layout IPAL dan saluran IPAL dapat dilihat pada gambar 5.3 sebagai berikut.
Pengambilan contoh uji dilakukan dengan mengacu pada SNI 6989.57-2008 tentang
Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan.
6.6 Mutu Air Tanah yang Dipantau dan Metode Pengambilan Contoh Uji
Parameter mutu air tanah yang digunakan mengacu parameter air bersih yang diatur
dalam Permenkes No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan
Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per
Aqua, dan Pemandian Umum dengan rincian sebagaimana Tabel 3.
Tabel 3. Standar Baku Mutu Kualitas Air untuk Higiene Sanitasi
No. Parameter Satuan Baku Mutu
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. TDS mg/L 1.000
4. Suhu (insitu) ⁰C Udara ± 3⁰C
5. Rasa - Tidak berasa
6. Bau (insitu) - Tidak berbau
7. pH (insitu) - 6,5 - 8,5
Metode pengambilan contoh uji air tanah mengacu pada SNI 6989.58:2008 tentang
Metode pengambilan Contoh Air Tanah.
6.7 Frekuensi Pemantauan
Frekuensi pemantauan effluen instalasi pengolahan air limbah dilakukan 1 (satu) kali
tiap bulan pada titik penaatan. Berdasarkan pada peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan
Teknis dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan,
frekuensi pemantauan air tanah dilakukan paling sedikit 2 kali dalam satu tahun atau
mewakili periode musim kering (kemarau) dan periode musim basah (hujan). Hasil
pemantauan selanjutnya diolah di laboratorium teregistrasi sesuai parameter dalam
Permenkes No. 32 Tahun 2017.
10) Melakukan tindakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap bahaya dalam
pengolahan air limbah.
SISTEM MANAJEMEN
LINGKUNGAN
BAB XII
SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN
j. Merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evalasi
efektifitas dari kegiatan tersebut.
c. Melakukan evaluasi hasil pemantauan air limbah mengacu pada Baku Mutu Air
Limbah yang telah ditetapkan dalam Persetujuan Teknis atau peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang Baku Mutu Air Limbah;
4. Tindakan