Kepada :
Nomor : Yth. Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Lampiran : 1 Bendel Kabupaten Purbalingga
Perihal : Permohon Persetujuan Teknis di
PURBALINGGA
Bersama ini kami mengajukan Persetujuan Teknis pemenuhan baku mutu air limbah
yang dibuang ke Badan Air permukaan sebagai berikut :
Istomo Puji,SKM
NIP.19660315 196703 1 014
TATA CARA PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS
Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun standar teknis, perlu
menyesuaikan dengan jenis Usaha dan/atau Kegiatannya. Komponen standar teknis antara
lain berisi informasi sebagai berikut:
Bagian ini menguraikan jenis dan kapasitas dari Usaha dan/atau Kegiatan
yang direncanakan, misalnya: kapasitas produksi, jumlah kamar, dan lain-lain,
tergantung jenis usaha dan/atau kegiatannya.
2) jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan.
Bagian ini menguraikan jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan
penolongnya yang digunakan dalam proses Usaha dan/atau Kegiatan. Hal ini
diperlukan untuk melihat karakteritik Air Limbahnya.
3) Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan
penunjang yang berpotensi menghasilkan Air Limbah.
a. proses utama dan proses penunjang Usaha dan/atau Kegiatan secara
keseluruhan. Proses penunjang yang dijelaskan diutamakan untuk
kegiatan yang menghasilkan Air Limbah, seperti operasional boiler,
aktivitas pekerja, pencucian kendaraan dan lain-lain.
Proses Usaha dan/atau Kegiatan dijelaskan mulai dari awal hingga
akhir proses, sampai dihasilkannya produk dan air limbahnya,
dilengkapi juga dengan flow diagram proses.
b. neraca air yang menggambarkan sumber dan kapasitas air baku yang
dibutuhkan, penggunaan air baku pada masing-masing unit kerja
(sumber Air Limbah), Air Limbah yang dihasilkan, dan karakteristik Air
Limbah (mutu, sifat toksisitas dan patologis Air Limbah).
c. fluktuasi atau kontinuitas produksi dan Air Limbah
d. layout dengan skala memadai, yang menggambarkan:
(1) lokasi masing-masing unit proses/kerja, terutama unit kerja
yang menghasilkan Air Limbah (sumber Air Limbah) beserta
saluran drainase;
(2) instalasi pengolahan air limbah, saluran Air Limbah serta lokasi
pembuangan Air Limbah (outfall).
b. Baku Mutu Air Limbah
Bagian ini menguraikan Baku Mutu Air Limbah Nasional, yaitu parameter, kadar
dan beban pencemar air.
c. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan
Bagian ini menjelaskan sistem pengolahan Air Limbah yang direncanakan
berdasarkan Baku Mutu Air Limbah atau standar teknologi yang telah
ditetapkan, yang memuat:
2) Kapasitas instalasi pengolahan Air Limbah
Kapasitas ditentukan berdasarkan debit dan mutu Air Limbah yang akan diolah
(inlet) untuk mendapatkan target Baku Mutu Air Limbah yang akan dicapai.
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang terbuka, antara lain pertambangan,
kapasitas tergantung dari karakteristik dan debit Air Limbah, curah hujan.
b) teknologi sistem pengolahan Air Limbah
antara lain organik terurai (biodegradable organics), organik sulit terurai (non biodegradable
organics), nutrien, sedimen, padatan tersuspensi, apungan (floatable material), logam berat,
anorganik terlarut, asam basa, patogen, warna, senyawa toksik atau inhibitor.
c) unit proses/unit operasi
Bagian ini menguraikan unit proses atau unit operasi yang akan digunakan.
d) kriteria desain setiap unit proses
Bagian ini menguraian kriteria desain setiap unit proses atau unit operasi.
e) alur proses dan layout IPAL
Bagian ini menguraikan rencana pengelolaan lumpur dan/atau gas yang dihasilkan dari
proses pengolahan Air Limbah.
2) Rencana Pemantauan Lingkungan
Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam rencana pemantauan lingkungan adalah:
a) Titik penaatan (outlet)
Bagian ini menjelaskan jumlah, nama, lokasi titik penaatan dan koordinat.
b) Titik pembuangan Air Limbah (outfall)
Bagian ini menjelaskan jumlah, nama, lokasi titik pembuangan Air Limbah (outfall) dan
koordinat.
Bagian ini menjelaskan frekuensi pemantauan mutu Air Limbah dan mutu air pada Badan
Air permukaan. Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang dipantau.
Bagian ini menjelaskan prosentase biaya rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
terutama pengendalian Pencemaran Air terhadap investasi Usaha dan/atau Kegiatan. Biaya
tersebut, antara lain: biaya pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, tanggap darurat
pengembangan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia.
5) Periode waktu uji coba
Bagian ini menguraikan jadwal pembangunan instalasi pengolahan Air Limbah dan periode
waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah.
2. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia
Bagian ini menguraikan struktur organisasi perusahaan yang menunjukkan adanya unit
kerja yang menangani lingkungan hidup, khususnya pengendalian Pencemaran Air.
b. Sumberdaya manusia
Bagian ini menguraikan persyaratan yang harus dipenuhi penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan 1 (satu) tahun setelah diterbitkannya SLO, yaitu ketersediaan:
(1) penanggung jawab pengendalian Pencemaran Air;
dampaknya;
g. identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
h. menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani;
i. merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evaluasi
efektifitas dari kegiatan tersebut; dan/atau
j. menetapkan sasaran menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian
Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut menentukan indikator dan proses untuk
mencapainya.
2. Pelaksanaan:
a. menentukan sumber daya yang disyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan terkait pengendalian Pencemaran Air;
b. menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi pengendalian
Pencemaran Air;
c. menetapkan, menerapkan, dan memelihara proses yang dibutuhkan untuk komunikasi
internal dan eksternal;
d. memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta pengendalian
informasi terdokumentasi;
e. menetapkan, menerapkan, dan mengendalikan proses pengendalian operasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian Pencemaran Air; dan
f. menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan.
3. Pemeriksaan:
a. memantau, mengukur, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
b. mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
c. melakukan internal audit secara berkala; dan
d. mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut untuk
memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan.
4. Tindakan:
a. melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian; dan
b. melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan
yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian Pencemaran Air,
Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut
Contone kiye..
1. Deskripsi
a. Jenis dan kapasitas rencana usaha dan/atau kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Lautan Sakti Jaya merupakan
pengolahan hasil laut berupa ikan dan udang untuk kemudian dibekukan. Kapasitas produksi
dari pengolahan ikan dan udang yaitu antara 5 - 30 ton sekali produksi. Frekuensi
pemasakan yang dilakukan dan jumlah yang dimasak dapat berubah- ubah tergantung pada
ketersediaan bahan baku yaitu ikan layur dan udang, kurang lebih dalam 1 hari dilakukan
satu kali produksi. Sedangkan untuk kapasitas penyimpanan cold storage yaitu sekitar ±
160 Ton.
b. Jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan
PT. Lautan Sakti Jaya merupakan usaha dan/atau kegiatan yang melakukan produksi
pembekuan ikan dan udang, dengan produk utama yaitu dari bahan baku ikan layur.
Sedangkan udang merupakan produk yang diproduksi saat ada bahan baku tersedia, karena
udang didapatkan hanya satu tahun dua sampai empat kali saja. Jumlah bahan baku yang
diproduksi yaitu sekitar 5 - 30 ton setiap hari dengan presentase bahan baku ikan layur
sekitar 60% dari total produksi atau sekitar 18 ton/hari, untuk udang sekitar 30% dari total
produksi atau sekitar 9 ton/hari, dan udang rebon 10% dari total produksi atau 3 ton/hari.
Jika sedang tidak ada bahan baku udang rebon maka produksi udang akan naik 10% menjadi
40% atau berkisar 12 ton/hari. Untuk bahan penolong berupa air bersih yang digunakan
untuk membersihkan bahan baku, dimana air bersih diperlukan antara 5,75 - 34,5
m3/pengolahan.
c. Proses usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan penunjang yang
berpotensi menghasilkan limbah
• Kegiatan utama dan kegiatan penunjang usaha dan/atau kegiatan
Kegiatan Utama
Urutan pengolahan ikan layur, yaitu: dari bahan mentah ikan (raw material),
penyortiran sesuai jenis dan ukuran, pencucian, penimbangan, penyusunan,
pemasakan di ruang ABF (Air Blast Freezer), packing, disimpan di dalam cold
storage. Dalam proses ini menimbulkan sampah berupa jeroan ikan yang dibuang dan
limbah air bekas pencucian ikan.
Bahan Baku
(Raw Material) Penyortiran Pencucian Penimbangan
Ikan Layur
Urutan pengolahan udang rebon, yaitu: dari bahan mentah udang rebon (raw material),
penimbangan, dimasak dalam oven, seleksi, packing, disimpan di dalam cold storage. Dalam
pengolahan udang rebon, limbah yang dihasilkan adalah dari asap pembakaran batubara
sebagai bahan bakar dari oven yang digunakan untuk memasak udang rebon. Pemasakan udang
rebon yang dilakukan PT. Lautan Sakti Jaya hanya dilakukan sebanyak 2 - 4 kali dalam satu
tahun, hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan hanya ada 2 - 4 kali dalam setahun juga.
Disimpan dalam
cold Storage Pengepakan
(Packing)
Dari aktivitas pengolahan bahan baku akan menghasilkan limba cair berasal dari pencucian
bahan baku dan limbah padat dari pembersihan ikan dan udang. Limbah cair akan dialirkan ke
IPAL dan diolah melalui sistem biofilter anaerob-aerob, sedangkan limbah padat akan dijual ke
peternak ikan maupun bebek untuk dijadikan pakan ternak, sehingga dari proses pengolahan
limbah padat dapat dikurangi secara maksimal dan efisien.
- Kegiatan penunjang
Kegiatan penunjang yang ada yaitu kegiatan domestik karyawan antara lain kegiatan MCK dan
kegiatan didapur dan mushola. Dari kegiatan ini akan menghasilkan limbah cair yang akan
diolah menggunakan SPALD-S.
• Neraca air yang menggambarkan sumber dan kapasitas air baku yang dibutuhkan
Sumber air bersih yang digunakan dalam operasional yaitu bersumber dari PDAM dengan
kapasitas 30 m3/hari dan dari sumur air bawah tanah sekitar 5,3 m3/hari. Perhitungan
penggunaan air bersih pada pengolahan ikan dan udang didasarkan pada pemenuhan
kebutuhan air pada kondisi eksisting yang sudah dilakukan. Perhitungan besar kebutuhan
air bersih adalah sebagai berikut :
Fluktuasi atau kontinuitas produksi dan air limbah tergantung pada jumlah bahan baku
yang diproduksi, dimana kemampuan produksi maksimum sebesar 30 ton sekali produksi.
Besaran air limbah diperkirakan dari pengolahan bahan baku ini yaitu 34,5 m3/hari. Selain
itu terdapat air limbah domestik dari kegiatan karyawan sebesar kurang lebih 1,6 m3/hari.
Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Pembekuan menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014
Gambar 5. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Produksi dengan Proses Biofilter
Anaerob Aerob
Dari diagram diatas bisa dideskripsikan mengenai alur pengolahan air limbah yaitu dari air
limbah produksi akan dialirkan langsung ke bak pemisah dan diolah dalam IPAL, dalam bak
pemisah untuk mengendapkan kotoran atau senyawa padatan lain yang susah terurai secara
biologis. Selanjutnya limpahan dari bak pemisah akan dialirkan ke bak ekualisasi yang
berfungsi untuk penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak
ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran, selanjutnya
dari bak ekualisasi dipompa ke unit IPAL.
Didalam IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak
pengendap juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke bawah. Didalam bak kontaktor anaerob diisi dengan media
khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Bak kontaktor anaerob terdiri dari dua ruangan.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari beroperasi pada permukaan media filter akan
tumbuh lapisan film mikroorganisme yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendapan.
Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Didalam
bak kontaktor aerob diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil
diaerasi dan dihembuskan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan ini maka akan menjadikan proses penguraian oleh mikroorganisme akan lebih
efisien dan mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi
lebih besar, proses ini sering disebut aerasi kontak.
Dari bak aerob dialirkan ke bak pengendapan akhir. Dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke
pengendapan awal. Air dari bak pengendapan akhir langsung dialirkan ke badan air
permukaan penerima air limbah. Dengan menggunakan sistem Bifilter Anaerob- Aerob dapat
menurunkan zat organik (BOD dan COD), amonia, padatan tersuspensi (TSS), phosfat dan
lainnnya.
Gambar 6. Proses Pengolahan Air Limbah dari proses produksi dengan Proses
Biofilter Anaerob-Aerob
Air limbah hasil pengolahan dalam SPALD-S ini akan diresapkan kedalam tanah. Pilihan ini
dilakukan mengingat debit air limbah yang yang dihasilkan kurang dari 1 m3 yaitu hanya 0,8
m3 dan teknologi SPALD-S yang digunakan dirasa sudah cukup untuk mengelola air limbah
tersebut hingga dapat langsung diresapkan. Penggunaan SPALD-S ini diperkirakan memiliki
efektifitas pengelolaan air limbah domestik antara 60%-80%.
b. Kriteria dan Kapasitas desain pengolahan Air Limbah
Kriteria dan Kapasitas Desain Pengolahan Air Limbah dari Proses Produksi
Perhitungan Teknis
Dalam desain unit pengolahan limbah ada beberapa kriteria desain yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan kondisi air baku dan kualitas air keluaran yang ditetapkan.
IPAL yang dirancang dapat mengolah air limbah sebesar ± 40 m 3/hari dengan kapasitas
yang diharapkan adalah sebagai berikut
Kapasitas Ipal : ± 40 m³/hari
COD inlet maks : 500 mg/l
BOD inlet maks : 300 mg/l
Konsentrasi SS : 300 mg/l
Efisiensi Pengolahan : 90%
BOD outlet : 30 mg/l
SS outlet : 30 mg/l
Kebutuhan oksigen dalam bak bifilter aerob sebanding dengan jumlah zat
organik (BOD) yang dihilangkan, sehingga kebutuhan oksigen aktual yaitu
sebesar 370,56 m³/hari atau 0,26 m³/menit.
4) Bak Pengendapan Akhir
Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
BOD keluar : 30 mg/l
Waktu tinggal : 5 jam
Volume bak : 8,33 m³
Cek waktu tinggal : 4,8 jam
Surface loading :10 m³/hari
Dimensi :
o Lebar :2m
o Kedalaman air efektif :2m
o Panjang :2m
o Tinggi ruang bebas : 0,5 m
o Volume aktual : 8 m³
Lumpur yang sudah terendapkan di bak pengendapan akhir akan dilakukan pengelolaan
dengan pengerukan sedimen lumpur secara berkala dengan rentang waktu disesuaikan
dengan kapasitas beban lumpur yang dapat ditampung. Lumpur dari limbah cair
produksi yang dikeruk berupa pasir dapat dibuang langsung ke tempat pembuangan
akhir atau digunakan sebagai media tanam.
Kriteria dan Kapasitas Desain Pengolahan Air Limbah dari Aktivitas Penunjang (Domestik)
Dengan debit air limbah domestik kurang dari 1 m 3/hari maka kapasitas pengolahan air limbah
domestik yang digunakan yaitu ± 1 m3. Pengolahan air limbah yang digunakan yaitu untuk air limbah
dari dapur akan dialirkan dahulu ke grease trap/pemisah lemak, setelah itu akan dialirkan kedalam
SPALD-S bersama dengan air limbah dari MCK. Sistem SPALD-S yang digunakan yaitu tangki
septik sistem tercampur sesuai dengan SNI 2398 Tahun 2017 tentang Tata cara perencanaan tangki
septik dengan pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita).
Air limbah dari septik akan diresapkan menggunakan sistem upflow filter, dengan media saring
berupa batu krikil berdiameter 20-30 mm dan tinggi lapisan media sekurang-kurangnya 75 mm,
sedangkan ukuran saringan upflow filter dapat dilihat pada tabel berikut :
7. Larangan
a. membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali pembuangan dan/atau melakukan
pembuangan air limbah tanpa pengolahan;
b. mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan;
c. membuang air limbah di luar titik penaatan;
d. Melampaui kadar baku mutu dan beban pencemaran air limbah yang telah ditetapkan; dan
e. Melampaui debit pembuangan air limbah maksimum.
2. Sumberdaya Manusia
Penanggung jawab menangani pengendalian pencemaran air dan operasional pengolahan air
limbah adalah Direktur dengan pelaksana kegiatan pengendalian pencemaran air di lokasi
kegiatan oleh Manajer pabrik yang pelaksanaannya dilakukan oleh bagian penanganan limbah
padat dan cair. Staf yang menangani air limbah memiliki kemampuan dalam
mengoperasionalkan IPAL.
Pelaku usaha menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air yaitu dengan melakukan
pengelolaan air limbah produksi menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
dengan sistem biofilter anaerob-aerob yang kemudian akan dialirkan ke badan air, sedangkan
limbah cair dari kegiatan karyawan akan diolah menggunakan SPALD-S (Sistem Pengolahan
Air Limbah Domestik Sementara) yang akan diresapkan langsung ke badan resapan.
2. Pelaksanaan
Dalam hal pelaksanaan pengendalian pencemaran air pihak pelaku usaha menempatkan
personel yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan dan kebijakan terkait pengendalian pencemaran air. Selain itu
memastikan bahwa pengoperasian IPAL dan SPALD-S berjalan dengan baik dan sesuai
dengan standar manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran air.
Pihak pelaku usaha akan melaksanakan pengecekan dan pengujian secara berkala yaitu 6
bulan sekali untuk menjaga baku mutu lingkungan terkait sesuai dengan Lampiran XIV Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.
3. Pemeriksaan
Pelaku usaha melakukan pemantauan, pengukuran, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja
menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air, serta mengevaluasi pemenuhan
kewajiban penaatan kebijakan yang sudah ditetapkan. Pelaku usaha melakukan internal audit
secara berkala dan mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait penetapan
kebijakan pengendalian pencemaran air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
keefektivan.
4. Tindakan
Apabila terjadi ketidaksesuaian perlu dilakukan tindakan untuk menanganinya, dan dilakukan
perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif untuk
meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran air.