Anda di halaman 1dari 23

Purbalingga, 1 Desember 2021

Kepada :
Nomor : Yth. Kepala Dinas Lingkungan Hidup
Lampiran : 1 Bendel Kabupaten Purbalingga
Perihal : Permohon Persetujuan Teknis di
PURBALINGGA

Bersama ini kami mengajukan Persetujuan Teknis pemenuhan baku mutu air limbah
yang dibuang ke Badan Air permukaan sebagai berikut :

Nama Badan Usaha dan/atau : Puskesmas Pengadegan


kegiatan
Bidang Usaha dan/atau : Pengolahan Limbah Cair di Puskesmas
Kegiatan Pengadegan
Nomor Induk Berusaha : …………….
Nama Penanggung Jawab Usaha : Istomo Puji,SKM
dan/atau Kegiatan
Jabatan : Kepala Puskesmas Pengadegan
Alamat Kantor dan Lokasi : Jl. Raya Pengadegan-Rembang Rt.11/5,
Usaha dan/atau kegiatan KM.9 Purbalingga,Jawa Tengah 53393
No. Telepon : (0281)6591070
Alamat email : puskesmaspengadegan@purbalinggakab.go.id

Lampiran Dokumen Persetujuan Teknis Pembuangan air limbah ke Badan Air


permukaan dilaksanakan dengan ketentuan sebagaimana terlampir.

Demikian untuk menjadikan periksa dan Terima Kasih.

Purbalingga,1 Desember 2021


Kepala UPTD Puskesmas Pengadegan

Istomo Puji,SKM
NIP.19660315 196703 1 014
TATA CARA PENYUSUNAN STANDAR TEKNIS
Penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan dalam menyusun standar teknis, perlu
menyesuaikan dengan jenis Usaha dan/atau Kegiatannya. Komponen standar teknis antara
lain berisi informasi sebagai berikut:

A. Pembuangan Air Limbah Ke Badan Air Permukaan memuat:

1. Standar teknis yang meliputi:


a. Deskripsi kegiatan
1) jenis dan kapasitas rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Bagian ini menguraikan jenis dan kapasitas dari Usaha dan/atau Kegiatan
yang direncanakan, misalnya: kapasitas produksi, jumlah kamar, dan lain-lain,
tergantung jenis usaha dan/atau kegiatannya.
2) jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan.
Bagian ini menguraikan jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan
penolongnya yang digunakan dalam proses Usaha dan/atau Kegiatan. Hal ini
diperlukan untuk melihat karakteritik Air Limbahnya.
3) Proses Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan
penunjang yang berpotensi menghasilkan Air Limbah.
a. proses utama dan proses penunjang Usaha dan/atau Kegiatan secara
keseluruhan. Proses penunjang yang dijelaskan diutamakan untuk
kegiatan yang menghasilkan Air Limbah, seperti operasional boiler,
aktivitas pekerja, pencucian kendaraan dan lain-lain.
Proses Usaha dan/atau Kegiatan dijelaskan mulai dari awal hingga
akhir proses, sampai dihasilkannya produk dan air limbahnya,
dilengkapi juga dengan flow diagram proses.
b. neraca air yang menggambarkan sumber dan kapasitas air baku yang
dibutuhkan, penggunaan air baku pada masing-masing unit kerja
(sumber Air Limbah), Air Limbah yang dihasilkan, dan karakteristik Air
Limbah (mutu, sifat toksisitas dan patologis Air Limbah).
c. fluktuasi atau kontinuitas produksi dan Air Limbah
d. layout dengan skala memadai, yang menggambarkan:
(1) lokasi masing-masing unit proses/kerja, terutama unit kerja
yang menghasilkan Air Limbah (sumber Air Limbah) beserta
saluran drainase;
(2) instalasi pengolahan air limbah, saluran Air Limbah serta lokasi
pembuangan Air Limbah (outfall).
b. Baku Mutu Air Limbah
Bagian ini menguraikan Baku Mutu Air Limbah Nasional, yaitu parameter, kadar
dan beban pencemar air.
c. Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
1) Rencana Pengelolaan Lingkungan
Bagian ini menjelaskan sistem pengolahan Air Limbah yang direncanakan
berdasarkan Baku Mutu Air Limbah atau standar teknologi yang telah
ditetapkan, yang memuat:
2) Kapasitas instalasi pengolahan Air Limbah
Kapasitas ditentukan berdasarkan debit dan mutu Air Limbah yang akan diolah
(inlet) untuk mendapatkan target Baku Mutu Air Limbah yang akan dicapai.
Bagi Usaha dan/atau Kegiatan yang terbuka, antara lain pertambangan,
kapasitas tergantung dari karakteristik dan debit Air Limbah, curah hujan.
b) teknologi sistem pengolahan Air Limbah

Penentuan teknologi sistem pengolahan Air Limbah dilakukan dengan pendekatan


kelompok pencemar,

antara lain organik terurai (biodegradable organics), organik sulit terurai (non biodegradable
organics), nutrien, sedimen, padatan tersuspensi, apungan (floatable material), logam berat,
anorganik terlarut, asam basa, patogen, warna, senyawa toksik atau inhibitor.
c) unit proses/unit operasi

Bagian ini menguraikan unit proses atau unit operasi yang akan digunakan.
d) kriteria desain setiap unit proses

Bagian ini menguraian kriteria desain setiap unit proses atau unit operasi.
e) alur proses dan layout IPAL

Bagian ini menguraikan:


(1) alur proses teknologi pengolahan Air Limbah yang dipilih dari pre-treatment sampai
dengan pengolahan akhir Air Limbah; dan
(2) layout mulai dari inlet sampai lokasi pembuangan (outfall) yang meliputi lokasi unit-unit
proses instalasi pengolahan Air Limbah, pemipaan jalur air limbah, titik penaatan, titik
pembuangan, titik pemantauan; dan
f) pengelolaan lumpur dan/atau gas yang dihasilkan

Bagian ini menguraikan rencana pengelolaan lumpur dan/atau gas yang dihasilkan dari
proses pengolahan Air Limbah.
2) Rencana Pemantauan Lingkungan

Beberapa hal yang perlu diuraikan dalam rencana pemantauan lingkungan adalah:
a) Titik penaatan (outlet)

Bagian ini menjelaskan jumlah, nama, lokasi titik penaatan dan koordinat.
b) Titik pembuangan Air Limbah (outfall)

Bagian ini menjelaskan jumlah, nama, lokasi titik pembuangan Air Limbah (outfall) dan
koordinat.

c) Titik pemantauan Badan Air permukaan


Sungai dan sejenisnya
Bagian hulu: titik pengambilan contoh uji diambil diantara lokasi pembuangan air limbah
Usaha dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hulu dengan rencana
pembuangan Air Limbah Usaha dan/atau Kegiatannya.
Bagian hilir: titik pengambilan contoh uji diambil sebelum lokasi pembuangan air limbah
Usaha dan/atau Kegiatan di sekitar yang telah beroperasi di bagian hilir.
Danau dan sejenisnya
Lokasi berdasarkan hasil prediksi persebaran polutan yang ditetapkan oleh pejabat yang
menerbitkan Persetujuan Teknis.
d) Mutu Air Limbah yang dipantau
Bagian ini menjelaskan:
(1) mutu Air Limbah yang wajib dipantau mencakup parameter, kadar, debit dan beban
pencemar air.
(2) metode pengambilan contoh uji untuk masing-masing parameter.
e) Mutu air pada Badan Air permukaan yang dipantau

Bagian ini menjelaskan:


(1) mutu air pada Badan Air permukaan yang wajib dipantau mencakup parameter dan
kadar.
(2) Baku Mutu Air yang diacu, disesuaikan dengan kelas air pada segmen Badan Air
permukaan sebagai Badan Air penerima.
(3) metode pengambilan contoh uji untuk masing-masing parameter.
f) Frekuensi pemantauan

Bagian ini menjelaskan frekuensi pemantauan mutu Air Limbah dan mutu air pada Badan
Air permukaan. Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan parameter yang dipantau.

3) sistem penanggulangan keadaan darurat


Bagian ini menjelaskan sistem penanggulangan keadaan darurat untuk pengendalian
Pencemaran Air, antara lain:
a) uraian tentang unit yang bertanggung jawab terhadap penanganan kondisi darurat,
termasuk di dalamnya struktur organisasi, peran dan tanggung jawab serta mekanisme
pengambilan keputusan; dan
b) uraian tentang rencana dan prosedur tanggap darurat termasuk uraian detil peralatan dan
lokasi, prosedur, pelatihan, prosedur peringatan dan sistem komunikasi.
4) Internalisasi Biaya Lingkungan.

Bagian ini menjelaskan prosentase biaya rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan
terutama pengendalian Pencemaran Air terhadap investasi Usaha dan/atau Kegiatan. Biaya
tersebut, antara lain: biaya pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, tanggap darurat
pengembangan teknologi dan pengembangan sumberdaya manusia.
5) Periode waktu uji coba

Bagian ini menguraikan jadwal pembangunan instalasi pengolahan Air Limbah dan periode
waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah.
2. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia

Bagian ini menguraikan:


a. Struktur Organisasi

Bagian ini menguraikan struktur organisasi perusahaan yang menunjukkan adanya unit
kerja yang menangani lingkungan hidup, khususnya pengendalian Pencemaran Air.
b. Sumberdaya manusia

Bagian ini menguraikan persyaratan yang harus dipenuhi penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan 1 (satu) tahun setelah diterbitkannya SLO, yaitu ketersediaan:
(1) penanggung jawab pengendalian Pencemaran Air;

(2) penanggung jawab operasional pengolahan Air Limbah; dan/atau


(3) kompetensi lainnya sesuai dengan kebutuhan.
3. Sistem Manajemen Lingkungan
Bagian ini menguraikan sistem manajemen lingkungan. Sistem manajemen lingkungan
disesuaikan dengan kompleksitas Usaha dan/atau Kegiatannya. Muatan sistem manajemen
lingkungan sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini

TATA CARA PENYUSUNAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


Sistem manajemen lingkungan dilakukan melalui tahapan:
1. perencanaan;
2. pelaksanaan;
3. pemeriksaan; dan
4. tindakan.

Sistem manajemen lingkungan disusun berdasarkan kompleksitas Usaha dan/atau


Kegiatannya.
Rincian tahapan penyusunan sistem manajemen lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan:
a. menentukan lingkup dan menerapkan sistem manajemen lingkungan terkait pengendalian
Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
b. menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran
dan/atau Kerusakan Laut;
c. memastikan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen puncak terhadap
pengendalian Pencemaran Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau
Kerusakan Laut;
d. memastikan adanya struktur organisasi yang menangani pengendalian Pencemaran Air,
Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
e. menetapkan tanggungjawab dan kewenangan untuk peran yang sesuai;
f. menentukan aspek menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian
Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut dan

dampaknya;
g. identifikasi dan memiliki akses terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
h. menentukan risiko dan peluang yang perlu ditangani;
i. merencanakan untuk mengambil aksi menangani risiko dan peluang serta evaluasi
efektifitas dari kegiatan tersebut; dan/atau
j. menetapkan sasaran menetapkan kebijakan pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian
Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut menentukan indikator dan proses untuk
mencapainya.
2. Pelaksanaan:
a. menentukan sumber daya yang disyaratkan untuk penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan terkait pengendalian Pencemaran Air;
b. menentukan sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi pengendalian
Pencemaran Air;
c. menetapkan, menerapkan, dan memelihara proses yang dibutuhkan untuk komunikasi
internal dan eksternal;
d. memastikan kesesuaian metode untuk pembuatan dan pemutakhiran serta pengendalian
informasi terdokumentasi;
e. menetapkan, menerapkan, dan mengendalikan proses pengendalian operasi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan sistem manajemen lingkungan terkait
pengendalian Pencemaran Air; dan
f. menentukan potensi situasi darurat dan respon yang diperlukan.
3. Pemeriksaan:
a. memantau, mengukur, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
b. mengevaluasi pemenuhan terhadap kewajiban penaatan menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut;
c. melakukan internal audit secara berkala; dan
d. mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait menetapkan kebijakan
pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut untuk
memastikan kesesuaian, kecukupan, dan keefektifan.

4. Tindakan:
a. melakukan tindakan untuk menangani ketidaksesuaian; dan
b. melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan
yang sesuai dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian Pencemaran Air,
Pengendalian Pencemaran dan/atau Kerusakan Laut
Contone kiye..

A. Standar teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah

1. Deskripsi
a. Jenis dan kapasitas rencana usaha dan/atau kegiatan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh PT. Lautan Sakti Jaya merupakan
pengolahan hasil laut berupa ikan dan udang untuk kemudian dibekukan. Kapasitas produksi
dari pengolahan ikan dan udang yaitu antara 5 - 30 ton sekali produksi. Frekuensi
pemasakan yang dilakukan dan jumlah yang dimasak dapat berubah- ubah tergantung pada
ketersediaan bahan baku yaitu ikan layur dan udang, kurang lebih dalam 1 hari dilakukan
satu kali produksi. Sedangkan untuk kapasitas penyimpanan cold storage yaitu sekitar ±
160 Ton.

b. Jenis dan jumlah bahan baku dan/atau bahan penolong yang digunakan
PT. Lautan Sakti Jaya merupakan usaha dan/atau kegiatan yang melakukan produksi
pembekuan ikan dan udang, dengan produk utama yaitu dari bahan baku ikan layur.
Sedangkan udang merupakan produk yang diproduksi saat ada bahan baku tersedia, karena
udang didapatkan hanya satu tahun dua sampai empat kali saja. Jumlah bahan baku yang
diproduksi yaitu sekitar 5 - 30 ton setiap hari dengan presentase bahan baku ikan layur
sekitar 60% dari total produksi atau sekitar 18 ton/hari, untuk udang sekitar 30% dari total
produksi atau sekitar 9 ton/hari, dan udang rebon 10% dari total produksi atau 3 ton/hari.
Jika sedang tidak ada bahan baku udang rebon maka produksi udang akan naik 10% menjadi
40% atau berkisar 12 ton/hari. Untuk bahan penolong berupa air bersih yang digunakan
untuk membersihkan bahan baku, dimana air bersih diperlukan antara 5,75 - 34,5
m3/pengolahan.

c. Proses usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan termasuk kegiatan penunjang yang
berpotensi menghasilkan limbah
• Kegiatan utama dan kegiatan penunjang usaha dan/atau kegiatan

 Kegiatan Utama

Urutan pengolahan ikan layur, yaitu: dari bahan mentah ikan (raw material),
penyortiran sesuai jenis dan ukuran, pencucian, penimbangan, penyusunan,
pemasakan di ruang ABF (Air Blast Freezer), packing, disimpan di dalam cold
storage. Dalam proses ini menimbulkan sampah berupa jeroan ikan yang dibuang dan
limbah air bekas pencucian ikan.

Bahan Baku
(Raw Material) Penyortiran Pencucian Penimbangan
Ikan Layur

Disimpan dalam Pengepakan Pemasakan di Penyusunan


cold storage (Packing) ABF

Gambar 1. Alur Produksi Ikan Layur


Urutan pengolahan udang, yaitu: dari bahan mentah udang (raw material),
penimbangan, pemotongan kepala dan pembersihan, penyortiran, penyusunan,
pemasakan di ruang ABF (Air Blast Freezer), packing, disimpan di dalam cold
storage. Dari pengolahan udang menghasilkan limbah kepala udang yang sudah
dipotong, yang nantinya langsung didistribusikan kepada peternak bebek untuk
dijadikan bahan campuran makanan ternak.

Bahan Baku Pemotongan Penyortiran


(Raw Material) Penimbangan Kepala dan
Udang Pembersihan

Disimpan dalam Pengepakan


Cold Storage (Packing) Pemasakan di Penyusunan
ABF

Gambar 2. Alur Produksi Udang

Urutan pengolahan udang rebon, yaitu: dari bahan mentah udang rebon (raw material),
penimbangan, dimasak dalam oven, seleksi, packing, disimpan di dalam cold storage. Dalam
pengolahan udang rebon, limbah yang dihasilkan adalah dari asap pembakaran batubara
sebagai bahan bakar dari oven yang digunakan untuk memasak udang rebon. Pemasakan udang
rebon yang dilakukan PT. Lautan Sakti Jaya hanya dilakukan sebanyak 2 - 4 kali dalam satu
tahun, hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan hanya ada 2 - 4 kali dalam setahun juga.

Bahan Baku Pemasakan


(Raw Material) Penimbangan dalam Oven Penyeleksian
Udang Rebon

Disimpan dalam
cold Storage Pengepakan
(Packing)

Gambar 3. Alur Produksi Udang Rebon

Dari aktivitas pengolahan bahan baku akan menghasilkan limba cair berasal dari pencucian
bahan baku dan limbah padat dari pembersihan ikan dan udang. Limbah cair akan dialirkan ke
IPAL dan diolah melalui sistem biofilter anaerob-aerob, sedangkan limbah padat akan dijual ke
peternak ikan maupun bebek untuk dijadikan pakan ternak, sehingga dari proses pengolahan
limbah padat dapat dikurangi secara maksimal dan efisien.

- Kegiatan penunjang

Kegiatan penunjang yang ada yaitu kegiatan domestik karyawan antara lain kegiatan MCK dan
kegiatan didapur dan mushola. Dari kegiatan ini akan menghasilkan limbah cair yang akan
diolah menggunakan SPALD-S.

• Neraca air yang menggambarkan sumber dan kapasitas air baku yang dibutuhkan
Sumber air bersih yang digunakan dalam operasional yaitu bersumber dari PDAM dengan
kapasitas 30 m3/hari dan dari sumur air bawah tanah sekitar 5,3 m3/hari. Perhitungan
penggunaan air bersih pada pengolahan ikan dan udang didasarkan pada pemenuhan
kebutuhan air pada kondisi eksisting yang sudah dilakukan. Perhitungan besar kebutuhan
air bersih adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Kebutuhan Air Bersih Tahap Operasional

Penggunaan Air Asumsi Perhitungan Kebutuhan Air


MCK Karyawan 100 100 liter/orang/hari x 1,6 m3/hari
liter/orang/hari 16 orang
Pengolahan Bahan
1 ton bahan Produk Maksimum =
Baku (Pencucian 34,5 m3/hari
baku =1,176 m3 30 ton produk
Ikan dan Udang)

Alur penggunaan air untuk operasional adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Neraca Kebutuhan dan penggunaan Air Bersih


• Fluktuasi atau kontinuitas produksi dan air limbah

Fluktuasi atau kontinuitas produksi dan air limbah tergantung pada jumlah bahan baku
yang diproduksi, dimana kemampuan produksi maksimum sebesar 30 ton sekali produksi.
Besaran air limbah diperkirakan dari pengolahan bahan baku ini yaitu 34,5 m3/hari. Selain
itu terdapat air limbah domestik dari kegiatan karyawan sebesar kurang lebih 1,6 m3/hari.

2. Baku Mutu Air Limbah.


Sesuai dengan Lampiran XIV Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Hasil Perikanan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014
tentang Baku Mutu Air Limbah, karakteristik air limbah dalam kegiatan pembekuan ikan dan
udang adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Baku Mutu Air Limbah Industri Pembekuan menurut Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 5 Tahun 2014

No. Parameter Kadar Pencemar Beban Pencemaran


1 Ph 6-9 - - -
2 Tss 100 mg/L 3,5298 Kg
3 Amonia 10 mg/L 0,3529 Kg
4 Klor Bebas 1 mg/L 0,0353 Kg
5 BOD 100 mg/L 3,5329 Kg
6 COD 200 mg/L 7,0596 Kg
7 Minyak dan Lemak 15 mg/L 0,5295 Kg
8 Debit Air Limbah 1,177 m3 per ton bahan baku

3. Desain instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL)


a. Teknologi pengolahan Air Limbah
Teknologi Pengolahan Air Limbah dari Proses Produksi
Dalam rangka penanganan limbah cair yang dihasilkan maka direncanakan untuk pengolahan
air limbah menggunakan IPAL dengan sistem Biofilter Anaerob-Aerob, dengan alur
pengolahan yang lebih jelas dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Gambar 5. Diagram Proses Pengolahan Air Limbah Produksi dengan Proses Biofilter
Anaerob Aerob
Dari diagram diatas bisa dideskripsikan mengenai alur pengolahan air limbah yaitu dari air
limbah produksi akan dialirkan langsung ke bak pemisah dan diolah dalam IPAL, dalam bak
pemisah untuk mengendapkan kotoran atau senyawa padatan lain yang susah terurai secara
biologis. Selanjutnya limpahan dari bak pemisah akan dialirkan ke bak ekualisasi yang
berfungsi untuk penampung limbah dan bak kontrol aliran. Air limbah di dalam bak
ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah dan bak kontrol aliran, selanjutnya
dari bak ekualisasi dipompa ke unit IPAL.

Didalam IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak
pengendap juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
dengan arah aliran dari atas ke bawah. Didalam bak kontaktor anaerob diisi dengan media
khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Bak kontaktor anaerob terdiri dari dua ruangan.
Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau
fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari beroperasi pada permukaan media filter akan
tumbuh lapisan film mikroorganisme yang akan menguraikan zat organik yang belum
sempat terurai pada bak pengendapan.

Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Didalam
bak kontaktor aerob diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon, sambil
diaerasi dan dihembuskan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat
organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan ini maka akan menjadikan proses penguraian oleh mikroorganisme akan lebih
efisien dan mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi
lebih besar, proses ini sering disebut aerasi kontak.

Dari bak aerob dialirkan ke bak pengendapan akhir. Dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke
pengendapan awal. Air dari bak pengendapan akhir langsung dialirkan ke badan air
permukaan penerima air limbah. Dengan menggunakan sistem Bifilter Anaerob- Aerob dapat
menurunkan zat organik (BOD dan COD), amonia, padatan tersuspensi (TSS), phosfat dan
lainnnya.

Gambar 6. Proses Pengolahan Air Limbah dari proses produksi dengan Proses
Biofilter Anaerob-Aerob

Teknologi Pengolahan Air Limbah dari Aktivitas Penunjang (Domestik)


Air limbah domestik yang dihasilkan pada operasional pembekuan ikan dan udang oleh PT
Lautan Sakti Jaya yaitu ada dua macam air limbah dari kegiatan MCK atau black water dan
dari dapur dan kegiatan lain atau grey water. Air limbah dari dapur akan dialirkan ke dalam
grease trap/pemisah lemak untuk kemudian dialirkan ke Sistem Pengelolaan Air Limbah
Domestik Setempat (SPALD-S) dan untuk air limbah MCK akan langsung masuk kedalam
SPALD-S.

Air limbah hasil pengolahan dalam SPALD-S ini akan diresapkan kedalam tanah. Pilihan ini
dilakukan mengingat debit air limbah yang yang dihasilkan kurang dari 1 m3 yaitu hanya 0,8
m3 dan teknologi SPALD-S yang digunakan dirasa sudah cukup untuk mengelola air limbah
tersebut hingga dapat langsung diresapkan. Penggunaan SPALD-S ini diperkirakan memiliki
efektifitas pengelolaan air limbah domestik antara 60%-80%.
b. Kriteria dan Kapasitas desain pengolahan Air Limbah

Kriteria dan Kapasitas Desain Pengolahan Air Limbah dari Proses Produksi

 Perhitungan Teknis
Dalam desain unit pengolahan limbah ada beberapa kriteria desain yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan kondisi air baku dan kualitas air keluaran yang ditetapkan.
IPAL yang dirancang dapat mengolah air limbah sebesar ± 40 m 3/hari dengan kapasitas
yang diharapkan adalah sebagai berikut
 Kapasitas Ipal : ± 40 m³/hari
 COD inlet maks : 500 mg/l
 BOD inlet maks : 300 mg/l
 Konsentrasi SS : 300 mg/l
 Efisiensi Pengolahan : 90%
 BOD outlet : 30 mg/l
 SS outlet : 30 mg/l

 Desain Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)


a. Bak Pemisah
Bak pemisah yang direncanakan adalah tipe gravitasi sederhana yang terdiri dari
beberapa ruangan. Kriteria perencaan adalah sebagai berikut:
 Waktu Tinggal : 2 jam
 Volume : 3,33 m³
 Dimensi :
o Lebar :1m
o Panjang :2m
o Kedalaman efektif : 1,5 m
o Tinggi ruang bebas : 0,5 m
o Volume aktual : 3 m³
o Cek waktu tinggal : 1,8 jam
b. Bak Ekualisasi
 Waktu tinggal : 7 jam
 Volume : 11,67 m³
 Dimensi :
o Lebar :2m
o Panjang :3m
o Kedalaman air :2m
o Ruang bebas : 0,5 m
o Volume efektif : 12 m³

c. Pompa Umpan Air Limbah


 Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
 Tipe pompa : Pompa Celup
 Spesifikasi pompa:
o Kapasitas : 0,1-0,22 m³/menit
o Bahan : Stainless steel
o Total head : 8-11,5 m
o Daya listrik :0,5 kw, 220 Volt
o Diameter outlet :2”
o Perlengkapan : Water moor
d. Reaktor Biofilter Anaerob-Aerob
1) Bak Pengendapan Awal
 Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
 BOD masuk : 300 mg/l
 Efisiensi : 25 %
 BOD keluar : 225 mg/l
 Waktu tinggal : 5 jam
 Volume diperlukan : 8,33 m³
 Dimensi :
Dimensi bak pengendap awal:
o Lebar :2m
o Panjang :2m
o Kedalaman efektif :2m
o Tinggi ruang bebas : 0,5 m
o Volume aktual : 8 m³
o Cek waktu tinggal : 4,8 jam
o Surface loading : 10 m³/m²hari
2) Biofilter Anaerob
 Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
 BOD masuk : 225mg/l
 BOD keluar : 75 mg/l
 Beban BOD dalam air limbah: 9 kg/hari
 Volume media diperlukan : 3,6 m³
 Volume reaktor : 9 m³
 Cek waktu tinggal : 5,28 jam
 Tinggi ruang lumpur : 0,5 m
 Tinggi bed media mikroba : 1,2 m
 Tinggi air diatas bed media : 0,5 m
 Volume total media : 3,6 m³
 Dimensi :
o Lebar :2m
o Panjang :2m
o Kedalaman efektif :2m
o Tinggi ruang bebas : 0,5 m
o Volume aktual : 8,8 m³
3) Biofilter Aerob
 Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
 BOD masuk : 75 mg/l
 BOD keluar : 30 mg/l
 Beban BOD : 3 kg/hari
 Volume media diperlukan: 10 m³
 Volume reaktor : 20 m³
 Cek waktu tinggal : 12,6 jam
 Tinggi ruang lumpur : 0,5 m
 Tinggi bed media mikroba: 1,2 m
 Tinggi air diatas bed media: 0,4 m
 Volume total media : 10,56 m³
 Dimensi :
o Lebar :2m
o Panjang :5m
o Kedalaman efektif : 2,1 m
o Tinggi ruang bebas : 0,4 m
o Volume aktual : 21 m³

Kebutuhan oksigen dalam bak bifilter aerob sebanding dengan jumlah zat
organik (BOD) yang dihilangkan, sehingga kebutuhan oksigen aktual yaitu
sebesar 370,56 m³/hari atau 0,26 m³/menit.
4) Bak Pengendapan Akhir
 Debit air limbah : 40 m³/hari atau 27,8 liter/menit
 BOD keluar : 30 mg/l
 Waktu tinggal : 5 jam
 Volume bak : 8,33 m³
 Cek waktu tinggal : 4,8 jam
 Surface loading :10 m³/hari
 Dimensi :
o Lebar :2m
o Kedalaman air efektif :2m
o Panjang :2m
o Tinggi ruang bebas : 0,5 m
o Volume aktual : 8 m³

Lumpur yang sudah terendapkan di bak pengendapan akhir akan dilakukan pengelolaan
dengan pengerukan sedimen lumpur secara berkala dengan rentang waktu disesuaikan
dengan kapasitas beban lumpur yang dapat ditampung. Lumpur dari limbah cair
produksi yang dikeruk berupa pasir dapat dibuang langsung ke tempat pembuangan
akhir atau digunakan sebagai media tanam.

Kriteria dan Kapasitas Desain Pengolahan Air Limbah dari Aktivitas Penunjang (Domestik)
Dengan debit air limbah domestik kurang dari 1 m 3/hari maka kapasitas pengolahan air limbah
domestik yang digunakan yaitu ± 1 m3. Pengolahan air limbah yang digunakan yaitu untuk air limbah
dari dapur akan dialirkan dahulu ke grease trap/pemisah lemak, setelah itu akan dialirkan kedalam
SPALD-S bersama dengan air limbah dari MCK. Sistem SPALD-S yang digunakan yaitu tangki
septik sistem tercampur sesuai dengan SNI 2398 Tahun 2017 tentang Tata cara perencanaan tangki
septik dengan pengolahan lanjutan (sumur resapan, bidang resapan, up flow filter, kolam sanita).

Tabel 3. Ukuran Tangki Septik Sistem Tercampur

Pemakai Ukuran (m) Volume


(orang) Panjang Lebar Tinggi total (m3)
16 2,8 1,4 2 7,8
Sumber: SNI 2398 Tahun 2017

Air limbah dari septik akan diresapkan menggunakan sistem upflow filter, dengan media saring
berupa batu krikil berdiameter 20-30 mm dan tinggi lapisan media sekurang-kurangnya 75 mm,
sedangkan ukuran saringan upflow filter dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Ukuran Saringan Uplow Filter

Pemakai Bak Ekualisasi Bak Filter


(orang) Panjan Lebar Vol (m3) Panjang Lebar Luas
g
16 1,4 0,5 1,2 1,4 0,86 1,2
Sumber: SNI 2398 Tahun 2017
Lumpur dan gas dihasilkan dari proses pengelolaan limbah cair yang dilakukan melalui SPALD-S.
Lumpur yang sudah terendapkan di septictank akan dilakukan pengelolaan dengan pengerukan
sedimen lumpur secara berkala d oleh pihak ke 3. Untuk gas yang dihasilkan dalam septictank akan
dikeluarkan melalui celah pembuangan gas yang dibuat dalam septictank untuk diuapkan ke udara.
d. Layout IPAL sampai dengan titik pembuangan Air Limbah.
4. Lokasi Pemantauan
 Titik penaatan
Lokasi titik penaatan berada pada lokasi IPAL untuk air limbah produksi yaitu pada
koordinat 7°43'24.83"S - 109° 1'15.14'T.
 Titik pembuangan air limbah
Lokasi pembuangan air limbah/outfall IPAL berada di sungai Kaliyasa dengan koordinat
7°43'29.67"S- 109° 1'18.73"T.
 Lokasi pemantauan badan air permukaan
Lokasi pemantauan air permukaan berada pada sungai Kaliyasa sebagai penerima air limbah
di titik 10 m sebelum dan 10 m setelah lokasi outfall IPAL. Dengan koordinat untuk titik 1
yaitu 7°43'28.55"S - 109° 1'19.69"T dan titik 2 di koordinat 7°43'30.75"S – 109° 1'21.65"T.
 Mutu air limbah dipantau
Pengecekan baku mutu air limbah dengan pengambilan sampel dan dianalisis sesuai baku
mutu air limbah dalam Lampiran XIV Permen LH No. 5 Tahun 2014.

 Mutu air pada badan air permukaan yang dipantau


Pengambilan sampel air permukaan dari badan air penerima air limbah dari tapak kegiatan
kemudian dianalisis di laboratorium teregistrasi dan hasil analisis dibandingkan dengan
baku mutu air nasional Kelas II sesuai Lampiran VI dalam PP No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

 Lokasi Pantau Air Tanah


Lokasi pemantauan air tanah berada pada sumur yang berlokasi di tapak kegiatan dengan
koordinat pada lokasi pantau 1 lokasi didepan pabrik yaitu 7°43'25.29"S - 109° 1'16.33"T
dan lokasi pantau 2 di belakang pabrik yaitu 7°43'24.52"S - 109° 1'14.85"T.

 Mutu air tanah dipantau


Parameter pemantuan air tanah dibandingkan dengan baku mutu air nasional kelas III
sesuai Lampiran VI pada PP No 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
 Frekuensi pemantauan
Frekuensi pemantauan selama tahap operasional berlangsung sebagai berikut :

- Pemantauan kualitas air limbah dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali


- Pemantauan kualitas air permukaan dan air tanah dilakukan sekurang- kurangnya 6
(enam) bulan sekali

5. Internalisasi biaya lingkungan hidup.


Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dialokasikan yaitu sebesar > 20% dari tital
investasi usaha. Biaya ini akan digunakan untuk biaya pembangunan, pengoperasian
pemeliharaan, tanggap darurat pengembangan sumberdaya manusia
6. Kewajiban
a. memisahkan saluran air Limbah dengan saluran limpasan air hujan;
b. memiliki unit pengolahan dan saluran air Limbah kedap air;
c. memiliki alat ukur debit;
d. memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan air limbah;
e. melakukan pemantauan air limbah dan badan air dengan cara memeriksakan kadar
parameter baku mutu air limbah dan air permukaan ke laboratorium teregistrasi secara
periodik sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan serta melaporkan hasilnya kepada
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap;
f. melakukan pemantauan kualitas badan air dengan cara memeriksakan kadar parameter
baku mutu air permukaan ke laboratorium teregistrasi secara periodik sekurang-kurangnya
sekali dalam 6 (enam) bulan
g. menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika terjadi keadaan darurat dalam
waktu 1 x 24 jam dari awal waktu kejadian keadaan darurat kepada Kepala Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap; dan
h. melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan mutu air jika terjadi
pencemaran air.

7. Larangan
a. membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali pembuangan dan/atau melakukan
pembuangan air limbah tanpa pengolahan;
b. mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan;
c. membuang air limbah di luar titik penaatan;
d. Melampaui kadar baku mutu dan beban pencemaran air limbah yang telah ditetapkan; dan
e. Melampaui debit pembuangan air limbah maksimum.

B. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia


1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di dalam PT Lautan Sakti Jaya secara umum sebagaimana dalam gambar
berikut ini.

2. Sumberdaya Manusia
Penanggung jawab menangani pengendalian pencemaran air dan operasional pengolahan air
limbah adalah Direktur dengan pelaksana kegiatan pengendalian pencemaran air di lokasi
kegiatan oleh Manajer pabrik yang pelaksanaannya dilakukan oleh bagian penanganan limbah
padat dan cair. Staf yang menangani air limbah memiliki kemampuan dalam
mengoperasionalkan IPAL.

C. Sistem Manajemen Lingkungan


1. Perencanaan
Lingkup kegiatan yang dilakukan oleh PT Lautan Sakti Jaya adalah pembekuan hasil laut
yaitu ikan dan udang yang dapat menghasilkan limbah berupa limbah cair dari kegiatan
produksi dan dari kegiatan karyawan. Oleh karena itu perlu diterapkan sistem manajemen
lingkungan dan kebijakan terkait pengendalian pencemaran air. Dalam hal penanggungjawab
pihak pelaku usaha memastikan kepemimpinan dan komitmen dari manajemen terhadap
pengendalian pencemaran dimana yang bertanggungjawab adalah direktur dan sudah terdapat
struktur organisasi yang jelas.

Pelaku usaha menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air yaitu dengan melakukan
pengelolaan air limbah produksi menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)
dengan sistem biofilter anaerob-aerob yang kemudian akan dialirkan ke badan air, sedangkan
limbah cair dari kegiatan karyawan akan diolah menggunakan SPALD-S (Sistem Pengolahan
Air Limbah Domestik Sementara) yang akan diresapkan langsung ke badan resapan.

2. Pelaksanaan
Dalam hal pelaksanaan pengendalian pencemaran air pihak pelaku usaha menempatkan
personel yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penerapan dan pemeliharaan sistem
manajemen lingkungan dan kebijakan terkait pengendalian pencemaran air. Selain itu
memastikan bahwa pengoperasian IPAL dan SPALD-S berjalan dengan baik dan sesuai
dengan standar manajemen lingkungan terkait pengendalian pencemaran air.

Pihak pelaku usaha akan melaksanakan pengecekan dan pengujian secara berkala yaitu 6
bulan sekali untuk menjaga baku mutu lingkungan terkait sesuai dengan Lampiran XIV Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Hasil Perikanan dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah.

3. Pemeriksaan
Pelaku usaha melakukan pemantauan, pengukuran, menganalisa, dan mengevaluasi kinerja
menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air, serta mengevaluasi pemenuhan
kewajiban penaatan kebijakan yang sudah ditetapkan. Pelaku usaha melakukan internal audit
secara berkala dan mengkaji sistem manajemen lingkungan organisasi terkait penetapan
kebijakan pengendalian pencemaran air untuk memastikan kesesuaian, kecukupan dan
keefektivan.

4. Tindakan
Apabila terjadi ketidaksesuaian perlu dilakukan tindakan untuk menanganinya, dan dilakukan
perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan yang sesuai dan efektif untuk
meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran air.

D. Periode waktu uji coba sistem pengolahan Air Limbah.


Kegiatan pembangunan instalasi pengolahan air limbah akan dilaksanakan bersamaan dengan
kegiatan konstruksi pengembangan. Oleh karena itu, masa waktu uji coba adalah 3 bulan setelah
kegiatan konstruksi pengembangan selesai.

Anda mungkin juga menyukai