Kegiatan Operasional
Rawat Inap
MCK Pasien
Pemenuhan air 12.075
Perhari/TT Pengunjung
Pencucian peralatan
Gizi makan
Cuci Tangan
Limbah cair
Pembersihan Lantai domestik
Sanitasi
Pembersihan Kaca
800 Pencucian
Pembersihan
Lingkungan dan
AIR BERSIH Peralatan dll
SUMUR MCK Karyawan dan
(belum Sanitasidi seluruh
Karyawan
unit
digunakan) 8.250 ruh unit
IPAL
AIR BERSIH
Laboratorium Kegiatan Operasional
PDAM
100
Pencucian alat medis
CSSD yang berasal dari
seluruh unit di RS
960 khususnya OK
Limbah cair
infeksius
Hemodialisa
Kegiatan Operasional
840
Kegiatan Operasional
Rawat Jalan
Toilet
2.500
Tanaman
Penyiraman tanaman Meresap ke
tanah
5.000
Mushola Limbah
Wudu, Sanitasi Drainase
2.000 domestik
Pengurasan kolam
3.000
Pelayanan kesehatan,
Kamar mandi karyawan,
LABORATORIUM Pencucian peralatan
BELUM SEMBUH SEMBUH MENINGGAL laboratorium
M
Pencucian linen selimut
BINATU dll, Kamar mandi
RUJUK karyawan,
DI PERBOLEHKAN
PULANG FARMASI Kamar mandi karyawan,
Pencucian alat
AMBULAN
KEUANGAN
Kamar mandi karyawan,
pencucian peralatan
makanan pasien,
GIZI pencucian bahan
Kamar mandi makanan, pencucian
karyawan PULANG peralatan masak
PASIEN DATANG
Pelayanan kesehatan
Kamar Mandi karyawan,
Sanitasi
PULANG
Pada pelayanan rawat jalan pasien datang lalu melakukan pendaftaran di pendaftaran pada saat
menunggu antrian, pengunjung berupa pasien dan keluarga pasien berpotensi ke toilet atau
mencuci tangan. Poliklinik mengunakan beberapa peralatan medis yang setelah digunakan akan
di lakukan pembilasan atau perendaman mengunakan air. Selanjutnya peralatan yang ada di
poliklinik akan dicuci kembali dan di sterilisasikan di unit CSSD. Untuk menjaga sanitasi atau
kebersihan lingkungan maka dilakukan pembersihan tiap ruangan yang kegiatanya juga
memerlukan air. Air bersih juga diperlukan untuk MCK karyawannya.
ALUR PELAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL DAN VK
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan (poli Kamar Mandi pasien
INTALASI RAWAT INTALASI GAWAT
gigi perlu air bersih dll), dan karyawan, Sanitasi,
Kamar Mandi karyawan, JALAN DARURAT Perendaman peralatan
Sanitasi
Pencucian
peralatan medis INTALASI BEDAH ICU/ Ruang
CSSD RAWAT INAP
dari ruang operasi
SENTRAL Perinatologi
dan seluruh unit
1. Pra operasi
Pencucian linen jas 2. Kamar operasi
operasi dan seluruh Binatu
unit 3. Post Operasi Pelayanan kesehatan, MCK
pasien, karyawan, penunggu
pasien, Sanitasi, Perendaman
peralatan
Alur pelayanan IBS dan VK mulai dari pasien datang di IGD atau rawat jalan. Instalasi bedah
sental kegiatanya adalah pelayanan pembedahan atau operasi, kegiatannya membutuhkan
peralatan-peralatan medis untuk menunjang jalannya operasi. Selesai operasi peralatan yang
sudah digunakan kotor dan berlumuran darah, maka peralatan tersebut dicuci di unit CSSD guna
menghilangkan sisa darah yang melekat serta membunuh bakteri dan kuman pathogen, dengan
melalui proses dekontaminasi dan sterilisasi. Untuk linen dan jas yang digunakan oleh para
medis juga melalui proses pencucian di unit binatu, agar dapat digunakan kembali dengan
keadaan steril dan bersih. Kamar bersalin atau ruang VK adalah sebuah unit layanan pada rumah
sakit yang berfungsi sebagai ruang persalinan selama 24 jam. Pada unit tersebut juga
mengunakan beberapa peralatan medis yang memerlukan proses pencucian mengunakan air dan
cairan kimia. Air bersih juga diperlukan untuk MCK karyawan, pasien dan proses memandikan
bayi yang baru lahir.
MENENTUKAN
JADWAL HD Pelayanan kesehatan, MCK
pasien, karyawan, penunggu
pasien, Sanitasi, Perendaman
peralatan HD Reserve
TINDAKAN HD Osmosis
YA TIDAK
PETUGAS HD PULANG
MERUJUK PASIEN
KE IGD
Alur pelayanan Hemodialisa bisa berasal dari IGD, pasien rawat jalan, pasien rawat inap yang
direkomendasikan untuk melakukan pencucian darah di unit Hemodialisa. Dari pihak rumah sakit
membuat jadwal rencana perawaratan lalu dilakukan tindakan cuci darah. Pada unit hemodialisa
memerlukan air yang higenis maka air bersih akan di alirkan ke mesin reserve osmosis.
4) Neraca air yang menggambarkan sumber dan kapasitas air baku yang dibutuhkan
Sumber air bersih yang digunakan dalam operasional yaitu bersumber dari PDAM
Kab. Purbalingga. Serta memiliki air sumur gali atau dangkal 1 titik, dan tidak
memiliki sumur dalam. Neraca menggambarkan kapasitas air baku yang
dibutuhkan, penggunaan air pada masing-masing unit, dan limbah yang dihasilkan.
Perhitungan kebutuhan air bersih adalah sebagai berikut :
b. Limbah B3
Tabel. 4. Air Limbah B3
PDAM Pelayanan
IPAL 29.140
39.140 Kesehatan Sungai
liter/hari
liter 20.090 liter
Sumur
Domestik
belum Meresap ke
Perkantoran
digunakan 19.050 liter tanah taman
5000 liter/hari
Drainase 5.000
liter/hari
KESELURUHAN
LANTAI 3
Bar
Screen
Bak
Kontrol
Bak
Kontrol
Keterangan:
Keterangan:
-Keterangan
- Garis
Garis :
Kuning
Kuning
- Garis
Air
Air kotor
kotor
Kuning
-- Garis
Garis Hijau
Air kotor
Hijau
Air bekas
- Garis
Air bekas
Hijau
Air bekas
LAYOUT IPAL
DETAIL BAK
PRE
TREATMEN
LAYOUT
DETAIL BAK
KONTROL
LAYOUT
DETAIL BAR
SCREEN
LAYOUT
DETAIL BAK
EQUALIZING
LAYOUT
DETAIL BAK
AERASI
AWAL
BIOTECH
LAYOUT IPAL
DETAIL
BIOREAKTOR
LAYOUT IPAL
DETAIL BAK
ENDAPAN
AWAL
LAYOUT IPAL
DETAIL BAK
ENDAPAN
AKHIR
2. Baku Mutu Air Limbah.
Sesuai dengan lampiran IV Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 Tentang
Baku Mutu Air Limbah memiliki standar seperti dibawah :
Tabel. 5. Baku mutu air limbah untuk kegiatan rumah sakit Perda Prov. Jateng No.
10 Tahun 2012
Gambar . Flow Chart Proses Pengolahan Air Limbah Produksi dengan Proses
Biofilter Anaerob Aerob
Dari diagram diatas bisa dideskripsikan mengenai alur pengolahan air limbah yaitu
dari air limbah domestik dan infeksius akan dialirkan langsung ke bak kontrol dan
diolah dalam IPAL. Dalam bak pemisah untuk mengendapkan kotoran atau senyawa
padatan lain yang susah terurai secara biologis. Untuk dari unit gizi terdapat grease
trap yaitu bak untuk pemisah antara air limbah dan minyak. Selanjutnya limpahan
dari bak kontrol akan dialirkan ke bak ekualisasi yang berfungsi untuk penampung air
limbah. Bak ekualisasi yang berfungsi sebagai bak penampung limbah, pada bak ini
terdapat 6 bak yang terdiri dari bak equalizing, bak pengendap 1,2,3, bak anaerob 1
dan 2. Pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap (kontrol) awal untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai
bak pengendap juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk
padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur. Lalu setelah
melalui bak pengendap 1, 2, 3 proses lalu menuju bak anaerob. Selanjutnya dialirkan
ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari atas ke bawah dan dialirkan ke bak
aerasi. Didalam bak anaerob diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang
tawon ( Honycom ). Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan
oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari beroperasi pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme yang akan
menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendapan.
Air limbah dari bak equalizing dan dari bioreaktor selanjutnya tercampur di bak
aerasi awal. Pada bak aerasi awal ini terdapat media sarang tawon. Kemudian aliran
air masuk ke tabung biotech, dalam biotech juga terdapat sarang tawon dan blower
guna meningkatkan proses aerasi dan dihembuskan udara sehingga mikroorganisme
yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan
menempel pada permukaan media. Dengan ini maka akan menjadikan proses
penguraian oleh mikroorganisme akan lebih efisien dan mempercepat proses
nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar, proses ini
sering disebut aerasi kontak. Setelah melalui bak effluent untuk pengolahan yang
lebih maksimal di alirkan ke filter pasir dan filter karbon. Dari filter karbon dan filter
pasir dilalui UV untuk mematikan bakteri dan pathogen. Setelah itu di alirkan ke bak
akhir dilengkapi dengan indicator biologi (kolam ikan) dan setelah itu baru air limbah
di klorin dengan menggunakan metode dosing pomp tangka klorin untuk dilakukan
proses pengolahan dengan penambahan zat kimia lalu dibuang ke badan air.
MCK BAK
(BLACK WATER) KONTROL
AIR LIMBAH
DOMESTIK
IPAL BADAN AIR
DAPUR
(GREY WATER)
GREASE TRAP
(PEMISAH LEMAK)
Perhitungan Teknis
Dalam desain unit pengolahan limbah ada beberapa kriteria desain yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan kondisi air baku dan kualitas air keluaran yang
ditetapkan. Pada perhitungan teknis dijelaskan tingkat efisiensi setiap unit bak
pengolahan, ketentuan prosentase menurut (JWWA dalam Said, 2006). IPAL yang
dirancang dapat mengolah air limbah sebesar ± 30 m3/hari, perhitungan dengan
menggunakan data pemeriksaan pada inlet IPAL RSUD Panti Nugroho bulan juli
Tahun 2021, dengan kapasitas yang diharapkan adalah sebagai berikut
Kapasitas Ipal : ± 30 m³/hari=1,3 m3/jam= 20ltr/menit
COD inlet maks : 108 mg/l
BOD inlet maks : 98,33 mg/l
Konsentrasi SS : 140 mg/l
Total Efisiensi Pengolahan : 75,99%
BOD outlet : 23,6 mg/l
2) Bak Ekualisasi
Waktu tinggal : 4 jam
Volume : 20 m³
Dimensi dan perhitungan :
o Lebar :2m
o Panjang :4m
o Kedalaman air : 2,32 m
o Volume efektif : 18,5 m³
● Efisiensi : 20 %
a. Bak aerasi
Panjang :1m
Lebar :1m
Tinggi : 1,5 m
Ruang bebas : 0,2
Tinggi ruang lumpur : 0,5
Volume : 1,5 m³
Volume efektif : 1,3 m³
b. Biotech
Debit air limbah : 30 m³/hari atau 20,8 liter/menit
BOD masuk : 78,66 mg/l
Efisiensi : 70 %
BOD keluar : 23,6 mg/l
Beban BOD : 30 m3/hari x 78,66 g/m³ = 2.359 g/ha
Volume : 10 m³
Cek waktu tinggal : 6 jam
Tinggi ruang lumpur : 0,5 m
Dimensi :
o Diameter :2m
o Panjang : 3,2 m
o Kedalaman efektif : 1.8 m
o Tinggi ruang bebas : 0,2 m
o Volume aktual : 10 m3
d. Pengelolaan lumpur
Lumpur yang sudah terendapkan di bak effluent akan dilakukan pengelolaan dengan
pengerukan sedimen lumpur secara berkala dengan rentang waktu disesuaikan dengan
kapasitas beban lumpur yang dapat ditampung. Lumpur dari limbah cair produksi yang
dikeruk berupa pasir dapat dibuang ke tempat pembuangan TPS Limbah B3.
e. Layout IPAL sampai titik pembuangan Air Limbah Outfall
Keterangan :
: Titik Outfall
: Titik Outlet
d. Mutu air limbah dipantau
Pengecekan baku mutu air limbah dengan pengambilan sampel dan dianalisis sesuai
Lampiran IV Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Limbah.
e. Mutu air pada badan air permukaan yang dipantau
Pengecekan baku mutu badan air permukaan dengan pengambilan sampel dan
dianalisis sesuai dengan Lampiran VI Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
f. Frekuensi pemantauan
Frekuensi pemantauan selama tahap operasional berlangsung sebagai berikut :
- Pemantauan kualitas air limbah dilakukan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan
sekali pada outlet
- Pemantauan kualitas air limbah dilakukan sewaktu-waktu pada inlet
- Pemantauan kualitas air sungai atau badan air dilakukan sewaktu-waktu
c. Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
Sistem penanggulangan keadaan darurat memiliki struktur organisasi yang berisi unit-
unit terkait seperti sanitasi atau kesehatan lingkungan, dan unit lain yang menangani
kecelakaan, kebakaran, utilitas, bencana dan keselamatan dll. Hal ini menunjukan jika
terjadi keadaan darurat pada IPAL dapat di tangani oleh unit terkait. Terdapat SOP/ SPO
mengenai penanggulangan keadaan darurat pada IPAL, potensi keadaan darurat dapat
berupa kecelakaan pegawai, kebakaran, kerusakan pada IPAL, meluapnya air limbah,
dan saat terjadinya bencana. Hal tersebut digunakan sebagai tata cara penanggulangan
keadaan darurat jika sewaktu-waktu terjadi, serta mengurangi resiko kerugian yang
dapat terjadi.
d. Internalisasi biaya lingkungan hidup.
Biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan dialokasikan yaitu sebesar < 10% dari
pembiayaan BLUD Rumah Sakit. Biaya ini akan digunakan untuk biaya pembangunan,
pengoperasian pemeliharaan, tanggap darurat pengembangan sumberdaya manusia.
Untuk biaya pemeliharaan IPAL dapat dilihat pada table berikut :
Harga
Satuan
No Jenis pekerjaan Volume Satuan Jumlah
Material +
Jasa
A PEKERJAAN
PEMELIHARAAN IPAL
1 Bakteri 30 ltr Rp 65.000 Rp 1.950.000
Pengurasan dan
2 pembersihan biotech, 1 lot Rp 3.500.000 Rp 3.500.000
pengecekan
blower,pompa , instalasi
pemipaan
JUMLAH Rp 5.450.000,00
PPN 11% Rp 599.500,00
JUMLAH TOTAL Rp 6.049.500,00
PEMBULATAN Rp 6.050.000,00
e. Periode waktu uji coba
Menguraikan jadwal perbaikan instalasi pengolahan air limbah dan periode uji coba system pengelolaan air limbah terdapat pada lampiran disajikan data berupa
tabel. Periode uji coba di lakukan September awal setelah perbaikan IPAL sudah selesai dilakukan.
f. Kewajiban
1) memisahkan saluran air Limbah dengan saluran limpasan air hujan;
2) memiliki unit pengolahan dan saluran air Limbah kedap air;
3) memiliki alat ukur debit;
4) memiliki sistem tanggap darurat instalasi pengolahan air limbah;
5) melakukan pemantauan air limbah dan badan air
6) menyampaikan laporan secara lisan dan secara tertulis jika terjadi keadaan darurat
dalam waktu 1 x 24 jam dari awal waktu kejadian keadaan darurat kepada Kepala
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Purbalingga; dan
7) melakukan penanggulangan pencemaran air dan pemulihan mutu air jika terjadi
pencemaran air.
g. Larangan
1) membuang air limbah secara sekaligus dalam 1 (satu) kali pembuangan
2) mengencerkan air limbah dalam upaya penaatan batas kadar yang dipersyaratkan;
3) membuang air limbah di luar titik penaatan;
B. Standar Kompetensi Sumber Daya Manusia
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi di RSUD Panti Nugroho secara umum sebagaimana dalam gambar berikut ini:
2. Sumberdaya Manusia
Penanggung jawab yang menangani pengendalian pencemaran air dan operasional
pengolahan air limbah adalah Direktur dengan pelaksana kegiatan pengendalian
pencemaran air di lokasi kegiatan oleh Instalasi Kesehatan Lingkungan, di kepalai oleh
seorang sanitarian yang melaksanakan pengelolaan di bagian penanganan limbah padat
dan cair. Serta staf yang mampi menangani air limbah memiliki kemampuan dalam
pemantauan IPAL.
3. Sistem Manajemen Lingkungan
a. Perencanaan
Lingkup kegiatan yang dilakukan oleh UPTD RSUD Panti Nugroho adalah pelayanan
kesehatan yang dapat menghasilkan limbah berupa limbah cair infeksius dari kegiatan
pelayanan kesehatan dan dari kegiatan karyawan. Oleh karena itu perlu diterapkan
sistem manajemen lingkungan dan kebijakan terkait pengendalian pencemaran air.
Dalam hal penanggungjawab pihak pelaku usaha memastikan kepemimpinan dan
komitmen dari manajemen terhadap pengendalian pencemaran dimana yang
bertanggungjawab adalah direktur dan sudah terdapat struktur organisasi yang jelas.
Pelaku usaha menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air yaitu dengan
melakukan pengelolaan air limbah produksi menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah) dengan sistem biofilter anaerob-aerob yang kemudian akan dialirkan ke
badan air.
b. Pelaksanaan
Dalam hal pelaksanaan pengendalian pencemaran air pihak pelaku usaha
menempatkan personel yang memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penerapan
dan pemeliharaan sistem manajemen lingkungan dan kebijakan terkait pengendalian
pencemaran air. Selain itu memastikan bahwa pengoperasian IPAL berjalan dengan
baik dan sesuai dengan standar manajemen lingkungan terkait pengendalian
pencemaran air.
Pihak pelaku usaha akan melaksanakan pengecekan dan pengujian air limbah secara
berkala yaitu 1 bulan sekali untuk menjaga baku mutu lingkungan terkait sesuai
dengan Lampiran IV Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012
Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004
Tentang Baku Mutu Air Limbah
c. Pemeriksaan
Pelaku usaha melakukan pemantauan, pengukuran, menganalisa, dan mengevaluasi
kinerja menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran air, serta mengevaluasi
pemenuhan kewajiban penaatan kebijakan yang sudah ditetapkan. Pelaku usaha
melakukan internal audit secara berkala dan mengkaji sistem manajemen lingkungan
organisasi terkait penetapan kebijakan pengendalian pencemaran air untuk
memastikan kesesuaian, kecukupan dan keefektivan.
d. Tindakan
Apabila terjadi ketidaksesuaian perlu dilakukan tindakan untuk menanganinya, dan
dilakukan perbaikan berkelanjutan terhadap sistem manajemen lingkungan yang sesuai
dan efektif untuk meningkatkan kinerja pengendalian pencemaran air.