Anda di halaman 1dari 88

PT KASIH AGRO MANDIRI

Alamat Perusahaan : Wisma ADR Lt. 3 Jalan Pluit Raya I No. 1 Penjaringan Jakarta Utara
Alamat Pabrik: Desa Lubuk Lancang Kecamatan Suak Tapeh
Kabupaten Banyuasin

KAJIAN TEKNIS
PEMENUHAN BAKU MUTU AIR LIMBAH
PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT
KAPASITAS 45 TONTBS/JAM
LUAS LAHAN 28,28 HEKTAR

DI DESA LUBUK LANCANG KECAMATAN SUAK TAPEH KABUPATEN


BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

2021
KATA PENGANTAR

PT. Kasih Agro Mandiri merupakan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS)
kapasitas 45 Ton TBS/Jam yang berlokasi di Desa Lubuk Lancang Kecamatan Suak
Tapeh Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan pada lahan seluas 28,28
Hektar. PT Kasih Agro Mandiri memiliki Dokumen UKL-UPL dan Izin Lingkungan
yang sudah mendapat persetujuan melalui Lembaga Pengelola dan Penyelenggara
Online Single Submission (OSS) Nomor 014/KPTS/DPM-PTSP/2019 berlaku efektif
sejak tanggal 26 April 2019.
Kegiatan pengolahan TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) menghasilkan
limbah cair, yang perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan air
permukaan. Untuk itu, PT Kasih Agro Mandiri telah membangun Instalasi Pengolahan
Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari 13 kolam yang digunakan untuk pengolahan
limbah cair secara bertahap.
Kajian Teknis ini disusun untuk memastikan kualitas air limbah yang dibuang
ke badan air permukaan telah memenuhi Baku Mutu limbah cair untuk industri minyak
sawit dan diharapkan mendapat Persetujuan Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air
Limbah sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Adapun
Kajian Teknis ini disusun dengan mempedomani Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan RI Nomor 5 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan
Persetujuan Teknis Dan Surat Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian
Pencemaran Lingkungan.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselenggaranya
penyusunan dokumen ini disampaikan terima kasih. Semoga dokumen ini dapat
memenuhi ketentuan sebagai pedoman untuk mendapatkan Persetujuan Teknis
Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah.

Lubuk Lancang, September 2021


PT Kasih Agro Mandiri

R. Bambang K.
Mill Manager

2 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


BAB I
DESKRIPSI KEGIATAN

A. STANDAR TEKNIS PEMENUHAN BAKU MUTU AIR LIMBAH


1.1 IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB USAHA
Tabel 1.1. Identitas penanggungjawab Perusahaan
a. Nama Perusahaan : PT. Kasih Agro Mandiri
b. Lokasi : Desa Lubuk Lancang, Kecamatan Suak Tapeh,
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan.
c. Penanggung Jawab : Sudianto, SH. (Kuasa Direktur)
d. Alamat : Wisma ADR Lt 3 Jalan Pluit Raya I No. 1 Penjaringan
Jakarta Utara
e. Telp./Fax. : 021-6615555/021-6619303
f. Kegiatan Usaha : Industri Minyak Mentah Kelapa Sawit
Pokok (Crude Palm Oil)
g. NIB : 8120202862697

1.2 JENIS DAN KAPASITAS PRODUKSI


1.2.1 Jenis dan Kapasitas Usaha dan/atau Kegiatan
Jenis usaha PT Kasih Agro Mandiri adalah Usaha Pengolahan Kelapa Sawit
menjadi Crude Palm Oil (CPO) yang memperoleh IUP-P dari Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kabupaten Banyuasin
dengan Nomor 503/01/IUP-P/DPM-PTSP/2020 tanggal 24 Januari 2020. Lokasi
kegiatan PT Kasih Agro Mandiri berada di Desa Lubuk Lancang Kecamatan
Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan.
1.2.2 Kapasitas Produksi
Kapasitas Produksi PT Kasih Agro Mandiri sebesar 45 Ton TBS/jam dengan jam
kerja 24 Jam/Hari sehingga kapasitas produksi maksimal 1.080 Ton TBS/Hari.

1.3 BAHAN BAKU DAN BAHAN PENOLONG


1.3.1 Bahan Baku
PT Kasih Agro Mandiri merupakan Industri Pengolahan Kelapa Sawit menjadi
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm oil/CPO). Bahan baku utama yang digunakan
adalah Tandan Buah Segar (TBS). Sumber bahan baku dari kebun kelapa sawit
sendiri yakni kebun PT Kasih Agro Mandiri yang berlokasi di Desa Sri Bandung,
Desa Tanjung Menang, Desa Langkan, Desa Terlangu Kecamatan Banyuasin III,
Desa Limau, Desa Santan Sari Kecamatan Sembawa, Desa Sungai Rengit Murni
Kecamatan Talang Kelapa, Serta Desa Kuala Puntian Kecamatan Tanjung Lago
Kabupaten Banyuasin. Bahan baku juga berasal dari PT Agronusa Bumi Lestari
yang berlokasi di Desa Kuala Puntian Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten
Banyuasin. Bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) yang digunakan dengan

3 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


kapasitas adalah 800-1.000 TBS/hari.
Selain dari kebun di atas, PKS PT Kasih Agro Mandiri juga menerima Tandan
Buah Segar yang berasal dari masyarakat sekitar dengan menggunakan perantara
Supplier TBS/Delivery Order (DO).
1.3.2 Bahan Penolong
Untuk proses pengolahan TBS menjadi CPO diperlukan bahan penolong berupa
air yang diambil dari air permukaan Sungai Sake. Kebutuhan air maksimal dalam
pengolahan 1 ton TBS sebanyak ± 1,375 M3 sehingga air yang dibutuhkan
dengan kapasitas produksi maksimal dalam 1 hari adalah 1,375 M 3/Ton x 24 Jam
x 45 Ton/Jam = 1.485 M³/Hari.
Penggunaan air permukaan dari Sungai Sake telah mendapat izin berdasarkan
Keputusan Kepala DPM-PTSP No. 0526/DPMPTSP.V.XII/2020 tanggal 14
Desember 2020 tentang Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
(SIPPAIR) PT Kasih Agro Mandiri, sumber air permukaan berasal dari Sungai
Sake dengan kordinat Intake Sungai Sake S : 02°50’51,96”, E : 104°20’40,29”.
Air yang diambil dari sungai Sake ditampung dalam waduk dengan kordinat S :
02°50’40,63”, E : 104°20’02,14”.
1.3.3 Bakteri Aerobik dan Anaerobik
Instalasi Pengolahan Limbah Cair di PT Kasih Agro Mandiri terdapat 13 kolam.
Metode yang digunakan dalam Instalasi Pengolahan Limbah Cair tersebut antara
lain Anaerobik, Aerobik, Sedimentasi dan Aerasi.
Bakteri Anaerobic dengan komposisi Bakteri:
1. Biffidobacterium bifidum (± 1 x 1010 CFU/gr)
2. Biffidobacterium longum (± 1 x 1010 CFU/gr)
3. Lactobacillus sp (± 1 x 1010 CFU/gr)
4. Lipolitic bacteria (± 1 x 1010 CFU/gr)
5. Selulolitic bacteria (± 1 x 1010 CFU/gr)
6. Thiobacillus sp (± 1 x 1010 CFU/gr)

Bakteri Aerobic dengan komposisi :


1. Bacillus subtilis (± 1 x 1010 CFU/gr)
2. Nitrosomonas (± 1 x 1010 CFU/gr)
3. Nitro bacter (± 1 x 1010 CFU/gr)
4. Pseudomonas Fluorescens (± 1 x 1010 CFU/gr)
5. Saccharomyces (± 1 x 1010 CFU/gr)
6. Aspergilus niger(± 1 x 1010 CFU/gr)
7. Rhodopseudomonas (± 1 x 1010 CFU/gr)

Sumber bakteri Anaerob dan Aerob yang dikembangkan di kolam limbah PT


Kasih Agro Mandiri berasal dari CV. Anaerob Solusindo yang dibiakkan di
Pontianak Kalimantan Barat.

4 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


1.3.4 Soda Ash dan Caustic Soda
Pada saat awal pembiakan bakteri anaerobik menggunakan Soda Ash dan Caustic
Soda untuk menaikkan pH pada kolam limbah agar mendapatkan pH yang ideal
untuk pembiakan Bakteri Anaerob maupun Bakteri Aerob. Penambahan Soda
Ash dan Caustic Soda dilakukan pada kolam 3 dan kolam 5. Pemberian Soda Ash
dan Caustic Soda fleksibel sesuai dengan pH yang dibutuhkan untuk pembiakan
bakteri, pH yang dibutuhkan berkisar 7 - 8.
Setelah pembiakan bakteri anaerobik berjalan normal untuk pembiakan
selanjutnya dengan menggunakan sirkulasi air kolam anaerobik ke kolam mixing
pond supaya proses pembiakan bakteri dapat berjalan secara terus menerus.
Soda Ash dan Caustic Soda yang digunakan berasal dari Suplier yang berada di
Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan.

1.4 PROSES USAHA


Lokasi kegiatan terletak di Desa Lubuk Lancang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten
Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dengan luas sesuai Izin Lokasi ± 28,6399 ha.
Penggunaan tanah saat ini adalah sebagai tertera dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Penggunaan lahan
No. Rencana Penggunaan Lahan Luas (ha)
1. Areal pabrik dan fasilitas pendukung 14,5000
2. Jalan akses 2,4900
3. Jalur pipa 1,1100
4. Saluran/parit 0,1500
5. Base camp 0,0800
6. Kolam limbah 1,8000
7. Waduk 0,7620
8. Ruang terbuka hijau 7,5000
9. Lain-lain 0,2479
Jumlah 28,6399
Sumber: PT Kasih Agro Mandiri, 2018.

1.4.1 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


1. Penerimaan TBS (Unloading Station)
Tandan buah segar berasal dari kebun sendiri dan perusahaan terafiliasi (satu
group) yang berlokasi di Kabupaten Banyuasin serta dari masyarakat sekitar.
Di stasiun penerimaan, kendaraan pengangkut TBS akan ditimbang
menggunakan Road Weight Bridge berkapasitas 45 Ton untuk menghitung
jumlah TBS yang masuk ke pabrik dengan cara mengurangi berat total
kendaraan bermuatan TBS dengan berat kendaraan kosong. Setelah
penimbangan selesai TBS akan disortir sebelum dimasukkan ke loading ramp.

5 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Untuk selanjutnya dengan menggunakan conveyor TBS masuk ke
perebusan/sterilisasi uap panas masuk merata mengenai buah dengan kapasitas
muat sebesar 45 ton TBS.
2 Perebusan TBS (Sterillization Station)
Proses pertama dilakukan perebusan TBS kelapa sawit dalam sterilizer berupa
bejana uap bertekanan 2.8-3 kg/cm2 selama 90 menit. Perebusan ini berfungsi
untuk menonaktifkan enzim lipase yang berperan menaikkan asam lemak
bebas pada minyak, memudahkan pelepasan brondolan pada tandan, dan
melunakkan buah untuk memudahkan dalam proses pengepresan
Dari proses ini akan dihasilkan air kondensat yang bercampur minyak dan
kotoran TBS lebih kurang 10% dari jumlah air proses yang digunakan.
Selanjutnya air kondensat ini dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).
3 Penebahan TBS (Thresing Station)
Tandan buah segar yang telah direbus diangkat menggunakan housting crane
dan dituang ke dalam theser melalui hopper yang berfungsi menampung TBS
rebusan. Di dalam theser TBS dibanting untuk memisahkan brondolan dari
tandan dengan kecepatan putaran 23-25 rpm.
4 Digestion
Brondolan yang sudah terpipil selanjutnya ditampung oleh fruit elevator dan
dibawa oleh distributing conveyor untuk didistribusikan ke tiap-tiap digester.
Di dalam digester buah dilumat dan diaduk untuk memisahkan antara daging
buah.
5 Pengempaan TBS (Pressing Station)
Di stasiun pengempaan, buah yang tertampung dari stasiun penebahan akan
masuk ke dalam digester selama 15-30 menit pada suhu 85-950C, alat ini
berfungsi untuk melumatkan buah dan memisahkan cangkang dari buah.
Digester berbentuk silinder yang dilengkapi dengan pisau-pisau pengaduk
yang letaknya bertingkat-tingkat sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Pisau paling atas berfungsi untuk melumatkan dan mengaduk buah yang
masuk sampai homogen. Sedangkan pisau paling bawah berfungsi sebagai
pengaduk dan juga untuk mendorong ampas dan cangkang keluar dari digester
untuk diproses lebih lanjut di stasiun pengolahan biji dan inti.
Buah yang telah lumat dan terpisah dari serabut dan cangkang masuk ke alat
kempa/screw press untuk ditekan/dipress agar mengeluarkan minyak, minyak ini
masih berupa minyak mentah.
Screw press berbentuk silinder berlubang-lubang dan di dalamnya terdapat dua
buah ulir yang berputar berlawanan arah untuk menekan dengan tekanan 100-
420 bar sehingga minyak yang terkandung di dalam buah akan keluar. Minyak
yang keluar ditampung dan disaring untuk dipisahkan dari kotoran dan serat
yang terbawa dan dialirkan ke stasiun pemurnian minyak.

6 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


6 Pemurnian Minyak (Clarification Station)
Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan selanjutnya dilakukan
proses pemurnian untuk menghilangkan kandungan airnya semaksimal
mungkin agar minyak tetap segar. Prinsip kerja dari pemurnian minyak adalah
dengan memisahkan minyak dari hasil buangan (sludge) berdasarkan
perbedaan berat jenisnya, kemudian minyak dimurnikan lagi sehingga kotoran
mencapai 0,01% dan kadar air 0,1%.
Minyak dari hasil stasiun pengempaan masuk ke sludge separator yang
bekerja secara sentrifugal dengan letak mesin vertikal terdiri dari bagian yang
diam dan bagian yang berputar berupa tabung dengan putaran 2.000-6.000
rpm.
Di bagian dalam terdapat ulir dengan putaran lebih lambat dari putaran tabung.
Hasil pemisahan dari alat ini adalah minyak dan sludge (hasil buangan).
Minyak masih akan diproses lagi di vacuum dryer untuk menurunkan kadar air
hingga 0,1% dengan cara diuapkan dalam keadaan hampa udara dan
selanjutnya dialirkan ke stasiun penyimpanan, sedangkan sludge dialirkan ke
Fat-pit yaitu kolam penampungan sludge untuk diendapkan.
Sludge masih bisa diambil minyaknya dengan cara menyedot minyak yang
telah terpisah dari kotoran yang mengendap untuk selanjutnya dimurnikan
lagi.
7 Kernel Recovery Station
Dalam pengolahan kelapa sawit, penggunaan kernel sawit dilakukan setelah
proses penyortiran, kemudian perebusan, penebah, serta proses pemurnian
minyak. Setelah beberapa tahapan tersebut, barulah masuk menuju tahapan
proses dari pengolahan biji atau lebih sering pula disebut sebagai Kernel
Station. Pada beberapa tahapan yang sudah disebutkan secara singkat di
bagian atas tadi, khususnya setelah proses pengepresan, maka bahan kelapa
sawit itu pun akan menghasilkan bagian crude oil serta fiber. Untuk bagian
fiber akan masuk pada stasiun kernel.
8 Boiler dan Power Plan
Unit boiler berfungsi untuk menghasilkan energi panas yang dibutuhkan untuk
proses pengolahan dalam bentuk uap panas dan power plant berfungsi untuk
menghasilkan tenaga listrik sebagai tenaga penggerak mesin, alat elektronik,
penerangan dan lainnya.
Kebutuhan listrik untuk keperluan penerangan akan dipasok dari Pembangkit
Litsrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan kapasitas daya listrik yang disesuaikan
dengan kebutuhan. Untuk menunjang kegiatan operasional maka diperlukan
sumber energi pembangkit listrik dari generator (genset), dengan kapasitas dan
jumlah sesuai kebutuhan. Pengadaan tenaga listrik dengan menggunakan
mesin diesel diatur oleh peraturan.

7 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


9Pengangkutan CPO
Hasil dari pabrik pengolahan kelapa sawit berupa CPO. Seluruhnya akan
dibawa ke luar lokasi untuk dijual kepada pihak lain atau diproses di unit
usaha lain. Untuk itu akan ada pengangkutan CPO dari pabrik menuju
konsumen. Lokasi sasaran atau rencana pemasaran CPO adalah kota
Palembang.
Dengan demikian, CPO akan diangkut dengan menggunakan mobil tanki dari
pabrik yang berada di Desa Lubuk Lancang, Kabupaten Banyuasin menuju
kota Palembang dengan rute yang dilalui adalah dari lokasi menuju Palembang
melalui jalan Nasional Palembang – Jambi.
Gambar 1 menyajikan alur TBS diproses di pabrik pengolahan kelapa sawit
dan selanjutnya Gambar 2 dan Gambar 3 ini menyajikan tentang skema proses
dan neraca bahan dari pabrik pengolahan kelapa sawit dan selanjutnya disajikan
pula neraca material pabrik.

Gambar 1.1. Skema alur operasional Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit PT. Kasih Agro
Mandiri

8 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Tandan Buah Segar STASIUN PENERIMAAN :
Penimbangan Sortir
Loading ke Lori

STASIUN PEREBUSAN :
Sterilisasi
Ketel

Air kondensat

STASIUN PENEBAHAN :
Pemisahan tandan dengan buah
Thesher

Tandan kosong

STASIUN PENGEMPAAN :
Pelumatan dan pemerasan Digester
Screw press

Minyak kasar Biji dan ampas

STASIUN PEMURIAN MINYAK : STASIUN PENGOLAHAN BIJI DAN INTI :


Penyaringan, Pengendapan Pemurnian dan Pengeringan Pemisahan ampas, Pemecahan cangkang dan Pengeringan

Sludge Seperator Depericarper


Fat pit
Vacum dryer Sil Nut Cracker

Sludge
Cangkang dan ampas
PENYIMPANAN

PENYIMPANAN

Gambar 1.2. Skema Garis Besar Komponen Rencana Kegiatan Pabrik PKS
PT. Kasih Agro Mandiri

9 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


TBS 100% Perebusan

Penguapan 1,5%

Air kondensat 10%


Tandan rebus 88,5%

Penebahan

Tandan kososng 21,5%

Buah rebus 67%


Pengempaan

Minyak 43,5% Cangkang berisi


Pemurnian minyak 2 inti%
Pengolahan biji dan

Sludge 4,1 Air kondensat 16,9% Cangkang kososng 5,6%


% Serat 11,5%

CPO murni 22,5% Air kondensat 1,4%

Kernel 5%

Fat-pit
Unit IPAL

Gambar 1.3. Neraca Material (Material Balance) Pabrik PKS


PT. Kasih Agro Mandiri

1.4.2. Neraca Air


1. Sumber Air
Keputusan Kepala DPM-PTSP No. 0526/DPMPTSP.V.XII/2020 tanggal 14
Desember 2020 tentang Surat Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Permukaan (SIPPAIR) PT Kasih Agro Mandiri, sumber air permukaan berasal
dari Sungai Sake dengan kordinat Intake Sungai Sake S : 02° 50’ 51,96”, E :
104° 20’ 40,29”. Air yang diambil dari sungai Sake ditampung dalam waduk
dengan kordinat S : 02° 50’ 40,63”, E : 104° 20’ 02,14”.
2. Kapasitas Air Baku
Berdasarkan Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan (SIPPAIR)
PT Kasih Agro Mandiri berdasarkan Keputusan Kepala DPM-PTSP Provinsi
Sumatera Selatan Nomor 0526/DPMPTSP.V.XII/2020 tanggal 14 Desember
2020 kapasitas penggunaan air permukaan sebesar 1.485 m³/Hari.
Air permukaan di ambil dari intake sungai sake yang berada pada kordinat
S : 02° 50’ 51,96”, E : 104° 20’ 40,29” dilanjutkan ke penyimpanan berupa

10 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


waduk dengan kordinat S : 02° 50’ 40,63”, E : 104° 20’ 02,14”. Kapasitas
waduk PKS PT. Kasih Agro Mandiri dengan dimensi Panjang 100 m x Lebar
72 m x Kedalaman 6 m, maka total volume 43.200 m³. Neraca penggunaan air
di PKS PT Kasih Agro Mandiri dapat dilihat Pada Tabel berikut.

Pabrik IPAL
1.272 m³

Outlet Sungai Sake


Kantor 15,4 m³

Sungai Sake
1.485 m³ Perumahan 7,425 m³
Reservoir Pengendapan

Penyiraman Lahan Hijauan 0,021 m³


Outlet

Hydrant 190 m³

Gambar 1.4. Diagram Neraca Penggunaan Air Pabrik

Tabel 1.3. Neraca Air PT Kasih Agro Mandiri.


Penggunaan Air Air yang di recycle
Fasilitas
(m3/bulan) (m3/bulan)
- Proses Produksi 38.160 -
- Perumahan (50 K) 222,75 -
- Kantor 462 -
- Penyiraman Lahan 0,63 -
Hijau
- Hydrant 5.700 -
Jumlah 44.545,38 -

3. Sumber Limbah Cair


Limbah yang dihasilkan oleh PT Kasih Agro Mandiri Berasal dari aktifitas
penggunaan air dan aktifitas pengolahan TBS menjadi Minyak Kelapa Sawit
(CPO). Limbah cair yang dihasilkan dari aktifitas penggunaan air yang utama
adalah hasil dari pengolahan TBS menjadi CPO, yaitu melalui proses yang
berlangsung pada Continous Settling Tank, Sand Trap Tank, Crude Oil Tank,
Heavy Phase dan Sand Cyclone.

11 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Gambar 1.5. Diagram Neraca Air Limbah

4. Karakteristik Air Limbah


Proses pengolahan kelapa sawit PKS PT Kasih Agro Mandiri menghasilkan
limbah cair. Sebagaimana limbah industri pertanian lainnya, limbah cair
kelapa sawit pun mempunyai kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya
bahan organik tersebutmengakibatkan beban pencemaran yang semakin besar,
karena diperlukan degradasi bahan organis yang lebih besar. Limbah cair
kelapa sawit mengandung padatan melayang dan terlarut maupun emulsi
minyak dalam air. Apabila limbah tersebut langsung di buang ke badan air
maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan, mengonsumsi
oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan bau, dan dapat
merusak daerah pembiakan ikan.
Setelah melalui serangkaian proses pengolahan air limbah di 13 kolam IPAL,
maka sebelum air limbah dibuang ke sungai dilakukan uji kualitas air limbah
untuk memastikan air limbah yang akan dibuang telah memenuhi Baku Mutu
sesuai denganPeraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 08 Tahun 2012
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit,
Domestik dan Pertambangan Batubara. Adapun karakteristik air limbah yang
akan diuji pada industri pengolahan minyak sawit PT KAM sebagai berikut:

12 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Tabel 1.4. Baku Mutu Limbah Cair PKS PT Kasih Agro Mandiri
Hasil Analisa
No Parameter yang diuji Satuan BML Keterangan
April Mei Juni
1 pH Unit 7,4 7,9 6,80 6-9 MS
2 BOD mg/L 39,9 83,4 78,7 100 MS
3 COD mg/L 106 308 251 350 MS
4 TSS mg/L 65,6 67,0 20,0 250 MS
5 N-Total mg/L 12,6 27,5 29,0 50 MS
6 Minyak dan Lemak mg/L 1,70 3,50 2,90 25 MS
Sumber : Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 08 Tahun 2012
Keterangan : MS : Memenuhi syarat

1.4.3. Debit Air Limbah


Limbah cair pabrik kelapa sawit yang dikenal dengan istilah POME (Palm Oil
Mill Effluent) mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi. Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) PKS PT Kasih Agro Mandiri terdiri darikolam
Colling Pond, Mixing Pond, Anaerobic Pond, Aerobic Pond, Sediment Pond, dan
Aerasi Pond (Lumpur Aktif).
Kapasitas Produksi maksimal PT. Kasih Agro Mandiri 45 Ton TBS/Jam dengan
jam kerja 24 Jam/Hari. Rendemen rata-rata produksi CPO PKS PT Kasih Agro
Mandiri adalah 21,25% sehingga perkiraan debit air limbah yang akan dibuang
sebesar 21,25% x 45 Ton/Jam x 24 Jam/Hari x 2,5 M 3/Ton = 573,75 M3/Hari.
Kapasitas Volume Kolam yang tersedia pada Instalasi Pengolahan Limbah Cair
PKS PT. Kasih Agro Mandiri sebagai tempat penampungan Limbah Cair terdiri
dari 13 kolam yang dapat menampung Limbah Cair total sebesar 132.246 m³.
Berdasarkan kapasitas kolam Instalasi Pengolahan Limbah Cair PKS PT. Kasih
Agro Mandiri limbah yang dihasilkan hingga di alirkan ke badan sungai mengalami
proses pengolahan limbah selama 230 hari. Adapun debit limbah yang dihasikan
PT. Kasih Agro Mandiri disajikan dalam tabel berikut.

13 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Tabel 1.5. Debit air limbah bulan April-Juni 2021
APRIL (M3) MEI (M3) JUNI (M3)
TGL
Inlet Outlet Inlet Outlet Inlet Outlet
1 0 0 253,696 158,56 283,601 177,251
2 0 0 252,753 157,971 318,922 199,326
3 0 0 394,56 246,6 398,676 249,173
4 0 0 413,404 258,377 425,093 265,683
5 0 0 389,472 243,42 382,572 239,108
6 0 0 382,266 238,917 0 0
7 0 0 344,011 215,007 417,607 261,005
8 0 0 337,522 210,951 446,922 279,326
9 0 0 194,994 121,871 321,75 201,094
10 0 0 135,002 84,3763 295,486 184,679
11 0 0 0 0 280,711 175,445
12 0 0 0 0 259,352 162,095
13 0 0 0 0 229,802 143,627
14 0 0 0 0 423,104 264,44
15 0 0 0 0 291,086 181,929
16 0 0 0 0 321,053 200,658
17 0 0 119,246 74,529 436,9 273,063
18 0 0 349,704 218,565 451,506 282,192
19 442,992 276,87 438,451 274,032 223,346 139,591
20 369,365 230,853 464,912 290,57 246,103 153,815
21 356,789 222,993 476,194 297,621 314,026 196,266
22 317,05 198,156 449,684 281,053 296,866 185,541
23 271,228 169,517 239,069 149,418 296,516 185,323
24 221,462 138,414 453,03 283,144 276,486 172,804
25 221,306 138,316 363,452 227,158 309,677 193,548
26 445,087 278,18 344,417 215,261 261,84 163,65
27 379,633 237,271 375,469 234,668 182,056 113,785
28 325,65 203,531 345,145 215,716 373,374 233,359
29 288,156 180,098 353,434 220,896 378,81 236,756
30 271,841 169,901 270,16 168,85 360,203 225,127
31 0 0 407,412 254,633 0 0
TOTAL 3.911 2.444 8.547 5.342 9.503 5.940
Sumber : Flowmeter PKS PT. Kasih Agro Mandiri

1.4.4. Instalasi Pengolahan Air Limbah


1. Dasar-dasar Pengolahan
Limbah yang dihasilkan oleh PKS PT Kasih Agro Mandiri berupa limbah
padat dan limbah cair. Limbah padat berupa cangkang, janjangan kosong,
serabut, solid dan kerak boiler sedangkan limbah cair berupa air limbah.
Limbah padat yang dihasilkan oleh PMKS semuanya dimanfaatkan
diantaranya, cangkang dan serabut digunakan sebagai bahan bakar boiler,
janjangan kosong dibawa

14 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


kelahan sebagai pupuk organik, kerak boiler dimanfaatkan untuk pelapis jalan
dan solid dimanfaatkan sebagai pupuk. Limbah cair yang dihasilkan oleh PKS
PT Kasih Agro Mandiri bersumber dari Continous Settling Tank, Sand Trap
Tank, Crude Oil Tank, Heavy Phase dan Sand Cyclone. Limbah cair ini
kesemuanya ditampung dan diolah di Instalasi Pengolahan Limbah cair.
Mekanisme Perombakan Limbah merupakan perombakan bahan organik
limbah cair dapat dilakukan melalui reaksi kimia dan dapat pula melalui reaksi
biokimia. Reaksi Kimia yang terdiri dari bahan organik dapat dirombak
melalui reaksi oksidasi dengan bahan kimiaseperti KmnO4. Reaksi ini dapat
terjadi jika terdapat katalisator oksida dalam air limbah. Reaksi ini umumnya
berjalan lambat, karena tidak seluruhnya karbohidrat dapat di oksidasi.
Penerapan oksidasi pada bahan organik dianggap dapat menimbulkan efek
samping yang membahayakan terhadap pemakai air. Reaksi Biokimia terjadi
billa perombakan organik menjadi senyawa sederhanna dengan bantuan
mikroba. Reaksi perombakan ini terjadi dengan dua cara yaitu secara
anaerobik dan secara aerobik.
2. Pengolahan Air Limbah Cair (IPLC)
Pembangunan kolam limbah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
PKS PT Kasih Agro Mandiri sebanyak 13 kolam limbah dengan kapasitas
volume Limbah Cair yang dapat ditampung sebesar 132.246 m³. Spesifikasi
kapasitas dan jenis kolam sebagai berikut:
Tabel 1.6. Spesifikasi dan Kapasitas Kolam Limbah
No Kolam Dimensi (PxLxD) Volume (mt)
1 Cooling Pond 1 25x15x3 1.125
2 Cooling Pond 2 25x15x3 1.125
3 Mixing Pond 90x36x6 19.440
4 Anaerobik Pond 1 90x36x6 19.440
5 Anaerobik Pond 2 90x36x6 19.440
6 Anaerobik Pond 3 80x36x5 14.400
7 Aerobik Pond 1 80x36x5 14.400
8 Aerobik Pond 2 80x36x5 14.400
9 Sediment Pond 1 80x36x5 14.400
10 Sediment Pond 2 50x30x5 7.500
11 Aerasi Pond 1 (Kolam Lumpur Aktif) 40x30x3,5 4.200
12 Aerasi Pond 2 27x11x4 1.188
13 Aerasi Pond 3 27x11x4 1.188
Total 132.246

15 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah


Gambar. 1.6 Layout IPAL
 Kolam pendingin (Cooling Ponds)
Air limbah yang dihasilkan dari produksi di pabrik minyak kelapa sawit
mempunyai kisaran BOD 25000 ppm. Pengolahan Limbah Cair dimaksudkan
agar kandungan zat-zat yang merupakan bahan pencemar berkurang dan
memenuhi bahan mutu limbahcair yang dipersyaratkan. Air limbah dari Oil
Cather dialirkan menuju cooling Pond. Kolam pendingin (Cooling Pond)
bertujuan untuk mendinginkan (menurunkan suhu) limbah cair. Proses ini
dilakukan agar menghasilkan suhu yang sesuai untuk proses anaerobic.
Pendinginan bertujuan untuk mendukung kehidupan bakteri anaerobic pada
kolam berikutnya karena suhu diupayakan menjadi 35-40° C yang
dibutuhkan untuk pembiakan bakteri.

Gambar 1.7. Kolam Cooling Pond I


Dimensi kolam Panjang 25 m x Lebar 15 m x Dalam 3 m
Volume kolam pendingin pada kolam satu sebesar 1.125 M³,
S : 02° 50’ 36,18”, E : 104° 20’ 01,22”

Gambar 1.8. Kolam Cooling Pond II


Dimensi kolam Panjang 25 m x Lebar 15 m x Dalam 3 m
Volume kolam pendingin pada kolam satu sebesar 1.125 M³
S : 02° 50’ 35,96”, E : 104° 20’ 01,74”
 Kolam Mixing (Mixing Pond)
Kolam Mixing (Mixing Pond) Air limbah mengalami asidifikasi, sehingga
air limbah yang mengandung bahan organik lebih mudah mengalami
biodegradasi dalam suasana anaerobic. Setelah hidrolisis sempurna, pH air
limbah di netralkan (pH 7,0-7,5), dan kemudian diteruskan pada tempat
pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogeny.
Pencampuran dilakukan agar limbah dapat tercampur dengan bakteri yang
berfungsi untuk mengurai kandungan minyak dalam limbah.

17 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Gambar 1.9. Kolam Mixing Pond
Dimensi kolam Panjang 90 m x Lebar 36 m x Dalam 6 m
Volume Mixing Pond sebesar 19.440 m³
S : 02° 50’ 35,96”, E : 104° 20’ 02,13”
 Kolam Anaerobik (Anaerobic Ponds)
Kolam Anaerobik (Anaerobic Ponds) terdiri atas tiga macam kolam
anaerobik. Di dalam kolam ini terjadi proses pemecahan bahan organic
limbah cair tersebut oleh mikroba yang berasal dari kolam pembiakan
menjadi senyawa asam-asam organik yang lebih sederhana, yang
selanjutnya menjadi metan, karbon dioksida dan bahan gas hydrogen
(bahan organic CH+CO+H+O+enegri). Efisiensi perombakan sekitar 90%.
Dalam pengunaannya bakteri metan bercampur dengan organic sehingga
menghasilkan bahan yang tidak larut berupa lumpur (sludge) yang
mengendap di dasar kolam yang terus di keruk secara berkala setiap tiga
bulan. Anaerobic pond tujuannya adalah untuk penguraian senyawa-
senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa sederhana yang dilakukan
oleh bakteri. Proses ini ditandai dengan terbentuknya gelembung gas
methane dan CO2 sebagai hasil dan proses fermentasi secara anaerob.
Kolam ini juga merupakan tempat pembiakan bakteri awal.

Gambar 1.10. Kolam Anaerobik Pond 1


Dimensi kolam Panjang 90 m x Lebar 36 m x Dalam 6
m
Volume Anaerobic Pond 1 sebesar 19.440 m³
S : 02° 50’ 34,04”, E : 104° 20’ 01,09”

Kolam Anaerobik Pond 1 air limbah dialirkan ke kolam Anaerobik Pond 2


melalui pipa overflow. Pada kolam Anaerobik Pond 2 ini sirkulasi limbah
dilakukan ke kolam Mixing Pond untuk menjaga kandungan pH yang
dibutuhkan.

18 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Gambar 1.11. Kolam Anaerobik Pond 2
Dimensi kolam Panjang 90 m x Lebar 36 m x Dalam 6
m
Volume Anaerobic Pond 2 sebesar 19.440 m³
S : 02° 50’ 33,63”, E : 104° 20’ 02’95”,

Dari Kolam Anaerobik Pond 2 air limbah dialirkan ke kolam Anaerobik


Pond 3 melalui pipaoverflow. Pada kolam Anaerobik Pond 3 ini diharapkan
terjadi proses penguraian lebih efektif.

Gambar 1.12. Kolam Anaerobik Pond 3


Dimensi kolam Panjang 80 m x Lebar 36 m x Dalam 5
m
Volume Anaerobic Pond 3 sebesar 14.400 m³
S : 02° 50’ 34,92”, E : 104° 20’ 40,89”

Dari Kolam Anaerobik Pond 3 air limbah dialirkan ke kolam Aerobik Pond
1 melalui pipa overflow. Kolam Anaerobic pond 3 tidak ada perlakuan yang
dilakukan pada kolam tersebut, karena kolam ini bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas penguraian yang lebih.
 Kolam Aerobik (Aerobic Pond)
Kolam Aerobik (Aerobic Pond) terjadi proses perombakan lanjut asam-
asam organik sederhana yang belum terurai didalam kolam anaerobic,
didalam kolam ini mengevaporasi asam-asam organik yang mudah
menguap dan menonaktifkan bakteri anaerob serta menambah oksigen.
Reaksi aerobik atau disebut fermentasi aerobik menggunakan oksigen yang
berasal dari udara yang dipompakan ke dalam cairan pemberian oksigen
dilakukan dengancara Difusse, yaitu menginjeksikan udara dalam cairan
dalam bentuk gelembung halus yang kemudian oksigen melarut dalam
cairan dengan menggunakan aerator. Di kolam aerasi ini dilengkapi surface
aerator.

19 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Gambar 1.13. Kolam Aerobik Pond 1
Dimensi kolam Panjang 80 m x Lebar 36 m x Dalam 5 m
Volume Anaerobic Pond 4 sebesar 14.400 m³
S : 02° 50’ 33,75”, E : 104° 20’ 04,16”

Dari Kolam Aerobik Pond 1 air limbah dialirkan ke kolam Aerobik Pond 2
melalui pipa overflow. Kolam Aerobic pond 2 proses bertujuan untuk
mengurangi jumlah kandungan bahan aktif yang tersuspensi dan
mengubahnya menjadi bentuk padatan yang diendapkan oleh flokulasi
mikroorganisme. Pada kolam ini penguraian terjadi secara aerob yaitu
proses

yang berlangsung dengan membutuhkan oksigen.


Gambar 1.14. Kolam Aerobik Pond 2
Dimensi kolam Panjang 80 m x Lebar 36 m x Dalam 5
m Volume Anaerobic Pond 5 sebesar 14.400 m³
S : 02° 50’ 33,75”, E : 104° 20’ 04,16”

 Kolam Sediment (Sedimen Pond)


Kolam sedimen (pengendapan) berfungsi untuk memisahkan cairan dari
lumpur yang mengalir sacara kontinyu dari kolam aerob. Waktu penahanan
hidrolis selama 4 hari dan apabila di rasakan masih kurang maka proses
pengendapan yang ke dua dapat dilakukan pada kolam aerasi. Penggunaan
dolomit diaplikasikan pada kolam ini sehingga warna air limbah bisa
menjadi lebih jernih.

Gambar 1.15. Kolam Sediment Pond 1


Dimensi kolam Panjang 80 m x Lebar 36 m x Dalam 5 m

20 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Volume Sediment Pond 1 sebesar 14.400 m³
S : 02° 50’ 31,85”, E : 104° 20’ 06,38”

Pada kolam 9 Sediment Pond I ini terdapat pompa sirkulasi dengan 6 spray
dimana air limbah berasal dari kolam itu sendiri, yang diharapkan dapat
membunuh bakteri anerob. Proses ini merupakan tahap awal untuk
mengurangi perkembang biakan bakteri anaerob. Dari Kolam Sediment
Pond 1 air limbah dialirkan ke kolam Sediment Pond 2 melalui pipa
overflow.

Gambar 1.16. Kolam Sediment Pond 2


Dimensi kolam Panjang 50 m x Lebar 30 m x Dalam 5 m
Volume Sediment Pond 2 sebesar 7.500 m³
S : 02° 50’ 33,31”, E : 104° 20’ 07,19”

Pada kolam 10 Sediment Pond II ini terdapat pompa sirkulasi dengan 9


spray dimana air limbah berasal dari kolam itu sendiri, yang diharapkan
dapat lebih efektif membunuh bakteri anerob. Proses ini merupakan tahap
awal untuk mengurangi perkembang biakan bakteri anaerob. Dari Kolam
Sediment Pond II air limbah dialirkan ke kolam Aerasi Pond I melalui pipa
overflow.
 Kolam Aerasi (Aerasi Pond)
Dalan kolam aerasi ini oksigen dipasok untuk membantu bakteri melakukan
respirasi sehingga cepat melakukan penguraian limbah cair buangan
industri kelapa sawit. Limbah cair yang nantinya akan dibuang, sudah
sewajibnya tidak berdampak pada pencemaran lingkungan. Untuk
mengukur atau mengontrol kadar buangan limbah cair tersebut adalah
angka Biological Oxygen Demand (BOD) dibawah baku mutu limbah cair
yang dibuang ke badan air.

Gambar 1.17. Aerasi Pond 1 (kolam lumpur aktif)


Dimensi kolam Panjang 40 m x Lebar 30 m x Dalam 3,5 m
Volume Aerasi Pond I (kolam lumpur aktif) sebesar 4.200 m³
S : 02° 50’ 33,31”, E : 104° 20’ 07,52”

Pada kolam 11 Aerasi Pond I ini tedapat perlakuan lumpur aktif. Lumpur
21 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air
aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi.

22 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang
mengoksidasi material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel
biomassa baru. Proses ini menggunakan udara yang disalurkan melalui
pompa blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba
membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan. Kemampuan
bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air
limbah. Penerapan teknologi ini dengan tujuan dapat menghilangkan
limbah organik sederhana dan mudah terurai, organik kompleks seperti
warna dan bau. Proses ini juga bertujuan untuk mengilangkan logam berat
pada limbah cair.
Pada kolam Aerasi Pond I ini juga ditambahkan Jet Aerator sebanyak 5 unit
dirangkai diatas drum pelampung. Jet Aerator ini berfungsi untuk
menambahkan kandungan oksigen di dalam limbah cair sehingga air
tersebut baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang hidup
didalam air. Limbah cair pada kolam Aerasi Pond I ini dialirkan ke kolam
Aerasi Pond 2 melalui pipa Over Flow.

Gambar 1.18. Kolam Aerasi Pond 2


Dimensi kolam Panjang 27 m x Lebar 11 m x Dalam 4 m
Volume Sediment Pond II sebesar 1.188 m³
S : 02° 50’ 30,33”, E : 104° 20’ 07,15”

Pada kolam 12 Aerasi Pond II ini juga ditambahkan Jet Aerator sebanyak 1
unit yang berfungsi untuk memberikan kandungan oksigen di dalam limbah
cair sehingga air tersebut baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme
yang hidup didalam air. Limbah cair pada kolam Aerasi Pond II ini
dialirkan ke kolam Aerasi Pond III melalui pipa Over Flow.

Gambar 1.18. Kolam Aerasi Pond III


Dimensi kolam Panjang 27 m x Lebar 11 m x Dalam 4 m
Volume Aerasi Pond III sebesar 1.188 m³
S : 02° 50’ 29,76”, E : 104° 20’ 06,80”

Pada kolam 13 Aerasi Pond II ini tidak adanya penambahan perlakuan.


Pada kolam Aerasi Pond III ini memanfaatkan ikan sebagai media

23 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


pengujian air limbah.

24 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


BAB II
PEMANTAUAN RONA LINGKUNGAN AWAL

Rona lingkungan hidup merupakan gambaran tentang keadaan lingkungan dari


lokasi rencana kegiatan yang akan dibangun. Rona lingkungan penting dikaji untuk mengukur
perubahan yang akan terjadi akibat rangkaian kegiatan pembangunan pabrik pengolahan
kelapa sawit.
Dalam lingkup rona lingkungan tidak semua komponen lingkungan akan dikaji
secara rinci, kecuali terhadap komponen lingkungan yang diduga mengalami perubahan dan
akan menyebabkan dampak terhadap komponen lingkungan lainnya. Rona lingkungan yang
akan dikaji meliputi lingkungan fisik-kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial ekonomi
dan sosial budaya serta kesehatan masyarakat.
2.1 Iklim
Iklim adalah rata-rata cuaca dimana cuaca merupakan keadaan atmosfer pada suatu saat
di waktu tertentu. Iklim didefinisikan sebagai ukuran rata-rata dan variabilitas kuantitas
yang relevan dari variabel tertentu (seperti temperatur, curah hujan atau angin), pada
periode waktu tertentu, yang merentang dari bulanan hingga tahunan atau jutaan tahun.
Iklim berubah secara terus menerus karena interaksi antara komponen-komponennya
dan faktor eksternal seperti erupsi vulkanik, variasi sinar matahari, dan faktor-faktor
disebabkan oleh kegiatan manusia seperti misalnya perubahan pengunaan lahan dan
penggunaan bahan bakar fosil.
Perubahan iklim sebagai perubahan iklim yang disebabkan baik secara langsung atau
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga mengubah kompoisi dari atmosfer
global dan variabilitas iklim alami pada perioda waktu yang dapat diperbandingkan.
Komposisi atmosfer global yang dimaksud adalah komposisi material atmosfer bumi
berupa Gas Rumah Kaca (GRK) yang di antaranya, terdiri dari Karbon Dioksida,
Metana, Nitrogen, dan sebagainya.
Pada dasarnya, Gas Rumah Kaca dibutuhkan untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Akan
tetapi, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan
atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah
panas bumi yang terperangkap di atmosfer bumi semakin banyak, sehingga
mengakibatkan peningkatan suhu bumi, yang disebut dengan pemanasan global.Lokasi
kegiatan rencana pembangunan pabrik secara administratif berada di Kecamatan Suak
Tape, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan tipe iklim di
Sumatera Selatan umumnya dan Kabupaten Banyuasin khususnya, wilayah ini
termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan iklim tropis digambarkan
oleh beberapa ahli termasuk iklim Afa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.
 Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1950.
 Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan dua bulan kering),
menurut Oldeman 1979.

25 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


2.1.1. Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu
yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah
horizontal yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun
evaporasi.Definisi curah hujan atau yang sering disebut presipitasi dapat
diartikan jumlah air hujan yang turun di daerah tertentu dalam satuan waktu
tertentu. Jumlah curah hujan merupakan volume air yang terkumpul di
permukaan bidang datar dalam suatu periode tertentu (harian, mingguan,
bulanan, atau tahunan). Data pemantauan curah hujan dilakukan oleh
Laboratorium PKS PT Kasih Agro Mandiri periode Januari-Juni 2021. Data
pemantauan curah hujan ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Curah hujan selama 6 bulan terakhir.
BULAN (M3)
TANGGAL
JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
1 4,0 13,0 - 0,0 0,0 0,0
2 2,0 10,0 1,0 0,0 49,7 0,0
3 - 6,0 - 0,0 0,0 0,0
4 - - - 0,0 0,0 0,0
5 0,5 - - 0,0 0,0 0,0
6 1,5 - 86,5 5,0 0,0 0,0
7 - - - 13,0 0,0 18,0
8 0,5 - 0,5 0,0 5,0 0,0
9 8,0 - 0,8 0,0 6,0 0,0
10 - 4,0 - 7,5 0,0 0,0
11 5 2,5 6,3 47,0 0,0 0,0
12 6 33,0 15 0,0 0,0 6,5
13 3 - - 0,0 1,0 0,0
14 - 3,0 - 16,0 2,0 11,0
15 - 1,0 - 0,0 4,0 0,0
16 - - - 12,0 9,0 0,0
17 136 37 7,0 7,0 9,0 0,0
18 6,5 13 48,0 0,0 0,0 51,0
19 - - 0,5 0,0 0,0 0,0
20 - - 5,0 0,0 0,0 0,0
21 - - - 0,0 0,0 0,0
22 - - 10,0 0,0 0,0 0,0
23 - 6,0 30,0 18,6 0,0 5,5
24 2,0 - 136,0 0,0 0,0 0,0
25 1,0 42,0 - 0,0 3,8 0,0
26 21,0 - 33,0 4,50 0,5 9,5
27 8,0 - 0,2 0,0 0,5 8,0
28 - - 1,5 0,0 28,0 0,0
29 - - 0,0 0,0 1,5
30 19,5 - 0,0 0,5 0,0
31 - 30,5 18,0
Total 224,5 170,5 411,8 130,6 137,0 111,0
Sumber : Data pemantauan Laboratorium PKS PT. Kasih Agro
Mandiri

26 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Jumlah curah hujan rata-rata bulanan yang tercatat adalah 197,6 mm/bulan
dengan jumlah rata-rata hari hujan 13 hari/bulan. Curah hujan bulanan terjadi
pada bulan Maret sebesar 411,8 mm/bulan dan curah hujan minimum terjadi
pada bulan April sebesar 130,6 mm/bulan. Curah hujan harian maksimum terjadi
pada tanggal 17 Januari dan 24 Maret sebesar 136,0 mm/hari dan curah hujan
minimum pada tanggal 27 Maret sebesar 0,2 mm/hari Data curah hujan di
daerah kegiatan diambil dari alat penakar curah hujan sederhana PKS PT.
Kasih Agro Mandiri.
Tabel 2.2 Data Jumlah Hari Hujan, Jumlah Curah Hujan tahun 2019 dan 2020
Kab. Banyuasin.
Jumlah Hari Hujan (hari) Jumlah Curah Hujan (mm)
Bulan
2020 2019 2020 2019
Januari 25 27 114,1 109,1
Februari 22 20 298,5 307,4
Maret 18 25 367,9 484,6
April 24 20 396,5 349,5
Mei 20 15 264,7 166,9
Juni 19 15 133 119,8
Juli 16 7 73,4 96
Agustus 10 2 48,6 0,5
September 13 3 136,3 14,9
Oktober 18 5 251,1 75,9
November 24 9 333,6 67,7
Desember 18 27 228 242,2
Total 227,0 175,0 2645,7 2034,5
Rata-rata 18,9 14,6 220,5 169,5
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin (https://banyuasinkab.bps.go.id)

Data data pemantauan unsur iklim Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin periode
2019-2020. Variabel Jumlah hari hujan rata-rata pada tahun 2020 sebesar 18,9
hari dan 2019 sebesar 14,6 hari, hari hujan maksimum pada bulan Januari dan
Desember 2019, hari hujan minimum pada bulan Agustus 2019. Variabel
Jumlah curah hujan rata-rata pada tahun 2020 sebesar 220 mm/tahun dan 2019
sebesar169,5 mm/tahun, curah hujan maksimum pada tahun 2020 sebesar
2645,7 mm/tahun dan 2019 sebesar 2034,5 mm/tahun, curah hujan maksimum
pada bulan Maret 2019 484,6 mm/bulan, curah hujan minimum pada bulan
Agustus 2019 0,5 mm/bulan.

27 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


2.1.2. Suhu Udara
suhu adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Suhu udara tertinggi di muka
bumi merupakan daerah tropis dan makin ke kutub akan semakin dingin.
Pengukuran suhu dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan
Fahrenheit (F).
Suhu udara sangat berperan dalam penguapan air dan juga kemampuan
menahan air di udara serta proses kimia di udara. Semakin tinggi suhu udara,
semakin tinggi tingkat penguapan air, semakin tinggi uap air yang ditahan di
udara dan semakin cepat reaksi kimia. Semakin rendah suhu udara,
kemampuan menahan uap air juga menurun. Hal ini menyebabkan udara
menjadi jenuh uap air. Pada saat udara mencapai batas maksimum uap air,
kondensasi pengembunan mulai terjadi dan hujan mulai turun.
Data pemantauan curah hujan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten
Banyuasin. Data pemantauan Suhu Udara ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 2.3 Data statistik Suhu Udara tahun 2019 dan 2020 Kab. Banyuasin.
Suhu (Celsius)
Bulan Minimum Rata-rata Maksimum
2020 2019 2020 2019 2020 2019
Januari 27,27 27,28 23 23,2 33,2 32,48
Februari 27,21 27 23 23,2 33,4 32,15
Maret 27,83 27,39 22,4 22,1 34,8 33,2
April 27,56 27,82 22,8 22,8 34,8 33,32
Mei 28,3 28,27 22,8 24,2 34,6 33,33
Juni 27,59 27,89 22 23 34,4 32,53
Juli 27,26 27,7 23,2 23 34,6 33,06
Agustus 28,26 27,76 23 22,4 36,8 33,75
September 27,7 28,12 22,6 22 36 34,72
Oktober 27,6 28,8 21,6 22,8 34,6 36,5
November 27,6 28,7 22,8 23,6 35,4 37,4
Desember 27,1 27,1 22 22,4 34,4 35,4
Total 331,28 333,83 271,2 274,7 417 407,84
Rata-rata 27,61 27,82 22,6 22,89 34,75 33,99
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin (https://banyuasinkab.bps.go.id)

Data data pemantauan Variabel Suhu Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin
periode 2019-2020. Variabel suhu matahari minimum pada tahun 2020 dan 2019
pada bulan Desember sebesar 27,1 °C, variabel suhu maksimum pada tahun
2020 dan 2019 sebesar 37,4 °C pada bulan November 2019, suhu rata-rata
pada
tahun 2020 sebesar 22,6 °C dan 2019 sebesar 22,89 °C.

2.1.3. Kecepatan Angin Kelembapan dan Tekanan Udara


Adalah satuan yang mengukur kecepatan aliran udara dari tekanan tinggi ke
tekanan rendah dan diukur dengan menggunakan anemometer atau dapat
diklasifikasikan dengan menggunakan skala Beaufort yang didasarkan pada
pengamatan pengaruh spesifik dari kecepatan angin tertentu. Pengukuran suhu

28 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


dinyatakan dalam skala meter/detik.
Kelembaban adalah konsentrasi kandungan dari uap air yang ada di udara. Uap
air yang terdapat dalam atmosfer bisa berubah wujud menjadi cair atau padat,
yang pada akhirnya jatuh ke bumi yang dikenal sebagai hujan. Angka
konsentrasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban
spesifik atau kelembaban relatif. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara
berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat
permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi
0,5% pada 0 °C (32 °F).
Tekanan udara adalah tekanan yang ada pada suatu lokasi yang disebabkan
oleh berat dari udara yang ditarik oleh gravitasi ke permukaan bumi. Artinya,
semakin banyak udara yang ada di suatu wilayah, maka semakin tinggi pula
tekanan atmosfer. Umumnya, tekanan udara ini dihitung dengan menggunakan
barometer yang menggunakan kolom merkuri untuk menentukan tekanan
udara di suatu lokasi. Seiring dengan naik-turunnya tekanan, kolom merkuri
tersebut juga akan berubah-ubah ketinggiannya. Satuan yang kerap digunakan
oleh para meteorologist untuk menghitung tekanan udara adalah Bar. Namun,
dalam kegiatan sehari-hari, umumnya ukuran yang digunakan adalah mb atau
milibar.
Data pemantauan kecepatan angin, kelembapan dan tekanan udara dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin. Data pemantauan Suhu
Udara ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 2.4 Data statistik Kecepatan Angin, Kelembapan dan Tekanan Udara
tahun 2019 dan 2020 Kab. Banyuasin.
Kec. Angin (m/det) Kelembapan (%) Tekanan Udara (mb)
Bulan
2020 2019 2020 2019 2020 2019
Januari 4,02 4,4 57 71 1010,43 1010,81
Februari 4,3 3,41 62 60 1010,9 1011,64
Maret 3,62 3,81 59 66 1010,1 1010,58
April 3,1 3,14 60 68 1010,3 1009,9
Mei 3,33 3,51 73 65 1009,2 1010,09
Juni 3,5 3,56 59 63 1009,7 1009,83
Juli 3,56 4,02 64 55 1009,1 1010,85
Agustus 4,3 4,85 51 49 1009,7 1011,25
September 3,9 4,89 54 44 1009,9 1012,02
Oktober 3,26 4,5 55 45 1009,5 1010,52
November 3 3,2 55 45 1009,9 1010,39
Desember 3,44 3,9 58 60 1009,1 1010,29
Total 43,33 47,19 707 691 12117,83 12128,17
Rata-rata 3,61 3,93 58,92 57,58 1009,82 1010,68
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin (https://banyuasinkab.bps.go.id)
Variabel kecepatan angin rata-rata pada tahun 2020 sebesar 3,61 m/det dan
2019 sebesar 3,93 m/det, kecepatan angin maksimum pada 4,89 m/det pada
bulan September 2019, kecepatan angin minimum pada bulan November 2020
sebesar 3,0 m/det. Variabel kelembapan rata-rata pada tahun 2020 sebesar
58,90 % dan 2019 sebesar 57,58 %, kelembapan maksimum pada bulan Mei
2020 sebesar

29 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


73%, kelembapan minimum pada bulan September 2019 sebesar 44 %.
Variabel tekanan udara rata-rata pada tahun 2020 sebesar 1009,82 mb dan
2019 sebesar 1010,68 mb, tekanan udara maksimum pada tahun 2020 pada
bulan sebesar 1010,9 mb dan 2019 sebesar 2034,5 mm/tahun, curah hujan
maksimum pada bulan Maret 2019 484,6 mm/bulan, curah hujan minimum
pada bulan Agustus 2019 0,5 mm/bulan.

2.1.4. Intensitas Radiasi Matahari


Intensitas radiasi matahari merupakan jumlah energi yang diterima oleh suatu
permukaan per satuan luas dan per satuan waktu. Dengan adanya satuan waktu berarti
dalam pengukuran ini termasuk pula lama penyinaran atau lama matahari bersinar
dalam satu hari. Selain itu besarnya intensitas radiasi di permukaan bumi tergantung
dari posisi lintang lokasi, ketebalan awan, topografi dan musim. Pengaruh adanya
awan di atmosfer dapat menyebabkan penerimaan radiasi matahari di permukaan bumi
bervariasi, dari 40% di daerah basah dengan banyak awan sampai 80% di daerah
gurun yang kering. Data Intensitas Radiasi Matahari dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik Kabupaten Banyuasin. Data pemantauan Suhu Udara ditampilkan
pada tabel berikut.
Tabel 2.5 Data statistik Intensitas Radiasi Matahari tahun 2019 dan 2020
Kab. Banyuasin.
Penyinaran Matahari (%)
Bulan
2020 2019
Januari 37 47,35
Februari 43,5 42,07
Maret 54 57,42
April 51,9 55,3
Mei 50,2 61,9
Juni 55,7 61,03
Juli 57 71,94
Agustus 68 71,33
September 52,3 68,86
Oktober 44,6 38,7
November 52,2 55,5
Desember 35,8 37,3
Total 602,2 668,7
Rata-rata 50,2 55,7
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Banyuasin (https://banyuasinkab.bps.go.id)
Variabel Penyinaran matahari rata-rata pada tahun 2020 sebesar 50,2% dan 2019
sebesar 55,9%, penyinaran maksimum pada 71,94% pada bulan Juli 2019,
penyinaran minimum pada bulan Desember 2020 sebesar 35,8%.

2.2. Hidrologi dan Kualitas Air


2.2.1. Hidrologi
Terkait kondisi hidrologi, Kabupaten Banyuasin terbagi kedalam 5 wilayah
daerah aliran sungai yang masing-masing Das Bangke meliputi Kawasan Taman
Nasional Sembilang, Das Banyuasin yang merupakan Das terbesar meliputi
Kecamatan

30 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tungkal Ilir, Pulau Rimau, Suak Tapeh, Sembawa, Betung, Banyuasin III,
Tanjung Lago dan bagian selatan Banyuasin II, Das Benawang meliputi
sepanjang wilayah timur Kecamatan Muara Sugihan, Sumber Marga Telang dan
Muara Padang, Das Sembilang yang meliputi bagian utara kawasan Taman
Nasional Sembilang dan Das Musi yang meliputi Kecamatan Rambutan,
Banyuasin I, Air Kumbang, Talang Kelapa, Makarti Jaya, Muara Telang, Air
Salek, Tanjung Lago, Rantau bayur serta sebagian wilayah di Kecamatan
Banyuasin II.
Air dari lahan lokasi pabrik mengalir ke Sungai Sake melalui saluran drainase
alami. Fluktuasi debit air sungai pada musim hujan dan musim kemarau relatif
kecil, karena sungai di lokasi pabrik sedikit dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Debit rata-rata maksimum dan minimum bulanan Sungai Sake adalah < 1,0
m3/detik.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tapak pabrik merupakan lahan kering
yang memiliki kelas drainase sedang sampai cepat dan terdapat lahan rawa secara
sporadis. Dari aspek hidrologi wilayah kegiatan terletak pada dataran jalur aliran
dengan beberapa cekungan tempat penampungan air hujan. Badan air terdekat di
sekitar lokasi merupakan sistem rawa alami dan bersubstitusi dengan pematang
yang biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk pertanaman kelapa sawit dan atau
karet.
2.2.2. Kualitas Air Permukaan
Penentuan kualitas air permukaan yang berada di sekitar lokasi kegiatan mengacu
kepada baku mutu yang ditetapkan oleh Peraturan Gubernur Sumatera Selatan
Nomor 16 Tahun 2005, tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu Air Sungai di
Provinsi Sumatera Selatan. Hasil analisis laboratorium untuk contoh air sungai
ditampilkan pada Tabel L.5.

Tabel 2.6 Hasil analisis kualitas air Sungai Sake


Lokasi/ Hasil Analisis
Parameter Satuan BML
No. A1 A2
I. Fisika
1. Suhu air 0
C 27 27 -
2. Zat Padat Terlarut mg/l 59 62 1000
II. Kimia
1. Amoniak Bebas (NH3-N) mg/l 0,12 0,15 0,5
2. BOD5 mg/l 1,19 1,20 2
3. COD mg/l 3,2 3,52 10
4. DO mg/l 2,05 2,2 6
5. Klorida ( Cl ) mg/l 13,5 15 600
6. Mangan ( Mn ) mg/l <0,0037 <0,0037 0,1
7. Nitrat Sebagai N (NO3) mg/l 2,55 2,9 10
8. Nitrit Sebagai N (NO2 ) mg/l 0,019 0,022 0,06
9. pH Unit 6,58 6,55 6–9
10. Sulfat (SO4) mg/l 12,8 8 400
11. Minyak dan Lemak mg/l 82 89 1000
12. Detergen g/l 22 25 200

31 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


III. Mikrobiologi
13. Total Coliform jml1000/ 540 540 100
100ml
Sumber : Data Primer, November 2018.
Keterangan: *): PerGub Sum Sel No. 16 Tahun 2005; ttd = tidak terdeteksi
A1 (Hilir Sungai Sake) : S: 02o 50” 40,75”- E:104o 20’
50,17”; A2 (Hulu Sungai Sake) : S: 02o 50” 45,31” – E: 104o
20’ 49,36”

2.2.3. Karakteristik fisika kimia


1. Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai mesin dan
industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan biasanya dikembalikan ke
tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan tersebut
dapat memiliki temperatur yang lebih tinggi dari pada temperatur air asalnya.
Temperatur air akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata
kehidupan dalam air. Baku mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada
suhu normal. Suhu air permukaan (badan air) yang tinggi (>45 oC) akan
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis pada benda padat dan
gas dalam air. Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang tinggi
dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air permukaan (badan air)
berkurang, sehingga proses aerasi yang dibutuhkan untuk mendegradasi bahan
organik akan terhambat. Selanjutnya akan memberikan dampak yang dapat
mematikan biota air di dalam badan air dan mematikan vegetasi yang terkena.
Hasil pengukuran temperatur pada kedua lokasi contoh (Tabel L.5)
menunjukkan temperatur 270C, masih dalam kategori normal.
2. Zat Padat Terlarut
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut,
mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air
yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan khususnya pada badan air
permukaan penerima. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya
tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun bagi mahkluk lain. Jumlah
padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung dalam air. Dari hasil analisis
zat padat terlarut, menunjukkan Zat Padat Terlarut antara 59 – 62 mg/l. Berarti
di semua lokasi contoh air mengandung zat padat terlarut yang masih
memenuhi baku mutu (1000 mg/l).
3. Karakteristik kimia
Tingkat keasaman (pH)
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8,
sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda
tergantung dari jenis buangannya. Perubahan keasaman pada air, baik ke arah
alkali (pH naik) maupun ke arah asal (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air disekitarnya. Selain itu, air buangan yang

32 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


33 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air
mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif terhadap baja dan sering
menyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi.
Baku mutu lingkungan untuk parameter pH pada air permukaan adalah 6-9.
Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa nilai pH pada semua lokasi contoh
berkisar antara 6,55–6,58 sehingga memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
Minyak dan lemak
Adanya minyak dan lemak dalam badan air akan membentuk lapisan tipis
(film minyak) pada permukaan (massa jenis minyak/ lemak lebih kecil dari
massa jenis air). Lapisan tipis ini akan menghambat kelarutan udara (terutama
oksigen) ke dalam badan air (reoksigenasi terhambat). Oksigen yang larut di
dalam air dibutuhkan oleh biota perairan. Selain daripada itu, keberadaan
lapisan minyak dalam badan air akan menghambat masuknya cahaya matahari
ke dalam air, sehingga proses fotosintesis dalam badan air juga akan
terhambat. Sebagaimana diketahui proses fotosintesis dalam badan air akan
meningkatkan kandungan oksigen yang terlarut dalam badan air. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kandungan minyak dan lemak pada seluruh lokasi yaitu
antara 82 – 89 mg/l (Tabel L.5) dan masih memenuhi baku mutu lingkungan
yang ditetapkan untuk air sungai.
Detergen
Hasil analisis kedua contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan
detergen seluruh lokasi berkisar antara 22 – 25 yang berarti jumlahnya masih
memenuhi baku mutu lingkungan yakni sebesar 200 μg/l.
Logam Berat dan Beracun
Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik, diantaranya
berbagai logam berat yang berbahaya. Logam berat pada umumnya seperti,
Kromium (Cr6+), Mangan (Mn), yang teroksidasi dalam air berwarna
kecoklatan dan tidak larut menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Air
tidak dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan industri. Bahan
ini berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa Mangan
seperti Pyrite dan Hematit. Dalam badan air, besi berasal dari korosi alat-alat
berat maupun pipa- pipa air serta material logam sebagai reaksi elektro kimia
yang terjadi pada permukaan. Air yang mengandung padatan logam
mempunyai sifat mengantarkan listrik dan korosif. Dari hasil pengukuran 2
contoh air permukaan menunjukkan kandungan logam berat rata-rata sangat
kecil sehingga masih dibawah baku mutu. Dari hasil analisis menunjukkan
kandungan logam berat masih di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat
terjadi secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida
pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah menjadi hidrogen sulfida.
Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi
sulfat. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses
digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metan CH 4 dan CO2 akan
bersifat korosif. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa
kandungan sulfat masih dibawah baku mutu lingkungan.

34 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Amoniak bebas
Amoniak dalam air permukaan (badan air) dapat berasal dari hasil degradasi
baik secara aerobik maupun anaerobik bahan yang mengandung unsur
nitrogen, seperti protein. Adanya amoniak dalam air permukaan dapat
menimbulkan bau. Batas maksimum yang diperbolehkan dalam air permukaan
adalah 0,5 mg/l. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa
kandungan sulfat masih dibawah baku mutu lingkungan.
Nitrit
Tinggi rendahnya nitrit dalam air ditentukan oleh senyawa nitrogen dan
oksigen yang diuraikan oleh bakteri. Nitrit dalam jumlah yang besar akan
mengikat oksigen dalam air yang mengakibatkan air kekurangan oksigen
sehingga kandungan oksigen terlarut menjadi rendah. Kandungan nitrit pada
seluruh contoh air sungai masih memenuhi baku mutu kualitas air.
Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman
tanaman dan hewan didalam air. Kehidupan mahluk hidup di dalam air
tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen
minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang
memerlukan oksigen tertinggi, kemudian invertebrata, dan yang terkecil
kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen
terlarut minimal 5 ppm, sedangkan biota air dingin memerlukan oksigen
terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk
kehidupan biota tidak boleh kurang dari 6 ppm.
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tanaman air, dimana
jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanaman, dan dari atmosfer
(udara) yang masuk kedalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi
oksigen terlarut dalam keadaan jenuh tergantung dari suhu dan tekanan
atmosfer. Pada suhu 200C dengan tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen
terlarut dalam keadaan jenuh 9,2 ppm, sedangkan pada suhu 50 0C dengan
tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya 5,6 ppm, Semakin tinggi
suhu air, semakin rendah tingkat kejenuhan oksigen terlarut.
Konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan mengakibatkan ikan-
ikan (nekton) dan binatang air lainnya yang membutuhkan oksigen akan mati.
Sebaliknya konsenterasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga
mengakibatkan proses pengkaratan semakin cepat karena oksigen akan
mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam. Dari hasil pengukuran
oksigen terlarut pada contoh air permukaan yakni 2,05 - 2,2 mg/l, kandungan
oksigen terlarut masih dapat mendukung kehidupan biota perairan.
Kebutuhan oksigen biologi (BOD5)
Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen,
belerang, dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen. Oksigen tersebut
dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik. Pada akhirnya kadar
oksigen dalam air menjadi keruh dan kemungkinan berbau.
Nilai BOD5 menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat didegradasi,

35 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
degradasinya. Makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air permukaan, maka
kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD yang tinggi
menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan terjadi defisit
(berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh biota
perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diijinkan adalah 2 mg/l.
Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa kandungan
BOD di semua lokasi antara 1,19 – 1,20 mg/l. dari hasil tersebut menunjukan
bahwa kandungan BOD masih di bawah baku mutu lingkungan yang
ditetapkan.
Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)
Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan anorganik yang dapat
didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
proses degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air permukaan, maka
kualitas air permukaan tersebut makin buruk. Sama halnya dengan BOD 5,
COD yang tinggi akan terjadi defisit (berkurangnya) oksigen terlarut, dan
selanjutnya mengganggu kehidupan biota perairan seperti nekton (ikan). Batas
maksimum yang diijinkan adalah 10 mg/l. Dari hasil analisis contoh air
permukaan menunjukkan bahwa kandungan COD didua lokasi berkisar 3,2 –
3,52 mg/l, hal ini menggambarkan bahwa kandungan COD di sekitar lokasi
kegiatan masih dibawah baku mutu yang ditetapkan.
Total Coliform
Bakteri coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan
sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan
suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan
penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi
bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan
penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.
Total koliform termasuk bakteri yang dapat ditemukan di lingkungan tanah
dan air yang telah terpengaruh oleh air permukaan serta limbah pembuangan
kotoran manusia dan hewan. Hasil analisis menunjukkan bahwa total koliform
di kedua lokasi Sungai Sake adalah 540 tiap 1000/100ml jauh dibawah baku
mutu sudah agak mendekati dengan baku mutu yang ditetapkan yaitu
1000/100 ml. Menunjukkan bahwa kualitas air di sungai ini cukup
terkontaminasi oleh limbah buangan kotoran manusia.
2.2.4. Karakteristik Biologi
Pengamatan biota perairan dilakukan dengan pengambilan contoh secara
langsung di lapangan. Biota perairan (akuatik) dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) kelompok umum yakni plankton, benthos dan nekton. Penggolongan ini
didasarkan pada perilaku dan sifat yang mempengaruhi responnya terhadap
habitat akuatik. Komunitas biota perairan baik plankton, benthos maupun nekton
dapat dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas suatu perairan.
Ketiga komponen biotik tersebut saling terkait dalam menopang rantai dan jaring
makanan dalam ekosistem perairan seperti sungai.
Perairan yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan merupakan tipe aliran sungai yang

36 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


mengalir dan bermuara ke sungai yang lebih besar, namun mempunyai fungsi
yang sangat penting bagi lingkungan di sekitarnya. Dengan adanya kegiatan di
sekitar kawasan nantinya aliran sungai tersebut sedikit banyaknya akan menerima
dampak dari suatu kegiatan. Upaya Pengelolaan terhadap kualitas biota perairan
sejalan dengan pengelolaan badan perairan secara terpadu karena dampak yang
terjadi pada biota perairan merupakan dampak turunan dari kualitas perairan yang
menurun akibat adanya kegiatan yang ada di sekitar badan perairan. Sungai yang
berada di lokasi kegiatan yaitu Sungai Sake.
1. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang melayang-layang dan
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air/arus. Walaupun beberapa
zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif dalam membantu
mempertahankan posisi vertikal, plankton secara keseluruhan tidak dapat
melawan arus. Kualitas suatu perairan terutama perairan dapat ditentukan
berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang mempengaruhi tingkatan trofik
perairan tersebut. Fluktuasi populasi dipengaruhi terutama ketersediaan nutrisi
di suatu perairan.
Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan, plankton dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
yang berukuran mikroskopis dan merupakan organisme autotrof atau
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan nutrien anorganik
melalui proses fotosíntesis dan kemosintesis. Nutrien tersebut diubah menjadi
berbagai senyawa organik yang dibutuhkan oleh hewan akuatik. Sedangkan
zooplankton adalah plankton hewani yang memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara memanfaatkan organisme lain, dapat bersifat herbivora, karnivora
maupun omnivora. Fitoplankton merupakan produsen primer yang berperan
sebagai dasar suatu rantai makanan dan juga berperan sebagai penyedia
oksigen terbesar dalam ekosistem akuatik, yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan organisme-organisme pada tingkat trofik yang lebih
tinggi.
Berdasarkan hasil analisis aspek biologi biota perairan pada sungai di sekitar
kegiatan didapatkan 7 (tujuh) kelas plankton antara lain Bacillariophyceae,
Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenaphyceae, Crustacea, Monogononta dan
Rhizhopoda. Data mengenai komponen kualitas biota perairan di perairan
sekitar lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 2.7.
Secara keseluruhan komposisi komunitas plankton berdasarkan tingkatan
kelompok kelas di lokasi sampling di sungai yang ada di sekitar kegiatan
menunjukkan bahwa plankton yang ditemukan 73,08 % dari kelompok
fitoplankton yang terdiri 4 kelas yaitu kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
Cyanophyceae dan Euglenaphyceae dan dari kelompok zooplankton hanya
26,92%, yang terdiri 3 kelas yaitu kelas Rhizopoda, Monogononta dan
Crustacea.
Jenis yang paling banyak ditemukan komposisinya adalah dari kelas
Chlorophyceae sebanyak 7 genera (26,92%) Bacillariophyceae sebanyak 6
genera (23,08%), Cyanophyceae dan kelas Euglenaphyceae masing-masing
sebanyak 3 genera (11,54%). Hal ini dimungkinkan karena jenis-jenis
fitoplankton yang tergolong dalam kelompok kelas Chlorophyceae dan
37 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air
Bacillariophyceae merupakan kelas alga terbesar yang paling banyak ditemukan
di air tawar dan ini dapat dibuktikan bahwa jenis plankton di lokasi studi awal
di dominasi dari kedua kelas ini.
Kelas Chlorophyceae dan Bacillariophyceae merupakan fitoplankton yang
memiliki peranan terpenting karena memiliki zat hijau daun (klorofil) untuk
menghasilkan bahan organik dan oksigen di dalam air. Sebagai dasar mata
rantai pada siklus makanan di perairan, fitoplankton menjadi makanan alami
bagi zooplankton yang masih kecil maupun yang dewasa. Kelas
Bacillariophyceae dan Chlorophyceae mempunyai cara-cara berkembang biak
yang beraneka ragam untuk mempertahankan hidupnya dari sifat-sifat
lingkungan yang dinamis. Sedangkan plankton dari kelompok zooplankton
yang didapat sebanyak (26,92%) terdiri dari 3 kelas yaitu Monogononta,
Crustacea dan Rhizopoda. Kelompok dari Monogononta ditemukan ada 2
genera (7,69%), Rhizopoda ditemukan 1 genera (3,84%), dan kelas Crustacea
ada 4 genera (15,38%). Sedikitnya jenis dari kelompok zooplankton ini yang
ditemukan salah satunya disebabkan karena adanya distribusi vertikal yang
dilakukan oleh zooplankton. Dimana pengambilan sampling secara umum
dilakukan pada siang hari.
Menurunnya kualitas habitat, akan menyebabkan perubahan komposisi jenis
dalam komunitasnya, yang dapat tercermin melalui indikator nilai
Keanekaragaman komunitas plankton di tempat tersebut. Semakin baik
kualitas perairan sebagai habitat, maka akan meningkatkan nilai atau indeks
keanekaragaman jenis dalam komunitas, dan demikian pula sebaliknya. Semakin
rendah nilai keanekaragaman maka dapat mengindikasikan bahwa kualitas
habitat perairan tersebut semakin kurang baik dalam mendukung kehidupan
biota di perairan tersebut.
Dari hasil analisa sampel yang diambil dari lokasi pengambilan sampel di
sekitar lokasi kegiatan, diperoleh data komposisi, kelimpahan dan indeks
keanekaragaman yang disajikan pada Tabel berikut ini :
Tabel 2.7 Komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman plankton di sekitar
lokasi kegiatan pada Desember 2018 (individu/l)
Kelimpahan (Ind/Liter)
No. Komposisi Taksa
S. Sake Hulu S. Sake Hilir
FITOPLANKTON
I. Bacillariophyceae
1. Cyclotella sp. 8 9
2. Cymbella sp. - 4
3. Gyrosigma sp. 4 -
4. Diatom sp. - 3
5. Surirella sp. - 5
6. Tabellaria sp. 3 15
II. Chlorophyceae
7. Actinastrum sp. 2 -
8. Closterium sp. 1 -
9. Oedogonium sp. - 3

38 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Kelimpahan (Ind/Liter)
No. Komposisi Taksa
S. Sake Hulu S. Sake Hilir
10. Quadricula sp. 2 -
11. Microspora sp. 14 -
12. Pediastrum sp. 2 -
13. Spirogyra sp. - 2
III. Cyanophyceae
14. Anabaena sp. 8 -
15. Merismopedia sp. - 3
16. Mirocystis sp. 1 -
IV. Euglenaphyceae
17. Euglena sp. 3 -
18. Phacus sp. - 6
19. Trachelomonas sp. 8 -
Zooplankton
V. Crustaceae
20. Chydorus sp. 1 -
21. Cypris sp. 1 5
22. Daphnia sp. - 2
23. Moina sp. 1 -
VI. Monogononta
24. Euchlanis sp. - 7
25. Karatella sp. 2 5
VII. Rhizopoda
26. Amoeba sp. 4 -
Keanekaan jenis 17 13
Total Kelimpahan (Individu/liter) 65 69
Indeks Keanekaragaman (H’) 2.15 2.07
Sumber : Data primer Tim Biologi, Desember 2018

Dari hasil analisa sampel yang diambil dari 2 lokasi perairan sungai di peroleh
data komposisi, kelimpahan dan indeks keanekaragaman disekitar perairan di
dekat areal kegiatan yang disajikan pada Tabel L.11, dimana komposisi jenis
plankton secara keseluruhan tercatat sebanyak 26 genera dan setiap stasiun
berkisar antara 13 - 17 genera. Jumlah jenis tertinggi terdapat pada lokasi
pengamatan pada Sungai Sake bagian hulu ditemukan 17 genera dan dengan
kelimpahan sebesar 65 individu/liter.
Lokasi pengambilan sampel air merupakan sungai yang alirannya lambat yaitu
Sungai Sake hulu yang merupakan sungai dengan luasan yang sempit dan
kecepatan arus yang lambat serta mempunyai kemampuan untuk purifikasi
sehingga mendukung terhadap tingginya keberadaan jenis plankton disini.
Untuk kelimpahan plankton berkisar antara 65– 69 Individu/liter, dimana
tingkat kelimpahan jenis plankton tertinggi pada titik pengamatan di Sungai
Sake bagian hilir hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti kecepatan arus
yang tidak terlalu cepat, dan letaknya di bagian hilir.

39 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Sedangkan untuk indeks keanekaragaman jenis Shannon (H’), tingkat
keanekaragaman jenis plankton berada pada kisaran 2,07 – 2,15. Dimana
tingkat keanekaragaman paling stabil terdapat pada lokasi pengamatan di
Sungai Sake bagian hulu yaitu H’ = 2,15 dan tingkat terendah pada lokasi
pengamatan di Sungai Sake bagian hilir, yaitu H’ = 2,07.
Secara umum hasil pemantauan kualitas perairan di dua lokasi sungai di
sekitar areal kegiatan menunjukkan bahwa kualitas perairan berdasarkan
keanekaragaman plankton di perairan tersebut masih cukup baik. Berdasarkan
kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon–Wiener maka keanekaragaman
plankton termasuk kategori keanekaragaman sedang. karena nilai indeks
keanekaragaman ≥ 1 dan ≤ 3. yaitu diatas 1 tapi masih dibawah 3 dan ini
dikategorikan keanekaragaman plankton yang tergolong sedang, hal ini
menggambarkan bahwa kualitas perairan masih dapat mendukung kehidupan
plankton di dalamnya sehingga jumlah individu setiap spesies plankton cukup
merata tetapi masih rentan terhadap tekanan lingkungan sekitarnya. Karena
tinggi rendahnya nilai keanekaragaman plankton sangat tergantung pada
banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu masing-masing spesies. Nilai
keanekaragaman akan tinggi jika jumlah spesies banyak dan jumlah
individunya merata.
2. Benthos
Benthos di dalam ekosistem perairan mempunyai peranan antara lain sebagai
dekomposer atau pengurai bahan-bahan organik, sebagai unsur biotik dalam
membentuk mata rantai makanan ataupun jaring makanan. Selain itu karena
hewan benthos hidupnya selalu berada di dasar perairan, maka organisme ini
dapat pula digunakan sebagai indikator biologis untuk menentukan kualitas
perairan.
Benthos adalah organisme baik tumbuhan (phytobenthos) maupun hewan
(zoobenthos) yang hidup di dasar suatu perairan baik di dalam substrat atau di
permukaan substrat. Pada phytobenthos hidupnya hanya melekat di dasar
perairan (substratum), mereka dapat melekat pada benda-benda apa saja yang
ada di dasar perairan, misalnya pada sedimen ataupun pada kayu-kayu yang
telah mati. Sedangkan zoobenthos hidupnya dapat bergerak pada substrat di
dasar perairan walaupun gerakannya sangat lambat. Untuk memenuhi
persyaratan hidupnya, hewan benthos sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti kemantapan substrat, tipe substrat, tipe mikro habitat,
kekeruhan, arus air, kedalaman, temperatur, oksigen terlarut dan predator.
Dari hasil analisa sampel yang diambil dari kedua lokasi pengambilan sampel
sungai di sekitar lokasi kegiatan pada bulan November 2018, diperoleh data
komposisi, kelimpahan dan indeks keanekaragaman yang disajikan pada tabel
berikut ini.

40 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tabel 2.8 Komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman benthos di sekitar
lokasi kegiatan (Individu/m2)
Kelimpahan (Ind/m2)
No Komposisi Taksa
S. Sake Hulu S. Sake Hilir
I. Oligochaeta
Haplotaxida
1. Limnodrillus sp. - 75
II. Gastropoda
Operculata
2. Pila ampulaceae 75 -
3. Amnicola sp. 50 -
III. Insecta
Diptera
4. Dixa sp. 50 -
5. Polypedillum sp. - 50
Odonata
6. Ophiogomphus sp. - 50
Keanekaan Jenis 4 3
Kelimpahan Total (Ind/m2) 225 175
Indeks Keanekaragaman
1,37 1,12
(H’)
Sumber : Data primer Tim Biologi, November
2018.

Hasil identifikasi biota perairan benthos di sekitar lokasi kegiatan didapatkan


total komposisi jenis hewan benthos yang didapat sebanyak 6 genera, pada
titik lokasi sampling di perairan sungai Sake rata-rata ditemukan 3-4 genera.
Hewan benthos yang ditemukan 6 genera tersebut digolongkan ke dalam 3
taksa kelas yaitu Oligochaeta (1 genera): Limnodrillus sp,. Kelas Gastropoda
(2 genera) : Pila ampulaceae dan Amnicola sp., dan Kelas Insecta (2 genera) :
Polypedillum sp dan Dixa sp.
Kelimpahan rata-rata berkisar 175-225 ind/m2. Kelimpahan tertinggi
ditemukan di perairan Sungai Sake hulu 225 ind/m 2 (indeks
keanekaragamannya tertinggi 1,37 dengan jumlah jenis 4) sedangkan kelimpahan
terendah ditemukan di aliran Sungai Sake bagian hilir yaitu 175 ind/m2,dimana
indeks keanekaragaman 1,12 dengan jumlah jenis 3.
Secara umum hasil pemantauan kualitas perairan sungai Sake di sekitar aea
kegiatan dari segi biologi berdasarkan biota benthos masih cukup stabil.
Berdasarkan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon–Wiener maka
keanekaragaman benthos di lokasi studi awal termasuk kategori
keanekaragaman sedang (1,12 – 1,37). karena nilai indeks keanekaragaman
≥1 dan ≤ 3. Keanekaragaman benthos yang tergolong dominan rendah dan
keanekaragaman sedang ini menggambarkan bahwa kualitas perairan terutama
tipe substrat dasar perairan masih dapat mendukung kehidupan benthos di
dalamnya sehingga jumlah individu setiap spesies / genus benthos tersebut
kurang merata. Karena tinggi rendahnya nilai keanekaragaman benthos sangat

41 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


tergantung pada banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu masing-
masing spesies. Nilai keanekaragaman akan tinggi jika jumlah spesies banyak
dan jumlah individu merata dan jenis-jenis dari benthos tersebut rentan
terhadap tekanan lingkungan yang mempengaruhi badan perairan sungai
tersebut yang ada di sekitar wilayah studi untuk itu perlu dijaga kualitas
perairannya.
3. Nekton
Nekton merupakan kelompok biota akuatik yang dapat bergerak aktif dan
berukuran makroskopis sehingga mampu melawan arus. Kelompok nekton
pada umumnya disusun oleh bermacam-macam jenis ikan dan udang. Nekton
dalam ekosistem perairan menduduki tingkat tropik kedua, ketiga dan
keempat. Berdasarkan tingkat tropiknya yang berkaitan dengan sifat jenis
makanannya, maka nekton yang hidup pada suatu perairan ada yang bersifat
herbivora, karnivora dan omnivora.
Berdasarkan data sekunder secara umum jenis ikan yang dijumpai merupakan
jenis yang umum ditemukan di perairan air rawa, anak sungai, sungai besar
serta sering dikonsumsi oleh masyarakat lokal antara lain : ikan seluang,
tembakang, betok, sepat, tembakang dan gabus. Kehadiran ikan di dalam
perairan yang masih beranekaragam ini menunjukkan bahwa kondisi perairan
masih tergolong rendah sampai sedang atau kualitas perairan masih
mendukung bagi pertumbuhan dan reproduksi ikan di dalamnya.
Kelompok nekton yang sering ditemukan pada badan perairan di sekitar lokasi
di inventarisasi berdasarkan wawancara dengan penduduk setempat dan
nelayan yang ada disekitar perairan. Keberadaan jenis ikan yang sering
dijumpai masyarakat berarti di beri nilai +++ (+3) yang menandakan bahwa
estimasi jumlah populasi ikan tersebut banyak, dan apabila sedikit atau jarang
ditemui maka diberi nilai + (+1), nilai tambah disini ini hanya untuk
menandakan keberadaan ikan mengingat tidak dilakukan survey estimasi
populasi ikan dengan menggunakan rumusan tertentu tapi data diambil
cenderung bersifat kualitatif melalui hasil data sekunder dan survey
wawancara. Total komposisi jenis ikan yang ditemukan pada perairan sungai
di sekitar wilayah studi berkisar 14-15 jenis.

Tabel 2.9 Jenis-jenis ikan (nekton) dan estimasi kehadiran yang sering
ditemui pada sungai di sekitar lokasi kegiatan berdasarkan
wawancara penduduk sekitarnya
Estimasi populasi
Nama Daerah/
No. Nama Latin Lokasi Pemantauan
Indonesia
S. Sake
1 Gabus Ophiocephalus micropeltes +++
2. Selincah Belontia hasselti ++
3. Juaro Pangasius polyuranodon ++
4. Puntung anyut Balantiocheilos melanopterus +
5. Sepat siam Trichogaster pectoralis +++
6. Sepat mata merah Trichogaster trichopterus +++
7. Lele Clarias batracus ++

42 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Estimasi populasi
Nama Daerah/
No. Nama Latin Lokasi Pemantauan
Indonesia
S. Sake
8. Betok Anabas testudineus ++
9. Seluang Rasbora aegyrotaenaenia ++
10. Baung Hemibagrus hoevanii ++
11. Kepiat Puntius schwanefeld ++
12. Beringit Macrones nigriceps ++
13. Serinding Parambassis wolffii +
14. Sepatung Pristolepis grooti +
15. Lais garis kaca Kryptopterus limpok*) ++
Jumlah jenis 15
Keterangan : (+) = Sedikit; (++) = Sedang; (+++) =
Banyak; (-) = Jarang/ tidak ada

Berdasarkan pengamatan dan informasi masyarakat sekitar didapatkan 15 jenis


ikan yang sering mereka temukan di perairan sekitar lokasi rencana kegiatan.
Ikan seluang (Rasbora aegyrotaenia) merupakan ikan yang sering di temukan
pada lokasi dengan taksiran populasi banyak. ikan yang lain seperti Gabus
(Ophiocephalus micropeltes), ikan betok (Anabas testudineus), sepat siam
(Trichogaster sp).
Dari beberapa jenis nekton yang di dapat, jenis ikan puntung anyut
(Balantiocheilos melanopterus) merupakan jenis ikan dengan sebaran terbatas
yang berdasarkan IUCN tergolong jenis ikan Endagered atau berbahaya yang
mesti dijaga kelestariannya. Secara umum jenis ikan yang sering ditemukan
bernilai ekonomis bagi manusia, karena jenis ikan ditemukan termasuk jenis
ikan yang dapat dikonsumsi sebagai sumber protein.

43 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


BAB III
PRAKIRAAN DAMPAK

3.1. Perhitungan Baku Mutu Air Limbah


Baku mutu air limbah Pabrik Kelapa Sawit PT. Kasih Agro Mandiri berdasarkan
Pergub Nomor 8 Tahun 2012 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri,
hotel, rumah sakit, domestik dan pertambangan batubara. Baku mutu air limbah
tersebut terdiri dari :
Tabel 3.1. Bakumutu Limbah Cair berdasarkan Pergub Nomor 8 tahun 2012.
No Parameter Satuan Baku Mutu Metode
1 pH Unit 6-9 SNI 6989.11.2019
2 BOD Mg/L 100 SNI 6989.72.2019
3 COD Mg/L 350 SNI 6989.2.2019
4 TSS Mg/L 250 SNI 6989.3.2019
5 N-Total Mg/L 50 15.10/IK/UPTD.Labling/2018
6 Minyak dan Lemak Mg/L 25 SNI 06-6989.10.2011

3.1.1. pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Skala pH bukanlah
skala absolut. Bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya
ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Air murni bersifat netral,
dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH
kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, danlarutan dengan pH lebih
daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.

Gambar 3.1 Skala pH untuk beberapa zat sehari-hari


Pengukuran pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan
atau industri pengolahan kimia seperti kimia, biologi, kedokteran, pertanian,
ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi. Tentu saja bidangbidang
44 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air
sains

45 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


dan teknologi lainnya juga memakai meskipun dalam frekuensi yang lebih
rendah. Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengukur pH suatu larutan
yaitu dengan menggunakan kertas lakmus, kertas indikator universal serta
menggunakan pH meter.
pH didefinisikan sebagai minus logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam
larutan berpelarut air.[5] pH merupakan kuantitas tak berdimensi.

dengan aH adalah aktivitas ion hidrogen. Alasan penggunaan definisi ini adalah
bahwa aH dapat diukur secara eksperimental menggunakan elektrode ion selektif
yang merespon terhadap aktivitas ion hidrogen ion. pH umumnya diukur
menggunakan elektrode gelas yang mengukur perbedaan potensial E antara
elektrode yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen dengan elektrode
referensi. Perbedaan potensial pada elektrode gelas ini idealnya mengikuti
persamaan Nernst:

dengan E adalah potensial terukur, E0 potensial elektrode standar, R tetapan


gas, T temperatur dalam kelvin, F tetapan Faraday, dan n adalah jumlah elektron
yang ditransfer. Potensial elektrode E berbanding lurus dengan logartima
aktivitas ion hidrogen.
Definisi ini pada dasarnya tidak praktis karena aktivitas ion hidrogen
merupakan hasil kali dari konsentrasi dengan koefisien aktivitas. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tunggal tidak dapat dihitung secara eksperimen. Untuk
mengatasinya, elektrode dikalibrasi dengan larutan yang aktivitasnya diketahui.
Definisi operasional pH secara resmi didefinisikan oleh Standar Internasional
ISO 31-8 sebagai berikut:[6] Untuk suatu larutan X, pertama-tama ukur gaya
elektromotif EX sel galvani
elektrode referensi | konsentrasi larutan KCl || larutan X | H2 | Pt
dan kemudian ukur gaya elektromotif ES sel galvani yang berbeda hanya pada
penggantian larutan X yang pHnya tidak diketahui dengan larutan S yang pH-
nya (standar) diketahui pH(S). pH larutan X oleh karenanya

Perbedaan antara pH larutan X dengan pH larutan standar bergantung hanya


pada perbedaan dua potensial yang terukur. Sehingga, pH didapatkan dari
pengukuran potensial dengan elektrode yang dikalibrasikan terhadap satu atau
lebih pH standar. Suatu pH meter diatur sedemikiannya pembacaan meteran
untuk suatu larutan standar adalah sama dengan nilai pH(S). Nilai pH(S) untuk
berbagai larutan standar S diberikan oleh rekomendasi IUPAC. [7] Larutan
standar yang digunakan sering kali merupakan larutan penyangga standar.
Dalam praktiknya, adalah lebih baik untuk menggunakan dua atau lebih larutan
penyangga standar untuk mengizinkan adanya penyimpangan kecil dari

46 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


hukum Nerst ideal pada

47 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


elektrode sebenarnya. Oleh karena variabel temperatur muncul pada persamaan
di atas, pH suatu larutan bergantung juga pada temperaturnya.
Pengukuran nilai pH yang sangat rendah, misalnya pada air tambang yang
sangat asam, memerlukan prosedur khusus. Kalibrasi elektrode pada kasus ini
dapat digunakan menggunakan larutan standar asam sulfat pekat yang nilai pH-
nya dihitung menggunakan parameter Pitzer untuk menghitung koefisien aktivitas.
pH merupakan salah satu contoh fungsi keasaman. Konsentrasi ion hidrogen
dapat diukur dalam larutan non-akuatik, namun perhitungannya akan
menggunakan fungsi keasaman yang berbeda. pH superasam biasanya
dihitung menggunakan fungsi keasaman Hammett, H0.
Umumnya indikator asam-basa sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus
yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila
keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa
dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit /
konduktivitas suatu larutan.
3.1.2. BOD
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD
menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan
sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics)
yang ada di perairan.
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur
kandungan oksigen, sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian
mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5
hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20 0C) yang sering disebut dengan
DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang
dinyatakan dalam miligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat
dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau
dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan
probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi
proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap
selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh
mikroorganime, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan
oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini
adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari
kelima sehingga DO5 tidak nol. Bila DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat
ditentukan. Pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat
kondisi sampel atau perairan yang sangat bervariasi, sehingga kemungkinan
diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi
bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi diperlukan Bisa saja BOD ditentukan
dengan menggunakan waktu inkubasi yang berbeda, asalkan dengan
menyebutkan lama waktu tersebut dalam nilai yang dilaporkan (misal BOD7,
BOD10) agar tidak salah dalam interpretasi atau memperbandingkan. Ini adalah
salah satu kelemahan lain BOD selain waktu penentuan yang lama tersebut.

48 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


BOD di perairan dapat bermanfaat untuk mendapatkan informasi berkaitan
tentang jumlah beban pencemaran yang terdapat di perairan akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk merancang sistem pengolahan biologis di
perairan yang tercemar tersebut. Kebutuhan oksigen biologis (Biological
Oxygen Demand) merupakan parameter kimia yang berfungsi untuk
mengetahui kualitas perairan. Nilai BOD sangat penting sebagai indikator
kualitas perairan. Kandungan BOD yang tinggi menandakan minimnya oksigen
terlarut yang terdapat di dalam perairan. Kondisi tersebut akan berdampak
terhadap kematian organisme perairan seperti ikan akibat kekurangan oksigen
terlarut (anoxia). Analisis BOD perairan dapat meminimalisir jumlah toksik jika
nilainya telah diketahui dan dilakukan pengolahan secara biologis.
3.1.3. COD
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan
untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Bahan
organik yang ada diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat
kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat,
sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang
kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara
COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai
yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak
bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik
yang ada.
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan
peralatan khusus reflux, penggunaan asam pekat, pemanasan, dan titrasi. Pada
prinsipnya pengukuran COD adalah penambahan sejumlah tertentu kalium
bikromat (K2Cr2O7) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume diketahui)
yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian
dipanaskan selama beberapa waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat
ditera dengan cara titrasi. Bilamana nilai BOD baru dapat diketahui setelah
waktu inkubasi lima hari, maka nilai COD dapat segera diketahui setelah satu
atau dua jam. Walaupun jumlah total bahan organik dapat diketahui melalui
COD dengan waktu penentuan yang lebih cepat, nilai BOD masih tetap
diperlukan. Dengan mengetahui nilai BOD, akan diketahui proporsi jumlah
bahan organik yang mudah urai (biodegradable), dan ini akan memberikan
gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai untuk dekomposisi di perairan
dalam sepekan (lima hari) mendatang. Lalu dengan memperbandingkan nilai
BOD terhadap COD juga akan diketahui seberapa besar jumlah bahan-bahan
organik yang lebih persisten yang ada di perairan. Angka COD merupakan ukuran
bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat di oksidasikan
melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut
di dalam air.
Konsentrasi COD yang tinggi dapat menimbulkan dan menyebabkan kandungan
oksigen terlarut didalam badan air menjadi rendah, bahkan habis. Faktor ini
dapat mengakibatkan oksigen sebagai sember kehidupan bagi makhluk yang
berada didalam air seperti hewan dan tumbuhan air, tidak dapat terpenuhi
sehingga makhluk air tersebut bisa terncam mati dan tidak dapat berkembang
biak dengan baik.

49 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


3.1.4. TSS
TSS (Total Suspended Solid) atau total padatan tersuspensi adalah segala macam zat
padat dari padatan total yang tertahan pada saringan dengan ukuran partikel maksimum
2,0 μm dan dapat mengendap. Zat tersuspensi yang ada di dalam air terdiri dari berbagai
macam zat, misalnya pasir halus, tanah liat, dan lumpur alami yang merupakan bahan-
bahan anorganik atau dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang di
dalam air. Dampak TSS terhadap kualitas air dapat menyebabkan penurunan
kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi
semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. TSS
menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam
air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh
cahaya akan mati. Kematian organisme ini akan mengganggu ekosistem
akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini akan mengendap, maka
pembentukan lumpur dapat sangat mengganggu aliran dalam saluran,
pendangkalan cepat terjadi, artinya pengaruhnya terhadap kesehatan pun
menjadi tidak langsung . Total Suspended Solid (TSS) yang tinggi menghalangi
masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga akan mengganggu proses
fotosintesis menyebabkan turunnya oksigen terlarut yang dilepas kedalam air
oleh tanaman. Jika sinar matahari terhalang untuk mencapai dasar perairan,
maka tanaman akan berhenti memproduksi oksigen dan akan mati. Total
Suspended Solid (TSS) juga menyebabkan penurunan kejernihan dalam air.
3.1.5. N-Total
Nitrogen merupakan kandungan dari protoplasma dan dibutuhkan fitoplankton
untuk mensintesis protein. Nitrogen di perairan terdiri dari dua golongan yang
berbeda bentuknya yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik. N anorganik
berupa N-NO3, NNO2, N-NH3 yang bersifat larut; dan N organik berupa
partikulat yang tidak larut dalam air. Nitrogen tidak dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami fiksasi terlebih dahulu
menjadi amonia (NH3), amonium (NH4+) dan nitrat (NO3- ).
Analisis N total didasari dengan mengubah N-organik menjadi N-ammonium oleh
asam sulfat yang dipanaskan sekitar 380°C dan dengan menggunakan katalis.
Setelah bahan dioksidasi, ammonia (hasil konversi senyawa yang mengandung N)
bereaksi dengan asam membentuk amonium sulfat. Dalam kondisi basa,
ammonia diuapkan kemudian ditangkap dengan larutan asam. Jumlah N
ditentukan dengan titrasi HCl. Metode kjeldhal pada dasarnya dapat dibagi
menjadi tiga tahapan yaitu proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.
Nitrogen merupakan bahan dasar penyusun protein yang diserap oleh
tumbuhan air dalam bentuk amonia atau nitrat. Ketersediaan nitrogen
mempengaruhi variasi spesies, kemelimpahan serta kandungan nutrisi hewan
dan tumbuhan akuatik Nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2̄) dan nitrat (NO3̄)
merupakan salah satu parameter kesuburan. Keduanya berpengaruh pada nutrien
yang berperan dalam pembentukan biomassa organisme perairan, juga merupakan
pembentuk komposisi dan biomassa fitoplankton sebagai produsen perairan
yang akan menentukan produktivitas primer perairan.
Konsentrasi nitrit yang cenderung menurun nitrit dijumpai dalam konsentrasi
yang lebih rendah dari konsentrasi nitrat. Hal ini disebabkan karena bentuk

50 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


senyawa nitrit yang bersifat tidak stabil dan akan segera teroksidasi jika
kandungan oksigen terlarut mencukupi. Kandungan oksigen terlarut
mempengaruhi oksidasi nitrit menjadi nitrat. Konsentrasi nitrit cenderung
meningkat seiring dengan menurunnya curah hujan bulanan.
3.1.6. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan salah satu parameter yang konsentrasi
maksimumnya dipersyaratkan untuk air limbah industri dan air permukaan.
Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa
pada perairan, khususnya sumber daya air. Minyak dan lemak dengan
konsentrasi yang tinggi dapat merusak ekosistem perairan. Minyak dan lemak
yang terdapat di badan air akan membentuk lapisan di permukaan, karena nilai
dari densitas minyak lebih kecil dari densitas air. Lapisan minyak dan lemak
tersebut akan menghalangi masuknya cahaya matahari sehingga tumbuhan
air tidak dapat melakukan fotosintesis. Untuk itu perlu diolah terlebih dahulu
agar sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Tujuan dari pengolahan limbah
adalah untuk mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya yang ditimbulkan
oleh limbah sehingga dapat memenuhi baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan. Oleh karena itu setiap industri wajib memiliki pengolahan
limbah masing-masing. Pengolahan limbah PKS PT. Kasih Agro Mandiri untuk
menurunkan konsentrasi minyak dan lemak dapat berupa pengolahan fisik
maupun pengolahan biologis. Beberapa industri telah melakukan pengolahan
untuk menurunkan konsentrasi minyak dan lemak, namun masih ada efluen
yang tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Pengolahan yang
dilakukan oleh beberapa industri pada umumnya hanya menggunakan salah satu
jenis. Oleh karena itu perlu dilakukan studi literatur untuk mengetahui
konfigurasi sistem pengolahan yang ideal untuk menurunkan konsentrasi
minyak dan lemak. Hasil dari konfigurasi sistem pengolahan dapat digunakan
untuk memperbaiki pengolahan yang telah digunakan maupun sebagai acuan
untuk pengolahan yang baru akan dibangun. Selain itu adanya kajian mengenai
kondisi eksisting pengolahan minyak dan lemak di industri, yang bertujuan
sebagai perbandingan kondisi ideal dengan kondisi eksisting.

3.2. Sebaran Air Limbah


Sebaran air limbah PKS PT Kasih Agro Mandiri pada badan air permukaan Sungai
Sake yang dengan hulu sungai berada di Desa Lubuk Lancang dan hilir sungai di Desa
Biyuku. Desa Lubuk Lancang dan Biyuku merupakan 2 desa dari 11 desa yang ada di
Kec. Suak Tapeh.
Kecamatan Suak Tapeh mempunyai wilayah seluas 312,70 Km2 dan terbagi menjadi
11 desa. Desa terluas yaitu Desa Lubuk Lancang dengan luas wilayah 41,65 Km2 atau
sekitar 13,32% dari luas wilayah Kecamatan Suak Tapeh. Desa dengan luas terkecil
adalah Desa Suka Raja dengan luas wilayah seluas 12,88 Km2 atau sekitar 4,12% dari
luas wilayah Kecamatan Suak Tapeh. Setelah pemekaran wilayah, Kecamatan Suak
Tapeh sampai sekarang memiliki rata-rata kepadatan Untuk lebih rincinya dapat dilihat
pada Tabel berikut;

51 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tabel 3.2. Jumlah penduduk, luas dan kepadatan penduduk Kecamatan Suak Tapeh
Jumlah
Luas Kepadatan
No. Desa penduduk
(km2) (jiwa/km2)
(jiwa)
1. Talang Ipuh 34,08 1598 46,9
2. Air Sengeris 18,90 745 39,4
3. Lubuk Lancang 41,65 3094 74,3
4. Biyuku 26,48 1342 50,7
5. Rimba Terab 37,86 945 25,0
6. Sedang 40,90 1877 45,9
7. Tanjung Laut 30,30 2457 81,1
8. Bengkuang 18,90 527 27,9
9. Durian Daun 30,30 1195 39,4
10. Meranti 20,45 2915 142,5
11. Suka Raja 12,88 772 59,9
Jumlah 312,70 17467 55,9
Sumber : Kecamatan Suak Tapeh Dalam Angka, 2018.

Desa Lubuk Lancang merupakan desa dengan jumlah penduduk paling besar
dibandingkan dengan desa lainnya di Kecamatan Suak Tapeh. Jumlah penduduk di
desa tersebut adalah sekitar 3.094 jiwa atau sekitar 17,71 persen dari total jumlah
penduduk di Kecamatan Suak Tapeh dengan luas desa 41,65 km². Dibandingkan Desa
Lubuk Lancang Desa Biyuku memiliki jumlah penduduk lebih sedikit dengan jumlah
penduduk 1342 jiwa dengan luasan 26,48 km²
Sungai sake titik kordinat outlet merupakan badan sungai yang pada sisi kiri dan kanan
merupakan area rawa dan didominasi oleh tanaman rumput serta area tepi sungai
merupakan perkebunan karet masyarakat.
Sungai Sake merupakan sumber air untuk kebutuhan MCK bagi beberapa masyarakat
di desa Biyuku. Sungai sake juga dimanfaatkan untuk sarana trasportasi oleh beberapa
masyarakat Desa Biyuku maupun Lubuk Lancang untuk bepergian menuju kebun karet
untuk melakukan penyadapan/pemanenan. Sungai Sake juga terdapat banyak jenis ikan
yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat dan beberapa masyarakat mancari ikan sebagai
mata pencaharian. Secara teritorial Sungai Sake berada di Kecamatan Suak Tapeh dan
secara tidak langsung berpengaruh terhadap pendapatan penduduk khususnya yang
bermata pencaharian mencari ikan dan berkebun karet. Lokasi titik pembuangan air
limbah ditampilkan pada gambar berikut.

52 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Gambar 3.1. Layout PKS PT. Kasih Agro Mandiri
3.3. Sifat Penting dampak
Adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Kasih Agro Mandiri ke badan air sungai
Sake sedikit berdampak kepada beberapa masyarat Biyuku yang bermukim di tepi Sungai
Sake. Masyarakat yang tinggal di tepi Sungai Sake masih memanfaatkan sungai
tersebut untuk mandi, cuci, kakus (MCK). Luas persebaran air limbah kepada
masyarakat hanya berdampak kepada beberapa masyarakat Desa Biyuku ± 20 keluarga.
Dalam membantu dampak yang ditimbulkan yang dirasakan oleh masyarakat tersebut,
PT. Kasih Agro Mandiri membangun sumur bor yang digunakan untuk sumber air
bersih. Luas Persebaran Sungai Sake yang meliputi wilayah Desa Biyuku, Dusun
Tanjung Raman, Dusun Lubuk Batu, dan Desa Tanjung Laut. Intensitas dan lamanya
dampak yang ditimbulkan akibat pembuangan Air Limbah berlangsung fluktuasi dan
kontinuitas. Dampak Terhadap Lingkungan akibat pembuangan air limbah PT. Kasih
Agro Mandiri tidak terlalu berdampak kepada lingkungan dikarenakan Sungai Sake
merupakan sungai yang didominasi oleh rawa.

3.4. Penetapan Titik Pemantauan


Lokasi titik Penataan PT Kasih Agro Mandiri tertuang didalam Matriks UKL-UPL
sesuai tabel berikut.
Tabel 3.3. Titik Kordinat Penaatan

Nama Titik Lintang Bujur Sumber Air


Penataan Derajat Menit Detik Derajat Menit Detik Penerima

Outlet IPAL 02 50 29,16 104 20 07,21 Sungai Sake


Hulu Sungai 02 50 49,26 104 20 41,08 -
Hilir Sungai 02 50 45,31 104 20 49,36 -
Waduk 02 50 40,63 104 20 02,14 -

49 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan


Penentuan sistem pengelolaan air limbah dilakukan dengan pendekatan kelompok
pencemar. Pendekatan kelompok pencemar antara lain : Organik terurai
(Biodegradable Organic), Organik sulit terurai (Non Biodegradable Organic), Nutrien,
Padatan tersuspensi, dan Apungan (Floatable material). Berdasarkan Pergub Sumsel
Nomor 8 Tahun 2012 parameter yang menjadi tolak ukur pencemaran air antara lain:
BOD, COD, TSS, N-Total, dan Minyak Lemak.
4.1.1 Kapasitas Pengelolaan Lingkungan
Pembangunan kolam limbah Instalasi Pengolahan Limbah Cair (IPLC)
PKS PT Kasih Agro Mandiri sebanyak 13 kolam limbah dengan
kapasitas volume Limbah Cair yang dapat ditampung sebesar 132.246
m³. Debit air limbah per hari sebesar 573,75 m³ sehingga Instalasi
Pengolahan Air Limbah PKS PT. Kasih Agro Mandiri dapat mengolah
air limbah selama 230 hari. Spesifikasi kapasitas dan jenis kolam sebagai
berikut:

Tabel 4.1. Spesifikasi dan Kapasitas Kolam Limbah


No Kolam Dimensi (PxLxD) Volume (mt)
1 Cooling Pond 1 25x15x3 1.125
2 Cooling Pond 2 25x15x3 1.125
3 Mixing Pond 90x36x6 19.440
4 Anaerobik Pond 1 90x36x6 19.440
5 Anaerobik Pond 2 90x36x6 19.440
6 Anaerobik Pond 3 80x36x5 14.400
7 Aerobik Pond 1 80x36x5 14.400
8 Aerobik Pond 2 80x36x5 14.400
9 Sediment Pond 1 80x36x5 14.400
10 Sediment Pond 2 50x30x5 7.500
11 Aerasi Pond 1 40x30x3,5 4.200
12 Aerasi Pond 2 27x11x4 1.188
13 Aerasi Pond 3 27x11x4 1.188
Total 132.246

4.1.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah


Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit PT. Kasih Agro
Mandiri ditampilkan pada tabel berikut.

50 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tabel 4.2 Teknologi Sistem Pengolahan Air Limbah PKS PT. KAM.
Kelompok Pilihan
Penjelasan Parameter
pencemar Teknologi
1. Organik Terurai  Terdiri dari berbagai BOD Diolah dengan
(Biodegradable senyawa organik yang metode
Organics) dapat diuraikan oleh mikrobiologis
mikroba: karbohidrat, aerob dan
protein, sukrosa, glukosa anaerob.
dan lemak. Penambahan
 Menimbukan dampak oksigen
spesifik yaitu menggunakan
pembusukan Badan Air aerator dan
sehingga memiliki blower.
kondisi septik
yang hitam dan berbau
2. Organik sulit  Terdiri dari berbagai COD Diolah dengan
terurai (Non senyawa organik yang metode
Biodegradable sulit diuraikan oleh mikrobiologis
Organics) mikroba, pestisisida, aerob dan
herbisida, detergen, anaerob.
minyak dan oli. Penambahan
 Untuk mengelompokkan oksigen
jenis senyawa organik menggunakan
yang tidak termasuk ke aerator dan
dalam organik terurai. blower.
 Walaupun tidak
menimbulkan dampak
pembusukan air, beberapa
jenis ini bersifat taksik
bagi makhluk
hidup/mikroba
3. Nutrien  Terdiri dari berbagai TN, TP, Diolah dengan
unsur kimia yang Amoniak, metode
dibutuhkan tumbuhan, Nitrit, mikrobiologis
seperti pospat, nitrogen. Nitrat, aerob dan
 Menimbulkan dampak Fosfat Anaerob.
spesifik seperti Penambahan
eutrofikasi atau alga oksigen
bloom di badan air. menggunakan
aerator dan
blower.
4. Padatan  Terdiri dari jenis padatan TSS Dipisahkan
Tersuspensi yang tidak cukup besar melalui proses
(Suspended dan berat untuk pengendapan.
Solids) mengendap dengan
sendirinya.
 Menyebabkan kekeruhan.

51 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Kelompok Pilihan
Penjelasan Parameter
pencemar Teknologi
5. Apungan  Terdiri dari berbagai jenis Minyak dan Diolah dengan
(Floatable cairan atau padatan yang Lemak metode
Material) berat jenisnya lebih mikrobiologis
rendah dari air sehingga aerob dan
mengambang di anaerob.
permukaan air. Penambahan
 Menyebabkan gangguan oksigen
estetika, menghalangi laju menggunakan
deoksigenasi. aerator dan
blower.

4.1.3 Unit Proses atau unit operasi


Unit proses Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit PT. Kasih Agro
Mandiri ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 4.3 Unit Proses Pengolahan Air Limbah PKS PT. KAM.
No Unit Proses/Unit Proses Parameter Desain Tipe Teknologi
1 Cooling Pond 1 pH & Suhu Pendinginan
2 Cooling Pond 2 pH & Suhu Pendinginan
3 Mixing Pond pH & Suhu Pencampuran bakteri
Anaerob
4 Anaerobik Pond 1 pH & Suhu Bakteri Anaerob
5 Anaerobik Pond 2 pH & Suhu Bakteri Anaerob
6 Anaerobik Pond 3 pH & Suhu Bakteri Anaerob
7 Aerobik Pond 1 pH & Suhu Bakteri Aerobik
8 Aerobik Pond 2 pH & Suhu Bakteri Aerobik
9 Sediment Pond 1 pH & Suhu pengendapan
10 Sediment Pond 2 pH & Suhu pengendapan
11 Aerasi Pond 1 pH & Suhu Lumpur aktif
12 Aerasi Pond 2 pH & Suhu Lumpur aktif
13 Aerasi Pond 3 pH, BOD, COD,TSS, N- Lumpur aktif
Total, Minyak dan
Lemak.

4.1.4 Kriteria desain setiap unit proses


Kriteria desain Unit proses Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit PT.
Kasih Agro Mandiri ditampilkan pada tabel berikut.

52 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tabel 4.4 Kriteria Desain Unit Proses Pengolahan Air Limbah PKS PT. KAM
Dimensi
No Kolam Volume (mt) Tipe Teknologi Penambahan
(PxLxD)
1 Cooling Pond 1 25x15x3 1.125 Pendinginan -
2 Cooling Pond 2 25x15x3 1.125 Pendinginan -
Pencampuran Sirkulasi dari
3 Mixing Pond 90x36x6 19.440 bakteri Anaerob, Anaerob II
4 Anaerobik Pond 1 90x36x6 19.440 Bakteri Anaerob -
Sirkulasi ke
5 Anaerobik Pond 2 90x36x6 19.440 Bakteri Anaerob Mixing Pond
6 Anaerobik Pond 3 80x36x5 14.400 Bakteri Anaerob -
7 Aerobik Pond 1 80x36x5 14.400 Bakteri Aerobik -
8 Aerobik Pond 2 80x36x5 14.400 Bakteri Aerobik -
Pompa Sirkulasi,
9 Sediment Pond 1 80x36x5 14.400 pengendapan Jet Aerator
Pompa Sirkulasi,
10 Sediment Pond 2 50x30x5 7.500 pengendapan Jet Aerator
11 Aerasi Pond 1 40x30x3,5 4.200 Lumpur aktif Jet Aerator
12 Aerasi Pond 2 27x11x4 1.188 Lumpur aktif Jet Aerator
13 Aerasi Pond 3 27x11x4 1.188 Lumpur aktif Pompa Outlet

Pemantauan kualitas air limbah untuk parameter pH dan suhu setiap kolam
dilakukan setiap hari, sedangkan pemantauan berdasarkan parameter pergub
sumsel no 8 tahun 2012 dilakukan setiap bulan. Hasil pemantauan kualitas air
limbah disajikan pada tabel berikut:

BULAN
NAMA KOLAM RATA-RATA KETERANGAN
APRIL MEI JUNI
Kolam 1
pH 4,5 4,5 4,4 4,5 -
Suhu 51,6 53,2 52,6 52,4 -
Kolam 2
pH 4,6 4,6 4,6 4,6 -
Suhu 47,5 49,0 48,5 48,3 -
Kolam 3
pH 7,7 7,6 7,9 7,7 MS
Suhu 37,7 38,7 39,4 38,6 MS
kolam 4
pH 7,7 7,9 8,0 7,9 MS
Suhu 35,7 35,7 35,2 35,6 MS
Kolam 5
pH 7,9 8,1 8,1 8,0 MS
Suhu 34,2 34,5 33,7 34,1 MS
Kolam 6
pH 8,1 8,4 8,2 8,2 MS
Suhu 33,4 32,8 31,9 32,7 MS
Kolam 7
pH 8,3 8,6 8,4 8,4 MS
Suhu 31,7 41,9 31,3 35,0 MS
Kolam 8

53 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


BULAN
NAMA KOLAM RATA-RATA KETERANGAN
APRIL MEI JUNI
pH 8,5 8,6 8,5 8,5 MS
Suhu 30,2 41,6 30,6 34,1 MS
Kolam 9
pH 8,6 8,7 8,6 8,6 MS
Suhu 29,6 29,3 30,2 29,7 MS
Kolam 10
pH 8,7 8,8 8,7 8,7 MS
Suhu 28,7 28,4 29,4 28,8 MS
Kolam 11
pH 8,8 8,8 8,8 8,8 MS
Suhu 27,8 27,7 29,4 28,3 MS
Kolam 12
pH 8,9 8,8 8,8 8,8 MS
Suhu 27,0 27,0 28,0 27,3 MS
Kolam 13
pH 8,8 8,8 8,8 8,8 MS
Suhu 26,3 26,7 27,6 26,8 MS
BOD 39,9 83,4 78,7 67,3 MS
COD 106 308 251 221,7 MS
TSS 65,6 76,0 20,0 53,9 MS
N-Total 12,6 27,5 29,0 23,0 MS
Minyak dan Lemak 1,70 3,50 2,90 2,7 MS

4.1.5 Pengelolaan lumpur gas yang dihasilkan


Lumpur yang terakumulasi di kolam-kolam anaerobik setiap 4 bulan
dikumpulkan lalu dipaparkan di udara terbuka agar terjadi proses dekomposisi
sebelum digunakan sebagai pupuk organik dan atau untuk land fill di area
cekungan di sekitar pabrik.

4.2. Rencana Pemantauan Lingkungan


4.2.1. Penurunan kualitas air
1. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan
 Sumber Dampak:
Aktifitas operasional proses pengolahan TBS menggunakan air dari
Sungai Sake.
 Jenis Dampak:
Penurunan kualitas air Sungai Sake oleh limbah cair, namun karena
dikelola melalui kolam limbah, maka tergolong negatif tidak penting.
 Besaran Dampak:
Pengolahan TBS mengeluarkan limbah cair sebanyak 60% x 45 ton
TBS x 20 jam = 540 ton/hari atau 540 m3/hari, merupakan jumlah
yang cukup besar.

54 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


2. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
 Bentuk upaya pengelolaan lingkungan:
Memfungsikan 13 kolam limbah cair yang menampung limbah cair
pabrik pengolahan kelapa sawit, sebelum disalurkan ke Sungai Sake.
 Lokasi pengelolaan lingkungan:
Di seluruh komponen kegiatan proses pengolahan TBS dan kolam
limbah.
 Periode pengelolaan lingkungan:
Selama tahap operasi pabrik
3. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
 Bentuk upaya pemantauan lingkungan:
 Mengambil contoh air Sungai Sake dan waduk serta karakteristik
limbah cair di out let kolam limbah.
 Parameter air sungai dan waduk berdasarkan Pergub Sumsel no.
16 tahun 2005 dan air limbah pabrik berdasarkan Pergub Sumsel
no. 8 tahun 2012 untuk pabrik pengolahan kelapa sawit.
 Lokasi pemantauan lingkungan:
Di Sungai Sake pada titik:
 A1: S:02o 50” 40,75”- E:104o 20’ 50,17”;
 A2: S: 02o 50” 45,31” – E: 104o 20’ 49,36”.
 Waduk
 Limbah cair pabrik di out let IPAL.
 Periode pemantauan lingkungan:
 Kualitas air Sungai Sake dan air waduk diilaksanakan 6 (enam)
bulan sekali selama masa operasi.
 Limbah cair setiap bulan sekali.
4. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Pelaksana UKL dan UPL
: PT. Kasih Agro Mandiri
 Pengawas UKL dan UPL :
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin
 Dinas Kesehatan Kab. Banyuasin
 Penerima Laporan
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin
 Dinas Kesehatan Kab. Banyuasin.
4.2.2. Gangguan pada biota perairan
1. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan
 Sumber Dampak:
Aktifitas operasional proses pengolahan TBS.
 Jenis Dampak:

55 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Terjadi penurunan kualitas air Sungai Sake penerima limbah cair dari
kolam limbah.
 Besaran Dampak:
Karena air limbah buangan dari IPAL pabrik telah dikelola dengan
baik sesuai kinerja IPAL, maka dampak yang timbul tergolong kecil.
2. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
 Bentuk upaya peengelolaan lingkungan:
Memfungsikan 13 kolam limbah cair yang menampung limbah cair
pabrik pengolahan kelapa sawit, sebelum disalurkan ke Sungai Sake
 Lokasi pengelolaan lingkungan:
Di seluruh komponen kegiatan proses pengolahan TBS dan kolam
limbah.
 Periode pengelolaan lingkungan:
Selama tahap operasi pabrik.
3. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
 Bentuk upaya pemantauan lingkungan:
Mengambil contoh air Sungai Sake untuk analisis keragaman planton,
benthos dan nekton
 Lokasi pemantauan lingkungan:
Di Sungai Sake pada titik:
 A1: S:02o 50” 40,75”- E:104o 20’ 50,17”;
 A2: S: 02o 50” 45,31” – E: 104o 20’ 49,36”.
 Periode pemantauan lingkungan:
Kualitas air Sungai Sake dan air waduk diilaksanakan 6 (enam) bulan
sekali selama masa operasi.
4. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Pelaksana UKL dan UPL
: PT. Kasih Agro Mandiri
 Pengawas UKL dan UPL :
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin
 Dinas Perikanan Kab. Banyuasin
 Penerima Laporan :
 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin
 Dinas Perikanan Kab. Banyuasin.
4.2.3. Pemeliharaan Pabrik
1. Dampak Lingkungan yang Ditimbulkan:
 Sumber Dampak:
Penurunan kualitas air aktifitas pemeliharaan pabrik.
 Jenis Dampak:

56 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Penurunan kualitas air akibat ceceran limbah cair pembersihan lantai,
atau buangan dari pebersihan kendaraan yang mengalir bersama
sistem dainase umum.
 Besaran Dampak:
Tergolong kecil.
2. Bentuk Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)
 Bentuk upaya pengelolaan lingkungan:
 Menghindari buangan air dari penyiraman atau pembersihan masuk
drainse umum.
 Membenahi genangan air yang berada di lahan pabrik yang
terbuka, sehingga tidak ada cekungan penampung air
 Lokasi pengelolaan lingkungan:
Dalam lingkungan pabrik.
 Periode pengelolaan lingkungan:
Selama tahap operasi pabrik.
3. Bentuk Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL)
 Bentuk upaya pemantauan lingkungan:
Pengamatan langsung di lapangan terhadap ceceran minyak dan atau
genangan air.
 Lokasi pemantauan lingkungan:
Di lahan terbuka dalam areal pabrik.
 Periode pemantauan lingkungan:
Setiap selesai perawatan/pemeliharaan pabrik atau setelah turun hujan.
4. Institusi Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
 Pelaksana UKL dan UPL : PT. Kasih Agro Mandiri
 Pengawas UKL dan UPL : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin
 Penerima Laporan : Dinas Lingkungan Hidup Kab. Banyuasin

4.3 Sistem penanggulangan keadaan darurat


Menguraikan :
a. Unit yang bertanggung jawab terhadap penanganan kondisi darurat
Unit yang bertanggung jawab terhadap konsisi darurat disajikan pada struktur berikut:

57 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


R. BAMBANG KUSPARDONO
Mill Manager

FERI AKBAR
Koordinator Lapangan

Sartika Siketang
Koordinator Pengelolaan IPAL

YEFTA DARMAJI
Pengendali Dokumen

TIM 1 TIM 2
Roy Pardede Beni Febriansyah
Adi Rianda Rolex Mustopa

b. Rencana dan prosedur tanggap darurat


Prosedur tanggap darurat diuraikan pada Standar Operasional Posedur (SOP)
Penanganan Kejadian Darurat Kebakaran, Tumpahan dan Kejadian Darurat Lainnya
PT Kasih Agro Mandiri Nomor : 02/SHE/KAM-INT/I/2021 sebagaimana Lampiran I.

4.4 Internalisasi Biaya Lingkungan


Rencana biaya pengelolaan dan pemantauan pencemaran air PT Kasih Agro mandiri disajikan
pada tabel berikut ini.
Tabel Rencana biaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan pengendalian pencemaran air

Estimasi Biaya
No Kegiatan Keterangan
(Rp)
1 Pembangunan IPAL 4.418.490.400 Pembangunan
Kolam, Pembuatan
Aerator, Rumah
pompa, Pompa
Sirkulasi,
Pembiakan Bakteri,
dll.
2 Pengoperasian IPAL 20.000.000/bulan SDM Operasional,
Sirkulasi,
Operasional Mesin,
dll.

58 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Estimasi Biaya
No Kegiatan Keterangan
(Rp)
3 Pemeliharaan IPAL 252.852.5000 Perbaikan mesin
(pump dan aerator),
Kapur tohor,
Caustic Soda dan
Soda Ash
111.150.000/Thn Starter Bakteri
aerobic, Nutri guard
Aerobic dan
Koagulan.
4 Pemantauan lingkungan 20.000.000/thn Pemantauan IPAL
per bulan dan air
sungai per 6 bulan
5 Tanggap darurat 36.000.000 Perlengkapan
tanggap Darurat
6 Pengembangan Teknologi 350.000.000 Pengadaan Mesin
7 Pengembangan Sumberdaya Manusia 10.000.000/paket PPPA, POPA

4.5 Periode waktu uji coba


Periode uji coba pengolahan air limbah PT. Kasih Agro Mandiri disajikan pada tabel berikut:

59 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


Tabel Jadwal Uji coba kolam IPAL

Jadwal Uji Coba Kolam IPAL


No Kegiatan 2019 2020 2021
9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
1 Pembangunan kolam IPAL
3 Uji coba kolam IPAL
B. STANDAR KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA
1. Struktur organisasi Pengendalian pencemaran air

MILL MANAGER

ASISTEN KEPALA

AST. LABORATORY AST. SHE


AST. PROSES Pengelola IPAL Pelaporan IPAL

Mandor Mandor SHE Officer

Operator Operator

2. Sumberdaya manusia
Rencana pemenuhan personil yang bersertifikat Penanggung Jawab Pengendali
Pencemaran Air (PPPA) dan Penanggung Jawab Operasional Pengolahan Air
Limbah (POPA) akan dipenuhi paling lambat 1 (satu) tahun sejak diterbitkannya izin.

C. SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN


Sistem Manajemen Lingkungan diuraikan pada Standar Operasional Posedur (SOP)
Pengelolaan Limbah PT Kasih Agro Mandiri Nomor : 03/SHE/KAM-INT/II/2021
sebagaimana Lampiran II.

61 | Kajian Teknis Pemenuhan Baku Mutu Air


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

1. TUJUAN
1.1 Menjelaskan mekanisme kesiapsiagaan dan tanggap darurat kejadian
kebakaran, tumpahan, huru-hara, banjir dan kecelakaan darurat.
1.2 Sebagai panduan standar dalam menangani kondisi darurat di perusahaan.

2. REFERENSI
2.1 Permentan No. 11/Permentan/OT.140/3/2015 Tentang Sistem Sertifikasi
Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia.
2.2 PP No. 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
2.3 Permen LHK No P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 Tentang
Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun.

3. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

Mill Manager Memastikan diterapkannya ketentuan dalam prosedur ini, Membentuk


Regu Tanggap Darurat di masing-masing area dan memastikan kesiapan perlengkapan
tanggap darurat.
Corp. HR Manager Memfasilitasi pelaksanaan pelatihan regu pemadam kebakaran dan
regu tanggap darurat (emergency) lainnya.

Staff K3L Melakukan inspeksi APAR bulanan, berkoordinasi dengan bagian pelatihan
dalam pelaksanaan pelatihan regu pemadam kebakaran dan regu tanggap darurat lainnya
dan melakukan sosialisasi, briefing atau pelatihan tentang prosedur tanggap darurat
kepada karyawan.
Satuan Pengamanan (Security) Melakukan pengamanan dalam proses penanganan
kejadian darurat dan aktif dalam proses penanganan sesuai instruksi kepala regu atau garis
komando penanganan kejadian daurat di lapangan.
Asisten Kepala Melakukan briefing, pengarahan, sosialisasi sekaligus mengawasi
pelaksanaan dan penerapan prosedur ini di area dan karyawan dalam lingkup tanggung
jawabnya.
Bagian P3K Melakukan persiapan bantuan medis yang diperlukan sebagai kesiapsiagaan
ketika terjadi kondisi darurat.
Seluruh Karyawan Melaporkan kejadian darurat yang terjadi ke emergency contact
yang tersedia, melakukan penanggulangan upaya awal yang bisa

Hal 2 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

dilakukan dan mengikuti arahan (briefing/induction), pelatihan (training) atau


awareness K3L baik yang dilakukan oleh masing-masing pengawas lapangan maupun
staff K3L ataupun pihak yang kompeten atau berwenang lainnya dalam hal penanganan
kejadian darurat .

4. PROSEDUR
4.1 Jenis-Jenis Kondisi Darurat
SOP ini berlaku untuk kejadian darurat yang terjadi dalam lingkup wilayah kerja
Perusahaan yang meliputi:
a. Kebakaran lahan serta kebakaran bangunan, gedung dan perumahan;
b. Tumpahan bahan bakar atau pelumas 200 Liter;
c. Tumpahan bahan kimia > 200 Liter;
d. Overflow limbah PKS atau kegagalan sistem pengolahan limbah;
e. Bencana alam seperti: gempa bumi, banjir dan angin kencang;
f. Demonstrasi, huru-hara atau bentuk lain sejenis;
g. Kecelakaan kerja darurat (melibatkan banyak orang dan korban).

4.2 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Kebakaran


4.2.1 Umum
a. Mill Manager membentuk Regu Pemadam Kebakaran.
b. Regu pemadam kebakaran harus mendapatkan pelatihan teknik pemadaman
kebakaran secara berkala dan dilengkapi dengan peralatan pemadaman
kebakaran.
c. Himbauan atau kampanye tentang bahaya kebakaran harus dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran karyawan dan masyarakat sekitar
kebun.
d. Peta jalur evakuasi dari bangunan kantor dan titik berkumpul darurat
(assembly point) untuk kantor dan perumahan harus tersedia.
e. Terdapat upaya deteksi kebakaran atau peringatan dini dengan melakukan:
- Patroli rutin terutama pada areal rawan kebakaran dan pada saat musim
kemarau.
- Memantau hot spot melalui prakiraan cuaca dan potensi bahaya
kebakaran.
- Mendirikan menara pantau.
- Memperketat keamanan pintu masuk perkebunan dan areal- areal
perbatasan dengan kebun masyarakat.
- Menghimbau dan mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar kebun
mengenai larangan membuka lahan dengan cara membakar.
- Melakukan pelatihan dan simulasi pemadaman kebakaran.

Hal 3 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

- Ketersedian fire exhtinguisher/Alat Pemadam Api Ringan


(APAR) dalam jumlah yang cukup (catatan: untuk bangunan).
- Upaya peningkatan kesadaran kepada karyawan.
4.2.2 Kebakaran Lahan
a. Setiap Divisi harus mempunyai perlengkapan pemadam kebakaran yang
dibutuhkan.
b. Asisten/Petugas yang ditunjuk secara berkala harus memeriksa
kesiapan perlengkapan pemadam kebakaran.
c. Standar minimum perlengkapan pemadam kebakaran lahan berupa:
- Alat untuk membuat sekat bakar (garu/cangkul atau alat lain
sejenis).
- Pompa Air
- Knapsack
- Nozzle/water cannon
- Selang pemadam (firehouse)
- Tangki air/sumber air lain
- Kendaraan pemadam kebakaran (mobil tangki/truck)
d. Cara kerja regu pemadam mengikuti ketentuan sebagaimana point
4.2.3 Untuk api besar Kebakaran pada Gedung, Bangunan atau Perumahan
a. Jika api kecil maka sebisa mungkin dipadamkan dengan cara-cara
konvensional.
b. Gunakan air atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR/Fire
Extinguiser) sesuai dengan tempat dimana munculnya api.
c. Cara penggunaan APAR:
- Buka segel/kunci pengaman
- Arahkan nozzle ke arah titik api
- Tekan handle dan semprotkan secara merata hingga api padam
d. Staff K3L membuat laporan kejadian kebakaran dan dilaporkan
kepada Mill Manager.

Hal 4 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

e. Berdasarkan bahan aplikasinya, APAR diklasifikasikan:


Jenis Media Pemadam Kebakaran
Klasifikasi Jenis Kebakaran Tipe Basah Tipe Kering
Air Busa Powder Gas CO2 Clean Agent
Kelas A Bahan Padat seperti VVV V VV V VVV*)
Kayu, Kertas
Bahan berharga atau XX XX VV**) VV VVV
penting
Kelas B Bahan Cair mudah XXX VVV VV V VVV
terbakar (bensin,solar)
Bahan Gas mudah X X VV V VVV
terbakar (elpiji, Oksigen)
Kelas C Panel Listrik/ Jaringan XXX XXX VV VV VVV
elektrik
Kelas D Logam (Kalium, XXX XXX Khusus X XXX
Magnesium)
Keterangan : VVV : Sangat Efektif *) : Tidak Efisien
VV : Dapat digunakan **) : Kotor/Korosif
V : Kurang tepat/ Tidak dianjurkan X : Tidak tepat
XX : Merusak XXX : Berbahaya

f. Jika api membesar dan tidak padam, lakukan langkah selanjutnya


g. Jika api besar:
- Menginformasikan segera ke nomor emergency contact
- Mill Manager memastikan Regu Pemadam Kebakaran melakukan
tugasnya masing-masing.
- Komandan Regu segera menginformasikan kepada petugas mesin
pompa untuk menghidupkan pompa.
- Wakil Komandan Regu memastikan semua anggota regu bergerak dan
melakukan tugasnya masing-masing.
- Petugas Mesin Pompa menghidupkan pompa fire fighting dan
memastikan ketersediaan air yang cukup selama pemadaman api
dilakukan.
- Petugas Penyiap Selang menyiapkan selang/Fire hose dan nozzle dari
tangki hingga menjangkau lokasi kobaran Api serta membuka keran
hydrant.
- Petugas Penyemprot Api mengambil posisi yang strategis dan
melakukan penyemprotan/ pemadaman api.
- Petugas pengaman instalasi listrik & bangunan mengamankan Instalasi
Listrik agar tidak membahayakan regu pemadam api dan karyawan
yang masih berada di dalam gedung dan memastikan kegiatan pada
proses produksi dihentikan sementara waktu.

Hal 5 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

- Petugas Rescue melakukan evakuasi orang dan memastikan tidak ada


orang yang terjebak dalam kobaran api dan semua orang telah
dievakuasi ke tempat berkumpul yang aman (Assembly Point).
- Seluruh regu bergerak sesuai tugas masing-masing.
- Seluruh personil regu segera melakukan pemadaman api.
- Komandan regu memastikan bahwa api, total telah dapat dipadamkan.
- Wakil komandan regu memastikan seluruh peralatan dikembalikan pada
posisi semula.
- Komandan regu membuat Laporan Kejadian Kebakaran yang
disampaikan kepada Staff K3L.
- Staff K3L melaporkan kejadian kebakaran kebakaran kepada Estate
Manager dan menyampaikan laporan kepada instansi terkait.
h. Gunakan Alat Pelindung Diri yang sesuai seperti: masker debu, masker
gas, sarung tangan, kacamata pelindung, pelindung kepala, sepatu boot
atau sepatu safety.
4.3 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat tumpahan bahan bakar dan bahan
pelumas:
4.3.1 Pastikan bahwa tidak ada sumber api/potensi menimbulkan api berada di area
tumpahan.
4.3.2 Peringatkan kepada orang yang berada dilokasi untuk menghindari area
tumpahan.
4.3.3 Jika ada korban manusia, berikan pertolongan pertama dan segera
lakukan evakuasi medis.
4.3.4 Hubungi emergency contact.
4.3.5 Lokalisasi area tumpahan dengan mengunakan bahan penyerap seperti serbuk
gergaji/fiber atau tanah dan pasir untuk menghindari meluasnya tumpahan.
4.3.6 Segera amankan tumpahan ke dalam wadah khusus jika material tumpahan
masih memiliki nilai ekonomi yang dapat diamankan.
4.3.7 Gunakan APD yang diperlukan ketika menangani tumpahan bahan pelumas dan
bahan bakar (sarung tangan kulit).
4.3.8 Gunakan material penyerap seperti serbuk gergaji/fiber untuk membersihkan
tumpahan.
4.3.9 Kumpulkan bekas material penyerap kedalam karung kemudian di kelola
sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah.
4.3.10 Kumpulkan dan kembalikan alat penanganan tumpahan pada tempatnya.

Hal 6 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

4.3.11 Buat laporan kejadian tumpahan untuk jumlah tumpahan di atas 20 liter pada
Laporan Kejadian Tumpahan dan lakukan investigasi terhadap kejadian
tumpahan > 200 liter serta laporkan ke pihak terkait.
4.3.12 Untuk tumpahan ≤ 200 Liter, maka lakukan penanganan sesuai prosedur
Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun atau Prosedur Pengelolaan Limbah.
4.4 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Tumpahan Bahan Kimia
4.4.1 Peringatkan kepada orang yang berada dilokasi untuk menghindari area
tumpahan.
4.4.2 Jika ada korban manusia, berikan pertolongan pertama bagi korban
tumpahan dan segera lakukan evakuasi medis.
4.4.3 Informasikan kepada emergency contact yang ada.
4.4.4 Lokalisasi area tumpahan dengan menggunakan bahan penyerap seperti serbuk
gergaji/fiber untuk menghindari meluasnya tumpahan
4.4.5 Gunakan Alat Pelindung Diri yang diperlukan ketika menangani tumpahan
pestisida (sarung tangan karet, masker dan apron)
4.4.6 Gunakan material penyerap seperti serbuk gergaji/fiber untuk membersihkan
tumpahan.
4.4.7 Kumpulkan bekas material penyerap ke dalam karung kemudian di kelola
sesuai dengan prosedur pengelolaan limbah.
4.4.8 Lakukan pembersihan badan dan tangan menggunakan air dan sabun setelah
menangani tumpahan.
4.4.9 Kumpulkan dan kembalikan alat penanganan tumpahan pada tempatnya.
4.4.10 Buat laporan kejadian tumpahan untuk jumlah tumpahan > 200 liter pada
Laporan Kejadian Tumpahan dan diteruskan ke staf/petugas K3L/HSE.
4.4.11 Untuk tumpahan ≤ 200 Liter, maka lakukan penanganan sesuai prosedur
Penanganan Bahan Berbahaya dan Beracun atau Prosedur Pengelolaan Limbah.
4.5 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat Overflow atau Kegagalan Sistem
Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit (Kolam Limbah PKS)
4.5.1 Informasikan kejadian sesuai emergency contact di PKS
4.5.2 Kepala PKS segera memfungsikan personilnya untuk melakukan
penanggulangan
4.5.3 Hubungi Divisi terdekat yang berada pada aliran luapan/overflow untuk segera
menutup aliran agar tidak masuk ke sungai
4.5.4 Kerahkan alat berat yang diperlukan
4.5.5 Lakukan penanganan teknis dengan memberikan perlakukan secara
biologi/organik/kimia untuk menetralisir kadar limbah agar sesuai dengan daya
tampung/baku mutu lingkungan

Hal 7 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

4.5.6 Upaya-upaya pemulihan lingkungan perlu dilakukan untuk menghindari


dampak negatif terhadap media lingkungan
4.5.7 Lakukan investigasi dan tindakan perbaikan atas kejadian yang terjadi dan
laporkan ke pihak terkait

4.6 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat bencana alam


4.6.1 Informasikan ke emergency contact yang ada.
4.6.2 Tim tanggap darurat segera melakukan tindakan sesuai mekanisme rescue atas
jenis bencana alam yang terjadi.
4.6.3 Hubungi pihak luar/dinas luar terkait penanganan atau penanggulangan
bencana, missal: Tim SAR, Badan Penanggulangan Bencana atau lembaga-
lembaga lain sejenis.
4.6.4 Prioritas pertama ada pada penyelamatan nyawa korban manusia dengan tetap
memperhatikan keselamatan diri tim penyelamat/tanggap darurat.
4.6.5 Penyelamatan aset menjadi prioritas kedua setelah semua penyelamtan manusia
dilakukan.
4.6.6 Kegiatan operasional harus dihentikan sementara waktu selama kondisi darurat
terjadi dan dapat beroperasional kembali setelah keadaan benar-benar
terkendali dan memungkinkan.
4.7 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat demonstrasi, huru-hara atau kejadian
sejenis
4.7.1 Hubungi emergency contact yang ada atau security terdekat.
4.7.2 Kepala Divisi/Manajer area/Pihak yang memiliki otoritas dapat meminta
bantuan kepolisian terdekat untuk mengamankan kejadian yang ada.
4.7.3 Lakukan langkah-langkah persuasif untuk menghadapi kondisi yang ada.
4.7.4 Keselamatan nyawa manusia adalah menjadi prioritas terpenting dalam
penanganan kejadian.
4.7.5 Semua karyawan harus terlibat aktif dalam turut menjaga aset Perusahaan
sepanjang tidak membahayakan keselamatan diri pribadi.

Hal 8 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 02/SHE/KAM-INT/I/2021
SOP Penanganan Kejadian Darurat
Kebakaran,Tumpahan dan Kejadian No. Revisi 0
Darurat Lainnya Tgl. Berlaku 25 Januari 2021

4.8 Kesiapsiagaan dan tanggap darurat kecelakaan darurat


(melibatkan banyak orang dan korban)
4.8.1 Amankan korban dan lokasi area sebisa mungkin.
4.8.2 Hubungi emergency contact terutama pihak medis/klinik yang ada
4.8.3 Lakukan pertolongan pertama pada kecelakaan sesuai dengan cara
first aid/P3K.
4.8.4 Jika telah ada ambulan atau kendaraan lain yang memadai, segera evakuasi
korban ke klinik Perusahaan. Jika kondisi korban cukup kritis, evakuasi dapat
langsung dilakukan ke Rumah Sakit terdekat yang memadai.
4.8.5 Setelah kondisi memungkinkan, Manajer area/Asisten Kepala harus membuat
laporan kecelakaan dan laporan investigasi kecelakaan mengacu ke Prosedur
“Investigasi dan Pelaporan Insiden”.

5 PENYIMPANAN REKAMAN
Rekaman/catatan hasil pemantauan dan pengukuran disimpan oleh masing- masing bagian
yang bertanggung jawab untuk periode minimal 5 (lima) tahun.

Hal 9 dari
PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH
(EFFLUENT TREATMENT)

I. Pendahuluan
1.1 Kebijakan perusahaan
Melalui pengolahan limbah PMKS diharapkan akan dipenuhi syarat buangan limbah
yang sesuai dengan peraturan pemerintah Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5
Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah dan terhindar dari dampak sosial di
masyarakat

1.2 Dasar-dasar Pengolahan


1.2.1 Karakteristik Limbah
Limbah yang dihasilkan oleh PMKS berupa limbah padat dan limbah cair.
Limbah padatberupa cangkang, janjangan kosong, serabut, solid dan kerak boiler
sedangkan limbah cair berupa air limbah.
1.2.1.1 Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PMKS semuanya dimanfaatkan
diantaranya, cangkang dan serabut digunakan sebagai bahan bakar boiler,
janjangan kosong dibawa kelahan sebagai pupuk organik, kerak boiler
dimanfaatkan untuk pelapis jalan dan solid dimanfaatkan sebagai pupuk
organik atau makanan ternak.
1.2.1.2 Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS bersumber dari air kondensat,
air cucian pabrik, air hydrocyclone atau claybath dan sebagainya. Limbah
cair ini kesemuanya ditampung dan diolah di kolam limbah dan setelah
memenuhi syarat air buangan dapat dibuang ke sungai atau dimanfaatkan
untuk mengairi kebun kelapa sawit melalui systemLand Application
1.2.2 Mekanisme Perombakan Limbah
Proses perombakan bahan organik air limbah dapat dilakukan melalui reaksi
kimia dan dapat pula melalui reaksi biokimia
1.2.2.1 Reaksi Kimia
Limbah PMKS yang terdiri dari bahan organik dapat dirombak melalui
reaksi oksidasi dengan bahan kimia seperti KmnO4. Reaksi ini dapat
terjadi jika terdapat katalisator oksida dalam air limbah. Reaksi ini
umumnya berjalan lambat, karena tidak seluruhnya karbohidrat dapat di
oksidasi. Penerapan oksidasi pada bahan organik dianggap dapat
menimbulkan efek samping yang membahayakan terhadap pemakai air.

1 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
1.2.2.2 Reaksi Biokimia
Reaksi Biokimia terjadi billa perombakan organik menjadi senyawa
sederhanna dengan bantuan mikroba. Reaksi perombakan ini terjadi
dengan dua cara yaitu secara anaerobik dan secara aerobik.
II. Prosedur Operasional
2.1 Mekanisme penanganan limbah cair dari pabrik ke instalasi pengolahan air
limbah(IPAL) adalah sebagai berikut :
2.1.1 Air limbah yang dihasilkan dari produksi di pabrik minyak kelapa sawit
mempunyai kisaran BOD 25000 ppm. Pengolahan air limbah dimaksudkan agar
kandungan zat-zat yang merupakan bahan pencemar berkurang dan memenuhi
bahan mutu limbah cair yang dipersyaratkan
2.1.2 Air limbah dari Fat Pit dipompakan menuju cooling Pond. Penampungan pond
adalah untuk pendingan air limbah agar mencapai suhu + 400C
2.1.3 Deoiling Pond berfungsi untuk menangkap sisa-sisa minyak yang tidak terkutip
di fat pit.
2.1.4 Dari Deoiling pond air limbah dialirkan ke primary anaerobic pond tujuannya
adalah untuk penguraian senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa
sederhana yang dilakukan oleh bakteri. Proses ini ditandai dengan terbentuknya
gelembung gas methane dan CO2 sebagai hasil dan proses fermentasi secara
anaerob. Kolam ini juga merupakan tempat pembiakan bakteri awal.
2.1.5 Dari primary anaerobic pond air limbah dialirkan ke secondary anaerobic pond.
Di kolam ini diharapkan terjadi proses penguraian lebih efektif sehingga
dicapai BOD
<5000 ppm. Pada kolam ini, juga dialirkan/sirkulasi limbah dari kolam hilir
(aerobic pond), sehingga senyawa yang tidak terurai dikolam aerobic pond
kembali ke kolam secondary anaerobic pond. Dari kolam ini juga sudah dapat
dialirkan ke lahan land application. Air limbah dari secondary dialirkan ke
aerobic pond 1 dan 2, dimana di dalam proses ini oksigen diharapkan dapat
bertambah dengan menggunakan aerator.
2.1.6 Dari Aerobic pond,air limbah dialirkan ke sendimentasi pond, tujuanya adalah
untuk mengendapkan padatan yang terlarut dalam air limbah. Air limbah dari
sendimentasi pond selanjutnya di alirkan ke sungai

2 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
2.2 Reaksi Perombakan Cairan Limbah
2.2.1 Reaksi Anaerobik
Proses perombakan anaerobik berlangsung tanpa kehadiran oksigen. Perombakan
ini dibantu oleh bakteri anaerobik, yaitu yang aktif menghasil enzim dan
merombak bahan organik. Jenis mikroba yang berperan dalam reaksi
perombakan bahan organik adalah bakteri yang membutuhkan lingkungan,
reaksinya sebagai berikut
CnH2nOn + O → CO2 + H2O
Kehidupan mikroba dalam cairan memerlukaan keadaan lingkungan yang cocok
antara lain PH, Suhu, nutrisi dan Udara
2.2.1.1 Keasamaan Limbah
Derajat keasaman pada mikroba yaitu pada pH 5-9. Oleh sebab itu,
limbah yang bersifat (pH 4-5) merupakan media yang tidak cocok
untuk pertumbuhan bakteri maka untuk mengaktifkan bakteri cairan
limbah tersebut dinetralisasi dengan penambahan alkali. Harus dibatasi
agar keasamanya tidak melebihi pH 9, karena pada pH 5 dan pH 9 dapat
menyebabkan terganggunya enzim bakteri.
2.2.1.2 Suhu
Suhu limbah yang keluar pabrik umunya 50-70 0C tergantung pada kondisi
pengolahan di fat pit atau recovery tank. Mikroba menghendaki suhu
cairan sesuai dengan jenis mikroba yang dikembangkan berdasarkan sifat
adaptasi bakteri terhadap suhu lingkungan yaitu :
A) Phsycrophill, yaitu bakteri yang dapat hidup dan aktif pada suhu
rendah yaitu100C, bakteri ini banyak ditemukan di daerah subtropis.
B) Mesophill, yaitu bakteri yang dapat hidup pada suhu 10-50 0C dan
merupakan jenisbakteri yang paling banyak dijumpai terutama di
daerah tropis.
C) Thermophill, yaitu bakteri yang tahan panas yang aktif pada suhu 50-
800C. Bakteriini banyak dijumpai pada tambang minyak yang berasal
dari perut bumi.
2.2.1.3 Nutrisi
Limbah cair mengandung karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang
dibutuhkan oleh mikroba. Karakteristik limbah tersebut berbeda dengan
karakteristik yang diinginkan oleh bakteri sehinggat tidak dapat langsung
memakannya. Oleh sebab itu agar reaksi anaerobik berjalan dengan baik
maka diberikan starter yaitu makanan awal bakteri sebagai dasar
penyesuaian diri untuk berkembang sedangkan komposisi
limbah perlu diperbaiki dengan penambahan nutrisi seperti unsur P
dan N, yangdiberikan dalam bentuk pupuk TSP dan Urea.

3 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
2.2.1.4 Udara
Reaksi perombakan anaerobik tidak menghendaki kehadiran oksigen,
karena oksigen tersebut dapat menonaktifkan bakteri, kehadiran oksigen
pada cairan limbah dapat bersumber dari air hujan, kontak air limbah
dengan udara. Perombakan bahan organik limbah yang dapat berlangsung
dengan baik menunjukkan gelembung-gelmbung gas yang keluar dari
permukaan kolam, dan pada waktunya hujan turun gelembung-gelembung
tersebut berhenti.
2.2.2 Reaksi Aerobik
Reaksi aerobik atau disebut fermentasi aerobik menggunakan oksigen yang
berasal dari udara yang dipompakan ke dalam cairan pemberian oksigen
dilakukan dengancara Difusse, yaitu menginjeksikan udara dalam cairan dalam
bentuk gelembung halus yang kemudian oksigen melarut dalam cairan dengan
menggunakan aerator.
Beberapa parameter air limbah yang digunakan sebagai kendali mutu (Quality
control) antaralain adalah sebagai berikut:
A) pH
Digunakan untuk menyatukan intensitas daripada asam dan basa (Larutan
Alkali)
B) BOD (Biological Oxygen Demand)
Adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh populasi mikroorganisme
untuk oksidasibiologikal daripada bahan-bahan organik di dalam waktu dan
suhu tertentu
C) COD (Chemical Oxygen Demand)
adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik
dan anorganik.Umumnya nilai COD dua kali atau lebih dari nilai BOD
D) Solids (Total Solids, Suspended Solids, Dissolved Solids, Volatile
Suspended Solids)
(i) Total solids adalah bahan-bahan yang tertinggal di dish setelah
penguapan danpengeringan di oven pada temperatur 1050C
(ii) Suspended Solids
Terdiri dari bahan organik dan inorganik yang tak larut di dalam air
limbah yangdapat dihilangkan dengan kertas saringan
(iii) Dissolved Solids
Terdiri dari bahan-bahan organik dan inorganik yang dapat larut
(iv) Volatile Suspended Solids
Adalah sebuah indikasi daripada konsentrasi bakteri yang ada di dalam
proses pengolahan limbah dan dapat ditentukan dengan pengeringan
sebuah sampel limbah di dalam dapur pada suhu 550C

4 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
E) Oil dan Grease
Grease dihubungkan dengan berbagai bahan-bahan organik termasuk
hidrokarbon lemak- lemak, minyak,lilin dan molekul berat, asam lemak
tinggi. Besar kecilnya parameter oil dan greasedi air limbah menunjukkan
kesukaran atau ketidaksukaran di dalampenanganan atau pengolahan.
F) Total Volatile Acid (TVA)
Adalah ukuran daripada jumlah penguapan asam yang dapat disaring dari
sampel air limbah.TVA ini sangat berguna sebagai contoh Test
G) Total Alkalinty (TA)
Digunakan untuk menunjukkan kapasitas daripada limbah menerima proton-
proton dan TA yang dihubungkan dengan jumlah kebutuhan asam untuk
mencapai titik keseimbangan pH 4.5 di dalam sistem
H) Total Organik Nitrogen Dan Ammonical Nitrogen
Adalah nitrogen organik yang ada sebagai protein yang secara keseluruhan
diubah secara biologi kedalam nitrogen amonia dan akhirnya diubah ke
nitrogen atau nitrogen inorganik seperti nitrat
2.3 Pengendalian mutu air limbah
Pengendalian mutu air limbah cairan limbah PMKS sebelum dibuang ke sungai
terlebih dahulu ditampung dan diolah dikolam limbah sampai cairan tersebut
memenuhi syarat untuk dibuang. Beberapa perlakuan pengendalian mutu air limbah
meliputi : pendingginan, deoiling pond, pengasaman, netralisasi, kolam anaerobik,
kolam fakulatif, kolam aerasi, kolam sedimentasi.
2.4. Pendinginan
Air limbah segar yang keluar dari pabrik umumnya masih panas (50-70 0C) dan masih
diperlakukan pendinginan sesuai dengan kondisi pengendalian limbah yang
diinginkan bakteri pendinginan dilakukan dengan dua cara yaitu :
2.4.1 Kolam pendingin yaitu pendinginan limbah dengan kolam pendinginan ini
dikombinasikan dengan pengutip minyak.
2.4.2 Deoiling pond
Berfungsi untuk mengutip minyak hingga kadar minyak 0,4% deoiling pond ini
merupakan instalasi tambahan membantu fat pit yang hanya mengutip minyak.
2.5 Pengasaman
Limbah yang segar mengandungsenyawa organik yang mudah dihidrolisa dan
menghasilkan senyawa asam. Agar senyawa ini tidak menggangu proses
pengendalian limbah maka dilakukan pengasaman. Dalam kolam ini pH limbah
umumnya berkisar 3-4 dan kemudian pH-nya naik setelah asam-asam organik terurai
kembali oleh proseshidrolisa yang berlanjut.

5 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
2.6 Netralisasi
Limbah yang masih asam tidak sesuai untuk pertumbuhan mikroba oleh sebab itu
perlu dinetralkan dengan penambahan abu tandan kosong. Netralisasi dapat dibantu
dengan perlakuan sirkulasi yaitu memakai air limbah yang berasal dari kolam
fakulatif yang mempunyai pH netral.
2.8 Kolam Anaerobik
Limbah yang telah dinetralkan dialirkan kedalam kolam anaerobik untuk proses.
Kolam ini juga berfungsi untuk pembiakan bakteri pada awal pembiakan
bakteri.Proses perombakan dalam kolam anaerobik perlu diperhatikan beberapa
faktor yaitu sirkulasi, pengurangan jumlah scum di dalam kolam, dan volume kolam.
2.8.1 Sirkulasi
Untuk mempertinggi frekuensi peringgungan antara bakteri dengan substrat
maka dilakukan sirkulasi dalam kolam itu sendiri. Sirkulasi dalamm kolam
anaerobik semakin efektif jika inlet kapasitas pompa sirkulasi setara dengan
kapasitat outlet. Hisapan sirkulasi ditempatkan di dasar kolam limbah dan
dicegeh agar tidak bersinggingan dengan udara.
2.8.2 Resirkulasi
Resirkulasi adalah pemasukan hasil olah limbah dari kolam di hilir ke kolam di
hulu dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi substrat dalam pH , Nutrisi, dan
kelarutan.
2.8.3 Kedalaman dan Volume kolam
Kedalaman kolam anaerobik harus dipertahankan dengan melakukan
pengorekan secara terjadwal. Kedalaman yang berkurang akan menyebabkan
aktifitas bakteri menurun. Begitu pula untuk volume kolam yang kecil akan
menurunkan retention time, yang berarti menghentikan perombakan bahan
organik pada tingkat BOD tertentu. Untuk mengefesiensikan perombakan
substrat maka dibuat kolam anaerobik atas dua tahap yaitu anaerobik primer
dan sekunder. Tujuannya adalah untuk membuat aliran dalam kolam teratur
dan retention time setiap partikel mempunyai kesempatan yang sama.
2.9 Jenis bakteri yang dikembangkan
Oleh karena bahan organik yang terkandung dalam limbah didominasi oleh
karbohidrat, sellulosa, protein, lignin dan minyak sehingga dicari bakteri yang
mampu merombak bahan organik tersebut dan satu dengan yang lain tidak antagonis
2.10 Kolam Fakulatif
Kolam ini merupakan kolam peralihan dari kolam anaerobik menjadi kolam aerobik.
Di dalam kolam ini proses perombakan anaerobik masih tetap berjalan yaitu
menyelesaikan perkerjaan yang belum diselesaikan pada kolam anaerobik. Pada
bagian hulu kolam masih menunjukkan adanya gelembung udara yang keluar dari
dalam air limbah sedangkan padahilir kolam hampir tidak ada.

6 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
2.11 Kolam Aerasi
Pada kolam aerasi ditempatkan alat yang dapat meningkatkan jumlah oksigen terlarut
dalam air dengan tujuan agar dapat berlangsung reaksi oksida dengan baik.
Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan cara menggunakan pompa aerator.
2.12 Kolam Sedimentasi
Kedalam kolam ini dangkal sekitar 2,5 meter menjadikan adanya kontak udara yang
memungkinkan terjadinya diffusi udara kedalam air.Kolam ini adalah kolam yang
terakhir dan air limbah telah dapat dialirkan ke sungai.
Beberapa kendala yang sering timbul di dalam pengolahan limbah diantaranya
disebabkan oleh:
A) Kelebihan Umpan
B) Kapasitas berkurang karena solid menumpuk/ mengendap
C) Kadar minyak tinggi
D) Pengawasan yang tidak baik
E) Pencampuran/ Sirkulasi tidak baik karena pompa rusak.
2.13 Baku Mutu Air Limbah
Parameter baku mutu limbah cair untuk industry minyak kelapa sawit sesuai kepmen
LHNO.Kep.5 Tahun 2014 yaitu :
No Parameter Baku Mutu Lingkungan
1 pH 6-9
2 BOD 100 mg/L
3 COD 350 mg/L
4 Padatan (TSS) Tersuspensi total 250 mg/L
5 Minyak dan Lemak 25 mg/L
6 NH3-N Amoniak Nitrogen 50 mg/L

7 | SOP Pengelolaan Limbah


PT. KASIH AGRO MANDIRI
No. Dok 03/SHE/KAM-INT/II/2021
SOP
Pengelolaan Limbah IPAL No. Revisi 0
(Instalasi Pengolahan Air Tgl. Berlaku 01 Maret 2021
Limbah)
III. Pengendalian Proses
3.1 Secara rutin melakukan pengukuran, pencatatan, dan pengambilam sampel air
limbah untuk dianalisa agar kondisi air limbah dapat terus diketahui.
3.2 Jika saluran air limbah terbuat dari pipa, lakukan pemeriksaan secara rutin untuk
mencegah adanya kebocoran maupun tumpat
3.3 Pengiriman air limbah ke lahan atau land aplikasi tidak diperbolehkan pada musim
hujan atau pada daerah yang sering banjir
3.4 Bila nilai BOD dan COD masih diatas standard, jangan lakukan pembuangan air
limbah ke sungai sampai nilainya mencapai standar yang diijinkan.
3.5 Bila terjadi pendangkalan terhadap volume kolam limbah segera dilakukan
pengerukanisi kolam limbah
3.6 Hasil akhir dari pengolahan air limbah pabrik dapat dimanfaatkan untuk mengairi
lahan kebun kelapa sawit dengan membuat kolam-kolam flat-bed sehingga dapat
menekan pemakaian pupuk dan pembuangan limbah ke badan sungai.

8 | SOP Pengelolaan Limbah IPAL


LAMPIRAN

1. Diagram Limbah Pt. Kasih Agro Mandiri

9 | SOP Pengelolaan Limbah IPAL


2. Layout Limbah PT. Kasih Agro Mandiri

10 | SOP Pengelolaan Limbah

Anda mungkin juga menyukai