Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun
dan analisis data curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951),
maka kawasan kegiatan termasuk kedalam tipe iklim Afa (menurut Kopen)
dan termasuk zona agroklimat B2 (menurut Oldeman, Darwis dan Las,
1979).
Tabel 3.1. Curah hujan wilayah studi selama 10 tahun terakhir (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jmlh
2006 360 253 420 285 92 191 120 10 1 0 135,2 220,6 2.087,8
2007 503 179 208 379 187 130 98 3 58 114 123 381,9 2.363,9
2008 203,6 143,1 371,9 323,4 48,4 23,9 150,4 175,3 61 318,6 634,4 231,7 2.685,7
2009 275 134 564 339 112 140 36 97 33 212 184 284 2.410
2010 251 325 542 420 243 171 91 194 371 336 520 249 3.713
14,
2011 210,2 338,8 392,4 378,4 292,4 65,4 33,8 33,6 264,9 219,4 348,9 2.592,8
6
2012 201 348 246 405 205 199 86 51 1 226 650 466 3.084
2013 309 333 613 368 119 150 86 154 282 191 312 496 3.413
2014 196 29 268 207 172 184 106 82 32 101 233 227 1.837
2015 92 215 250 251 143 127 124 98 11 4 230 191 1.736
Rerata 273,3 227 388,8 331,7 159,1 161,5 93,3 86,1 94,4 148 321,7 318,8 2.698,8
Maks. 503 348 613 420 292,4 199 150,4 194 282 318,6 650 496 3.713
Min. 92 29 208 207 48,4 23,9 33,8 3 1 0 123 191 1.736
Sumber: Badan Meteorolog dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2016
B. Suhu Udara
Suhu udara rerata di wilayah studi berkisar antara 26, 0 C sampai
dengan 28,50 C dengan kelembaban udara berkisar antara 88% hingga
79%.
Tabel 3.3. Data unsur iklim lainnya di sekitar lokasi kegiatan Pengembangan OPI MALL
Bulan
Unsur Iklim
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Rerata 26,5 26,7 27,0 27,4 27,9 27,5 27,1 27,3 27,3 27,6 27,2 26,7
Suhu Udara
Max. 31,1 31,6 32,3 32,8 32,9 32,3 32,1 32,8 33,4 33,2 32,4 31,4
(oC)
Min. 23,9 24,0 24,0 24,3 24,6 24,4 24,1 23,9 24,5 24,1 24,0 24,0
Lama Penyinaran Matahari (%) 41,6 48,7 50,1 59,4 61,2 61,6 61,1 71,7 64,0 56,0 49,0 37,0
Kelembaban Udara (%) 86,8 85,7 86,1 85,2 84,2 83,0 82,8 79,8 78,5 81,1 84,6 86,3
Kec. Angin Rerata (Knot) 3,6 3,8 3,2 2,7 3,2 3,2 3,3 3,5 3,5 3,1 2,2 3,1
Arah Angin NW NW NW SE SE SE SE SE SE SE NW NW
Sumber : Stasiun Klimatologi Klas II Kenten Palembang, 2016.
antara 71,9 - 89,3 g/Nm3 kondisi ini masih dibawah baku mutu yang
diperbolehkan (400 g/Nm3).
3.1.2.4. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas. Komponen ini
mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut di dalam air.
Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses
pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang
mengandung karbon pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon
monoksida dan oksigen. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh CO
terhadap tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata. Pengaruh CO pada
manusia pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian, sedangkan
kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm atau kurang)
dapat menggangu kesehatan. Pengaruh CO pada tubuh terutama disebabkan
oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Kandungan CO di udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, dan
pembakaran bahan bakar minyak yang tidak sempurna dan oksigen yang
tersedia kurang dari yang dibutuhkan. Gas CO dapat juga berasal dari
pembakaran kayu hutan. Kandungan CO pada seluruh lokasi contoh berkisar
antara 1200 g/Nm3 (Tabel xxx) dan masih di bawah baku mutu yaitu sebesar
30.000 g/Nm3.
3.1.2.6. Kandungan Pb
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-
tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai
zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan
secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik
didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua
senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-
Sumber Distribusi
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar merupakan
bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Berdasarkan estimasi
sekitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin namun
sebarannya tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena
tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk
mereduksi kandungan pb pada bensin.
Meskipun lokasi kegiatan berdekatan dengan alur lalu lintas padat,
berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kandungan Pb sangat rendah
yakni 0,00 µg/Nm3/24 jam.
3.1.2.7. Kandungan O3
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O 2) menjadi
atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O 2 atom-atom oksigen secara
cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat
didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik
oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode
analitik.
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim
pertahunnya berkisar antara 10–100mg/m 3 (0,005–0,05 ppm). Di wilayah
pedesaan kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O 3
dari udara yang berasal dari perkotaan. Di daerah perkotaan yang besar,
tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800
mg/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih. Sekitar 5–30% hasil pemantauan di
beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1 jam yang
melampaui 200 mg/m3 (0,1 ppm). Peroksiasetilnitrat umumnya terbentuk secara
serentak bersama dengan ozon.
Dari hasil pengukuran di lokasi kegiatan kandungan ozon pada empat
titik pengamatan berkisar antara 3,0-3,5 µg/Nm3/1 jam, jauh lebih rendah dari
baku mutu yakni 235 µg/Nm3/1 jam.
Air permukaan.
A1: Opi Hulu; A4 : Parit Opi Hullu;
A2: Opi Hilir; A5 : Drainase Hilir;
A3 : Parit Opi Hilir; A6 : OPI MALL Parit Hulu;
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa kualitas air drainase masih
cukup baik, ini dapat dilihat bahwa seluruh parameter uji berada di bawah baku
mutu lingkungan (Pergub SumSel No. 16 Tahun 2005).
Karakteristik fisika
(a) Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan
ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi dari pada air asalnya. Baku
mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal.
o
Suhu air permukaan (badan air) yang tinggi (>45 C) akan
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis pada benda padat
dan gas dalam air.
Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang
tinggi dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air permukaan (badan
air) berkurang, sehingga proses aerasi yang dibutuhkan untuk
mendegradasi bahan organik akan terhambat. Selanjutnya akan
memberikan dampak yang dapat mematikan biota air di dalam badan air
dan mematikan vegetasi yang terkena. Hasil pengukuran temperatur pada
seluruh lokasi contoh (Tabel 3.5.) menunjukkan bahwa temperatur sekitar
26,30 - 26,60C masih tergolong normal.
Karakteristik Kimia
(a) Tingkat keasaman (pH)
Nilai kemasaman memberikan gambaran tentang keseimbangan
asam basa dalam air yang sangat erat dengan fungsinya sebagai pelarut
dalam reaksi-reaksi kimia. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain oleh proses fotosintesis, biologis dan berbagai jenis kation dan anion
dalam air.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH
naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk
parameter pH pada air permukaan adalah 6 – 9. Dari hasil pengukuran pH
untuk lima contoh air sungai cukup memenuhi baku mutu yakni antara 6,23
hingga 7,04.
(b) BOD
Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti
nitrogen, belerang, dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.
(d) Nitrat
Bahwa hasil analisis di lima titik pengamatan menunjukkan
kandungan nitrat antara 0,06 mg/l hingga 1,15 mg/l. Dikaitkan dengan baku
mutu lingkungan masih jauh di bawahnya yakni 10 mg/l. Pertanda bahwa
secara kimiawi untuk nitrat kualitas air masih cukup baik.
(e) Fenol
Hasil analisis contoh air permukaan pada setiap lokasi yang diamati
menunjukkan bahwa kandungan fenol seluruh lokasi adalah 0,0 (Tabel 3.5).
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, dapat melepaskan ion H + dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−
yang dapat dilarutkan dalam air.
Fenol dapat timbul sebagai hasil oksidasi dan ini sangat mungkin
terjadi mengingat di sungai ini terekspose batubara sementara debit airnya
rendah. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran
kimiawi pada kulit yang terbuka. Hanya saja karena air sungai ini tidak
dimanfaatkan penduduk hanya sebagai alur drainase alami, maka tidak
dihawatirkan bagi kesehatan masyarakat.
(h) Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air. Ion
sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi
menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi
secara bakteriologis menjadi sulfat sehingga pH tanah dan air akan sangat
rendah.
Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses
digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metan CH 4 dan CO2 akan
bersifat korosif. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa
kandungan sulfat berkisar antara 18,9 – 21,7 mg/l idak ada BMLnya.
c. BOD5
b. Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah tergolong masam sampai sangat masam,
kemasaman tanah yang ada di lokasi kegiatan yaitu antara 4,12 sampai
5,5, kemasaman tanah tersebut tergolong sangat masam kurang
menunjang tumbuhnya tanaman terutama pepohonan. Tanah di sekitar
lokasi kegiatan yang merupakan hasil pengendapan bersifat masam dapat
dimengerti karena lumpur tersebut berasal dari limpasan permukaan yang
terangkut dari bagian hulu Sungai Pinang terbawa ke bagian hilir dan di
bagian hulu merupakan tanah-tanah muda yang masih cukup subur
walaupun masih dipengaruhi oleh asam organik tanah. Endapan lumpur ini
sangat potensial untuk media pertumbuhan tanaman.
c. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dicerminkan oleh nilai C-Organik tanah yang
berada pada kondisi tinggi sampai sangat tinggi yaitu dengan kisaran nilai
4,20 sampai 6,47. Bahan organik tanah berasal dari tumpukan serasah
atau tumbuhan yang sudah membusuk, dan masuk serta bercampur
dengan tanah. Bahan organik tanah mempunyai fungsi tempat dan bahan
makanan bagi mikrooganisme tanah, sebagai agregasi dalam menyusun
kondisi sifat fisik tanah, dan sekaligus mengendalikan kelembaban tanah.
h. Tekstur
Kondisi fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah tekstur
tanah. Teksur tanah di lokasi kegiatan sebagian besar adalah lempung
diikuti oleh lempung berliat. Ini berarti terdapat keseimbangan fraksi pasir,
debu, dan liat bahkan lebih didominasi oleh lempung. Tanah-tanah dilokasi
pertokoan, pusat hiburan waterfun dan pemukiman padat penduduk yang ada
di kawasan Jakabaring. maka vegetasi bukan merupakan vegetasi hutan tapi
melainkan didominasi vegetasi budidaya yang ditemukan yang jumlahnya
sangat sedikit sekali sehingga metode untuk mendapatkan jenis-jenis tumbuhan
tidak dilakukan metode analisa vegetasi dengan pencatatan (inventarisasi) jenis
langsung dilapangan di sekitar lokasi kegiatan di wilayah studi.
Pada lokasi studi terlihat sangat sedikit ditemukan jenis pada tingkat
pohon, hanya ada beberapa jenis saja yang masih dapat tumbuh baik di
lingkungan studi, baik itu tumbuh liar atau dibudidaya seperti tanaman
pelindung kelapa sawit, mahoni, kiara payung, palem hias dan lain-lainnya,
sehingga dalam pengembangan nanti hendaknya diperhatikan untuk
penghijauan, misalnya dengan menggunakan tanaman pelindung dan tanaman
penghalang debu dan penyerap karbon terkait dengan kegiatan dan lokasi
kegiatan yang berada di sekitar lingkungan pertokoan, pemukiman dan lalu
lintas yang ramai seperti menanam jenis yang bertajuk tinggi seperti tanjung,
trembesi, pohon bambu cina, kolokio, atau pohon palem raja dan beberapa
jenis tanaman yang lainnya.
Pekarangan adalah ekosistem vegetasi darat yang paling dekat dengan
penghuninya. Dilihat dari fungsi dan struktur, ekosistem pekarangan
mempunyai potensi yang besar, karena di pekarangan biasanya terdapat
beberapa macam tanaman baik yang termasuk pada tanaman hias, tanaman
obat-obatan dan tanaman buah-buahan. Tanaman yang berupa bunga-
bungaan seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), buah-buahan seperti
mangga (Mangifera indica), jambu (Eugenia sp.), tanjung (Mimusops elengi)
dan pisang (Musa paradisiaca).
Jenis – jenis tanaman budidaya yang banyak ditanam oleh masyarakat di
sekitar wilayah pemukiman di sekitar lokasi wilayah studi terdiri dari usaha yang
ditanami oleh masyarakat yang didominasi dengan jenis komoditas kelapa,
pisang, jabon beberapa jenis tanaman setahun yang lainnya, secara umum
jenis-jenis tanaman yang ditanam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan
konsumsi keluarga. Selain itu juga ditemukan tanaman hias dan tanaman
pelindung yang biasa ditanam di halaman sekitar rumah.
Tabel 3.9. Hasil Invetarisasi jenis satwa liar di sekitar lokasi rencana
kegiatan
No Jenis Nama Latin Status Perlindungan
I. Aves
1. Perkutut Geopelia striata TDL
2. Kutilang Pycnonotus aurigaster TDL
3. Tekukur Streptopelia chinensis TDL
4. Layang-layang Dalichon dasypus TDL
5. Berbah Pycnonotus goiavier TDL
6. Pipit Lonchura malacca TDL
7. Bondol peking Lonchura punctulata TDL
8. Burung gereja Passer montanus TDL
9 Bentet kelabu Lanius sach TDL
10. Cinenen Kelabu Orthotomus ruficeps TDL
11. Burung madu kelapa Anthreptes malacensis DL
II. Reptilia
1. Biawak Varanus salvator TDL
2. Bengkarung Calotus sp. TDL
3. Cecak kayu Hemydactilus frenatus TDL
4. Kadal Mabouya multifasciata TDL
5. Kadal lumput *) Takydromus sexlineatus TDL
III. Amphibi
1. Kodok bangkong Bufo melanostictus TDL
2. Katak rawa Rana pipiens TDL
3. Katak sawah Rana cancrivora TDL
IV. Mamalia
1. Bajing*) Callosciurus notatus TDL
2. Codot krawar Cyropterus branchyotis TDL
Keterangan : TDL = tidak dilindungi, DL = dlindungi (status perlindungan
berdasarkan: PP No. 7 Tahun 1999 tentang jenis-jens
tumbuhan dan satwa yang dilindungi).
Sumber : Data Primer Tim Biologi, Mei 2016
* ) Data Sekunder informasi dari masyarakat.
3.2.3.1. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang melayang-layang dan
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air atau aliran arus. Walaupun
beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif dalam
membantu mempertahankan posisi vertikal, namun secara umum plankton
secara keseluruhan tidak dapat melawan arus. Kualitas suatu perairan terutama
perairan dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang
mempengaruhi tingkatan trofik perairan tersebut. Fluktuasi populasi dipengaruhi
terutama ketersediaan nutrisi dan kecepatan arus di suatu perairan.
Dari hasil analisa sampel yang diambil dari aliran perairan di sekitar
lokasi kegiatan di peroleh data komposisi, kelimpahan dan indeks
keanekaragaman serta indeks dominansi yang disajikan pada tabel diatas.
dimana komposisi jenis plankton secara keseluruhan tercatat sebanyak 22
genera, dengan kelimpahan plankton yang cukup tinggi yaitu sebesar 242-624
individu/liter, sedangkan untuk indeks keanekaragaman) jenis plankton berkisar
(H’) 0,98-1,10. Melimpahnya jenis plankton di perairan parit di kawasan OPI
MALL secara kasat mata perairannya kotor, banyak lapisan film dan lemak
yang disebabkan berbagai faktor seperti faktor lingkungan dan pengkayaan
bahan-bahan nutrisi sehingga menyebabkan plankton terutama jenis
zooplankton menjadi subur hal ini juga erat kaitannya perairan parit yang tidak
begitu dalam dan kurang begitu mengalir, jika tidak terjadi hujan cenderung
stagnan.
Berdasarkan indeks keanekaragaman plankton di perairan sekitar lokasi
kegiatan bersifat fluktuatif di setiap stasiun sampling, dan terlihat tren semakin
ke arah hulu semakin baik nilai Indeks keanekaragamannya. dilokasi sampling
tersebut tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan karena nilai indeks
keanekaragaman pada periode sampling tersebut masih dalam kriteria tingkat
keanekaragaman sedang, kecuali pada titik stasiun B3. Di bagian hilir di aliran
parit bagian belakang kawasan OPI MALL nilai tingkat keanekaragamannya
rendah yaitu H’ = 0,98, rendahnya pada titik stasiun B3 ini disebabkan
perairannya mengandung banyak lemak dan perairannya cenderung stagnan.
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi tercatat di arah hulu di bagian parit
depan dengan Nilai indeks H’: 1,1 dengan jumlah genera sebanyak 20 genera.
Secara umum hasil pengamatan kualitas perairan di parit sekitar rencana
kegiatan, menunjukkan bahwa kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
plankton di perairan tersebut masih dikategorikan belum cukup baik.
Berdasarkan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon–Wiener maka
keanekaragaman plankton termasuk kategori keanekaragaman rendah sampai
sedang, karena nilai indeks keanekaragaman ≤ 1 ≤ H’ ≤ 3, yaitu ada 1 titik
3.2.3.2. Benthos
Benthos di dalam ekosistem perairan mempunyai peranan antara lain
sebagai dekomposer atau pengurai bahan-bahan organik, sebagai unsur biotik
dalam membentuk mata rantai makanan ataupun jaring makanan. Selain itu
karena hewan benthos hidupnya selalu berada di dasar perairan, maka
organisme ini dapat pula digunakan sebagai indikator biologis untuk
menentukan kualitas perairan.
Benthos adalah organisme baik tumbuhan (phytobenthos) maupun
hewan (zoobenthos) yang hidup di dasar suatu perairan baik di dalam substrat
atau di permukaan substrat. Pada phytobenthos hidupnya hanya melekat di
dasar perairan (substratum), mereka dapat melekat pada benda-benda apa
saja yang ada di dasar perairan, misalnya pada bebatuan, sedimen, ataupun
pada kayu-kayu yang telah mati. Sedangkan zoobenthos hidupnya dapat
bergerak pada substrat di dasar perairan walaupun gerakannya sangat lambat.
Nilai keanekaragaman akan tinggi jika jumlah spesies banyak dan jumlah
individu merata dan jenis-jenis dari benthos tersebut rentan terhadap tekanan
lingkungan yang mempengaruhi badan perairan sungai tersebut yang ada di
sekitar wilayah studi untuk itu perlu dijaga kualitas perairannya.
3.2.3.3. Nekton
Nekton merupakan kelompok biota akuatik yang dapat bergerak aktif dan
berukuran makroskopis sehingga mampu melawan arus. Kelompok nekton
pada umumnya disusun oleh bermacam-macam jenis ikan dan udang. Nekton
dalam ekosistem perairan menduduki tingkat tropik kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan tingkat tropiknya yang berkaitan dengan sifat jenis makanannya,
maka nekton yang hidup pada suatu perairan ada yang bersifat herbivora,
karnivora dan omnivora.
Tabel 3.12. Jenis-Jenis ikan (Nekton) dan estimasi kehadiran yang sering
ditemui yang terdapat perairan parit di sekitar lokasi kegiatan
Status
No Nama ilmiah Nama Lokasi
PI
1. Poecilia reticulata Gaffi / kopi-kopi TD
2. Anabas testudineus Ikan betok TD
PI : status perlindungan Indonesia berdasarkan PP.No.7 Tahun 1999. TD (Tidak
dilindungi).
parit sekitar lokasi studi tidak beranekaragam hal ini disebabkan aliran parit ini
berada di lingkungan perkotaan yang sudah mengalami tekanan antropogenik
yang tinggi dari berbagai kegiatan sehingga jenis ikannya pun sangat sedikit
sekali ditemukan.
Tabel 3.13. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Sex Rasio
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin
Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Sex
Desa
(km²) L P L+P (km2) Rasio
1. Rambutan 40,59 1218 1153 2371 58,41 106
2. Kebun Sahang 6.69 427 467 894 133,6 91
3. Pulau Parang 11,04 451 447 898 81,3 101
4. Siju 21,07 1167 1033 2149 101,9 113
5. Tanah Lembak 10,02 584 623 1207 120,4 94
6. Parit 5,28 470 506 976 184,8 93
7. Pelaju 7,91 629 656 1285 162,4 96
8. Suka Pindah 24,94 1080 1123 2203 88,3 96
9. Durian Gadis 9,75 314 305 619 63,4 103
10. Tanjung Kerang 38,31 1003 987 1990 51,9 102
11. Tanjung Merbu 21,31 1062 1010 2072 97,2 105
12. Gelebak Dalam 18.73 934 844 1778 94,9 111
13 Sako 13.19 986 929 1915 145,1 106
14 Pangkalan Gelebak 11.17 1014 987 2001 179,1 103
3.3.3. Pendidikan
Pentingnya pendidikan dewasa ini merupakan salah satu refleksi tingkat
kemajuan kehidupan dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah
hingga saat ini sangat memperhatikan pengembangan pendidikan. Salah
satunya dengan pengadaan prasarana pendidikan. Penambahan jumlah
sekolah dan guru secara langsung memberikan kesempatan lebih besar bagi
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Pengadaan sekolah sangat
diperlukan khususnya daerah di pelosok pedesaan karena untuk menjangkau
sekolah terdekat sangat sulit dan memerlukan waktu yang relatif lama.
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 41
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO
5 Tanah Lembak - 1 - - -
6 Parit - 1 - - -
7 Pelaju - 1 - - -
8 Suka Pindah - 1 - - -
9 Durian Gadis - - - - -
10 Tanjung Kerang 1 1 - - -
11 Tanjung Merbu - 2 1 1 -
12 Gelebak Dalam 1 1 - - -
13 Sako 1 1 - - -
14 Pkl Gelebak - 1 - - -
Tabel 3.14. Lanjutan
TINGKAT SEKOLAH
No Kelurahan/Desa AKDM
TK SD SMP SMA
/PT
15 Sungai Pinang 1 2 - - -
16 Sungai Kedukan 1 2 - - -
17 Sungai Dua 1 2 - - -
18 Menten - 1 - - -
19 Desa Baru - 1 - - -
Jumlah 7 23 3 1 -
/Kel Sumber : Kecamatan Rambutan Dalam Angka 2015
Tingkat SekoSD SLTP SLTAAkademi
Tingkat pedidikan penduduk Kecamatan Rambutan rata-rata tamat SD
sedangkan tingkat pendidikan penduduk yang kurang memadahi karena
didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim.
Berdasarkan tabel tersebut diatas maka tingkat sarana pendidikan di
kecamatan, desa/kelurahan lokasi kegiatan sudah cukup memadai, sarana
pendidikan SD di tiap desa/kelurahan sudah lebih dari cukup karena rata rata
setiap desa ada satu gedung atau lebih. Sedangkan untuk sarana pendidikan
SMP keatas tidak semua desa/kelurahan ada gedung sekolahnya. Di
Kecamatan Rambutan tersedia juga fasilitas pendidikan jenjang Sekolah
Lanjutan Atas yaitu 1 gedung.
3.3.4. Ketenagakerjaan
Pengertian angkatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2013 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa angkatan kerja berumur 18
tahun ke atas dalam status kerja atau sementara tidak bekerja atau sedang
5.162 ha, padi ladang 245 ha, disamping bermata pencaharian tanaman padi di
sawah, sekitar 40% penduduk mengusahakan tanaman perkebunan terutama
karet yang memberikan pendapatan ekonomi penduduk, sebagian penduduk
juga mengusahakan tanam sayur-mayur dan palawija. disamping itu di
kecamatan rambutan juga tumbuh dan berkembang tanaman buah-buahan
meliputi, pepaya, mangga, pisang, rambutan, duku, jeruk, durian, nangka dan
lain-lain. Populasi hewan ternak di kecamatan rambutan setiap tahun
mengalami peningkatan jumlah kerbau 1.407 ekor, kambing 2.925 ekor juga
mengalami peningkatan signifikandari tahun sebelumnya, namun pada tahun
2012 jumlah ternak sapi mengalami penurunan sebesar 277 ekor dari jumlah
3.088 ekor pada tahun 2011 menjadi 2.861 di tahun 2012. hal ini disebabkan
oleh tingginya harga daging sapi sehingga peternak banyak menjual sapi keluar
daerah. populasi unggas meliputi, ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras
serta itik, megalami peningkatan dengan penambahan jumlah kandang ayam.
investasi dari luar dan lokal dapat memberikan pekerjaan bagi warga sekitar
kandang ayam.
Sektor pertanian memberikan pemasukan ke daerah yang signifikan.
Hal ini disebabkan keadaan geografis kedua wilayah ini memang sangat cocok
untuk sektor pertanian. Sektor pertanian di daerah ini, meliputi sektor tanaman
bahan makanan (Tabama), perkebunan, kehutanan, perternakan dan
perikanan. Tanaman bahan makanan meliputi padi, palawija dan holtikultura.
Tanaman perkebunan di Kecamatan Rambutan merupakan komoditas
unggulan, terutama karet, kelapa sawit serta tanaman pangan. Mata
pencaharian lainnya yang banyak dilakukan oleh penduduk adalah pedagang,
industri rumah tangga, buruh tani, dan pegawai negeri (PNS).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini dapat melalui penyetoran
pajak perusahaan antara lain Pph, PPn, PBB, PKB dan pajak lainnya.
Di Wilayah Kabupaten Banyuasin, pertumbuhan ekonomi terus
menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari PDRB Kabupaten
Banyuasin atas dasar harga berlaku selama tiga tahun terakhir adalah di atas
tujuh juta rupiah.
Sumbangan terbesar terdapat pada bidang pertanian dan perdagangan.
Sedangkan PDRB menurut harga konstan dalam tiga tahuan terakhir berturut-
turut adalah di atas 5 juta rupiah.
Laju pertumbuhan ekonomi dialami oleh hampir seluruh sektor atau
lapangan usaha yang ada. Sektor yang memberikan sumbangan terbesar
adalah , pertanian, pertambangan, dan perdagangan.
Sementara pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin, dihitung
berdasarkan PDRB atas harga konstan. Selama tiga tahun terakhir, laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuasin tumbuh rata-rata diatas 4 persen.
11 Poskesdes 15
12 Posyandu 17
13 Pos Obat 1
Sumber : Kecamatan Rambutan, 2015
POSYANDU
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal
masyarakat. Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat
melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat, Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 (lima) program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan
Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
Diare. Posyandu di kelompokkan menjadi empat strata, yaitu Pratama, Madya,
Purnama dan Mandiri.
Adapun yang dimaksud posyandu aktif adalah posyandu strata Purnama
dan Mandiri. Perkembangan posyandu sangat di pengaruhi oleh upaya kader
dalam mengelola posyandu, di tambah dukungan dari perangkat desa dan
dinas terkait seperti dinas pemberdayaan masyarakat dan sosial, dinas
kesehatan, badan keluarga berencana, dll. Adapun kegiatan revitalisasi
posyandu sendiri lebih diarahkan untuk meningkatkan jumlah dan mutu
posyandu dengan cara peningkatan keterampilan petugas kesehatan dalam
membina posyandu. Kecamatan Rambutan terdapat 17 posyandu.
POSKESDES
Poskesdes adalah suatu bentuk UKBM yang merupakan wahana
kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan yang
dikelola oleh kader / forum masyarakat desa dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Disetiap desa di Kecamatan Rambutan sudah memiliki poskesdes
dan menjadi desa siaga yaitu 15 poskesdes dengan 17 desa di kecamatan
Rambutan.