Anda di halaman 1dari 52

ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016

MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

BAB III. DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

Dalam lingkup rona lingkungan tidak semua komponen lingkungan akan


dikaji secara detil, tetapi hanya mencakup komponen lingkungan yang
diperkirakan mengalami perubahan secara nyata dan akan menyebabkan
dampak terhadap komponen lingkungan lainnya.

3.1. Iklim, Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan


3.1.1. Iklim
Lokasi kegiatan OPI MALL secara administratif berada di
Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin. Berdasarkan tipe iklim di
Sumatera Selatan umumnya dan Kabupaten Banyuasin khususnya,
wilayah ini termasuk kedalam daerah yang beriklim tropis. Pernyataan
iklim tropis ini digambarkan oleh beberapa ahli termasuk iklim Afa (iklim
hujan tropis), menurut Koppen.
- Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-
Ferguson (1950).
- Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 sampai 9 bulan basah dan
dua bulan kering), menurut Oldeman (1979).
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan Badan Meteorologi dan
Geofisika Stasiun Klimatologi Kelas II Kenten Palembang untuk wilayah
kegiatan. Data yang tersedia meliputi anasir curah hujan, hari hujan,
temperatur.

 Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun
dan analisis data curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson (1951),
maka kawasan kegiatan termasuk kedalam tipe iklim Afa (menurut Kopen)
dan termasuk zona agroklimat B2 (menurut Oldeman, Darwis dan Las,
1979).

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 1
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Rata-rata curah hujan bulanan adalah bulan-bulan terjadi hujan


selama 12 (dua belas) bulan yaitu berkisar antara 82 hingga 419
mm/bulan. Curah hujan tertinggi mencapai puncaknya tercapai pada
Nopember tahun 2012 yaitu 650 mm dan terendah 0 mm pada bulan
Oktober tahun 2006.
Data curah hujan dalam rentang waktu 10 tahun disajikan dalam
Tabel 3.1. Curah hujan tahunan tertinggi adalah sebesar 3.713 mm pada
tahun 2010 dan curah hujan tahunan terendah adalah sebesar 2.087,8
mm pada tahun 2006. Curah hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 650
mm pada Nopember 2012 dan curah hujan bulanan terendah yaitu
sebesar 0 mm pada Oktober 2006.

Tabel 3.1. Curah hujan wilayah studi selama 10 tahun terakhir (mm)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jmlh
2006 360 253 420 285 92 191 120 10 1 0 135,2 220,6 2.087,8
2007 503 179 208 379 187 130 98 3 58 114 123 381,9 2.363,9
2008 203,6 143,1 371,9 323,4 48,4 23,9 150,4 175,3 61 318,6 634,4 231,7 2.685,7
2009 275 134 564 339 112 140 36 97 33 212 184 284 2.410
2010 251 325 542 420 243 171 91 194 371 336 520 249 3.713
14,
2011 210,2 338,8 392,4 378,4 292,4 65,4 33,8 33,6 264,9 219,4 348,9 2.592,8
6
2012 201 348 246 405 205 199 86 51 1 226 650 466 3.084
2013 309 333 613 368 119 150 86 154 282 191 312 496 3.413
2014 196 29 268 207 172 184 106 82 32 101 233 227 1.837
2015 92 215 250 251 143 127 124 98 11 4 230 191 1.736
Rerata 273,3 227 388,8 331,7 159,1 161,5 93,3 86,1 94,4 148 321,7 318,8 2.698,8
Maks. 503 348 613 420 292,4 199 150,4 194 282 318,6 650 496 3.713
Min. 92 29 208 207 48,4 23,9 33,8 3 1 0 123 191 1.736
Sumber: Badan Meteorolog dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2016

Selanjutnya jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 112 sampai


239. Jumlah hari hujan terendah adalah pada bulan Agustus tahun 2004
dan bulan September dan Oktober tahun 2006 yakni sebanyak 2 hari,
sedangkan hari hujan tertinggi adalah pada Januari tahun 2013 sebanyak
29 hari (Tabel 3.2).
Suhu udara rerata di wilayah studi berkisar antara 26,5oC hingga
27,9oC. Suhu udara maksimum berkisar antara 31,1oC hingga 33,4oC dan
suhu udara minimum adalah sekitar 23,9oC hingga 24,6oC. Kecepatan

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 2
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

angin di kawasan kegiatan umumnya tergolong rendah yaitu antara 2,2 –


3,8 knot.
Tabel 3.2. Hari hujan wilayah studi selama 10 tahun terakhir
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des Jumlah
2006 26 17 23 22 19 16 12 2 2 2 23 28 192
2007 28 18 22 22 18 13 13 8 8 18 18 24 210
2008 23 20 23 22 9 11 12 16 17 23 22 26 224
2009 27 25 24 20 16 10 10 7 6 22 24 23 214
2010 27 26 26 22 21 21 23 21 22 23 23 19 274
2011 22 19 28 25 17 14 10 6 6 23 22 25 217
2012 19 25 19 25 18 10 10 7 3 16 24 26 202
2013 29 21 23 25 20 14 10 13 17 17 25 25 239
2014 11 12 9 11 12 5 7 2 5 11 15 12 112
2015 10 12 11 10 9 4 12 9 11 13 19 20 140
Rerata 24,0 21,0 23,4 22 17 13,6 13,2 9,6 10,1 17,3 22,2 24,2 217,6
Maks. 29 26 28 25 21 21 23 21 22 23 25 28
Min. 10 12 9 10 9 4 7 2 2 2 15 12
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Klas II Kenten, 2016

Arah angin dominan adalah ke arah Tenggara dengan frekuensi 40%.


Arah angin lainnya adalah dari Barat Laut dengan frekuensi sebesar
36,67%. Data kecepatan dan arah angin dominan di kawasan kegiatan
secara lengkap disajikan pada Tabel 3.3. Komposisi data klimatologi
tersebut juga menunjukkan bahwa kelembaban udara nisbih rata-rata
berkisar antara 78,5% – 86,8%. Kelembaban udara tertinggi dicapai pada
bulan Januari dan terendah bulan September.

B. Suhu Udara
Suhu udara rerata di wilayah studi berkisar antara 26, 0 C sampai
dengan 28,50 C dengan kelembaban udara berkisar antara 88% hingga
79%.

3.1.2. Kualitas Udara dan Tingkat Kebisingan


Kualitas udara lokasi kegiatan masih tergolong cukup baik sekalipun
lokasi kegiatan berada di pinggiran ibu kota Palembang, serta aktivitas
transportasi atau sumber pencemar udara lain.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 3
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI MALL PT SEKAWAN KONTRINDO 2016

Tabel 3.3. Data unsur iklim lainnya di sekitar lokasi kegiatan Pengembangan OPI MALL
Bulan
Unsur Iklim
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Rerata 26,5 26,7 27,0 27,4 27,9 27,5 27,1 27,3 27,3 27,6 27,2 26,7
Suhu Udara
Max. 31,1 31,6 32,3 32,8 32,9 32,3 32,1 32,8 33,4 33,2 32,4 31,4
(oC)
Min. 23,9 24,0 24,0 24,3 24,6 24,4 24,1 23,9 24,5 24,1 24,0 24,0
Lama Penyinaran Matahari (%) 41,6 48,7 50,1 59,4 61,2 61,6 61,1 71,7 64,0 56,0 49,0 37,0
Kelembaban Udara (%) 86,8 85,7 86,1 85,2 84,2 83,0 82,8 79,8 78,5 81,1 84,6 86,3
Kec. Angin Rerata (Knot) 3,6 3,8 3,2 2,7 3,2 3,2 3,3 3,5 3,5 3,1 2,2 3,1
Arah Angin   NW NW NW SE SE SE SE SE SE SE NW NW
Sumber : Stasiun Klimatologi Klas II Kenten Palembang, 2016.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL III - 4


ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Secara umum kualitas udara maupun tingkat kebisingan masih di bawah


Baku Mutu Udara Ambien dan di bawah Baku Tingkat Kebisingan. Lokasi
pengambilan contoh kualitas udara adalah:
U1 : S 03002’03,5’’ E 104047’30,8”
U2 : S 03002’14,1’’ E 104077’30,9”
U3 : S 02058’42,2’’ E 104044’34,3”

3.1.2.1. Suhu udara


Suhu udara dalam pengamatan kualitas lingkungan sangat
diperlukan, karena kandungan gas yang ada di udara berbanding terbalik
dengan suhu udara, pada saat suhu rendah konsentrasi polusi gas di
udara diperkirakan tinggi (mengambang mendekati permukaan bumi)
sebaliknya pada saat suhu udara meningkat polusi gas di udara rendah
(gas naik ke atmosfer). Hasil pengukuran suhu udara pada keempat lokasi
sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 3.4 masih dalam kategori
normal.

Tabel 3.4. Hasil analisis kualitas udara OPI MALL


Batas Maksimum Lokasi
No. Parameter Satuan
yang diperbolehkan U1 U2 U3
Fisika
1. Suhu * C0
** 29,2 30,2 31,4
2. Kelembaban * %RH ** 64,2 54,2 47,6
3. Arah angin # ** S-U S-U S-U
4. Kec. Angin m/s ** 0,8 1,5 1,3
5. Kebisingan * dBA 55 67,5 68,9 67,8
KIMIA I
1. Hidrogren Sulfida (H2S) Ppm 0,02 0,0 0,0 0,0
KIMIA 2
1. Sulfur Dioksida (SO2) * μg/Nm3/1jam 900 107,1 101,5 103,2
2. Karbon Monoksida (CO) μg/Nm3/1jam 30000 1200 1200 1200
3. Nitrogren Dioksida (NO2) μg/Nm3/1jam 400 89,3 88,2 71,9
4. TSP μg/Nm3/24jam 230 110 111 110
5. Timbal (Pb)* μg/Nm3/24jam 2 0,0 0,0 0,0
6. Oksidan (O3) μg/Nm3/24jam 235 3,0 3,5 3,5
Keterangan :
**) Tidak dipersyaratkan Berdasarkan Per.Gub Sumsel No. 17 Th 2005 tentang
Nilai Ambang
#) Tidak ada satuan Batas Kebisingan untuk Kawasan Pemukiman adalah 55
dBA ±3
-) Tidak diperiksa (tidak diminta) KIMIA 1 : Berdasar Kep. Men. KLH No. 50 Th. 1996
KIMIA 2 : Berdasar PPRI No. 41 Th. 1999

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 5
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

3.1.2.2. Sulfur Dioksida


Polusi oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen gas
yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO 2) dan sulfur trioksida (SO3), dan
keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur dioksida mempunyai karakteristik bau
yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan
komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung
sulfur seperti batubara akan menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi
jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang
tersedia.
Pengaruh SO2 terhadap tanaman dimungkinkan oleh dua faktor yaitu:
pengaruh konsentrasi SO2 dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba (akut) terjadi
jika terjadi kontak dengan SO 4 pada konsentrasi tinggi dalam waktu cepat,
dengan gejala beberapa bagian daun menjadi kering dan mati, dan biasanya
warnanya memucat. Kontak dengan SO2 pada konsentrasi rendah dalam waktu
lama menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya
warna daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan khlorofil.
Kerusakan akut pada tanaman disebabkan kemampuan tanaman untuk
mengubah SO2 yang diabsorbsi menjadi H2SO4.
Pengaruh terhadap manusia dan hewan, SO 2 pada konsentrasi jauh
lebih tinggi dari konsentrasi yang diperlukan adalah iritasi sistem pernapasan,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada SO 2
sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan ada beberapa individu yang sensitif iritasi
terjadi pada konsentrasi 1 – 2 ppm. SO2 dianggap polutan yang berbahaya bagi
kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami
penyakit khronis pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Individu dengan
gejala tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO 2.
Data hasil pengukuran untuk seluruh lokasi menunjukkan nilai
kandungan SO2 masih di bawah baku mutu. Untuk saat ini tidak terlihat
pengaruhnya terhadap lingkungan seperti dedaunan berbintik dan menguning,
korosif yang berlebihan pada peralatan, atau gangguan pada pernapasan dan

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 6
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

mata pedih. Hasil pengukuran SO 2 di ketiga lokasi adalah 101,5 – 107,1


g/Nm3, kandungan ini masih di bawah baku mutu yang ditetapkan 900 g/Nm3.

3.1.2.3. Kandungan Nitrogen Oksida


Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer
yang terdiri dari gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO 2). Walaupun
bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini yang paling banyak
ditemui sebagai polutan udara. Nitrit oksida merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau, sebaliknya nitrogen dioksida mempunyai warna
coklat kemerahan dan berbau tajam.
Konsentrasi NOx di udara sangat dipengaruhi oleh sinar matahari dan
aktivitas kendaraan bermotor. Pencemaran NO x dapat berupa asam nitrat, yang
kemudian diendapkan sebagai garam-garam nitrat di dalam air hujan dan debu.
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran garam nitrogen dioksida
(NO2) adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh gas NO 2 akan
membengkak sehingga penderita sulit bernapas dan dapat mengakibatkan
kematian. Konsentrasi gas NO2 yang tinggi juga dapat menyebabkan gangguan
pada sistem syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan tersebut
berlangsung lama dapat menyebabkan kelumpuhan.
Jumlah NOx yang terdapat di udara dalam keadaan kesetimbangan
dipengaruhi oleh suhu pembakaran, dimana pada suhu tinggi akan terdisosiasi
kembali menjadi N2 dan O2, jika suhu campuran tersebut mengalami penurunan
secara perlahan-lahan akan memberikan waktu yang cukup bagi NO untuk
terdisosiasi. Beberapa pengaruh merugikan yang ditimbulkan karena polusi
NOx bukan disebabkan oleh oksida tersebut, tetapi karena peranannya dalam
pembentukan oksidan fotokimia yang merupakan komponen berbahaya di
dalam asap. Adanya NOx di atmosfer pada konsentrasi tinggi 3,5 ppm terjadi
nekrosis atau kerusakan, selama 10 menit pada manusia akan mengakibatkan
sedikit kesukaran dalam bernapas. Kandungan NO 2 di udara berasal dari
pembakaran gas nitrogen. Hasil pengukuran NO 2 pada seluruh lokasi berkisar

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 7
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

antara 71,9 - 89,3 g/Nm3 kondisi ini masih dibawah baku mutu yang
diperbolehkan (400 g/Nm3).
3.1.2.4. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas. Komponen ini
mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut di dalam air.
Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses
pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon. Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang
mengandung karbon pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi karbon
monoksida dan oksigen. Beberapa penelitian menunjukkan pengaruh CO
terhadap tanaman biasanya tidak terlihat secara nyata. Pengaruh CO pada
manusia pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian, sedangkan
kontak dengan CO pada konsentrasi yang relatif rendah (100 ppm atau kurang)
dapat menggangu kesehatan. Pengaruh CO pada tubuh terutama disebabkan
oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Kandungan CO di udara berasal dari emisi kendaraan bermotor, dan
pembakaran bahan bakar minyak yang tidak sempurna dan oksigen yang
tersedia kurang dari yang dibutuhkan. Gas CO dapat juga berasal dari
pembakaran kayu hutan. Kandungan CO pada seluruh lokasi contoh berkisar
antara 1200 g/Nm3 (Tabel xxx) dan masih di bawah baku mutu yaitu sebesar
30.000 g/Nm3.

3.1.2.5. Kandungan Partikulat (debu)


Kandungan partikulat yang berada di udara ambien pada umumnya
berasal dari proses pembakaran bahan bakar yang kurang sempurna. Proses
pembakaran pada sumber bergerak pada umumnya berbentuk minyak (cair).
Kandungan partikulat diemisikan dari sumber bergerak yaitu kendaraan
bermotor. Sedangkan sumber emisi partikulat yang berasal dari sumber tidak
bergerak berasal dari pemukiman.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 8
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Dampak yang ditimbulkan oleh kandungan partikulat terhadap kesehatan


manusia adalah berupa gangguan pernapasan fibrosis, dan abstraksi paru-
paru. Pengaruh terhadap kesehatan manusia tergantung kepada komposisi
kimia, ukuran partikel, konsentrasi dan lama pemaparannya. Dampak partikulat
debu terhadap lingkungan diantaranya dapat mengurangi jarak
pandang/penglihatan. Apabila konsentrasinya tinggi, dapat menimbulkan
gangguan estetika dan tertutupnya permukaan benda, bangunan gedung dan
lain-lain. Partikulat debu dengan ukuran 0,2 - 2 mikron merupakan penyaring
sinar matahari yang efisien, sehingga akan mengakibatkan berkurangnya sinar
matahari di permukaan bumi, dan akan mempengaruhi kehidupan di
permukaan bumi, karena kekurangan sinar ultraviolet yang dibutuhkan untuk
proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan juga sebagai salah satu faktor
antirachitis. Selain itu sinar ultraviolet dibutuhkan untuk membunuh
mikroorganisme patogen di udara.
Kandungan TSP pada lokasi pengukuran lebih dominan berasal dari
debu jalan atau lahan terbuka ketika angin bertiup atau kendaraan yang lewat,
mengingat hampir di ketiga lokasi pengukuran saat ini berada pada lahan yang
rawan debu. TSP dapat pula berasal dari jelaga sisa pembakaran kendaraan
bermotor. Dari hasil pengukuran kandungan TSP, menunjukkan bahwa
kandungan TSP adalah 110-111 g /Nm3 (Tabel 3.4.) dan masih berada jauh di
bawah baku mutu yang ditetapkan yakni sebesar 230.

3.1.2.6. Kandungan Pb
Timah hitam (Pb) merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5°C dan titik didih 1.740°C
pada tekanan atmosfer. Senyawa Pb-organik seperti Pb-tetraetil dan Pb-
tetrametil merupakan senyawa yang penting karena banyak digunakan sebagai
zat aditif pada bahan bakar bensin dalam upaya meningkatkan angka oktan
secara ekonomi. PB-tetraetil dan Pb tetrametil berbentuk larutan dengan titik
didih masing-masing 110°C dan 200°C. Karena daya penguapan kedua
senyawa tersebut lebih rendah dibandingkan dengan daya penguapan unsur-

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 9
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

unsur lain dalam bensin, maka penguapan bensin akan cenderung


memekatkan kadar P-tetraetil dan Pb-tetrametil. Kedua senyawa ini akan
terdekomposisi pada titik didihnya dengan adanya sinar matahari dan senyawa
kimia lain diudara seperti senyawa holegen asam atau oksidator.

Sumber Distribusi
Pembakaran Pb-alkil sebagai zat aditif pada bahan bakar merupakan
bagian terbesar dari seluruh emisi Pb ke atmosfer. Berdasarkan estimasi
sekitar 80–90% Pb di udara ambien berasal dari pembakaran bensin namun
sebarannya tidak sama antara satu tempat dengan tempat lain karena
tergantung pada kepadatan kendaraan bermotor dan efisiensi upaya untuk
mereduksi kandungan pb pada bensin.
Meskipun lokasi kegiatan berdekatan dengan alur lalu lintas padat,
berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa kandungan Pb sangat rendah
yakni 0,00 µg/Nm3/24 jam.

3.1.2.7. Kandungan O3
Ozon merupakan salah satu zat pengoksidasi yang sangat kuat setelah
fluor, oksigen dan oksigen fluorida (OF2). Meskipun di alam terdapat dalam
jumlah kecil tetapi lapisan lain dengan bahan pencemar udara Ozon sangat
berguna untuk melindungi bumi dari radiasi ultraviolet (UV-B). Ozon terbentuk
diudara pada ketinggian 30 km dimana radiasi UV matahari dengan panjang
gelombang 242 nm secara perlahan memecah molekul oksigen (O 2) menjadi
atom oksigen tergantung dari jumlah molekul O 2 atom-atom oksigen secara
cepat membentuk ozon. Ozon menyerap radiasi sinar matahari dengan kuat
didaerah panjang gelombang 240-320 nm. Absorpsi radiasi elektromagnetik
oleh ozon didaerah ultraviolet dan inframerah digunakan dalam metode-metode
analitik.
Kadar ozon alami yang berubah-ubah sesuai dengan musim
pertahunnya berkisar antara 10–100mg/m 3 (0,005–0,05 ppm). Di wilayah
pedesaan kadar ozon dapat menjadi tinggi karena adanya kiriman jarak jauh O 3

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 10
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

dari udara yang berasal dari perkotaan. Di daerah perkotaan yang besar,
tingkat ozon atau total oksidan maksimum 1 jam dapat berkisar dari 300–800
mg/m3 (0,15-0,40 ppm) atau lebih. Sekitar 5–30% hasil pemantauan di
beberapa kota besar didapatkan kadar oksida maksimum 1 jam yang
melampaui 200 mg/m3 (0,1 ppm). Peroksiasetilnitrat umumnya terbentuk secara
serentak bersama dengan ozon.
Dari hasil pengukuran di lokasi kegiatan kandungan ozon pada empat
titik pengamatan berkisar antara 3,0-3,5 µg/Nm3/1 jam, jauh lebih rendah dari
baku mutu yakni 235 µg/Nm3/1 jam.

3.1.2.8. Tingkat kebisingan


Kebisingan merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi
kualitas lingkungan. Kebisingan memberikan pengaruh kenyamanan dan
kesehatan yang berbeda-beda menurut tingkat kebisingan yang dihasilkan dan
lamanya paparan, sehingga kebisingan diperhitungkan terhadap suatu kegiatan
yang berpotensi menimbulkan dampak bagi lingkungan. Tingkat kebisingan
adalah ukuran energi bunyi yang dinyatakan dalam satuan decible disingkat
dBA.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 17 Tahun
2005 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Tingkat Kebisingan, diketahui
di dua lokasi pengamatan masih berada jauh di bawah baku mutu. Dari hasil
pengukuran tingkat kebisingan di pada saat ini masih termasuk kategori baik
yaitu berkisar antara 67,5-68,9 dBA, di bawah baku tingkat kebisingan yang
diizinkan untuk lokasi tapak proyek yaitu 70 dBA.

3.1.3. Hidrologi dan Kualitas Air


a. Hidrologi
Aliran air permukaan khususnya di lokasi kegiatan merupakan sistem
drainase buatan yang mengelilingi OPI MALL. Pola aliran wilayah ini
mencerminkan daerah yang dialiri memiliki topografi datar.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 11
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

3.1.4. Kualitas Air Sungai dan Air Limbah


3.1.4.1. Air Sungai
Berdasarkan peta lokasi pengambilan contoh (Gambar 3.1) mewakili
lokasi wilayah rencana kegiatan disajikan kualitas air drainase yang
mengelilingi OPI MALL.

Tabel 3.5. Kualitas air permukaan OPI MALL


Hasil Analisis Baku
No Parameter Satuan
A1 A2 A3 A4 A5 A6 Mutu*)
I. FISIKA
1 Temperatur 0
C 26,3 26,3 26,5 26,6 26,5 26,5 Deviasi #
2 Zat Padat Terlarut mg/l 186 192 355 318 276 215 1000
3 Zat Padat Tersuspensi mg/l 40 40 60 40 20 40 50
II. KIMIA
1 pH Unit 6,52 6,32 6,25 6,32 7,04 6,23 6-9
2 Besi Terlarut (Fe) mg/l 0,08 0,08 0,11 0,14 0,06 0,06 -
3 Mangan Terlarut mg/l 0,03 0,03 0,05 0,05 0,03 0,02 -
(Mn)
4 Seng ( Zn ) mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,05
5 Cadmiun (Cd) mg/l <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 <0,0015 0,1
6 Raksa (Hg) mg/l <0,0001 <0,0001 <0,0001 <0,0001 <0,0001 <0,0001 0,002
7 Timbal (Pb) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03
8 Sulfat (SO4) mg/l 18,9 18,9 20,6 21,1 20,5 21,7 -
9 Arsen (As) mg/l <0,0009 <0,0009 <0,0009 <0,0009 <0,0009 <0,0009 1
10 Selenium (Se) mg/l <0,0012 <0,0012 <0,0012 <0,0012 <0,0012 <0,0012 0,001
11 Sianida (CN) mg/l 0,007 0,007 0,006 0,006 0,006 0,006 0,02
12 Fluorida (F) mg/l 0,06 0,06 0,06 0,08 0,11 0,14 1,5
13 Klorida (Cl) mg/l 6,0 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 -
14 Amonia bebas (NH3 ) mg/l 0,14 0,11 0,09 0,08 0,12 0,14 -
15 Nitrat (NO3) mg/l 0,06 0,06 0,09 1,15 0,09 0,19 10
16 Nitrit (NO2) mg/l 0,011 0,009 0,013 0,016 0,015 0,018 0,06
17 BOD5 mg/l 2,55 2,85 2,18 3,50 2,65 2,75 3
18 COD mg/l 9 10 8 10 9 10 25
19 DO mg/l 3,27 3,68 3,85 3,26 3,44 3,55 4
20 Tembaga (Cu) mg/l 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02
21 Cobalt (Co) mg/l 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,2
22 Sulfida (H2S) mg/l 0,000 0,000 0,001 0,000 0,000 0,000 0,002
23 Fosfat (PO4) mg/l 0,018 0,018 0,021 0,025 0,018 0,017 0,2
24 Minyak dan Lemak µg/l 172 306 409 347 319 325 1000
25 Detergen µg/l 30 20 60 55 40 55 0,2
26 Fenol µg/l 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 1
27 Jml/ 240 280 - - 280 220
Total Coliform 1000/100ml
100ml
Catatan :
*) Terakreditasi #) Tidak ada satuan
BML: Peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 16 Tahun 2005, tentang Peruntukan Air dan Baku Mutu

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 12
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Air permukaan.
A1: Opi Hulu; A4 : Parit Opi Hullu;
A2: Opi Hilir; A5 : Drainase Hilir;
A3 : Parit Opi Hilir; A6 : OPI MALL Parit Hulu;
Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa kualitas air drainase masih
cukup baik, ini dapat dilihat bahwa seluruh parameter uji berada di bawah baku
mutu lingkungan (Pergub SumSel No. 16 Tahun 2005).

Karakteristik fisika
(a) Temperatur
Air sering digunakan sebagai medium pendingin dalam berbagai
proses industri. Air pendingin tersebut setelah digunakan akan
mendapatkan panas dari bahan yang didinginkan, kemudian dikembalikan
ke tempat asalnya yaitu sungai atau sumber air lainnya. Air buangan
tersebut mungkin mempunyai suhu lebih tinggi dari pada air asalnya. Baku
mutu air permukaan (badan air) ditetapkan pada suhu normal.
o
Suhu air permukaan (badan air) yang tinggi (>45 C) akan
mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.
Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimia biologis pada benda padat
dan gas dalam air.
Pembusukan yang terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu yang tinggi. Suhu yang
tinggi dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam air permukaan (badan
air) berkurang, sehingga proses aerasi yang dibutuhkan untuk
mendegradasi bahan organik akan terhambat. Selanjutnya akan
memberikan dampak yang dapat mematikan biota air di dalam badan air
dan mematikan vegetasi yang terkena. Hasil pengukuran temperatur pada
seluruh lokasi contoh (Tabel 3.5.) menunjukkan bahwa temperatur sekitar
26,30 - 26,60C masih tergolong normal.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 13
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

(b) Zat padat terlarut


Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
larut, mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada
dasar air yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan khususnya
pada badan air permukaan penerima. Akibat lain dari padatan ini
menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun
bagi mahkluk lain. Jumlah padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung
dalam air.
Dari hasil analisis zat padat terlarut, kandungan zat padat terlarut
berkisar antara 186 - 355 mg/l ini menunjukkan bahwa semua lokasi contoh
air mengandung zat padat terlarut yang sangat rendah sehingga masih
memenuhi baku mutu (1000 mg/l).

Karakteristik Kimia
(a) Tingkat keasaman (pH)
Nilai kemasaman memberikan gambaran tentang keseimbangan
asam basa dalam air yang sangat erat dengan fungsinya sebagai pelarut
dalam reaksi-reaksi kimia. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain oleh proses fotosintesis, biologis dan berbagai jenis kation dan anion
dalam air.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH
naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk
parameter pH pada air permukaan adalah 6 – 9. Dari hasil pengukuran pH
untuk lima contoh air sungai cukup memenuhi baku mutu yakni antara 6,23
hingga 7,04.

(b) BOD
Dalam air permukaan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti
nitrogen, belerang, dan lain-lain yang cenderung menyerap oksigen.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 14
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Oksigen tersebut dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik. Pada


akhirnya kadar oksigen dalam air menjadi keruh dan kemungkinan berbau.
Nilai BOD5 menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat
didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD 5 yang
tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan terjadi defisit
(berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh
biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diizinkan adalah
3 mg/l. Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan bahwa
kandungan BOD5 pada seluruh air sungai berkisar antara 2,18 – 3,50 mg/l
pertanda masih dalam angka toleransi untuk memenuhi baku mutu
lingkungan.

(c) Kebutuhan oksigen kimiawi (COD)


Nilai COD menunjukkan kandungan bahan organik dan anorganik
yang dapat didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai COD dari air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. Sama
halnya dengan BOD5, COD yang tinggi akan terjadi defisit (berkurangnya)
oksigen terlarut, dan selanjutnya mengganggu kehidupan biota perairan
seperti nekton (ikan). Dari hasil analisis contoh air permukaan menunjukkan
bahwa kandungan COD pada hampir seluruh lokasi contoh masih dibawah
baku mutu yaitu 8 - 10 mg/l dengan baku mutu lingkungan yakni 25 mg/l,
namun masih dalam angka toleransi.

(d) Nitrat
Bahwa hasil analisis di lima titik pengamatan menunjukkan
kandungan nitrat antara 0,06 mg/l hingga 1,15 mg/l. Dikaitkan dengan baku
mutu lingkungan masih jauh di bawahnya yakni 10 mg/l. Pertanda bahwa
secara kimiawi untuk nitrat kualitas air masih cukup baik.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 15
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Kandungan nitrogen di atas 0,3 mg/l di dalam air mengakibatkan


ganggang tumbuh dengan subur. Jika kandungan nitrat di dalam air
mencapai 45 mg/l akan berbahaya untuk diminum. Nitrat tersebut akan
berubah menjadi nitrit di perut. Keracunan nitrit akan mengakibatkan wajah
membiru dan kematian.

(e) Fenol
Hasil analisis contoh air permukaan pada setiap lokasi yang diamati
menunjukkan bahwa kandungan fenol seluruh lokasi adalah 0,0 (Tabel 3.5).
Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol
memiliki sifat yang cenderung asam, dapat melepaskan ion H + dari gugus
hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O−
yang dapat dilarutkan dalam air.
Fenol dapat timbul sebagai hasil oksidasi dan ini sangat mungkin
terjadi mengingat di sungai ini terekspose batubara sementara debit airnya
rendah. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran
kimiawi pada kulit yang terbuka. Hanya saja karena air sungai ini tidak
dimanfaatkan penduduk hanya sebagai alur drainase alami, maka tidak
dihawatirkan bagi kesehatan masyarakat.

(f) Amoniak bebas


Amoniak dalam air permukaan (badan air) dapat berasal dari hasil
degradasi baik secara aerobik maupun anaerobik bahan yang mengandung
unsur nitrogen, seperti protein. Adanya amoniak dalam air permukaan
dapat menimbulkan bau.
Dalam baku mutu lingkungan air Kelas II amonaik bebas tidak ada.
Dari hasil analisis pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa kandungan
ammoniak 0,8 – 0,14 mg/l berarti sebagian besar melampaui baku mutu
lingkungan di kedua sungai.
Amoniak bebas adalah hasil dekomposisi benda-benda organik.
Keberadaan amoniak ini menunjukkan terjadi pencemaran oleh kotoran

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 16
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

binatang atau manusia, sebagai bagian dari proses dekomposisi benda


organik yang belum mengalami oksidasi.
Toksisitas amonia dipengaruhi oleh pH, pada kondisi pH rendah
akan bersifat racun jika jumlah amonia banyak, sedangkan pada kondisi pH
tinggi dengan jumlah amonia yang sedikit juga bersifat racun. Selain itu,
pada saat kandungan oksigen terlarut tinggi, amonia yang ada dalam
jumlah yang relatif kecil sehingga amonia bertambah seiring dengan
bertambahnya kedalaman (Welch, 1952 dalam Setiawan, 2006).
Kadar amonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/liter.
Kadar amonia bebas yang tidak terionisasi pada perairan tawar sebaiknya
tidak lebih dari 0,2 mg/liter. Jika kadar amonia bebas lebih dari 0,2 mg/liter,
perairan bersifat toksik bagi beberapa jenis ikan. Kadar amonia yang tinggi
dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal
dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk pertanian.

(g) Logam berat dan beracun


Air sering tercemar oleh komponen-komponen anorganik,
diantaranya berbagai logam berat yang berbahaya. Logam berat pada
umumnya seperti campuran As, Ba, Cd, Zn, Pb, Hg, Mn. Mangan (Mn),
dan Besi ((Fe) yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas. Kedua macam bahan
ini berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung senyawa mangan
dan besi seperti pirit, hematit, mangan dan lain-lain. Dari hasil analisis
kandungan logam berat tidak terdeteksi yang berarti jumlah kandungannya
terlalu kecil.

(h) Sulfat
Sulfat dalam jumlah yang besar akan menaikkan keasaman air. Ion
sulfat dapat terjadi secara proses alamiah. Ion sulfat oleh bakteri direduksi
menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah
menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana aerob hidrogen sulfida teroksidasi

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 17
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

secara bakteriologis menjadi sulfat sehingga pH tanah dan air akan sangat
rendah.
Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses
digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan metan CH 4 dan CO2 akan
bersifat korosif. Dari hasil analisis pada seluruh lokasi menunjukkan bahwa
kandungan sulfat berkisar antara 18,9 – 21,7 mg/l idak ada BMLnya.

(i) Minyak dan lemak


Keberadaan minyak dan lemak dalam badan air akan membentuk
lapisan tipis (film minyak) pada permukaan (massa jenis minyak/ lemak
lebih kecil dari massa jenis air). Lapisan tipis ini akan menghambat
kelarutan udara (terutama oksigen) ke dalam badan air (reoksigenasi
terhambat). Oksigen yang larut di dalam air dibutuhkan oleh biota perairan.
Selain daripada itu, keberadaan lapisan minyak dalam badan air
akan menghambat masuknya cahaya matahari ke dalam air, sehingga
proses fotosintesis dalam badan air juga akan terhambat. Sebagaimana
diketahui proses fotosintesis dalam badan air akan meningkatkan
kandungan oksigen yang terlarut dalam badan air. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kandungan minyak dan lemak pada seluruh lokasi
yaitu antara 172 - 409 µg/l (Tabel 3.5) dan masih memenuhi baku mutu
lingkungan yang ditetapkan untuk air sungai yaitu 1.000 µg/l.

3.1.4.2. Air Limbah


Hasil analisis air limbah yang diambil dari outlet ipal OPI MALL tersaji
pada tabel berikut.

Tabel 3.6. Hasil Analisa Air Limbah IPAL OPI MALL


Kadar
No Parameter Satuan Hasil
Maksimum
Fisika
1 Residu tersuspensi (TSS) mg/L 100 53,7
Kimia Anorganik
1 pH* (dilaboratorium) # 6-9 6,43

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 18
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

2 Kebutuhan Oksigen Biokimia mg/L 50 12,5


(BOD5)
3 Minyak dan Lemak μg/L 10 2,8
*) : Terakreditasi #) : Tidak ada satuan -) : Tidak dipersyaratkan
Catatan : Memenuhi persyaratan yang diterapkan berdasar Peraturan Gubernur
Sumatera Selatan No. 8 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Domestik.

a. Residu Tersuspensi (TSS)


Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang
larut, mengendap maupun tersuspensi. Bahan ini akan mengendap pada
dasar air yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan khususnya
pada badan air permukaan penerima. Akibat lain dari padatan ini
menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun
bagi mahkluk lain. Jumlah padatan menunjukkan jumlah lumpur terkandung
dalam air.
Dari hasil analisis TSS, adalah 53,7 mg/l ini menunjukkan bahwa
semua lokasi air limbah mengandung zat padat terlarut yang sangat rendah
sehingga masih memenuhi baku mutu (100 mg/l)

b. Tingkat keasaman (pH)


Nilai kemasaman memberikan gambaran tentang keseimbangan
asam basa dalam air yang sangat erat dengan fungsinya sebagai pelarut
dalam reaksi-reaksi kimia. Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain oleh proses fotosintesis, biologis dan berbagai jenis kation dan anion
dalam air.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik ke arah alkali (pH
naik) maupun ke arah asam (pH menurun), akan sangat mengganggu
kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya. Baku mutu lingkungan untuk
parameter pH pada air permukaan adalah 6 – 9. Dari hasil pengukuran pH
untuk lima contoh air limbah cukup memenuhi baku mutu yakni antara 6,43.

c. BOD5

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 19
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Nilai menunjukkan kandungan bahan organik yang dapat


didegradasi, yang dinyatakan dengan jumlah oksigen yang dibutuhkan
untuk proses degradasinya. Makin tinggi nilai BOD5 dari suatu air
permukaan, maka kualitas air permukaan tersebut makin buruk. BOD 5 yang
tinggi menggambarkan akibat yang ditimbulkan yaitu akan terjadi defisit
(berkurangnya) oksigen terlarut, padahal komponen ini dibutuhkan oleh
biota perairan seperti nekton (ikan). Batas maksimum yang diizinkan adalah
50 mg/l. Dari hasil analisis contoh air limbah menunjukkan bahwa
kandungan BOD5 pada seluruh outlet berkisar 12,5 mg/l pertanda masih
memenuhi baku mutu lingkungan

d. Minyak dan lemak


Keberadaan minyak dan lemak dalam air limbah akan membentuk
lapisan tipis (film minyak) pada permukaan (massa jenis minyak/ lemak
lebih kecil dari massa jenis air). Lapisan tipis ini akan menghambat
kelarutan udara (terutama oksigen) ke dalam badan air (reoksigenasi
terhambat). Oksigen yang larut di dalam air dibutuhkan oleh biota perairan.
Nilai minyak dan lemak air limbah yang diambil di outlet ipal menunjukkan
nilai 2,8 mg/L dibawah nilai yang diperbolehkan yaitu 10 mg/L.

3.1.5. Tanah dan Lahan


1) Geologi dan Stratigrafi
a. Jenis Tanah
Berdasarkan Dudal-Soepraptohardjo (1956-1961) jenis tanah di
areal kegiatan ini Glei Humus Rendah atau setara Gleisol (PPT,
1978/1982). Adalah tanah yang selalu jenuh air, sehingga berwarna kelabu
atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.
Golongan tanah ini mempunyai perkembangan profil, berwarna
kelabu, horison atas tercuci. Horison bawah bertekstur halus, berglei dan
bercak kuning hingga merah. Sifat fisik jelek, sifat kimia kurus,permeabilitas

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 20
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

lambat dan peka erosi. Penyebarannya ada di dataran rendah atau


cekungan seperti pada lokasi kegiatan sebelum dilakukan pengurugan.
Untuk mengetahui kualitas lingkungan lahan ini telah dilakukan
pengambilan dua contoh tanah mewakili areal OPI MALL. Hasil analisis
contoh tanah tersebut sebagaimana dirinci dalam Tabel 3.7. berikut ini.

Tabel 3.7. Hasil analisis contoh tanah


pH (1:1) pH (1:1) C-Organik N-Total P2O5
No Lokasi
H2O KCl (%) (%) (ppm)
1 T1 4,12 (sm) 3,64 4,20 (t) 0,30 (s) 66,19 (st)
2 T2 5,5 (m) 4, 14 6,47 (st) 0,50 (s) 38,20 (t)

Tabel 3.7. Lanjutan


(me/100 gr) Tekstur (%)
No
K Na Ca Mg KTK Pasir Debu Liat
49 25,9 21,1
1 0,60 (t) 2,00 (st) 1,80 (sr) 2,35 (t) 37,08 (t)
lempung
46,2 26,4 27,4
2 0,76 (t) 2,23 (st) 2,60 (r) 3,24 (t) 30,11 (t)
Lempung berliat
Data primer: Juni 2016
Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1983)
Keterangan: s : sedang sr : sangat rendah
r : rendah t : tinggi
sm : sangat masam
m : masam

Menurut hasil pengamatan lapangan dan hasil analisis tanah di


laboratorium secara komposit, tanah di lokasi kegiatan memiliki tingkat
kesuburan alami yang rendah, terutama pH yang sangat masam sampai
masam.
Kandungan bahan organik rata-rata tinggi sampai sangat tinggi
sebagai akibat sisa-sisa tanaman yang banyak menumpuk di permukaan.
Kandungan bahan organik yang tinggi ini sangat baik untuk mendukung
pertumbuhan tanaman, karena bahan organik mampu menjerap air dan
unsur hara tetapi dapat diserap oleh tanaman. Disamping itu bahan organik
berperan sebagai sumber hara setelah terdekomposisi dan berfungsi
sebagai mulsa di permukaan tanah.
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 21
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Kandungan nitrogen total adalah sedang, jadi dapat dikatakan bila


unsur hara ini cukup untuk tanaman hias atau penambahan pupuk N hanya
sedikit dibutuhkan. Sedangkan kemampuan pertukaran kation umumnya
tergolong tinggi, ini disebabkan karena pengaruh kandungan bahan organik
yang tinggi.

b. Kemasaman Tanah
Kemasaman tanah tergolong masam sampai sangat masam,
kemasaman tanah yang ada di lokasi kegiatan yaitu antara 4,12 sampai
5,5, kemasaman tanah tersebut tergolong sangat masam kurang
menunjang tumbuhnya tanaman terutama pepohonan. Tanah di sekitar
lokasi kegiatan yang merupakan hasil pengendapan bersifat masam dapat
dimengerti karena lumpur tersebut berasal dari limpasan permukaan yang
terangkut dari bagian hulu Sungai Pinang terbawa ke bagian hilir dan di
bagian hulu merupakan tanah-tanah muda yang masih cukup subur
walaupun masih dipengaruhi oleh asam organik tanah. Endapan lumpur ini
sangat potensial untuk media pertumbuhan tanaman.
c. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah dicerminkan oleh nilai C-Organik tanah yang
berada pada kondisi tinggi sampai sangat tinggi yaitu dengan kisaran nilai
4,20 sampai 6,47. Bahan organik tanah berasal dari tumpukan serasah
atau tumbuhan yang sudah membusuk, dan masuk serta bercampur
dengan tanah. Bahan organik tanah mempunyai fungsi tempat dan bahan
makanan bagi mikrooganisme tanah, sebagai agregasi dalam menyusun
kondisi sifat fisik tanah, dan sekaligus mengendalikan kelembaban tanah.

d. Nitrogen Total Tanah


Nitrogen secara alami berasal dari bahan organik yang telah
melapuk. Nitrogen bersifat mobil dalam arti mudah hilang atau larut serta
mengalami penguapan ke udara. Kadar Nitrogen tanah rata-rata tergolong
sedang yaitu antara 0,30 sampai 0,50. Perbaikan kadar Nitrogen tanah

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 22
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

lebih banyak diarahkan melalui penambahan N melalui pupuk organik


seperti kompos atau pupuk kandang serta penambahan N melalui pupuk
buatan. Kondisi Nitrogen tanah di lokasi kajian kurang mendukung upaya
usaha tani.

e. Phosfor Tanah (P-Bray 1)


Phosfor tanah di lokasi kegiatan tergolong tinggi sampai sangat
tinggi yaitu 38,20 sampai 66,19. Tingginya kadar phosfat lebih disebabkan
sumber unsur ini berasal dari pelapukan mineral yang mengandung P.
Tanah-tanah dilokasi kegiatan mengandung Phosfor yang tinggi dengan
bahan induk yang telah berkembang.

f. Basa-Basa Tanah (K-dd, Na, Ca, Mg)


Basa-basa tanah dilokasi kajian bervariasi dari sangat rendah,
rendah, tinggi dan sangat tinggi. Basa-basa tanah mempengaruhi
Kapasitas Tukar Kation Tanah. Kemasaman tanah yang rendah
menunjukkan tanah telah mengalami pencucian lanjut yang disebabkan
oleh curah hujan yang tinggi.
g. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation Tanah menggambarkan kemampuan tanah
untuk mempertukarkan kation dan menyerap unsur yang dimasukkan ke
dalam tanah. Kapasitas Tukar Kation Tanah di lokasi kegiatan tergolong
tinggi ,yaitu antara 30,11 sampai 37,08 Kapasitas Tukar Kation yang tinggi
akan menyebabkan tanah lebih mudah menahan unsur-unsur tertentu atau
dapat berfungsi sebagai buffer tanah.

h. Tekstur
Kondisi fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah tekstur
tanah. Teksur tanah di lokasi kegiatan sebagian besar adalah lempung
diikuti oleh lempung berliat. Ini berarti terdapat keseimbangan fraksi pasir,
debu, dan liat bahkan lebih didominasi oleh lempung. Tanah-tanah dilokasi

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 23
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

kegiatan mempunyai drainase dan porositas tanah yang rendah. Tanah-


tanah ini mempunyai nilai infiltrasi yang lambat sehingga dapat
meningkatkan aliran permukaan. Tanah dengan tekstur lempung umumnya
berada pada pengaruh limpasan sungai atau berada di kiri kanan sungai.
Pada dasarnya sifat fisik dan sifat kimia tanah tidak jauh berubah,
masih dalam karakteristik sebagaimana sebelumnya.

3.2. Lingkungan Biologi


3.2.1. Vegetasi Darat
Salah satu komponen yang penting dalam rona awal lingkungan hidup
adalah mengkaji keberadaan komponen biologi darat. Biologi atau biota darat
(terestrial) meliputi semua organisme yang menghuni daratan, baik flora
maupun fauna yang ada di permukaan tanah, di udara, di pohon ataupun di
dalam tanah yang mempunyai sifat bergerak seperti beberapa fauna meliputi
hewan peliharaan ataupun satwa liar dan yang tidak bergerak seperti flora.
Komponen biologi/biota darat terdiri dari flora dan fauna terestrial, Kajian
vegetasi dapat dilihat dari keanekaragaman jenis, habitus, dan
pertumbuhannya yang menunjukkan kondisi lingkungan darat di suatu daerah
yang berkaitan erat dengan fungsi vegetasi tersebut di dalam ekosistemnya
serta lingkungan sekitarnya yang mempengaruhinya. Keanekaragaman jenis
flora (vegetasi) dapat menggambarkan stabilitas dari suatu ekosistem yang
mendukung kehidupan yang ada disekitarnya baik sebagai habitat, tempat
berlindung dan berbiak, maupun sumber makanannya. Vegetasi merupakan
kumpulan populasi tumbuhan yang menempati suatu habitat tertentu. Setiap
bentuk vegetasi umumnya terdiri dari banyak spesies tumbuhan dengan
berbagai bentuk dan struktur serta jumlah populasinya.

Kondisi Areal Lokasi Kegiatan


Kondisi areal lokasi studi ini merupakan kajian pengembangan dan
kegiatannya dilakukan di areal yang sudah ada kegiatan sebelumnya. Lokasi
studi berada di lingkungan perkotaan yang banyak aktivitas mall, pusat

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 24
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

pertokoan, pusat hiburan waterfun dan pemukiman padat penduduk yang ada
di kawasan Jakabaring. maka vegetasi bukan merupakan vegetasi hutan tapi
melainkan didominasi vegetasi budidaya yang ditemukan yang jumlahnya
sangat sedikit sekali sehingga metode untuk mendapatkan jenis-jenis tumbuhan
tidak dilakukan metode analisa vegetasi dengan pencatatan (inventarisasi) jenis
langsung dilapangan di sekitar lokasi kegiatan di wilayah studi.
Pada lokasi studi terlihat sangat sedikit ditemukan jenis pada tingkat
pohon, hanya ada beberapa jenis saja yang masih dapat tumbuh baik di
lingkungan studi, baik itu tumbuh liar atau dibudidaya seperti tanaman
pelindung kelapa sawit, mahoni, kiara payung, palem hias dan lain-lainnya,
sehingga dalam pengembangan nanti hendaknya diperhatikan untuk
penghijauan, misalnya dengan menggunakan tanaman pelindung dan tanaman
penghalang debu dan penyerap karbon terkait dengan kegiatan dan lokasi
kegiatan yang berada di sekitar lingkungan pertokoan, pemukiman dan lalu
lintas yang ramai seperti menanam jenis yang bertajuk tinggi seperti tanjung,
trembesi, pohon bambu cina, kolokio, atau pohon palem raja dan beberapa
jenis tanaman yang lainnya.
Pekarangan adalah ekosistem vegetasi darat yang paling dekat dengan
penghuninya. Dilihat dari fungsi dan struktur, ekosistem pekarangan
mempunyai potensi yang besar, karena di pekarangan biasanya terdapat
beberapa macam tanaman baik yang termasuk pada tanaman hias, tanaman
obat-obatan dan tanaman buah-buahan. Tanaman yang berupa bunga-
bungaan seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), buah-buahan seperti
mangga (Mangifera indica), jambu (Eugenia sp.), tanjung (Mimusops elengi)
dan pisang (Musa paradisiaca).
Jenis – jenis tanaman budidaya yang banyak ditanam oleh masyarakat di
sekitar wilayah pemukiman di sekitar lokasi wilayah studi terdiri dari usaha yang
ditanami oleh masyarakat yang didominasi dengan jenis komoditas kelapa,
pisang, jabon beberapa jenis tanaman setahun yang lainnya, secara umum
jenis-jenis tanaman yang ditanam tersebut dapat dimanfaatkan untuk keperluan

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 25
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

konsumsi keluarga. Selain itu juga ditemukan tanaman hias dan tanaman
pelindung yang biasa ditanam di halaman sekitar rumah.

Tabel 3.8. Jenis-jenis vegetasi yang ada di sekitar lokasi kegiatan


dan di sekitar perkarangan pemukiman di wilayah studi
No. Nama Daerah Nama Latin
Tingkat Pohon/Tiang
1. Kelapa sawit Elaeis guinensis
2. Kelapa Cocos nucifera
3. Palem-paleman hias Palmaceae
4. Tanjung Mimusops elengi
5. Mahoni Sweitania mahagoni
6. Trembesi Samanea saman
7. Pisang Musa parasadiaca
8. jabon Anthocephalus cadamba
9. Sukun Artocarpus communis
10. Kiara payung Filicium decipiens
11. Mangga Mangifera indica
12. Jambu Eugenia sp.
13. Pinang Areca catechu
14. Petai cina Leucaena leucocephala.
Tumbuhan bawah
15. Jukut pahit Paspalum conjugatum
16. ilalang Imperata Cylindrica
17. Rerumput Cyperus esculentus
18. Rumput belulang Eleusin indica
19. Mamang Cleome viscosa
20. Keladi Caladium bicolor
21. Kangkung air Ipomoea aquatic
22. Putri malu Mimosa pudica
23. Menderong Cyperus iria
24. Rumput kenop Kyllinga monocephala
Sumber : Data primer pengamatan langsung Tim Biologi, 2016

3.2.2. Fauna / Satwa Liar


Fauna / Satwa merupakan salah satu organisme hidup yang ada pada
biota teresterial. Kehidupan satwa sangat bergantung dengan keberadaan
vegetasi, baik ketergantungan dalam hubungan rantai makanan sebagai
sumber pakan ataupun ketergantungan dalam kesesuaian hidup atau habitat.
Survey dan monitoring fauna sangat penting dilakukan agar habitat alami
bagi fauna tetap terpelihara. Dengan keberadaan habitat alami yang tetap
terpelihara maka spesies fauna asli maupun introduksi lebih dapat terpelihara

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 26
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

populasinya. Khususnya bagi spesies yang dilindungi peraturan perundangan


nasional Indonesia dan regulasi internasional. Spesies fauna yang dilindungi
peraturan perundangan nasional Indonesia dan regulasi internasional termasuk
spesies yang secara alami bersifat rawan punah serta spesies-spesies yang
akibat berbagai kegiatan manusia menjadi rawan punah. Kelompok spesies
fauna yang rawan punah terjadi akibat proses yang terjadi secara alamiah dan
akibat kegiatan manusia.
Metode survey dan monitoring fauna yang digunakan adalah pengamatan
langsung atau observasi lapangan dan tidak langsung berupa wawancara
mengenai keberadaan satwa dengan masyarakat yang ada di sekitar lokasi
kegiatan. Pengamatan langsung didasarkan atas visual (melihat secara
langsung) jejak kaki, kotoran, suara dan tanda-tanda lain yang ditinggalkan,
serta informasi yang diperoleh dari wawancara dengan penduduk di sekitar
rencana kegiatan. Untuk mengetahui spesies yang pernah dijumpai.
Berdasarkan hasil pengamatan oleh team studi di lapangan secara langsung
maupun hasil wawancara dengan penduduk terdekat dengan rencana lokasi
kegiatan, maka dapat dikelompokkan satwa atau fauna darat menjadi satwa
ternak (domestik) dan satwa liar. Satwa domestik diusahakan oleh masyarakat
pada umumnya didasarkan pada nilai ekonomisnya, yakni kelompok unggas
seperti ayam, bebek, itik dan angsa serta kelompok mammalia seperti kambing.
Beberapa fauna lainnya merupakan hewan peliharaan seperti kucing, anjing,
burung merpati, ayam dan kambing Sedangkan jenis-jenis satwa liar dapat
diidentifikasi berdasarkan hasil pengamatan langsung di lapangan terhadap
habitat maupun perjumpaan di sekitar lokasi pengamatan serta didasarkan data
sekunder mengacu pada informasi dari masyarakat yang mengenal kondisi
wilayah sekitar areal kegiatan disajikan secara kualitatif bukan kuantitatif, hal ini
dikarenakan survey dilakukan penilaian secara cepat dan lingkungannya
lingkungan perkotaan.

Tabel 3.9. Hasil Invetarisasi jenis satwa liar di sekitar lokasi rencana
kegiatan
No Jenis Nama Latin Status Perlindungan

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 27
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

I. Aves
1. Perkutut Geopelia striata TDL
2. Kutilang Pycnonotus aurigaster TDL
3. Tekukur Streptopelia chinensis TDL
4. Layang-layang Dalichon dasypus TDL
5. Berbah Pycnonotus goiavier TDL
6. Pipit Lonchura malacca TDL
7. Bondol peking Lonchura punctulata TDL
8. Burung gereja Passer montanus TDL
9 Bentet kelabu Lanius sach TDL
10. Cinenen Kelabu Orthotomus ruficeps TDL
11. Burung madu kelapa Anthreptes malacensis DL
II. Reptilia
1. Biawak Varanus salvator TDL
2. Bengkarung Calotus sp. TDL
3. Cecak kayu Hemydactilus frenatus TDL
4. Kadal Mabouya multifasciata TDL
5. Kadal lumput *) Takydromus sexlineatus TDL
III. Amphibi
1. Kodok bangkong Bufo melanostictus TDL
2. Katak rawa Rana pipiens TDL
3. Katak sawah Rana cancrivora TDL
IV. Mamalia
1. Bajing*) Callosciurus notatus TDL
2. Codot krawar Cyropterus branchyotis TDL
Keterangan : TDL = tidak dilindungi, DL = dlindungi (status perlindungan
berdasarkan: PP No. 7 Tahun 1999 tentang jenis-jens
tumbuhan dan satwa yang dilindungi).
Sumber : Data Primer Tim Biologi, Mei 2016
* ) Data Sekunder informasi dari masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan terhadap habitat satwa


liar serta hasil survei yang dilakukan, maka dapat diidentifikasi berbagai Jenis-
jenis satwa liar yang sering ditemukan di sekitar lokasi rencana kegiatan, yang
paling banyak jenis yang ditemukan disekitar lokasi kegiatan adalah jenis dari
kelompok Aves yaitu sebanyak (11 jenis), kemudian reptil (5 jenis) dan amfibi
(3 jenis) dan Mammalia (2 jenis). Secara umum jenis satwa liar yang ada di
wilayah studi tidak termasuk jenis satwa yang tergolong satwa langka dan
hanya 1 jenis yang dilindungi oleh Undang–Undang Republik Indonesia
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Satwa, jenis yang dilindungi yang
ditemukan tersebut adalah burung madu kelapa (Anthreptes malacensis). Dari
hasil inventarisasi kelompok Aves cukup beragam jenisnya, hal ini dikarenakan
habitatnya dengan vegetasi yang ada disekitar loaksi kegiatan masih dan cukup
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 28
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

mendukung keberadaan hewan tersebut, selain itu karena hewan burung


mudah bergerak (terbang) dan dapat beradaptasi dengan lingkungan manusia
serta lebih muda untuk dijumpai dilapangan, ditemukan sedikitnya 11 jenis
burung.
Jenis burung-burung tersebut merupakan jenis umum yang sering
dijumpai dilingkungan perkotaan jenis burung yang paling mudah ditemukan
dan dengan jumlah yang banyak adalah jenis burung gereja, burung kutilang,
burung berbah. Keberadaan berbagai jenis satwa liar di lokasi studi
menandakan bahwa kawasan tersebut walau lingkungan perkotaan namun
masih mampu mendukung berbagai jenis satwa khususnya satwa yang mudah
berasosiasi dilingkungan perkotaan. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa
terdapat kemungkinan berbagai jenis satwa tersebut tetap membutuhkan ruang
dan habitat yang mendukung daerah jelajahnya.
Dengan demikian kepada pihak masyarakat dan pemrakarsa yang
mempunyai rencana pengembangan kegiatan harus berkoordinasi dengan
pemerintah untuk bagaimana melaksanakan pelestariannya agar dapat
diupayakan dengan sebaik-baiknya. Namun perlu adanya kerja sama dan
peningkatan kesadaran tentang pentingnya keanekaragaman hayati yang baik
antara masyarakat dan pihak pemrakarsa dengan pihak Pemerintah untuk
membina dan membangun areal ruang terbuka hijau untuk kelestarian habitat
dan jenis satwa liar sebagaimana diuraikan sebelumnya.

3.2.3. Biota Perairan


Studi tentang biota perairan ditujukan untuk mengetahui komunitas biota
perairan yang memiliki fungsi ekologis dalam suatu ekosistem perairan dan
kadang mempunyai nilai ekonomis bagi masyarakat. Pengkajian terhadap biota
perairan dilakukan dengan pengambilan contoh secara langsung di lapangan.
Biota perairan (akuatik) dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok umum
yakni plankton, benthos dan nekton. Penggolongan ini didasarkan pada
perilaku dan sifat yang mempengaruhi responnya terhadap habitat akuatik.
Komunitas biota perairan baik plankton, benthos maupun nekton dapat

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 29
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

dijadikan sebagai bioindikator untuk menentukan kualitas suatu perairan. Ketiga


komponen biotik tersebut saling terkait dalam menopang rantai dan jaring
makanan dalam ekosistem perairan seperti sungai.
Perairan yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan merupakan tipe aliran
perairan kecil seperti drainase yang sifatnya mengalir, perairan tersebut adalah
merupakan aliran air dari anak sungai kecil yang lebih berupa parit besar yang
semuanya terletak mengelilingi areal di sekitar kawasan OPI MALL dan juga
berdekatan dengan lingkungan pemukiman yang alirannya sebagian
berdekatan dengan wilayah studi, aliran tersebut mempunyai fungsi yang
sangat penting bagi lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan adanya rencana
kegiatan pengembangan di sekitar kawasan tersebut, nantinya aliran aiar dari
parit ini sedikit banyaknya akan menerima dampak dari berbagai kegiatan baik
itu kegiatan antropogenik maupun kegiatan lainnya, salah satunya kegiatan
supermarket seperti OPI MALL Jakabaring dan pusat pemukiman dan
pertokoan sekitarnya sehingga perlu diupayakan pengelolaan terhadap kualitas
biota perairan sejalan dengan pengelolaan badan perairan secara terpadu
karena dampak yang terjadi pada biota perairan merupakan dampak turunan
dari kualitas perairan yang menurun akibat adanya kegiatan yang ada di sekitar
badan perairan untuk itu perlu dilakukan pemantauan secara berkala ketika
kegiatan tersebut sudah berjalan.

3.2.3.1. Plankton
Plankton merupakan organisme perairan yang melayang-layang dan
pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gerakan air atau aliran arus. Walaupun
beberapa zooplankton menunjukkan gerakan berenang yang aktif dalam
membantu mempertahankan posisi vertikal, namun secara umum plankton
secara keseluruhan tidak dapat melawan arus. Kualitas suatu perairan terutama
perairan dapat ditentukan berdasarkan fluktuasi populasi plankton yang
mempengaruhi tingkatan trofik perairan tersebut. Fluktuasi populasi dipengaruhi
terutama ketersediaan nutrisi dan kecepatan arus di suatu perairan.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 30
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Berdasarkan nutrisi yang dibutuhkan, plankton dapat dibedakan menjadi


dua kelompok yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton adalah plankton
yang berukuran mikroskopis dan merupakan organisme autotrof atau
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan memanfaatkan nutrien anorganik
melalui proses fotosíntesis dan kemosintesis. Nutrien tersebut diubah menjadi
berbagai senyawa organik yang dibutuhkan oleh hewan akuatik. Sedangkan
zooplankton adalah plankton hewani yang memenuhi kebutuhan hidupnya
dengan cara memanfaatkan organisme lain, dapat bersifat herbivora, karnivora
maupun omnivora. Fitoplankton merupakan produsen primer yang berperan
sebagai dasar suatu rantai makanan dan juga berperan sebagai penyedia
oksigen terbesar dalam ekosistem akuatik, yang sangat dibutuhkan untuk
mendukung kehidupan organisme-organisme pada tingkat trofik yang lebih
tinggi.
Berdasarkan hasil analisis aspek biologi biota perairan pada lokasi parit
di sekitar kegiatan selama pengamatan didapatkan 8 kelas plankton antara lain
Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Chlorophyceae, Euglenaphyceae,
Rhizopoda, Brachiopoda, Ciliata, dan Monogononta. Secara keseluruhan
komposisi komunitas plankton berdasarkan tingkatan kelompok kelas di lokasi
sampling yang ada di sekitar kegiatan menunjukkan bahwa plankton yang
ditemukan ada 22 jenis atau komposisinya sebesar 45,45 % dari kelompok
fitoplankton yang terdiri 4 kelas yaitu Bacillariophyceae, Chlorophyceae,
Cyanophyceae, dan Euglenaphyceae, dan dari kelompok zooplankton hanya
54,55 %, yang terdiri 4 kelas yaitu Rhizopoda, Brachiopoda, Ciliata dan
Monogononta. Jenis yang banyak ditemukan komposisinya adalah dari
keleompok fitoplankton adalah kelas Bacillariophyceae dan Euglenaphyceae
sedangkan dari kelompok zooplankton adalah dari kelas Rhizopoda dan
Monogononta masing-masing semuanya ditemukan sebanyak 4 jenis (18,18%)
dan terbanyak kedua adalah kelas Cyanophyceae dan kelas Ciliata masing-
masing sebanyak 3 genera (13,63%). Tingginya jenis dari kelompok
zooplankton dibandingkan dengan jenis fitoplankton Hal ini dimungkinkan
karena jenis-jenis zooplankton yang tergolong dalam kelompok kelas

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 31
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Monogononta dan Rhizopoda merupakan kelas yang paling banyak ditemukan


di perairan yang kotor yang berupa saluran air atau parit dan ini dapat
dibuktikan bahwa jenis plankton di lokasi studi awal di dominasi dari kedua
kelas ini.
Kelompok Zooplankton terutama dari kelas kelas Monogononta dan
Rhizopoda merupakan zooplankton yang berperan sebagai dalam rantai
makanan sebagai konsumen tingkat I sehingga kelompok fitoplankton menjadi
lebih sedikit dibandingkan kelompok zooplankton
Sedangkan plankton dari kelompok zooplankton yang didapat sebanyak
(54,55%) terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas Monogononta dan Rhizopoda (4
genera) serta Ciliata, sebanyak 2 genera (13,63%) kemudian kelas
Brachiopoda sebanyak 1 genera (4,545%), banyaknya jenis dari kelompok
zooplankton ini yang ditemukan salah satunya disebabkan karena aliran air
yang tidak begitu mengalir dan adanya pemangsaan yang dilakukan oleh
zooplankton dengan memakan kelompok fitoplankton, kemudian juga mungkin
disebabkan kedalaman air yang dangkal dan ada lapisan film serta lemak dari
sisa limbah dari berbagai aktivitas di sekitarnya menyebabkan penetrasi cahaya
masuk tidak optimal sehingga jumlah fitoplankton pun berkurang.
Menurunnya kualitas perairan, akan menyebabkan perubahan komposisi
jenis dalam komunitasnya, yang dapat tercermin melalui indikator nilai
keanekaragaman komunitas plankton di tempat tersebut. Semakin baik kualitas
perairan sebagai habitat, maka akan meningkatkan nilai atau indeks
keanekaragaman jenis dalam komunitas, dan demikian pula sebaliknya.
Semakin rendah nilai keanekaragaman maka dapat mengindikasikan bahwa
kualitas habitat perairan tersebut semakin kurang baik dalam mendukung
kehidupan biota di perairan tersebut.
Dari hasil analisa sampel yang diambil di sekitar lokasi kegiatan di
keempat aliran parit tersebut diperoleh data komposisi, kelimpahan dan indeks
keanekaragaman dan indeks dominansi yang disajikan pada tabel dibawah
berikut ini.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 32
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Tabel 3.10. Komposisi, kelimpahan, dan keanekaragaman plankton di


sekitar perairan parit drainase di lokasi kegiatan
Kelimpahan (Individu/L)
No Komposisi Taksa
B1 B2 B3 B4
  FITOPLANKTON  
I. Cyanophyceae  
1. Microcystis sp. 5 - 3 2
2. Planktothrix sp. 7 3 2 2
3. Pseudanabaena sp. 8 5 5 4
II. Chlorophyceae 
4. Closterium sp. 2 - - 3
5. Eudorina sp. 3 1 3 -
6. Navicula sp. - 3 - -
7. Leponcinclis sp. - - 3 3
III. Bacillariophyceae
8. Diatoma sp. 10 7 10 7
9. Eunotia gracilis - 7 - 7
IV. Euglenaphyceae
10. Euglena sp. 31 40 25 23
11. Phacus longicauda 37 43 15 11
12. Strombomonas sp. 41 43 - -
13. Trachelomonas sp. 35 45 25 23
ZOOPLANKTON
V. Branchiopoda
11. Moina sp. 2 1 2 -
VI. Ciliata
12. Amphileptus sp. 71 80 31 20
13. Codonella sp. 65 61 8 -
14. Paramecium sp. 69 71 49 31
VII. Monogonanta
15. Euchlanis sp. 2 - - 4
16. Lepadella sp. - 3 3 4
17. Monostyla sp. 5 - 5 -
18. Rotaria sp. 7 5 10 11
VIII. Rhizopoda
19. Amoeba sp. 79 71 55 51
20. Arcella sp. 67 65 18 23
21. Difflugia sp. 39 41 25 23
22. Euglypha sp. 49 41 18 11
Kelimpahan Plankton (Ind/L) 20 18 19 18
Keanekaan Genera 624 622 315 242
Indeks Keanekaragaman (H’) 1,1 1,08 0,98 1,08
Indeks Dominansi (C) 0,08 0,09 0,11 0,11
Sumber data analisis tim biologi, Juni 2016.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 33
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Dari hasil analisa sampel yang diambil dari aliran perairan di sekitar
lokasi kegiatan di peroleh data komposisi, kelimpahan dan indeks
keanekaragaman serta indeks dominansi yang disajikan pada tabel diatas.
dimana komposisi jenis plankton secara keseluruhan tercatat sebanyak 22
genera, dengan kelimpahan plankton yang cukup tinggi yaitu sebesar 242-624
individu/liter, sedangkan untuk indeks keanekaragaman) jenis plankton berkisar
(H’) 0,98-1,10. Melimpahnya jenis plankton di perairan parit di kawasan OPI
MALL secara kasat mata perairannya kotor, banyak lapisan film dan lemak
yang disebabkan berbagai faktor seperti faktor lingkungan dan pengkayaan
bahan-bahan nutrisi sehingga menyebabkan plankton terutama jenis
zooplankton menjadi subur hal ini juga erat kaitannya perairan parit yang tidak
begitu dalam dan kurang begitu mengalir, jika tidak terjadi hujan cenderung
stagnan.
Berdasarkan indeks keanekaragaman plankton di perairan sekitar lokasi
kegiatan bersifat fluktuatif di setiap stasiun sampling, dan terlihat tren semakin
ke arah hulu semakin baik nilai Indeks keanekaragamannya. dilokasi sampling
tersebut tidak terjadi perubahan yang cukup signifikan karena nilai indeks
keanekaragaman pada periode sampling tersebut masih dalam kriteria tingkat
keanekaragaman sedang, kecuali pada titik stasiun B3. Di bagian hilir di aliran
parit bagian belakang kawasan OPI MALL nilai tingkat keanekaragamannya
rendah yaitu H’ = 0,98, rendahnya pada titik stasiun B3 ini disebabkan
perairannya mengandung banyak lemak dan perairannya cenderung stagnan.
Nilai indeks keanekaragaman tertinggi tercatat di arah hulu di bagian parit
depan dengan Nilai indeks H’: 1,1 dengan jumlah genera sebanyak 20 genera.
Secara umum hasil pengamatan kualitas perairan di parit sekitar rencana
kegiatan, menunjukkan bahwa kualitas perairan berdasarkan keanekaragaman
plankton di perairan tersebut masih dikategorikan belum cukup baik.
Berdasarkan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon–Wiener maka
keanekaragaman plankton termasuk kategori keanekaragaman rendah sampai
sedang, karena nilai indeks keanekaragaman ≤ 1 ≤ H’ ≤ 3, yaitu ada 1 titik

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 34
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

stasiun dibawah 1 yang menujukkan bahwa tingkat keanekaragaman rendah


dan 3 titik stasiun diatas 1 masih dibawah 3 dan ini dikategorikan
keanekaragaman plankton yang tergolong sedang, sedangkan indeks
dominansi berkisar 0,08-0,11.
Berarti di aliran parit drainase tersebut tidak ada jenis plankton yang
mendominansi baik itu fitoplankton maupun zooplankton, hal ini
menggambarkan bahwa kualitas perairan masih dapat mendukung kestabilan
komunitas terutama kehidupan plankton di dalamnya sehingga jumlah individu
setiap spesies plankton cukup merata namun dengan tingginya tekanan
antropogenik disekitar kawasan membuat aliran parit tersebut masih rentan
sekali terhadap tekanan lingkungan sekitarnya. karena tinggi rendahnya nilai
keanekaragaman plankton sangat tergantung pada banyaknya jumlah spesies
dan jumlah individu masing-masing spesies. Nilai keanekaragaman akan tinggi
jika jumlah spesies banyak dan jumlah individunya merata. Perubahan sedikit
saja akibat tekanan lingkungan dapat menyebabkan rendahnya nilai indeks
Keanekaragaman di lokasi tersebut.

3.2.3.2. Benthos
Benthos di dalam ekosistem perairan mempunyai peranan antara lain
sebagai dekomposer atau pengurai bahan-bahan organik, sebagai unsur biotik
dalam membentuk mata rantai makanan ataupun jaring makanan. Selain itu
karena hewan benthos hidupnya selalu berada di dasar perairan, maka
organisme ini dapat pula digunakan sebagai indikator biologis untuk
menentukan kualitas perairan.
Benthos adalah organisme baik tumbuhan (phytobenthos) maupun
hewan (zoobenthos) yang hidup di dasar suatu perairan baik di dalam substrat
atau di permukaan substrat. Pada phytobenthos hidupnya hanya melekat di
dasar perairan (substratum), mereka dapat melekat pada benda-benda apa
saja yang ada di dasar perairan, misalnya pada bebatuan, sedimen, ataupun
pada kayu-kayu yang telah mati. Sedangkan zoobenthos hidupnya dapat
bergerak pada substrat di dasar perairan walaupun gerakannya sangat lambat.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 35
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Untuk memenuhi persyaratan hidupnya, hewan benthos sangat dipengaruhi


oleh faktor lingkungan seperti kemantapan substrat, tipe substrat, tipe mikro
habitat, kekeruhan, arus air, kedalaman, temperatur, oksigen terlarut dan
predator.
Dari hasil analisa sampel yang diambil dari lokasi pengambilan sampel di
sekitar lokasi kegiatan diperoleh data komposisi, kelimpahan dan indeks
keanekaragaman dan indeks dominansi yang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 3.11. Komposisi, Kelimpahan, dan Keanekaragaman dan Dominansi


benthos di perairan parit drainase di lokasi kegiatan
Kelimpahan (Individu / Meter2)
No Komposisi Taksa
B1 B2 B3 B4
I. Gastropoda
Operculata
1. Pila ampulaceae 50 - - 50
2. Digoniostoma truncatum 50 - 50 25
3. Amnicola sp. - - 50 50
4. Poamacea caniculata 25 50 100 100
II. Insecta
Diptera
5. Culex sp. - 50 - -
Keanekaan Genera 3 2 3 4
Kepadatan Total (Ind/m2) 125 100 200 225
Indeks Keanekaragaman (H’) 0,99 0,69 1,03 1,27
Indeks Dominansi (C) 0,36 0,25 0,38 0,33
Sumber data analisis tim biologi,Juni 2016.

Hasil identifikasi biota perairan benthos di sekitar lokasi kegiatan


didapatkan total komposisi jenis hewan benthos yang didapat sebanyak 5 jenis.
Hewan benthos yang ditemukan tersebut digolongkan ke dalam 2 taksa kelas
yaitu kelas Gastropoda (4 jenis): Amnicola sp., Pila ampulaceae, Digoniostoma
truncatum dan Poamacea caniculata. kelas Insecta dari ordo Diptera (1 jenis):
Culex sp.
Berdasarkan tabel diatas nilai indeks keanekaragaman benthos di
perairan parit drainase disekitar lokasi kegiatan, Jika kita bandingkan antar
stasiun lokasi sampling terlihat bahwa indeks keanekaragaman tertinggi pada
perairan parit pada bagian belakang Kawasan OPI Mall yaitu stasiun B3 dan
B4 dengan masing-masing kelimpahan berkisar 200-225 ind/m 2 dengan nilai
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 36
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

indeks keanekaragaman berkisar 1,04-1,27. Hal ini menunjukan tingkat


keanekaragamannya pada tingkat sedang. Sedangkan pada parit di kawasan
bagian depan OPI MALL kelimpahannya berkisar antara 100-125 ind/m 2
dengan nilai indeks keanekaragaman berkisar 0,69 -0,99 hal ini menunjukan
bahwa tingkat keanekaragamannya rendah, rendahnya keanekaragaman
distasiun B1 dan B2 ini kemungkinan disebabkan berbagai faktor
lingkungannya yang mempengaruhinya.
Berdasarkan kriteria keanekaragaman Shanon-wiener masih tergolong
ke dalam tingkat keanekaragaman rendah sampai sedang ini, menunjukan arti
bahwa kondisi dan substrat dasar perairan kurang bisa tolerir terhadap
kehidupan benthos yang ada, terutama distasiun B1 dan B2 hal ini disebabkan
karena berbagai faktor dan kondisi lingkungan pada saat pengambilan sampel
dilakukan salah satunya, terkait dengan tingginya tekanan antropogenik serta
kestabilan tipe substrat dasar perairan yang kurang stabil sehingga kurang bisa
mendukung kehidupan benthos secara maksimal dan merata, hal ini terbukti
masih sedikitnya jenis benthos yang ditemukan di substrat dasar perairan di
keempat stasiun lokasi sampling tersebut.
Secara umum hasil pemantauan kualitas perairan di aliran parit di sekitar
wilayah rencana kegiatan jika ditinjau dari segi biologi berdasarkan biota
benthos masih belum cukup stabil walupun demkian nilai indeks dominansinya
juga masih berkisar 0,25- 0,38 hal ini berarti menunjukan bahwa di aliran parit
drainase tersebut tidak ada komposisi jenis benthos yang mendominansi.
Berdasarkan kriteria nilai indeks keanekaragaman Shannon–Wiener maka
keanekaragaman benthos di keempat lokasi studi, termasuk kategori
keanekaragaman rendah sampai sedang (0,69-1,27), karena nilai indeks
keanekaragaman ≤ 1 ≤ H’ ≤ 3. Adanya keanekaragaman benthos yang
tergolong rendah ini menggambarkan bahwa kualitas perairan khususnya
substrat dasar masih kurang dapat mendukung kehidupan benthos didalamnya
sehingga jumlah individu setiap spesies/genus benthos tersebut kurang merata.
Karena tinggi rendahnya nilai keanekaragaman benthos sangat tergantung
pada banyaknya jumlah spesies dan jumlah individu masing-masing spesies.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 37
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Nilai keanekaragaman akan tinggi jika jumlah spesies banyak dan jumlah
individu merata dan jenis-jenis dari benthos tersebut rentan terhadap tekanan
lingkungan yang mempengaruhi badan perairan sungai tersebut yang ada di
sekitar wilayah studi untuk itu perlu dijaga kualitas perairannya.
3.2.3.3. Nekton
Nekton merupakan kelompok biota akuatik yang dapat bergerak aktif dan
berukuran makroskopis sehingga mampu melawan arus. Kelompok nekton
pada umumnya disusun oleh bermacam-macam jenis ikan dan udang. Nekton
dalam ekosistem perairan menduduki tingkat tropik kedua, ketiga dan keempat.
Berdasarkan tingkat tropiknya yang berkaitan dengan sifat jenis makanannya,
maka nekton yang hidup pada suatu perairan ada yang bersifat herbivora,
karnivora dan omnivora.

Tabel 3.12. Jenis-Jenis ikan (Nekton) dan estimasi kehadiran yang sering
ditemui yang terdapat perairan parit di sekitar lokasi kegiatan
Status
No Nama ilmiah Nama Lokasi
PI
1. Poecilia reticulata Gaffi / kopi-kopi TD
2. Anabas testudineus Ikan betok TD
PI : status perlindungan Indonesia berdasarkan PP.No.7 Tahun 1999. TD (Tidak
dilindungi).

Berdasarkan informasi secara umum dan pengamatan dilapangan jenis


ikan yang dijumpai merupakan jenis ikan yang pada umumnya bisa beradaptasi
perairan yang kurang baik dan mengalami tekanan antropogenik seperti di
saluran drainase, parit, maupun perairan rawa. Kelompok nekton yang sering
ditemukan pada badan perairan di sekitar lokasi di inventarisasi berdasarkan
informasi penduduk setempat yang ada di sekitar perairan parit dan
pengamatan langsung. Mengingat tidak dilakukan survey estimasi populasi ikan
dengan menggunakan rumusan tertentu tapi data diambil cenderung bersifat
kualitatif melalui hasil data pengamatan dilapangan dan informasi dengan
masyarakat di sekitar lokasi perairan, Keberadaan jenis ikan yang sering dan
banyak dijumpai adalah jenis seperti ikan kopi-kopi atau Gaffy (Poecilia
reticulata) dan ikan betok (Anabas testudineus). Kehadiran ikan di dalam aliran

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 38
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

parit sekitar lokasi studi tidak beranekaragam hal ini disebabkan aliran parit ini
berada di lingkungan perkotaan yang sudah mengalami tekanan antropogenik
yang tinggi dari berbagai kegiatan sehingga jenis ikannya pun sangat sedikit
sekali ditemukan.

3.3. Lingkungan Sosial Ekonomi-Budaya


3.3.1. Gambaran Umum Daerah Studi
Tapak proyek (rencana kegiatan) pengembangan OPI MALL berada di
Desa Sungai Kedukan Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin.
Kecamatan Rambutan berbatasan dengan :

 Sebelah utara : Kecamatan Banyuasin I


 Sebelah Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir
 Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ilir
 Sebelah Barat : Kota Palembang dan Kabupaten Ogan Ilir

Secara Administratif, Kecamatan Rambutan dibagi dalam 19 wilayah


desa /kelurahan. Keadaan topografi wilayah Kecamatan Rambutan sebagian
besar terdiri dari daratan rendah di beberapa desa, beberapa desa berada di
pinggiran ibu kota yang berbatasan langsung dengan kota Palembang. Seperti
dengan kecamatan lain kesembilanbelas desa masing masing desa dipimpin
oleh Kepala Desa membawahi RT, RW dan Kepala Dusun. Dalam
melaksanakan tugas pemerintahan desa, kepala desa dibantu sekretaris desa,
kaur, kadus dan ketua RT yang ditunjuk langsung oleh kepala desa dengan
tidak mengesampingkan kualitas individu.

3.3.2. Profil Penduduk


Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses
pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup jumlah,
komposisi dan distribusi penduduk oleh karena itu diperlukan data
mengenai penduduk menurut lokasi, pendidikan, status pernikahan,
kemampuan baca tulis dan sebagainya.
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 39
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Dalam tahun 2015 di Kecamatan Rambutan mengalami peningkatan


jumlah penduduk dikarenakan pernikahan usia muda, tingkat pendidikan
yang rendah, taraf perekonomian yang memadai, serta disamping
masyarakat yang masih enggan menggunakan alat kontrasepsi KB,
sehingga mempengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk di Kecamatan
Rambutan. Dari penghitungan jumlah penduduk di kecamatan rambuta n,
desa Sungai Pinang mempunyai jumlah penduduk terbesar dengan jumlah
penduduk 7.900 jiwa, diikuti oleh desa Sungai Kedukan jumlah penduduk
6.472 jiwa. Untuk desa yang mempunyai jumlah terkecil adalah desa Durian
Gadis dengan jumlah penduduk 619 jiwa diikuti oleh Desa Baru dengan
jumlah penduduk 817 jiwa. Jumlah penduduk yang cukup cepat tersebut
menandakan bahwa terdapat potensi sumber daya manusia yang besar.
Dengan situasi letak pinggiran kota Palembang memberikan ruang bahwa
penduduk sering berpindah-pindah sesuai dengan tuntutan ekonomi dan
kesempatan kerja yang memadai. Untuk lebih jelas data kependudukan tersaji
pada tabel berikut:

Tabel 3.13. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Sex Rasio
Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin
Luas Jumlah Penduduk Kepadatan Sex
Desa
(km²) L P L+P (km2) Rasio
1. Rambutan 40,59 1218 1153 2371 58,41 106
2. Kebun Sahang 6.69 427 467 894 133,6 91
3. Pulau Parang 11,04 451 447 898 81,3 101
4. Siju 21,07 1167 1033 2149 101,9 113
5. Tanah Lembak 10,02 584 623 1207 120,4 94
6. Parit 5,28 470 506 976 184,8 93
7. Pelaju 7,91 629 656 1285 162,4 96
8. Suka Pindah 24,94 1080 1123 2203 88,3 96
9. Durian Gadis 9,75 314 305 619 63,4 103
10. Tanjung Kerang 38,31 1003 987 1990 51,9 102
11. Tanjung Merbu 21,31 1062 1010 2072 97,2 105
12. Gelebak Dalam 18.73 934 844 1778 94,9 111
13 Sako 13.19 986 929 1915 145,1 106
14 Pangkalan Gelebak 11.17 1014 987 2001 179,1 103

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 40
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

15 Sungai Pinang 16.58 4106 3794 7900 476,5 108


16 Sungai Kedukan 17.78 3186 3286 6472 364,0 97
17 Sungai Dua 35.08 1938 1742 3680 104,9 111
18 Menten 27.76 716 753 1469 52,9 95
19 Desa Baru 135.39 434 383 817 60,34 113
Jumlah 475.53 21.668 21.028 42.696 89,8 103
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuasin, 2015.

Bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun ternyata tidak diikuti


dengan pemerataan penyebaran jika dihubungkan dengan luas wilayah.
Dengan memperhatikan kepadatan penduduk di Kecamatan Rambutan, didapat
gambaran bahwa penyebaran penduduk di daerah ini hampir merata.
Penduduk terkonsentrasi di Desa Sungai Pinang dengan kepadatan tertinggi
yaitu sebesar 476,5 jiwa per km 2. Sedangkan desa yang jarang penduduknya
terdapat di Desa Tanjung Kerang sebesar 51,9 jiwa per km 2.
Rasio jenis kelamin atau sex rasio di Kecamatan Rambutan adalah 103
itu berarti di Kecamatan Rambutan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 3
persen dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.
Disamping itu jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Rambutan
berjumlah 8872 keluarga, dengan anggota keluarga rata-rata sebesar 4,81
orang. Artinya tiap-tiap keluarga akan dihuni rata-rata kurang lebih empat
orang.

3.3.3. Pendidikan
Pentingnya pendidikan dewasa ini merupakan salah satu refleksi tingkat
kemajuan kehidupan dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah
hingga saat ini sangat memperhatikan pengembangan pendidikan. Salah
satunya dengan pengadaan prasarana pendidikan. Penambahan jumlah
sekolah dan guru secara langsung memberikan kesempatan lebih besar bagi
masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Pengadaan sekolah sangat
diperlukan khususnya daerah di pelosok pedesaan karena untuk menjangkau
sekolah terdekat sangat sulit dan memerlukan waktu yang relatif lama.
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 41
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Mengingat bahwa penduduk Kecamatan Rambutan masih tergolong


penduduk muda, berarti mereka umumnya berada pada usia sekolah. Dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 maka dibutuhkan sarana dan
prasarana pendidikan yang memadai, terlebih-lebih dalam rangka
mensukseskan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun.
Sampai dengan tahun 2015 jumlah sekolah seluruh tingkatan di
Kecamatan Rambutan sebanyak 28 buah, dimana pada tingkat SD sederajat
sudah terdapat sebanyak 23 sekolah Untuk tingkat pendidikan SLTP sederajat,
jumlah sarana yang tersedia sebanyak 3 buah sekolah. Sementara itu pada
tingkat pendidikan SMU tersedia 1buah. Sekolah Dasar berada hampir di setiap
desa kecuali desa durian gadis sedangkan sekolah SLTP yang berstatus negeri
berada di Desa Sako, Suka Pindah dan Desa Siju. Untuk sekolah menegah
umum berada di Desa Rambutan yang merupakan ibu kota kecamatan. Untuk
tahun ajaran 2011/2012 jumlah SLTP yang berstatus negeri ada 3 unit sekolah
yang berada di Desa Siju, Suka Pindah, dan Desa Sako untuk mempermudah
akses/jarak para siswa-siswi dalam proses belajar mengajar. Tenaga pengajar
sekolah dasar negeri di kecamatan rambutan rata-rata sudah berstatus
pns/cpns. dengan pendidikan ada yang diploma 3 kebawah berjumlah 148
orang, diploma 4/S1 keatas berjumlah 77 orang honorer diploma 3 kebawah 96
orang dan diploma 4/S1 keatas 34 orang banyaknya sekolah TK, SD, SLTP,
SLTA, Akademi sederajat. Untuk mengetahui jumlah sekolah di Kecamatan
Rambutan yang dapat menampung siswa dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.14. Banyaknya Sekolah TK, SD, SLTP, SLTA,


Perguruan Tinggi menurut desa/kelurahan Kecamatan
Rambutan.
TINGKAT SEKOLAH
No Kelurahan/Desa AKDM
TK SD SMP SMA
/PT
1 Rambutan 1 2 3 - -
2 Kebun Sahang - 1 - - -
3 Pulau Parang - 1 - - -
4 Siju - 1 1 - -
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 42
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

5 Tanah Lembak - 1 - - -
6 Parit - 1 - - -
7 Pelaju - 1 - - -
8 Suka Pindah - 1 - - -
9 Durian Gadis - - - - -
10 Tanjung Kerang 1 1 - - -
11 Tanjung Merbu - 2 1 1 -
12 Gelebak Dalam 1 1 - - -
13 Sako 1 1 - - -
14 Pkl Gelebak - 1 - - -
Tabel 3.14. Lanjutan
TINGKAT SEKOLAH
No Kelurahan/Desa AKDM
TK SD SMP SMA
/PT
15 Sungai Pinang 1 2 - - -
16 Sungai Kedukan 1 2 - - -
17 Sungai Dua 1 2 - - -
18 Menten - 1 - - -
19 Desa Baru - 1 - - -
Jumlah 7 23 3 1 -
/Kel Sumber : Kecamatan Rambutan Dalam Angka 2015
Tingkat SekoSD SLTP SLTAAkademi
Tingkat pedidikan penduduk Kecamatan Rambutan rata-rata tamat SD
sedangkan tingkat pendidikan penduduk yang kurang memadahi karena
didukung oleh sarana dan prasarana pendidikan yang sangat minim.
Berdasarkan tabel tersebut diatas maka tingkat sarana pendidikan di
kecamatan, desa/kelurahan lokasi kegiatan sudah cukup memadai, sarana
pendidikan SD di tiap desa/kelurahan sudah lebih dari cukup karena rata rata
setiap desa ada satu gedung atau lebih. Sedangkan untuk sarana pendidikan
SMP keatas tidak semua desa/kelurahan ada gedung sekolahnya. Di
Kecamatan Rambutan tersedia juga fasilitas pendidikan jenjang Sekolah
Lanjutan Atas yaitu 1 gedung.

3.3.4. Ketenagakerjaan
Pengertian angkatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2013 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa angkatan kerja berumur 18
tahun ke atas dalam status kerja atau sementara tidak bekerja atau sedang

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 43
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

mencari pekerjaan dan penduduk yang berumur dibawah 65 tahun. Sedangkan


penduduk yang berumur dibawah 15 tahun dan diatas 65 tahun tidak termasuk
angkatan kerja. Dalam studi ini, sesuai dengan data yang tersedia, yang
dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang berumur 1 8 tahun
sampai 64 tahun. Dari sumber data sekunder menunjukkan 56,4 persen
penduduk di Kecamatan Rambutan termasuk angkatan kerja. Lebih jelasnya
tersaji tabel berikut tentang sebaran penduduk berdasarkan golongan usia
penduduk kecamatan lokasi kegiatan.
Tabel 3.15. Jumlah penduduk berdasarkan golongan usia penduduk
Golongan Usia Penduduk
No Kecamatan Di Atas 65
0-17 Thn (%) 18-64 Thn (%)
Thn (%)
1 Rambutan 67,43 56,4 11,03
Sumber : Kecamatan Rambutan Dalam Angka, 2015

3.3.5. Mata Pencaharian Penduduk


Sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk di
Kecamatan Rambutan. Mayoritas penduduk di kecamatan Rambutan berusaha
di sektor pertanian terutama padi sawah dan padi ladang dengan luas panen
sawah 7.876 ha. Di samping bermata pencaharian tanaman padi sawah, sekitar
40% penduduk mengusahakan tanaman perkebunan terutama karet yang
memberikan pendapatan ekonomi penduduk, sebagian penduduk juga
mengusahakan tanaman sayuran dan palawija.
Disamping itu di Kecamatan Rambutan juga tumbuh dan berkembang
tanaman buah-buahan meliputi, pepaya, mangga, pisang, rambutan, duku,
jeruk, durian, nangka dan lain lain. Mata pencaharian lain yang ada di
Kecamatan Rambutan adalah peternakan, PNS, ABRI/TNI, Jasa dan usaha.
Penduduk sebagai petani diatas 90 persen, selanjutnya pedagang sebesar 7
persen dan sebagian kecil bermata pencaharian sebagai pegawai negeri
sebesar 2 persen. Umumnya penduduk yang bermatapencaharian sebagai
pegawai negeri sebagian besar adalah sebagai guru.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Rambutan berusaha di sektor
pertanian terutama padi sawah dan padi ladang dengan luas panen padi sawah
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 44
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

5.162 ha, padi ladang 245 ha, disamping bermata pencaharian tanaman padi di
sawah, sekitar 40% penduduk mengusahakan tanaman perkebunan terutama
karet yang memberikan pendapatan ekonomi penduduk, sebagian penduduk
juga mengusahakan tanam sayur-mayur dan palawija. disamping itu di
kecamatan rambutan juga tumbuh dan berkembang tanaman buah-buahan
meliputi, pepaya, mangga, pisang, rambutan, duku, jeruk, durian, nangka dan
lain-lain. Populasi hewan ternak di kecamatan rambutan setiap tahun
mengalami peningkatan jumlah kerbau 1.407 ekor, kambing 2.925 ekor juga
mengalami peningkatan signifikandari tahun sebelumnya, namun pada tahun
2012 jumlah ternak sapi mengalami penurunan sebesar 277 ekor dari jumlah
3.088 ekor pada tahun 2011 menjadi 2.861 di tahun 2012. hal ini disebabkan
oleh tingginya harga daging sapi sehingga peternak banyak menjual sapi keluar
daerah. populasi unggas meliputi, ayam petelur, ayam pedaging, ayam buras
serta itik, megalami peningkatan dengan penambahan jumlah kandang ayam.
investasi dari luar dan lokal dapat memberikan pekerjaan bagi warga sekitar
kandang ayam.
Sektor pertanian memberikan pemasukan ke daerah yang signifikan.
Hal ini disebabkan keadaan geografis kedua wilayah ini memang sangat cocok
untuk sektor pertanian. Sektor pertanian di daerah ini, meliputi sektor tanaman
bahan makanan (Tabama), perkebunan, kehutanan, perternakan dan
perikanan. Tanaman bahan makanan meliputi padi, palawija dan holtikultura.
Tanaman perkebunan di Kecamatan Rambutan merupakan komoditas
unggulan, terutama karet, kelapa sawit serta tanaman pangan. Mata
pencaharian lainnya yang banyak dilakukan oleh penduduk adalah pedagang,
industri rumah tangga, buruh tani, dan pegawai negeri (PNS).

3.3.6. Pendapatan Penduduk


3.3.6.1. Pertumbuhan Ekonomi
Kehadiran OPI MALL di Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin
ini sudah barang tentu akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), atau

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 45
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal ini dapat melalui penyetoran
pajak perusahaan antara lain Pph, PPn, PBB, PKB dan pajak lainnya.
Di Wilayah Kabupaten Banyuasin, pertumbuhan ekonomi terus
menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini dapat dilihat dari PDRB Kabupaten
Banyuasin atas dasar harga berlaku selama tiga tahun terakhir adalah di atas
tujuh juta rupiah.
Sumbangan terbesar terdapat pada bidang pertanian dan perdagangan.
Sedangkan PDRB menurut harga konstan dalam tiga tahuan terakhir berturut-
turut adalah di atas 5 juta rupiah.
Laju pertumbuhan ekonomi dialami oleh hampir seluruh sektor atau
lapangan usaha yang ada. Sektor yang memberikan sumbangan terbesar
adalah , pertanian, pertambangan, dan perdagangan.
Sementara pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuasin, dihitung
berdasarkan PDRB atas harga konstan. Selama tiga tahun terakhir, laju
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuasin tumbuh rata-rata diatas 4 persen.

3.3.6.2. Struktur Perekonomian


Krisis ekonomi menyebabkan sedikit perubahan pada struktur
perekonomian di Kabupaten Banyuasin. Sejak terjadinya krisis yang dimulai
pada pertengahan tahun 1997, sebagian masyarakat beralih pekerjaan dari
lapangan usaha/sektor sekunder dan tersier ke lapangan usaha/sektor primer.
Indikasi ini terlihat dengan bertambahnya peranan sektor primer dalam
perekonomian mulai tahun 1998.
Struktur ekonomi di Kabupaten Banyuasin dapat dikategorikan sebagai
perekonomian yang bersifat agraris. Hal ini bisa terlihat dari kontribusi sektor
pertanian yang memberikan nilai tambah yang lebih besar dari sektor lainnya.

3.3.6.3. Pendapatan Penduduk


Pada tahun 2015 pendapatan rata-rata perkeluarga berdasarkan hasil
wawancara dengan penduduk sekitar lokasi kegiatan adalah ± Rp 4.000.000,-
Sedangkan berdasarkan pendapatan perkapita yang merupakan indikator yang

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 46
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

sering digunakan untuk mengatur tingkat kemakmuran suatu daerah (region)


atas dasar harga berlaku Kabupaten Banyuasin khususnya Kecamatan
Rambutan, di atas Rp 4.000.000,-.
Berdasarkan atas dasar harga berlaku, pendapatan perkapita
masyarakat Kabupaten Banyuasin terus meningkat sebesar lebih dari 10
persen. Sedangkan pendapatan perkapita berdasarkan harga konstan dari
tahun ke tahun naik sebesar 3 persen dibandingkan tahun tahun sebelumnya.

3.3.7. Persepsi Masyarakat


Dalam studi Adendum ANDAL Pengembangan OPI MALL diperoleh
informasi mengenai sikap masyarakat, melalui kuesioner. Dari kuesioner ini
dapat diketahui bagaimana sikap penduduk terhadap rencana kegiatan OPI
MALL. Sikap penduduk dapat bervariasi, misalnya menerima dengan senang
hati, kurang senang, acuh tak acuh (terserah), bahkan tidak setuju (menolak).
Sikap yang demikian ini tergantung kepada kepentingan yang bersangkutan.
Sikap senang disebabkan terbukanya peluang untuk bekerja, daerah
menjadi ramai, kesempatan berusaha (buka warung), dapat menjual jasa,
memperoleh ganti rugi lahan dan lain-lain. Sikap tidak senang karena
seseorang merasa semakin ramainya lalu lintas sehingga akan lebih
menambah kemacetan lalu lintas oleh kegiatan tersebut.
Harapannya supaya masyarakat di sekitar lokasi lebih meningkat
kesejahteraannya. Karena belum ada kepastian agar kehendak masyarakat
dapat diakomodir dalam pembangunan ini, maka timbul persepsi negatif dari
masyarakat terhadap perusahaan. Selain itu, persepsi negatif masyarakat
dapat pula timbul dalam proses penerimaan tenaga kerja, agar mengutamakan
tenaga kerja warga sekitar lokasi kegiatan. Persepsi negatif ini akan dapat
menimbulkan keresahan sosial dan berpotensi untuk menimbulkan gangguan
keamanan.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 47
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

3.3.8. Interaksi Sosial


Masyarakat yang tinggal sekitar lokasi kegiatan ini memiliki latar
belakang suku yang relatif seragam/homogen di Kecamatan Rambutan. Oleh
sebab itu interaksi antar mereka masih sangat baik, hal ini terlihat dari
kerjasama antar keluarga yang sering dilakukan terutama apabila ada salah
satu keluarga yang mengalami selamatan, sedekahan dan musibah kematian.
Dalam melaksanakan selamatan atau hajatan mereka saling membantu baik
berupa tenaga maupun materi begitu juga dalam menghadapi musibah
kematian. Sementara kerjasama kelompok masyarakat terjadi pada aspek-
aspek kepentingan yang sama seperti memperbaiki jalan atau parit oleh
sekelompok anggota masyarakat yang memiliki lahan garapan satu hamparan.
Sementara kerjasama dalam kegiatan ekonomi relatif kurang, sehingga hampir
semua kegiatan usaha yang memerlukan bantuan tenaga kerja harus diberikan
upah atau bayaran yang sesuai dengan standar yang berlaku kecuali anggota
keluarga.

3.3.9. Lembaga Sosial dan Kepemimpinan Masyarakat


Lembaga-lembaga sosial yang bersifat formal relatif sama dengan yang
ada di desa lain khususnya di Kecamatan Rambutan. Desa-desa ini ada Badan
Musyawarah Desa (BPD) pengganti LKMD/LMD, PKK, Posyandu, Karang
Taruna, Kelompok-kelompok Tani, Kelompok pengajian Bapak/Ibu dan anak.
Lembaga sosial ini belum berjalan sebagaimana yang diharapkan karena
berbagai faktor baik sumber daya manusianya maupun faktor-faktor
ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya. Kegiatan lembaga ini
dalam pelaksanaan kegiatan masih bersifat insidental, seperti kegiatan
memperingati hari-hari besar nasional maupun keagamaan.
Dalam pemerintahan, kepala desa memiliki peranan yang relatif besar
sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan.
Dalam kehidupan masyarakat, kepala desa dan aparatnya menjadi tumpuan
masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sosial yang ada

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 48
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

dilingkungannya. Aparat desa juga menjadi penggerak dalam proses


pelaksanaan pembangunan yang diperlukan anggota masyarakat.
Di samping kepala desa, ada juga anggota yang berpengaruh terhadap
anggota masyarakat lainya yaitu para pemimpin agama, tokoh adat, dan para
pemilik modal. Tokoh agama dan tokoh adat biasanya berperan dalam
penyelenggaraan selamatan-selamatan seperti dalam selamatan perkawinan
dan kematian, sementara tokoh masyarakat sangat berpengaruh dalam
menentukan pemilihan pemimpin formal seperti dalam pemilihan kepala desa.

3.4. Kesehatan Masyarakat


3.4.1. Sarana Sanitasi Dasar
Sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga haruslah sesuai
standar kesehatan yang ada, adapun sarana sanitasi dasar yang sangat
penting bagi penduduk adalah memiliki jamban yang sehat. Data yang diterima
bagian kesehatan lingkungan (Kesling) melaporkan bahwa pada tahun 2016,
dari wawancara dengan penduduk, yang hampir seluruhnya memiliki Jamban
sehat dengan jenis leher angsa.

3.4.2. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Kecamatan Rambutan


Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja kegiatan
pengembangan OPI MALL tersaji pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.16. Sarana dan prasarana kesehatan dasar


di Kecamatan Rambutan
No Sarana Kesehatan Dasar Jumlah
1 Dokter Umum 2
2 Dokter Gigi 2
3 Bidan 38
4 Perawat 14
5 Sanitarian 1
6 Sarjana Kesehatan 1
7 Rumah Sakit -
8 Sistem penyediaan air minum 2
9 Sistem penyediaan air minum Pembantu 4
10 Puskesmas 1
DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III
AWAL - 49
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

11 Poskesdes 15
12 Posyandu 17
13 Pos Obat 1
Sumber : Kecamatan Rambutan, 2015

POSYANDU
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal
masyarakat. Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan pada masyarakat
melalui wadah keterpaduan lintas sektor dan masyarakat, Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 (lima) program prioritas yaitu Kesehatan Ibu dan
Anak, Keluarga Berencana, Perbaikan Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
Diare. Posyandu di kelompokkan menjadi empat strata, yaitu Pratama, Madya,
Purnama dan Mandiri.
Adapun yang dimaksud posyandu aktif adalah posyandu strata Purnama
dan Mandiri. Perkembangan posyandu sangat di pengaruhi oleh upaya kader
dalam mengelola posyandu, di tambah dukungan dari perangkat desa dan
dinas terkait seperti dinas pemberdayaan masyarakat dan sosial, dinas
kesehatan, badan keluarga berencana, dll. Adapun kegiatan revitalisasi
posyandu sendiri lebih diarahkan untuk meningkatkan jumlah dan mutu
posyandu dengan cara peningkatan keterampilan petugas kesehatan dalam
membina posyandu. Kecamatan Rambutan terdapat 17 posyandu.

POSKESDES
Poskesdes adalah suatu bentuk UKBM yang merupakan wahana
kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan masalah kesehatan yang
dikelola oleh kader / forum masyarakat desa dengan bimbingan tenaga
kesehatan. Disetiap desa di Kecamatan Rambutan sudah memiliki poskesdes
dan menjadi desa siaga yaitu 15 poskesdes dengan 17 desa di kecamatan
Rambutan.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 50
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

3.4.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak


Penyakit yang terbanyak sekitas wilayah kegiatan adalah Ispa dengan
2.397 kasus. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 3.17 dibawah ini.

Tabel 3.17. Sepuluh penyakit terbanyak di Kecamatan Rambutan


No Nama Penyakit Jumlah
1 Ispa 864
2 Gastritis 456
3 Rematik 288
4 Penyakit lain (luka,febris,dll) 216
5 Diare 168
6 Hipertensi 120
7 Penyakit gigi dan mulut 96
8 Typoid 96
9 Dermatitis 48
10 Alergi 48
Sumber: Puskesmas Kecamatan Rambutan, 2015

Lokasi pengambilan contoh udara, air sungai, vegetasi, biota perairan,


tanah dan aspek sosial ekonomi-budaya dan kesehatan masyarakat disajikan
dalam Gambar 3.1.

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 51
ADENDUM ANDAL DAN RKL-RPL PENGEMBANGAN OPI 2016
MALL PT SEKAWAN KONTRINDO

Gambar 3.1. Peta lokasi pengambilan contoh

DESKRIPSI RINCI RONA LINGKUNGAN HIDUP III


AWAL - 52

Anda mungkin juga menyukai