Anda di halaman 1dari 24

DPLH – USAHA

BATCHING PLANT

B. USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG TELAH BERJALAN

1. Nama Usaha dan/atau Kegiatan


Nama usaha dan/atau kegiatan adalah Usaha Batching Plant

2. Lokasi Usaha dan/atau Kegiatan


Lokasi usaha dan/atau kegiatan berada di Kelurahan Mamunyu, Kecamatan
Mamuju, Kabupaten Mamuju, Propinsi Sulawesi Barat. Sedangkan koordinat
geografis lokasi pada koordinat 119˚54΄34,08˝BT dan 02˚40΄27,79 LS.
Sedangkan batas-batas lokasi adalah
Sebelah Utara : Jalan Poros Trans Sulawesi
Sebelah Selatan : Lahan kosong
Sebelah Timur : Lahan kosong
Sebelah Barat : Perumahan

B-1
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Gambar B.1. Peta Lokasi

B-2
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

3. Keseuaian Lokai dan Tata Ruang


Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2019 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mamuju Tahun 2019-2039 pada Bab V
Penetapan Kawasan Strategis Pasal 41 Kawasan Starategis Provinsi yang ada di
Kabupaten Mamuju, terdiri atas : Kawasan Mamuju-Tampa Padang-Belang
Belang (MATABE)
Berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) usaha
dan/atau kegiatan ini tidak menghasilkan air limbah dalam prosesnya dan tidak
tercantum dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 5
Tahun 2021 tentang Tata Cara Penerbitan Persetujuan Teknis dan Surat
Kelayakan Operasional Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan, sebagai
usaha dan/atau kegiatan yang memerlukan kajian teknis atau standar teknis.
Usaha dan/atau kegiatan ini menghasilkan limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) dalam operasionalnya sehingga wajib memiliki rincian teknis terkait
penyimpanan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

4. Mulai Beroperasi
Uaha atau kegiatan operaional Usaha Batching Plant sudah beroperai sejak Tahun
2020.

5. Dekripsi Usaha dan/atau Kegiatan


a. Usaha dan/atau Kegiatan Utama dan Pendukung
Gambaran skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan dapat dilihat pada
uraian berikut ini :

 Luas Lahan

B-3
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Luas lahan untuk rencana usaha dan/atau kegiatan Batching Plant adalah
20.000 m2. Adapun rencana jenis penggunaan lahan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel B.1. Rencana Jenis Penggunan Lahan
No Jenis Penggunaan Ukuran (M2) Persentase (%)
1 Basecamp 500 2,5
2 Bengkel/Workshop 50 0,25
3 Genset 10 0,05
4 Batching Pltant 750 3,75
5 Tangki Air 20 0,1
6 Ruang Operator 20 0,1
7 Tempat Bahan Baku 10.000 50
8 Parkir, taman, space, dll 12.100 39,5
Total 20.000 100
Sumber: PT. Passokorang, 2021

 Kapasitas Produksi
Kemampuan produksi campuran aspal usaha dan/atau kegiatan Batching
Plant adalah sekitar 50-60 ton/jam. Operasional Batching Plant, bersifat temporer
karena bergantung pada kegiatan proyek yang diterima oleh pemrakarsa. Rata-rata
waktu efektif adalah sekitar 2-4 bulan/tahunnya.
Tabel B.2. Rencana Kapasitas Produksi
No Jenis Produk Kapasitas Keterangan
1 Batching Plant ±50-60 ton/jam temporer
Sumber: PT. Passokorang, 2021

 Peralatan dan Perlengkapan Pendukung


Peralatan dan perlengkapan pendukung digunakan untuk menunjang
kegiatan operasional selama produksi, di antaranya adalah peralatan produksi,
energi listrik, bahan bakar, air bersih, dan peralatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).

 Penggunaan Mesin dan Peralatan Produksi


Jenis peralatan produksi yang akan digunakan dalam menunjang proses
produksi adalah sebagai berikut.

B-4
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

Tabel B.3. Rencana Jenis Mesin dan Peralatan Produksi


Ukuran/Kapasitas atau
No Jenis Mesin dan Peralatan Jumlah (Unit)
Daya
1 Dump Truk 6 Roda 7 Ton 3
2 Pompa Air - 1
3 Sepeda Motor - 1
4 Gerobak Dorong - 3
5 Excavator PC200-5 1
6 Batching Plant - 1
7 Tangki Air 600 L 1
Sumber: PT. Passokorang, 2021

 Penggunaan energi
Energi listrik yang digunakan bersumber dari PT. PLN ( Persero) dengan
kapasitas daya sekitar 350 KVA. Untuk menunjang kegiatan maka akan disiapkan
1 unit mesin generator set dengan kapasitas sekitar 250kVA.
 Penggunaan bahan bakar
Bahan bakar digunakan untuk mengoperasikan alat berat seperti excavator,
genset, dan lain-lain. BBM yang digunakan merupakan BBM untuk industri. Jenis
dan perkiraan pemakaian bahan bakar yang digunakan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel B.4. Rencana Jenis dan Perkiraan Pemakaian Bahan Bakar
No Jenis Bahan Jumlah Pemakaian Keterangan
Solar
1 1 unit 20 liter/jam ±20 liter/jam
excavator
8-10 liter/ton Produksi 50-60 ton/jam, sehingga
2 Solar genset 1 unit
produksi memerlukan ±400-480 liter/jam
penggantian 22 liter setelah 250
18,48
3 Oli excavator 2 unit jam operasional (asumsi 7
liter/bulan
jam/hari)
kap 4 liter; penggantian setelah
4 Oli Genset 1 unit 1,33 liter/bulan
500 jam operasional (±3 bulan)
Sumber: PT. Passokorang, 2021

 Air Bersih
Air bersih diperoleh dari sumur bor yang ada di lokasi kegiatan atau
disuplay dari air kemasan yang didatangkan ke lokasi. Air bersih digunakan
untuk kebutuhan MCK. Kebutuhan air untuk MCK adalah sekitar 1.920
liter/hari atau 1,92 m3/hari.

B-5
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

 Peralatan keselamatan dan kesehatan kerja


Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja, maka perusahaan
akan menyediakan alat-alat keselamatan kerja seperti;
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan), kapasitas 3 dan 6kg.
2. Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
3. Sarung tangan (Hand gloves); digunakan untuk kegiatan produksi.
4. Masker; menghindari bau dan debu yang timbul akibat kegiatan produksi.
5. Sepatu safety; melindungi kaki dari batuan runcing dan benda berbahaya
lainnya.
6. Kaca mata (Safety google); menghindari mata dari paparan debu.
7. Helm (helmet); peralatan pelindung kepala.
8. Ear muff/ear plug; melindungi dari paparan kebisingan.
9. Baju kerja (cover all); baju pelindung untuk tenaga operasional.

b. Informai Usaha dan/atau Kegiatan dan Kondisi Lingkungan Sekitar


c. Uaha dan/atau Kegiatan yang Menjadi Sumber Dampak
Jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan pada tahap operasionalusaha
dan/atau kegiatan antara lain sebagai berikut.
a. Penerimaan tenaga kerja
Pada tahap operasional usaha dan/atau kegiatan akan dilakukan perekrutan
tenaga kerja sesuai kebutuhan dan skill/keterampilan yang dibutuhkan. Proses
penerimaan akan memprioritaskan tenaga kerja lokal yang ada di sekitar lokasi
kegiatan. Tenaga kerja yang akan direkrut untuk adalah sekitar 15 orang.Adapun
klasifikasi mengenai jumlah tenaga kerja, jenis kelamin dan tingkat pendidikan
tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel B.5. Rencana Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja Operasional
Jumlah
Kualifikas
No Jenis Pekerjaan Laki- Jumlah Asal
Wanita i
laki
1 Pengawas 1 - S1 1 Lokal
2 Administrasi 1 - SMA 1 Lokal
3 Keuangan 1 - SMK 1 Lokal
4 Teknisi 2 - SMK 2 Lokal
5 Helper 2 - SMK 3 Lokal

B-6
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

Jumlah
Kualifikas
No Jenis Pekerjaan Laki- Jumlah Asal
Wanita i
laki
6 Security 1 - SMK 1 Lokal
7 Operator Alat Berat 1 - SMK 1 Lokal
8 Operator Batching Plant 3 - STM/SMK 3 Lokal
9 Sopir Dump Truk 3 - SMK 3 Lokal
Jumlah 15 0 15
Sumber: PT. Passokorang, 2021
Operasional kerja akan dilakukan selama 6 hari, dari Hari Senin-sampai
Sabtu. Waktu kerja yaitu 7 jam/hari, dimulai masuk pukul 8.00 sampai pukul
16.00 dimana pada pukul 12.00–13.00 digunakan sebagai jam istirahat dan kerja
di atas pukul 16.00 maka dihitung sebagai jam lembur. Pemberian upah kepada
karyawan akan disesuaikan dengan standar UMP yang berlaku di Propinsi
Sulawesi Barat atau sesuai kontrak yang telah disetujui kedua belah pihak.
b. Pengangkutan Bahan Baku dan Bahan Penolong
Bahan baku dan bahan penolong sebagian besar akan didatangkan dari luar
lokasi. Bahan baku sepertiaspal mentah, batu split, semen untuk AMP, serta
bahan penolongseperti Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi untuk keperluan
mesin dan peralatan berat, serta untuk pembakaran AMP, bahan-bahan untuk
konsumsi pekerja, dan lain-lain. Pengangkutan bahan baku dan penolong akan
dilakukan oleh perusahaan yang menjadi mitra usaha atau dilakukan sendiri oleh
pemrakarsa.
c. Operasional Batching Plant
Batching plant dalam melakukan proses produksinya pertama-pertama
akan mengisi material-material yang diperlukan dalam campuran beton ke dalam
sistem aggregate bins. Material-material tersebut kemudian akan ditimbang
beratnya bersamaan dengan menimbang air untuk memastikan takaran campuran
beton.
Selain itu dalam proses pencampuran perlu melakukan penimbangan
semen serta juga aditif. Setelah semua hal sudah dilakukan maka semuanya akan
dicampur ke dalam mixer sesuai dengan kecepatan yang diinginkan agar semua
campuran tersebut dapat membentuk campuran beton yang merata.

B-7
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Semua proses penimbangan dilakukan secara akurat dengan menggunakan


alat digital untuk menjamin tingkat keakuratan dari campuran beton. Selain itu
lama waktu yang diperlukan untuk melakukan proses pencampuran juga
ditentukan sesuai dengan karakteristik beton yang ingin didapatkan.
Hasil yang diproduksi pada sistem produksi beton disesuaikan sesuai
dengan kapasitas yang dapat diproses dari mesin mixer untuk mengaduk adonan
beton. Semua hasil ready mix yang telah diproduksi akan ditampung pada truk
untuk nantinya akan dikirimkan menuju lokasi yang diinginkan.
Inti dari Batching Plant Beton adalah mixer, dan ada banyak jenis mixer
dan peralatan seperti :
 Twin Saft Mixer adalah mesin pengaduk yang dapat memastikan campuran
beton dengan stabil karena mempunyai penggunaan motor tenaga kuda yang
tinggi. Tipe ini lebih umum digunakan hampir setiap batching plant di Eropa.
 Mixer tilt adalah mesin pengaduk yang menawarkan campuran adukan yang
konsisten dengan tenaga kerja dan biaya perawatan yang jauh lebih sedikit.
Di Amerika Utara, tipe mixer ini mendominasi setiap batching plant disana.
 Mixer Pan atau Planetary alat pengaduk yang lebih sering digunakan untuk
Wet Mix Plant.
 Cement Silo berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga dari
penyusutan kualitasnya. Biasanya 1 atau 2 kompartemen, namun kadang-
kadang sampai 4 kompartemen dalam satu silo.
 Conveyor biasanya antara lebar 24-48 inci dan membawa agregat dari
gerbong tanah (bin) ke penyimpanan agregat (storage bin), dan juga dari
batch agregat ke saluran muatan dan mesin pengaduk.
Agregat bins memiliki 2 sampai 6 kompartemen untuk penyimpanan berbagai
ukuran pasir dan agregat (batuan, kerikil, dll.
Proses Pengolahan Beton di Batching Plant dijelaskan secara ringkas
sebagai berikut :
1. Agregat Feeding System memasok semua bahan material dari bin dan
agregat bin. Tempat pengumpulan material kasar dan halus yang berasal
dari pengumpulan di base camp dibantu dengan wheel loader yang

B-8
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

kemudian untuk diangkat ke tempat pemisahan agregat kasar, menengah,


pasir dan glide ash.
2. Vibrating Screen siap untuk menyeleksi dan menghilangkan material
kasar yang berlebihan atau berukuran besar yang sudah dikumpulkan.
3. Dibawa oleh conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut bahan material
yang telah tersistem dari agregat feeding system.
4. Hasil dari penyeleksian material kemudian dibawa dengan conveyor ke
Pugmill Mixing. Unit pencampur ini ditempatkan di atas struktur tanah
yang kuat agar stabilisasi pengadukan dapat berjalan dengan baik.
5. Saat material bergerak masuk langsung disemprot dan dicampur dengan
air dari pipa yang berasal dari Water Tank. Jika terdapat fasilitas untuk
menambahkan semen, semen akan langsung ditambahkan ke dalam mixer
dengan screw conveyor dari Cement Silo yang digerakkan dengan
kecepatan yang variabel.
6. Dikontrol dan diawasi dengan mesin pengontrolan yang dilengkapi dan
modern di di Control Cabin Unit. Untuk kenyamanan sepenuhnya kepada
operator kabin harus ditempatkan di lokasi yang strategis sehingga
pandangan meluas ke seluruh area batching plant.
7. Conveyor membawa kembali material hasil dari pencampuran ke Wet
Mix Storege Silo yang bisa menampung berat beton hingga 25 ton lebih
untuk menunggu truk mixer yang membawa hasil campuran
beton jayamix cair ke lokasi proyek pembangunan.

B-9
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Gambar B.2. Bagian-Bagian Batching Plant


d. Operasional Genset
Generator set (genset) digunakan sebagai sumber energy listrik dalam
pengoperasian mesin Batching Plant. Genset yang digunakan memiliki kapasitas
sekitar 250 KVA.
e. Operasional Bengkel
Bengkel berfungsi dalam maintainance atau perbaikan mesin dan peralatan
yang digunakan selama usaha.
f. Operasional Basecamp
Basecamp merupakan tempat tinggal sementara pekerjaselama kegiatan
berlangsung. Selain itu basecamp juga dapat berfungsi sebagai kantor sementara
selama operasional usaha.
g. Operasional Sumur Bor
Sumur bor merupakan sarana penunjang dalam operasional usaha sebagai
salah satu sumber air bersih untuk membantu pemenuhan suplai air bersih di
dalam lokasi.
Kebutuhan air bersih untuk Pabrik/Industri adalah 50/pegawai/hari (SNI
03-7065-2005) dan untuk Kota Sedang adalah sekitar 120 liter/orang/hari.
Sehingga jikadari tenaga kerja yang berjumlah 16 orang, terdapat 4 orang yang
tinggal di basecamp, maka kebutuhan air bersih adalah 12 orang x 50 liter/hari =

B-10
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

600liter/hari atau sekitar 0,60 m3/hari dan 4 orang x 120 liter/hari = 480 liter/hari
atau sekitar 0,48 m3/hari.
Tabel B.6. Rincian Rencana Penggunaan Air
Jenis Durasi Pemakaian
No Kapasitas Satuan Sumber
Pemakaian Pemakaian (m3/hari)
50 Air Tanah& Air
1 Pekerja 12 orang 7 jam 0,60
liter/hari kemasan
120 Air Tanah & Air
2 Pekerja 4 orang 24 jam 0,48
liter/hari kemasan
Total volume pemakaian air/hari 1,03
Sumber : Hasil Perhitungan, 2021
h. PengangkutanHasil Produksi
Pengangkutan hasil produksi berupa produk campuran beton ke lokasi
pengaspalan atau proyek pembangunan jalan akan dilakukan oleh pemrakarsa atau
perusahaan mitra penyedia truk pengangkut campuran beton.

Tahap Pasca Operasional


a. Pemutusan hubungan kerja
Kegiatan pemutusan hubungan kerja (PHK) biasanya tidak hanya
berlangsung pada tahap akhir dari keseluruhan kegiatan usaha tetapi dapat saja
berlangsung setiap saat. Pemutusan hubungan kerja dapat saja terjadi karena
permintaan tenaga kerja yang bersangkutan maupun karena melakukan
pelanggaran aturan ketenagakerjaandi perusahaan.
Namun pada umumnya PHK ini terjadi pada saat suatu kegiatan mulai
berakhir. Kegiatan ini berlangsung secara bertahap sesuai dengan kebutuhan atau
hasil evaluasi perusahaan bilamana pemrakarsa akan mengakhiri kegiatannya.
b. Kegiatan Pembongkaran Mesin dan Peralatan Batching Plant
Setelah kegiatan operasional Batching Plant selesai, maka biasanya akan
dilakukan relokasi ke wilayah lain yang lebih dekat dari pekerjaan proyek yang
diperoleh perusahaan. Kegiatan relokasi dilakukan secara terpadu dengan
pembongkaran Batching Plant. Mesin dibongkar dan dilakukan selanjutnya
dilakukan pengangkutan ke rencana lokasi baru.

6. Uraian Mengenai Komponen Kegiatan Yang Telah Berjalan dan Besaran


Dampak Lingkungan Hidup Yang Telah Terjadi

B-11
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Adapun uraian Dampak Lingkungan Hidup yang Ditimbulkan, dari Usaha


Batching Plant (BT) adalah sebagai berikut.
6.1. Tahap Operaional

6.1.1. Kegiatan Penerimaan tenaga kerja

A. Terciptanya Kesempatan Kerja dan Kesempatan Berusaha


a. Sumber Dampak
Kegiatan penerimaan tenaga kerja operasional oleh pemrakarsadan kesempatan
berusaha oleh masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja
seperti usaha warung.
b. Jenis Dampak
Terciptanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
c. Besaran Dampak
Jumlah tenaga kerja operasional yang akan direkrut adalah sekitar 15 orang.

B. Peningkatan Pendapatan
a. Sumber Dampak
Penerimaan upah tenaga kerja operasional dan keuntungan dari masyarakat
yang memperoleh kesempatan berusaha.
b. Jenis Dampak
Peningkatan pendapatan bagi tenaga kerja operasional dan masyarakat sekitar
yang memperoleh kesempatan berusaha.
c. Besaran Dampak
Jumlah pendapatan yang diperoleh tenaga kerja dibandingkan dengan Upah
Minimun Propinsi Sulawesi Barat Tahun 2021 yaitu sebesar Rp. 2.571.328 per
bulan sesuai PP No.36 Tahun 2021 tentang Pengupahan atau sesuai kontrak
yang telah disepakati.

C. Timbulnya Sikap dan Persepsi


a. Sumber Dampak
Kegiatan penerimaan tenaga kerjapada kegiatan operasional yang tidak
melibatkan masyarakat lokal.
b. Jenis Dampak

B-12
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

Timbulnya sikap dan persepsi. Sikap dan persepsi positif timbul jika
perusahaan melibatkan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja operasional dan
sebaliknya sikap dan persepsi negatif muncul jika tidak merekrut masyarakat
lokal di sekitar lokasi.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi bersikap dan
berpersepsi positif dan negatif terhadap kegiatan penerimaan tenaga kerja.

6.1.2.Pengangkutan Bahan Baku dan Bahan Penolong


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan
a. Sumber Dampak
Emisi gas buang kendaraan pengangkut dan sebaran debu pada jalan, serta dari
bunyi mesin dan knalpot kendaraan pengangkut yang keluar masuk lokasi
kegiatan.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.

c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan kebisingan di dalam dan sekitar lokasi dibandingkan dengan
baku mutu.

B. Terjadinya Gangguan Aksesibilitas


a. Sumber Dampak
Kegiatan pengangkutanyang menggunakan truck akan menambah volume lalu
lintas.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan aksesibilitas seperti kemacetan karena tundaan sesaat
pada saat kendaraan berbelok masuk dan keluar lokasi kegiatan.
c. Besaran Dampak
Kegiatan pengangkutan dan intensitas kemacetan terjadi minimal 2 kali dalam
sehari.

C. Terjadinya Kerusakan Badan Jalan

B-13
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

a. Sumber Dampak
Kegiatan pengangkutanyang menambah beban jalan.
b. Jenis Dampak
Terjadinya kerusakan badan jalan.
c. Besaran Dampak
Panjang jalan di sekitar lokasi yang mengalami kerusakan dan tonase
kendaraan tidak melebihi 40 ton.

D. Gangguan Kesehatan Masyarakat


a. Sumber Dampak
Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi seperti timbulnya debu, kebisingan,
dan lain-lain selama kegiatan pengangkutan.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.

c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar 7 RT di sekitar lokasi yang berpotensi mengalami penurunan
derajat kesehatan.

E. Timbulnya Sikap dan PersepsiMasyarakat


a. Sumber Dampak
Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pengangkutan.
b. Jenis Dampak
Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat, keresahan masyarakat dan konflik
sosial.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar 7 RT di sekitar lokasi yang berpotensi bersikap dan
berpersepsi negatif terhadap kegiatan pengangkutan.

6.1.3. Operaional Batching Plant (BP)


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan
a. Sumber Dampak

B-14
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

Kegiatan pemuatan dan pengisian material batu ke kolbin Batching Plant


menggunakan truk dan excavator yang menghasilkan emisi gas buang dan
partikel debu, operasional Batching Plant yang menghasilkan emisi dari proses
pembakaran menggunakan bahan bakar, serta bunyi mesin dan peralatan
produksi yang digunakan.
b. JenisDampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.
c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan derajat kebisingan di lokasi dibandingkan dengan baku
mutu.

B. Timbulnya Getaran
a. Sumber Dampak
Operasional mesin Batching Plant di lokasi kegiatan.
b. JenisDampak
Timbulnya getaran.
c. Besaran Dampak
Nilai getaran yang ditimbulkan ketika mesin Batching Plant dioperasikan.

C. Timbulnya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


a. Sumber Dampak
Penggunaan bahan bakar solar untuk pembakaran aspal yang menimbulkan
ceceran, kemasan solar, kain majun, dan lain-lain.
b. JenisDampak
Timbulnya limbah B3 dari operasional mesin Batching Plant.
c. Besaran Dampak
Jika diperkirakan produksi 1 ton campuran aspal membutuhkan konsumsi
bahan bakar solar sekitar 11-12 liter, maka untuk kapasitas produksi 50-60 ton
jam akan membutuhkan 550 liter-720 liter per jam. Sehingga akan dihasilkan
kemasan drum 2-3 buah per jam atau sekitar 14-21 buah kemasan drum.

D. Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Sumber Dampak

B-15
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Tahapan kerja pada saat pengoperasian mesin Batching Plant oleh tenaga kerja
operasional.
b. JenisDampak
Terjadinya gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti
gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, dan kecelakaan kerja lainnya.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar 16 orang tenaga kerja berpotensi mengalami kecelakaan kerja.

E. Gangguan Kesehatan Masyarakat


a. Sumber Dampak
Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi seperti timbulnya asap, debu,
kebisingan, dan lain-lain selama pengoperasian mesin Batching Plant.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar Puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi mengalami
penurunan derajat kesehatan.

F. Timbulnya Sikap dan Persepsi Masyarakat


a. Sumber Dampak
Operasional mesin Batching Plant yang menyebabkan perubahan kualitas
lingkungan di lokasi dan sekitar lokasi kegiatan.
b. JenisDampak
Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat, keresahan masyarakat dan konflik
sosial.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi bersikap dan
berpersepsi negatif terhadap operasional mesin Batching Plant.

6.1.4. Operasional Genset


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan

B-16
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

a. Sumber Dampak
Emisi gas buang yang dihasilkan oleh gensetserta bunyi yang dihasilkan dari
pengoperasian genset.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.
c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan derajat kebisingan dibandingkan dengan baku mutu.

B. Timbulnya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


a. Sumber Dampak
Operasional genset yang menghasilkan oli bekas, kemasan limbah B3, kain
terkontaminasi limbah B3 dan lain-lain.
b. JenisDampak
Timbulnya limbah B3 akibat pengoperasian genset.
c. Besaran Dampak
Oli bekas yang dihasilkan adalah 1,33 liter/bulan. Kemasan oli bekas adalah ±1
buah jerigen isi 2 liter.

6.1.5. Operasional Bengkel


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan
a. Sumber Dampak
Kegiatan maintainance dan perbaikan mesin dan peralatan produksi yang
menggunakan mesin dan peralatan bengkel.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.
c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan derajat kebisingan dibandingkan dengan baku mutu.

B. Timbulnya Getaran
a. Sumber Dampak
Pengoperasian mesin dan peralatan kerja di ruang bengkel.
b. JenisDampak

B-17
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Timbulnya getaran dari pengoperasian mesin dan peralatan kerja.


c. Besaran Dampak
Nilai getaran yang ditimbulkan mesin dan peralatan kerja.

C. Timbulnya Limbah Padat


a. Sumber Dampak
Kegiatan perbaikan dan penggantian spare part pada kendaraan dan alat berat
dan lain-lain.
b. JenisDampak
Limbah padat yang dihasilkan terbagi dalam dua kelompok, yaitu limbah
logam dan non logam. Limbah padat non logam berupa ban bekas/karet, busa,
kulit sintetis, kemasan oli, kain lap bekas yang telah terkontaminasi oli/pelarut,
cat kering dan lain-lain. Limbah logam terdiri dari berbagai potongan logam,
mur/skrup, bekas ceceran pengelasan, dan lain-lain.
c. Besaran Dampak
Volume limbah padat yang dihasilkan dari operasional bengkel.

D. Timbulnya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


a. Sumber Dampak
Unit bengkel yang melakukan perbaikan dan maintainance mesin dan peralatan
produksi, pergantian oli alat berat, dan lain-lain.
b. JenisDampak
Timbulnya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aktifitas bengkel.
Limbah B3 fase padat seperti aki bekas, kemasan minyak, kain majun, dan
lain-lain serta Limbah B3 fase cair dapat berupa oli bekas, sisa
pelarut/pembersih, dan lain-lain. Air limbah dari usaha perbengkelan banyak
terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas), gemuk/grease dan bahan bakar.
c. Besaran Dampak
Volume limbah B3 yang dihasilkan dari operasional bengkel.

E. Penurunan Kualitas Air dan Tanah


a. Sumber Dampak
Ceceran atau tumpahan limbah cair dari operasional bengkel.

B-18
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

b. JenisDampak
Terjadinya penurunan kualitas air dan tanah karena ceceran/tumpahan limbah
cair seperti sisa-sisa oli.

c. Besaran Dampak
Kualitas air permukaan dan air tanah serta tanah di lokasi dibandingkan dengan
baku mutu.

F. Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. SumberDampak
Bebagaitahapan kerja pada saat pengoperasian bengkel.
b. JenisDampak
Terjadinya gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti
gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, dan kecelakaan kerja lainnya.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar 2 teknisi dan 3 orang helper berpotensi mengalami kecelakaan
kerja.

6.1.6. Operasional Basecamp


A. Timbulan Sampah/Limbah Domestik
a. Sumber Dampak
Kegiatan operasional basecamp yang dihuni layaknya rumah tangga oleh
tenaga kerja.
b. Jenis Dampak
Timbulnya sampah atau limbah domestik akibat operasional basecamp. Jenis
sampah atau limbah yang dihasilkan adalah limbah yang bersifat organik dan
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang dapat membusuk dan mudah
terurai (biodegradable), seperti sisa-sisa makanan, sayuran. Sedangkan sampah
anorganik (abiodegradable) adalah sampah yang sulit terurai, seperti kemasan
plastik kemasan, kaleng, botol, dan lain-lain.
c. Besaran Dampak

B-19
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Satuan timbulan sampah adalah 1,5-2 L/orang/hari atau 0,3-0,4 kg/orang/hari


(SNI 19-3964-1994). Jika diasumsikan 4 orang tenaga kerja tinggal di
basecamp, maka timbulan sampah yang dihasilkan adalah sekitar 6,0-8,0 L/hari
atau 1,2-1,6 kg/hari.

B. Timbulnya Limbah Cair


a. Sumber Dampak
Aktifitas domestik tenaga kerja selama operasional basecamp.
b. Jenis Dampak
Timbulnya limbah cair dari operasional basecamp oleh tenaga
kerjaoperasional.
c. Besaran Dampak
Volume limbah cair yang dihasilkan. Jika sekitar 80% penggunaan air bersih
akan menjadi limbah cair, dari penggunaan air bersih 4 orang tenaga kerja
adalah 480 liter (untuk Kota Sedang adalah 120 liter/orang/hari), maka dalam
per hari akan dihasilkan limbah cair sekitar 384 liter/hari atau sekitar 0,38 m3.

C. Timbulnya Sikap dan Persepsi Masyarakat


a. Sumber Dampak
Aktifitas tenaga kerja yang melakukan kegiatan yang bertentangan dengan
budaya masyarakat sekitar.
b. Jenis Dampak
Timbulnya sikap dan persepsi negatif masyarakat akibat aktifitas tenaga kerja
di basecamp yang dapat memicu keresahan dan konflik sosial.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar Puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi bersikap dan
berpersepsi negatif terhadap kegiatan operasional basecamp.

6.1.7. Operasional Sumur Bor


A. Menurunnya Kuantitas Air
a. Sumber Dampak
Penggunaan sumur bor selama operasional kegiatan.

B-20
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

b. JenisDampak
Penurunan kuantitas air tanah akibat operasional kegiatanyang memerlukan air
secara kontinu.
c. Besaran Dampak
Perubahan level muka air tanah dalam lokasi.Penggunaan air sekitar 1,03
m3/hari untuk aktifitas MCK.

6.1.8. Pengangkutan Hasil Produksi


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan
a. Sumber Dampak
Emisi gas buang kendaraan pengangkut hasil produksi dan sebaran debu pada
jalan, serta dari bunyi mesin dan knalpot kendaraan pengangkut yang keluar
masuk lokasi kegiatan.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.
c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan derajat kebisingan dibandingkan dengan baku mutu.

B. Terjadinya Gangguan Aksesibilitas


a. Sumber Dampak
Kegiatan pengangkutanhasil produksi yang menggunakan truck akan
menambah volume lalu lintas.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan aksesibilitas seperti kemacetan karena tundaan sesaat
pada saat kendaraan berbelok masuk dan keluar lokasi kegiatan.
c. Besaran Dampak
Kegiatan pengangkutan dan intensitas kemacetan terjadi minimal 2 kali dalam
sehari.

C. Terjadinya Kerusakan Badan Jalan


a. Sumber Dampak
Kegiatan pengangkutanhasil produksi yang menambah beban jalan.
b. Jenis Dampak

B-21
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Terjadinya kerusakan badan jalan.


c. Besaran Dampak
Panjang jalan di sekitar lokasi yang mengalami kerusakan dan tonase
kendaraan tidak melebihi 40 ton.

D. Gangguan Kesehatan Masyarakat


a. Sumber Dampak
Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi seperti timbulnya debu, kebisingan,
dan lain-lain selama kegiatan pengangkutan.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi mengalami
penurunan derajat kesehatan.

E. Timbulnya Sikap dan Persepsi Masyarakat


a. Sumber Dampak
Perubahan kualitas lingkungan yang terjadi akibat kegiatan pengangkutanhasil
produksi.
b. Jenis Dampak
Timbulnya sikap dan persepsi masyarakat, keresahan masyarakat dan konflik
sosial.
c. Besaran Dampak
Terdapat sekitar Puluhan RT di sekitar lokasi yang berpotensi bersikap dan
berpersepsi negatif terhadap kegiatan pengangkutanhasil produksi.

6.2. Tahap Pasca Operasional


6.2.1. Pemutusan Hubungan Kerja
A. Penurunan Pendapatan

B-22
DPLH – USAHA
BATCHING PLANT

a. Sumber Dampak
Kegiatan pemutusan hubungan kerja pada tahap pasca operasional.
b. JenisDampak
Terjadinya penurunan pendapatan tenaga kerja akibat pemutusan hubungan
kerja.
c. Besaran Dampak
Besarnya penurunan penghasilan tenaga kerja operasional setelah dilakukan
pemutusan hubungan kerja.

B. Peningkatan Pengangguran
a. Sumber Dampak
Kegiatan pemutusan hubungan kerja oleh perusahaan dengan tenaga kerja.
b. Jenis Dampak
Peningkatan pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja.
c. Besaran Dampak
Meningkatnya pengangguran akibat tenaga kerja yang diPHK.

C. Keresahan Masyarakat
a. Sumber Dampak
Penurunan pendapatan dan hilangnya pekerjaan tetap akibat pemutusan
hubungan kerja.
b. Jenis Dampak
Timbulnya keresahan masyarakat khususnya tenaga kerja yang diPHK.
c. Besaran Dampak
Jumlah tenaga kerja operasional yang diputuskan hubungan kerjanya.

6.2.2. Kegiatan Pembongkaran Mesin dan Peralatan Produksi


A. Penurunan Kualitas Udara dan Timbulnya Kebisingan
a. Sumber Dampak

B-23
DPLH - USAHA
BATCHING PLANT (BT)

Sebaran partikel dan debu dari kandang selama kegiatan pembongkaran mesin
dan peralatan produksi serta bunyi yang timbul dari kegiatan tersebut.
b. Jenis Dampak
Terjadinya penurunan kualitas udara dan timbulnya kebisingan.
c. Besaran Dampak
Kualitas udara dan derajat kebisingan dibandingkan dengan baku mutu.

B. Timbulnya Limbah Padat


a. Sumber Dampak
Sisa-sisa dan ceceran bahan, material, peralatan di lokasi.
b. Jenis Dampak
Timbulnya limbah padat dari kegiatan pembongkaran.
c. Besaran Dampak
Volume atau jumlah limbah padat yang dihasilkan.

C. Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


a. Sumber Dampak
Bebagaitahapan kerja pada saat kegiatan pembongkaran mesin dan peralatan
produksi.
b. Jenis Dampak
Terjadinya gangguan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti
gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, dan kecelakaan kerja lainnya.
c. Besaran Dampak
Jumlah tenaga pembongkaran yang berpotensi mengalami kecelakaan kerja.

B-24

Anda mungkin juga menyukai